PENDAHULUAN
1
2
Mata merupakan salah satu alat indra yang dapat manyesuaikan jumlah
cahaya yang masuk, memusatkan perhatian pada obyek yang dekat dan jauh
serta menghasilkan gambar/objek secara kontinu yang langsung di hantarkan
ke otak.
Anatomi mata meliputi sklera, konjungtiva, kornea, pupil, iris, lensa, retina
saraf optikus, humor aqueus serta humor vitreus dimana masing-masing di atas
memiliki fungsi dan tugasnya fisiologisnya sendiri-sendiri.
2.1.1 Sklera (bagian putih mata) : merupakan jaringan ikat yang kenyal dan
memberikan bentuk pada mata. Skera berhubungan erat dengan kornea
yang membentuk limbus skera, mempunyai kekakuan tertentu yang
mempengaruhi tekanan bola mata, di lapisi fibrous yang
elastis,berwarna putih dan bagian depan sklera tertutup oleh
konjungtiva.
4
2) Trauma tajam yaitu trauma pada mata akibat benda tajam atau
benda asing yang masuk ke dalam bola mata (Mansjoer, Arif,
2002). Trauma tajam dapat mengakibatkan robekan pada
konjungtiva dan jika ukuran robekan lebih dari 1 cm maka harus
dilakukan penjahitan untuk mencegah granuloma.( Ilyas 2013 )
2.4.2 Non Mekanik
1) Trauma Kimia
Trauma karena bahan kimia dapat terjadi di laboratorium, industry,
area pertanian, pekerjaan yang memakai bahan kimia maupun area
peperangan yang menggunakan senjata kimia.
Trauma mata akibat bahan kimia dapat dibedakan dalam bentuk :
(1) Trauma kimia asam yaitu trauma pada mata akibat substansi
yang bersifat asam.
Bila bahan asam mengenai mata maka akan segera terjadi
pengendapan atau penggumpalan bahan protein di permukaan.
Biasanya kerusakan terjadi hanya pada bagian superficial saja
dan prognosa kesembuhannya baik sehingga tajam penglihatan
dapat normal kembali.
(2) Trauma kimia basa atau alkali yaitu trauma pada mata akibat
substansi yang bersifat basa.
Trauma mata akibat bahan kimia basa/alkali akan berakibat
sangat gawat pada mata. Bahan alkali akan menembus dengan
cepat pada kornea, bilik mata depan hingga sampai pada retina,
terjadi penghancuran jaringan kolagen kornea. Bahan akustik
soda dapat menembus ke dalam bilik mata depan dalam waktu
7 detik. Jika bahan kimia basa/alkali sudah menembus pada
retina maka akan terjadi kebutaan.
Pengaruh bahan kimia pada kerusakan mata tergantung pada
pH, kecepatan dan jumlah bahan kimia tersebut yang mengenai
mata.
2) Trauma Fisika
9
(1) Trauma termal misalnya panas api, listrik, sinar las, sinar
matahari, infra merah, ultraviolet.
(2) Trauma bahan radioaktif misalnya sinar radiasi bagi pekerja
radiologi atau sinar ion.
2.5 Etiologi Trauma Mata
2.5.1 Trauma mata mekanik, meliputi:
1) Trauma oleh benda tumpul, misalnya: terkena tonjokan
tangan/tinju, terkena lemparan batu, terkena lemparan bola,
terkena jepretan ketapel, dan lain-lain.
2) Trauma oleh benda tajam, misalnya: terkena pecahan kaca, terkena
pensil, lidi, pisau, besi, kayu, terkena kail, lempengan alumunium,
seng, alat mesin tenun.
2.5.2 Non Mekanik, meliputi:
1) Trauma oleh bahan kimia seperti air accu, asam cuka, cairan HCL,
air keras, coustic soda, kaporit, jodium tincture, baygon, bahan
pengeras bakso, semprotan bisa ular, getah papaya, miyak putih.
2) Trauma fisika
(1) Trauma termik (hipermetik) misalnya terkena percikan api dan
terkena air panas.
(2) Trauma radiasi misalnya terkena sinar ultra violet, sinar infra
merah, sinar ionisasi dan sinar X(Ilyas, Sidarta, 2013).
Hifema atau darah di dalam bilik mata depan dapat terjadi akibat
trauma tumpul yang merobek pembuluh darah iris atau badan siliar.
Pasien akan mengeluh sakit, disertai dengan epifora dan
blefarospasme. Penglihatan pasien akan sangat menurun karena
hifema dapat masuk ke seluruh ruang bilik mata depan dan kadang
terlihat iridoplegia maupun iridodialisis.
Resiko 20
Peningkatan
Nyeri Infeksi TIO
Resiko Glaukoma
Cidera Nyeri
sekunder
Prosedur
Operasi
Kurang Resiko
Cemas
Pengetahuan Infeksi
Trauma Kimia
Basa Asam
Gangguan Persepsi
nembus membaran sel
Sensori Koagolasi pada
(Penglihatan) permukaan epitel
21
Nekrosis liquefactive
Penetrasi
terhambat
Resiko Cidera Gangguan Konsep Nyeri Ca dan mg membentuk senyawa yang tidak larut
diri
22
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
3.1.1 Riwayat
1) Keluhan Utama : Klien mengeluh mata kabur atau tajam
penglihatan menurun, nyeri pada mata, fotophobia (silau),
penglihatan ganda, kilatan cahaya, gatal pada mata
2) Riwayat penyakit:
(1) Riwayat penyakit dahulu : riwayat yang terjadi pada mata
sebelumya, pernah operasi mata, riwayat trauma pada mata,
konsumsi obat yang mempengaruhi fungsi pada mata, penyakit
yang berkaitan dengan mata (gloukoma,dll)
(2) Riwayat penyakit sekarang : Jenis, bahan, jumlah, dan lama
terkena rudapaksa, tindakan yang telah dilakukan oleh klien
sebelum dibawa ke rumah sakit.
3) Psikososial : Pekerjaan yang dijalani, aktivitas yang dilakukan saat
terkena trauma.
3.1.2 Pengkajian Umum
1) Tanda vital (tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu tubuh)
2) Kulit, reaksi alergi atau terbakar pada anggota tubuh yang lain
3) Gangguan pernapasan yang mungkin timbul
4) Kerusakan mukosa hidung, mulut , dan wajah
5) Reaksi syok anafilatik akibat efek samping zat kimia atau syok
septik akibat perdarahan hebat akibat trauma lain selain struktur
mata
3.1.3 Pengkajian khusus Mata
1) Adanya perdarahan perubahan struktur konjungtiva warna dan
memar
2) Kerusakan tulang orbita, krepitasi tulang orbita
3) Pelebaran pembuluh darah perikornia
21
23
4) Hifema
5) Robek kornea
6) Perdarahan dari orbita
7) Blefarospasme
8) Pupil tidak bereaksi terhadap cahaya, struktur pupil robek
9) Tes flouresens positif
10) Edema kornea
11) Nekrosis konjungtiva / sklera
12) Katarak
3.2 Diagnosa Keperawatan
3.2.1 Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan mata
3.2.2 Risiko Cidera berhubungan dengan efek agens cedera (fisik,
kimiawi)
3.2.3 Kecemasan berhubungan dengan Krisis situasional, Stress,
perubahan status kesehatan, perubahan konsep diri, kurang
pengetahuan dan hospitalisasi
3.2.4 Risiko infeksi berhubungan dengan Prosedur Infasif, kerusakan
jaringan dan peningkatan paparan lingkungan
3.2.5 Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan defisit penglihatan
3.2.6 Kurang Pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan informasi
3.2.7 Risiko infeksi berhubungan dengan Prosedur Infasif, kerusakan
jaringan dan peningkatan paparan lingkungan
3.3 Rencana Keperawatan
Analgesic Administration :
Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
Cek instruksi dokter tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe
dan beratnya nyeri
Tentukan analgesik pilihan, rute
pemberian, dan dosis optimal
25
Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara teratur
Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgesik pertama kali
Berikan analgesik tepat waktu terutama
saat nyeri hebat
Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)
2 Risiko cidera berhubungan dengan Risk Kontrol Sediakan lingkungan yang aman untuk
efek agens cedera (fisik, kimiawi) Kriteria hasil: pasien
Klien terbebas dari cedera Identifikasi kebutuhan keamanan pasien,
Klien mampu menjelaskan sesuai dengan kondisi fisik dan fungsi
cara/ metode untuk kognitif pasien dan riwayat penyakit
mencegah injury/cedera terdahulu pasien
Klien mampu menjelaskan Menghindarkan lingkungan yang
factor risiko dari berbahaya (misalnya memindahkan
lingkungan/perilaku perabotan)
personal Memasang side rail tempat tidur
Mampumemodifikasi gaya Menyediakan tempat tidur yang nyaman
hidup untukmencegah dan bersih
26
injury Menempatkan saklar lampu ditempat yang
Menggunakan fasilitas mudah dijangkau pasien.
kesehatan yang ada Memberikan penerangan yang cukup
Mampu mengenali Menganjurkan keluarga untuk menemani
perubahan status pasien.
kesehatan Berikan penjelasan pada pasien dan
keluarga atau pengunjung adanya
perubahan status kesehatan dan penyebab
penyakit.
29