Anda di halaman 1dari 9

PAPPER

MASALAH PENELITIAN YANG ADA DI LINGKUP KEPERAWATAN


BERDASARKAN PARADIGMA KEPERAWATAN

DI SUSUN OLEH:
ESTY PUJIANINGSIH
NIM : 2022 - 02 -14201 - 019

YAYASAN EKA HARAP PALANGKARAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI S-1 KEPERAWATAN
TAHUN 2022
1. Pengertian Paradigma Keperawatan

Paradigma keperawatan berasal dari dua kata. Pertama adalah paradigma dan
yang kedua adalah keperawatan. Paradigma dapat diartikan sebagai pengetahuan
umum yang mana didalamnya terdapat proses ilmiah yang umum dan secara historis
dapat mencerminkan berbagai keberhasilan dalam suatu disiplin.

Sementara itu, pengertian dari paradigma keperawatan adalah cara pandang


secara global yang dianut atau digunakan oleh mayoritas kelompok keperawatan atau
yang menghubungkan dengan berbagai teori yang membentuk suatu susunan yang
mengatur mengenai hubungan di antara teori, guna untuk mengembangkan model
konseptual dan juga berbagai teori keperawatan sebagai kerangka kerja keperawatan.

Paradigma merupakan pola atau skema yang mencoba mengorganisasikan


atau menerangkan  suatu proses. Paradigma juga disebut sebagai tahap kedua
perkembangan ilmu pengetahuan (Kuhn, 1962)  dimana pada tahap ini pencarian
jalan keluar permasalahan yang rasional dilakukan  berdasarkan asumsi metodologis
dan metafisik untuk memahami bagaimana hagian-bagian dari alam semesta
melakukan kegiatan dan bagaimana cara mempelajari hal tersebut. Paradigma
memiliki arti pengetahuan umum dimana didalamnya terdapat proses ilmiah umum
yang secara historis mencerminkan berbagai keberhasilan dalam suatu disiplin.
Para ilmuwan di bidang sosial menganggap pendapat Kuhn terlalu sempit
untuk diaplikasikan kedalam  pengetahuan sosial. Para ilmuwan ini berpendapat
bahwa paradigma menyajikan kesepakatan bersama antar ilmuwan dalam suatu
disiplin tentang konsep atau beberapa konsep yang akan mendasari perkembangan
ilmu pengetahuan dalam disiplin tersebut. Paradigma memiliki dimensi penting dan
memperlihatkan citra keilmuan mereka sebagai agen scientifik.
Paradigma keperawatan merupakan suatu pedoman yang menjadi acuan dan
mendasari pelaksanaan praktek keperawatan diberbagai tatanan kesehatan. Seperti
halnya definisi paradigma secara umum, maka paradigma keperawatan merupakan
serangkaian konsep yang bisa sama dan terdapat dalam berbagai disiplin keilmuan
lain, tetapi tidak memiliki definisi umum yang dapat berlaku secara universal.
Paradigma ini terdiri dari empat komponen yaitu manusia, sehat dan kesehatan,
masyarakat dan lingkungan, serta komponen keperawatan.

1.1.      Manusia
Keperawatan meyakini dan menekankan dalam setiap kegiatan pelayanan
keperawatannya bahwa manusia merupakan individu yang layak diperlakukan secara
6

terhormat, dihargai keunikannya berdasarkan individualitas, dalam berbagai situasi,


kondisi, dan sistem yang dapat mengancam kehormatan dan sifat kemanusiaannya.
Perspektif keperawatan menjelaskan bahwa manusia merupakan pribadi-pribadi dan
bukan obyek. Konseptualitas keperawatan tentang manusia dapat dibuktikan melalui
model-model keperawatan tentang kemanusiaan, penghargaan terhadap manusia, dan
perasaan sebagai manusia, yang telah berlaku sejak lama. Meskipun  demikian,
mengkonseptualisasikan manusia sebagai suatu sumber energi atau beberapa set 
sistem perilaku, atau memperlakukan pikiran dan perasaan manusia sebagai
lingkungan internal dapat menimbulkan keraguan keperawatan untuk menerangkan
tentang manusia secara jelas.

