Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN KELOMPOK

Proposal Roleplay Keperawatan

Disusun untuk memenuhi tugas laporan kelompok praktek profesi ners

departemen keperawatan Managemen di Rs. Bayangkara Hasta Brata

Batu

Oleh:

Kelomok 2

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKES WIDYAGAMA HUSADA

MALANG

2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teori adalah hubungan beberapa konsep atau suatu kerangka konsep, atau definisi yang
memberikan suatu pandangan sistematis terhadap gejala-gejala atau fenomena-fenomena
dengan menentukan hubungan spesifik antara konsep-konsep tersebut dengan maksud
untuk menguraikan, menerangkan, meramalkan dan atau mengendalikan suatu
fenomena.Teori dapat diuji, diubah atau digunakan sebagai suatu pedoman dalam
penelitian.
Teori keperawatan didefinisikan oleh Steven (1984), sebagai usaha untuk menguraikan
dan menjelaskan berbagai fenomena dalam keperawatan. Teori keperawatan berperan
dalam membedakan keperawatan dengan disiplin ilmu lain dan bertujuan untuk
menggambarkan,menjelaskan, memperkirakan dan mengontrol hasil asuhan atau
pelayanan keperawatan yang dilakukan.Konsep adalah suatu keyakinan yang kompleks
terhadap suatu objek, benda, suatu peristiwa atau fenomena berdasarkan pengalaman dan
persepsi seseorang berupa ide, pandangan atau keyakinan.Kumpulan beberapa konsep ke
dalam suatu kerangka yang dapat dipahami membentuk suatu model atau kerangka
konsep.Konsep dapat dianalogikan sebagai batu bata dan papan untuk membangun
sebuah rumah dimana rumah yang dibangun diibaratkan sebagai kerangka
konsep.Macam-Macam Model Teori Menurut Beberapa Ahli Keperawatan:
1. Model Konsep dan Teori Keperawatan Florence Nigtingale
Florence merupakan salah satu pendiri yang meletakkan dasar-dasar teori
keperawatan yang melalui filosofi keperawatan yaitu dengan mengidentifikasi peran
perawat dalam menemukan kebutuhan dasar manusia pada klien serta pentingnya
pengaruh lingkungan di dalam perawatan orang sakit yang dikenal teori lingkungannya.
Model konsep Florence Nigtingale memposisikan lingkungan adalah sebagai focus
asuhan keperawatan, dan perawat tidak perlu memahami seluruh proses penyakit
model konsep ini dalam upaya memisahkan antara profesi keperawatan dan
kedokteran. Orientasi pemberian asuhan keperawatan/tindakan keperawatan lebih di
orientasikan pada yang adequate, dengan dimulai dari pengumpulan data dibandingkan
dengan tindakan pengobatan semata, upaya teori tersebut dalam rangka perawat
mampu menjalankan praktik keperawatan mandiri tanpa tergantung dengan profesi
lain.
2. Model Konsep dan Teori Keperawatan Marta E. Rogers
Model konsep dan teori keperawatan menurut Martha E. Rogers dikenal dengan nama
konsep manusia sebagai unit. Dalam memahami konsep model dan teori ini, Martha
berasumsi bahwa manusia merupakan satu kesatuan yang utuh, yang memiliki sifat
dan karakter yang berbeda-beda. Dalam proses kehidupan manusia yang dinamis,
manusia selalu berinteraksi dengan lingkungan yang saling mempengaruhi dan
dipengaruhi, serta dalam proses kehidupan manusia setiap individu akan berbeda satu
dengan yang lain dan manusia diciptakan dengan karakteristik dan keunikan tersendiri.
Asumsi tersebut didasarkan pada kekuatan yang berkembang secara alamiah yaitu
keutuhan manusia dan lingkungan, kemudian system ketersediaan sebagai satu
kesatuan yang utuh serta proses kehidupan manusia berdasarkan konsep
homeodinamik yang terdiri dari:
a) Integritas : Individu sebagai satu kesatuan dengan lingkungan yang tidak dapat
dipisahkan dan saling mempengaruhi satu dengan yang lain.
b) Resonansi: Proses kehidupan antara individu dengan lingkungan berlangsung
dengan berirama dengan frekuensi yang bervariasi.
c) Helicy: Terjadinya proses interaksi antara manusia dengan lingkungan akan terjadi
perubahan baik perlahan-lahan maupun berlangsung dengan cepat.
3. Model Konsep dan Teori Keperawatan Myra Levine
Model konsep Myra Levine memandang klien sebagai makhluk hidup terintegrasi yang
saling berinteraksi dan beradaptasi terhadap lingkungannya.Dan intervensi
keperawatan adalah suatu aktivitas konservasi dan konservasi energi adalah bagian
yang menjadi pertimbangan. Kemudian sehat menurut Levine itu dilihat dari sudut
pandang konservasi energi, sedangkan dalam keperawatan terdapat empat konservasi
di antaranya energi klien, struktur integritas, integritas personal dan integritas social,
sehingga pendekatan asuhan keperawatan ditunjukkan pada pengguanaan sumber-
sumber kekuatan klien secara optimal.
4. Virginia Henderson (Teori Henderson)
Virginia henderson memperkenalkan defenition of nursing (defenisi keperawatan).
Defenisinya mengenai keperawatan dipengaruhi oleh latar belakang pendidikannya.Ia
menyatakan bahwa defenisi keperawatan harus menyertakan prinsip kesetimbangan
fisiologis.Henderson sendiri kemudian mengemukakan sebuah defenisi keperawatan
yang ditinjau dari sisi fungsional. Menurutnya, tugas unik perawat adalah membantu
individu, baik dalam keadaan sakit maupun sehat, melalui upayanya melaksanakan
berbagai aktivitas guna mendukung kesehatan dan penyembuhan individu atau proses
meninggal dengan damai, yang dapat dilakukan secara mandiri oleh individu saat ia
memiliki kekuatan, kemampuan, kemauan, atau pengetahuan untk itu. Di samping itu,
Henderson juga mengembangkan sebuah model keperawatan yang dikenal dengan
The Activities of Living.Model tersebut menjelaskan bahwa tugas perawat adalah
membantu individu dalam meningkatkan kemandiriannya secepat mungkin.Perawat
menjalankan tugasnya secara mandiri, tidak tergantung pada dokter.Akan tetapi
perawat tetap menyampaikan rencananya pada dokter sewaktu mengunjungi pasien.
a. Konsep Utama Teori Henderson
Konsep utama teori Henderson mencakup manusia, keperawatan, kesehatan, dan
lingkungan.Henderson melihat manusia sebagai individu yang membutuhkan
bantuan untuk meraih kesehatan, kebebasan, atau kematian yang damai, serta
bantuan untuk meraih kemandirian. Menurut Henderson, kebutuhan dasar manusia
terdiri atas 14 komponen yang merupakan komponen penanganan perawatan.
Keempat belas kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Bernapas secara normal
2. Makan dan minum dengan cukup
3. Membuang kotoran tubuh
4. Bergerak dan menjaga posisi yang diinginkan
5. Tidur dan istirahat
6. Memilih pakaian yang sesuai
7. Menjaga suhu tubuh tetap dalam batas normal dengan menyesuaikan pakaian
dan mengubah lingkungan
8. Menjaga tubuh tetap bersih dan terawat serta melindungi integument
9. Menghindari bahaya lingkungan yang bisa melukai
10. Berkomunikasi dengan orang lain dalam menungkapkan emosi, kebutuhan,
rasa takut, atau pendapat
11. Beribadah sesuai dengan keyakinan
12. Bekerja dengan tata cara yang mengandung prestasi
13. Bermain atau terlibat dalam berbagai kegiatan rekreasi
14. Belajar mengetahui atau memuaskan atau rasa penasaran yang menuntun
pada perkembangan normal dan kesehatan serta menggunakan fasilitas
kesehatan yang tersedia.
Henderson juga menyatakan bahwa pikiran dan tubuh manusia tidak dapat dipisahkan
satu sama lain (inseparable). Sama halnya dengan klien dan keluarga, mereka
merupakan satu kesatuan (unit).Dalam pemberian layanan kepada klien, terjalin
hubungan antara perawat dengan klien. Menurut henderson, hubungan perawat-klien
terbagi dalam tiga tingkatan, mulai dari hubungan sangat bergantung hingga
hubungan sangat mandiri.
a) Perawat sebagai pengganti (substitute) bagi pasien
b) Perawat sebagai penolong (helper) bagi pasien
c) Perawat sebagai mitra (partner) bagi pasien.
Pada situasi pasien yang gawat, perawat berperan sebagai pengganti di dalam
memenuhi kebutuhan pasien akibat kekuatan fisik, kemampuan, atau kemampuan
pasien yang berkurang.Di sini perawat berfungsi untuk melengkapinya.Setelah
kondisi gawat berlalu dan pasien berada fase pemulihan, perawat berperan sebagai
penolong untuk menolong atau membantu pasien mendapatkan kembali
kemandiriannya. Kemandirin ini sifatnya relatif, sebab tidak ada satu pun manusia
yang tidak bergantung pada orang lain. Meskipun demikian, perawat berusaha keras
saling bergantung demi mewujudkan kesehatan pasien.
Sebagai mitra, perawat dan pasien bersama-sama merumuskan rencana perawatan
bagi pasien.Meski diagnosisnya berbeda, setiap pasien tetap memiliki kebutuhan
dasar yang harus dipenuhi. Hanya saja, kebutuhan dasar tersebut dimodifikasi
berdasarkan kondisi patologis dan faktor lainnya, seperti usia, tabiat, kondisi
emosional, status sosial atau budaya, serta kekuatan fisik dan intelektual.
Kaitannya dengan hubungan perawat-dokter, Henderson berpendapat bahwa perawat
tidak boleh selalu tunduk mengikuti perintah dokter.Henderson sendiri
mempertanyakan filosofi yang membolehkan seorang dokter memberi perintah kepada
pasien atau tenaga kesehatan lainnya.
5. Imogene King (Teori King)
King memahami model konsep dan teori keperawatan dengan menggunakan
pendekatan sistem terbuka dalam hubungan interaksi yang konstan dengan lingkungan,
sehingga King mengemukakan dalam model konsep interaksi.
Dalam mencapai hubungan interaksi, King mengemukakan konsep kerjanya yang
meliputi adanya system personal, system interpersonal dan system social yang saling
berhubungan satu dengan yang lain.
