DISUSUN OLEH :
ii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan yang
berjudul “Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada An MG Dengan Diagnosa
Medis Dispepsia Di Puskesmas Kayon Palangkaraya”. Laporan pendahuluan ini disusun guna
melengkapi tugas Praktik Praklinik Keperawatan II (PPK II).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, saya
ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes., selaku Ketua STIKes Eka Harap Palangka
Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners, M.Kep., selaku Ketua Program Studi Sarjana Keperawatan
STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Yelstria Ulina T, S.Kep., Ners selaku Pembimbing Akademik yang telah banyak
memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian asuhan
keperawatan ini.
4. Ibu Rimba Aprianti, S.Kep.,Ners Selaku Penanggung Jawab Mata Kuliah Praktik
Praklinik Keperawatan II.
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan pengabdian
kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan ini dapat mencapai
sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN...................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR.............................................................................................................. iii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iv
BAB 1 LAPORAN PENDAHULUAN..................................................................................... 1
1.1 Konsep Dasar Glomerulonefritis Akut............................................................................. 1
1.1.1 Definisi.......................................................................................................................1
1.1.2 Anatomi fisiologi....................................................................................................... 1
1.1.3 Etiologi.......................................................................................................................3
1.1.4 Klasifikasi.................................................................................................................. 3
1.1.5 Patofisiologi............................................................................................................... 4
1.1.6 WOC.......................................................................................................................... 5
1.1.7 Manifestasi klinis....................................................................................................... 7
1.1.8 Komplikasi............................................................................................................... 10
1.1.9 Pemeriksaan penunjang............................................................................................10
1.1.10 Penatalaksanaan medis........................................................................................... 10
1.2 Konsep Keperawatan Anak.............................................................................................12
1.2.1 Pengertian Anak....................................................................................................... 12
1.2.2 Kedudukan Anak Di Indonesia................................................................................ 12
1.2.3 Filosofi Keperawatan Anak......................................................................................12
1.2.4 Prinsip Keperawatan Anak.......................................................................................13
1.2.5 Paradigma Keperawatan Anak.................................................................................13
1.2.6 Peran Perawat dalam Keperawatan Anak................................................................ 15
1.3 Manajemen Asuhan Keperawatan.................................................................................. 16
1.3.1 Pengkajian................................................................................................................ 16
1.3.2 Pengkajian Perpola...................................................................................................17
1.3.3 Diagnosa keperawatan............................................................................................. 19
1.3.4 Intervensi keperawatan.............................................................................................19
1.3.5 Implementasi keperawatan.......................................................................................24
1.3.6 Evaluasi keperawatan...............................................................................................24
BAB II ASUHAN KEPERAWATAN.................................................................................... 25
BAB III PENUTUP................................................................................................................. 26
3.1 Kesimpulan................................................................................................................ 26
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................27
iv
17
BAB 1
LAPORAN PENDAHULUAN
Filtrat yang telah dihasilkan ± 125 ml per menit atau 180 liter per hari yang
mengalir dari kapsula bowman’s sampai ke seluruh nefron. Tidak semua
filtrat yang dihasilkan akan disekresi, sekitar 80% air dan elektrolit, semua
glukosa dan protein, sebagian besar asam amino direrbsorpsi saat melalui
tubulus proksimal.
3. Sekresi Tubuler
Proses sekresi tubuler ini terjadi pada tubulus proksimal, tubulus distal
dan pada duktus pengumpul. Filtrat yang dihasilkan ± 125 ml per menit
sekitar 1/125 atau 1 ml per menit akan disekresikan berupa urin ke pelvis
ginjal sebagai produk buangan atau limbah yang tidak digunakan oleh
tubuh.. (Rauf et al., 2015)
1.1.3 Etiologi
Glomerulonefritis akut pasca streptokokus terjadi akibat infeksi yang
disebabkan oleh bakteri β-hemolytic streptococci namun infeksi tersebut tidak
terjadi langsung di ginjal melainkan di ekstra renal. β-hemolytic streptococci
dapat dibagi menjadi 20 grup serologis yakni grup A hingga grup T. Bakteri
streptokokus yang sering ditemukan pada GNAPS yakni berupa grup A β-
hemolytic streptococci (GABHS). Bakteri tersebut dapat menginfeksi saluran
pernapasan dan juga kulit.
