Anda di halaman 1dari 64

TEORI KONSEP & MODEL2X KEPERAWATAN DI DUNIA 1.

. Pengertian Teori, Konsep Dan Model keperawatan Teori adalah hubungan beberapa konsep atau suatu kerangka konsep, atau definisi yang memberikan suatu pandangan sistematis terhadap gejala-gejala atau fenomena-fenomena dengan menentukan hubungan spesifik antara konsep-konsep tersebut dengan maksud untuk menguraikan, menerangkan, meramalkan dan atau mengendalikan suatu fenomena. Teori dapat diuji, diubah atau digunakan sebagai suatu pedoman dalam penelitian. Teori keperawatan didefinisikan oleh Steven (1984), sebagai usaha untuk menguraikan dan menjelaskan berbagai fenomena dalam keperawatan. Teori keperawatan berperan dalam membedakan keperawatan dengan disiplin ilmu lain dan bertujuan untuk menggambarkan,menjelaskan, memperkirakan dan mengontrol hasil asuhan atau pelayanan keperawatan yang dilakukan. Konsep adalah suatu keyakinan yang kompleks terhadap suatu objek, benda, suatu peristiwa atau fenomena berdasarkan pengalaman dan persepsi seseorang berupa ide, pandangan atau keyakinan. Kumpulan beberapa konsep ke dalam suatu kerangka yang dapat dipahami membentuk suatu model atau kerangka konsep. Konsep dapat dianalogikan sebagai batu bata dan papan untuk membangun sebuah rumah dimana rumah yang dibangun diibaratkan sebagai kerangka konsep. 2. Tujuan Teori Dan Model Keperawatan Teori keperawatan sebagai salah satu bagian kunci perkembangan ilmu keperawatan dan pengembangan profesi keperawatan memiliki tujuan yang ingin dicapai diantaranya : 1. Adanya teori keperawatan diharapkan dapat memberikan alasan-alasan tentang kenyataan-kenyataan yang dihadapi dalam pelayanan keperawatan, baik bentuk tindakan atau bentuk model praktek keperawatan sehingga berbagai permasalahan dapat teratasi. 2. Adanya teori keperawatan membantu para anggota profesi perawat untuk memahami berbagai pengetahuan dalam pemberian asuhan keperawatan kemudian dapat memberikan dasar dalam penyelesaian berbagai masalah keperawatan. 3. Adanya teori keperawatan membantu proses penyelesaian masalah dalam keperawatan dengan memberikan arah yang jelas bagi tujuan tindakan keperawatan sehingga segala bentuk dan tindakan dapat dipertimbangkan. 4. Adanya teori keperawatan juga dapat memberikan dasar dari asumsi dan filosofi keperawatan sehingga pengetahuan dan pemahaman dalam tindakan keperawatan dapat terus bertambah dan berkembang. 3. Karakteristik Teori Dan Model Keperawatan

Torrest (1985) dan Chinn & Jacob (1983) menegaskan terdapat lima karakteristik dasar teori keperawatan : 1. Teori keperawatan mengidentifikasikan dan mendefinisikan sebagai hubungan yang spesifik dari konsep-konsep keperawatan seperti hubungan antara konsep manusia, konsep sehat-sakit, konsep lingkungan dan keperawatan 2. Teori keperawatan bersifat ilmiah, artinya teori keperawatan digunakan dengan alasan atau rasional yang jelas dan dikembangkan dengan menggunakan cara berpikir yang logis 3. Teori keperawatan bersifat sederhana dan umum, artinya teori keperawatan dapat digunakan pada masalah sederhana maupun masalah kesehatan yang kompleks sesuai dengan situasi praktek keperawatan 4. Teori keperawatan berperan dalam memperkaya body of knowledge keperawatan yang dilakukan melalui penelitian 5. Teori keperawatan menjadi pedoman dan berperan dalam memperbaiki kualitas praktek keperawatan 4. Macam-Macam Model Teori Menurut Beberapa Ahli Keperawatan A. Model Konsep dan Teori Keperawatan Florence Nigtingale Florence merupakan salah satu pendiri yang meletakkan dasar-dasar teori keperawatan yang melalui filosofi keperawatan yaitu dengan mengidentifikasi peran perawat dalam menemukan kebutuhan dasar manusia pada klien serta pentingnya pengaruh lingkungan di dalam perawatan orang sakit yang dikenal teori lingkungannya. Model konsep Florence Nigtingale memposisikan lingkungan adalah sebagai focus asuhan keperawatan, dan perawat tidak perlu memahami seluruh proses penyakit model konsep ini dalam upaya memisahkan antara profesi keperawatan dan kedokteran. Orientasi pemberian asuhan keperawatan/tindakan keperawatan lebih di orientasikan pada yang adequate, dengan dimulai dari pengumpulan data dibandingkan dengan tindakan pengobatan semata, upaya teori tersebut dalam rangka perawat mampu menjalankan praktik keperawatan mandiri tanpa tergantung dengan profesi lain. B. Model Konsep dan Teori Keperawatan Marta E. Rogers Model konsep dan teori keperawatan menurut Martha E. Rogers dikenal dengan nama konsep manusia sebagai unit. Dalam memahami konsep model dan teori ini, Martha berasumsi bahwa manusia merupakan satu kesatuan yang utuh, yang memiliki sifat dan karakter yang berbeda-beda. Dalam proses kehidupan manusia yang dinamis, manusia selalu berinteraksi dengan lingkungan yang saling mempengaruhi dan dipengaruhi, serta dalam proses kehidupan manusia setiap individu akan berbeda satu dengan yang lain dan manusia diciptakan dengan karakteristik dan keunikan tersendiri.

Asumsi tersebut didasarkan pada kekuatan yang berkembang secara alamiah yaitu keutuhan manusia dan lingkungan, kemudian system ketersediaan sebagai satu kesatuan yang utuh serta proses kehidupan manusia berdasarkan konsep homeodinamik yang terdiri dari : a. Integritas : Individu sebagai satu kesatuan dengan lingkungan yang tidak dapat dipisahkan dan saling mempengaruhi satu dengan yang lain. b. Resonansi : Proses kehidupan antara individu dengan lingkungan berlangsung dengan berirama dengan frekuensi yang bervariasi. c. Helicy : terjadinya proses interaksi antara manusia dengan lingkungan akan terjadi perubahan baik perlahan-lahan maupun berlangsung dengan cepat. C. Model Konsep dan Teori Keperawatan Myra Levine Model konsep Myra Levine memandang klien sebagai makhluk hidup terintegrasi yang saling berinteraksi dan beradaptasi terhadap lingkungannya. Dan intervensi keperawatan adalah suatu aktivitas konservasi dan konservasi energi adalah bagian yang menjadi pertimbangan. Kemudian sehat menurut Levine itu dilihat dari sudut pandang konservasi energi, sedangkan dalam keperawatan terdapat empat konservasi di antaranya energi klien, struktur integritas, integritas personal dan integritas social, sehingga pendekatan asuhan keperawatan ditunjukkan pada pengguanaan sumber-sumber kekuatan klien secara optimal. D. Virginia Henderson (Teori Henderson) Virginia henderson memperkenalkan defenition of nursing (defenisi keperawatan). Defenisinya mengenai keperawatan dipengaruhi oleh latar belakang pendidikannya.Ia menyatakan bahwa defenisi keperawatan harus menyertakan prinsip kesetimbangan fisiologis. Henderson sendiri kemudian mengemukakan sebuah defenisi keperawatan yang ditinjau dari sisi fungsional. Menurutnya, tugas unik perawat adalah membantu individu, baik dalam keadaan sakit maupun sehat, melalui upayanya melaksanakan berbagai aktivitas guna mendukung kesehatan dan penyembuhan individu atau proses meninggal dengan damai, yang dapat dilakukan secara mandiri oleh individu saat ia memiliki kekuatan, kemampuan, kemauan, atau pengetahuan untk itu. Di samping itu, Henderson juga mengembangkan sebuah model keperawatan yang dikenal dengan The Activities of Living.Model tersebut menjelaskan bahwa tugas perawat adalah membantu individu dalam meningkatkan kemandiriannya secepat mungkin. Perawat menjalankan tugasnya secara mandiri, tidak tergantung pada dokter.Akan tetapi perawat tetap menyampaikan rencananya pada dokter sewaktu mengunjungi pasien. 1. Konsep Utama Teori Henderson Konsep utama teori Henderson mencakup manusia, keperawatan, kesehatan, dan lingkungan.

Henderson melihat manusia sebagai individu yang membutuhkan bantuan untuk meraih kesehatan, kebebasan, atau kematian yang damai, serta bantuan untuk meraih kemandirian. Menurut Henderson, kebutuhan dasar manusia terdiri atas 14 komponen yang merupakan komponen penanganan perawatan. Keempat belas kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut. 1) 2) 3) 4) 5) 6) Bernapas secara normal Makan dan minum dengan cukup Membuang kotoran tubuh Bergerak dan menjaga posisi yang diinginkan Tidur dan istirahat Memilih pakaian yang sesuai

7) Menjaga suhu tubuh tetap dalam batas normal dengan menyesuaikan pakaian dan mengubah lingkungan 8) 9) Menjaga tubuh tetap bersih dan terawat serta melindungi integumen Menghindari bahaya lingkungan yang bisa melukai

10) Berkomunikasi dengan orang lain dalam menungkapkan emosi, kebutuhan, rasa takut, atau pendapat 11) 12) 13) Beribadah sesuai dengan keyakinan Bekerja dengan tata cara yang mengandung prestasi Bermain atau terlibat dalam berbagai kegiatan rekreasi

14) Belajar mengetahui atau memuaskan atau rasa penasaran yang menuntun pada perkembangan normal dan kesehatan serta menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia. Henderson juga menyatakan bahwa pikiran dan tubuh manusia tidak dapat dipisahkan satu sama lain (inseparable). Sama halnya dengan klien dan keluarga, mereka merupakan satu kesatuan (unit) Dalam pemberian layanan kepada klien, terjalin hubungan antara perawat dengan klien. Menurut henderson, hubungan perawat-klien terbagi dalam tiga tingkatan, mulai dari hubungan sangat bergantung hingga hubungan sangat mandiri. 1. Perawat sebagai pengganti (substitute) bagi pasien

2. 3.

Perawat sebagai penolong (helper) bagi pasien Perawat sebagai mitra (partner) bagi pasien.

Pada situasi pasien yang gawat, perawat berperan sebagai pengganti di dalam memenuhi kebutuhan pasien akibat kekuatan fisik, kemampuan, atau kemampuan pasien yang berkurang.Di sini perawat berfungsi untuk melengkapinya.Setelah kondisi gawat berlalu dan pasien berada fase pemulihan, perawat berperan sebagai penolong untuk menolong atau membantu pasien mendapatkan kembali kemandiriannya. Kemandirin ini sifatnya relatif, sebab tidak ada satu pun manusia yang tidak bergantung pada orang lain. Meskipun demikian, perawat berusaha keras saling bergantung demi mewujudkan kesehatan pasien.Sebagai mitra, perawat dan pasien bersama-sama merumuskan rencana perawatan bagi pasien.Meski diagnosisnya berbeda, setiap pasien tetap memiliki kebutuhan dasar yang harus dipenuhi. Hanya saja, kebutuhan dasar tersebut dimodifikasi berdasarkan kondisi patologis dan faktor lainnya, seperti usia, tabiat, kondisi emosional, status sosial atau budaya, serta kekuatan fisik dan intelektual. Kaitannya dengan hubungan perawat-dokter, Henderson berpendapat bahwa perawat tidak boleh selalu tunduk mengikuti perintah dokter. Henderson sendiri mempertanyakan filosofi yang membolehkan seorang dokter memberi perintah kepada pasien atau tenaga kesehatan lainnya. E. Imogene King (Teori King) King memahami model konsep dan teori keperawatan dengan menggunakan pendekatan sistem terbuka dalam hubungan interaksi yang konstan dengan lingkungan, sehingga King mengemukakan dalam model konsep interaksi. Dalam mencapai hubungan interaksi, King mengemukakan konsep kerjanya yang meliputi adanya system personal, system interpersonal dan system social yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Menurut King system personal merupakan system terbuka dimana didalamnya terdapat persepsi, adanya pola tumbuh kembang, gambaran tubuh, ruang dan waktu dari individu dan lingkungan, kemudian hubungan interpersonal merupakan suatu hubungan antara perawat dan pasien serta hubungan social yang mengandung arti bahwa suatu interaksi perawat dan pasien dalam menegakkan system social, sesuai dengan situasi yang ada. Melalui dasar sistem tersebut, maka King memandang manusia merupakan individu yang reaktif yakni bereaksi terhadap situasi, orang dan objek. Manusia sebagai makhluk yang berorientasi terhadap waktu tidak lepas dari masa lalu dan sekarang yang dapat mempengaruhi masa yang akan datang dan sebagai makhluk social manusia akan hidup bersama orang lain yang akan berinteraksi satu dengan yang lain. Berdasarkan hal tersebut, maka manusia memiliki tiga kebutuhan dasar yaitu: 1. Informasi kesehatan

2. 3.

