Anda di halaman 1dari 59

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA An DV DENGAN DIAGNOSA MEDIS

GLOMERULONEFRITIS AKUT DI RSUD DR. DORIS SYLVANUS


PALANGKARAYA

DISUSUN OLEH :

Rista Bela NIM.2019.C.11a.1026

YAYASAN EKA HARAP PALANGKARAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN 2021
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Ini Disusun Oleh:


Nama : Rista Bela
NIM : 2019.C.11a.1026
Program Studi : S1 Keperawatan
Judul : “Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada An DV Dengan
Diagnosa Medis Glomerulonefritis Akut Di Rumah Sakit Palangkaraya”.

Telah melaksanakan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk menempuh Praktik


Praklinik Keperawatan II (PPK II) Pada Program Studi Sarjana Keperawatan Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

Laporan keperawatan ini telah disetujui oleh :

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Yelstria Ulina T, S.Kep., Ners Erista Rusana

ii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan yang
berjudul “Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada An MG Dengan Diagnosa
Medis Dispepsia Di Puskesmas Kayon Palangkaraya”. Laporan pendahuluan ini disusun guna
melengkapi tugas Praktik Praklinik Keperawatan II (PPK II).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, saya
ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes., selaku Ketua STIKes Eka Harap Palangka
Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners, M.Kep., selaku Ketua Program Studi Sarjana Keperawatan
STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Yelstria Ulina T, S.Kep., Ners selaku Pembimbing Akademik yang telah banyak
memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian asuhan
keperawatan ini.
4. Ibu Rimba Aprianti, S.Kep.,Ners Selaku Penanggung Jawab Mata Kuliah Praktik
Praklinik Keperawatan II.
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan pengabdian
kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan ini dapat mencapai
sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua.

Palangka Raya, Oktober 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN...................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR.............................................................................................................. iii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iv
BAB 1 LAPORAN PENDAHULUAN..................................................................................... 1
1.1 Konsep Dasar Glomerulonefritis Akut............................................................................. 1
1.1.1 Definisi.......................................................................................................................1
1.1.2 Anatomi fisiologi....................................................................................................... 1
1.1.3 Etiologi.......................................................................................................................3
1.1.4 Klasifikasi.................................................................................................................. 3
1.1.5 Patofisiologi............................................................................................................... 4
1.1.6 WOC.......................................................................................................................... 5
1.1.7 Manifestasi klinis....................................................................................................... 7
1.1.8 Komplikasi............................................................................................................... 10
1.1.9 Pemeriksaan penunjang............................................................................................10
1.1.10 Penatalaksanaan medis........................................................................................... 10
1.2 Konsep Keperawatan Anak.............................................................................................12
1.2.1 Pengertian Anak....................................................................................................... 12
1.2.2 Kedudukan Anak Di Indonesia................................................................................ 12
1.2.3 Filosofi Keperawatan Anak......................................................................................12
1.2.4 Prinsip Keperawatan Anak.......................................................................................13
1.2.5 Paradigma Keperawatan Anak.................................................................................13
1.2.6 Peran Perawat dalam Keperawatan Anak................................................................ 15
1.3 Manajemen Asuhan Keperawatan.................................................................................. 16
1.3.1 Pengkajian................................................................................................................ 16
1.3.2 Pengkajian Perpola...................................................................................................17
1.3.3 Diagnosa keperawatan............................................................................................. 19
1.3.4 Intervensi keperawatan.............................................................................................19
1.3.5 Implementasi keperawatan.......................................................................................24
1.3.6 Evaluasi keperawatan...............................................................................................24
BAB II ASUHAN KEPERAWATAN.................................................................................... 25
BAB III PENUTUP................................................................................................................. 26
3.1 Kesimpulan................................................................................................................ 26
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................27

iv
17

BAB 1

LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Konsep Dasar Glomerulonefritis Akut


1.1.1 Definisi
Glomerulo Nefritis adalah gangguan pada ginjal yang ditandai dengan
peradangan pada kapiler glomerulus yang fungsinya sebagai filtrasi cairan
tubuh dan sisa-sisa pembuangan. Glomerulo Nefritis adalah sindrom yang
ditandai oleh peradangan dari glomerulus diikuti pembentukan beberapa
antigen (Suriadi, dkk, 2015)
Glomerulonefritis akut (GNA) merupakan inflamasi pada glomerulus
akibat suatu reaksi imunologis pada ginjal terhadap bakteri atau virus tertentu
yang ditandai dengan poliferasi sel-sel glomerulus dengan onset mendadak.
(Arsid et al., 2019).

1.1.2 Anatomi fisiologi

Gambar 1. Ginjal Kanan


18

Ginjal adalah sepasang organ saluran kemih yang terletak di rongga


retroperitoneal bagian atas. Bentuknya menyerupai kacang dengan sisi
cekungnya menghadap ke medial. Pada sisi ini terdapat hilus ginjal yaitu
tempat struktur- struktur pembuluh darah, sistem limfatik, sistem saraf, dan
ureter menuju dan meninggalkan 9 ginjal. Besar dan berat ginjal sangat
bervariasi; hal ini tergantung pada jenis kelamin, umur, serta ada tidaknya
ginjal pada sisi yang lain. Pada autopsi klinis didapatkan bahwa ukuran ginjal
orang dewasa rata-rata adalah 11,5 cm (panjang) x 6 cm (lebar) x 3,5 cm
(tebal). Beratnya bervariasi antara 120 - 170 gram, atau kurang lebih 0,4% dari
berat badan (Purnomo, B. B, 2015).
Ginjal memiliki dua fungsi penting yaitu fungsi ekskresi dan fungsi
sekresi, peranan dari fungsi ekskresi ginjal adalah pengaturan keseimbangan
air dan elektrolit, mengeluarkan sisa hasil metabolisme tubuh yang tidak
dibutuhkan. Sedangkan peranan dari fungsi sekresi adalah melakukan kontrol
terhadap sekresi hormon–hormon aldosteron dan anti deuretic hormone
(ADH), mengatur metabolisme ion kalsium dan vitamin D, menghasilkan
beberapa hormon diantaranya eritropoitin untuk pembentukan sel darah merah,
renin untuk pengaturan tekanan darah dan hormon prostaglandin, pengaturan
cairan dan elektrolit dalam tubuh melalui fungsi filtrasi pada glomerulus,
reabsorbsi dan sekresi tubuler. (Rauf et al., 2012)
1. Filtrasi glomerulus
Filtrasi glomerulus adalah langkah awal proses pembentukan urin yang
berasal dari plasma darah yang dipompakan jantung pada kedua ginjal ±
1250 cc/menit (25 % dari total cardiac output/menit). Tekanan hidrostatik
glomerulus yang lebih kuat dari tekanan osmotik koloid glomerulus
maupun tekanan hidrostatik kapsula Bowman’s menghasilkan filtrat,
sehingga dari glomerulus tersebut cairan keluar dan masuk ke dalam
tubulus. Diperkirakan jumlah pembentukan filtrat adalah 125 ml per menit.
2. Reabsorpsi Tubuler
19

Filtrat yang telah dihasilkan ± 125 ml per menit atau 180 liter per hari yang
mengalir dari kapsula bowman’s sampai ke seluruh nefron. Tidak semua
filtrat yang dihasilkan akan disekresi, sekitar 80% air dan elektrolit, semua
glukosa dan protein, sebagian besar asam amino direrbsorpsi saat melalui
tubulus proksimal.
3. Sekresi Tubuler
Proses sekresi tubuler ini terjadi pada tubulus proksimal, tubulus distal
dan pada duktus pengumpul. Filtrat yang dihasilkan ± 125 ml per menit
sekitar 1/125 atau 1 ml per menit akan disekresikan berupa urin ke pelvis
ginjal sebagai produk buangan atau limbah yang tidak digunakan oleh
tubuh.. (Rauf et al., 2015)