Menurut King system personal merupakan system terbuka dimana didalamnya terdapat
persepsi, adanya pola tumbuh kembang, gambaran tubuh, ruang dan waktu dari individu
dan lingkungan, kemudian hubungan interpersonal merupakan suatu hubungan antara
perawat dan pasien serta hubungan social yang mengandung arti bahwa suatu interaksi
perawat dan pasien dalam menegakkan system social, sesuai dengan situasi yang ada.
Melalui dasar sistem tersebut, maka King memandang manusia merupakan individu
yang reaktif yakni bereaksi terhadap situasi, orang dan objek. Manusia sebagai makhluk
yang berorientasi terhadap waktu tidak lepas dari masa lalu dan sekarang yang dapat
mempengaruhi masa yang akan datang dan sebagai makhluk social manusia akan
hidup bersama orang lain yang akan berinteraksi satu dengan yang lain.
Berdasarkan hal tersebut, maka manusia memiliki tiga kebutuhan dasar yaitu:
a. Informasi kesehatan
b. Pencegah penyakit
c. Kebutuhan terhadap perawat ketika sakit
6. Dorothe E. Orem (Teori Orem)
Pandangan Teori Orem dalam tatanan pelayanan keperawatan ditujukan kepada
kebutuhan individu dalam melakukan tindakan keperewatan mandiri serta mengatur
dalam kebutuhannya. Dalam konsep keperawatan Orem mengembangkan tiga bentuk
teori self care diantaranya :
a. Perawatan Diri Sendiri (self care)
Dalam teori self care, Orem mengemukakan bahwa self care meliputi :
pertama, self care itu sendiri, yang merupakan aktivitas dan inisiatif dari individu
serta dilaksanakan oleh individu itun sendiri dalam memenuhi serta
mempertahankan kehidupan, keshatan serta kesejahteraan
Kedua, self care agency, merupakan suatu kemampuan inidividu dalam
melakukan perawatan diri sendiri, yang dapat dipengaruhi oleh usia,
perkembangan, sosiokultural, kesehatan dan lain-lain.
Ketiga, adanya tuntutan atau permintaan dalam perawatan diri sendiri yang
merupakan tindakan mandiri yang dilakukan dalam waktu tertentu untuk
perawatn diri sendiri dengan menggunakan metode dan alat dalam tindakan
yang tepat ; keempat, kebutuhan self care merupakan suatu tindakan yang
ditujukan pada penyediaan dan perawatan diri sendiri yang bersifat universal dan
berhubungan dengan prises kehidupan manusia serta dalam upaya
mempertahankan fungsi tubuh, self care yang bersifat universal itu adalah
aktivitas sehari-hari (ADL) dengan mengelompokkan ke dalam kebutuhan dasar
manusianya.
b. Self Care Defisit
Merupakan bagian penting dalam perawatan secara umum dimana segala
perencanaan kepereawatan diberikan pada saat perawatan dibutuhkan yang dapat
diterapkan pada anak yang belum dewasa, atau kebutuhan yang melebihi
kemampuan serta adanya perkiraan penurunan kemampuan dalam perawatan dan
tuntutan dalam peningkatan self care, baik secara kualitas maupun kuantitas.
7. Teori Sistem Keperawatan
Merupakan teori yang menguraikan secara jelas bagaimana kebutuhan perawatan diri
pasien terpenuhi oleh perawat atau pasien sendiri yang didasari pada Orem yang
mengemukakan tentang pemenuhan kebutuhan diri sendiri,kebutuhan pasien dan
kemampuan pasien dalam melakukan perawatan mandiri.
8. Jean Watson (Teori Watson)
Jean Watson dalam memahami konsep keperawatan terkenal dengan teori
pengetahuan manusia dan merawat manusia.Tolak ukur pandangan Watson ini
didasari pada unsure teori kemanusiaan. Pandangan teori Jean Watson ini memahami
bahwa manusia memiliki empat cabang kebutuhan manusia yang saling berhubungan
diantaranya kebutuhan dasar biofisikal (kebutuhan untuk hidup) yang meliputi
kebutuhan makanan dan cairan, kebutuhan eliminasi dan kebutuhan ventilasi,
kebutuhan psikofisikal (kebutuhan fungsional) yang meliputi kebutuhan aktifitas dan
istirahat, kebutuhan seksual, kebutuhan psikososial (kebutuhan untuk integrasi) yang
meliputi kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan organisasi, dan kebutuhan intra dan
interpersonal (kebutuhan untuk pengembangan) yaitu kebutuhan aktualisasi diri.
9. Teori human caring
Teori Jean Watson yang telah dipublikasikan dalam keperawatan adalah human
science and humancare. Watson percaya bahwa focus utama dalam keperawatan
adalah pada carative factor yang bermula dari perspektif himanistik yang
dikombinasikan dengan dasar poengetahuan ilmiah. Oleh karena itu, perawat perlu
mengembangkan filososfi humanistic dan system nilai serta seni yang kuat.Filosofi
humanistic dan system nilai ini member fondasi yang kokoh bagi ilmu keperawatan,
sedangkan dasar seni dapat membantu perawat menbgembangkan vidsi mereka serta
nilai-nilai dunia dan keterampilan berpikir kritis.Pengembangan keterampilan berpikir
kritis.Pengembangan keterampilan berpikir kritis dibutuhkan dalam asuhan
keperawatan, namun fokusnya lebih pada peningkatan kesehatan, bukan pengobatan
penyakit.Asumsi dasar tentang ilmu keperawatan Watson
Beberapa asumsi dasar tentang teori Watson adalah sebagai berikut:
a. Asuhan keperawatan dapat dilakukan dan diperaktikkan secara interpersonal.
b. Asuhan keperawatterlaksana oleh adanya factor carative yang menghasilkan
kepuasan pada kebutuhan manusia.
c. Asuhan keperawatan yang efektif dapat meningkatkan kesehatan dan
perkembangan individu dan keluarga.
d. Respons asuhan keperawatan tidak ahanya menerima seseorang sebagaimana
mereka sekarang, tetapi juga hal-hal yang mungkin terjadi padanya nantinya.
e. Lingkungan asuhan keperawatan adalah sesuatu yang menawarkan kemungkinan
perkembangan potensi dan member keleluasaan bagi seseorang untuk memilih
kegiatan yang tebaik bagi dirinya dalam waktu yang telah ditentukan.
10. Sister Calista Roy (Teori Roy)
a. Model Adaptasi Roy
ROY berpendapat bahwa ada empat elemen penting dalam model adaptasi
keperawatan, yakni keperawatan, tenaga kesehatan, lingkungan, dan sehat.
Proses adaptasi melibatkan seluruh fungsi secara holistik, mencakup semua
interaksi individu dengan lingkungannya dan dibagi menjadi dua proses, seperti
yang berikut.
Proses yang ditimbulkan oleh perubahan lingkungan internal dan eksternal.
Perubahan ini merupakan stresor atau stimulus fokal. Apabila stresor atau
stimulus tersebut mendapat dukungan dari faktor-faktor konseptual dan resitual
maka akanmuncul interaksi yang biasa disebut stres. Dengan demikian
adaptasi sangat diperlukan untuk mengatasi stres.
Proses mekanisme koping yang dirangsang untuk menghasilkan respons
adaptif atau tidak efektif. Hasil dari proses adaptasi adalah suatu kondisi yang
dapat meningkatkan pencapaian tujuan individu mencakup kelangsungan
hidup, pertumbuhan, reproduksi, dan integritas.
b. Elemen keperawatan
Keperawatan adalah suatu disiplin ilmu dan ilmu tersebut menjadi landasan dalam
melaksanakan praktik keperawatan (Roy, 1983).Lebih spesifik Roy (1986)
berpendapat bahwa keperawatan sebagai ilmu dan praktik berperan dalam
meningkatkan adaptasi individu dan kelompok terhadap kesehatan sehingga sikap
yang muncul semakin positif.
Keperawatan memberi perbaikan pada manusia sebagai sutu kesatuan yang utuh
untuk beradaptasi dengan perubahan yang terjadi pada lingkungan dan berespons
terhadap stimulus internal yang mempengaruhi adaptasi.Jika stressor terjadi dan
individu tidak dapat menggunakan koping secara efektif maka individu tersebut
memerlukan perawatan.
Tujuan keperawatan adalah meningkatkan interaksi individu dengan lingkungan,
sehingga adaptasi dalam setiap aspek semakin meningkat.Komponen-komponen
adaptasi mencakup fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan saling
ketergantungan.
c. Elemen manusia
Manusia merupakan bagian dari sistem adaptasi, yaitu suatu kumpulan unit yang
saling berhubungan mempunyai masukan, proses kontrol, keluaran dan umpan
balik (Roy, 1986). Proses kontrol adalah mekanisme koping yang dimanifestasikan
dengan adaptasi secara spesifik. Manusia dalam sistem ini berperan sebagai
kognator dan regulator (pengaturan) untuk mempertahankan adaptasi.Terdapat
empat cara adaptasi, mencakup adaptasi terhadap fungsi fisologis, konsep diri,
fungsi peran dan terhadap kebutuhan saling ketergantungan.
Pada model adaptasi keperawatan, manusia dilihat dari sistem kehidupan yang
terbuka, adaptif, melakukan pertukaran energi dengan zat/benda dan
lingkungan.Manusia sebagai masukan dalam sistem adaptif, terdiri dari lingkungan
eksternal dan internal. Proses kontrol manusia adalah mekanisme koping yakni
sistem regulator dan kognator. Keluaran dari sistem ini dapat berupa respons
adaptif atau respons tidak efektif.
d. Elemen lingkungan
Lingkungan didefenisikan sebagai semua kondisi, keadaan, dan faktor lain yang
mempengaruhi perkembangan dan perilaku individu atau kelompok.
e. Elemen sehat
Kesehatan didefenisikan sebagai keadaan yang muncul atau proses yang terjadi
pada mahluk hidup dan terintegrasi dalam individu seutuhnya (Roy, 1984).
B. Tujuan Penulisan
Agar dapat mengetahui tentang teori dan model keperawatan.Sehingga mahasiswa mampu
menerapkan teori dan model keperawatan tersebut dalam profesi maupun kehidupan
sehari-hari.Selain itu, tujuan penulisan makalah ini agar mahasiswa dapat mengembangkan
kreatifitas mereka, dan ini merupakan pembelajaran dan pengetahuan yang penting dan
berguna dalam profesi maupun tindakan profesional.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Aplikasi Self Care Dalam Proses Keperawatan


