Anda di halaman 1dari 6

Nama :

Nomor Kel. :3

TEORI KEPERAWATAN

Menurut Stevens, teori adalah suatu pernyataan yang isinya menyebabkan atau
mengkarakteristikkan beberapa fenomena. Sedangkan Fawcett mendefinisikan teori sebagai
suatu deskripsi fenomena tertentu, suatu penjelasan tentang hubungan antar fenomena, atau
ramalan tentang akibatakibat suatu fenomena terhadap fenomena lainnya. Teori merupakan
suatu abstraksi proses, interaksi, dan pengamatan. Teori keperawatan berlandaskan pada
kerangka konsep yang merupakan pandangan keyakinan keperawatan. Pandangan tersebut
berisi bahwa keperawatan sebagai suatu proses kegiatan manusia sebagai klien, kesehatan,
serta lingkungan dari klien dan perawat. Hal tersebut selanjutnya disebut dengan paradigma
keperawatan.

Adanya perbedaan diantara berbagai konsep keperawatan terjadi karena perbedaan


penekanan dalam suatu komponen paradigma. Cara pandang tersebut meliputi hubungan
antarkomponen, yaitu komponen manusia, sehat dan kesehatan, masyarakat, dan lingkungan
serta keperawatan sebagai bentuk pelayanan dan asuhan. Teori keperawatan juga dapat
berfungsi untuk memprediksi dan sekaligus mengontrol terkait dengan variable-variabel dari
disiplin ilmu keperawatan. Model konsepsual keperawatan merupakan suatu kerangka kerja
yang menjadi panduan dengan tampilan deskriptif untuk menjelaskan suatu kejadian dalam
disiplin ilmu keperawatan sehingga kerangka kerja dapat bermakna. Menurut Riehl dan Roy
(1980) hubungan antara model dan teori adalah : a. Model mempresentasikan realita,
menggambarkan keadaan yang sebenarnya serta menggambarkan sebuah struktur. b. Teori
menggunakan konsep bersifat abstrak untuk menjelaskan realita dan menjelaskan fungsi
(Thibodeau, 1983).

Perkembangan konsep dan teori keperawatan dimulai dari zaman Nightingale (1860).
Nightingale mengemukakan bahwa lingkungan sebagai asuhan keperawatan dimana
penyembuhan tubuh klien dengan memanipulasi lingkungan untuk mendapatkan ketenangan,
nutrisi, kebersihan, cahaya, keamanan, sosialisasi, dan harapan yang sesuai. Kemudian sekitar
tahun 1952, muncul teori Peplau. Teori Peplau menekankan bahwa perawat bertugas sebagai
konselor, narasumber, dan wali. Selanjutnya pada tahun 1955, Handerson mengeluarkan teori
bahwa membantu individu yang sakit dan sehat dalam melaksanakan aktivitas, memiliki
kontribusi terhadap kesehatan dan penyembuhan dimana individu dibantu secara cepat untuk
mendapatkan kembali kemandiriannya untuk memenuhi empat belas kebutuhan menurut
Handerson. Sister Callista Roy pada tahun 1964 juga mengemukakan teorinya yaitu Teori

1
Adaptasi. Dalam tulisan ini, penulis menggambarkan tiga (3) teori keperawatan yang telah
dikenal dalam model konseptual keperawatan sebagai berikut :

1. Florence Nihgtingale
Florence Nihgtingale merupakan salah satu pendiri yang meletakkan dasar-dasar teori
keperawatan yang melalui filosofi keperawatan yaitu dengan mengidentifikasi peran
perawat dalam menemukan kebutuhan dasar manusia pada klien serta pentingnya pengaruh
lingkungan di dalam perawatan orang sakit yang dikenal teori lingkungannya. Florence
Nihgtingale menekankan bahwa keperawatan adalah suatu profesi dengan tujuan untuk
menemukan dan menggunakan hukum alam dalam mengembangkan dan membangun
pelayanan kesehatan. Alasan dilakukannya tindakan keperawatan adalah untuk
menempatkan keadaan manusia dalam kondisi yang terbaik secara alami untuk
menyembuhkan dan atau meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit. Manusia
merupakan kesatuan fisik, intelektual, dan metafisik yang lengkap dan berpotensi.
Pengertian sehat sendiri adalah suatu keadaan yang bebas dari penyakit dan menggunakan
kekuatan yang ada secara penuh. Sedangkan Florence memandang bahwa lingkungan
adalah suatu kondisi eksternal yang mempengaruhi kesehatan dan sakitnya seseorang.