1.1.3 Etiologi
Glomerulonefritis akut pasca streptokokus terjadi akibat infeksi yang
disebabkan oleh bakteri β-hemolytic streptococci namun infeksi tersebut tidak
terjadi langsung di ginjal melainkan di ekstra renal. β-hemolytic streptococci
dapat dibagi menjadi 20 grup serologis yakni grup A hingga grup T. Bakteri
streptokokus yang sering ditemukan pada GNAPS yakni berupa grup A β-
hemolytic streptococci (GABHS). Bakteri tersebut dapat menginfeksi saluran
pernapasan dan juga kulit.
Streptokokus adalah bakteri gram positif berbentuk bulat yang secara khas
membentuk pasangan atau rantai selama masa pertumbuhannya. Merupakan
golongan bakteri yang heterogen. Lebih dari 90% infeksi streptokokus pada
manusia disebabkan oleh grup A β-hemolytic streptococci (GABHS). Grup ini
diberi nama spesies S. pyogenes. Bakteri ini hidup pada manusia di
tenggorokan dan juga kulit. Penyakit yang sering disebabkan diantaranya
adalah faringitis, demam rematik dan glomerulonefritis.
Sekitar 75% GNA timbul setelah infeksi saluran pernapasan bagian
atas, yang disebabkan oleh grup A β-hemolytic streptococci (GABHS) tipe 1,
3, 4, 12, 18, 25, 49. Sedang tipe 2, 49, 55, 56, 57 dan 60 menyebabkan infeksi
20

kulit. Infeksi bakteri streptokokus beta hemolitikus ini mempunyai resiko


terjadinya glomerulonefritis akut paska streptokokus berkisar 10-15%.9 Faktor
iklim, keadaan gizi, keadaan umum dan faktor alergi mempengaruhi
terjadinya GNA.
Ada beberapa penyebab glomerulonefritis akut, tetapi yang paling
sering ditemukan disebabkan karena infeksi dari streptokokus, penyebab lain
diantaranya:
1. Bakteri : Streptokokus grup C, Meningococcocus, Streptoccocus
viridans, Gonococcus, Leptospira, Mycoplasma pneumoniae,
Staphylococcus albus, Salmonella typhi
2. Virus : Hepatitis B, varicella, echovirus, parvovirus, influenza,
parotitis epidemika
3. Parasit : Malaria dan toksoplasma (Smith JM et al, 2003)

1.1.4 Klasifikasi
1. Glomerulonefritis ringan (terjadi setelah infeksi akut biasanyadi dapatkan
protein uria, hematuria, makroskopik komplemenserum sedikit menurun,
lesi yang reversible, fungsi ginjalnormal)
2. Glomerulonefritis persisten (terjadi setelah infeksi kronis,lesinya
irreversible, tidak ada hematuria makroskopik, sudahmencapai gagal ginjal)

1.1.5 Patofisiologi
Bakteri streptokokus tidak menyebabkan langsung kerusakan pada
ginjal, terdapat suatu antibodi yang ditujukan terhadap suatu antigen khusus
yang merupakan unsur membran plasma sterptokokal spesifik. Pada GNA
terbentuk kompleks antigen-antibodi didalam darah yang bersirkulasi kedalam
glomerulus tempat kompleks tersebut secara mekanis terperangkap dalam
membran basalis. Selanjutnya komplemen akan terfiksasi mengakibatkan lesi
dan peradangan yang menarik leukosit polimorfonuklear (PMN) dan
trombosit menuju tempat lesi. Fagositosis dan pelepasan enzim lisosom juga
merusak endoteldan membran basalis glomerulus.
21

Sebagai respon terhadap lesi yang terjadi, timbul proliferasi sel-sel


endotel yang diikuti sel-sel mesangium dan selanjutnya sel-sel epitel. Semakin
meningkatnya kebocoran kapiler gromelurus menyebabkan protein dan
eritrosit dapat keluar ke dalam urin sehingga terjadi proteinuria dan hematuria.
Pada GNA terjadi reaksi radang pada glomerulus yang menyebabkan
filtrasi glomeruli berkurang, sedangkan aliran darah ke ginjal biasanya normal.
Hal tersebut akan menyebabkan laju filtrasi glomerulus (LFG) berkurang
sampai di bawah 1%. Keadaan ini akan menyebabkan reabsorbsi di tubulus
proksimalis berkurang yang akan mengakibatkan tubulus distalis
meningkatkan proses reabsorbsinya termasuk natrium (Na), sehingga akan
menyebabkan retensi Na dan air.
Beberapa penelitian yang pernah dilakukan memperlihatkan bahwa
retensi Na dan air didukung oleh keadaan berikut ini:
1. Faktor-faktor endothelial dan mesangial yang dilepaskan oleh proses
radang di glomerulus.
2. Overexpression dari epithelial sodium channel.
3. Sel-sel radang interstitial yang meningkatkan aktivitas angiotensin
intrarenal.
Faktor-faktor inilah yang secara keseluruhan menyebabkan retensi Na
dan air, sehingga dapat menyebabkan edema dan hipertensi. Efek proteinuria
yang terjadi pada GNA tidak sampai menyebabkan edema lebih berat, karena
hormon- hormon yang mengatur ekpansi cairan ekstraselular seperti renin
angiotensin, aldosteron dan anti diuretik hormon (ADH) tidak meningkat.
Edema yang berat dapat terjadi pada GNAPS bila ketiga hormon tersebut
meningkat. (Rauf et al., 2015).
22

1.1.6 WOC
23
24

1.1.7 Manifestasi klinis


GNAPS lebih sering terjadi pada anak dengan rentang usia 6 sampai
15 tahun dan jarang pada usia di bawah 2 tahun. GNAPS didahului oleh
infeksi grup A β-hemolytic streptococci (GABHS) melalui infeksi saluran
pernapasan akut (ISPA) atau infeksi kulit (piodermi) dengan periode laten 1-2
minggu pada ISPA atau 3 minggu pada pioderma. Penelitian multisenter di
Indonesia menunjukkan bahwa infeksi melalui ISPA terdapat pada 45,8%
kasus sedangkan melalui kulit sebesar 31,6%.(Rauf et al., 2012) Gejala klinik
GNAPS bervariasi dari bentuk asimtomatik sampai gejala yang khas. Bentuk
asimtomatik lebih banyak daripada bentuk simtomatik. Bentuk asimtomatik
25

diketahui bila terdapat kelainan sedimen urin terutama hematuria mikroskopik


yang disertai riwayat kontak dengan penderita GNA simtomatik.
GNA simtomatik
1. Periode laten :
Pada GNAPS dijumpai periode laten yaitu periode antara infeksi
streptokokus dan timbulnya gejala klinik. Periode ini berkisar 1-3 minggu.
Periode 1-2 minggu umumnya terjadi pada GNA yang didahului oleh
ISPA, sedangkan periode 3 minggu didahului oleh infeksi kulit/piodermi.
Pada GNA jarang terjadi periode laten dibawah 1 minggu. Bila periode
laten ini berlangsung kurang dari 1 minggu, maka harus dipikirkan
kemungkinan penyakit lain, seperti eksaserbasi dari glomerulonefritis
kronik, lupus eritematosus sistemik, purpura Henoch-Schöenlein atau
Benign recurrent haematuria. (Arsid, R. et al. 2019)
2. Edema :
Merupakan gejala yang paling sering, umumnya pertama kali timbul, dan
menghilang pada akhir minggu pertama. Edema paling sering terjadi di
daerah periorbital (edema palpebra), disusul daerah tungkai. Jika terjadi
retensi cairan hebat, maka edema timbul di daerah perut (asites), dan
genitalia eksterna (edema skrotum). Distribusi edema bergantung pada 2
faktor, yaitu gaya gravitasi dan tahanan jaringan lokal. Oleh sebab itu,
edema pada palpebra sangat menonjol waktu bangun pagi, karena adanya
jaringan longgar pada daerah tersebut dan menghilang atau berkurang
pada siang dan sore hari atau setelah melakukan kegitan fisik. Hal ini
terjadi karena gaya gravitasi. Kadang- kadang terjadi edema laten, yaitu
edema yang tidak tampak dari luar dan baru diketahui setelah terjadi
diuresis dan penurunan berat badan. Edema bersifat pitting sebagai akibat
cairan jaringan yang tertekan masuk ke jaringan interstisial yang dalam
waktu singkat akan kembali ke kedudukan semula. (Arsid, R. et al. 2019)
3. Hematuria
26

Hematuria makroskopik terdapat pada 30-70% kasus GNA, Urin tampak


coklat kemerah-merahan atau seperti teh pekat, air cucian daging atau
berwarna seperti cola. Hematuria makroskopik biasanya timbul dalam
minggu pertama dan berlangsung beberapa hari, tetapi dapat pula
berlangsung sampai beberapa minggu. Hematuria mikroskopik dapat
berlangsung lebih lama, umumnya menghilang dalam waktu 6 bulan.
Kadang-kadang masih dijumpai hematuria mikroskopik dan proteinuria
walaupun secara klinik GNA sudah sembuh. Bahkan hematuria
mikroskopik bisa menetap lebih dari satu tahun, sedangkan proteinuria
sudah menghilang. Keadaan tersebut merupakan indikasi untuk dilakukan
biopsi ginjal, mengingat kemungkinan adanya glomerulonefritis kronik.
(Arsid, R. et al. 2019)
4. Hipertensi :
Hipertensi merupakan gejala yang terdapat pada 60-70% kasus GNA.
Umumnya terjadi dalam minggu pertama dan menghilang bersamaan
dengan menghilangnya gejala klinik yang lain. Pada kebanyakan kasus
dijumpai hipertensi ringan (tekanan diastolik 80-90 mmHg). Bila dijumpai
hipertensi berat, hipertensi berat bisa menyebabkan ensefalopati hipertensi
yaitu hipertensi yang disertai gejala serebral, seperti sakit kepala, muntah-
muntah, kesadaran menurun dan kejang-kejang. Penelitian pernah
dilakukan di Indonesia menemukan ensefalopati hipertensi berkisar 4-50%.
5. Oliguria
Keadaan ini jarang dijumpai, terdapat pada 5-10% kasus GNA dengan
produksi urin kurang dari 350 ml/m2 LPB/hari. Oliguria terjadi bila fungsi
ginjal menurun atau timbul kegagalan ginjal akut. Seperti ketiga gejala
sebelumnya, oliguria umumnya timbul dalam minggu pertama dan
menghilang bersamaan dengan timbulnya diuresis pada akhir minggu
pertama. Oliguria bisa pula menjadi anuria yang menunjukkan adanya
kerusakan glomerulus yang berat dengan prognosis yang jelek.
6. Gejala Kardiovaskular :
27