Model konsep Dorothea Orem terfokus pada selfcare dan kebutuhan perawatan diri
klienuntuk mempertahankan kehidupan, kesehatan, perkembangan, dan kesejahteraan.
Ada 3 prinsip dalam keperawatan diri sendiri yaitu:
a) Perawatan diri yang bersifat holistik, seperti kebutuhanoksigen, air, nutrisi, eliminasi,
aktivitas dan istirahat.
b) Perawatan mandiri yang harus dilakukan sesuai dengan tumbuh kembang manusia.
c) Perawatan mandiri yang harus dilakukan karena adanya masalah kesehatan atau
penyakit.
Dalam teori Orem (1991) ada 5 area aktifitas keperawatan yaitu:
a) Masuk kedalam dan memelihara hubungan antara perawat dengan pasien dengan
individu , keluarga, kelompok, sampai pasien dapat melegitimasi rencana keperawatan.
b) Menentukan kapan dan bagaimana pasien dapat dibantu melalui keperawatan.
c) Bertanggung jawab atas permintaan pasien, keinginan dan kebutuhan untuk kontak
dan dibantu perawat.
d) Menjelaskan,memberikan dan melindungi pasien secara langsung dalam bentuk
keperawatan.
e) Mengkoordinasi dan mengintegrasi keperawatan dengan kehidupan sehari-hari pasien
atau perawatan kesehatan lain jika dibutuhkan serta pelayanan sosial dan edukasi
yang dibutuhkan atau yang akan diterima.
1. Teori Self Care
Untuk memahami teori self care sangat penting terlebih dahulu memahami konsep
self care, selfcare agency, basic conditioning factor dan kebutuhan self care
therapeutik. Self care adalah performance atau praktek kegiatan individu untuk
berinisiatif dan membentuk perilaku mereka dalam memelihara kehidupan,
kesehatan dan kesejahteraan. Jika self care dibentuk denganefektif maka hal
tersebut akan membantu membentuk integritas struktur dan fungsi manusiadan erat
kaitannya dengan perkembangan manusia.
a) Self care agencyadalah kemampuan manusia atau kekuatan untuk melakukan
self care. Kemampuan individu untuk melakukan self care dipengaruhi oleh
basic conditioning factor sseperti; umur, jenis kelamin, status perkembangan,
status kesehatan, orientasi sosialbudaya, sistem perawatankesehatan
(diagnostik, penatalaksanaan, modalitas), sistem keluarga, polakehidupan,
lingkungan serta ketersediaan sumber.
b) Kebutuhan self care therapeutik (Therapeutic self care demand) adalah
merupakantotalitas dari tindakan self care yang diinisiatifdan dibentuk untuk
memenuhi kebutuhan self caredengan menggunakan metode yang valid
yangberhubungan dengan tindakan yang akan dilakukan.
c) Konsep lain yang berhubungan denganteori self care adalah self care requisite.
Orem mengidentifikasikan tiga katagori self carerequisite:
1) Universal meliputi: udara, air, makanan daneliminasi, aktifitas dan istirahat,
privasi, sosialisi daninteraksi sosial, pencegahan resiko, peningkatan
kesehatan, kesejahteraan dan potensi diri.
2) Developmental, lebih khusus dari universaldihubungkan dengan kondisi
yangmeningkatkan proses pengembangan sikluskehidupan seperti;
pekerjaan baru, perubahanstruktur tubuh dan kehilangan rambut.
3) Perubahan kesehatan (Health Deviation) berhubungan dengan akibat
terjadinyaperubahan struktur normal dan kerusakanintegritas individu untuk
melakukan self careakibat suatu penyakit atau injury.
2. Teori Self Care Deficit
Merupakan hal utama dari teori general keperawatan menurut Orem.Dalam teori ini
keperawatan diberikan jika seorang dewasa (atau pada kasus ketergantungan)
tidak mampu atau terbatas dalam melakukan self care secara efektif.Keperawatan
diberikan jika kemampuan merawat berkurang atau tidak dapat terpenuhi atau
adanya ketergantungan. Orem mengidentifikasi lima metode yang dapat digunakan
dalam membantu self care:
a) Tindakan untuk atau lakukan untuk oranglain.
b) Memberikan petunjuk dan pengarahan.
c) Memberikan dukungan fisik dan psychologis.
d) Memberikan dan memelihara lingkunganyang mendukung pengembangan
personal.
e) Pendidikan.Perawat dapat membantu individu dengan menggunakan beberapa
atau semua metode tersebut dalam memenuhi self care.
3. Teory Nursing System
Nursing system didesain oleh perawat didasarkan pada kebutuhan self care dan
kemampuan pasien melakukan self care. Jikaada self care defisit, self care agency
dan kebutuhan self care therapeutik maka keperawatan akan diberikan. Nursing
agencyadalah suatu properti atau atribut yanglengkap diberikan untuk orang-orang
yang telah didik dan dilatih sebagai perawat yang dapat melakukan, mengetahui
dan membantu orang lain untuk menemukan kebutuhan selfcare terapeutik mereka,
melalui pelatihan dan pengembangan self care agency.Orem mengidentifikasi tiga
klasifikasi nursing system yaitu:
a. Wholly Compensatory system
Suatu situasi dimana individu tidak dapat melakukan tindakan self care, dan
menerima selfcare secara langsung serta ambulasi harus dikontrol dan
pergerakan dimanipulatif atau adanya alasan-alasan medis tertentu. Ada tig
akondisi yang termasuk dalam kategori ini yaitu: tidak dapat melakukan
tindakan self care misalnya koma, dapat membuat keputusan, observasi atau
pilihan tentang self care tetapi tidak dapat melakukan ambulasi dan pergerakan
manipulatif, tidak mampu membuat keputusan yang tepat tentang self carenya.
b. Partly compensatory nursing system
Suatu situasi dimana antara perawat dan klien melakukan perawatan atau
tindakan lain danperawat atau pasien mempunyai peran yang besar untuk
mengukur kemampuan melakukan selfcare.
c. Supportive educative system
Pada sistem ini orang dapat membentuk atau dapat belajar membentuk internal
atau externalself care tetapi tidak dapat melakukannya tanpa bantuan. Hal ini
juga dikenal dengan supportive developmental sistem.
B. Aplikasi Self Care: Pengkajian
1. Pengkajian data dasar (nama, umur, sex, status kesehatan, status perkembangan,
orientasi sosio-kultural, riwayat diagnostik dan pengobatan, faktor sistem keluarga);
Pola hidup; Faktor lingkungan
2. Observasi status kesehatan klien Untuk menemukan masalah keperawatan
berdasarkan self-care defisit, maka perawat perlu melakukan pengkajian kepada klien
melalui observasi berdasarkan klasifikasi tingkat ketergantungan klien yang terdiri dari
Minimal Care, Partial Care, Total Care
3. Pengembangan teori Orem dengan masalah fisiologis yang terdiri dari pemenuhan
kebutuhan oksigen, pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit,, gangguan
mengunyah, gangguan menelan, pemenuhan kebutuhan eliminasi /pergerakan bowel,
urinary, excrements, menstruasi, pemenuhan kebutuhan aktivitas dan istirahat. Secara
rinci pengembangan teori Orem dengan masalah fisiologis adalah sebagai berikut:
4. Pemenuhan kebutuhan Oksigen/Udara
a. Saluaran Pernafasan
1) Sumbatan pada saluran pernafasan oleh benda asing.
2) Kelaianan pada saluran pernafasan daaan peningkatan resistensi jalan
pernafasan.
b. Pengembanagan kapasitas vital paru
1) Restriksi paru
2) Penurunan pengembangan paru
3) Perubahan jaringan paru terhadap pemenuhan kapasitas vital paru
4) Keterbatasan ekspansi dada
5) Pengaruh muskuler dan neuro terhadap pengembangan paru
c. Ventilasi alveolar optimal
1) Alveoli yang terganggu
2) Penurunan jumlah alveolus
3) Kehilangan alveolus dan kapiler pulmonal
d. Mempertahankan keseimbangan gas diantara alveolus dan paru
1) Hipoventilasi elveolar
2) Penebalan alveolar dan membran kapiler
3) Rendahnya aliran darah paru terhadap ventilasi
4) Penurunan kapsitas oksigen
e. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap saraf sentral
1) Aktifitas ritme otomatis di medula oblongata
2) Reseptor regulasi kimia (kemoreseptor)
f. Terhentinya pernapasan sementara
1) Kekejangan umum
2) Tangis anak-anak
g. Tidak ada respirasi
1) Apneu yang muncul pada bayi normal
2) Apneu dengan pasien preterm
3) Apneu pada 24 jam pertama
4) Apneu pada penyakit kardiorespiratori
5) Apneu akibat gangguan metabolic
h. Distres respiratori
1) Ansietas
2) Histeria dan gangguan emosional
3) Patologi pada jantung dan paru
4) Pernafasan periodik pada bayi preterm
5) Dispneu dan sianosis pada bayi baru lahir
i. Penurunan respiratory rate dan kapasitas vital
1) Kaheksia
2) Malnutrisi
j. Peningkatan kerja pernafasan
1) Injuri
5. Pemenuhan kebutuhan air/cairan dan makanan/nutrisi
a. Keadaan yang berkaitan dengan kebutuhan cairan
1) Kemampuan / ketidak mampuan
2) Kegagalan mengkomunikasikan kebutuhannya
3) Kondisi pemasukan / input asupan nutrisi
b. Jenis makanan dan cairan yang tidak disukai dan mempengaruhi
1) Yang berbeda dengan kebiasaan
2) Yang berbeda dari standar
3) Yang bnertentangan dengan kondisi individu
c. Kondisi internal dan eksternal pemasukan makanan dan cairan
1) Hal-hal yang perlu diperhatiakan
2) Kondisi fisik
3) Stimulasi fisik
4) Perilaku yang tidak biasa
d. Kondisi lingkungan yang mempengaruhi asupan
1) Manfaat asupan cairan makanan
e. Kondisi natural terkait dengan asupan cairan dan makanan ke dalam mulut
1) Satus / tingkat perkembangan
2) Abnormalitas pada mulut dan wajah
3) Obstruksi-inflamasi dan lesi pada mulut
4) Pengeluaran sekresi dari mulut dan hidung
5) Kesul;itan untuk membuka dan menutup mulut
6) Prosedur pembedahan pada mulut, rahang dan lidah yang mempengaruhi
pemasukan cairan dan nutrisi
7) Pertukaran jaringan lunak di mulut
8) Efek dari kekurangan nutrisi dan adanya pembatasan asupan
9) Atropi mukosa mulut pada orang tua sehingga kemampuan merasakan
menurun dan adanya sensasi terbakar pada mulut
10) Posisi tubuh yang terganggu pada saat makan dan minum tidak mampu
membuka mulut
f. Kondisi gangguan mengunyah
1) Kondisi gigi dan rahang
2) Kondisi otot untuk mengunyah
3) Nyeri saatmengunyah akibat lesi pada jaringan lunak dan tulang
4) Berurangnya jumlah saliva
5) Kebiasaan toidak mengunyah makanan
6) Kondisi dan keadaan gangguan mengunyah
g. Kondisi yang berhubungan dengan berkurangnya jumlah saliva
1) Berkurangnya atau tertahannya sekresi saliva
2) Adanya peradangan, tumor atau gangguan pada kelenjar yang memproduksi
saliva.
3) Kondisi otot lidah dan pipi / wajah yang terganggu
4) Kurang dalam mengunyah makanan
h. Pemenuhan kebutuhan eliminasi dan ekskresi
i. Perubahan pergerakan bowel dan feces
1) Konstipasi-diare
2) Perubahan kepadatan, warna dan karakteristik faeces
3) Perubahan intregitas bowel, fungsi, dan perubahan struktur
j. Perubahan pola urinary, urin dan integritas organ
1) Perubahan pola urinary
2) Perubahan kualitas dan kuantitas urine
3) Perubahan struktur dan fungsi integritas organ
4) Perubahan pola keringat
5) Keringat berkurang
6) Keringat meningkat