2. Dhorotea Orem
Pandangan Teori Orem dalam tatanan pelayanan keperawatan ditujukan kepada
kebutuhan individu dalam melakukan tindakan keperewatan mandiri serta mengatur dalam
kebutuhannya. Tujuan dari asuhan keperawatan menurut Orem adalah adanya pencapaian
asuhan keperawatan mandiri yang optimal sehingga klien dapat mencapai dan
memprtahankan keadaan sehat yang optimal. Teori yang dikembangkan oleh Orem sangat
cocok untu digunakan dalam keperawatan karena lebih memfokuskan pada aspek pereventif
dan promotif. Asuhan keperawatan yang diberikan dilakukan sesuai dengan tingkat
ketergantungan atau kebutuhan dan kemampuan klien.
Dalam konsep keperawatan Orem mengembangkan tiga bentuk teori self care
diantaranya :
a. Perawatan Diri Sendiri (self care)
Dalam teori self care, Orem mengemukakan bahwa self care meliputi : pertama,
self care itu sendiri, yang merupakan aktivitas dan inisiatif dari individu serta
dilaksanakan oleh individu itun sendiri dalam memenuhi serta mempertahankan
kehidupan, keshatan serta kesejahteraan; kedua, self care agency, merupakan suatu

2
kemampuan inidividu dalam melakukan perawatan diri sendiri, yang dapat dipengaruhi
oleh usia, perkembangan, sosiokultural, kesehatan dan lain-lain; ketiga, adanya tuntutan
atau permintaan dalam perawatan diri sendiri yang merupakan tindakan mandiri yang
dilakukan dalam waktu tertentu untuk perawatn diri sendiri dengan menggunakan
metode dan alat dalam tindakan yang tepat ; keempat, kebutuhan self care merupakan
suatu tindakan yang ditujukan pada penyediaan dan perawatan diri sendiri yang bersifat
universal dan berhubungan dengan prises kehidupan manusia serta dalam upaya
mempertahankan fungsi tubuh, self care yang bersifat universal itu adalah aktivitas
sehari-hari (ADL) dengan mengelompokkan kedalamkebutuhan dasar manusianya.
b. Self Care Defisit
Merupakan bagian penting dalam perawatan secara umum dimana segala
perencanaan keperawatan diberikan pada saat perawatan dibutuhkan yang dapat
diterapkan pada anak yang belum dewasa, atau kebutuhan yang melebihi kemampuan
serta adanya perkiraan penurunan kemampuan dalam perawatan dan tuntutan dalam
peningkatan self care, baik secara kualitas maupun kuantitas.
c. Teori Sistem Keperawatan
Merupakan teori yang menguraikan secara jelas bagaimana kebutuhan perawatan
diri pasien terpenuhi oleh perawat atau pasien sendiri yang didasari pada Orem yang
mengemukakan tentang pemenuhan kebutuhan diri sendiri,kebutuhan pasien dan
kemampuan pasien dalam melakukan perawatan mandiri.
Orem berpandangan bahwa klien atau individu adalah satu kesatuan yang berfungsi
secara biologik, simbolik, dan sosial serta berinisiasi dan melakukan kegiatan asuhan /
perawatan mandiri untuk mempertahankan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan. Peran
perawat menurut Orem adalah memberikan bantuan untuk mempengaruhi perkembangan
klien dalam mencapai tingkat asuhan / perawatan mandiri yang optimal. Kesulitan yang
dialami dapat dari semua hal yang mengganggu asuhan / perawatan madiri oleh seseorang,
obyek, kondisi, persitiwa, atau dari beberapa kombinasi unsur-unsur tersebut. Fokus dari
intervensi adalah adanya ketidakmampuan untuk mempertahankan asuhan / perawatan
mandiri. Oleh kerena itu perlu cara intervensi dengan lima bantuan secara umum yaitu
membimbing, mendukung, memberikan lingkungan yang kondusif untuk perkembangan,
dan mendidik. Evaluasi dari hal tersebut adalah potensi kesehatan yang maksimal, utuh, dan
meningkatkan kompleksitas oraganisasi.

3
3. Teori Peplau

Menurut Asmadi (2008) Hidegard E. Peplau lahir pada tanggal 1 september 1909
di Reading, Pennsylvania. Peplau lulus dari Hospital School of Nursing di Pottstown,
Pennsylvania pada tahun 1991. Gelar B.A. dalam bidang psikologi interpersonal
diperolehnya dari Bennington University, Vermont pada tahun 2943. Peplau meraih gelar
M.A. dalam bidang keperawatan psikiatri dari Teacher’s College, Colombia, New York
pada tahun 1947dan gelar Ed.D. dalam bidang pengembangan kurikulum pada tahun 1953.

Era modern keperawatan adalah era perkembangan sistematik dari keperawatan


menuju keperawatan sebagai profesi bermula dari pandangan dan pernyataan dari Florence
Nightingale yang memiliki visi yang maju tentang keperawatan. Dalam perkembangan
teori keperawatan selanjutnya, muncul nama-nama besar ilmuwan keperawatann yang
memberikan sumbangan yang sangat bermakna dalam perkembangan keperawatan. Salah
satunya adalah teori keperawatan peplau.

Peplau mengenalkan empat fase dalam hubungan interpersonal antara perawat dan
klien yang meliputi fase orientasi, fase identifikasi, fase eksploitasi, dan fase resolusi.

a. Fase orientasi adalah fase yang berfokus untuk menemukan masalah. Pada fase
ini, perawat dan pasien bertemu untuk pertama kalinya dan masih sebagai orang
yang asing antar satu dengan yang lainnya. Dalam fase ini, dibutuhkan
kolaborasi dan kerja sama antara perawat, pasien, dan juga keluarga pasien
dalam menganalisis situasi dan kemudian sama-sama menganalisis serta
menentukan jalan keluarnya. Dalam fase ini perawat berperan sebagai fasilitator
yang dapat merujuk pasien ke ahli yang lain sesuai kebutuhan.
b. Fase identifikasi adalah fase yang berfokus pada pemilihan bantuan profesional
yang sesuai. Pada fase ini, pasien mulai merespeon dengan selektif terhadap
orang-orang yang dapat memenuhi kebutuhannya untuk mencapai kesehatannya.
Respon pasien terhadap perawat berbeda-beda pada fase ini. Ada pasien yang
berpartisipasi dan interdependen dengan perawat, otonomi dan independen dari
perawat, pasif dan dependen dari perawat.
c. Fase eksploitasi adalah fase yang berfokus pada pengambilan keputusan
penggunaan bantuan profesional untuk alternatif pemecahan masalah. Pelayanan
yang diberikan pada fase ini berdasarkan minat dan kebutuhan dari pasien.
Pasien mulai merasa sebagai bagian integral dari lingkungan pelayanan. Pada

4
fase ini, pasien mulai menerima informasi-informasi tentang penyembuhan, baik
melalui diskusi, bertanya dengan perawat, atau dengan mendengarkan
penjelasan perawat. Fase resolusi adalah fase yang berfokus pada berakhirnya
hubungan antara pasien dan perawat (Kusnanto, 2004).
Menurut Peplau, perawat memiliki enam peran dalam suatu hubungan antara
perawat dan klien. Keenam peran dari perawat tersebut, yaitu stranger yang berarti
menerima pasien secara baik-baik untuk dapat beradaptasi dengan situasi kehidupan yang
berbeda, sehingga tercipta hubungan saling percaya. Perawat juga berperan sebagai teacher
atau sebagai guru dalam memberi pengetahuan sesuai kebutuhan kepada klien. Resource
Person perawat berperan sebagai narasumber atau pemberi informasi yang spesifik dalam
memahami masalah atau situasi yang baru. Counselors atau membantu individu untuk
memahami dan mengintegrasikan makna kehidupan saat ini sambil memberikan bimbingan
dan dorongan untuk melakukan perubahan. Surrogate, perawat bertindak sebagai advokasi,
yaitu atas nama pasien untuk membantu memperjelas domain saling ketergantungan dan
kemandirian.Lalu perawat juga berperan sebagai Leader atau memimpin pertemuan dengan
cara yang saling memuaskan (Masters, Kathleens., 2005).

Didalam teori keperawatn peplau, Teori Hildergard Peplau (1952) tidak terlalu
berfokus pada lingkungan klien, tetapi hanya berfokus pada individu, perawat, dan proses
interaktif sehingga dihasilkan hubungan perawat-klien. Klien sebagai individu dengan
kebutuhannya sedangkan perawat sebagai interpersonal dengan proses terapis. Menurut
Chinn dan Kramer (2004) dalam potter dan perry, Tujuan keperawatan adalah untuk
mendidik klien dan keluarganya serta membantu klien mencapai kematangan
perkembangan personal. Dalam mengembangkan hubungan perawat-klien, perawat dapat
berlaku sebagai sumber daya manusia, konsultan, dan wakil bagi klien, kemudian perawat
dan klien mengidentifikasi masalah dan mencari solusinya. Dari hubungan ini, klien
mendapatakan kebutuhannya dengan menggunakan fasilitas yang ada, sedangkan perawat
membantu klien mengurangi kecemasan yang berkaitan dengna masalah kesehatan klien.

Jadi, menurut potter dan perry (2009) Teori peplau adalah kolaborasi hubungan
perawat-klien dalam menghaslikan sebuah “dorongan pertumbuhan” melalui keefektivan
hubungan interpersonal untuk mendapatkan kebutuhan klien. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa lingkungan tidak menjadi bahan fokus dalam teori peplau, tetapi yang menjadi
fokus utama adalah keperawatan yaitu hubungan klien dengan perawat dalam menangani
suatu masalah kesehatan

5
DAFTAR RUJUKAN

Asmadi: Konsep Dasar Keperawatan: Jakarta: Buku Kedokteran EGC;2008

Christensen, Paula & Kenney, Janet:Nursing Process: Application of Conceptual Models:


Edition 4; Terjemahan Yuyun Yuningsih & Yasmin Asih. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC;2009

Meleis, Afaf Ibrahim:Theoretical Nursing: Development and Progress. Fifth Edition.


Pennsylvania: Wolters Kluwer Health;2012

Anda mungkin juga menyukai