Gejala kardiovaskular yang paling penting adalah bendungan sirkulasi


yang terjadi pada 20-70% kasus GNA. Bendungan sirkulasi dahulu diduga
terjadi akibat hipertensi atau miokarditis, tetapi ternyata dalam klinik
bendungan tetap terjadi walaupun tidak ada hipertensi atau gejala
miokarditis. Ini berarti bahwa bendungan terjadi bukan karena hipertensi
atau miokarditis, tetapi diduga akibat retensi Na dan air sehingga terjadi
hipervolemi
7. Gejala-gejala lain
Selain gejala utama, dijumpai gejala umum seperti pucat, malaise,letargi
dan anoreksia. Gejala pucat mungkin karena peregangan jaringan
subkutan akibat edema atau akibat hematuria makroskopik yang
berlangsung lama. (Arsid, R. et al. 2019).

1.1.8 Komplikasi
Komplikasi glomerulonefritis akut:

1. Oliguri sampai anuria yang dapat berlangsung 2-3 hari. Terjadi sebagai
akibat berkurangnya filtrasi glomerulus. Gambaran seperti insufisiensi
ginjal akut dengan uremia, hiperfosfatemia, hiperkalemia dan hidremia.
Walaupun oliguria atau anuria yang lama jarang terdapat pada anak, jika
hal ini terjadi diperlukan peritoneum dialisis (bila perlu).
2. Ensefalopati hipertensi, merupakan gejala serebrum karena hipertensi.
Terdapat gejala berupa gangguan penglihatan, pusing, muntah dan kejang-
kejang. Hal ini disebabkan karena spasme pembuluh darah lokal dengan
anoksia dan edema otak.
3. Gangguan sirkulasi berupa dipsneu, ortopneu, terdapat ronki basah,
pembesaran jantung dan meningginya tekanan darah yang bukan saja
disebabkan spasme pembuluh darah tetapi juga disebabkan oleh
bertambahnya volume plasma. Jantung dapat membesardan terjadi gagal
jantung akibat hipertensi yang menetap dan kelainan di miokardium.
28

4. Anemia yang timbul karena adanya hipervolemia disamping sintesis


eritropoietik yang menurun.
5. Gagal Ginjal Akut (GGA)

1.1.9 Pemeriksaan penunjang


1. pemeriksaan laboratorium-Urinalisa (protein uria, hematuria, torak
granula, torak eritrosit)-Darah (BUN, ASTO, C3, hipergama globulinimea
(IgG), pH,Hb, pemeriksaan elektrolit)-Biakan kuman : swab dari
tenggorokan dan titer antistreptolisin (ASO)
2. Radiology-Foto thorak (Adanya bendungan pembuluh darah paru,
cairandalam rongga pleura dan cardiomegali
3. Biopsi ginjal dapat diindikasikan jika dilakukan kemungkinan temuan
adalah meningkatnya jumlah sel dalam setiap glomerulus dan tonjolan
subepitel yang mengandung imunoglobulin dan komplemen

1.1.10 Penatalaksanaan medis


ada penderita GNA penatalaksanaan yang Menurut Konsesnsus
glomerulonefritis akut pasca streptokokus yang dibuat oleh Unit Kerja
Koordinasi Nefrologi Ikatan Dokter Anak Indonesia umumnya tatalaksana
yang dianjurkan adalah sebagai berikut:
1. Istirahat
Istirahat di tempat tidur terutama bila dijumpai komplikasi yang biasanya
timbul dalam minggu pertama perjalanan penyakit GNA. Sesudah fase
akut, tidak diharuskan untuk selalu istirahat di tempat tidur, namun masih
tetap tidak diperbolehkan kegiatan seperti sebelum sakit. Lamanya
perawatan tergantung pada keadaan penyakit. Pada waktu dulu pasien
GNA dianjurkan bed rest sampai berbulan-bulan dengan alasan
proteinuria dan hematuria mikroskopik belum hilang.
2. Diet
Jumlah garam yang diberikan perlu diperhatikan. Bila edema berat,
diberikan makanan tanpa garam, sedangkan bila edema ringan, pemberian
29

garam dibatasi sebanyak 0,5-1 g/hari. Protein dibatasi bila kadar ureum
meninggi, yaitu sebanyak 0,5-1 g/kgbb/hari. Asupan cairan harus
diperhitungkan dengan baik, terutama pada penderita GNA degan oliguria
atau anuria, yaitu jumlah cairan yang masuk harus seimbang dengan
pengeluaran, berarti asupan cairan = jumlah urin + insensible water loss
(20-25 ml/kgbb/ hari) + jumlah keperluan cairan pada setiap kenaikan suhu
dari normal (10 ml/kgbb/hari). (Arsid, R. et al. 2019)
3. Antibiotik
Pemberian antibiotik pada GNA sampai sekarang masih sering
dipertentangkan. Pihak satu hanya memberi antibiotik bila biakan apusan
tenggorok atau kulit positif untuk streptokokus, sedangkan pihak lain
memberikannya secara rutin dengan alasan biakan negatif belum dapat
menyingkirkan infeksi streptokokus. Biakan negatif dapat terjadi oleh
karena telah mendapat antibiotik sebelum masuk rumah sakit atau akibat
periode laten yang terlalu lama (> 3 minggu). Terapi medikamentosa
golongan penisilin diberikan untuk eradikasi kuman, yaitu Amoksisilin 50
mg/kgbb dibagi dalam 3 dosis selama 10 hari. Jika terdapat alergi terhadap
golongan penisilin, dapat diberi eritromisin dosis 30 mg/kgbb/hari. (Arsid,
R. et al. 2019).
30

1.2 Konsep Keperawatan Anak


1.2.1 Pengertian Anak
Menurut UU RI No. IV th 1979 ttg kesejahteraan anak, disebutkan
bahwa anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum
menikah Sedangkan menurut UU RI No. I th 1974 Bab IX ps 42 disebutkan
bahwa anak yang sah adalah yang dilahirkan dalam atau sebagai perkawinan
yang sah.
Dari kedua pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
pengertian anak adalah seseorang yang dilahirkan dalam atau sebagai
perkawinan yang sah yang belum mencapai usia 21 tahun dan belum menikah.

1.2.2 Kedudukan Anak Di Indonesia


Di Indonesia anak dipandang sebagai pewaris keluarga, yaitu penerus
keluarga yang kelak akan melanjutkan nilai – nilai dari keluarga serta
dianggap sebagai seseorang yang bisa memberikan perawatan dan
perlindungan ketika kedua orang tua sudah berada pada tahap lanjut usia
( jaminan hari tua ) . Anak masih dianggap sebagai sumber tenaga murah yang
dapat membantu ekonomi keluarga. Keberadaan anak dididik menjadi pribadi
yang mandiri.

1.2.3 Filosofi Keperawatan Anak


Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada anak harus
memahami bahwa semua asuhan Keperawatan anak harus berpusat pada
keluarga ( family center care ) dan mencegah terjadinya trauma ( atraumatik
care ).
Family center care ( perawatan berfokus pada keluarga ) merupakan
unsur penting dalam perawatan anak karena anak merupakan bagian dari
anggota keluarga, sehingga kehidupan anak dapat ditentukan oleh lingkungan
keluarga., Untuk itu keperawatan anak harus mengenal keluarga sebagai
tempat tinggal atau sebagai konstanta tetap dalam kehidupan anak yang dapat
mempengaruhi status kesehatan anak.
31

Sedangkan maksud dari atraumatic care adalah semua tindakan


keperawatan yang ditujukan kepada anak tidak menimbulkan trauma pada
anak dan keluarga dengan memperhatikan dampak dari setiap tindakan yg
diberikan. Prinsip dari atraumatic care adalah menurunkan dan mencegah
dampak perpisahan dari keluarga, meningkatkan kemampuan orang tua dalam
mengontrol perawatan pada anak, mencegah dan mengurangi cedera ( injury )
dan nyeri ( dampak psikologis ), tidak melakukan kekerasan pada anak dan
modifikasi lingkungan fisik.

