Anda di halaman 1dari 4

Interdicipline In Health Care

1. Pengertian Interdicipline
Interdicipline atau Interdisipliner (interdisciplinary) adalah interaksi intensif antarsatu atau
lebih disiplin, baik yang langsung berhubungan maupun yang tidak, melalui program-
program penelitian, dengan tujuan melakukan integrasi konsep, metode, dan analisis
(Prentice, 1990 dalam Sudikan Setya Y, 2015).
Pendekatan interdisipliner (interdisciplinary approach) ialah pendekatan dalam pemecahan
suatu masalah dengan menggunakan tinjauan berbagai sudut pandang ilmu serumpun yang
relevan secara terpadu. Yang dimaksud dengan ilmu serumpun ialah ilmu-ilmu yang berada
dalam rumpun ilmu tertentu, yaitu rumpun Ilmu-Ilmu Kealaman (IIK), rumpun Ilmu Ilmu
Sosial (IIS), atau rumpun Ilmu Ilmu Budaya (IIB) sebagai alternatif. Ilmu yang relevan
maksudnya ilmuilmu yang cocok digunakan dalam pemecahan suatu masalah. Adapun istilah
terpadu, yang dimaksud yaitu ilmu ilmu yang digunakan dalam pemecahan suatu masalah
melalui pendekatan ini terjalin satu sama lain secara tersirat (implicit) merupakan suatu
kebulatan atau kesatuan pembahasan (Sudikan Setya Y, 2015). Secara definitif interdisiplin
menyarankan penelitian dengan melibatkan dua bidang ilmu atau lebih. Dikaitkan dengan
jangkauan, model, dan batasan-batasan lain yang ditentukan dalam analisis (Ratna, 20111
dalam Sudikan Setya Y, 2015).
Ada dua pendapat mengenai kelahiran pendekatan interdisipliner. Ada sebagian ahli yang
mengatakan bahwa konsep interdisipliner merupakan, yang berakar dari teori-teori, misalnya,
teori Plato, Kant, Hegel, dan Aristoteles (Klein, 1990:19; Adi, 1998:82). Sebagian ahli yang
lain, mengatakan bahwa konsep interdisipliner ini merupakan fenomena abad kedua puluh
dengan adanya pembaharuan dalam dunia pendidikan, penelitian terapan, dan kegiatan yang
menyeberang dari batasan-batasan disiplin tertentu. Meskipun ide dasarnya dapat dikatakan
tua, istilah interdisipliner itu baru muncul pada abad ke-20. Menurut Klein (1990), studi
interdisipliner dilakukan pendidik, peneliti, dan banyak praktisi karena studi itu dapat
menjawab situasi yang kompleks, menjawab permasalahan yang luas, meneliti hubungan
antardisiplin, menjawab masalah yang ada di luar lingkup salah satu disiplin yang ada, dan
mendapatkan keutuhan pengetahuan, baik dalam skala terbatas maupun luas (Sudikan Setya
Y, 2015).
Rintisan saling-silang dan kerja sama ilmu-ilmu dan metode-metode yang disertai perubahan
filosofis tersebut mulai banyak atau marak dilakukan pada dasawarsa 1980-an. Gerakan
saling-silang dan kerja sama ilmu-ilmu dan metode penelitian pun dimulai, kemudian
berkembang cukup baik pada masa selanjutnya. Di sinilah dapat disaksikan munculnya gerak
konvergensi dalam tradisi ilmu-ilmu modern, yaitu gerak perapatan, penggabungan,
penyatuan, pemaduan, dan pengombinasian teori dan metodologi ilmu-ilmu yang beraneka
ragam dan majemuk. Sebagai contoh, saling silang dan kerja sama ilmu biologi dan teknologi
melahirkan bioteknologi, saling silang dan kerja sama antara antropologi dan psikologi
menghasilkan antropologi psikologi (Sudikan Setya Y, 2015).
Pendekatan tim secara interdisipliner merupakan pendekatan tim yang paling berkembang,
dimana pendekatan ini terdiri dari minimal dua disiplin ilmu yang sama dan dicirikan oleh
semua anggota yang berpartisipasi dalam kegiatan tim, berbagi kepemimpinan dan
mengandalkan satu sama lain untuk mencapai tujuan tim. Tim interdisipliner diberdayakan
untuk membuat dan menerapkan keputusan sehingga memiliki potensi untuk mempengaruhi
perubahan (Helena et al, 2004).