k. Perasaan dan emosi yang mempengaruhi


1) Ketidaknyamanan atau nyeri
2) Kecemasan atau ansietas akibat gangguan
l. Tingkah laku selama perawatan
1) Pergerakan yang sulit
2) Tidak nyaman atau nyeri pada saat pergerakan
m. Lingkungan
1) Jamban
2) Sanitari lingkungan
3) Privasi pada saat BAB dan BAK
4) Berbeda setiap individu
n. Aktivitas dan istirahat
1) Tingkat aktivitas sehari-hari
2) Pola aktivitas sehari-hari
3) jenis,frekuensi dan lamanya latihan fisik
4) Tingkat kelelahan
5) Aktivitas yang membuat lelah
6) Riwayat sesak nafas
7) Gangguan pergerakan
8) Penyabab ngangguan pergerakan
9) Tanda dan gejala
10) Efek dan gangguan pergerakan
o. Pemeriksaan fisik
1) Tingkat kesadaran
2) Postur atau bentuk tubuh.
3) Ekstremitas
p. Keselamatan dan keamanan
1) Faktor-faktor yang berhubungan dengan sistem sensori komunikasi pasien
seperti adanya perubahan perilaku pasien karena gangguan sensori
komunikasi,
2) Halusinasi
3) Gangguan proses piker
4) Kelesuan
5) Ilusi
6) Kebosanan dan tidak bergairah
7) Perasaan terasing
8) Kurangnya konsentrasi
9) Kurangnya koordinasi dan keseimbangan
10) Faktor resiko yang berhubungan dengan keadaan pasien.
11) Kesadaran menurun
12) Kelemahan fisik
13) Imobillisasi
14) Penggunaan alat bantu.