1.2 Sehat dan Kesehatan


Definisi  sehat & kesehatan telah berubah dari kondisi seseorang yang bebas
penyakit menjadi kondisi yang mampu mempertahankan individu untuk berfungsi
secara konsisten, stabil dan seimbang dalam menjalani kehidupan sehari-hari melalui
interaksi positif dengan lingkungan. Kesehatan dipandang juga sebagai sebuah
kisaran antara sehat dan sakit dimana individu memiliki suatu nilai yang berharga
tentang kesehatan dan bukan semata-mata suatu fenomena empiris tentang kondisi
seseorang.
Para teologis berpendapat bahwa kesehatan bukan suatu elemen utama yang
menjadi gambaran alami seorang individu, tetapi merupakan elemen tambahan bagi
gambaran alami individu. Mereka menyatakan bahwa tingkat kesehatan individu
dapat berbeda dan dapat dipersepsikan sebagai pelengkap yang bervariasi. Selain itu,
makna kesehatan dikaitkan dengan dua elemen dasar proses kehidupan yaitu identitas
diri dan perubahan diri. Sebaliknya, keperawatan menolak bahwa kesehatan hanya
merupakan kondisi bebas dari penyakit. Hal ini didukung oleh Smith yang
mencarikan jalan keluar terhadap keragu-raguan keperawatan  tentang kesehatan, dan
memperkenalkan empat model yaitu (a) model klinik berdasarkan tidak terdapatnya
tanda dan gejala penyakit, (b) model kinerja peran dimana kinerja peran yang adekuat
mencerminkan kriteria sehat, (c) model adaptif dimana kesehatan merupakan kondisi
interaktif yang efektif antara fisik seseorang dan lingkungannya, dan  (d) model
"eudaemonistik" yang memperluas makna kesehatan menjadi kesejahteraan umum
dan realisasi diri  (Nicoll, 1993).
Bcrdasarkan model yang dikemukakan diatas serta keyakinan keperawatan
akan definisi sehat dan kesehatan yang tidak terbatas pada kondisi bebas dan
penyakit, maka komponen paradigma tentang sehat & kesehatan dapat berkembang
menjadi suatu pemahaman tentang “terciptanya suatu kondisi fisik dan psikologis
seseorang yang bebas dari tanda dan keluhan akibat terjadinya masalah kesehatan,
dimana orang tersebut dapat tetap memperlihatkan kinerja aktif, dinamis, dan efektif
serta kemampuan untuk menyesuaikan diri. terhadap setiap tantangan dan ancaman
yang datang baik dari dalam dirinya sendiri maupun lingkungannya, dan
berkemampuan untuk mempertahankan tingkat kesejahteraan fisik, psikologis, sosial
dan spritualnya secara seimbang melalui upaya aktualisasi diri yang positif”

1.3 Masyarakat dan Lingkungan


Masyarakat dan lingkungan merupakan komponen dalam paradigma
keperawatan dimana setiap individu berinteraksi. Masyarakat dan lingkungan juga
dianggap sebagai sumber terjadinya keadaan sakit (tidak sehat) dan merupakan faktor
yang berpengaruh terhadap kesehatan atau kondisi sakit seseorang. Orem (Marriner-
Tomey, 1994) mengidentifikasi bahwa hubungan antara individu dan Iingkungannya
serta kemampuan individu untuk mempertahankan kesehatan dirinya dapat
dipenagruhi oleh lingkungan dimana individu itu berada. Individu selalu berada pada
lingkungan fisik,  psikologis, dan sosial.
Fokus perhatian  terhadap interaksi manusia dan lingkungannya dalam teori
keperawatan dapat dikategorikan menjadi dua bagian yaitu teori keperawatan yang
berfokus parsial dan teori keperawatan yang berfokus total. Pada fokus parsial,
perawat berperan sebagai pengganti, dimana peran perawat diperlukan pada saat klien
tidak mampu melakukan kegiatannya. Teori ini beranggapan bahwa perawat
bertanggung jawab terhadap kesehatan dan kebutuhan harian klien sampai mereka
dapat pulih kembali dan mampu bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup
selanjutnya (Marriner-Tomey, 1994).  Aplikasi teori ini dapat dilihat dalam  teori 
Orem, Henderson, dan Orlando, dimana ketiga ahli teori ini sepakat bahwa peran
perawat merupakan peran pengganti ketika klien tidak mampu, tidak mau atau tidak
tahu merawat  diri dalam menjalankan fungsi interaksinya yang seimbang dengan
lingkungan, yang dapat disebabkan oleh faktor  perkembangan, faktor ketidak
mampuan, faktor keterbatasan lingkungan, faktor respons berlawanan terhadap
interaksi lingkungan dan faktor ketidakmampuan berkomunikasi.
Teori yang berfokus total dikemukakan melalui dukungan beberapa ahli teori
keperawatan yaitu Nightingale, Levine, Rogers, Roy, Neuman, dan Johnson
(Marriner-Tomey, 1994) yang memandang bahwa lingkungan merupakan kondisi
eksternal sebagai sumber  ventilasi, kehangatan, kebisingan, dan pencahayaan dimana
perawat dapat mengatur dan memanipulasinya dalam rangka membantu klien
memulihkan diri. Dengan demikian, kegiatan keperawatan meliputi antara lain
8