2. Pendekatan Interdicipline in Health Care


Interdisipliner merupakan aspek penting dari kerja organisasi modern dan merupakan
fasilitastor penting di berbagai bidang organisasi untuk mencapai hasil yang positif serta
hemat biaya (Craig E Kuziemsky et al, 2009). Saat ini berbagai pendekatan tim dalam
perawatan kesehatan telah menjadi hal yang biasa dimana tim manajerial dan tim klinis
kesehatan banyak sekali ditemukan di fasilitas pelayanan kesehatan seperti fasilitas pelayanan
kesehatan primer, fasilitas pelayanan kesehatan yang terkelola, fasilitas pelayanan kesehatan
akut atau kritis dan fasilitas pelayanan kesehatan rawat jalan untuk perawatan jangka panjang
(Helena et al, 2004).
Konsep interdisipliner dapat dipahami dari dua sisi yang berbeda meskipun dengan tujuan
akhir penyelesaian suatu permasalahan yang sama secara komprehensif, yaitu (1) pandangan
bahwa interdisipliner dipandang sebagai suatu kajian atau kerja sekelompok ahli dari berbagai
bidang ilmu, dan (2) dipandang sebagai suatu pandangan baru pada individu seseorang
tentang penyelesaian suatu permasalahan yang dapat dilakukan secara komprehensif melalui
pendekatan beberapa bidang ilmu (Suyadi, 2011).
Tidak ada interdisipliner yang lebih penting kecuali dalam bidang kesehatan yang merupakan
suatu sifat yang kompleks dan tuntutan untuk bekerja di lingkungan yang membutuhkan
keahlian dan pengetahuan spesialis yang berbeda, yang dapat bekerja bersama untuk
memecahkan suatu masalah yang kompleks dalam perawatan pasien. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Craig E Kuziemsky et al pada tahun 2009 menunjukkan bahwa kerja tim
interdisipliner dapat memperbaiki kemampuan diagnostik dan prognostik professional
kesehatan individu yang bekerja sendiri-sendiri (Craig E Kuziemsky et al, 2009). Sehingga
dapat disimpulkan bahwa interdisipliner dalam pelayanan kesehatan merupakan suatu
koordinasi dan kolaborasi antar tenaga kesehatan baik dokter, perawat, apoteker, tenaga
kesehatan masyarakat dan lain sebagainya dalam pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan memperpanjang usia harapan hidup pasien.
Sebagai contoh praktik perawatan pasien oleh tim interdisipliner adalah hal yang penting
terutama dalam pengaturan perawatan kesehatan khusus seperti perawatan paliatif (Craig E
Kuziemsky et al, 2009). Menurut Kementerian Kesehatan tahun 2007, perawatan paliatif
merupakan pendekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas hidup pasien dan keluarga yang
menghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit yang dapat mengancam jiwa,
melalui pencegahan dan peniadaan melalui identifikasi dini dan penilaian yang tertib serta
penanganan nyeri dan masalah-masalah lain, fisik, psikososial dan spiritual. Penelitian saat
ini menunjukkan sekitar 70% kematian di Amerika Utara disebabkan oleh penyakit kronis
dan jumlah tersebut akan terus meningkat secara signifikan dalam beberapa tahun kedepan.
Oleh karena itu dibutuhkan suatu tim interdisipliner paliatif untuk mengatasi hal tersebut
(Craig E Kuziemsky et al, 2009).
Contoh lain dalam perawatan pasien akut, komunikasi tim yang buruk dan koordinasi yang
kurang (tanpa adanya interdisipliner tenaga medis) berdampak pada efektifitas perawatan
yang buruk dan mengakibatkan kerugian rumah sakit. Di perawatan intensif lainnya telah
terbukti efektif seperti perawatan lansia, dimana tim interdisipliner selalu memiliki peran
yang sangat penting untuk merawat lansia yang lemah. Hal ini dibutuhkan karena
kompleksitas kebutuhan pasien yang menuntut koordinasi sumber daya manusia yang sangat
efektif sepanjang waktu, sehingga beragam disiplin ilmu pun hadir berkoordinasi dan bekerja
sama melakukan pelayanan kesehatan pada lansia (Helena et al, 2004).
Contoh lain dari interdisipliner dalam pelayanan kesehatan yang dijelaskan oleh Judi Behm
dan Nancy Gray tahun 2012 yaitu interdisipliner tenaga kesehatan pada pasien-pasien
rehabilitatif. Model interdisipliner dibawah ini memberikan kata kunci yang membuat model
ini berbeda dari multidispliner. Anggota dari tenaga kesehatan yang tergabung dalam sebuah
tim akan bekerja mencapai tujuan yang sama, dan sistem pengobatan, pengambilan keputusan
dan pemecahan masalah dilakukan untuk menjamin kesinambungan dan pendekatan yang
lebih menyeluruh.
Daftar Pustaka
Craig E Kuziemsky et al. 2009. An Interdiciplinary Team Communication Framework and It is
Application to Healthcare “e-teams” System Design. BMC Medical Informatics and
Decision Making, 9(43), 2009, 1-15.
Helena et al. 2004. Measuring Interdisciplinary Team Performance in a Long Term Care Setting.
Journal of Medical Care, 42(5), 2004, 472-481.
Judi Behm dan Nancy Gray. 2012. Interdisciplinary Rehabilitation Team. Diakses pada
http://samples.jbpub.com/9781449634476/80593_ch05_5806.pdf tanggal 5 Desember
2017.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 812/Menkes/SK/VII/2007 Tentang
Kebijakan Perawatan Paliatif.
Sudikan Setya Y. 2015. Pendekatan Interdisipliner, Multidisipliner dan Transdisipliner Dalam
Studi Sastra. Jurnal Online Fakultas Bahasa dan Seni Fakultas Bahasa dan Seni (FBS), 2(1),
2015, 1-30.
Suyadi. 2011. Manajemen Pelayanan Kesehatan: Suatu Pendekatan Interdisipliner. Disampaikan
pada Seminar Nasional di Malang tanggal 9 Desember 2011.

Anda mungkin juga menyukai