C. Aplikasi Self Care: Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan sesuai dengan self care defisit yang dialami oleh klien.Mengacu
pada diagnosa keperawatan yang aktual, resiko tinggi dan kemungkinan. Teori Orem
masih lebih berfokus pada masalah fisiologis, namun diagnosa dapat dikembangkan ke
masalah lain sesuai hirarki kebutuhan dasar yang dikembangkan Maslow.
D. Aplikasi Self Care: Intervensi
Dibuat sesuai dengan dignosa keperawatan, berdasarkan self care demand
danmeningkatkan kemampuan self care. Membuat nursing system : Wholly compensatory,
Partly compensatory, atau supportive-educative. Membuat metode yang sesuai untuk
membantu klien.
E. Aplikasi Self Care: Implementasi
Keperawatan diberikan jika kemampuan merawat diri pada klien berkurang dari yang
dibutuhkan untuk memenuhi self care yang sebenarnya sudah diketahui. Teori Orem
mengidentifikasi beberapa metode bantuan, yaitu:
1) Merumuskan, memberikan dan mengatur bantuan langsung pada klien dan orang-
orang terdekat dalam bantuan keperawatan.
2) Membimbing dan mengarahkan.
3) Memberi dukungan fisik dan psikologis
4) Memberikan dan mempertahankan lingkungan yang mendukung perkembangan
individu
5) Pendidikan
6) Berespon terhadap permintaan, keinginan dan kebutuhan klien akan kontak bantuan
keperawatan.
7) Kalaborasi, pelimpahan wewenamg.
8) Melibatkan anggota masyarakat.
9) Lingkungan
F. Aplikasi Self Care: Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui perkembangan pasien atas tindakan yang telah
dilakukan sehingga dapat disimpulkan apakah tujuan asuhan keperawatan tercapai atau
belum.
Menilai keefektifan tindakan perawatan dalam: meningkatkan kemampuan self care,
memenuhi kebutuhan self care, dan menurunkan self care deficitnya.
1. Tahap Pertama, pengumpulan data pada 6 area yaitu : status kesehatan individu;
persepsi dokter tentang status kesehatan individu; persepsi individu tentang
kesehatannya sendiri; tujuan kesehatan dalam konteks latarbelakang kehidupan
individu, gaya hidup, dan status kesehatannya; kebutuhan individu terhadap perawatan
diri/self care: kapasitasindividuuntukmelakukan self care.
2. Tahap kedua perawat menentukan tingkat ketergantungan individu, dimana perawat
dapat menetapkan apa yang akan dilakukan untuk membantu individu/klien.
3. Tahap ketiga melakukan tindakan keperawatan berdasarkan pada komponen
diagnosa.
G. Proses Keperawatan
Dalam melaksanakan proses keperawatan seorang perawat profesional dituntut mampu
menjalin komunikasi terapeutik dalam setiap tahap proses keperawatan. Berikut
merupakan tahap komunikasi terapeutik:
1) Pre Interaksi / Persiapan
2) Mengeksplorasi perasaan dan kesiapan diri perawat.
3) Mengumpulkan data pasien.
4) Merencanakan pertemuan pertama dengan pasien.
5) Orientasi
6) Memberikan salam pada pasien
7) Memperkenalkan diri
8) Melakukan validasi data
9) Menjelaskan peran perawat dan pasien
10) Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan
11) Menjelaskan tujuan
12) Melakukan kontrak waktu, topik dan tempat
13) Mempersiapkan pasien
14) Tahap Kerja
15) Melakukan aplikasi proses keperawatan dengan tepat
16) Memberi kesempatan pasien untuk bertanya
17) Terminasi
18) Melakukan evaluasi tujuan
19) Memberikan reinforcement positif
20) Merencanakan tindak lanjut dengan pasie
21) Melakukan kontrak berikutnya
22) Mengakhiri kegiatan dengan baik
23) Berpamitan

Adapun proses keperawatan menurut Dorothea Orem yaitu:

1. Tahap Pengkajian
a. Pengkajian data dasar (nama, umur, sex, status kesehatan, status perkembangan,
orientasi sosio-kultural, riwayat diagnostik dan pengobatan, faktor sistem keluarga),
Pola hidup, Faktor lingkungan.
b. Observasi status kesehatan klien Untuk menemukan masalah keperawatan
berdasarkan self-care defisit,maka perawat perlu melakukan pengkajian kepada
klien melalui observasi berdasarkan klasifikasi tingkat ketergantungan klien yang
terdiri dari Minimal Care, Partial Care, Total Care.
c. Pengembangan teori Orem dengan masalah fisiologis. Secara rinci pengembangan
teori Orem mengenai kebutuhan dasar adalah sebagai berikut:
1) Pemenuhan kebutuhan udara/oksigen.
2) Pemeliharaan kebutuhan air/cairan.
3) Pemeliharaan kebutuhan makanan/nutrisi.
4) Perawatan proses eliminasi dan ekskresi.
5) Pemeliharaan keseimbangan aktifitas dan istirahat.
6) Pemeliharaan keseimbangan privasi dan interaksi sosial.
7) Pencegahan resiko yang mengancam kehidupan, kesehatan, dan kesejahteraan.
8) Peningkatan kesehatan dan pengembangan potensi dalam hubungan sosial.
2. Tahap Diagnosa
Diagnosa keperawatan sesuai dengan self care defisit yang dialami oleh klien.
Mengacu pada diagnosa keperawatan yang aktual, resiko tinggi dan kemungkinan. Teori
Orem masih lebih berfokus pada masalah fisiologis, namun diagnosa dapat
dikembangkan ke masalah lain sesuai hirarki kebutuhan dasar yang dikembangkan
Maslow.
3. Tahap Intervensi
Dibuat sesuai dengan dignosa keperawatan, berdasarkan self care demand dan
meningkatkan kemampuan self care. Membuat nursing system : Wholly compensatory,
Partly compensatory, atau supportive-educative.Membuat metode yang sesuai untuk
membantu klien.
4. Tahap Implementasi
a. Merumuskan,memberikan dan mengatur bantuan langsung pada klien dan orang-
orang terdekat dalam bantuan keperawatan.
b. Membimbing dan mengarahkan.
c. Memberi dukungan fisik dan psikologis
d. Memberikan dan mempertahankan lingkungan yang mendukung perkembangan
individu
e. Pendidikan
f. Berespon terhadap permintaan, keinginan dan kebutuhan klien akan kontak bantuan
keperawatan.
g. Kalaborasi, pelimpahan wewenamg.
h. Melibatkan anggota masyarakat.
i. Lingkungan
5. Tahap Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui perkembangan pasien atas tindakan yang telah
dilakukan sehingga dapat disimpulkan apakah tujuan asuhan keperawatan tercapai atau
belum. Menilai keefektifan tindakan perawatan dalam: meningkatkan kemampuan self
care, memenuhi kebutuhan self care, dan menurunkan self care deficitnya.
DIALOG ROLE PLAY

Tujuan Tugas

Mengaplikasikan teori self care dalam proses keperawatan padapasien di klinik.

Kasus

Ibu Lala saat ini dirawat di rumah sakit karena habis operasi usus buntu hari kedua.Saat ini
mengeluh nyeri pada luka bekas operasi, dengan skala nyeri 8. Dari hasil pengkajian
didapatkan data luka bekas operasi masih basah, sepanjang 10cm, tampak bersih, tidak
kemerahan, suhu tubuh 370C.

Prolog : Suatu pagi di rumah sakit Ulin Banjarmasin terdapat seorang pasien bernama Ibu Lala
berusia 23 tahun,dirawat dalam rangka pemulihan post operasi appendiciti.

Tahap Pengkajian

Perawat melakukan kunjungan pada pasien.

Perawat :Selamat pagi Ibu. Perkenalkan saya Perawat Fitri dan ini rekan saya Perawat
Deni.Benar dengan Ibu Lala usia 23th?

Pasien : (Mengangguk)

Perawat : Bagaimana Ibu perasaannya pagi ini? Kok kelihatannya masih pucat, semalam
tidurnya nyenyak atau tidak bu?

Pasien : Saya merasa bekas oprasinya itu nyeri mba, tidak nyaman rasanya, saya itu
merasagelisah sekali mba jadi ya tidurnya tidak nyenyak mba, sebentar-
sebentar terbangun.

Perawat : Aduh pantas mukanya tampak lesu sekali.Hari ini bu, saya dan rekan-rekan
perawat shift pagi akan membantu merawat ibu sampai jam 2 siang nanti.

Nah bu, seperti yang telah kita sepakati sebelumnya pagi ini saya akan
meminta waktu ibu sebentar partner saya akan memeriksa sekitar 10 menit
saja untuk mengumpulkan data kondisi kesehatan ibu dengan menanyakan
beberapa pertanyaan dan melakukan beberapa pemeriksaan ringan.Ibu sudah
siap?Posisinya sekarang sudah nyaman atau belum bu?
Pasien : Iya mba saya sudah siap, sudah nyaman juga kok mba.

Perawat : Agar lebih cepat saya mulai sekarang ya bu.Ibu merasa sulit untuk bernafas
atau tidak?

Pasien : Iya mba, saya itu merasa sesak nafas.

Perawat : Merasa sesak nafasnya terus menerus atau hanya sesekali bu?