Streptokokus adalah bakteri gram positif berbentuk bulat yang secara khas
membentuk pasangan atau rantai selama masa pertumbuhannya. Merupakan
golongan bakteri yang heterogen. Lebih dari 90% infeksi streptokokus pada
manusia disebabkan oleh grup A β-hemolytic streptococci (GABHS). Grup ini
diberi nama spesies S. pyogenes. Bakteri ini hidup pada manusia di
tenggorokan dan juga kulit. Penyakit yang sering disebabkan diantaranya
adalah faringitis, demam rematik dan glomerulonefritis.
Sekitar 75% GNA timbul setelah infeksi saluran pernapasan bagian
atas, yang disebabkan oleh grup A β-hemolytic streptococci (GABHS) tipe 1,
3, 4, 12, 18, 25, 49. Sedang tipe 2, 49, 55, 56, 57 dan 60 menyebabkan infeksi
20
1.1.4 Klasifikasi
1. Glomerulonefritis ringan (terjadi setelah infeksi akut biasanyadi dapatkan
protein uria, hematuria, makroskopik komplemenserum sedikit menurun,
lesi yang reversible, fungsi ginjalnormal)
2. Glomerulonefritis persisten (terjadi setelah infeksi kronis,lesinya
irreversible, tidak ada hematuria makroskopik, sudahmencapai gagal ginjal)
1.1.5 Patofisiologi
Bakteri streptokokus tidak menyebabkan langsung kerusakan pada
ginjal, terdapat suatu antibodi yang ditujukan terhadap suatu antigen khusus
yang merupakan unsur membran plasma sterptokokal spesifik. Pada GNA
terbentuk kompleks antigen-antibodi didalam darah yang bersirkulasi kedalam
glomerulus tempat kompleks tersebut secara mekanis terperangkap dalam
membran basalis. Selanjutnya komplemen akan terfiksasi mengakibatkan lesi
dan peradangan yang menarik leukosit polimorfonuklear (PMN) dan
trombosit menuju tempat lesi. Fagositosis dan pelepasan enzim lisosom juga
merusak endoteldan membran basalis glomerulus.
21
1.1.6 WOC
23
24
1.1.8 Komplikasi
Komplikasi glomerulonefritis akut:
1. Oliguri sampai anuria yang dapat berlangsung 2-3 hari. Terjadi sebagai
akibat berkurangnya filtrasi glomerulus. Gambaran seperti insufisiensi
ginjal akut dengan uremia, hiperfosfatemia, hiperkalemia dan hidremia.
Walaupun oliguria atau anuria yang lama jarang terdapat pada anak, jika
hal ini terjadi diperlukan peritoneum dialisis (bila perlu).
2. Ensefalopati hipertensi, merupakan gejala serebrum karena hipertensi.
Terdapat gejala berupa gangguan penglihatan, pusing, muntah dan kejang-
kejang. Hal ini disebabkan karena spasme pembuluh darah lokal dengan
anoksia dan edema otak.
3. Gangguan sirkulasi berupa dipsneu, ortopneu, terdapat ronki basah,
pembesaran jantung dan meningginya tekanan darah yang bukan saja
disebabkan spasme pembuluh darah tetapi juga disebabkan oleh
bertambahnya volume plasma. Jantung dapat membesardan terjadi gagal
jantung akibat hipertensi yang menetap dan kelainan di miokardium.
28
garam dibatasi sebanyak 0,5-1 g/hari. Protein dibatasi bila kadar ureum
meninggi, yaitu sebanyak 0,5-1 g/kgbb/hari. Asupan cairan harus
diperhitungkan dengan baik, terutama pada penderita GNA degan oliguria
atau anuria, yaitu jumlah cairan yang masuk harus seimbang dengan
pengeluaran, berarti asupan cairan = jumlah urin + insensible water loss
(20-25 ml/kgbb/ hari) + jumlah keperluan cairan pada setiap kenaikan suhu
dari normal (10 ml/kgbb/hari). (Arsid, R. et al. 2019)