1.2.4 Prinsip Keperawatan Anak


Dalam keperawatan anak, perawat harus mengetahui bahwa prinsip
keperawatan anak adalah :
a) Anak bukan miniatur orang dewasa
b) Anak sebagai individu unik & mempunyai kebutuhan sesuai tahap
perkembangan
c) Pelayanan keperawatan anak berorientasi pada pencegahan &
peningkatan derajat kesh, bukan mengobati anak sakit
d) Keperawatan anak merupakan disiplin ilmu kesehatan yang
berfokus pada kesejahteraan anak sehingga perawat bertanggung
jawab secara komprehensif dalam memberikan askep anak
e) Praktik keperawatan anak mencakup kontrak dengan anak &
keluarga untuk mencegah, mengkaji, mengintervensi &
meningkatkan kesejahteran dengan menggunakan proses
keperawatan yang sesuai dengan moral ( etik ) & aspek hukum
( legal )
f) Tujuan keperawatan anak & remaja adalah untuk meningkatkan
maturasi / kematangan
g) Berfokus pada pertumbuhan & perkembangan

1.2.5 Paradigma Keperawatan Anak


1) Manusia (Anak)
32

Anak baik sebagai individu maupun bagian dari keluarga merupakan salah
satu sasaran dalam pelayanan keperawatan. Untuk dapat memberikan
pelayanan keperawatan yang tepat sesuai dengan masa tumbuh kembangnya,
anak di kelompokkan berdasarkan masa tumbuh kembangnya yaitu:
a. Bayi : 0 – 1 th
b. Toddler : 1 – 2,5 th
c. Pra Sekolah : 2,5 – 5 th
d. Sekolah : 5 – 11 th
e. Remaja : 11 – 18 th
Terdapat perbedaan dalam memberikan pelayanan keperawatan antara orang
dewasa dan anak sebagai sasarannya. Perbedaan itu dapat dilihat dari
struktur fisik, dimana secara fisik anak memiliki organ yang belum matur
sepenuhnya. Sebagai contoh bahwa komposisi tulang pada anak lebih
banyak berupa tulang rawan, sedangkan pada orang dewasa sudah berupa
tulang keras.
Proses fisiologis juga mengalami perbedaan, kemampuan anak dalam
membentuk zat penangkal anti peradarangan belum sempurna sehingga daya
tahan tubuhnya masih rentan dan mudah terserang penyakit. Pada aspek
kognitif, kemampuan berfikir anak serta tanggapan terhadap pengalaman
masa lalu sangat berbeda dari orang dewasa, pengalaman yang tidak
menyenangkan selama di rawat akan di rekam sebagai suatu trauma,
sehingga pelayanan keperawatan harus meminimalisasi dampak traumatis
anak.
2) Konsep Sehat Sakit
Menurut WHO, sehat adalah keadaan keseimbangan yang sempurna baik
fisik, mental, sosial, dan tidak semata-mata hanya bebas dari penyakit atau
cacad. Konsep sehat & sakit merupakan suatu spektrum yang lebar & setiap
waktu kesehatan seseorang bergeser dalam spektrum sesuai dengan hasil
interaksi yang terjadi dengan kekuatan yang mengganggunya.
3) Lingkungan
33

Lingkungan berpengaruh terhadap terjadinya suatu kondisi sehat maupun


sakit serta status kesehatan. Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi
kesehatan berupa lingkungan Internal dan lingkungan external . Lingkungan
Internal yang mempengaruhi kesehatan seperti tahap perkembangan, latar
belakang intelektual, persepsi terhadap fungsi fisik, faktor Emosional, dan
spiritual. SEdangkan lingkungan external yang mempengaruhi status
kesehatan antara lain keluarga, sosial ekonomi, budaya
4) Keperawatan
Merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang komprehensif
meliputi biologi, psikologis, social dan spiritual yang ditujukan pada
individu, keluarga, masyarakat dan kelompok khusus yang mengutamakan
pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang diberikan dalam
kondisi sehat maupun sakit.
Anak sebagai individu maupun salah satu anggota keluarga merupakan
sasaran dalam pelayanan keperawatan Sehingga perawat sebagai pemberi
asuhan keperawatan harus memandang anak sebagai individu yang unik
yang memiliki kebutuhan tersendiri sesuai dengan pertumbuhan dan
perkembangannya.

1.2.6 Peran Perawat dalam Keperawatan Anak

1) Pemberi Perawatan
Merupakan peran utama perawat yaitu memberikan pelayanan keperawatan
kepada individu, keluarga,kelompok atau masyarakat sesuai dengan masalah
yang terjadi mulai dari masalah yang bersifat sederhana sampai yang
kompleks. Contoh peran perawat sebagai pemberi perawatan adalah peran
ketika perawat memenuhi kebutuhan dasar seperti memberi makan,
membantu pasien melakukan ambulasi dini.
2) Sebagai Advokat Keluarga
Sebagai client advokat, perawat bertanggung jawab untuk memebantu klien
dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi
34

pelayanan dan informasi yang diperlukan untuk mengambil persetujuan


(inform concent) atas tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya.
Peran perawat sebagai advocate keluarga dapt ditunjukkan dengan
memberikan penjelasan tentang prosedur operasi yang akan di lakukan
sebelum pasien melakukan operasi.
3) Pendidik
Perawat bertanggung jawab dalam hal pendidikan dan pengajaran ilmu
keperawatan kepada klien, tenaga keperawatan maupun tenaga kesehatan
lainya. Salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam keperawatan adalah
aspek pendidikan, karena perubahan tingkah laku merupakan salah satu
sasaran dari pelayanan keperawatan. Perawat harus bisa berperan sebagai
pendidik bagi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Memberi
penyuluhan kesehatan tentang penanganan diare merupakan salah satu
contoh peran perawat sebagai pendidik (health educator).
4) Konseling
Tugas utama perawat adalah mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien
terhadap keadaan sehat sakitnya. Adanya perubahan pola interaksi ini
merupakan dasar dalam perencanaan tindakan keperawatan. Konseling
diberikan kepada individu, keluarga dalam mengintegrasikan pengalaman
kesehatan dengan pengalaman masa lalu. Pemecahan masalah difokuskan
pada; masalah keperawatan, mengubah perilaku hidup sehat (perubahan pola
interaksi).
5) Kolaborasi
Dalam hal ini perawat bersama klien, keluarga, team kesehatan lain
berupaya mengidentfikasi pelayanan kesehatan yang diperlukan termasuk
tukar pendapat terhadap pelayanan yang diperlukan klien, pemberian
dukungan, paduan keahlian dan ketrampilan dari berbagai professional
pemberi palayanan kesehatan. Sebagai contoh, perawat berkolaborasi dengan
ahli gizi untuk menentukan diet yang tepat pada anak dengan nefrotik
35

syndrome. Perawat berkolaborasi dengan dokter untuk menentukan dosis


yang tepat untuk memberikan Antibiotik pada anak yang menderita infeks.
6) Peneliti
Seorang perawat diharapkan dapat menjadi pembaharu (innovator) dalam
ilmu keperawatan karena ia memiliki kreativitas, inisiatif, cepat tanggap
terhadap rangsangan dari lingkunganya. Kegiatan ini dapat diperoleh
diperoleh melalui penelitian. Penelitian, pada hakekatnya adalah melakukan
evalusai, mengukur kemampuan, menilai, dan mempertimbangkan sejauh
mana efektifitas tindakan yang telah diberikan. Dengan hasil penelitian,
perawat dapat mengerakan orang lain untuk berbuat sesuatu yang
berdasarkan kebutuhan, perkembangan dan aspirasi individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat. Oleh karena itu perawat dituntut untuk selalu
mengikuti perkembangan memanfaatkan media massa atau media informasi
lain dari berbagai sumber. Selain itu perawat perlu melakukan penelitian
dalam rangka mengembagkan ilmu keperawatan dan meningkatkan praktek
profesi keperawatan.