Pasien : Sesekali sih mba kadang sesak mba kadang ya lega napasnya

(Sembari bertanya perawat memeriksa RR pasien untuk memvalidasi pernyataan pasien)

Perawat : Ibu sejak semalam sudah minum berapa banyak ?

Suami Pasien : Ini mba habis 4 gelas ini mba (menunjukkan sebuah gelas)

Perawat : Lalu Ibu tadi sarapannya dihabiskan atau tidak?

Suami Pasien : Ini mba cuma dimakan 3 sendok saja.

Perawat : Aduh kok makannya cuma sedikit, ditambah ya Bu makannya supaya tidak
lemas. Sedikit-sedikit saja makannya tidak apa-apa tapi sering ya. Lalu tadi
sayurnya dimakan apa tidak?

Suami Pasien : Dimakan kok mba, dihabiskan malahan, cuma Ibu ini makan nasinya itu lho
mba yang susah.

Perawat : Oh bagus sekali sayur dannasi dihabiskan nanti siang ya bu.

Pasien : (tersenyum dan mengangguk)

Perawat : Ibu muntah atau tidak? Ada rasa mual?

Istri Pasien : Muntah tidak mba, mual juga tidak.

Perawat : Sejak semalam Ibu sudah BAB belum?

Pasien : Sudah mba.

Perawat : Berapa kali bu? BAB-nya lancar atau tidak?Banyak atau sedikit?

Suami Pasien : Satu kali, Lancar mba.


Pasien : Seperti biasa mba BAB-nya seperti sebelum sakit.

Perawat : Lalu untuk BAK-nya? Sejak semalam sudah BAK berapa kali?

Suami Pasien : Pipisnya sudah tiga kali mba.

Perawat : Pipisnya banyak atau tidak? Apa ibu memperhatikan warna urine Ibu?

Suami Pasien : Pipisnya ya segini ini lho mba, warnanya kuning pekat mba (menunjukkan
pispot yang berisi urine pasien)

Perawat : Ini ibu kurang minum bu, minumnya ditambah ya bu sedikit-sedikit saja kalau
tidak bisa banyak yang penting sering.

Suami pasien : Iya mba.Tuh bu dengar kata mbarnya, ibu minumnya harus dibanyakin.

Pasien : (tersenyum simpul)

Perawat : Lalu apakah ada keluhan lain bu soal BAB dan BAK-nya?

Pasien : Setelah operasi mba saya merasakan sakit tiap pipis

Perawat : Sakitnya seperti apa ya bu?

Pasien : Seperti terbakar gitu mba rasanya saat pipis

Perawat : Ada lagi yang lain bu?

Pasien : Itu mba saya masih belum bisa kentut semenjak operasi

Perawat : Untuk luka operasinya sendiri bagaimana bu? Ada keluhan?

Pasien : Rasanya itu mba sakit sekali perut saya yang bagian di operasi itu lho mba
yang sakit sekali.

Perawat : Sakitnya itu seperti apa ya bu?

Pasien : Nyeri gitu mba rasanya.

Perawat : Permisi ya bu, saya lihat ya bu luka operasinya.

(Perawat melihat luka operasi pasien dan mendapati luka masih basah namun tidak kemerahan
dan luka operasi tersebut bersih)
Perawat : Bu ini bekas operasinya bagus kok, lukanya bersih juga tidak kemerahan.
Hanya belum kering saja.

Pasien : Memang lukanya memang keringnya lama ya mba?

Perawat : Ya semuanya tergantung kondisi ibu juga, kalau kondisi ibu stabil luka bekas
operasinya juga aka cepat kering.Nah ibu, apakah ibu merasakan gangguan
istirahat dan aktivitas?

Pasien : Kalau istirahat ya terganggu mba, kan saya merasa nyeri jadi tidak bisa
nyenyak tidurnya.

Perawat : Lalu untuk aktifitasnya sendiri bu? Ibu sudah bisa duduk?

Pasien : Belum mba, tiduran saja sakit.

Perawat : Oh begitu ya, jadi ibu masih memerlukan bantuan untuk melakukan aktivitas
yang ringan?

Pasien : Iya mba, badan saya masih lemas, apa-apa perlu dibantu. Tapi kalau hanya
menggerakkan tangan dan kaki saya masih bisa kok mba.

Perawat : Kok hanya Bapak yang nungguin bu?

Suami pasien : Anak-anak kan sekolah mba, tapi nanti adiknya bapak akan gantikan saya jaga
ibu soalnya saya mau bereskan pekerjaan dirumah. Tidak enak juga mba nitip
anak-anak ke tetangga lama-lama.

Perawat : Oh begitu ya, tu Ibu kasihan anak-anaknya ditinggal dirumah, ibu banyak
istirahat dan makan ya dan jangan banyak bergerak dulu supaya lekas pulih
kondisinya. Jadi dapat segera berkumpul dengan anak-anak.

Pasien : Iya mba saya juga tidak mau lama-lama di rumah sakit.

Perawat : Nah ibu saya sudah selesai, ada keluhan lain yang ingin ibu sampaikan atau
barangkali ada yang ingin ditanyakan?

Suami pasien : Ini mba badan istri saya kok rasanya panas ya mba?

Pasien : Iya mba saya merasa panas badan saya


Perawat : Saya ukur suhunya dan sekalian tensinya ya bu (perawat melakukan validasi
pernyataan pasien dengan mengukur suhu tubuh dan tensi pasien)

Suami pasien : Bagaimana mba suhu badan istri saya berapa?Tensinya berapa?

Perawat : Suhunya normal kok 370 Cs dan tekanan darahnya juga normal 120/80mmhg.

Baik ibu, saya sudah mendapatkan data yang saya butuhkan. Jadi ibu merasa luka operasinya
nyeri dan lukanya juga masih basah, ibu juga terkadang merasa sesak nafas ya bu, makannya
hanya tiga sendok, minumnya sudah empat gelas, BAB-nya seperti biasa, sejak selesai opersi
sampai saat ini belum kentut ya, BAK-nya sudah tiga kali warna urinenya kuning pekat dan ibu
merasakan sakit saat kencing, lalu untuk melakukan aktivitas ringan masih memerlukan
bantuan dan tidurnya belum bisa nyaman ya bu.

Pasien : Iya mba benar

Perawat : Nah ibu sudah bagus sekali ibu mau makan pagi ini meskipun belum dihabiskan
dan ibu juga sudah banyak minum sejak semalam tapi nanti siang makannya dihabiskan ya bu
dan minumnya ditambah lagi.

Pasien : Iya baik mba

Perawat : Baik ibu, cukup sekian dari saya, setelah ini akan ada perawat lagi yang akan
kemari, mungkin saya atau rekan perawat yang lainnya untuk menyampaikan diagnosa
keperawatan dari gangguan kesehatan yang ibu alami. Ibu silahkan dilanjutkan istirahatnya,
terima kasih atas waktunya, kalau perlu bantuan silahkan pencet belnya kami siap membantu
ibu, saya permisi dulu ya pak, bu (berpamitan).

Tahap Diagnosa

Perawat : Selamat pagi Ibu. Perkenalkan saya Perawat Dayah.

Benar dengan Ibu Lala berumur 23 tahun?Saya lihat gelangnya ya Bu.

Istri Pasien : Iya suster benar

Pasien : (Mengangguk)

Perawat : Bagaimana Bu perasaannya pagi ini? Kok kelihatannya masih pucat?


Pasien : Saya merasa bekas operasinya itu nyeri Sus, tidak nyaman rasanya, saya itu
merasa gelisah sekali sus jadi ya tidurnya tidak nyenyak sus, sebentar-sebentar terbangun.

Perawat : Aduh pantas saja wajahnya belum cerah.

Hari ini Bu, saya dan rekan-rekan perawat shift pagi akan membantu merawat ibu sampai jam 2
siang nanti.

Nah Bu, seperti yang telah disampaikan perawat sebelumnya akan ada perawat lagi yang akan
kemari ya Bu untuk menyampaikan diagnosa keperawatan mengenai gangguan kesehatan
yang Ibu alami saat ini.

Ibu sudah siap menerima penjelasan dari saya?Posisinya sekarang sudah nyaman atau belum
bu?

Pasien : Iya suster silahkan saya sudah siap, posisi saya sudah enak kok sus.

Perawat : Ibu, berdasarkan data yang telah kami peroleh dan telah kami kaji kami
mendiagnosa ibu mengalami nyeri akut berhubungan dengan agens cedera atau nyeri yang ibu
rasakan disebabkan operasi usus buntu yang baru saja dijalani. Ibu juga beresiko infeksi
berhubungan dengan pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat atauibu ada resiko infeksi
karena kekebalan tubuh ibu menurun. Tapi ibu tidak perlu khawatir infeksi itu hanya resiko dan
kami disini berupaya mencegah resiko tersebut dengan sebaik-baiknya.