3. Antibiotik
Pemberian antibiotik pada GNA sampai sekarang masih sering
dipertentangkan. Pihak satu hanya memberi antibiotik bila biakan apusan
tenggorok atau kulit positif untuk streptokokus, sedangkan pihak lain
memberikannya secara rutin dengan alasan biakan negatif belum dapat
menyingkirkan infeksi streptokokus. Biakan negatif dapat terjadi oleh
karena telah mendapat antibiotik sebelum masuk rumah sakit atau akibat
periode laten yang terlalu lama (> 3 minggu). Terapi medikamentosa
golongan penisilin diberikan untuk eradikasi kuman, yaitu Amoksisilin 50
mg/kgbb dibagi dalam 3 dosis selama 10 hari. Jika terdapat alergi terhadap
golongan penisilin, dapat diberi eritromisin dosis 30 mg/kgbb/hari. (Arsid,
R. et al. 2019).
30
Anak baik sebagai individu maupun bagian dari keluarga merupakan salah
satu sasaran dalam pelayanan keperawatan. Untuk dapat memberikan
pelayanan keperawatan yang tepat sesuai dengan masa tumbuh kembangnya,
anak di kelompokkan berdasarkan masa tumbuh kembangnya yaitu:
a. Bayi : 0 – 1 th
b. Toddler : 1 – 2,5 th
c. Pra Sekolah : 2,5 – 5 th
d. Sekolah : 5 – 11 th
e. Remaja : 11 – 18 th
Terdapat perbedaan dalam memberikan pelayanan keperawatan antara orang
dewasa dan anak sebagai sasarannya. Perbedaan itu dapat dilihat dari
struktur fisik, dimana secara fisik anak memiliki organ yang belum matur
sepenuhnya. Sebagai contoh bahwa komposisi tulang pada anak lebih
banyak berupa tulang rawan, sedangkan pada orang dewasa sudah berupa
tulang keras.
Proses fisiologis juga mengalami perbedaan, kemampuan anak dalam
membentuk zat penangkal anti peradarangan belum sempurna sehingga daya
tahan tubuhnya masih rentan dan mudah terserang penyakit. Pada aspek
kognitif, kemampuan berfikir anak serta tanggapan terhadap pengalaman
masa lalu sangat berbeda dari orang dewasa, pengalaman yang tidak
menyenangkan selama di rawat akan di rekam sebagai suatu trauma,
sehingga pelayanan keperawatan harus meminimalisasi dampak traumatis
anak.
2) Konsep Sehat Sakit
Menurut WHO, sehat adalah keadaan keseimbangan yang sempurna baik
fisik, mental, sosial, dan tidak semata-mata hanya bebas dari penyakit atau
cacad. Konsep sehat & sakit merupakan suatu spektrum yang lebar & setiap
waktu kesehatan seseorang bergeser dalam spektrum sesuai dengan hasil
interaksi yang terjadi dengan kekuatan yang mengganggunya.
3) Lingkungan
33
1) Pemberi Perawatan
Merupakan peran utama perawat yaitu memberikan pelayanan keperawatan
kepada individu, keluarga,kelompok atau masyarakat sesuai dengan masalah
yang terjadi mulai dari masalah yang bersifat sederhana sampai yang
kompleks. Contoh peran perawat sebagai pemberi perawatan adalah peran
ketika perawat memenuhi kebutuhan dasar seperti memberi makan,
membantu pasien melakukan ambulasi dini.
2) Sebagai Advokat Keluarga
Sebagai client advokat, perawat bertanggung jawab untuk memebantu klien
dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi
34
1.3.1 Pengkajian
a) Identitas Klien:
GNA adalah suatu reaksi imunologi yang sering ditemukan pada anak
umur 3-7 tahun lebih sering pada pria
b) Riwayat penyakit sebelumnya :
Adanya riwayat infeksi streptokokus beta hemolitik dan riwayat lupus
eritematosus atau penyakit autoimun lain.
c) Riwayat penyakit sekarang :
Klien mengeluh kencing berwarna seperti cucian daging, bengkak sekitar
mata dan seluruh tubuh. Tidak nafsu makan, mual , muntah dan diare.