menciptakan lingkungan yang memungkinkan terjadinya penyembuhan dan


pemulihan kesehatan seorang klien.
Teori ini juga menekankan bahwa keperawatan seyogyanya berperan aktif
dalam memfasilitasi interaksi antara individu dan lingkungannya melalui upaya
menciptakan lingkungan fisik yang kondusif agar kondisi kesehatan dapat tercapai.
Selain itu, berperan aktif melalui hubungan interaksi klien dan lingkungan yang tidak
terpisahkan dan amat ekstensif (komplementer, helisi, dan resonansi). Juga, melalui
upaya mempertahankan dan meningkatkan kemampuan proses adaptasi klien
terhadap berbagai stimulus. Disamping itu, melalui kemampuan meningkatkan sistem
terbuka klien secara intrapersonal, interpersonal, dan ekstrapersonal, dan
memfasilitasi sistem perilaku yang positif rnelalui peningkatan fungsi - fungsi
interrelasi dan interdependensi subsistem yang terdapat dalam setiap individu.

1.4 Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah pelayanan yang diberikan kepada klien (individu
atau kelompok) yang sedang mengalami stress kesehatan - stress penyakit dimana
situasi kehidupan yang seimbang menjadi terganggu dan menghasilkan tekanan
(biologis, psikologis, dan sosial) serta ketidak-nyamanan. Berbeda dengan profesi
kedokteran yang memfokuskan kepada diagnosis medis dan pengobatan penyakit,
serta masalah-masalah kesehatan yang terkait dengan penyakit, maka penekanan
dalam keperawatan lebih kepada kehidupan manusia dan pola hidupnya serta respon
terhadap penyakit. Penyakit dan masalah kesehatan bagi keperawatan bukan
merupakan fokus yang dominan, tetapi faktor-faktor tersebut perlu untuk difahami
karena efek dan konsekuensi  faktor-faktor tersebut terhadap kehidupan manusia dan
pola hidupnya (Nicoll, 2018). Oleh karena itu fokus, penekanan, tujuan, pohon
keilmuan, model, teori, dan riset amat berbeda antara profesi medik dan keperawatan.
Demikian pula aktivitas dari para praktisi dalam keperawatan akan berbeda dengan
praktisi medik .
Keperawatan dapat dipandang sebagi suatu proses kegiatan dan juga sebagai
suatu keluaran kegiatan, tergantung dari cara memandang dan perspektif pandangan.
Sebagai proses serangkaian kegiatan, maka keperawatan perlu mengorganisasikan,
mengatur, mengkoordinasikan serta mengarahkan berbagai sumber (termasuk  klien
didalamnya) untuk digunakan seefektif dan efisien mungkin dalam rangka memenuhi
kebutuhan klien. Selain itu, untuk mengatasi masalah-masalah aktual dan potensial
klien melalui suatu bentuk pelayanan keperawatan yang menekankan pada pengadaan
fasilitasi interaksi klien dan lingkungannya.
Keperawatan sebagai dimensi keluaran dipandang sebagai titik akhir
pencapaian tujuan dimana keperawatan berhasil menghantarkan klien kembali kepada
keadaan awal sebelum sakit sehingga mampu berfungsi sebagai individu sosial yang
dapat berinteraksi dengan lingkungan dalam rangka mempertahankan kesejahteraan
fisik, psikologis dan sosial. Keperawatan sering diartikan pula sebagai serangkaian
kegiatan atau fungsi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Akan tetapi,
banyak pihak yang merasa belum jelas, apakah fungsi-fungsi, proses dan tujuan
keperawatan ini, apakah keperawatan hanya memberikan perawatan, ataukah sejenis
penyembuhan, apa indikasi keperawatan, apakah keperawatan berfokus pada orang
atau lingkungan atau interaksi antara orang dan lingkungan. Tujuan keperawatan
terkait dengan upaya mempertahankan keseimbangan, upaya adaptasi, merancang
pola kehidupan kembali dimana kesemuanya dilakukan dalam rangka pulihnya situasi
sehat dan kesehatan. Konseptualisasi keperawatan yang memfokuskan kepada proses
interpersonal atau hubungan antar manusia telah mengarahkan keperawatan sebagai
suatu pelayanan kesehatan yang menekankan pada hubungan saling menolong antar
manusia.