Perawat : Nah ibu saya sudah selesai menyampaikan diagnosa keperawatan, ada keluhan
yang ingin ibu sampaikan atau barangkali ada yang ingin ditanyakan?Atau ada penjelasan saya
yang kurang jelas?

Pasien : Tidak suster, saya sudah mengerti.

Perawat : Baik ibu, cukup sekian dari saya, setelah ini akan ada perawat lagi yang akan
kemari, mungkin saya atau rekan perawat yang lainnya untuk menyampaikan rencana tindakan
keperawatan yang akan bapak terima selama dirawat disini. Ibu silahkan dilanjutkan
istirahatnya, terima kasih atas waktunya, kalau perlu bantuan silahkan pencet belnya, saya
permisi dulu ya pak, bu (berpamitan).
Tahap Intervensi

Perawat : Selamat pagi bapak. Perkenalkan saya suster Nurfa.

Benar dengan Ibu Lala 23 thn? Saya lihat gelangnya ya pak.

Pasien : (Mengangguk)

Perawat : Bagaimana bu perasaannya pagi ini? Kok kelihatannya kurang semangat?

Pasien : Ini sus saya merasa bekas oprasinya itu nyeri sus, tidak nyaman rasanya, saya
itu merasa gelisah sekali sus jadi saya tidak bisa nyaman beristirahat.

Perawat : Aduh pantas mukanya tampak lesu sekali.

Hari ini bu, saya dan rekan-rekan perawat shift pagi akan membantu merawat ibu sampai jam 2
siang nanti.

Seperti yang telah disampaikan perawat sebelumnya akan ada perawat lagi yang akan kemari
ya bu untuk menyampaikan rencana tindakan keperawatan yang akan ibu terima selama
menjalani perawatan disini.

Nah, ibu sudah siap?Posisinya sekarang sudah nyaman atau belum bu?

Pasien : Iya suster saya sudah siap, sudah nyaman juga kok sus posisinya.

Perawat : Tadi kan ibu sudah diberitahu gangguan kesehatan yang ibu alami. Kami sudah
berkolaborasi dengan Dokter dan ibu mendapat terapi obat. Ada obat analgesic untuk diminum
dan ada antibiotik yang suntikkan..Obat ini berfungsi agar nyeri yang bapak rasakan berkurang
serta mencegah infeksi lebih lanjut.Kami juga akan membersihkan luka operasi ibu secara
berkala. Untuk antibiotiknya sendiri harganya cukup mahal jadi kami minta persetujuan dulu dan
perlu tanda tangan dari pihak keluarga jika setuju.

Suami Pasien : Memang harga antibiotiknya berapa ya sus?

Perawat : Harganya Rp 200.000,00 tiap suntikan dan satu hari bapak akan disuntik 2 kali
jadi untuk antibiotiknya saja sehari biayanya Rp 400.000,00.

Suami Pasien : Gimana bu, mau tidak?

Pasien : Mau lah bu, Ibu inign cepat sembuh.


Suami Pasien : Baik sus, saya akan menandatanganinya.

Perawat : Silahkan bu tanda tangan disini.

Nah ibu saya sudah selesai menyampaikan rencana tindakan keperawatan yang akan ibu
terima selama menjalani perawatan disini supaya bapak lekas sembuh, bagaimana ibu sudah
jelas atau belum? Perlu saya ulang ibu penjelasannya?

Pasien : Sudah cukup sus saya sudah jelas.

Perawat : Baik ibu, cukup sekian dari saya, setelah ini akan ada perawat lagi yang akan
kemari, mungkin saya atau rekan perawat yang lainnya untuk melaksanakan rencana tindakan
keperawatan yangbaru saja saya jelaskan kepada ibu. Ibu silahkan dilanjutkan istirahatnya, jika
perlu bantuan silahkan pencet bel ya bu. Terimakasih atas waktunya, saya permisi dulu ya bu,
pak (berpamitan).

Tahap Implementasi

Perawat : Selamat pagi ibu .Perkenalkan saya suster Munica Surtiono.

Benar dengan ibu Lala berumur 23 tahun?Saya lihat gelangnya ya bu.

Pasien : (Mengangguk)

Perawat : Bagaimana bu perasaannya pagi ini? Sudah merasa baikan atau belum?

Pasien : Belum sus saya masih merasa bekas oprasinya itu nyeri sus, tidak nyaman
rasanya, saya itu merasa gelisah sekali sus jadi ya tidurnya tidak nyenyak sus, sebentar-
sebentar terbangun.

Perawat : Jadi nyerinya masih terasa sekali ya bu?

Pasien : Iya suster.

Perawat : Nah bu, seperti yang telah disampaikan perawat sebelumnya akan lagi yang
akan kemari ya bu untuk melaksanakan tindakan keperawatan yang tadi sudah dijelaskan. Nah,
ibu sudah siap?

Pasien : Iya suster saya sudah siap.


Perawat : Permisi bu saya bersihkan dulu ya luka operasinya. (perawat membersihkan
luka bekas operasi pasien).Nah ibu ini obatnya yang untuk diminimun, bisa minum obatnya
sendiri kan ibu?

Suami Pasien : Biar saya saja sus yang bantu minumkan.

Pasien : Tidak usah pak, ibu bisa kok minum obatnya sendiri

Perawat : Iya bu memang sebaiknya obatnya diminum sendiri, sekalian ibu latihan
bergerak sedikit-sedikit. Saya suntikkan ya antibiotiknya.

(pasien meminumobat dan perawat menyuntikan antibiotik)

Perawat : Baik ibu, saya sudah selesai melaksanakan tindakan keperawatan untuk ibu.

Mungkin ada yang ingin ditanyakan?Atau ada keluhan yang ingin disampaikan?

Pasien : Tidak sus terimakasih saya mau istirahat sus ngantuk rasanya habis minum
obat.

Perawat : Iya bu memang seharusnya ibu banyak istirahat supaya lekas sembuh. Baik ibu,
cukup sekian dari saya, setelah ini akan ada perawat lagi yang akan kemari, mungkin saya atau
rekan perawat yang lainnya untuk melakukan evaluasi kondisi kesehatan ibu dari pagi sampai
siang ini setelah mendapatkan serangkaian asuhan keperawatan dari kami. ibu silahkan
dilanjutkan istirahatnya, terima kasih atas waktunya, jika perlu bantuan silahkan pencet belnya
ya, saya permisi dulu bu, pak (berpamitan).

Tahap Evaluasi

Perawat : Selamat siang bapak. Perkenalkan saya perawat Ifdy dan ini rekan saya suster
Ayu.

Benar dengan Ibu Lala 23thn ? Saya lihat gelangnya ya bu.

Pasien : (Mengangguk)

Perawat : Bagaimana bu perasaannya siang ini?


Pasien : Sudah lebih baik mas dari pada pagi tadi.

Perawat : Aduh pantas mukanya sudah lebih cerah.

Nah bu, seperti yang telah disampaikan perawat sebelumnya akan ada perawat lagi yang akan
kemari ya bu untuk melihat kondisi ibu setelah mendapatkan serangkaian tindakan
keperawatan dari kami dari pagi tadi sampai siang ini.Nah saya akan menanyakan beberapa
pertanyaan dan melakukan beberapa pemeriksaan ringan.Nah, ibu sudah siap? Posisinya
sekarang sudah nyaman atau belum ibu?

Pasien : Iya mas saya sudah siap

Perawat : Apakah sudah merasa baikan atau masih merasakan nyeri di luka bekas
operasinya?

Pasien : Sudah lebih baik mas, ya masih nyeri tapi nyerinya tidak terus menerus seperti
pagi tadi.

(Perawat melihat luka operasi pasien dan mendapati luka mulai kering, tidak kemerahan dan
luka operasi tersebut bersih)

Perawat : ibu ini bekas operasinya bagus kok, lukanya bersih juga tidak kemerahan dan
sudah mulai kering.

Ibu masih merasa sesak napas bu ?

Pasien : Sudah tidak mas, tidak sama sekali.

(Sembari bertanya perawat memeriksa RR pasien untuk memvalidasi pernyataan pasien)

Perawat : ibu sejak pagi sampai siang ini sudah minum berapa banyak ?

Suami Pasien : Ini mas habis 2 botol air mineral.

Perawat : Lalu ibu makan siangnya dihabiskan atau tidak?

Suami Pasien : Dihabiskan mas semuanya.

Perawat : Oh bagus sekali ibu nafsu makannya sudah kembali

Pasien : (tersenyum dan mengangguk).


Perawat : Ibu muntah atau tidak? Ada rasa mual?

Suami Pasien : Muntah tidak mas, mual juga tidak.

Perawat : Dari tadi pagi ibu sudah BAB belum?

Pasien : Belum mas.

Perawat : Lalu untuk BAK-nya? Dari pagi tadi sudah BAK berapa kali?

Suami Pasien : Sudah 2 kali mas.