Pencegah penyakit Kebutuhan terhadap perawat ketika sakit

F. Dorothe E. Orem (Teori Orem) Pandangan Teori Orem dalam tatanan pelayanan keperawatan ditujukan kepada kebutuhan individu dalam melakukan tindakan keperewatan mandiri serta mengatur dalam kebutuhannya. Dalam konsep keperawatan Orem mengembangkan tiga bentuk teori self care diantaranya : 1. Perawatan Diri Sendiri (self care) Dalam teori self care, Orem mengemukakan bahwa self care meliputi : pertama, self care itu sendiri, yang merupakan aktivitas dan inisiatif dari individu serta dilaksanakan oleh individu itun sendiri dalam memenuhi serta mempertahankan kehidupan, keshatan serta kesejahteraan kedua, self care agency, merupakan suatu kemampuan inidividu dalam melakukan perawatan diri sendiri, yang dapat dipengaruhi oleh usia, perkembangan, sosiokultural, kesehatan dan lain-lain. ketiga, adanya tuntutan atau permintaan dalam perawatan diri sendiri yang merupakan tindakan mandiri yang dilakukan dalam waktu tertentu untuk perawatn diri sendiri dengan menggunakan metode dan alat dalam tindakan yang tepat ; keempat, kebutuhan self care merupakan suatu tindakan yang ditujukan pada penyediaan dan perawatan diri sendiri yang bersifat universal dan berhubungan dengan prises kehidupan manusia serta dalam upaya mempertahankan fungsi tubuh, self care yang bersifat universal itu adalah aktivitas sehari-hari (ADL) dengan mengelompokkan kedalamkebutuhan dasar manusianya. 2. Self Care Defisit Merupakan bagian penting dalam perawatan secara umum dimana segala perencanaan kepereawatan diberikan pada saat perawatan dibutuhkan yang dapat diterapkan pada anak yang belum dewasa, atau kebutuhan yang melebihi kemampuan serta adanya perkiraan penurunan kemampuan dalam perawatan dan tuntutan dalam peningkatan self care, baik secara kualitas maupun kuantitas. 3. Teori Sistem Keperawatan Merupakan teori yang menguraikan secara jelas bagaimana kebutuhan perawatan diri pasien terpenuhi oleh perawat atau pasien sendiri yang didasari pada Orem yang mengemukakan tentang pemenuhan kebutuhan diri sendiri,kebutuhan pasien dan kemampuan pasien dalam melakukan perawatan mandiri. G. Jean Watson (Teori Watson)

` Jean Watson dalam memahami konsep keperawatan terkenal dengan teori pengetahuan manusia dan merawat manusia.Tolak ukur pandangan Watson ini didasari pada unsure teori kemanusiaan. Pandangan teori Jean Watson ini memahami bahwa manusia memiliki empat cabang kebutuhan manusia yang saling berhubungan diantaranya kebutuhan dasar biofisikal (kebutuhan untuk hidup) yang meliputi kebutuhan makanan dan cairan, kebutuhan eliminasi dan kebutuhan ventilasi, kebutuhan psikofisikal (kebutuhan fungsional) yang meliputi kebutuhan aktifitas dan istirahat, kebutuhan seksual, kebutuhan psikososial (kebutuhan untuk integrasi) yang meliputi kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan organisasi, dan kebutuhan intra dan interpersonal (kebutuhan untuk pengembangan) yaitu kebutuhan aktualisasi diri. Teori human caring Teori Jean Watson yang telah dipublikasikan dalam keperawatan adalah human science and humancare. Watson percaya bahwa focus utama dalam keperawatan adalah pada carative factor yang bermula dari perspektif himanistik yang dikombinasikan dengan dasar poengetahuan ilmiah. Oleh karena itu, perawat perlu mengembangkan filososfi humanistic dan system nilai serta seni yang kuat.Filosofi humanistic dan system nilai ini member fondasi yang kokoh bagi ilmu keperawatan, sedangkan dasar seni dapat membantu perawat menbgembangkan vidsi mereka serta nilai-nilai dunia dan keterampilan berpikir kritis.Pengembangan keterampilan berpikir kritis.Pengembangan keterampilan berpikir kritis dibutuhkan dalam asuhan keperawatan, namun fokusnya lebih pada peningkatan kesehatan, bukan pengobatan penyakit. Asumsi dasar tentang ilmu keperawatan Watson Beberapa asumsi dasar tentang teori Watson adalah sebagai berikut: 1. Asuhan keperawatan dapat dilakukan dan diperaktikkan secara interpersonal. 2. Asuhan keperawatterlaksana oleh adanya factor carative yang menghasilkan kepuasan pada kebutuhan manusia. 3. Asuhan keperawatan yang efektif dapat meningkatkan kesehatan dan perkembangan individu dan keluarga. 4. Respons asuhan keperawatan tidak ahanya menerima seseorang sebagaimana mereka sekarang, tetapi juga hal-hal yang mungkin terjadi padanya nantinya. 5. Lingkungan asuhan keperawatan adalah sesuatu yang menawarkan kemungkinan perkembangan potensi dan member keleluasaan bagi seseorang untuk memilih kegiatan yang tebaik bagi dirinya dalam waktu yang telah ditentukan. H. Sister Calista Roy (Teori Roy)

Model Adaptasi Roy ROY berpendapat bahwa ada empat elemen penting dalam model adaptasi keperawatan, yakni keperawatan, tenaga kesehatan, lingkungan, dan sehat. 1. Elemen keperawatan Keperawatan adalah suatu disiplin ilmu dan ilmu tersebut menjadi landasan dalam melaksanakan praktik keperawatan (Roy, 1983). Lebih spesifik Roy (1986) berpendapat bahwa keperawatan sebagai ilmu dan praktik berperan dalam meningkatkan adaptasi individu dan kelompok terhadap kesehatan sehingga sikap yang muncul semakin positif. Keperawatan memberi perbaikan pada manusia sebagai sutu kesatuan yang utuh untuk beradaptasi dengan perubahan yang terjadi pada lingkungan dan berespons terhadap stimulus internal yang mempengaruhi adaptasi.Jika stressor terjadi dan individu tidak dapat menggunakan koping secara efektif maka individu tersebut memerlukan perawatan. Tujuan keperawatan adalah meningkatkan interaksi individu dengan lingkungan, sehingga adaptasi dalam setiap aspek semakin meningkat.Komponen-komponen adaptasi mencakup fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan saling ketergantungan. 2. Elemen manusia Manusia merupakan bagian dari sistem adaptasi, yaitu suatu kumpulan unit yang saling berhubungan mempunyai masukan, proses kontrol, keluaran dan umpan balik (Roy, 1986). Proses kontrol adalah mekanisme koping yang dimanifestasikan dengan adaptasi secara spesifik. Manusia dalam sistem ini berperan sebagai kognator dan regulator (pengaturan) untuk mempertahankan adaptasi. Terdapat empat cara adaptasi, mencakup adaptasi terhadap fungsi fisologis, konsep diri, fungsi peran dan terhadap kebutuhan saling ketergantungan. Pada model adaptasi keperawatan, manusia dilihat dari sistem kehidupan yang terbuka, adaptif, melakukan pertukaran energi dengan zat/benda dan lingkungan. Manusia sebagai masukan dalam sistem adaptif, terdiri dari lingkungan eksternal dan internal. Proses kontrol manusia adalah mekanisme koping yakni sistem regulator dan kognator. Keluaran dari sistem ini dapat berupa respons adaptif atau respons tidak efektif. 3. Elemen lingkungan

Lingkungan didefenisikan sebagai semua kondisi, keadaan, dan faktor lain yang mempengaruhi perkembangan dan perilaku individu atau kelompok. 4. Elemen sehat Kesehatan didefenisikan sebagai keadaan yang muncul atau proses yang terjadi pada mahluk hidup dan terintegrasi dalam individu seutuhnya (Roy, 1984). Proses adaptasi Proses adaptasi melibatkan seluruh fungsi secara holistik, mencakup semua interaksi individu dengan lingkungannya dan dibagi menjadi dua proses, seperti yang berikut. 1. Proses yang ditimbulkan oleh perubahan lingkungan internal dan eksternal. Perubahan ini merupakan stresor atau stimulus fokal. Apabila stresor atau stimulus tersebut mendapat dukungan dari faktor-faktor konseptual dan resitual maka akanmuncul interaksi yang biasa disebut stres. Dengan demikian adaptasi sangat diperlukan untuk mengatasi stres. 2. Proses mekanisme koping yang dirangsang untuk menghasilkan respons adaptif atau tidak efektif. Hasil dari proses adaptasi adalah suatu kondisi yang dapat meningkatkan pencapaian tujuan individu mencakup kelangsungan hidup, pertumbuhan, reproduksi, dan integritas. http://hendryprihantara.wordpress.com/2012/09/11/teori-konsep-modelkeperawatan-di-dunia/

TEORI PERUBAHAN PERILAKU


BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan respon. Perilaku tersebut dibagi lagi dalam 3 domain yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Kognitif diukur dari pengetahuan, (ketrampilan). afektif dari sikap psikomotor dan tindakan

Pengetahuan diperoleh dari pengalaman, selain guru, orang tua, teman, Perubahan perilaku dalam diri seseorang dapat terjadi melalui proses belajar. Belajar diartikan sebagai proses perubahan perilaku yang didasari oleh perilaku terdahulu.Dalam proses belajar ada tiga unsur pokok yang saling berkaitan yaitu masukan (input), proses, dan keluaran (output. lndividu atau masyarakat dapat merubah perilakunya bila dipahami faktor-faktor yang berpengaruh terhadap berlangsungnya dan berubahnya perilaku tersebut. Ada beberapa hal yang mempengaruhi perilaku seseorang, sebagian terletak di dalam individu sendiri yang disebut faktor intern dan sebagian terletak diluar dirinya yang disebut faktor ekstern, yaitu faktor lingkungan. Faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku adalah perilaku itu sendiri yang dipengaruhi oleh karakteristik individu, penilaian individu terhadap perubahan yang di tawarkan, interaksi dengan petugas kesehatan yang merekomendasikan perubahan perilaku, dan pengalaman mencoba merubah perilaku yang serupa. 1.2 1. 2. 3. 4. 1.3 1. 2. 3. 4. Rumusan Masalah Bagaimana definisi perilaku ? Menjelaskan perubahan perilaku ? Bagaimana bentuk-bentuk perubahan perilaku ? Menjelaskan faktor pembentuk perilaku ? Tujuan Untuk mengetahui definisi perilaku. Untuk mengetahui perubahan perilaku. Untuk mengetahui bentuk-bentuk perubahan perilaku. Untuk mengetahui faktor pembentuk perilaku.

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi Perilaku dari pandangan biologis adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Jadi, perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, perilaku manusia itu mempunyai bentangan yang sangat luas, mencakup: berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian, dan sebagainya. Bahkan kegiatan internal (internal activity) seperti berpikir, persepsi dan emosi juga merupakan perilaku manusia. Untuk kepentingan kerangka analisis dapat dikatakan bahwa perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung atau secara tidak langsung. Perilaku dan gejala perilaku yang tampak pada kegiatan organisme tersebut dipengaruhi baik oleh faktor genetik (keturunan) dan lingkungan. Secara umum dapat dikatakan bahwa faktor genetik dan lingkungan ini merupakan penentu dari perilaku makhluk hidup termasuk perilaku manusia. Hereditas atau faktor keturunan adalah konsepsi dasar atau modal untuk perkembangan Sedangkan perilaku makhluk hidup itu untuk selanjutnya. adalah kondisi atau lahan untuk lingkungan

perkembangan perilaku tersebut. Health belief Model didasarkan atas 3 faktor esensial : 1. 2. 3. Kesiapan individu intuk merubah perilaku dalam rangka menghindari suatu penyakit atau memperkecil risiko kesehatan. Adanya dorongan dalam lingkungan individu yang membuatnya merubah perilaku. Perilaku itu sendiri.

Ketiga faktor diatas dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang berhubungan dengan kepribadian dan lingkungan individu, serta pengalaman berhubungan dengan sarana dan petugas kesehatan. Kesiapan individu dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti persepsi tentang kerentanan terhadap penyakit, potensi ancaman, motivasi untuk memperkecil kerentanan terhadap penyakit, potensi ancaman, dan adanya kepercayaan bahwa perubahan perilaku akan memberikan keuntungan. 2.2 Perubahan Perilaku Hal masalah yang penting dalam dan perilaku kesehatan perilaku. adalah Karena pembentukan perubahan

perubahan perilaku merupakan tujuan dari pendidikan atau penyuluhan kesehatan sebagai penunjang program-program kesehatan perilaku. 1. Teori Stimulus-Organisme-Respon (S-O-R) Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan (stimulus) perilaku yang tergantung pada dengan kualitas rangsangan Artinya berkomunikasi organisme. yang lainnya, banyak teori tentang perubahan

kualitas dari sumber komunikasi (sources). Proses perubahan perilaku pada hakikatnya adalah sama dengan belajar, proses tersebut menggambarkan bagaimana belajar pada individu yang terdiri dari : a. b. Stimulus (rangsangan) yang diberikan pada organisme dapat diterima atau ditolak. Apabila stimulus telah mendapat perhatian organisme (diterima) maka ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya. c. Setelah itu organisme mengelolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap).

d.

Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka stimulus tersebut mempunya efek tindakan dari individu tersebut (perubahan perilaku). Perubahan perilaku didasari oleh: Stimulus-Organisme-Respons.

a. b. c.

Perubahan perilaku terjadi dengan cara meningkatkan atau memperbanyak rangsangan (stimulus). Oleh sebab itu perubahan perilaku terjadi melalui proses pembelajaran (learning process). Materi pembelajaran adalah stimulus. Perubahan perilaku berdasarkan teori S-O-R dapat di gambarkan sebagai berikut : Teori S-O-R

2.

Teori Festinger (Dissonance Theory) Perilaku seseorang pada saat tertentu karena adanya keseimbangan antara sebab atau alasan dan akibat atau keputusan yang diambil (conssonance). Apabila terjadi stimulus dari luar yang lebih kuat, maka dalam diri orang tersebut akan terjadi ketidak seimbangan (dissonance). Kalau akhirnya stilmulus tersebut direspons positif (menerimanya dan melakukannya) maka berarti terjadi perilaku baru (hasil perubahan), dan akhirnya kembali terjadi keseimbangan lagi (conssonance).

Rumus perubahan perilaku menurut Festinger: Terjadinya perubahan perilaku karena adanya perbedaan elemen kognitif yang seimbang dengan elemen tidak seimbang. Contoh: Seorang ibu hamil memeriksakan kehamilannya terjadi karena ketidak seimbangan antara keuntungan dan kerugian stimulus (anjuran perikasa hamil). 3. Teori Fungsi Teori ini berdasarkan anggapan bahwa perubahan perilaku individu terjadi karena adanya kebutuhan. Hal ini berarti bahwa stimulus yang dapat mengakibatkan perubahan perilaku seseorang apabila stimulus tersebut dapat mengerti dalam konteks kebutuhan orang tersebut. Oleh sebab itu stimulus atau obyek perilaku harus sesuai dengan kebutuhan orang (subyek). Prinsip teori fungsi yakni: a. b. c. d. Perilaku merupakan fungsi instrumental (memenuhi kebutuhan subyek). Perilaku merupakan pertahanan diri dalam mengahadapi lingkungan (bila hujan, panas). Perilaku sebagai penerima obyek dan memberikan arti (respons terhadap gejala sosial). Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif dari diri seseorang dalam menjawab situasi (marah, senang).

4.