Badan panas hanya sutu hari pertama sakit.
d) Pertumbuhan dan perkembangan :
36
Pertumbuhan :
Perkembangan :
e) Aktivitas/istirahat
Gejala: kelemahan/malaise
f) Sirkulasi
Tanda: hipertensi, pucat,edema
g) Eliminasi
Gejala: perubahan pola berkemih (oliguri)
h) Makanan/cairan
Gejala: BB (edema), anoreksia, mual,muntah
Tanda: penurunan haluaran urine
i) Pernafasan
Gejala: nafas pendek
j) Nyeri/kenyamanan
Gejala: nyeri pinggang, sakit kepal
Tanda: perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah k)
Suhu badan normal hanya panas hari pertama sakit. Dapat terjadi
kelebihan beban sirkulasi karena adanya retensi natrium dan air, edema
pada sekitar mata dan seluruh tubuh. Klien mudah mengalami infeksi
karena adanya depresi sistem imun. Adanya mual , muntah dan anoreksia
menyebabkan intake nutrisi yang tidak adekuat. BB meningkat karena
adanya edema. Perlukaan pada kulit dapat terjadi karena uremia.
b) Pola eliminasi :
Eliminasi alvi tidak ada gangguan, eliminasi uri : gangguan pada
glumerulus menyebakan sisa-sisa metabolisme tidak dapat diekskresi dan
terjadi penyerapan kembali air dan natrium pada tubulus yang tidak
mengalami gangguan yang menyebabkan oliguria sampai
anuria ,proteinuri, hematuria.
c) Pola Aktifitas dan latihan :
Pada Klien dengan kelemahan malaise, kelemahan otot dan kehilangan
tonus karena adanya hiperkalemia. Dalam perawatan klien perlu istirahat
karena adanya kelainan jantung dan dan tekanan darah mutlak selama 2
minggu dan mobilisasi duduk dimulai bila tekanan ddarah sudah normaal
selama 1 minggu. Adanya edema paru maka pada inspeksi terlihat retraksi
dada, pengggunaan otot bantu napas, teraba , auskultasi terdengar rales
dan krekels , pasien mengeluh sesak, frekuensi napas. Kelebihan beban
sirkulasi dapat menyebabkan pemmbesaran jantung [ Dispnea, ortopnea
dan pasien terlihat lemah] , anemia dan hipertensi yang juga disebabkan
oleh spasme pembuluh darah. Hipertensi yang menetap dapat
menyebabkan gagal jantung. Hipertensi ensefalopati merupakan gejala
serebrum karena hipertensi dengan gejala penglihatan kabur, pusing,
muntah, dan kejang-kejang. GNA munculnya tiba-tiba orang tua tidak
mengetahui penyebab dan penanganan penyakit ini.
d) Pola tidur dan istirahat :
38
Klien tidak dapat tidur terlentang karena sesak dan gatal karena adanya
uremia. keletihan, kelemahan malaise, kelemahan otot dan kehilangan
tonus
e) Kognitif & perseptual :
Peningkatan ureum darah menyebabkan kulit bersisik kasar dan rasa
gatal.Gangguan penglihatan dapat terjadi apabila terjadi ensefalopati
hipertensi. Hipertemi terjadi pada hari pertama sakit dan ditemukan bila
ada infeksi karena inumnitas yang menurun.
f) Persepsi diri :
Klien cemas dan takut karena urinenya berwarna merah dan edema dan
perawatan yang lama. Anak berharap dapat sembuh kembali seperti
semula
g) Hubungan peran :
Anak tidak dibesuk oleh teman temannya karena jauh dan lingkungan
perawatann yang baru serta kondisi kritis menyebabkan anak banyak
diam.
h) Nilai keyakinan :
Klien berdoa memohon kesembuhan sebelum tidur.
sdki siki
cara meningkatkan
asupan makanan
1. Observasi
o Identifikasi deficit
tingkat aktivitas
o Identifikasi
kemampuan
berpartisipasi dalam
aktivotas tertentu
o Identifikasi sumber
daya untuk aktivitas
yang diinginkan
o Monitor respon
emosional, fisik,
social, dan spiritual
terhadap aktivitas
2. Terapeutik
o Fasilitasi focus
pada kemampuan,
bukan deficit yang
dialami
o Koordinasikan
pemilihan aktivitas
sesuai usia
o Fasilitasi makna
aktivitas yang
dipilih
o Fasilitasi akvitas
motorik kasar untuk
pasien hiperaktif
o Libatkan dalam
permaianan
kelompok yang
tidak kompetitif,
terstruktur, dan
aktif
o Libatkan kelarga
dalam aktivitas, jika
perlu
o Fasilitasi
mengembankan
41
motivasi dan
penguatan diri
3. Edukasi
o Anjurkan
melakukan aktivitas
fisik, social,
spiritual, dan
kognitif, dalam
menjaga fungsi dan
kesehatan
o Anjurka terlibat
dalam aktivitas
kelompok atau
terapi, jika sesuai
2. Terapeutik
o Berikan oksigen
untuk
mempertahankan
saturasi oksigen
>94%
3. Edukasi
o Jelaskan penyebab/
faktor resiko syok
o Jelaskan atnda dan
gejala awal syok
o Anjurkan melapor
jika menemukan/
merasakan tanda dan
43
gejala syok
o Anjurkan
memperbanyak
asupan oral
4. Kolaborasi
o Kolaborasi
pemberian IV, jika
perlu
Perawatan Sirkulasi
(I.02079)
1. Observasi
o Periksa sirkulasi
perifer(mis. Nadi
perifer, edema,
pengisian kalpiler,
warna, suhu, angkle
brachial index)
o Identifikasi faktor
resiko gangguan
sirkulasi (mis.