2. Masalah Penelitian Yang Ada Di Lingkup Keperawatan Berdasarkan


Paradigma Keperawatan (Teori Caring)
Caring sebagai suatu cara pemeliharaan hubungan dengan saling
menghargai antara individu yang satu dengan yang lainnya disertai dengan
perasaan saling berbagi dan penuh rasa tanggung jawab. Caring juga
merupakan proses yang terus ada dalam dinamika hubungan pasien-perawat.
Perilaku Caring yang dimaksud adalah saat menangani pasien Gagal Ginjal
Kronis yang menjalani terapi dialisa dengan berbagai masalah pada aspek
kehidupannya, sangat dibutuhkan hubungan perawat-pasien yang baik dalam
pelayanan keperawatan sehingga pasien dapat merasa nyaman untuk berbagi
informasi pribadi mengenai kesehatannya dan mampu menciptakan
komunikasi yang efektif serta pasien dapat memperoleh kepuasan dalam
pelayanan keperawatan. Caring sebagai bentuk memberikan perhatian kepada
orang lain, berpusat pada orang, menghormati harga diri dan kemanusiaan
mencegah terjasinya status kesehatan yang memburuk, memberi perhatian dan
menghormati orang lain (Nursalam, 2020). Fenomena yang ditemukan di
ruang Hemodialisa RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangkaraya adalah masih ada
beberapa pasien yang datang tidak sesuai jadwal, tidak datang mengikuti
terapi rutin, bosan dengan rutinitas hemodialisa, ketika HD cenderung tidur
dan kurang komunikasi.
10