Teori Kurt Lewis Kurt Lewin (1970) berpendapat bahwa perilaku adalah merupakan suatu keadaan yang seimbang antara kekuatan pendorong (driving forces) dan kekuatan penahan (restraining

forces). Perubahan perilaku itu dapat berubah apabila terjadi ketidakseimbangan antara kedua kekuatan tersebut. Sehingga ada tiga kemungkinan terjadinya perubahan perilaku pada diri seseorang yakni : a. b. c. 2.3 a. b. c. Kekuatan pendorong meningkat, kekuatan penahan tetap. Kekuatan pendorong tetap, kekuatan penahan menurun. Kekuatan pendorong meningkat, kekuatan penahan menurun. Bentuk-Bentuk Perubahan Perilaku Perubahan alamiah (natural change): Perubahan perilaku karena terjadi perubahan alam (lingkungan) secara alamiah. Perubahan terencana (planned change): Perubahan perilaku karena memang direncanakan oleh yang bersangkutan. Kesiapan berubah (readiness to change): Perubahan perilaku karena terjadinya proses internal (readiness) pada diri yang bersangkutan, dimana proses internal ini berbeda pada setiap individu. 2.4 a. Faktor Pembentuk Perilaku Prilaku dibentuk oleh 3 faktor antara lain : Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors) yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya. b. Faktor-faktor pendukung (enebling factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitasfasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban, dan sebagainya. c. Faktor-faktor pendorong (renforcing factors), yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

Berdasarkan 3 faktor determinan perilaku tersebut, kegiatan a. promosi kesehatan sebagai pendekatan hendaknya diarajkan kepada 3 faktor tersebut:

maka

perilaku

Kegiatan promosi kesehatan yang ditujukan kepaada faktor predisposisi adalah pemberian informasi atau pesan kesehatan dan penyuluhan kesehatan.

b.

Kegiatan promosi kesehatan yang ditujukan kepada faktor pemungkin (enabling) adalah memberdayakan masyarakat melalui pengorganisasian atau pengembangan masyarakat.

c.

Kegiatan promosi kesehatan yang ditujukan kepada faktor penguat (reinforcing) adalah berupa pelatihan-pelatihan kepada para tokoh masyarakat, baik formal maupun non formal.

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Perilaku dari pandangan biologis adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Perilaku dan gejala perilaku yang tampak pada kegiatan organisme tersebut dipengaruhi baik oleh faktor genetik (keturunan) dan lingkungan. Secara umum dapat dikatakan bahwa faktor genetik dan lingkungan ini merupakan penentu dari perilaku makhluk hidup termasuk perilaku manusia. Prilaku dibentuk oleh 3 faktor antara lain : a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors) yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya. b. Faktor-faktor pendukung (enebling factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitasfasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban, dan sebagainya. c. Faktor-faktor pendorong (renforcing factors), yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. 3.2 Saran Berbagai sumber telah dikumpul sebanyak-banyaknya demi terselesaikannya makalah ini. Namun, sebagai manusia biasa yang membutuhkan bantuan orang lain, penulis mengaharapkan dukungan baik dalam bentuk kritik dan saran, semoga dengan itu semua dapat membuat makalah ini semakin baik dan berguna bagi semua orang.

http://kesmas-ode.blogspot.com/2012/11/teori-perubahan-perilaku.html

Konsep Teori Model Health Promotion Model Pender


Mei 26, 2012 by semaraputraadjoezt | Leave a comment Juniartha Semara Putra Konsep Teori Model Health Promotion Model Pender Perubahan paradigma ini menempatkan perawat pada posisi kunci dalam peran dan fungsinya. Hampir semua pelayanan promosi kesehatan dan pencegahan penyakit baik di rumah sakit maupun tatanan pelayanan kesehatan lain yang dilakukan oleh perawat (Cohen, 1996). Perubahan peradigma pelayanan kesehatan dari kuratif kearah promotif dan peventif ini telah direspon oleh ahli teori keperawatan Pender dengan menghasilkan karya tentang Health Promotion Model atau model promosi kesehatan. Model ini menggabungkan 2 teori yaitu teori nilai harapan (expectancy value) dan teori kognitif social (social cognitive theory) yang konsisten dengan semua teori yang memandang pentingnya promosi kesehatan dan pencegahan penyakit adalah suatu yang hal logis dan ekonomis. 1. Komponen Teori Model Promosi Kesehatan Adapun komponen elemen dari teori ini adalah sebagai berikut: a. Teori Nilai Harapan (Expectancy value Theory) Menurut teori nilai harapan, perilaku sehat bersifat rasional dan ekonomis. Seseorang akan mulai bertindak dari perilakunya yang akan tetap digunakan dalam dirinya, ada 2 hal pokok yaitu b. Hasil tindakan bersifat positif Pengambilan tidakan untuk menyempurnakan hasil yang di inginkan Teori Kognitif Sosial (Social Cognitive Theory) Teori model interaksi yang meliputi Iingkungan, manusia dan perilaku yang saling mempengaruhi. Teori ini menekankan pada Pengarahan diri (self direction)

Pengaturan diri (self regulation) Persepsi terhadap kemajuan diri (self efficacy) Teori ini mengemukakan bahwa manusia memiliki kemampuan dasar

Simbolisasi yaitu proses dan transformasi pengalaman sebagai petunjuk untuk tindakan yang akan datang. Pikiran ke depan, mengantisipasi kejadian yang akan muncul dan merencanakan tindakan untuk mencapai tujuan yang bermutu Belajar dari pengalaman orang lain. Menetapkan peraturan untuk generasi dan mengatur perilaku melalui observasi tanpa perlu me1akukan trial and error Pengaturan diri menggunakan standar internal dan reaksi evaluasi diri untuk memotivasi dan mengatur perilaku, mengatur lingkungan ekstemal untuk menciptakan motivasi dalam bertindak. Refleksi diri, berfikir tentang proses pikir seseorang dan secara aktif memodifikasinya Menurut teori ini kepercayaan diri dibentuk melalui observasi dan refleksi diri. Kepercayaan diri terdiri dari: 1. Pengenalan diri (self atribut) 2. Evaluasi diri ( self evaluation) 3. Kemajuan diri (self efficacy) Kemajuan diri adalah kemampuan seseorang untuk melakukan tindakantindakan tertentu yang berkembang melalui pengalaman, belajar dari pengalaman yang lain, persuasi verbal dan respons badaniah terhadap situasi tertentu. Kemajuan diri merupakan fungsi dari kemampuan ( capability) yang berlebihan yang membentuk kompetensi dan kepercayaan diri. Kemajuan adalah konstruksi sentral dari HPM. 2. Asumsi dari Model Promosi Kesehatan a. Manusia mencoba menciptakan kondisi agar mereka tetap hidup dan dapat mengekspresikan keunikannya b. Manusia mempunyai kapasitas untuk merefleksikan kesadaran dirinya, termasuk penilaian terhadap kemampuannya c. Manusia menilai perkembangan sebagai suatu nilai yang positif dan mencoba mencapai keseirnbangan perubahan diri yang stabil.

d. Setiap individu secara aktif berusaha mengatur perilakunya. e. f. g. Individu dalam biopsikososial yang kompleks berinteraksi dengan lingkungannya secara terus menerus Profesional kesehatan merupakan bagian dari lingkungan interpersonal yang perpengaruh terhadap manusia sepanjang hidupnya. Pembentukan kembali konsep diri manusia dengan lingkungan adalah penting untuk perubahan perilaku 3. Proposisi Model Pomosi Kesehatan a. b. c. d. e. f. g. Perilaku sebelumnya dan karakteristik yang diperoleh mempengaruhi kepercayaan dan perilaku untuk meningkatkan kesehatan. Manusia melakukan perubahan perilaku dimana mereka mengharapkan keuntungan yang bernilai bagi dirinya. Rintangan yang dirasakan dapat menjadi penghambat kesanggupan melakukan tindakan, suatu mediator perilaku sebagaimana perilaku nyata. Promosi atau pemanfaatan diri akan menambah kemampuan untuk melakukan tindakan. Pengaruh positif pada perilaku akibat pemanfaatan diri yang baik dapat menambah hasil positif. Ketika eniosi yang positif atau pengaruh yang berhubungan dengan perilaku, maka kemungkinan menambah komitmen untuk bertindak Manusia lebih suka melakukan promosi kesehatan ketika model perilaku itu menarik, perilaku yang diharapkan terjadi dan dapat mendukung perilaku yang sudah ada. h. Keluarga, kelompok dan pemberi layanan kesehatan adalah sumber interpersonal yang penting yang mempengaruhi, menambah atau mengurangi keinginan untuk berperilaku promosi kesehatan. i. j. Pengaruh situasional pada lingkungan eksternal dapat menambah atau mengurangi keinginan untuk berpartisipasi dalam perilaku promosi kesehatan. Komitmen terbesar pada suatu rencana kegiatan yang spesifik lebih memungkinkan perilaku promosi kesehatan dipertahankan untuk jangka waktu yang lama.

k.

Komitmen pada rencana kegiatan kemungkinan kurang menunjukan perilaku yang diharapkan apabila seseorang mempunyai kontrol yang rendah dan kebutuhan yang diinginkan tidak tersedia.

l.

Seseorang dapat memodifikasi kognisi, mempengaruhi interpersonal dan lingkungan fisik yang mendorong rnelakukan tindakan kesehatan

4. Penjelasan model HPM pender A. Karakteristik dan pengalaman individu 1. Perilaku sebelumnya Perilaku sebelumnya mempunyai pengaruh langsung atau tidak langsung dalam pelaksanaan perilaku promosi kesehatan, yaitu: Pengaruh langsung dari perilaku masa lalu terhadap perilaku promosi kesehatan saat ini dapat menjadi pembentuk kebiasaan yang mempermudah seseorang melaksanakan perilaku tersebut secara otomatis. Pengaruh tidak langsungnya adalah melalui persepsi pada self efficacy, manfaat, hambatan dan pengaruhi aktivitas yang muncul dari perilaku tersebut. Pengaruh positif atau negatif dari perilaku baik sebelum, saat itu ataupun setelah perilaku tersebut dilaksanakan akan dimasukan kedalam memori sebagai informasi yang akan dimunculkan kembali saat akan melakukan perilaku tersebut di kemudian waktu. Perawat dapat membantu pasien membentuk suatu riwayat perilaku yang positif bagi masa depan dengan memfokuskan pada tahap perilaku tersebut. Membantu pasien bagaimana mengatasi rintangan dalam melaksanakan perilaku tersebut dan meningkatkan level/ kadar efficacy dan pengaruh positif melalui pengalaman yang sukses dan feed back yang positif. 2. Faktor Personal Faktor personal meliputi aspek biologis, psikologis dan social budaya. Faktor faktor ini merupakan prediksi dari perilaku yang didapat dan dibentuk secara alami oleh target perilaku 3. Faktor Biologis Personal Termasuk dalam faktor ini adalah umur, indeks massa tubuh, status pubertas, status menopause, kapasitasa erobik, kekuatan, kecerdasan atau keseimbangan. 4. Faktor Psikologis Personal

Varibel yang merupakan bagian dari faktor ini adalah harapan diri, motivasi, kemampuan personal, status kesehatan,dan definisi sehat 5. B. Faktor social kultural Faktor ini meliputi suku, etnis, pendidikan, dan status ekonomi Perilaku Spesifik Pengetahuan dan Sikap (Behaviour-Spesific Cognitionsand Affect) 1. Manfaat Tindakan (Perceived Benefits of Actions) Rencana seseorang melaksanakan perilaku tertentu tergantung pada antisipasi terhadap manfaat atau hasil yang akan dihasilkan. Antisipasi manfaat merupakan representasi mental dan konsekuensi perilaku positif. Berdasarkan teori expecting value. 2. Hambatan Tindakan yang dirasakan (Perceived Barriers to Actions) Hambatan yang diantisipasi telah secara berulang terlihat dalam penelitian empiris, mempengaruhi intensitas untuk terlibat dalam suatu perilaku yang nyata dan perilaku actual yang dilaksanakan. Dalam hubungannya dengan perilaku promosi kesehatan, Hambatan-hambatan ini dapat berupa imaginasi maupun nyata. Hambatan ini terdiri atas : persepsi mengenai ketidaktersediaan, tidak menyenangkan, biaya, kesulitan atau penggunaan waktu untuk tindakantindakan khusus. Hambatan-hambatan ini sering dilihat sebagai suatu blocks, rintangan dan personal cost dari perilaku yang diberikan. Hilangnya kepuasan dalam menghindari atau menghilangkan perilaku-perilaku yang merusak kesehatan seperti merokok atau makan makanan tinggi lemak untuk mengadopsi perilaku / gayahidup yang lebih sehat juga dapat menjadi suatu halangan. Halangan ini biasanya membangunkan motivasi untuk menghindari perilakuperilaku yang diberikan. Bila kesiapan untuk bertindak rendah dan hambatan tinggi maka tindakan ini tidak mungkin terjadi. Jika kesiapan untuk bertindak tinggi dan harnbatan rendah kemungkinan untuk melakukan tindakan lebih besar. Barier tindakan seperti yang dilukiskan dalam HPM mempengaruhi prornosi kesehatan secara langsung dengan bertindak sebagai locks terhadap tindakan seperti penurunan komitmen untuk merencanakan tindakan. 3. Kemajuan Diri (Perceived Self Efficacy)