1.3 Manajemen Asuhan Keperawatan

1.3.1 Pengkajian

a) Identitas Klien:
GNA adalah suatu reaksi imunologi yang sering ditemukan pada anak
umur 3-7 tahun lebih sering pada pria
b) Riwayat penyakit sebelumnya :
Adanya riwayat infeksi streptokokus beta hemolitik dan riwayat lupus
eritematosus atau penyakit autoimun lain.
c) Riwayat penyakit sekarang :
Klien mengeluh kencing berwarna seperti cucian daging, bengkak sekitar
mata dan seluruh tubuh. Tidak nafsu makan, mual , muntah dan diare.
Badan panas hanya sutu hari pertama sakit.
d) Pertumbuhan dan perkembangan :
36

Pertumbuhan :

BB, TB dan gigi permanen menurut usia

Perkembangan :

Psikososial : Anak pada tugas perkembangan industri X inferioritas, dapat


menyelesaikan tugas menghasilkan sesuatu

e) Aktivitas/istirahat
Gejala: kelemahan/malaise

Tanda: kelemahan otot, kehilangan tonus otot

f) Sirkulasi
Tanda: hipertensi, pucat,edema
g) Eliminasi
Gejala: perubahan pola berkemih (oliguri)

Tanda: Perubahan warna urine (kuning pekat, merah)

h) Makanan/cairan
Gejala: BB (edema), anoreksia, mual,muntah
Tanda: penurunan haluaran urine
i) Pernafasan
Gejala: nafas pendek

Tanda: Takipnea, dispnea, peningkatan frekwensi, kedalaman (pernafasan


kusmaul)

j) Nyeri/kenyamanan
Gejala: nyeri pinggang, sakit kepal
Tanda: perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah k)

1.3.2 Pengkajian Perpola

a) Pola nutrisi dan metabolik


37

Suhu badan normal hanya panas hari pertama sakit. Dapat terjadi
kelebihan beban sirkulasi karena adanya retensi natrium dan air, edema
pada sekitar mata dan seluruh tubuh. Klien mudah mengalami infeksi
karena adanya depresi sistem imun. Adanya mual , muntah dan anoreksia
menyebabkan intake nutrisi yang tidak adekuat. BB meningkat karena
adanya edema. Perlukaan pada kulit dapat terjadi karena uremia.
b) Pola eliminasi :
Eliminasi alvi tidak ada gangguan, eliminasi uri : gangguan pada
glumerulus menyebakan sisa-sisa metabolisme tidak dapat diekskresi dan
terjadi penyerapan kembali air dan natrium pada tubulus yang tidak
mengalami gangguan yang menyebabkan oliguria sampai
anuria ,proteinuri, hematuria.
c) Pola Aktifitas dan latihan :
Pada Klien dengan kelemahan malaise, kelemahan otot dan kehilangan
tonus karena adanya hiperkalemia. Dalam perawatan klien perlu istirahat
karena adanya kelainan jantung dan dan tekanan darah mutlak selama 2
minggu dan mobilisasi duduk dimulai bila tekanan ddarah sudah normaal
selama 1 minggu. Adanya edema paru maka pada inspeksi terlihat retraksi
dada, pengggunaan otot bantu napas, teraba , auskultasi terdengar rales
dan krekels , pasien mengeluh sesak, frekuensi napas. Kelebihan beban
sirkulasi dapat menyebabkan pemmbesaran jantung [ Dispnea, ortopnea
dan pasien terlihat lemah] , anemia dan hipertensi yang juga disebabkan
oleh spasme pembuluh darah. Hipertensi yang menetap dapat
menyebabkan gagal jantung. Hipertensi ensefalopati merupakan gejala
serebrum karena hipertensi dengan gejala penglihatan kabur, pusing,
muntah, dan kejang-kejang. GNA munculnya tiba-tiba orang tua tidak
mengetahui penyebab dan penanganan penyakit ini.
d) Pola tidur dan istirahat :
38

Klien tidak dapat tidur terlentang karena sesak dan gatal karena adanya
uremia. keletihan, kelemahan malaise, kelemahan otot dan kehilangan
tonus
e) Kognitif & perseptual :
Peningkatan ureum darah menyebabkan kulit bersisik kasar dan rasa
gatal.Gangguan penglihatan dapat terjadi apabila terjadi ensefalopati
hipertensi. Hipertemi terjadi pada hari pertama sakit dan ditemukan bila
ada infeksi karena inumnitas yang menurun.
f) Persepsi diri :
Klien cemas dan takut karena urinenya berwarna merah dan edema dan
perawatan yang lama. Anak berharap dapat sembuh kembali seperti
semula

g) Hubungan peran :
Anak tidak dibesuk oleh teman temannya karena jauh dan lingkungan
perawatann yang baru serta kondisi kritis menyebabkan anak banyak
diam.
h) Nilai keyakinan :
Klien berdoa memohon kesembuhan sebelum tidur.

1.3.3 Diagnosa keperawatan

diagnosa yang sering muncul pada penyakit gluremulonefritis:


a. Intoleransi aktifitas
b. hipervolemia
c. Resiko gangguan perfusi perifer
d. Defisit pengetahuan

1.3.4 Intervensi keperawatan


no Diagnosa Luaran slki Intervensi
39

sdki siki

1 Intoleransi Toleransi Aktivitas Manajemen Energi (I.


aktifitas Meningkat (L.05047) 05178)

1. Keluhan lelah 1. Observasi


menurun o Identifkasi
2. Dispnea saat aktivitas gangguan fungsi
enurun tubuh yang
3. Dispnew setelah mengakibatkan
aktivitas menurun kelelahan
4. Perasaan lemah o Monitor kelelahan
menurun fisik dan emosional
5. Tekanan darah o Monitor pola dan
membaik jam tidur
6. Frekuensi napas o Monitor lokasi dan
membaik ketidaknyamanan
selama melakukan
aktivitas
2. Terapeutik
o Lakukan rentang
gerak pasif dan/atau
aktif
o Berikan aktivitas
distraksi yang
menyenangkan
o Fasilitas duduk di
sisi tempat tidur,
jika tidak dapat
berpindah atau
berjalan
3. Edukasi
o Anjurkan tirah
baring
o Anjurkan
melakukan aktivitas
secara bertahap
o Ajarkan strategi
koping untuk
mengurangi
kelelahan
4. Kolaborasi
o Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang
40

cara meningkatkan
asupan makanan

Terapi Aktivitas (I.05186)

1. Observasi
o Identifikasi deficit
tingkat aktivitas
o Identifikasi
kemampuan
berpartisipasi dalam
aktivotas tertentu
o Identifikasi sumber
daya untuk aktivitas
yang diinginkan
o Monitor respon
emosional, fisik,
social, dan spiritual
terhadap aktivitas
2. Terapeutik
o Fasilitasi focus
pada kemampuan,
bukan deficit yang
dialami
o Koordinasikan
pemilihan aktivitas
sesuai usia
o Fasilitasi makna
aktivitas yang
dipilih
o Fasilitasi akvitas
motorik kasar untuk
pasien hiperaktif
o Libatkan dalam
permaianan
kelompok yang
tidak kompetitif,
terstruktur, dan
aktif
o Libatkan kelarga
dalam aktivitas, jika
perlu
o Fasilitasi
mengembankan
41

motivasi dan
penguatan diri
3. Edukasi
o Anjurkan
melakukan aktivitas
fisik, social,
spiritual, dan
kognitif, dalam
menjaga fungsi dan
kesehatan
o Anjurka terlibat
dalam aktivitas
kelompok atau
terapi, jika sesuai

2 hipervolemia Keseimbangan cairan Manajemen hipovolemia


1. Observasi
meningkat l03020
o Periksa tanda dan
1. Haluaran urin gejala hipervolemia
o monitor intake dan
meningkat
output cairan
2. Edema menurun o monitor kecepatan
infus dengan ketat
3. Tekanan darah
o monitor efek
membaik samping diuretik
2. Terapeutik
4. Turgor kulit membaik
o batasi asupan cairan
dan garam
o Timbang bb setiap
hari diwaktu yang
sama
3. Edukasi
o anjurkan melapor
jika haluaran urin
kurang dari
0,5ml/kg/6 jam
o ajarkan mengukur
dan mencatat asupan
dan haluaran cairan
o ajarkan membatasi
cairan
4. Kolaborasi
o kolaborasi
pemberian diuretik
42

3 Resiko Perfusi perifer Pencegahan Syok


gangguan (I.14545)
meningkat l.02011
perfusi perifer
1. Kelemahan otot 1. Observasi
menurun
o Monitor status
2. Warna kulit pucat kardiopulmunal
menurun (frekwensi dan
kekuatan nadi,
3. Turgor membaik frekwensi nafas, TD,
4. Tekanan darah MAP)
o Monitor status
membaik oksigenasi
(oksimetri nadi,
AGD)
o Monitor status
cairan (masukan dan
haluaran, turgor
kulit, CRT)
o Monitor tingkat
kesadaran dan
respon pupil

2. Terapeutik

o Berikan oksigen
untuk
mempertahankan
saturasi oksigen
>94%

3. Edukasi

o Jelaskan penyebab/
faktor resiko syok
o Jelaskan atnda dan
gejala awal syok
o Anjurkan melapor
jika menemukan/
merasakan tanda dan
43

gejala syok
o Anjurkan
memperbanyak
asupan oral

4. Kolaborasi

o Kolaborasi
pemberian IV, jika
perlu

Perawatan Sirkulasi
(I.02079)