Menurut penelitian Iwan Setyo Lesmana (2021) menunjukkan bahwa


sebagian besar perawat sudah memberikan Caring yang cukup dan pasien
juga sudah merasa cukup puas dengan pelayanan yang diberikan (56,6%).
Kepuasan pasien akan terpenuhi bila pelayanan yang diberikan telah sesuai
dengan harapan pasien. Berdasarkan wawancara yang dilakukan pada tanggal
10 Oktober 2021 kepada 9 orang pasien di ruang Hemodialisa RSUD Dr.
Doris Sylvanus Palangkaraya, dari 9 orang pasien didapatkan 6 orang (66,7%)
mengatakan bahwa mereka merasakan masih kurangnya pemberian
support/nasihat positif untuk menghindari kecemasan saat dilakukan tindakan
dan 3 orang lainnya mengatakan bahwa mereka bersemangat ketika akan
menjalani terapi dikarenakan perawat dapat diajak bercerita, berbagi
pengalaman dan memberi solusi atas masalah-masalah kesehatan yang mereka
alami bahkan mereka dapat mengatur diri dengan adanya saran atau nasihat
dari perawat.
Perawat dalam memberikan pelayanan dituntut untuk memiliki
keterampilan intelektual, emosional dan spiritual. Perawat memiliki beban
kerja yang tinggi sehingga dapat terburu-buru dalam berkomunikasi
(Kusmiran Eny, 2020). Kepuasan pasien pada pelayanan keperawatan adalah
ketika pasien dan keluarga merasa segala sesuatu sesuai dengan harapan
mereka, salah satu dari harapan mereka adalah pelayanan dan sikap Caring
dari perawat, semakin rendah sikap Caring atau kepedulian seorang
keperawat terhadap pasien maka semakin rendah pula respon kepuasan dari
pasien tersebut.Menurut Swanson (1991) dalam Alligood (2019) ada lima
dimensi yang mendasari konsep Caring yaitu: maintaining belief (membantu
menemukan makna dan sikap penuh harapan pada pasien), knowing (mengerti
tentang keadaan pasien), enabling (memberi kemudahan, dukungan dan
mampu memberdayakan pasien), doing for (melakukan sesuatu berupa
kenyamanan, perlindungan dan keterampilan perawatan) serta being with
(bersedia berbagi dengan pasien, mengurangi beban dan memiliki komitmen).
Kurangnya kepuasan pasien dalam Caring berdampak pada penurunan
motivasi pasien sehingga menimbulkan masalah ketidakpatuhan pasien dalam
mengikuti terapi sesuai jadwal dan pasien menjadi kurang kooperatif saat
diberi tindakan.
Salah satu tindakan yang memiliki tujuan untuk memperbaiki
gangguan fisik maupun psikologis serta meningkatkan rasa aman dan
keselamatan pasien adalah dengan memberikan pelayanan keperawatan
dengan perilaku Caring. Perilaku Caring perawat dapat membantu pasien
untuk lebih kooperatif dalam berpartisipasi untuk meningkatkan status
kesehatannya sehingga hubungan yang berkaitan dengan menghargai orang
lain dan memiliki komitmen serta rasa tanggung jawab dirasakan oleh pasien
dimana kepuasan dari pasien merupakan esensi dari keperawatan yang
membedakan dengan profesi perawat dengan profesi lainnya. Dalam
pemberian asuhan keperawatannya, perawat diharapkan memiliki sikap peduli
kepada orang, menenangkan, memberikan perlindungan terhadap kerugian
dan memelihara martabat orang lain (Kusmiran Eny, 2020).
Artikel Caring perawat dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi

Tindakan
Metode yang
Populasi yang Hasil Penelitian
digunakan
dilakukan
Semua Memberikan Hasil penelitian ini Jenis penelitian ini adalah
perawat di kuesioner menunjukan hasil Penelitian metode
Rumah untuk dari 83 orang correlation study dengan
Sakit mengukur perawat 61,5% desain cross sectional
Wonosari tingkat berada pada kategori study dengan
Yogyakarta kecemasan perilaku caring baik, menggunakan uji
pre dan post 34,9% berada pada Spearman Rank Test
dilakukan kategori cukup dan
caring 3,5% kurang caring .
perawat Hasil uji statistik
didapatkan p- value
= 0,0021 dimana
nilai tersebut < α
(0,05), sehingga
dapat disimpulkan
bahwa ada hubungan
antara caring
perawat dengan
tingkat kecemasan
12

DAFTAR PUSTAKA

Aligood, 2019. Konsep Caring dalam Keperawatan. Jakarta: EGC

Kusmiran Eny, 2019. Soft Skill Caring dalam Pelayanan Keperawatan. Edisi Dua.
Jakarta:Tim

Munawaroh, I., 2019. “Hubungan Perilaku Caring Perawat Terhadap Kepuasan


Pasien Dalam Pelayanan Perawatan Rawat Inap RSU. Universitas
Muhammadiyah Malang - UMM Institutional Repository”, Universitas
Muhammadiyah Malang, hal. 7–23. Available at:
https://eprints.umm.ac.id/71416/.

Mufidayani, Wijayanti. (2019) ‘Gambaran tingkat kecemasan pre dan post dilakukan
caring perawat Di Ruang Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Kabupaten
Jember’, Repository.Unej.Ac.Id.

Anda mungkin juga menyukai