Self efficacy seperti didefinisikan oleh Bandura adalah judgment / keputusan dari kapabilitas seseorang untuk mengorganisasi dan menjalankan tindakan secara nyata. Judgment dari personal efficacy dibedakan dari harapan yang ada dalarn tujuan. Perceived self efficacy adalah judgment dari kemampuan untuk menyelesaikan tingkat performance yang pasti, dimana tujuannya atau harapannya adalah suatu judgment dari suatu konsekuensi (contohnya benefit dan cost) sebanyak perilaku yang akan dihasilkan. Persepsi dari ketrampilan dan kompetensi dalam domain Motivasi individu untuk melibatkan perilaku-perilaku yang mereka lalui. Perasaan efficacy dan ketrampilan dalam performance seseorang sepertinya mendorong untuk melibatkan/ menjalankan perilaku yang lebih banyak daripada perasaan ceroboh dan tidak terampil Pengetahuan individu tentang self efficacy didasarkan pada 4 tipe informasi : 1. Pencapaian performance dari perilaku yang dilaksanakan secara nyata dan evaluasi performance yang berhubungan dengan beberapa standar pribadi atau umpan balik yang diberikan 2. 3. 4. 5. Pengalaman-pengalaman dan mengobservasi performan-ce orang lain dan hubungannya dengan evaluasi diri sendiri dan umpan balik dan orang lain. Ajakan secara verbal kepada orang lain bahwa mereka mempunyai kemampuan untuk melaksanakan tindakan tertentu. Kondisi psikologis (kecemasan, ketakutan, ketenangan) di mana seseorang menyatakan kemampuannya Dalam HPM, self efficacy yang diperoleh dipengaruhi oleh aktivity affeck, makin besar persepsi eficacynya, related affect. Makin positif

sebaliknya self eficacy mempengaruhi hambatan tindakan, dimana efficacy yang tinggi akan mengurangi persepsi terhadap hambatan untuk melaksanakan perilaku yang ditargetkan. Self efficacy memotivasi perilaku promosi kesehatan secara langsung dengan harapan efficacy dan secara tidak langsung dengan mempengaruhi hambatan dan komitmen dalam melaksanakan rencana tindakan. Activity-Related Affect (sikap yang berhubungan dengan Aktivitas) Perasaan subjektif muncul sebelum, saat dan setelah suatu perilaku, didasarkan pada sifat stimulus perilaku itu sendiri. Respon afektif ini dapat ringan,

sedang atau kuat dan secara sadar di nanti, disimpan didalam memori dan dihubungkan dengan pikiran-pikiran perilaku selanjutnya. Respon-respon afektif terhadap perilaku khusus terdiri atas 3 komponen yaitu : emosional yang muncul terhadap tindakan itu sendiri (activity-related), menindak diri sendiri (selfrelated), atau lingkungan dimana tindakan itu terjadi (context-related). Perasaan yang dihasilkan kemungkinan akan mempengaruhi apakah individu akan mengulang perilaku itu lagi atau mempertahankan perilaku lamanya. Perasaan yang tergantung pada perilaku ini telah diteliti sebagai determinan perilaku kesehatan pada penelitian terakhir. Perilaku yang berhubungan dengan afek positif kemungkinan akan di ulang dan yang negatif kemungkinan akan dihindari. Beberapa perilaku bisa menimbulkan perasaan positif dan negatif. Dengan demikian, keseimbangan di antara afek positif dan negative sebelum, saat dan setelah perilaku tersebut merupakan hal yang penting untuk diketahui. Activity-related Affect ini berbeda dari dimensi evaluasi terhadap sikap yang dikemukakan olch Fishbein dan Ajzen. Dimensi evaluasi terhadap sikap lebih mencerminkan evaluasi afektif pada hasil spesifik dari suatu perilaku dari pada respon terhadap sifat stimulus perilaku itu sendiri. Untuk beberapa perilaku yang diberikan, rentang penuh dari perasaan negatif dan positif harus diuraikan sehingga keduanya dapat diukur secara akurat. Dalam beberapa instrument untuk mengukur afek, perasaan negatif diuraikan secara lebih luas dari pada perasaan positif. Hal ini tidak rnengherankan karena kecemasan, ketakutan dan depresi telah diteliti lebih banyak dibandingkan perasaan senang, gembira dan tenang. Berdasarkan teori kognitif social, terdapat hubungan antara self-efficacy dan activity related affect. McAulay dan Courneya menemukan bahwa respon afek positif saat latihan merupakan predictor yang penting terhadap Efficacy setelah latihan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bandura bahwa respon emosional dan pengaruhnya terhadap keadaan psikologis saat melakukan suatu perilaku berperan sebagai sumberi informasi efficacy. Dengan demikian, activity-related Affect dikatakan mempengaruhi perilaku kesehatan secara langsung maupun tidak langsung melalui self-efficacy dan komitmen terhadap rencana tindakan. Interpersonal Influences

Menurut HPM, pengaruh interpersonal adalah kesadaran mengenai perilaku, kepercayaan atau pun sikap terhadap orang lain. Kesadaran ini bisa atau tidak bisa sesuai dengan kenyataan. Sumber utama pengaruh interpersonal pada perilaku promosi kesehatan adalah keluarga (orang tua dan saudara kandung), teman, dan petugas perawatan kesehatan. Pengaruh interpersonal meliputi: norma (harapan dari orang-orang yang berarti), dukungan sosial (dorongan instrumental dan emosional) dan modeling (pembelajaran melalui mengobservasi perilaku khusus seseorang). Tiga proses interpersonal ini pada sejumlah penelitian kesehatan tampak mempredisposisi seseorang untuk melaksanakan perilaku promosi kesehatan. Norma sosial mernbentuk standar pelaksanaan yang dapat dipakai atau ditolak oleh individu. Dukungan social untuk suatu perilaku menyediakan sumber-sumber dukungan yang diberikan oleh orang lain. Modeling menggambarkan komponen berikutnyadari perilaku kesehatan dan merupakan strategi yang penting bagi perubahan perilaku dalam teori kognitif social. Pengaruh interpersonal mernpengaruhi perilaku promosi kesehatan secara langsung maupun tidak langsung melalui tekanan social atau dorongan untuk komitmen terhadap rencana tindakan Individu sangat berbeda dalam sensitivitas mereka terhadap harapan, contoh pujian orang lain. Namun, diberikan motivasi yang cukup untuk berperilaku dalam cara yang konsisten dengan pengaruh interpersonal, individu mungkin akan melakukan perilaku-perilaku yang akan menimbulkan pujian dan dukungan social bagi mereka. Pengaruh Situasional (Situational Influences) Persepsi dan kesadaran personal terhadap berbagai situasi atau keadaan dapat memudahkan atau menghalangi suatu perilaku. Pengaruh situasi pada perilaku promosi kesehatan meliputi persepsi terhadap pilihan yang ada, kharakteristik permintaan, dan ciri-ciri estetik dari suatu lingkungan dimana perilaku tersebut dilakukan. Individu tertarik dan lebih kompeten dalam perilakunya di dalam situasi atau keadaan lingkungan yang mereka rasa lebih cocok dari pada lingkungan yang tidak cocok, lingkungan yang berhubungan dari pada yang asing, lingkungan yang aman dan meyakinkan dari pada lingkungan

yang tidak aman dan mengancarn. Lingkungan yang menarik juga lebih diinginkan untuk melaksanakan perilaku kesehatan Dalarn HPM, pengaruh situasional telah dikemukakan sebagai pengaruh langsung atau tidak langsung pada perilaku kesehatan. Situasi dapat secara langsung mempengaruhi perilaku dengan menyediakan suatu lingkungan yang diisi dengan petunjuk-petunjuk yang akan menimbulkan tindakan. Sebagai contoh, sutau lingkungan yang di tulis dilarang merokok akan menciptakan klarakteristik perilaku tidak merokok dilingkungan tersebut seperti yang diminta. Kedua situasi ini mendukung komitmen untuk tindakan kesehatan. Pengaruh situasional telah memberikan sedikit perhatian pada penelitian HPM sebelumnya dan dapat diteliti lebih lanjut sebagai determinan yang secara potensial penting bagi perilaku kesehatan. Mereka dapat dipegang sebagai kunci penting dalam mengembangkan stategi baru yang lebih efektif untuk memfasilitasi penerirnaan dan pemelihaman perilaku kesehatan. C. Hasil Perilaku Tanggung jawab untuk merencanakan tindakan (POA) merupakan awal dari suatu peristiwa perilaku. Tanggung jawab ini akan mendorong individu ke arah perilaku yang di harapkan o Tanggung Jawab Untuk Merencanakan Tindakan (POA) Manusia umumnya meningkatkan perilaku berorganisasi dari pada tidak. Kesengajaan adalah faktor utama yang menentukan kemauan berperilaku. Tanggung dalam merencanakan tindakan pada HPM yang telah direvisi menunjukkan pokok yang mendasari proses kognitif: o Tanggung jawab untuk melakukan tindakan yang spesifik pada waktu dan tempat yang telah diberikan dengan orang-orang tertentu atau secara sendirian, dengan mengabaikan pilihan berkompetensi o Mengidentifikasi strategi-strategi yang menentukan untuk mendapatkan, membawa dan memperkuat perilaku o Kebutuhan mengidentifikasi strategi-strategi spesifik digunakan pada tempat yang berbeda didalam rangkaian perilaku, kedepannya merupakan kemungkinan yang disengaja dan yang lebih lanjut bahvva perencanaan tindakan (POA) yang dikembangkan oleh perawat dan klien akan sukses di implementasikan. Tanggung

jawab sendiri tanpa strategi-strategi dari teman sejawat sering mengahasilkan tujuan yang baik namun gagal membentuk suatu nilai perilaku kesehatan o Kebutuhan Untuk Segera Berkompetisi dan Pilihan-Pilihan Kebutuhan untuk segera berkompetisi atau pilihan-pilihan merujuk pada alternatif perilaku yang memaksakan kedalam kebingungan sebagai bagian dari yang mungkin terjadi sebelumnya dan segera diharapkan menjadi perilaku promosi kesehatan yang direncanakan. Kebutuhan berkompetisi dipandang sebagai perilaku alternatif dimana individu relatif memiliki level kontrol yang rendah karena ketergantungan terhadap lingkungan seperti bekerja atau tanggung jawab perawatan keluarga. Kegagalan berespon terhadap suatu kebutuhan dapat memiliki efek yang tidak menguntungkan untuk diri sendiri atau untuk hal-hal lain yang penting. Pilihan berkompetisi dipandang sebagai alternatif perilaku dengan kekuatan penuh yang bersifat lebih yang mana individu relatif menggunakan level kontrol yang tinggi. Mereka dapat mengeluarkan perilaku promosi kesehatan dan setuju menjadi perilaku kompetisi. Tingkat dimana individu mampu Melawan pilihan kompetensi tergantung pada kemampuannya menjadi pengatur diri. Contoh dari memberi pilihan kompetetisi adalah memilih makanan tinggi lemak dari pada rendah lemak karena rasa atau selera pilihan; mengemudi dengan melewati pusat rekreasi; selalu berlatih berhenti di mall (suatu pilihan untuk melihat-lihat atau belanja daripada berolahraga). Kedua kebutuhan kompetisi dan pilihan dapat menggelincirkan suatu rencana tindakan yang salah satunya telah dilakukan. Kebutuhan kompetisi dapat berbeda dari rintangan yang harus dibawa oleh individu dan perilaku yang tidak diantisipasi berdasarkan pada kebutuhan eksternal atau hasil yang tidak baik/thengtintungkan dapat terjadi. Pilihan kompetisi dapat berbeda dari rintangan seperti kekurangan waktu, karena pilihan kompetisi adalah dorongan terakhir yang didasari pada hirarki pilihan yang menggelincirkan suatu rencana untuk tindakan kesehatan yang positif. Ada terdapat bermacam kemampuan individu untuk mendukung perhatian dan menghindari gangguan. Beberapa individu dapat mempengaruhi perkembangan atau secara biologis menjadi lebih mudah dipengaruhi selama tindakan daripada yang lain. Hambatan pilihan kompetensi memerlukan latihan dari pengaturan diri sendiri. Komitmen yang kuat untuk trieteneanikati tindakan dapat mendukung

pengabdian untuk melengkapai suatu perilaku mengingat kebutuhan akan kornpetisi atau pilihan. Didalarn HPM, kebutuhan kompetisi dengan segera dan pilihan secara langsung mempengaruhi kemungkinan terjadinya perilaku kesehatan sebagaimana penganth tanggung jawab modera o Perilaku Prornosi Kesehatan Variable pada model ini telah ditujukan secara ekstensif melalui buku sehingga disini memerlukan sedikit diskusi yang lebih jauh. Perilaku promosi kesehatan adalah titik akhir atau hasil tindakan pada HPM. Bagaimanapun harus dicatat bahwa perilaku promosi kesehatan pada akhirnya adalah langsung bertujuan untuk mencapai kesehatan yang positif bagi klien. Perilaku promosi kesehatan, khususnya ketika berintegrasi menjadi gaya hidup sehat yang meliputi semua aspek kehidupan, menghasilkan pengalarnan kesehatan yang positif disepanjang proses kehidupan APLIKASI MODEL HEALTH PROMOTION NOLA J. PENDER PADA KASUS IBU PRIMIPARA TRIMESTER III A. Gambaran Kasus Ny. M (25 th), G1 P0 A0, umur kehamilan 38-39 minggu. Tekanan darah 100/60 mmHg, nadi 90x/menit, pernafasan 24x/menit, suhu 37C. Keadaan umum baik, penampilan rapi, gaya berjalan lordosis, mudah kelelahan dan kadangkadang timbul his. Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, tidak ada gangguan penglihatan. Nafsu makan baik, 3x sehari diselingi bubur dan susu, BB bertambah 11 kg dari sebelum hamil. BAB 1x sehari, BAK lebih sering terutama malam hari. Tidur 8 jam/hari, lelap dan bangun tampak segar. Riwayat menarche usia 13 th, siklus haid 30 hari selama 5-6 hari. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan data: TFU 3 jari dibawah prosesus xipoideus, bayi tunggal, pada fundus teraba bokong, presentasi kepala, kepala janin sudah masuk pintu atas panggul, punggung janin berada disebelah kanan ibu, DJJ 147x/menit. Ny. M tinggal di rumah kontrakan bersama dengan suami yaitu Tn. W (27th) dan ibu Tn. W yaitu Ny. T (55th) yang sementara tinggal di rumah Tn. W untuk menemani Ny. W selama proses persalinan dan merawat bayinya. Keluarga Tn. W merupakan pasangan baru menikah dan dalam tahap mempersiapkan kelahiran anak pertama. Pernikahan mereka disetujui oleh kedua belah pihak

keluarga dan janin yang dikandung merupakan anak yang sangat diharapkan. Dalam keluarga tidak ada penyakit keturunan. Pembuat keputusan tehadap permasalahan dalam keluarga diambil oleh Tn W, tetapi terdapat diskusi dalam keluarga tersebut. Norma budaya menganut budaya jawa tetapi tidak diterapkan dalam semua sisi kehidupan. Keluarga saling menyayangi dan komunikasi berjalan dengan baik. Jika ada keluarga yang sakit dibawa berobat ke Puskesmas. Selama kehamilan Ny. W memeriksakan kehamilan di bidan praktek. Stessor yang dialami saat ini adalah menghadapi persalinan, tidak mengetahui tanda-tanda persalinan dan bagaimana melahirkan nanti. Ny. W sering bertanya tentang kehamilannya kepada ibu mertuanya. Ny. W ingin mengetahui kondisi janinnya dan ingin mengetahui cara menghadapi proses persalinan nanti. B. Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian Berdasarkan Model Promosi Kesehatan, perawat harus melakukan pengkajian a. komprehensif agar dapat mengembangkan rencana asuhan keperawatan. Pengkajian yang dilakukan oleh perawat adalah : Pengkajian karakteristik dan pengalaman individual yang meliputi pengkajian perilaku sebelumnya dan pengkajian faktor personal. Pengkajian perilaku sebelumnya meliputi pengalaman kehamilan sebelumnya. Hasil pengkajian ini menunjukkan ibu hamil pertama dengan usia kehamilan 38-39 minggu, belum ada pengalaman persalinan sebelumnya. Ibu tidak mengetahui tentang tanda-tanda persalinan. Ibu melakukan perawatan antenatal dengan memeriksakan kehamilannya di bidan praktek. Pengkajian faktor personal meliputi faktor biologis (usia, jenis kelamin, indeks massa tubuh, status pubertas, kapasitas aerobik, kekuatan, kecerdasan, keseimbangan), faktor psikologis (harga diri, motivasi diri, kompetensi personal, status kesehatan sebelumnya, definisi tentang kesehatan) dan faktor sosial budaya (ras, etnik, penyesuaian diri, status sosial ekonomi). Hasil pengkajian ini menunjukkan bahwa usia ibu 25 tahun, Tekanan darah 100/60 mmHg, nadi 90x/menit, pernafasan 24x/menit, suhu 37C. Keadaan umum baik, penampilan rapi, gaya berjalan lordosis, mudah kelelahan dan kadang-kadang timbul his