Diabetes, perokok,
orang tua, hipertensi
dan kadar kolesterol
tinggi)
o Monitor panas,
kemerahan, nyeri,
atau bengkak pada
ekstremitas
3. Edukasi
o Ajurkan melahkukan
perawatan kulit yang
tepat(mis.
Melembabkan kulit
kering pada kaki)
o Informasikan tanda
dan gejala darurat
44
yang harus
dilaporkan( mis.
Rasa sakit yang
tidak hilang saat
istirahat, luka tidak
sembuh, hilangnya
rasa)
komplikasi
o Informasikan
kondisi pasien saaat
ini
BAB II
YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA
E-Mail : stikesekaharap110@yahoo.com
2.1 Pengkajian
2.1.1 Anamnesa
2.1.1.1 Identitas Pasien
Nama Klien : An D
TTL : palangkaraya, 4 februari 2007
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : KP
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : TK
Alamat : Jl. Kahayan III
Diagnosa Medis : Glomerulonefritis akut
TTL : -
Agama : KP
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SLTA
Ibu pasien mengatakan Keluarga klien tidak ada yang pernah mengalami
kasus seperti klien dan tidak ada yang mempunyai penyakit serius lainnya
seperti DM, ginjal dan lain sebagainya.
4) Susunan Genogram
KET :
= Laki-Laki
= Perempuan
= Meninggal
= Pasien
= Tinggal Serumah
Pemeriksaan Fisik
2.1.1.5 Keadaan Umum : Baik
Tanda-tanda Vital
Nadi : 141 x/menit
Suhu : 38 0C
Respirasi: 26 x/menit
2.1.1.6 Kepala dan Wajah
Kepala bentuk Mesochepal, tidak ada luka dan jejas, rambut hitam, lembab,
rambut tidak mudah tercabut,tidak ada nyeri tekan bagian kepala. Wajah tidak
ada luka, lesi maupun jejas. Mata simetris kanan dan kiri, sclera tidak ikterik,
konjungtiva tidak anemis, kedua pupil isokor kanan dan kiri 2 mm, dan reflek
pupil +/+. Kedua telinga simetris, tidak ada jejas, bersih, dan tidak ada
serumen. Hidung tidak terpasang NGT, tidak ada sekret di hidung, dan tidak
ada napas cuping hidung.
2.1.1.7 Leher dan Tenggorokan
Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada pembesaran tonsil
2.1.1.8 Mulut dan Faring
Mulut bersih dan tidak ada sianosis, bibir lembab
49
2.1.1.9 Dada
Dada simetris, retraksi dada tidak ada, RR: 26x/menit
2.1.1.10Abdomen
Inspeksi :Datar, tidak ada penjolan , tidak ada lesi maupun lebam
Auskultasi :Bising usus 10x/ mnit
Perkusi :Timpani
Palpasi :Nyeri bagian kiri bawah, Turgor kulit elastis dan lembab.
2.1.2.7 Eliminasi
Pasien mengatakan BAK 3-4 kali sehari, keluaar sedikit sedikit, BAB 2 hari 1x
konsistensi padat , feses bay khas, warna kecoklatan.
2.1.2.8.Ekstremitas
Kekuataan otot normal, terpasang infus pada tangan kiri, kaki agak uedem,
elastisitas kulit kurang baik.