1. Observasi

o Periksa sirkulasi
perifer(mis. Nadi
perifer, edema,
pengisian kalpiler,
warna, suhu, angkle
brachial index)
o Identifikasi faktor
resiko gangguan
sirkulasi (mis.
Diabetes, perokok,
orang tua, hipertensi
dan kadar kolesterol
tinggi)
o Monitor panas,
kemerahan, nyeri,
atau bengkak pada
ekstremitas

3. Edukasi

o Ajurkan melahkukan
perawatan kulit yang
tepat(mis.
Melembabkan kulit
kering pada kaki)

o Informasikan tanda
dan gejala darurat
44

yang harus
dilaporkan( mis.
Rasa sakit yang
tidak hilang saat
istirahat, luka tidak
sembuh, hilangnya
rasa)

4 Defisit Tingkat pengetahuan Edukasi proses penyakit


pengetahuan
meningkat L12111 1. Observasi
1. Perilaku sesuai o Identifikasi
anjuran meningkat kesiapan menerima
2. Persepsi yang keliru informasi
terhadap masalah 2. Terapeutik
menurun o Sediskan materi dan
media pendkes
o Jadwalkan pendkes
o Berikan kesempatan
untuk bertanya
3. Edukasi
o Jelaskan penyebab
dan faktor resiko
penyakit
o Jelaskan proses
patofisiologi
munculnya penyakit
o Jelaskan tanda dan
gejala timbulnya
penyakit
o Jelaskan
kemungkinan
45

komplikasi
o Informasikan
kondisi pasien saaat
ini

1.3.5 Implementasi keperawatan


Pelaksanaan perencanaan keperawatan adalah kegiatan atau tindakan yang
diberikan pada pasien sesuai dengan rencana keperawatan yang telah
ditetapkan tergantung pada situasi dan kondisi paasien saat itu

1.3.6 Evaluasi keperawatan


Dilaksanakan suatu penilaian terhadap asuhan keperawatan yang telah
diberikan atau dilaksanakan dengan berpegang reguh pada tujuan yang ingin
dicapai. Pada bagian ini ditentukan apakah perencanaan sudah tercapai atau
belum, dapat juga timbul masalah baru.(Rika, 2017).
46

BAB II
YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

Jalan Beliang No.110 Palangka Raya Telp/Fax. (0536) 3227707

E-Mail : stikesekaharap110@yahoo.com

FORMAT PENGKAJIAN ANAK

Nama Mahasiswa : Rista Bela


Nim : 2019.C.11a.1026
Tempat Praktek : RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangkaraya
Tanggal Pengkajian & Jam : 06 oktober 2021/ 08.00

2.1 Pengkajian
2.1.1 Anamnesa
2.1.1.1 Identitas Pasien
Nama Klien : An D
TTL : palangkaraya, 4 februari 2007
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : KP
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : TK
Alamat : Jl. Kahayan III
Diagnosa Medis : Glomerulonefritis akut

2.1.1.2 Identitas Penanggung Jawab


Nama : Ny.A
47

TTL : -

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : KP

Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia

Pendidikan : SLTA

Alamat : Jl. Kahayan III

Hubungan Keluarga : Ibu

2.1.1.3 Keluhan Utama


Pasien mengeluh demam,nyeri saat BAK
2.1.1.4 Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan sekarang
Ibu pasien mengatakan sejak 3 hari yang lalu anaknya mengeluh nyeri perut
bagian kiri Saat ingin BAK, BAK keluar sedikit sedikit, hari keempat anak
demam tinggi dan lemes, orang tua langsung membawa anak ke rumah sakit.
Hasil pemeriksaan didapatkan
P: klien mengeluh nyeri perut kuadran bawah . Nyeri bertambah bila kencing
keluar sedikit sedikit .
Q: seperti terbakar
R: nyeri menjalar dari perut bawah hingga pingang
S: 5
T: 1-3 menit
Td: 100/60 N: 141x/Menit Spo2: 98% RR: 24x/menit, S:38 C
2) Riwayat Kesehatan lalu
Ibu pasien mengatakan anaknya belum pernah sakit sampai dibawa kerumah
sakit, pasien biasanya sakit demam dan flu biasa , diperiksakan kedokter
sudah bisa sembuh.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
48

Ibu pasien mengatakan Keluarga klien tidak ada yang pernah mengalami
kasus seperti klien dan tidak ada yang mempunyai penyakit serius lainnya
seperti DM, ginjal dan lain sebagainya.
4) Susunan Genogram
KET :
= Laki-Laki
= Perempuan
= Meninggal
= Pasien
= Tinggal Serumah

Pemeriksaan Fisik
2.1.1.5 Keadaan Umum : Baik
Tanda-tanda Vital
Nadi : 141 x/menit
Suhu : 38 0C
Respirasi: 26 x/menit
2.1.1.6 Kepala dan Wajah
Kepala bentuk Mesochepal, tidak ada luka dan jejas, rambut hitam, lembab,
rambut tidak mudah tercabut,tidak ada nyeri tekan bagian kepala. Wajah tidak
ada luka, lesi maupun jejas. Mata simetris kanan dan kiri, sclera tidak ikterik,
konjungtiva tidak anemis, kedua pupil isokor kanan dan kiri 2 mm, dan reflek
pupil +/+. Kedua telinga simetris, tidak ada jejas, bersih, dan tidak ada
serumen. Hidung tidak terpasang NGT, tidak ada sekret di hidung, dan tidak
ada napas cuping hidung.
2.1.1.7 Leher dan Tenggorokan
Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada pembesaran tonsil
2.1.1.8 Mulut dan Faring
Mulut bersih dan tidak ada sianosis, bibir lembab
49

2.1.1.9 Dada
Dada simetris, retraksi dada tidak ada, RR: 26x/menit
2.1.1.10Abdomen
Inspeksi :Datar, tidak ada penjolan , tidak ada lesi maupun lebam
Auskultasi :Bising usus 10x/ mnit
Perkusi :Timpani
Palpasi :Nyeri bagian kiri bawah, Turgor kulit elastis dan lembab.
2.1.2.7 Eliminasi
Pasien mengatakan BAK 3-4 kali sehari, keluaar sedikit sedikit, BAB 2 hari 1x
konsistensi padat , feses bay khas, warna kecoklatan.
2.1.2.8.Ekstremitas

Kekuataan otot normal, terpasang infus pada tangan kiri, kaki agak uedem,
elastisitas kulit kurang baik.

2.1.1.11Genetalia
Tidak ada luka ,tidak ada pembengkakan
2.1.2 Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
2.1.2.1 Gizi Selera makan
Pola Makan Sehari- Sesudah Sakit Sebelum Sakit
hari

Frekuensi/hari 3 x sehari 3 x sehari

Porsi 3 piring makan 3 piring makan

Nafsu makan Agak menurun Lahap

Jenis Makanan Nasi, Lauk, Sayur Nasi, Lauk Sayur

Jenis Minuman Air putih Air putih

Jumlah minuman 1 Liter/Hari 1-1,5 Liter/Hari


50

Kebiasaan makan Disuapi Makan sendiri

Keluhan/masalah Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan

TB: 150

BB : 40 Kg

IMT : BB (dalam kg)

TB2 ( dalam meter)

: 45

(1,5)2

: 45 : 20 ( gizi baik)

2,25

2.1.2.2 Kemandirian dalam bergaul


Pasien mengatakan setelah pulang sekolah biasanya latihan basket dan belajar
dengan teman temanya.
2.1.2.3 Motorik halus
Pasien suka mengkoleksi gaambar gambar pemain baskes dan di tempel di
kamarnya, agar terlihat estetik.
2.1.2.4 Motorik Kasar
ibu pasien mengatakan tinggi dan bb anaknya diatas teman temannya. Karena
anaknya sangat hooby bermain basket dan olahraga.
2.1.2.5 Kognitif dan bahasa
51

Ibu pasien mengatakan anaknyaa sering mendapat nilai A hampir dalam


semua pelajaran, pasien juga sangat hoby dengan olahraga dan sering
mendapat juara. Perkembangan bahasa anak baik, bisa komunikatif saat
diajak komunikasi, ibu pasien mengaatakan anaknya seelalu berbahasa asopan
saat diajaak bicara terlebih jika usia yang diajak bicara lebih tua.
2.1.2.6 Psikososial
Ibu pasien mengatakan anaknya sangat frindly ke semua orang, anak sangat
gampaang bergaul dengan orang orang baru.
2.1.3 Pola Aktivitas Sehari-hari
No Pola Kebiasaan Keterangan

Nutrisi
a. Frekuensi
Frekuensi makan pasien 3xsehari,
b. Nafsu Makan/selera
kadang habis kadang tidak
c. Jenis Makanan
Nasi, Sayur, Lauk

Eliminasi
a. BAB
a. 1 x/hari
b. BAK
b. 3-4 x/hari.
Istirahat dan tidur
a. Siang/jam a. 2 jam
b. Malam/jam b. 9 jam
Personal Hyigene
a. Mandi
a. 2 x/hari
b. Oral Hygene
b. 2 x/hari

2.1.4 Data Penunjang


1. Glukosa sewaktu :103 mg/dl
52

2. Ureum :82 mg/dl


3. Kreatin :1,26 mg/dl
4. SGOT/AST :109 U/L
5. SGPT/ALT :19 U/L
6. HBs Ag (Antigen) :Negatif
7. Natrium (Na) :137 mmol/l
8. Kalium (K) :4,3 mmol/l
9. Calcium (Ca) :1,21mmol/l
10. Albumin :3,69g/dl
11. Darah lengkap
53

12. Urin lengkap


54

2.1.5 Penatalaksanaan Medis


Terapi obat
1. Infus NaCl 0,9 % 15tpm
2. Infus cefotaxine 2x1gr
3. Infus omeprazole 2x40gr
4. Injeksi kalnex 3x 500mg

Mahasiswa,

Rista Bela
55

ANALISA DATA

DATA SUBYEKTIF DAN DATA KEMUNGKINAN MASALAH


OBYEKTIF PENYEBAB
DS: Proses penyakit . Hipertermia
Pasien mengeluh demam Peradangan pada
DO: glomerulus
px tampak lemah, kesadaran CM,
badan teraba hangat,akral pasien Proses Infeksi
teraba hangat TD: 100/60 mmHg Nadi
141/menit Suhu 38oC spo2: 98%, RR: Suhu diatas normal
26x/mnt

DS: Agen pencedera fisiologis Nyeri akut


pasien mengeluh nyeri
P: klien mengeluh nyeri perut
kuadran bawah . Nyeri bertambah bila
kencing keluar sedikit sedikit .
Q: seperti terbakar
R: nyeri menjalar dari perut bawah
hingga pingang
S: 5
T: 1-3 menit
DO:
px tampak lemah, kesadaran CM,
Pasien tampak meringis, gelisah dan
merintih sakit, skala nyeri 5
TD: 100/60 mmHg Nadi 141/menit
Suhu 38oC spo2: 98%, RR: 26x/mnt
56

DS: Kurang kontrol pola tidur Gangguan pola


Pasien mengatakan tidak bisa tidur tidur
karena nyeri dan demam, pasien
sering terbangun saat nyeri perut
Pasien tidur malam pukul 22.00-03.00
terbangun karena nyeri, Pagi 08.00-
09.00 setelah minum obat
DO:
Tampak kantung mata pasien
Tampaak sekitar mata cekung dan
agak kehitamaan
TD: 100/60 mmHg Nadi 141/menit
Suhu 38oC spo2: 98%, RR: 26x/mnt
57

PRIORITAS MASALAH

1. Hipertermia b.d proses penyakit D.0130


2. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis D.0077
3. Gangguan Pola tidur b.d kurang kontrol tidur D.0055
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien: An.D

Ruang Rawat: Flamboyan

Diagnosa Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi Rasional


Keperawatan
Hipertermia b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipertermia 1. tanda-tanda vital
keperawatan selama 1x2
proses penyakit merupakam acuan
jam pertemuan Observasi
D.0130 termoregulasi membaik untuk mengetahui
1. Identifkasi penyebab
keadaan umum
KRITERIA HASIL: hipertermi
2. Monitor suhu tubuh pasien
(1) Suhu tubuh tidak
2. Agar keluarga
meningkat Terapeutik
mengetahui
3. Basahi dan kipasi 3. peningkatan suhu
permukaan tubuh tubuh yang terjadi
4. Berikan cairan oral
5. Ganti linen setiap 4. dan untuk
hari atau lebih sering mengurangi
jika mengalami kecemasan
hiperhidrosis
5. Untuk menjaga agar
(keringat berlebih)
pasien merasa
Edukasi nyaman, dan
6. Anjurkan tirah baring pakaian tipis yang
dikenakan untuk
Kolaborasi
membantu
7. Kolaborasi cairan dan penguapan tubuh
elektrolit intravena,
6. Peningkatan suhu
jika perlu
tubuh
Regulasi tempratur mengakibatkan

Observasi penguapan tubuh


meningkat sehingga
8. Monitor suhu tubuh
perlu diimbangi
anak tiap 2 jam, jika
perlu dengan asupan
9. Monitor tekanan cairan yang banyak
darah, frekuensi
untuk mencega
pernapasan dan nadi
10. Monitor warna dan terjadinya dehidrasi.
suhu kulit 7. Kompres hangat
11. Monitor dan
membantu untuk
catat tanda dan
gejala hipotermia dan menurunkan suhu
59

hipertermia tubuh.

Terapeutik

12. Tingkatkan asupan


cairan dan nutrisi
yang adekuat
13. Sesuaikan suhu
lingkungan dengan
kebutuhan pasien

Nyeri akut b.d Setelah dilakukan tindakan Terapeutik 1. Dengan


keperawatan selama 1x2
agen pencedera mengidentifikasi
jam pertemuan tingkat 1. Berikan teknik
fisiologis D.0077 nyeri menurun nonfarmakologis dapat membantu
untuk mengurangi perawat untuk
KRITERIA HASIL:
rasa nyeri.
berfokus pada
(1) Keluhan nyeri menurun 2. Kontrol lingkungan
yang memperberat penyebab nyeri dan
(2) Pasien tidak meringis
nyeri. manajemennya
(3) Pasien tidak gelisah
3. Fasilitasi istirahat
2. Dengan mengetahui
dan tidur.
4. Pertimbangkan jenis skala nyeri klien
dan sumber nyeri dapat membantu
dalam pemilihan perawat untuk
strategi meredakan
mengetahui tingkat
nyeri.
nyeri klien
Edukasi 3. Dengan

5. Jelaskan penyebab, mengidentifikasi


periode, dan pemicu respon nyeri non
nyeri.
verbal klien dapat
6. Jelaskan strategi
meredakan nyeri. mengetahui seberapa
7. Anjurkan monitor kuat nyeri yang
nyeri secara mandiri.
dirasakan oleh klien
Kolaborasi 4. Pemberian teknik non
farmakologis dapat
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu. membantu klien
dalam mengurangi
kecemasan nyeri
5. Dengan menjelaskan
tujuan dan manfaat
dapat membantu
klien dan keluarga
dalam pentingnya

59
60

informasi mengontrol
nyeri dan
menemukan
dukungan keluarga
6. Pemberian analgetik
dapat memblok nyeri
pada susunan saraf
pusat

Gangguan Pola Setelah dilakukan tindakan Observasi 1. mengatur pola tidur


keperawatan selama 1x2
tidur b.d kurang 2. Meningkatkan pola
jam pertemuan Keluhan 1. Identifikasi pola
kontrol tidur sulit tidur menurun aktifitas dan tidur. tidur.
KRITERIA HASIL: 2. Identifikasi faktor 3.
D.0055 Mengurangi
(1) Pasien dengan istirahat pengganggu tidur.
gangguan pada pola
cukup Terapeutik tidur. Memberikan
(2) Tidak terjadi keluhan 3. Modifikasi
kenyamanan untuk
lingkungan.
istirahat tidak cukup
tidur.

60
1

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

No. Tanda tangan dan


Hari/Tanggal
Dx Implementasi Evaluasi (SOAP) Nama Perawat
Jam
1 6/10/2021 1. mengidentifkasi penyebab hipertermi S: Rista Bela
2. Memonitor suhu tubuh
08.00-10.00 Pasien masih mengeluh demam
3. membasahi dan kipasi permukaan tubuh
4. memberikan cairan oral O:
5. menganti linen setiap hari atau lebih sering jika
hasil pemeriksaan didapatkan akral pasien
mengalami hiperhidrosis (keringat berlebih)
6. menganjurkan tirah baring teraba hangat TD: 100/60mmHg Nadi 141/menit
7. mengkolaborasi cairan dan elektrolit intravena,
Suhu 38oC spo2: 98%
jika perlu
A:
masalah hipertemia belum teratasi
P:
lanjutkan intervensi Regulasi temperatur

2 6/10/2021 1. mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, S: Rista Bela


frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, skala nyeri
10.00-12.00 pasien mengeluh masih nyeri
2. mengdentifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri P: klien mengeluh nyeri perut kuadran bawah .
3. Memonitor keberhasilan terapi komplementer
Nyeri bertambah bila kencing keluar sedikit
yang sudah diberikan
1
2

4. Memonitor efek samping penggunaan analgetik sedikit .


5. memberikan teknik nonfarmakologis untuk
Q: seperti terbakar
mengurangi rasa nyeri
memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan, R: nyeri menjalar dari perut bawah hingga
pencahayaan, kebisingan) pingang
6. menjelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri S: 5
7. menjelaskan strategi meredakan nyeri T: 1-3 menit
mengkolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
O:
Hasil pemeriksaan didapatkan
Pasien tampak meringis, gelisah dan merintih
sakit
Td: 100/60mmHg N: 141x/Menit Spo2: 98%
RR: 24x/menit
A:
masalah nyeri akut belumteratasi
P:
lanjutkan intervensi pemberian algetik

2
3

3 6/10/2021 1. mengidentifikasi pola aktifitas dan tidur S: Rista Bela


2. mengidentifikasi faktor pengganggu tidur
13.00 Pasien mengatakan tidak bisa tidur karena nyeri
3. Memodifikasi lingkungan
dan demam, pasien sering terbangun saat nyeri
perut
Pasien tidur malam pukul 22.00-03.00
terbangun karena nyeri, Pagi 08.00-09.00
setelah minum obat
O:
Tampak kantung mata pasien
Tampaak sekitar mata cekung dan agak
kehitamaan
TD: 100/60mmHg
Nadi 141x/menit
A: masalah pola tidur teratasi sebagian
P: lanjutka intervensi
- mengidentifikasi pola aktifitas dan tidur
- memodifikasi lingkungan

3
4

1 7/10/2021 1. Memonitor suhu tubuh anak tiap 2 jam, jika S: Rista Bela
perlu
08.00-10.00 Pasien mengatakan demam sempat turun dan
2. Memonitor tekanan darah, frekuensi pernapasan
dan nadi naik lagi
3. Memonitor warna dan suhu kulit
O:
4. Memonitor dan catat tanda dan gejala
hipotermia dan hipertermia hasil pemeriksaan didapatkan akral pasien
5. meningkatkan asupan cairan dan nutrisi yang
teraba hangat TD: 110/70mmHg Nadi 116/menit
adekuat
6. menyesuaikan suhu lingkungan dengan Suhu 37,2oC spo2: 99%
kebutuhan pasien
A:
masalah hipertermia teratasi sebagian
P:
lanjutkan intervensi termoregulasi

2 7/10/2021 1. mengidentifikasi karakteristik nyeri S: Rista Bela


2. mengidentifikasi riwayat alergi obat
10.00-12.00 pasien mengeluh masih nyeri
3. mengidentifikasi kesesuaian jenis analgesik
Monitor tanda-tanda vital sebelum dan P: klien mengeluh nyeri perut kuadran bawah .
sesudah pemberian analgesik
Nyeri bertambah bila kencing keluar sedikit
4. menetapkan target efektifitas analgesic untuk
mengoptimalkan respon pasien sedikit .
5. mendokumentasikan respon terhadap efek
Q: seperti terbakar
analgesic dan efek yang tidak diinginkan
6. menJelaskan efek terapi dan efek samping R: nyeri menjalar dari perut bawah hingga
obat
pingang
S: 34

4
5

T: 1-3 menit
O:
Hasil pemeriksaan didapatkan
Pasien tampak meringis, gelisah dan merintih
sakit
Td: 120/70mmHg N: 112x/Menit Spo2: 98%
RR: 24x/menit
S: skala 4 menjadi skala 2
A:
masalah nyeri akut teratasi sebagian
P:
lanjutkan intervensi manajemen nyeri

5
6

3 7/10/2021 o mengidentifikasi pola aktifitas dan tidur S: Rista Bela


o modifikasi lingkungan
13.00 Pasien mengatakan sudah bisa tidur sesekali
terbangun 22.00-04.00, Pagi 08.00-09.00 setelah
minum obat
O:
Tampak kantung mata pasien agak pudar
Tampak sekitar mata kehitaman sudah
memudar
TD: 120/80mmHg
Nadi 112x/menit
A: masalah pola tidur teratasi sebagian
P: lanjutka intervensi
mengidentifikasi pola aktifitas dan tidur

6
7

1 8/10/2021 1. Memonitor suhu tubuh S: Rista Bela


2. memberikan cairan oral
08.00 Pasien mengatakan demam turun, agak demam
biasanya menjelang malam
O:
hasil pemeriksaan didapatkan akral pasien
teraba hangat TD: 110/70mmHg Nadi 116/menit
Suhu 37,4oC spo2: 99%
A: masalah hipertermia teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi

2 8/10/2021 1. memberikan teknik nonfarmakologis untuk S: Rista Bela


mengurangi rasa nyeri
10.00-12.00 pasien mengeluh masih nyeri
2. memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan) P: klien mengeluh nyeri perut kuadran bawah .
3. menjelaskan penyebab, periode, dan pemicu
Nyeri bertambah bila kencing keluar sedikit
nyeri
4. menjelaskan strategi meredakan nyeri sedikit .
Q: seperti terbakar
R: nyeri menjalar dari perut bawah hingga
pingang
S: 3
T: 1-3 menit
O:
7
8

Hasil pemeriksaan didapatkan


Pasien tampak meringis, gelisah dan merintih
sakit
Td: 120/70mmHg N: 112x/Menit Spo2: 98%
RR: 24x/menit
S: skala 3 menjadi skala 2
A:
masalah nyeri akut teratasi sebagian
P:
lanjutkan intervensi

- teknik nonfarmakologis untuk mengurangi


rasa nyeri

3 8/10/2021 o mengidentifikasi pola aktifitas dan tidur S: Rista Bela


13.00 Pasien mengatakan sudah bisa tidur 22.00-
05.00, Pagi 08.00-09.00 setelah minum obat
O:
Tampaak sekitar mata kehitaman sudah
memudar
TD: 120/80mmHg

8
9

Nadi 112x/menit
A: masalah pola tidur teratasi
P: hentikan intervensi

9
1

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Glomerulonefritis akut (GNA) merupakan inflamasi pada glomerulus akibat suatu
reaksi imunologis pada ginjal terhadap bakteri atau virus tertentu yang ditandai dengan
poliferasi sel-sel glomerulus dengan onset mendadak. Glomerulonefritis akut pasca
streptokokus terjadi akibat infeksi yang disebabkan oleh bakteri β-hemolytic streptococci
namun infeksi tersebut tidak terjadi langsung di ginjal melainkan di ekstra renal.

1
2

DAFTAR PUSTAKA
AKG (2019) ‘Berita Negara’, Menteri Kesehatan Republik Indonesia Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia, Nomor 65(879), Pp. 2004–2006.

Arsid, R. Et Al. 2019 ‘Glomerulonefritis Akut Pasca Streptococcus’, 1(2), Pp. 98– 104.

Ashari L., 2018, ‘Gambaran Karakteristik Penyakit Ginjal Kronik Berat Pada Anak Di Rsup
Haji Adam Malik Medan Periode 2017- 2018’, Skripsi, Program Studi Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.

Bhimma R, Langman CB 2016, 'Acute Poststreptococcal Glomerulonephritis' (Diunduh 20


Mei 2020). Available At: Http : //Medicine.Medscape.Com/Article/980685. Overview.

Carapetis JR, Steer AC, Mulholland EK, Weber M. 2005 The Global Burden Of Group A
Streptococcal Diseases. Lancet Infect Dis.;5(11):685–94.

Dowler, J. And Wilson, A. 2019 ‘Acute Post-Streptococcal Glomerulonephritis In Central


Australia’, Australian Journal Of Rural Health, (August), Pp. 1–7. Doi: 10.1111/Ajr.12568.

Iii, R. G. V. 2019 ‘Acute Poststreptococcal Glomerulonephritis : The Most Common Acute


Glomerulonephritis’, 36(1).

Lestari E, Zarlina I. 2011 Hipertensi Pada Anak. Dalam: Noer S, Soemyarso NA, Subandiyah
K, Prasetyo RV, Alatas H, Tambunan T, Et Al, Penyunting. Kompendium Nefrologi Anak.
Edisi Ke-1. Jakarta: Unit Kerja Koordinasi Nefrologi IDAI; . H. 45-8.

Lumbanbatu, S. M. 2016 ‘Glomerulonefritis Akut Pasca Streptokokus Pada Anak’, Sari


Pediatri, 5(2), P. 58. Doi: 10.14238/Sp5.2.2003.58-63.

Made Suadnyani Pasek 2013 ‘Glomerulonefritis Akut Pasca Streptokokus Pada Anak’, Sari
Pediatri, 5(2), Pp. 58–63. Available At: Http://Saripediatri.Idai.Or.Id/Pdfile/5-2-4.Pdf.

Pardede, S. O., Trihono, P. P. And Tambunan, T. 2016 ‘Gambaran Klinis Glomerulonefritis


Akut Pada Anak Di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo,
Jakarta’, Sari Pediatri, 6(4), P. 144. Doi: 10.14238/Sp6.4.2005.144-8.

Anda mungkin juga menyukai