(braxton hicks). Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, tidak ada gangguan penglihatan. Nafsu makan baik, 3x sehari diselingi bubur dan susu, BB bertambah 11 kg dari sebelum hamil. BAB 1x sehari, BAK lebih sering terutama malam hari, ibu sulit untuk memulai tidur. Riwayat menarche usia 13 th, siklus haid 30 hari selama 5-6 hari. Ibu berasal dari betawi tetapi suami berasal dari jawa. Norma budaya menganut budaya jawa tetapi tidak diterapkan dalam semua sisi kehidupan. Keluarga saling menyayangi dan komunikasi berjalan dengan baik. Suami Ny. M bekerja sebagai pegawai toko keramik dengan penghasilan rata-rata 1 juta perbulan. Keluarga dapat menyisihkan penghasilan untukpersiapan persalinan. b. Pengkajian perilaku spesifik, pengetahuan dan sikap individu yang meliputi persepsi tentang manfaat tindakan, persepsi tentang hambatan tindakan, persepsi tentang kemampuan diri, aktivitas yang berhubungan dengan sikap, pengaruh interpersonal dan pengaruh situasional. Pengaruh interpersonal meliputi norma, dukungan sosial dan role model. Pengaruh interpersonal terutama berasal dari keluarga,kelompokdan tenaga kesehatan c. Pengkajian mengenai hasil perilaku yang meliputi komitmen terhadap rencana tindakan, tuntutan yang mendesak dan adanya pilihan-pilihan yang lebih baik serta perilaku promosi kesehatan. 2. Diagnosa Keperawatan a. Masalah karakteristik dan pengalaman individual Koping individu tidak efektif berhubungan dengan kurang pengetahuan mengenai tanda-tanda persalinan Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan pada akhir kehamilan Intolerans aktivitas berhubungan dengan meningkatnya berat badan dan perubahan pusat gravitas Nyeri berhubungan dengan kontraksi braxton hicks

b. Masalah perilaku spesifik, pengetahuan dan sikap individu Penerimaan progresif terhadap kehadiran j anin

Memulai fantasi tentang personalityjaninMengembangkan hubungan kerja yang langsung kepada dukungan saling menguntungkan selama kehamilan dan parenting

c.

Mengenali saling ketergantungan antar anggota keluarga Masalah hasil perilaku Memulai persiapan lingkungan bagi bayi baru lahir Persiapan progresif terhadap persalinan Membuat rencana persalinan untuk mengkomunikasikan keinginan personal terhadap pengalaman melahirkan 3. Intervensi

a.

Karakteristik dan pengalaman individual Koping individu tidak efektif dapat diatasi dengan mendiskusikan tandatanda persalinan pasti/palsu (true labor dan false labor) yang meliputi frekuensi, durasi dan intensitas kontraksi, pecahnya ketuban dan bloody show.

Gangguan pola tidur dapat diatasi dengan meyakinkan pada ibu bahwa gangguan tidur normal terjadi pada akhir kehamilan, mendiskusikan dan mendemontrasikan teknik relaksasi, effleurage, penggunaan bantal sebagai penyokong, mengajarkan mengenai posisi yang nyaman saat tidur, menganjurkan untuk mandi air hangat dan minum susu sebelum tidur serta mengeksplorasi suasana yang nyaman untuk memulai tidur (seperti kasur yang empuk, lampu dimatikan dan suasana hening).

Intolerans aktivitas dapat diatasi dengan mengajarkan postur tubuh yang baik, tidur dengan menggunakan banyak bantal, mengajarkan teknik bernapas, menganjurkan ibu untuk sering istirahat ketika melakukan aktivitas serta penggunaan alat bantu ketika beraktivitas.

Nyeri yang berhubungan dengan kontraksi braxton hicks dapat diatasi dengan mengkaji frekuensi, kekuatan dan keteraturan kontraksi untuk mengetahui apakah merupakan tanda persalinan pasti/palsu, meyakinkan ibu bahwa braxton hikcs merupakan kondisi yang normal saat kehamilan, menganjurkan ibu untuk berjalan/beraktivitas ketika braxton hicks, mengajarkan teknik pernapasan dan relaksasi serta menganjurkan ibu untuk miring ke kiri pada saat istirahat/tidur.

b. Perilaku spesifik, pengetahuan dan sikap individu Penerimaan progresif terhadap kehadiran janin dapat ditingkatkan dengan menunjukkan bagian-bagian janin saat pemeriksaan abdomen, mengusahakan agar ibu dapat mendengar denyut jantung janin, reinforce hasil observasi ibu terhadap janin serta memberikan informasi mengenai karakteristik janin sesuai dengan umur kehamilan. Memulai fantasi tentang personality janin dapat diintervensi dengan mengeksplorasi fantasi ibu dan meyakinkan bahwa berfantasi mengenai janin merupakan sesuatu yang normal. Mengembangkan hubungan kerja yang langsung kepada dukungan saling menguntungkan selama kehamilan dan parenting dapat ditingkatkan dengan menganjurkan ibu untuk membagi perasaannya dengan suami, memberikan informasi mengenai kelas prenatal, memberikan reinforcement saat ibu sudah melakukan teknik pernapasan dan relaksasi yang benar serta memberikan informasi mengenai parenting. Mengenali saling ketergantungan antar anggota keluarga dapat ditingkatkan dengan memberikan reinforcemet saat anggota keluarga saling berbagi perasaan dan mengembangkan cara supaya pasangan terlibat dalam kehamilan, persalinan dan bayi. c. Hasil perilaku pemberian informasi tentang jenis-jenis perlengkapan yang penting bagi bayi, bagaimana cara merawat bayi dan memberikan reinforcement terhadap persiapan yang telah dilakukan. o Persiapan progresif terhadap persalinan dapat ditingkatkan melalui pemberian informasi mengenai metode persalinan, mengajarkan teknik pernapasan dan relaksasi serta meminta ibu untuk mendemontrasikan dan mengoreksi teknik yang kurang benar. o Membuat rencana persalinan untuk mengkomunikasikan keinginan personal terhadap pengalaman melahirkan dapat ditingkatkan dengan mengekplorasi alternatif yang realistis terhadap pengalaman persalinan, memberikan o Memulai persiapan lingkungan bagi bayi baru lahir dapat ditingkatkan melalui

reinforcmentterhadap pembuatan keputusan dan mengkomunikasikan keinginan ibu kepada petugas kesehatan dimana ibu akan melahirkan. http://semaraputraadjoezt.wordpress.com/2012/05/26/konsep-teori-model-healthpromotion-model-pender/

Penerapan Teori Model Keperawatan

KASUS : Tuan B 24 th merasa dirinya tidak berharga, karena tidak ada keluarga yang mau mendengarkannya. Keluarga mengatakan bapak B di rumah tidak mau keluar kamar dan merawat diri baik makan maupun kebersihan diri. Keputusan membawa tuan B ke RSJ karena keluarga tidak tahu cara merawat tuan B yang sering berbicara sendiri jika sudah malam hari. Tuan B mengatakan bahwa yang sering datang pada malam hari tersebut adalah pamannya, dan hanya pamannya yang mau mendengarkan keluhannya. Tuan B pendidikannya tamat SMA, pernah bekerja di perusahaan tetapi keluar karena tidak cocok dengan teman sekerja. Tuan B mengatakan orang-orang tidak menghargai dirinya, merasa tidak ada gunanya merawat diri atau tidak akan pergi kemana-mana dan tidak akan bertemu dengan orang lain. Teori yang tepat digunakan untuk menyelesaikan kasus diatas yaitu, 1. Teori Dorothea Orem Tuan B 24 th merasa bahwa dia tidak diperhatikan oleh keluarganya. Tidak ada yang mau mendengarkan keluh kesahnya. Itu berarti keluarga dari Tuan B tidak dapat memenuhi segala kebutuhan Tuan B seperti kebutuhan istirahat, nutrisi dan sosialisasi. Maka dari itu pada teori orem dijelaskan bahwa keluarga merupakan suatu kelompok yang dapat menimbulkan, mencegah, mengabaikan atau memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam kelompoknya. Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan sehingga apabila salah satu anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan akan berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya, serta keluarga tetap dan selalu berperan sebagai pengambil

keputusan dalam memelihara kesehatan para anggotanya. Keluraga Tuan B seharusnya tidak perlu membawa Tuan B ke RSJ jika kelurganya menerapkan Teori ini karena dengan pendekatan kepada Tuan B secara interpersonal pun Tuan B akan bisa lebih membuka diri untuk bersosialisasi dengan anggota kelurga lainnya. Sehingga akan memperkecil kemungkinan Tuan B masuk ke RSJ, karena Tuan B akan merasa lebih diacuhkan dan merasa terisolasi dari lingkungan yang normal jika dia dimasukkan ke dalam RSJ. Dan juga dijelaskan bahwa Tuan B 24 th, di rumah tidak mau keluar kamar dan merawat diri baik makan maupun kebersihan diri. Itu berarti bahwa Tuan B tidak memiki kemampuan self care, dalam teori orem ada 3 konsep yang berhubungan yaitu self care, self care deficit dan sistem-sistem keperawatan. Tuan B tidak mampu menjalankan konsep yang pertama yaitu self care. Seharusnya Tuan B dapat menjalankan konsep teori orem yang pertama yaitu self care dengan cara memenuhi kebutuhan udara, air, makanan, kebersihan, aktifitas dan istirahat, menyendiri dan interaksi social, pencegahan dari bahaya, dan pengenalan fungsi mahluk hidup. Dengan cara tersebut Tuan B tidak akan lagi mengabaikan kesehatan untuk merawat dirinya sendiri. Self care deficit, Tuan B sangat membutuhkan orang lain untuk membantunya merawat diri. Paman Tuan B mengambil peran yang besar, karena hanya paman Tuan B yang mengerti bagaimana kondisi dan perkembangan Tuan B saat itu. Dan dengan adanya Paman Tuan B, Tuan B akan sedikit bisa terbantu untuk menumbuhkan rasa kemandirian untuk merawat diri. Sedangkan konsep yang ketiga, yaitu sistem-sistem keperawatan, diberikan apabila Tuan B benarbenar sudah tidak bisa merawat dirinya sendiri dan juga pihak keluarganya sudah benar-benar positif ingin memasukkan Tuan B ke dalam RSJ. Dengan begitu perawat memegang penuh untuk menumbuhkan kembali rasa kemandirian Tuan B dalam merawat diri. Tidak itu saja, namun perawat juga mempunyai tugas memberikan edukasi kepada keluarga Tuan B untuk bisa menumbuhkan rasa kemandirianya merawat diri. Karena yang selama ini terjadi adalah Keluarga Tuan B kurang memberikan perhatian kepada Tuan B. Teori Model Keperawatan Orem ini sangat cocok untuk menangani kasus Tuan B. 2. Teori Callista Roy

Teori Roy dikenal dengan Teori Adaptasi Roy. Teori ini lebih menekankan pentingnya individu untuk mempertahankan perilaku secara adaptif dan mampu merubah perilaku yang maladaptif agar dapat meningkatkan kesehatannya. Teori model keperawatan ini sangat cocok untuk Tuan B, karena Model keperawatan Roy ini terdapat 3 tingkatan adaptasi manusia yang belum bisa dilakukan oleh Tuan B. Yang pertama adalah Stimulus fokal yaitu stimulus yang langsung berhadapan dengan seseorang. Selama ini Tuan B selalu memilih menyendiri dan tidak ingin berinteraksi dengan orang lain. Ini dikarenakan Tuan B tidak ingin beradaptasi dengan orang lain. Maka dari itu Tuan B membutuhkan seseorang yang dapat memperkuat rasa adaptif Tuan B terhadap lingkungan sekitarnya. Yang kedua yaitu Stimulus kontekstual yaitu semua stimulus lain yang dialami seseorang baik internal maupun eksternal yang mempengaruhi situasi dan dapat diobservasi, diukur dan secara subyektif dilaporkan. Rangsangan ini muncul secara bersamaan dimana dapat menimbulkan respon negatif pada stimulus fokal seperti isolasi social. Tuan B selama ini merasa terisolasi dari lingkungannya, mulai dari keluarga yang mengacuhkannya dan teman kerja yang tidak cocok. Keadaan seperti ini akan mengkibatkan munculnya rasa dari dalam diri Tuan B bahwa orang-orang disekitarnya dan lingkunganya tidak bisa adaptasi dengannya, sehingga Tuan B merasa bahwa dirinya tidak perlu beradaptasi dengan orang lain. Seharusnya orang-orang disekitar Tuan B, seperti Keluarga dan teman kerja memberikan stimulus kepada Tuan B agar dia dapat berinteraksi dengan lingkungan. Dan terjalinnya suatu interaksi sosial. Yang ketiga adalah Stimulus residual yaitu ciri-ciri tambahan yang ada dan relevan dengan situasi yang ada tetapi sukar untuk diobservasi meliputi kepercayan, sikap, sifat individu berkembang sesuai pengalaman yang lalu, hal ini memberi proses belajar untuk toleransi. Pada kasus Tuan B, selama ini menunjukkan bahwa dia tidak cocok dengan orang-orang disekitarnya karena merasa tidak diperhatikan, dan memilih untuk menyendiri. Seharusnya Tuan B diberi kesempatan untuk mendapatkan perhatian lebih dari Kelurganya, karena Kelurga memiliki andil yang lebih besar

dalam menciptakan rasa adaptif Tuan B. Sehingga akan tumbuh dari dalam diri Tuan B untuk lebih bertoleransi dengan orang-orang disekitarnya. Disamping itu, sistem adaptasi CALLISTA ROY memiliki empat mode adaptasi yaitu fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependent. Yang pertama Fungsi fisiologis, komponen system adaptasi ini yang adaptasi fisiologis diantaranya oksigenasi, nutrisi, eliminasi, aktivitas dan istirahat, integritas kulit, indera, cairan dan elektrolit, fungsi neurologis dan fungsi endokrin. Dalam kasus Tuan B, di rumah dia tidak mau keluar kamar dan merawat diri baik makan maupun kebersihan diri. Ini menunjukkan bahwa Tuan B belum bisa beradaptasi fisiologis dengan cara memenuhi kebutuhan individunya seperti makan dan minum serta beraktifitas. Sehingga terganggungnya sisitem kesehatan dalam tubuhnya. Sangat perlu untuk Tuan B memenuhi kebutuhan secara fisioligis untuk mempertahankan kesehatan dalam tubuhnya. Yang kedua adalah konsep diri yang mempunyai pengertian bagaimana seseorang mengenal pola-pola interaksi social dalam berhubungan dengan orang lain. Dalam kasusunya, setiap hari Tuan B hanya berdiam diri di dalam kamar, dan tidak mau berinteraksi dengan orang lain. Seharusnya Tuan B tidak menutup diri dalam lingkungan karena dengan membuka diri dalam lingkungannya. Tuan B akan mengenal pola-pola interaksi sosial dengan orang disekitarnya sihingga tidak muncul anggapan bahwa dirinya diacuhkan oleh orang-orang disekitarnya. Yang ketiga adalah fungsi peran merupakan proses penyesuaian yang berhubungan dengan bagaimana peran seseorang dalam mengenal pola-pola interaksi social dalam berhubungan dengan orang lain. Tuan B keluar dari pekerjaannya karena merasa tidak cocok dengan teman kerjanya. Ini dikarenakan Tuan B tidak dapat menyesuaikan diri dalam lingkungan kerjanya, seharusnya yang dilakukan Tuan B adalah belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan kerjanya, sehingga dia selalu nyaman dengan apa yang dia temui. Dan terjalinlah hubungan sosial dengan rekan-rekan kerjanya. Dan yang keempat adalah interdependent merupakan kemampuan seseorang mengenal pola-pola tentang kasih sayang, cinta yang dilakukan melalui hubungan secara interpersonal pada tingkat individu maupun kelompok. Tuan B selalu tertutup dengan segala aktifitasnya, selalu menyendiri dan merasa tidak ada yang memperdulikannya, seharusnya Tuan B dapat

membuka diri dengan keluarganya, mencurahkan keluh kesahnya selama ini dan mencari solusi masalahnya. Dengan terjalinnya hubungan antara Tuan B dan kelurganya rasa kasih sayang antar anggota keluarga akan muncul sehingga Tuan B merasa diperdulikan dan diperhatikan oleh lingkungannya dan tidak akan menutup diri untuk berinteraksi secara sosial. Setelah membaca kasus yang ada, Teori Dorothea Orem dan Teori Callista Roy sangat cocok untuk Model Keperawatan yang dilakukan untuk kasus Tuan B. Karena antara self care dan adaptasi adalah dua komponen yang saling berhubungan dan penting dalam menyelesaikan suatu kasus kesehatan. Dan konsep keperawatan ini dapat digunakan di Indonesia dengan mempertahankan keuntungan, memanfaatkan kesempatan, memperbaiki kelemahan serta menekan ancaman kesehatan yang ada. http://leandmamend.blogspot.com/2012/12/penerapan-teori-modelkeperawatan.html

Teori dan model konseptual asuhan kebidanan Teori dan Model Konseptual Asuhan Kebidanan

A. Pendahuluan Secara umum teori dan konsep adalah hal yang sangat berkaitan dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Dalam pelayanan kebidanan, teori-teori yang digunakan dalam praktik kebidanan berasal dari konseptual model kebidanan. Teori atau konsep sejatinya adalah penjelasan dari suatu kejadian dan fenomena. Proses penjelasan ini memerlukan pemikiran yang dalam.

Konsep atau teori adalah gambaran tentang objek dari suatu kejadian atau objek yang digunakan oleh peneliti untuk menggambarkan fenomena sosial yang menarik perhatiannya. Konseptual model merupakan gambaran abstrak suatu ide yang menjadi dasar suatu disiplin ilmu. Konseptual model dapat memberikan gambaran abstrak atau ide yang mendasari disiplin ilmu dan kemudian diterapkan sesuai dengan bidang masing-masing. B. Dasar Pemikiran, Fokus Dan Tujuan Dalam Teori Kebidanan 1. Reva rubin Rubin adalah seorang perawat bidan di USA. Rubin mengembangkan penelitian dan teori tentang kesehatan ibu dan anak khususnya ibu bersalin. Penelitian dan pengamatan dilakukan selama lebih dari 20,tahun dengan lebih dari 6000 responden. Tujuan Rubin adalah mengidentifikasi bagaimana seorang perempuan mencapai peran menjadi seseorang dan hal apa sajakah yang memengaruhinya, baik yang bersifat positif maupun negatif. Penelitian ini dilakukan dengan bantuan para siswa bidan. Data dikumpulkan melalui wawancara langsung dan melalui telepon yang berlangsung selama 1-4 jam. Subjek penelitian di dapatkan di klinik antenatal dan postnatal. Data-dat berkaitan dengan masalah-masalah yang timbul dalam pencapaian peran menjadi ibu diberi kode kemudian dianalisis. Menurut Rubin seorang sejak hamil sudah mempunyai harapan sebagai berikut : a. Memastikan keselamatan secara fisik, kesejahteraan ibu dan bayi.

b.

Memastikan penerimaan masyarakat terutama orang-orang yang sangat berarti bagi ibu dan bayi.

c. Penentuan gambar identitas diri. d. Mengerti tentang arti memberi dan menerima. Perubahan yang umum terjadi pada perempuan ketika hamil adalah : a. Cenderung lebih tergantung dan membutuhkan perhatian yang lebih baik, untuk bisa berperan sebagai calon ibu dan mampu memerhatikan perkembangan janinnya. b. Membutuhkan sosialisasi. Tahapan Psikososial (Psikososial Stage) 1. Anticipatory stage Tahap ini ibu-ibu melakukan latihan peran dan memerlukan interaksi dengan anak yang lain. 2. Honeymoon stage Ibu mulai memahami sepenuhnya peran dasarnya.. Pada tahap ini, ibu memerlukan bantuan anggota keluarga yang lain. 3. Plateu stage Ibu akan mencoba dengan sepenuhnya apakah ia telah mampu menjadi ibu. Tahap ini membutuhkan waktu beberapa minggu dan ibu akan melanjutkan sendiri. 4. Disngagement Merupakan tahap penyelesaian dimana latihan peran dihentikan. Pada tahapan ini peran sebagai orang tua belum jelas. Reaksi umum pada kehamilan, biasanya swbagai berikut :

a. Trimester I Ambiven, takut, fantasi, khawatir b. Trimester II Perasaan lebih enak, meningkatkannya kebutuhan untuk mempelajari tentang perkembangan dan pertumbuhan janin, menjadi narsistik, pasif, introvert, kadang egosentrik dan self centered. c. Trimester III Berperasaan aneh, semberono, jelek. Menjadi lebih introvert, mereflesikan terhadap pengalaman masa kecil. Tiga aspek yang diidentifikasi dalam peran ibu hamil : a. Gambaran tentang idaman Sebuah gambaran ideal/positif mengenai perempuan yang berhasil melaksanakan perannya sebagai ibu yang baik. Seorang ibu muda akan mempunyai seseorang yang dijadikannya contoh bagaimana seharusnya menjadi seorang ibu. b. Gambaran tentang diri Gambaran mengenai dirinya sendiri dihasilkan melalui pengalaman. Gambaran diri seorang perempuan adalah bagaimana seorang perempuan tersebut memandang dirinya, sebagai bagian dari pengalaman diri, terkait dengan peran ibu yang akan dilakukan. c. Gambaran tubuh Perubahan yang terjadi pada tubuh perempuan selama proses kehamilan dan perubahan spesifik yang terjadi selama kehamilan serta setelah melahirkan. Tahap pelaksanaan peran menjadi seorang ibu : a. Taking on

Wanita meniru dan melakukan peran ibu, dikenal sebagi tahap meniru. Dalam tahap taking on terdapat kegiatan mimicry (peniruan) yaitu perempuan meniru perilaku perempuan lain yang pernah hamil dengan cara melihat, mendengar dan melaksanakanpengalaman menjadi seorang ibu. Misalnya : apa yang dilakukan saat persalinan atau bagaimana pertumbuhan bayi pada hari-hari pertama, dan role play (mencoba bermain peran) yaitu menciptakan kondisi di masa yang akan datang dengan sengaja, misalnya : berlatih merawat bayi dengan menjadi pengasuh anak temannya atau mencoba menyuapi anak kecil. b. Taking in Taking in meliputi kegiatan berfantasi. Fantasi perempuan tidak hanya meniru tetapi sudah mulai membayangkan peran yang dilakukan dimasa yang akan datang, misalnya : akan seperti apa proses persalinannya nanti atau baju apa yang akan dikenakan bayinya nanti. Dan kegiatan introjections, projection, dan rejection yang merupakan tahap dimana perempuan menirukan model-model yang ada sesuai dengan pendapatnya. Dalam tahap ini, bisa terjadi proses penerimaan dan penolakan. Misalnya : saat ibu memandikan bayinya di rumah, dia akan melakukannya berdasarkan apa yang dipelajari di rumah sakit atau di tempat lainnya. c. Leting go Merupakan fase dimana perempuan mengingat kembali proses dan aktivitas yang sudah dilaksanakannya. Perempuan tersebut mengevaluasi hasil tindakannya di masa lalu dan menghilang tindakan yang dia anggap sudah tidak tepat lagi. Faktor-faktor yang memengaruhi suksesnya masa transisi ke masa menjadi orang tua pada masa postpartum adalah :

a. Respon dan dukungan dari teman dan keluarga. b. Hubungan dari pengalaman melahirkan. c. Pengalaman melahirkan dan membesarkan anak yang lalu (sebelumnya) d. Pengaruh budaya

2. Rammona Mercer Mercer merupakan seorang perawat yang sangat perhatian terhadap proses persalinan. Dai adalah salah satu murid Reva Rubin yang telah menghasilkan banyak karya ilmiah. Sepanjang karirnya selama 30 tahun, Mercer melakukan 2 penelitian penting yaitu efek stress antepartum pada keluarga dan pelaksanaan ibu. Teori Mercer lebih menekan pada stres antepartum dan mencapai peran ibu. Ia mengidentifikasi seorang perempuan pada awal postpartum, yang menunjukkan bahwa perempuan akan lebih mendekatkan diri pada bayinya disbanding dengan melakukan tugas sebagai seorang ibu pada umumnya. Efek stres anteparum Tujuan: Memberikan dukunagn selama hamil untuk mengurangi lemahnya lingkungan serta dukungan social dan kurangnya kepercayaan diri. Enam faktor yang mempunyai hubungan dengan status kesehatan : a. Hubungan interpersonal b. Peran keluarga

c. Stres antepartum, komplikasi dari risiko kehamilan dan pengalaman negative dari hidup d. Dukungan social e. Rasa percaya diri f. Gangguan rasa takut, depresi, dan keraguan Selain itu, menjadi seorang ibu berarti memperoleh identitas baru yang membutuhkan pemikiran dan penguraian yang lengkap tentang diri sendiri. Mencer melihat bahwa menjadi seorang ibu tidak hanya pribadi perempuan yang menjadi ibu, tetapi dia juga melihat kesulitankesulitan yang dihadapi dalam melaksanakan peran ibu. Oleh karena itu, peran dan partisipasi suami/pasangan sangat penting untuk meyakinkan dan memberikan penghargaan untuk peran baru ini. Penghargaan diri, status kesehatan, dan dukungan social diperkirakan mempunyai efek langsung yang positif terhadap dan pengaruh negetif terhadap fungsi keluarga. Hubungan ini dibuktikan dalam suatu penelitian yang bertujuan mengetahui hubungan antara stress anteprtum dan hubungan/fungsi keluarga. Sampel penelitian yaitu ibu hamil dengan resiko tinggi yang masuk rumah sakit dibandingkan dengan ibu hamil dengan resiko rendah, usia kehamilan antara 24-34 minggu. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara kepadaa ibu dan pasangannya. Hasil penelitiannya yaitu terdapat 6 variabel yang terkait dengan fungsi keluarga : a. Stres antepartum yang disebabkan kombinasi dari peristiwa masa lalu yang tidak menyenangkan dan risiko kehamilan. b. Dukungan sosial c. Harga diri

d. Kontrol diri e. Kegelisahan f. Depresi

Hubungan antara ke 6 variabel tersebut adalah sebagai berikut : a. Stres yang diakibatkan peristiwa masa lalu yang tidak menyenangkan, dan risiko kehamilan diperkirakan memiliki efek negative terhadap harga diri dan status kesehatan. b. Harga diri, status kesehatan, dan dukungan sosial diperkirakan memiliki efek yang positif terhadap kegelisahan dan depresi, yang pada akhirnya memberi efek negative terhadap fungsi keluarga. Pencapaian peran ibu Empat langkah (tahapan) dalam peran untuk menjadi seorang ibu adalah : a. Anticipatory Suatu masa sebelum menjadi ibu, yang dimulai dengan penyesuaian social dan psikologi terhadap peran barunya nanti, dengan mempelajari apa saja yang dibutuhkan untuk menjadi seorang ibu. Contoh : Latihan memasak, belajat tentang ASI, belajar tentang merawat anak, dll. b. Formal Mulai dengan peran sesungguhnya sebagai seorang ibu, bimbingan peran secara formal dan sesuai dengan apa yang diharapkan oleh sistem perempuan dari wanita. Contoh : Orang tua (ibu) mengajarkan cara perawatan bayi pada anaknya (ibu muda) c. Informal

Saat perempuan telah mampu menemukan jalan yang unik dalam melaksanakan peran barunya ini. d. Personal Pencapaian peran ibu dengan baik tergantung dari diri sendiri. Mencer melihat bahwa peran aktif seorang perempuan dalam percapaian peran umumnya dimulai sejak bayi lahir, yaitu pada 3 bulan sampai 7 bulan postpartum. Faktor-faktor yang memengaruhi perempuan dalam pencapaian peran ibu yaitu : a. Faktor ibu 1) Umur ibu pada waktu melahirkan anak pertama 2) Persepsi ibu pada waktu melahirkan anak pertama 3) Memisahkan ibu dan anak secepatnya 4) Stres sosial 5) Dukungan sosial 6) Konsep diri 7) Kepribadian 8) Perilaku 9) Status kesehatan ibu b. Faktor bayi 1) Temperamen 2) Kesehatan bayi c. Faktor-faktor lain 1) Latar belakang budaya 2) Status perkawinan 3) Status sosial ekonomi

Faktor-faktor pendukung pencapaian peran ibu : a. Emosional support Perasaan mencintai, penuh perhatian, percaya, dan mengerti. b. Informational support Membantu individu untuk menolong dirinya sendiri, dengan memberikan informasi yang berguna dan berhubungan dengan masalah situasi. c. Physical support Pertolongan langsung seperti membantu merawat bayi dan memberikan dukungan dana. d. Appraisal support Berupa informasi yang menjelaskan tentang peran pelaksanaan bagaimana ia menampilkan dalam peran, sehingga memungkinkan individu mampu mengevaluasi dirinya sendiri yang berhubungan dengan penampilan orang lain. 3. Ela Joy Lehrman Dalam teori ini, Lehram menginginkan agar bidan mampu melihat semua aspek praktik dalam memberikan asuhan pada perempuan hamil dan memberikan pertolongan pada persalinan. Lehrman mengemukakan 8 konsep yang penting dalam pelayanan antenatal yaitu : 1. Asuhan yang berkesinambungan 2. Keluarga sebagai pusat asuhan 3. Pendidikan dan konseling merupakan bagian dari asuhan 4. Tidak ada intervensi dlam asuhan 5. Fleksibilitas dalam asuhan

6. Keterlibatan dalam asuhan 7. Advokasi pada klien 8. Waktu Asuhan partisipasi Bidan dapat melibatkan klien dalam pengkajian, evaluasi, dan perencanaan pasien. Klien ikut bertanggung jawab atau ambil bagian dalam pelayanan antenatal. Dalam pemeriksaan fisik, misalnya palpasi pada tempat tertentu atau ikut mendengar denyut jantung. Dari delapan komponen yang dibuat oleh Lehrman tersebut kemudian diujicobakan oleh Morten pada pasien post partum. Dari hasil penerapan tersebut, Morten menambahkan 3 komponen lagi ke dalam 8 komponen yang telah dibuat oleh Lehrman, yaitu : 1. Teknik terpeutik 2. Pemberdayaan 3. Hubungan sesama Teknik terapeutik Proses komunikasi sangat bermanfaat dalam proses perkembangan dan penyembuhan, misalnya : mendengar aktif, mangkaji, klarifikasi, humor, sikap yang tidak menuduh, pengakuan, fasilitas, pemberian izin. Empowerment (pemberdayaan) Sesuatu proses memberi kekuasaan dan kekuatan; bidan melalui penampilan dan pendekatannya akan meningkatkan kemampuan pasien dalam mengoreksi, memvalidasi, menilai, dan memberi dukungan.

Lateral relationship (hubungan sesama) Menjalani hubungan yang baik terhadap klien, bersikap terbuka, sejalan dengan klien, sehingga antara bidan dan kliennya tampak akrab ; misalnya sikap empati dan berbagi pengalaman. 4. Ernestine Wiedenbach Ernestine Wiedenbach sudah pernah bekerja dalam suatu proyek yang mempersiapkan persalinan berdasarkan teori Dr. Grantley Dick Read. Wiedenbach mengembangkan teorinya secara induktif berdasarkan pengalaman dan observasinya dalam praktik. Konsep yang luas, menurut Wiedenbach yang nyata di temukan dalam keperawatan, yaitu : 1. The agent : perawat, bidan, atau tenaga kesehatan lain 2. The recipient : wanita, keluarga, masyarakat 3. The goal : goal dari intervensi (tujuan) 4. The means : metode untuk mencapai tujuan 5. The framework : kerangka kerja (organisasi sosial, lingkungan sosial, dan professional) The agent (the midwife) Wiedenbach mengutarakan empat konsep yang memengaruhi praktik keperawatan yaitu filosofi, tujuan, praktik, dan seni. Filosofi Wiedenbach tentang asuhan kebidanan dan tindakan kebidanan dapat dilihat dalam uraiannya yang jelas pada perawatan maternitas dimana ada kebutuhan ibu dan bayi yang segera untuk mengembangkan kebutuhan yang lebih luas yaitu kebutuhan ibu dan ayah dalam persiapan menjadimorang tua.

The goal (purpose) Tujuan dari proses keperawatan adalah membantu orang yang membutuhkan pertolongan. Sadari bahwa kebutuhan masing-masing individu perlu diketahui sebelum menentukan tujuan. Bila kebutuhan ini sudah diketahui, dapat diperkirakan tujuan yang akan dicapai dengan mempertimbangkan tingkah laku fisik, emosional, atau psikologis. pikirannya. The recipient Perempuan, menurut masyarakat oleh masyarakat tertentu tidak mampu memenuhi kebutuhannya. Wiedenbach sendiri berpandangan bahwa recipient adalah individu yang berkompeten dan mampu melakukan segalanya sendiri, sehingga bidan/perawat memberi pertolongan hanya apabila individu tersebut mengalami lesulitah dalam memenuhi kebutuhannya sendiri. The means Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan terdiri dari empat tahap, yaitu : 1. Identifikasi kebutuhan klien 2. Ministration : memberikan dukungan dalam mencari pertolongan yang dibutuhkan 3. Validation : mengecek apakah bantuan yang diberikan merupakan bantuan yang dibutuhkan Untuk bisa mengidentifikasi kebutuhan pasien, bidan/perawat harus menggunakan mata, telinga, tangan, serta

4. Coordination : koordinasi sumber-sumber yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pasien Untuk bisa membantu pasien, bidan/perawat harus memiliki : 1. Pengetahuan, untuk bisa memahami kebutuhan pasien 2. Penilaian, kemampuan pengambilan keputusan 3. Keterampilan, kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pasien Framework Yaitu kerangka kerja yang terdiri dari lingkungan sosial, organisasi dan professional.

5. Jean Ball (Teori kursi goyang = keseimbangan emosional ibu) Tujuannya untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi keadaan emosi ibu dalam layanan maternitas. Psikologi dalam hal ini tidak hanya pengaruh emosional tetapi juga proses emosional agar tujuan akhir dalam memenuhi kebutuhan untuk menjadi orang tua terpenuhi. Kehamilan, persalinan, dan masa postpartum adalah masa untuk mengadopsi peran baru. Hypotesa Ball : Respon emosional perempuan terhadap perubahan yang terjadi bersama dengan kelahiran anak yang memengaruhi kepribadian seseorang dan dengan dukungan yang berarti, mereka mendapatkan system keluarga dan sosial.

Persiapan yang sudah diantisipasi oleh bidan dalam masa postpartum akan memengaruhi respon emsional perempuan dalam perubahan yang dialaminya pada proses pelahiran anak. Terdapat tiga faktor yang memengaruhi keadaan emosional ibu saat postpartum yaitu: 1. Kepribadian ibu 2. Dukungan dari keluarga/lingkungan social 3. Layanan yang diberikan bidan Kesejahteraan seseorang perempuan sangat tergantung pada efektifitas 3 elemen tersebut. Bila semua faktor di atas positif, maka derajat emosional akan baik. Tetapi bila keadaan 3 faktor tersebut negatif, derajat keadaan emosional buruk. Meski demikian, setiap faktor saling berinteraksi satu sama lain. Jika kekurangan satu faktor diimbang denga kelebihan faktor lain, keadaan emosi ibu manjadi akan menjadi baik. Ketiga faktor tersebut digambarkan sebagai kursi goyang, dengan layanan maternitas sebagai landasan dan tiang penyangganya adalah dukungan keluarga serta kepribadian ibu. Kekokohan setiap elemen saling berkaitan satu sama lain. Teori Jean Ball dalam konsep : Women Health Environment Midwifery : : : : Ball memutuskan perhatiannya terhadap perkembangan emosional, sosial dan psikologi seorang perempuan dalam proses melahirkan. Merupakan pusat dari model Jean Ball. Tujuan d ari postnatal care adalah supaya perempuan mampu menjadi seorang ibu. Lingkungan social dan organisasi dalam sistem dukungan asuhan post natal. Berdasarkan penelitian asuhan post natal, misalnya dikhawatirkan kurang efektif karena kurangnya pengetahuan tentang kebidanan.

Self

Secara jelas kita dapat melihat bahwa peran bidan adalah memberikan dukungan dan membantu seorang perempuan untuk menjadi yakin dengan perannya sebagai seorang ibu.

C. Kesimpulan Fungsi konsep adalah sebagai alat untuk mengidentifikasi fenomena yang diobservasinya, sedangkan teori adalah jalur logika atau penalaran yang digunakan oleh peneliti untuk menerangkannya. Ada beberapa teori yang memengaruhi model kebidanan yaitu Teori Reva Rubin, Ramona T. Mercer, Ernestine Wiedenbach, Ella Joy Lehrman, dan Jean Ball.
http://wulanendah58.blogspot.com/2012/08/teori-dan-model-konseptualasuhan.html

MODEL DAN TEORI KEPERAWATAN MENURUT DOROTEA OREM DAN VIRGINIA HANDERSON
Posted on 3 December 2012 by yantholife 0 MODEL DAN TEORI KEPERAWATAN 1. TEORI KEPERAWATAN MENURUT DOROTEA OREM 2. DEVINISI Teori keperawatan didefiniskan sebagai konseptualisasi beberapa aspek realitas keperawatan yang bertujuan untuk menggambarkan fenomena, menjelaskan hubungan- hubungan antar fenomena, memprediksi risiko-risiko dan menetapkan asuhan keperawatan (Afaf Ibrahim Meleis, 1997). Di dunia keperawatan banyak fenomena dan masalah yang terjadi yang sulit untuk dijelaskan dan diselesaikan. Namun, keperawatan memiliki teori-teori keperawatan yang bisa digunakan untuk menjelaskannya dan member solusi yang tepat untuk menyelesaikannya. Para ahli teori keperawatan mengemukakan berbagai solusi yang bisa diterapkan di berbagai lingkup keperawatan. Teori-teori tersebut terus dikembangkan sehingga akan lebih meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan keperawatan.

Salah satu ahli teori yang cukup terkenal dan teorinya banyak digunakan dalam tatanan pelayanan keperawatan adalah Dorothea Orem. Dalam teori self care-nya ia menganggap bahwa perawatan diri merupakan suatu kegiatan membentuk kemandirian individu yang akan meningkatkan taraf kesehatannya. Sehingga bila mengalami defisit, ia membutuhkan bantuan dari perawat untuk memperoleh kemandiriannya kembali. Teori ini merupakan suatu pendekatan yang dinamis, dimana perawat bekerja untuk meningkatkan kemampuan klien dalam merawat dirinya sendiri dan bukan menempatkan klien pada posisi bergantung karena self care merupakan perilaku yang dapat dipelajari. Teori Dorothea Orem merupakan teori yang cukup menarik untuk dikaji dan dibahas karena termasuk teori yang cukup banyak digunakan dalam aplikasi praktik keperawatan dan penulis tertarik untuk menelaah teori ini, dimana ia hanya berfokus pada lingkup praktik keperawatan. Konsep keperawatan Orem mendasari peran perawat dalam memenuhi kebutuhan perawatan diri klien untuk mencapai kemandirian dan kesehatan yang optimal. Orem mengembangkan tiga teori yang saling berhubungan yaitu teori self care deficit,teori self care, dan teori nursing system(Tomey). Tiga teori tersebut berfokus pada peran manusia menyeimbangkan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraannya dengan merawat diri mereka sendiri. 1. Teori Self Care Deficit 2. Inti dari teori ini menggambarkan manusia sebagai penerima perawatan yang tidak mampu memenuhi kebutuhan perawatan dirinya dan memiliki berbagai keterbatasan- keterbatasan dalam mencapai taraf kesehatannya. Perawatan yang diberikan didasarkan kepada tingkat ketergantungan; yaitu ketergantungan total atau parsial. Defisit perawatan diri menjelaskan hubungan antara kemampuan seseorang dalam bertindak/beraktivitas dengan tuntutan kebutuhan tentang perawatan diri. Sehingga bila tuntutan lebih besar dari kemampuan, maka ia akan mengalami penurunan/defisit perawatan diri. 1. Teori Self Care Wang and Laffrey (2004, p. 123) menyatakan bahwa self care adalah fungsi regulasi manusia yang berdasarkan pada kemampuan individu untuk melakukan perawatan dirinya. Hal tersebut digambarkan dalam hubungan antara self care, self care agency dan therapeuthic demand (diri, maka defisit perawatan diri terjadi dan perawat akan membantu klien untuk melakukan tugas perawatan dirinya self care : Self care adalah tindakan yang matang dan mematangkan orang lain yang mempunya potensi untuk berkembang, atau mengembsangkan kemampuan yang dimiliki agar dapat digunakan secara tepat, nyata dan valid untuk mempertahankan fungsi dan berkembang dengan stabil dalam perubahan lingkunganl. Self care digunakan untuk mengontrol au faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi aktivitas seseorang untuk menjalankan fungsinya dan berproses untuk mencapai kesejahteraannya. Self care agency agen perawan

sendiri adalah kekuatan individi yang berhubungan dengan perkiraan dan esensial operasi-operasi produksi untuk keperawatan mandiri. Ada 3 aspek yakni: 1. Agen (orang yang mengambil tindakan). 2. Self care agent (penyedia perawatan mandiri). 3. Dependent care agent (penyelenggara perawatan yang tidak mandiri) Therapeutic Self Care Demands: Tunutan perawatan diri harus seimbang dengan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk itu dilakukan upaya-upaya dengan cara menggunakan metode-metode untuk mengembalikan kemampuan tersebut Nursing Agency : Merupakan upaya keperawatan untuk dapat memenuhi kebutuhan perawatan diri individu dan mencapai kemandirian yang dapat dilakukan dengan cara : mengenali kebutuhannya, memenuhi kebutuhan, melatih kemampuannya. Contidioning factor : Merupakan kondisi atau situasi di sekitar individu yang dapat mempengaruhi individu dalam memenuhi kebutuhan self care-nya. 1. Teori Nursing System Sistem keperawatan, ketika perawat menentukan, mendesain dan menyediakan perawatan yang mengatur kemampuan individu dan mencapai pemenuhan kebutuhan perawatan diri (Kozier, Erb, & Blais, 1997 dalam Jean Bridge, Sally Cabell, and Brenda Herring, 2006). Sistem pelayanan yang memfasilitasi pemenuhan kebutuhan self care individu dan memberikannya secara terapeutik sesuai dengan tiga tingkatan kemampuan : 1. Wholly compensatory nursing system Diberikan pada klien dengan ketergantungan tinggi, jika : 1. tidak mampu melakukan aktivitas, contoh : 2. klien tak sadar 3. tahu melakukan gerakan tapi tidak boleh ada gerakan, contoh pada klien fraktur tulang belakang 4. tidak mampu memberi alasan tindakan self care tapi bisa dengan bimbingan, contoh pada :

retardasi mental

1. Partly comensatory nursing system diberikan pada klien dengan tingkat ketergantungan sebagian/parsial. Biasanya perawat mengambil alih

beberapa aktifitas yang tidak dapat dilakukan sendiri oleh klien, misalnya pada lansia. 2. Supportive educative nursing systemd iberikan dengan pemulihan/ketergantungan ringan. Memberikan pendidikan kesehatan atau penjelasan untuk memotivasi klien untuk melakukan self care. HOLLY COMPENSATORY SYSTEM Menyelesaikan therapeutik self care klien Kompensasi ketidakmampuan klien dalam memenuhi self care Mendukung dan melindungi klien. PARTLY COMPENSATORY SYSTEM Menjalankan beberapa kegiatan self care Kompensasi keterbatasan klien untuk selfcare Membantu klien sesuai kebutuhan Tindakan SUPPORTIVE - EDUCATIVE SYSTEM Kebutuhan self care menurut Orem Terdapat tiga tipe kebutuhan self care menurut Orem yaitu kebutuhan universal dan perkembangan perawatan diri/self care serta penyimpangan kesehatan. Kebutuhan universal self care

Menyeimbangkan pemasukan udara, air, dan makanan. Pembekalan perawatan berhubungan dengan proses eliminasi dan eksresi. Mencapai keseimbangan antara aktivitas dan istirahat Menghindari risiko-risiko yang membahayakan bagi kehidupan, peran dan tercapainyakesejahteraan

Meningkatkan fungsi/peran dan perkembangan dalam kelompok sosial berdasarkan potensi manusia, batasan-batasan, dan keinginan manusia untuk menjadi normal (Orem, 1985 dalam Meleis, 1997). Kebutuhan perkembangan/kemajuan self care

Menyeimbangkan kondisi kehidupan yang mendukung proses kehidupan dan perkembangan, dimana manusia berproses menuju tingkat yang lebih tinggi dan menjadi matang. Pembekalan keperawatan ditujukan untuk mencegah terjadinya kehilangan kondisi/faktor yang mendukung perkembangan manusia. Kebutuhan self care deviasi/penyimpangan kesehatan. Menjaga individu dari kondisi lingkungan fisik maupun biologis yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit dan menimbulkan kesadaran terhadap efek dari kondisi patologik.

Secara efektif mengembalikan individu dari kondisi patologis seperti deformitas atau abnormalitas dimanai perawat berupaya mengkompensasi gangguan yang terjadi. Memodifikasi konsep diri dan gambaran diri pada seseorang dalam menerima kesehatan dan perawatan kesehatan. Mempelajari efek dari kondisi patologi dan penangan yang mungkin digunakan untuk mengembangkan kemampuan individu. D. Proses Keperawatan Menurut Teori Orem

Proses keperawatan menurut Orem terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana tindakan dengan rasional ilmiah, implementasi dan evaluasi. Pengkajian Pengkajian diarahkan pada factor personal, universal self care, defelopmental self care, health deviation, self care defisit. Diagnosa Keperawatan. Diagnosa keperawatan sesuai dengan self care defisit yang dialami oleh klien. Perencanaan Tujuan : dibuat sesuai dengan dignosa keperawatan, berdasarkan self care demand dan meningkatkan kemampuan self care. Membuat nursing system : Wholly compensatory, Partly compensatory, atau supportive. educative. Membuat metode yang sesuai untuk membantu klien. Pelaksanaan Diarahkan untuk meningkatkan kemampuan self care, memenuhi kebutuhan self care, dan menurunkan self care deficitnya Evaluasi Menilai keefektifan tindakan perawatan dalam : meningkatkan kemampuan self care, memenuhi kebutuhan self care, dan menurunkan self care deficitnya. Tahap Pertama pengumpulan data pada 6 area yaitu : status kesehatan individu; persepsi dokter tentang status kesehatan individu; persepsi individu tentang kesehatannya sendiri; tujuan kesehatan dalam konteks latar belakang kehidupan individu, gaya hidup, dan status kesehatannya; kebutuhan individu terhadap perawatan diri/self care; kapasitas individu untuk melakukan self care. Tahap kedua : perawat menentukan tingkat ketergantungan individu, dimana perawat

dapat menetapkan apa yang akan dilakukan untu membantu individu/klien. Tahap ketiga : melakukan tindakan keperawatan berdasarkan pada komponen diagnose keperawatan. selanjutnya melakukan evaluasi tingkat keberhasilan perawatan

1. 2.

TEORI KEPERAWATAN VIRGINIA HANDERSON

A. DEFINISI Keperawatan menurut Henderson adalah suatu fungsi yang unik dari Keperawatan untuk menolong klien yang sakit atau sehat dalam memberikan pelayanan kesehatan dengan meningkatkan kemampuan, kekuatan, pengetahuan dan kemandirian pasien secara rasional, sehingga pasien sembuh atau meninggal dengan tenang. Definisi ini merupakan awal terpisahnya ilmu keperawatan dan medik dasar. Dari referensi tersebut asumsi dari individu yaitu : 1. Individu perlu mempertahankan keseimbangan fisiologis dan emosional 2. Individu memerlukan bantuan untuk memperoleh kesehatan dan kemandirian atau meninggal dengan damai 3. Individu membutuhkan kekuatan yang diperlukan, keinginan atau pengetahuan untuk mencapai atau mempertahankan kesehatan. Henderson berpendapat peranan perawat membantu individu sehat sakit dengan suatu cara penambah atau pelengkap (supplementary atau emplementary). Perawat sebagai partner penolong pasien dan kalau perlu sebagai pengganti pasien. Focus perawat adalah menolong pasien dan keluarga untuk memperoleh kebebasan dalam makan, bernafas normal. Tempat memenuhi kebutuhan dasar: bergerak dengan mempertahankan, eliminasi sampah tubuh, minum adequate merubah dengan yang cocok. Tidur dan istirahat, posisi yang diinginkan, mempertahankan temperature tubuh dalam rentang normal dengan mengatur menjaga tubuh, pakaian dan mendidik lingkungan. 1. 1. Holisme.

Model perawat yang dijelaskan oleh Virginia handerson adalah model konsep aktifitas sehari-hari dengan mengambarkan gambaran fungsi utama perawat yaitu menolong orang yang sakit/sehat dalam usaha menjaga kesehatan atau menghadapi kematian dengan tenang.

Teori Henderson berfokus pada individu berdasarkan pandangan, yaitu jasmani(body) dan rohani (mind) yang tidak dapat dipisahkan. Menurut Henderson manusia adalah unik dan tidak ada dua manusia yang sama. Kebutuhan kebutuhan individu tercermin dalam 14 komponen asuhan Keperawatan dasar (basic nursing care): 1). bernafas dengan normal, 2). nutrisi, 3). eliminasi, 4). gerak dan keseimbangan tubuh, 5). istirahat tidur, 6). berpakain, 7). mempertahankan sirkulasi, 8). personal hygiene, 9). rasa aman dan nyaman, 10). berkomunikasi, 11). kebutuhan spiritual, 12). kebutuhan rekreasi, 13). kebutuhan bekerja, 14). kebutuhan bermain dan rekreasi dan kebutuhan belajar. Pemahaman konsep teori Keperawatan Henderson didasari kepada keyakinan dan nilai yang dimilikinya, diantaranya: 1. Manusia akan mengalami perkembangan mulai dari pertumbuhan dan perkembangan dalam rentang kehidupan. 2. Dalam melaksanakn ADL individu akan mengalami ketergantungan sejak lahir hingga menjadi dewasa yang di pengaruhi oleh pola asuh,lingkungan dan kesehatan. 3. Dalam melaksanakan ADL individu di kelompokkan menjadi : terhambat dalam melakukan aktifitas,belum dapat melakukan aktifitas dan tidak dapat melakukan aktifitas. 2. Caring.

Caring sebagai suatu proses yang berorientasi pada tujuan membantu orang lain bertumbuh dan mengaktualisasikan diri. Tujuan asumsi mendasari konsep caring 1. Caring hanya hanya efektif bila diperlihatkan dan dipraktikan secara interpersonal. 2. Caring terdiri dari karatif yang berasal dari kepuasan dalam membantu memenuhi kebutuha manusia atau klien. 3. Caring yang efektif dapat meningkatkan kesehatan individu dan keluarga. 4. Caring merupakan respon yang diterima oleh seseorang yang tidak hanya saat itu juga namun juga mempengruhi akan seperti apakah seseorang tersebut nantinya. 5. Lingkungan yang penuh caring sangat potensial untuk mendukung perkembangan seseorang dan mempengaruhi seseorang dalam memilih tindakan yang terbaik untuk dirinya sendiri. 6. Caring merupakan inti dari Keperawatan. 1. Caring memadukan antara pengetahuan biofisik dengan pengetahuan mengenai prilaku manusia yang berguna dalam peningkatan derajat kesehatan dalam membantu klien yang sakit. 3. Humanisme. Orang humanis yang meyakini kebaikan nilai-nilai manusia sebagai suatu komitmen dalam bekerja untuk kemanusiaan. Contoh prilaku yang manusiawi adalah empaty,simpaty,terharu dan menghargai kehidupan. Dalam Keperawatan humanism merupakan suatu sikap dan pendekatan yang memperlakukan pasien sebagai manusia yang mempunyai kebutuhan bio, psiko, sosio, cultural. Perawat yang mengunakan pendekatan humanism dalam prakteknya memperhitungkan semua yang di ketahuinya tentang pasien yang meliputi pikiran,perasaan,nilai-nilai, pengalaman dalam dunia keperawatan. BAB III PENUTUP 1. Kesimpulan. Dari pemaparan pada bab-bab sebelumnya, maka penulis menyimpulkan bahwa :

1. Konsep dan model keperawatan yang dikembangkan oleh Orem lebih menekankan pada kemampuan individu untuk memenuhi kebutuhan perawatan dirinya tanpa ada ketergantungan dengan orang lain (mandiri). 2. Model konseptual yang dikembangkan oleh Orem terdiri dari tiga yaitu theory deficit self care, theory self caredan nursing system. 3. Ada tiga tingkatan kemampuan individu untuk mememnuhi kebutuhan self care-nya yaitu :

wholly compensatory nursing system, Partly comensatory nursing system, Supportive educative nursing system.

1. Proses keperawatan menurut Orem yaitu melalui 3 (tiga) langkah yaitu pelaksanaan manajemen kasus melalui analisis data, mendesain sistem keperawatan dengan menentukan tingkat ketergantungan dan menetapkan diagnosa keperawatan; perencanaan untuk pemberian asuhan perawatan dan evaluasi untuk pengontrolan. 2. Proses keperawatan menurut Henderson yaitu melalui 3 (tiga) langkah yaitu pelaksanaan manajemen kasus melalui analisis data, mendesain sistem keperawatan dengan menentukan tingkat ketergantungan dan menetapkan diagnosa keperawatan; perencanaan untuk pemberian asuhan perawatan dan evaluasi untuk pengontrolan Teori model dan konsep yang dikemukakan oleh Orem dan henderson memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan yang bisa menjadi pertimbangan untuk perkembangan teori menjadi lebih baik dan bisa secara luas diaplikasikan di berbagai area keperawatan. http://yantholife.wordpress.com/2012/12/03/model-dan-teori-keperawatanmenurut-dorotea-orem-dan-virginia-handerson/

Teori BLUM tentang kesehatan masyarakat


I Putu Arya Ramadhan on 1 June 2012 2 Comments Menurut Hendrik L Blum ada 4 faktor yang mempengaruhi status derajat kesehatan masyarakat atau perorangan. Faktor-faktor tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: 1. Lingkungan Lingkungan memiliki pengaruh yang dan peranan terbesar diikuti perilaku, fasilitas kesehatan dan keturunan. Lingkungan sangat bervariasi, umumnya digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu yang berhubungan dengan aspek fisik dan sosial. Lingkungan yang berhubungan dengan aspek fisik contohnya sampah, air, udara, tanah, ilkim, perumahan, dan sebagainya. Sedangkan lingkungan sosial merupakan hasil interaksi antar manusia seperti kebudayaan, pendidikan, ekonomi, dan sebagainya

2. Perilaku Perilaku merupakan faktor kedua yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat karena sehat atau tidak sehatnya lingkungan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat sangat tergantung pada perilaku manusia itu sendiri. Di samping itu, juga dipengaruhi oleh kebiasaan, adat istiadat, kebiasaan, kepercayaan, pendidikan sosial ekonomi, dan perilaku-perilaku lain yang melekat pada dirinya. 3. Pelayanan kesehatan Pelayanan kesehatan merupakan faktor ketiga yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat karena keberadaan fasilitas kesehatan sangat menentukan dalam pelayanan pemulihan kesehatan, pencegahan terhadap penyakit, pengobatan dan keperawatan serta kelompok dan masyarakat yang memerlukan pelayanan kesehatan. Ketersediaan fasilitas dipengaruhi oleh lokasi, apakah dapat dijangkau atau tidak. Yang kedua adalah tenaga kesehatan pemberi pelayanan, informasi dan motivasi masyarakat untuk mendatangi fasilitas dalam memperoleh pelayanan serta program pelayanan kesehatan itu sendiri apakah sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang memerlukan. 4. Keturunan Keturunan (genetik) merupakan faktor yang telah ada dalam diri manusia yang dibawa sejak lahir, misalnya dari golongan penyakit keturunan seperti diabetes melitus dan asma bronehial. Hendrik L Blum juga menyebutkan 12 indikator yang berhubungan dengan derajat kesehatan, yaitu: 1. Life spam: yaitu lamanya usia harapan untuk hidup dari masyarakat, atau dapat juga dipandang sebagai derajat kematian masyarakat yang bukan karena mati tua. 2. Disease or infirmity: yaitu keadaan sakit atau cacat secara fisiologis dan anatomis dari masyarakat. 3. Discomfort or ilness: yaitu keluhan sakit dari masyarakat tentang keadaan somatik, kejiwaan maupun sosial dari dirinya. 4. Disability or incapacity: yaitu ketidakmampuan seseorang dalam masyarakat untuk melakukan pekerjaan dan menjalankan peranan sosialnya karena sakit. 5. Participation in health care: yaitu kemampuan dan kemauan masyarakat untuk berpartisipasi dalam menjaga dirinya untuk selalu dalam keadaan sehat. 6. Health behaviour: yaitu perilaku manusia yang nyata dari anggota masyarakat secara langsung berkaitan dengan masalah kesehatan. 7. Ecologic behaviour: yaitu perilaku masyarakat terhadap lingkungan, spesies lain, sumber daya alam, dan ekosistem.

8. Social behaviour: yaitu perilaku anggota masyarakat terhadap sesamanya, keluarga, komunitas dan bangsanya. 9. Interpersonal relationship: yaitu kualitas komunikasi anggota masyarakat terhadap sesamanya. 10. Reserve or positive health: yaitu daya tahan anggota masyarakat terhadap penyakit atau kapasitas anggota masyarakat dalam menghadapi tekanantekanan somatik, kejiwaan, dan sosial. 11. External satisfaction: yaitu rasa kepuasan anggota masyarakat terhadap lingkungan sosialnya meliputi rumah, sekolah, pekerjaan, rekreasi, transportasi. 12. Internal satisfaction: yaitu kepuasan anggota masyarakat terhadap seluruh aspek kehidupan dirinya sendiri. http://mhs.blog.ui.ac.id/putu01/2012/06/01/teori-blum-tentang-kesehatanmasyarakat/

Anda mungkin juga menyukai