2.1.1.11Genetalia
Tidak ada luka ,tidak ada pembengkakan
2.1.2 Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
2.1.2.1 Gizi Selera makan
Pola Makan Sehari- Sesudah Sakit Sebelum Sakit
hari
TB: 150
BB : 40 Kg
: 45
(1,5)2
: 45 : 20 ( gizi baik)
2,25
Nutrisi
a. Frekuensi
Frekuensi makan pasien 3xsehari,
b. Nafsu Makan/selera
kadang habis kadang tidak
c. Jenis Makanan
Nasi, Sayur, Lauk
Eliminasi
a. BAB
a. 1 x/hari
b. BAK
b. 3-4 x/hari.
Istirahat dan tidur
a. Siang/jam a. 2 jam
b. Malam/jam b. 9 jam
Personal Hyigene
a. Mandi
a. 2 x/hari
b. Oral Hygene
b. 2 x/hari
Mahasiswa,
Rista Bela
55
ANALISA DATA
PRIORITAS MASALAH
hipertermia tubuh.
Terapeutik
59
60
informasi mengontrol
nyeri dan
menemukan
dukungan keluarga
6. Pemberian analgetik
dapat memblok nyeri
pada susunan saraf
pusat
60
1
2
3
3
4
1 7/10/2021 1. Memonitor suhu tubuh anak tiap 2 jam, jika S: Rista Bela
perlu
08.00-10.00 Pasien mengatakan demam sempat turun dan
2. Memonitor tekanan darah, frekuensi pernapasan
dan nadi naik lagi
3. Memonitor warna dan suhu kulit
O:
4. Memonitor dan catat tanda dan gejala
hipotermia dan hipertermia hasil pemeriksaan didapatkan akral pasien
5. meningkatkan asupan cairan dan nutrisi yang
teraba hangat TD: 110/70mmHg Nadi 116/menit
adekuat
6. menyesuaikan suhu lingkungan dengan Suhu 37,2oC spo2: 99%
kebutuhan pasien
A:
masalah hipertermia teratasi sebagian
P:
lanjutkan intervensi termoregulasi
4
5
T: 1-3 menit
O:
Hasil pemeriksaan didapatkan
Pasien tampak meringis, gelisah dan merintih
sakit
Td: 120/70mmHg N: 112x/Menit Spo2: 98%
RR: 24x/menit
S: skala 4 menjadi skala 2
A:
masalah nyeri akut teratasi sebagian
P:
lanjutkan intervensi manajemen nyeri
5
6
6
7
8
9
Nadi 112x/menit
A: masalah pola tidur teratasi
P: hentikan intervensi
9
1
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Glomerulonefritis akut (GNA) merupakan inflamasi pada glomerulus akibat suatu
reaksi imunologis pada ginjal terhadap bakteri atau virus tertentu yang ditandai dengan
poliferasi sel-sel glomerulus dengan onset mendadak. Glomerulonefritis akut pasca
streptokokus terjadi akibat infeksi yang disebabkan oleh bakteri β-hemolytic streptococci
namun infeksi tersebut tidak terjadi langsung di ginjal melainkan di ekstra renal.
1
2
DAFTAR PUSTAKA
AKG (2019) ‘Berita Negara’, Menteri Kesehatan Republik Indonesia Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia, Nomor 65(879), Pp. 2004–2006.
Arsid, R. Et Al. 2019 ‘Glomerulonefritis Akut Pasca Streptococcus’, 1(2), Pp. 98– 104.
Ashari L., 2018, ‘Gambaran Karakteristik Penyakit Ginjal Kronik Berat Pada Anak Di Rsup
Haji Adam Malik Medan Periode 2017- 2018’, Skripsi, Program Studi Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
Carapetis JR, Steer AC, Mulholland EK, Weber M. 2005 The Global Burden Of Group A
Streptococcal Diseases. Lancet Infect Dis.;5(11):685–94.
Lestari E, Zarlina I. 2011 Hipertensi Pada Anak. Dalam: Noer S, Soemyarso NA, Subandiyah
K, Prasetyo RV, Alatas H, Tambunan T, Et Al, Penyunting. Kompendium Nefrologi Anak.
Edisi Ke-1. Jakarta: Unit Kerja Koordinasi Nefrologi IDAI; . H. 45-8.
Made Suadnyani Pasek 2013 ‘Glomerulonefritis Akut Pasca Streptokokus Pada Anak’, Sari
Pediatri, 5(2), Pp. 58–63. Available At: Http://Saripediatri.Idai.Or.Id/Pdfile/5-2-4.Pdf.