Perawat : Pipisnya banyak atau tidak? Apa Bapak memperhatikan warna urine ibu ?

Pasien : Pipisnya seperti biasa mas warnanya juga seperti bisa sebelum sakit.

Perawat : Lalu apakah ibu sudah bisa kentut?

Pasien : Sudah sus, perut saya rasanya lega sekali.

Perawat : Lalu kencingnya masih sakit bu?

Pasien : Sudah tidak kok mass.

Perawat : Nah ibu, apakah ibu masih merasakan gangguan istirahat dan aktivitas?

Pasien : Kalau istirahat saya sudah mulai bisa nyenyak tidurnya mas, kan nyerinya sudah
banyak berkurang.

Perawat : Lalu untuk aktifitasnya sendiri bu ?

Pasien : Saya tadi sempat duduk sebentar mas dan rasanya badan saya sudah mulai
enak untuk digerakan.

Perawat : Sudah mulai bisa duduk ya, nah selanjutnya ibu berlatih untuk bangun dari
tempat tidur ya. Sekarangsaya ukur suhunya dan sekalian tensinya ya bu . Suhunya normal 37 0
C dan tekanan darahnya juga normal 120/80mmHg.

Baik ibu, saya sudah mendapatkan data yang saya butuhkan. Jadi ibu merasa nyeri luka
operasinya sudah berkurang ya, ibu juga sudah tidak sesak nafas, makan siangnya dihabiskan,
minumnya juga banyak, ibu belum BAB tapi sudah bisa kentut ya bu, BAK-nya dua kali warna
urinenya jernih seperti sebelum sakit dan ibu sudah tidak merasakan sakit saat kencing, lalu
ibu sudah bisa duduk dan tidurnya sudah mulai nyenyak ya bu.

Pasien : Iya mas benar

Perawat : ibu sudah mengalami kemajuan yang cukup baik dibandingkan kondisi ibu pagi
tadi. Dipertahankan ya bu, juga berlatih bergerak sedikit-sedikit ya bu supaya kondisinya lekas
pulih sepenuhnya.

Pasien : Iya mas baik

Perawat :Baik ibu, cukup sekian dari saya, setelah ini ibu akan dibantu rekan-rekan
perawat shift siang untuk melakukan pengecekan kondisi kesehatan ibu secara berkala,
sekalian saya dan rekan-rekan perawat shift pagi mohon pamit. Jika ibu butuh bantuan silahkan
pencet bel.Silahkan dilanjutkan istirahatnya, terima kasih atas waktunya, saya permisi dulu ya
bu, (berpamitan).
LAMPIRAN

Form Pengkajian Pasien

I. Identitas Pasien

No RM : 9989/10122013/P

Nama : Laila Noor Fitriana

Usia : 23 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/Tgl Lahir : Banjarmasin, 01 Februari 1992

Alamat : Jl. Ahmad Yani No. 40, Banjarbaru

No Telp : 085389833793

Pendidikan : Sarjana Ekonomi

Agama : Islam

Pekerjaan : Karyawan Swasta

Status Perkawinan : Sudah Kawin

II. Identitas Penanggung Jawab

Nama : M. Rizwan Luthfi

Alamat : Jl. Ahmad Yani No. 40, Banjarbaru

No Telp : 0821988998999

Pekerjaan : Karyawan Swasta

Hubungan dengan Pasien : Suami


III. Pengkajian (Senin 16 November 2015 pukul 08.00 WITA)

A. Oksigen

Pasien menyatakan terkadang merasa sesak napas.


Pemeriksaan RR pasien 18x/menit.
1. Cairan
Pasien menyatakan badannya panas.
Pemeriksaan suhu tubuh 370C.
Pasien minum 4 gelas air.
2. Nutrisi / Makanan
Pasien makan 3 sendok nasi dari porsi makan yang disediakan RS.
Pasien tidak merasa mual dan tidak muntah.
3. Eliminasi Febal / BAB
Pasien menyatakan sudah 1x BAB dan BAB normal seperti sebelum sakit.
Pasien menyatakan belum bisa buang gas sejak setelah operasi.
4. Eliminasi Urine / BAK
Pasien menyatakan sudah 3x BAK dan merasa sakit seperti terbakar saat BAK.
Urine pasien berwarna kuning sedikit pekat.
5. Akifitas
Pasien menyatakan badannya masih lemas dan memerlukan bantuan untuk melakukan
aktivitas bahkan aktifitas ringan dan pasien belum dapat duduk.
6. Istirahat
Pasien menyatakan belum dapat beristirahat dengan nyaman dan belum dapat tidur
dengan nyenyak.
7. Seksualitas
Pasien menyatakan memiliki dua orang anak
8. Privasi dan Interaksi Sosial
Pasien menyatakan berhubungan baik dengan orang-orang disekitarnya
9. Pencegahan Resiko
Pasie menyatakan jarang bergerak setelah operasi
10. Promosi kesehatan
Pasien disarankan untuk lebih banyak beristirahat dan makan.
B. Pemeriksaan Fisik
1. Luka post operasi appendictomi masih basah, tidak kemerahan dan bersih.
2. RR 18x/menit
3. Suhu tubuh 370C.
4. Tekanan darah 120/80mmHg.
5. Nadi 78x/menit.
C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut berhubungan dengan agens cedera.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat.
D. Intervensi
1. Lakukan kalaborasi dengan dokter untuk memberikan terapi obat
2. Lakukan manajemen nyeri.
3. Lakukan pencegahan resiko infeksi.
4. Lakukan pemeriksaan TTV tiap 4jam
E. Terapi Obat
1. Analgesik (oral) 125mg 3kali/hari setelah makan.
2. Antibiotik (rectal injeksi) 50cc 2kali/hari.
F. Implementasi
1. Berikan terapi obat analgesik (oral) 125mg 3kali/hari setelah makan. Dan antibiotik
(rectal injeksi) 50cc 2kali/hari.
2. Beri posisi nyaman pada pasien.
3. Periksa dan bersihkan luka post operasi apendictomi 2kali/hari.
4. Periksa TTV pasien tiap 4jam
G. Evaluasi (Jumat 13 Desember 2013 pukul 13.30 WIB)
a. Oksigen
- Pasien menyatakan sudah tidak sesak napas.
- Pemeriksaan RR pasien 18x/menit.
b. Cairan
- Pasien minum 2 botol air mineral
c. Nutrisi / Makanan
- Pasien menghabiskan makanan yang disediakan RS.
- Pasien tidak merasa mual dan tidak muntah.
d. Eliminasi Febal / BAB
- Pasien menyatakan belum BAB sejak pagi
- Pasien menyatakan sudah bisa buang gas dan perutnya terasa lega.
e. Eliminasi Urine / BAK
- Pasien menyatakan sudah 2x BAK dan sudah tidak merasa sakit saat BAK.
- Pasien menyatakan banyak dan warna urine seperti saat sebelum sakit.
f. Akifitas
- Pasien menyatakan sudah dapat duduk sebentar, badannya terasa lebih enak saat
bergerak.
g. Istirahat
- Pasien menyatakan dapat beristirahat dengan nyaman dan dapat tidur dengan
nyenyak.
h. Seksualitas
- Pasien menyatakan memiliki dua orang anak
i. Privasi dan Interaksi Sosial
- Pasien menyatakan berhubungan baik dengan orang-orang disekitarnya
j. Pencegahan Resiko
- Pasie menyatakan jarang bergerak setelah operasi
k. Promosi kesehatan
- Pasien disarankan untuk mulai belajar turun dari tempat tidur
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Teori Orem sangat mungkin dikembangkan karena masalah keperawatan semakin


kompleks dan bantuan keperawatan sangat dibutuhkan, sehingga klien diharapkan tidak selalu
bergantung pada perawat dalam self care. Terutama dalam proses keperawatan teori Orem
sangat berperan penting dalam membantu pasien untuk membawa pada pada perawatan
mandiri untuk diri pasien sehingga tidak selalu bergantung pada perawat. Selain itu proses
keperawatan yang berlandaskan pada teori Orem akan mempermudan pasien untuk selanjunya
mempertahankan kesehatannya karena mendapatkan pendidikan pula dari perawat.

B. Saran

Berhati-hatilah dalam melalukan tindakan keperawatan, karena sekecil apapun yang kita
lakukan kalau tindakan tersebut salah maka akan membawa dampak yang besar.
DAFTAR PUSTAKA

Peggy, Chinn, dkk. 1987. Theory and Nursing. St. Louis: The C.V. Mosby Company.

Fitzpatrick, JJ dan Whall. 1989. Conceptual Models of Nursing: Analysis and Application.
California: Appleton & Lange.

George, JB. 1995. Nursing Theories: The Base for Professional Nursing Practice. California:
Appleton & Lange.

Nursalam. 2001. Proses dan Dokumentasi Keperawatan, Konsep dan Praktek. Jakarta:
Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai