Anda di halaman 1dari 31

Asuhan Kebidanan Pada Ny.

R G1 P0 A0 Usia Kehamilan 40 - 41 Minggu


Janin Tunggal Hidup Intra Uterin Preskep Inpartu Kala I Fase Laten Dengan
Kala I Memanjang Di Rumah Sakit Umum Daerah Taman Husada Bontang

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah
cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain,
dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) ( Manuaba,2002). Menurut
Manuaba, 2002 bentuk persalinan berdasarkan definisi adalah persalinan spontan, persalinan
buatan, dan persalinan anjuran (induksi persalinan). Kejadian ketuban pecah dini mendekati
10% dari semua persalinan. Pada umur kehamilan kurang dari 34 minggu, Kejadian sekitar
4%. Sebagian dari ketuban pecah dini mempunyai periode laten lebih dari satu minggu.
Bahaya ketuban pecah dini adalah kemungkinan infeksi dalam rahim dan persalinan
prematuritas yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi.
Proses persalinan ditandai dengan pembukaan servik, proses ini terbagi dalam 2 fase
yaitu :
a. Fase laten
berlangsung selama kurang lebih 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat sampai mencapai
diameter 3 cm.
b. Fase aktif
Dibagi dalam 3 fase : yaitu Fase akselerasi, dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4
cm.
c. Fase dilatasi maksimal, dalam 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat. Dari 4 cm
menjadi 9 cm.
d. Fase deselerasi, pembukaan melambat kembali. Dalam 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi
10 cm. (Sulistyawati, ari. 2010)
Proses persalinan tidak selalu berlangsung normal. Beberapa orang mengalami
komplikasi selama proses tersebut berlangsung dan sering kali mengancam nyawa baik ibu
maupun bayinya. Masalah-masalah yang menyebabkan kematian ibu bersalin itu hanya dapat
ditangani di fasilitas kesehatan yang memadai. Pelayanan obstetrik dan neonatal darurat serta
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan menjadi sangat penting dalam upaya penurunan
kematian ibu.

2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat di rumuskan beberapa masalah, yaitu:
a. Apakah pengertian persalinan?
b. Apakah etiologi persalinan?
c. Apakah tanda dan gejala in partu?
d. Apakah faktor-faktor dalam persalinan?
e. Apa saja yang termasuk tahapan persalinan ?
f. Apa saja klasifikasi partus lama ?
g. Apa bahaya yang akan terjadi pada kala 1 memanjang?
h. Apakah diagnosis kala 1 memanjang?
i. Bagaimana penatalaksanaan/penanganan kala 1 memanjang?

3. Tujuan
a. Tujuan Umum
Penulis dapat menerapkan dan mengembangkan pola pikir secara almiah dalam
memberikan asuhan kebidanan secara nyata serta mendapatkan pengetahuan dalam
mememcahkan masalah khususnya Asuhan Kebidanan Pada Ny. I G1 P0 A0 Usia
Kehamilan 40 - 41 MingguJanin Tunggal Hidup Intra Uterin Preskep Inpartu Kala I
Fase Laten Dengan Kala I Memanjang. Di RSUD Taman Husada Bontang.
b. Tujuan Khusus
Tujuan khusus yang akan dicapai adalah mampu melakukan :
Pengkajian dan menganalisa data pada persalinan dengan kala I fase aktip
Merumuskan diagnosa kebidanan
Menyusun rencana kebidanan
Melaksanakan rencana kebidanan
Evaluasi asuhan kebidanan

4. Lokasi
Asuhan kebidanan ini disususn saat penulis melaksanakan praktik klinik kebidanan di Ruang
kebidanan RSUD Taman Husada Bontang.
BAB II
TINJAUAN TEORI

1. Pengertian Persalinan
Persalinan normal adalah pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan
(37-42 minggu) lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18
jam tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Prawiroharjo, 2001).
2. Proses Terjadinya Persalinan
Menurut Manuaba (2002) proses terjadinya persalinan belum diketahui dengan pasti,
sehingga menimbulkan beberapa teori yang berkaitan dengan mulai terjadinya kekuatan his.
Ada 2 hormon yang dominan selama kehamilan yaitu:
a. Estrogen yang meningkatkan sensitifitas otot rahim, memudahkan penerimaan rangsangan
dari luar seperti rangsangan oksitosin, rangsangan prostaglandin, dan rangsangan mekanis
b. Progesteron yang menurunkan sensitifitas otot rahim, menyulitkan penerimaan rangsangan
dari luar seperti rangsangan oksitosin, rangsangan prostaglandin, dan rangsangan mekanis,
dan menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi.
3. Tanda dan Gejala Inpartu
Menurut manuaba (2002) tanda persalinan adalah sebagai berikut:
a. Terjadinya his persalinan
b. Pengeluaran lender dan darah
c. Pengeluaran cairan

4. Faktor Faktor dalam Persalinan


a. Power
His (kontraksi ritmis otot polos uterus), kekuatan mengejan ibu, keadaan kardiovaskular
respirasi metabolik ibu.
b. Passage
Keadaan jalan lahir.
c. Passanger
Keadaan janin (letak, presentasi, ukuran/berat janin, ada/tidak kelainan anatomik mayor)
d. ( faktor P lainnya : psikologi, penolong, posisi )
Dengan adanya keseimbangan / kesesuaian antara faktor-faktor P tersebut, persalinan
normal diharapkan dapat berlangsung
5. Tahapan Persalinan
Persalinan dibagi menjadi 4 tahap. Pada kala I servik membuka dari pembukaan 0-10
cm. Kala I dinamakan juka kala pembukaan, kala II disebut kala pengeluaran, kala III disebut
juga kala pengeluaran urie, sedangkan kala IV dimulai dari lahirnya plasenta sampai 2 jam
kemudian. (Sumarah. 2009: 4-5)
a. Kala I (Pembukaan)
Pasien dikatanya dalam persalina kala I, jika sudah terjadi pembukaan servik dan
kontraksi terjadi teratur minimal 2 kali dalam 10 menit selama 40 detik. Kala I adalah kala
pembukaan yang berlangsung antara 0-10 cm. Proses ini terbagi menjadi 2 fase, yaitu fase
laten (8 jam) dimana servik membuka sampai 3 cm dan fase aktif (6 jam) dimana servik
membuka dari 3-10 cm. (Sulistyowati. 2010: 7)
Fase aktif dibagi dalam 3 fase yaitu :
- Fase akselerasi, dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm.
- Fase dilatasi maksimal, dalam 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat. Dari 4 cm menjadi
9 cm.
- Fase deselerasi, pembukaan melambat kembali. Dalam 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi
10 cm. (Sulistyawati, ari. 2010)
b. Kala II
Kala II adalah kala pengeluaran bayi dimulai dari pembukaan lengkap sampai bayi lahir.
Proses ini berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada multigravida. Diagnosa kala
II ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan lengkap
dan kepala janin sudah tampak divulva denagn diameter 5-6 cm. (Sulistyowati, 2010)
Gejala utama kala II adalah sebagai berikut :
1. His semakin kuat dengan interval 2-3 menit dengan durasi 50- 100 detik
2. Menjelang akhir kala I ketuban pecah yang ditandai dengan pengeluaran cairan
secara mendadak.
3. Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti keinginan meneran.
4. Dua kekuatan yaitu, his dan meneran akan mendorong kepala bayi sehingga
kepala beyi membuka pintu berturut-turut ubun-ubun besar, dahi, hidung, muka,
serta kepala seluruhnya.
5. Kepala lajir seluruhnya dan diikuti dengan putar paksi luar yaitu penyesuaian
kepala dan punggung.
6. Setelah putar paksi luar, maka persalinan bayi ditolong dengan jalan berikut.
a. Pegang kepala pada tulang oksiput dan bagian bawah dagu, kemudian tarik cunam kebawah
untuk melahirkan bahu depan dan cunam keatas untuk melahirkan bahu belakang.
b. Setelah kedua bahu lahir, ketiak dikait untuk melahirkan sisa badan bayi.isa air ketuban.
c. Bayi lahir diikuti sisa air ketuban.
7. Lamanya kala II untuk primigravida 50 menit dan multigravida 30 menit.
(Sulistyawati. 2010: 8)
c. Kala III (Pelepasan plasenta)
Kala III adalah waktu untuk pelepasan dan pengeluaran plasenta. Lepasnya plasenta
sudah dapat diperkirakan dengan memperhatikan tanda-tanda sebagai berikut :
1. Uterus berbentuk bundar.
2. Uterus terdorong keatas, karena plasenta terlepaske segmen bawah rahim.
3. Tali pusat bertambah panjang.
4. Terjadi perdarahan.
Melahirkan plasenta dilakukan dengan dorongan ringan secara kradepada fundus uteri.
(Sulistyowati.2010: 8)
d. Kala IV (Observasi)
Kala IV mulai dari lahirnya plasenta selama 1-2 jam. Pada kala IV dilakukan observasi
terhadap pascapersalianan, paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Observasi yang
dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Tingkat kesadaran pasien.
2. Pemeriksaan tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi, suhu dan pernafasan.
3. Kontraksi uterus.
4. Terjadinya perdarahan, perdarahan dianggap normal bila jumlahnya tidak melebihi 400-500
cc. (Sulistyawati. 2010: 9)
6. KLASIFIKASI PARTUS LAMA
Harry Oxorn dan Willian R. Forte (1996) mengklasifikasikan partus lama menjadi beberapa
fase, yaitu :
1. Fase laten yang memanjang
Fase laten yang melampaui waktu 20 jam pada primigravida atau waktu 14 jam pada
multipara merupakan keadaan abnormal. Sebab-sebab fase laten yang panjang mencakup :
a. Serviks belum matang pada awal persalinan
b. Posisi janin abnormal
c. Disproporsi fetopelvik
d. Persalinan disfungsional
e. e. Pemberian sedatif yang berlebihan
Serviks yang belum matang hanya memperpanjang fase laten, dan kebanyakan serviks akan
membuka secara normal begitu terjadi pendataran. Sekalipun fase laten berlangsung lebih
dari 20 jam, banyak pasien mencapai dilatasi serviks yang normal ketika fase aktif mulai.
Meskipun fase laten itu menjemukan, tapi fase ini tidak berbahaya bagi ibu atau pun anak.
2. Fase aktif yang memanjang pada primigravida
Para primigravida, fase aktif yang lebih panjang dari 12 jam merupakan keadaan abnormal,
yang lebih penting daripada panjangnya fase ini adalah kecepatan dilatasi serviks.
Pemanjangan fase aktif menyertai :
a. Malposisi janin
b. Disproporsi fetopelvik
c. Penggunaan sedatif dan analgesik secara sembrono
d. Ketuban pecah sebelum dimulainya persalinan
Keadaan ini diikuti oleh peningkatan kelahiran dengan forceps tengah, secsio caesarea dan
cedera atau kematian janin. Periode aktif yang memanjang dapat dibagi menjadi dua
kelompok klinis yang utama, yaitu kelompok yang masih menunjukkan kemajuan persalinan
sekalipun dilatasi servik berlangsung lambat dan kelompok yang benar-benar mengalami
penghentian dilatasi serviks.
3. Fase aktif yang memanjang pada multiparas
Fase aktif pada multipara yang berlangsung lebih dari 6 jam (rata-rata 2,5 jam) dan laju
dilatasi serviks yang kurang dari 1,5 cm per jam merupakan keadaan abnormal. Meskipun
partus lama pada multipara lebih jarang dijumpai dibandingkan dengan primigravida, namum
karena ketidakacuhan dan perasaan aman yang palsu, keadaan tersebut bisa mengakibatkan
malapetaka.
Kelahiran normal yang terjadi di waktu lampau tidak berarti bahwa kelahiran berikutnya pasti
normal kembali. Pengamatan yang cermat, upaya menghindari kelahiran pervaginam yang
traumatik dan pertimbangan secsio caesarea merupakan tindakan penting dalam
penatalaksanaan permasalahan ini. Berikut ini ciri-ciri partus lama pada multipara :
a. Insedensinya kurang dari 1%
b. Mortalitas perinatalnya lebih tinggi dibandingkan pada primigravida dengan partus lama
Jumlah bayi besar bermakna
c. Malpresentasi menimbulkan permasalahan
d. Prolapsus funiculi merupakan komplikasi
e. Perdarahan postpartum berbahaya
f. Rupture uteri terjadi pada grande multipara
g. Sebagian besar kelahirannya berlangsung spontan pervaginam
h. Ekstraksi forceps tengah lebih sering dilakukan
i. Angka secsio caesarea tinggi, sekitar 25%.

7. BAHAYA PARTUS LAMA

Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH (1998), menjelaskan mengenai bahaya partus lama
bagi ibu dan janin, yaitu :

1. Bahaya bagi ibu

Partus lama menimbulkan efek berbahaya baik terhadap ibu maupun anak.
Beratnya cedera meningkat dengan semakin lamanya proses persalinan, resiko
tersebut naik dengan cepat setelah waktu 24 jam. Terdapat kenaikan pada
insidensi atonia uteri, laserasi, perdarahan, infeksi, kelelahan ibu dan shock.
Angka kelahiran dengan tindakan yang tinggi semakin memperburuk bahaya bagi
ibu.

2. Bahaya bagi janin

Semakin lama persalinan, semakin tinggi morbiditas serta mortalitas janin dan
semakin sering terjadi keadaan berikut ini :

a. Asfiksia akibat partus lama itu sendiri

b. Trauma cerebri yang disebabkan oleh penekanan pada kepala janin

c. Cedera akibat tindakan ekstraksi dan rotasi dengan forceps yang sulit

d. Pecahnya ketuban lama sebelum kelahiran. Keadaan ini mengakibatkan


terinfeksinya cairan ketuban dan selanjutnya dapat membawa infeksi paru-
paru serta infeksi sistemik pada janin.
Sekalipun tidak terdapat kerusakan yang nyata, bayi-bayi pada partus lama
memerlukan perawatan khusus. Sementara pertus lama tipe apapun membawa
akibat yang buruk bayi anak, bahaya tersebut lebih besar lagi apalagi kemajuan
persalinan pernah berhenti. Sebagian dokter beranggapan sekalipun partus lama
meningkatkan resiko pada anak selama persalinan, namun pengaruhnya terhadap
perkembangan bayi selanjutnya hanya sedikit. Sebagian lagi menyatakan bahwa
bayi yang dilahirkan melalui proses persalinan yang panjang ternyata mengalami
defisiensi intelektual sehingga berbeda jelas dengan bayi-bayi yang lahir setelah
persalinan normal.

8. Diagnosis
Menurut Suprijadi dalam buku asuhan intrapartum pada fase laten memanjang ini
memungkinkan terjadinya partus lama. Maka dari itu bidan harus bisa mengidentifikasi
keadaan ini dengan baik.
Diagnosa partus lama ialah :
Tanda dan Gejala Diagnosa
1. Serviks tidak membuka Belum inpartu
Tidak didapatkan his/his tidak teratur
Pembukaan serviks tidak melewati 4 cm Fase laten memanjang
sesudah 8 jam inpartu dengan his yang
teratur
3. Pembukaan serviks melewati kanan garis Fase aktif memanjang
waspada partograf
a. Frekuensi his kurang dari 3 x his per 10 Inersia uteri
menit dan lamanya kurang dari 40 detik
b. Pembukaan serviks dan turunnya bagian CPD
janin yang dipresentasi tidak maju,
sedangkan his baik
c. Pembukaan serviks dan turunnya bagian Obstruksi kepala
janin yang dipresentasi tak maju dengan
caput, terdapat moulase hebat, oedema
serviks, tanda ruptura uteri imins, gawat
janin

Pembukaan serviks lengkap, ibu ingin Kala II lama


mengedan, tetapi tidak ada kemajuan
penurunan
Kekeliruan melakukan diagnosa persalinan palsu menjadi fase laten menyebabkan pemberian
induksi yang tidak perlu yang biasanya sering gagal. Hal ini menyebabkan tindakan operasi
SC yang kurang perlu dan sering menyebabkan amnionitis. Oleh sebab itu maka petugas
kesehatan atau bidan harus benar-benar tahu atau paham tentang perbedaan persalinan
sesungguhnya dan persalinan palsu yaitu dengan ciri-ciri sebagai berikut :
1. Persalinan sesungguhnya
a. Serviks menipis dan membuka
b. Rasa nyeri dengan internal teratur
c. Internal antara rasa nyeri yang secara perlahan semakin pendek
d. Waktu dan kekuatan kontraksi bertambah
e. Rasa nyeri berada dibagian perut bagian bawah dan menjalar ke belakang
f. Dengan berjalan menambah intensitas
g. Ada hubungan antara tingkat kekuatan kontraksi dengan intensitas rasa nyeri
h. Lendir darah sering tampak
i. Kepala janin terfiksasi di PAP diantara kontraksi
j. Pemberian obat penenang tidak menghentikan proses persalinan sesungguhnya
k. Ada penurunan kepala bayi

2. Persalinan Semu
a. Tidak ada perubahan serviks
b. Rasa nyeri tidak teratur
c. Tidak ada perubahan internal antara nyeri yang satu dan yang lain
d. Tidak ada perubahan pada waktu dan kekuatan kontraksi
e. Kebanyakan rasa nyeri dibagian depan saja
f. Tidak ada perubahan rasa nyeri dengan berjalan
g. Tidak ada hubungan antara tingkat kekuatan kontraksi uterus dengan intensitas rasa nyeri
h. Tidak ada lendir darah
i. Tidak ada kemajuan penurunan bagian terendah janin
j. Kepala belum masuk PAP walaupun ada kontraksi
k. Pemberian obat yang efisien menghentikan rasa nyeri pada persalinan

9. Penatalaksanaan
1. Penanganan secara umum (menurut Sarwono Prawirohardjo)
a. Nilai secara cepat keadaan umum wanita hamil tersebut termasuk tanda-tanda vital dan
tingkat hidrasinya. Apakah ia kesakitan dan gelisah, jika ya pertimbangkan pemberian
analgetik.
b. Tentukan apakah pasien benar-benar inpartu
c. Upaya mengedan ibu menambah resiko pada bayi karena mengurangi jumlah O2 ke
plasenta, maka dari itu sebaiknya dianjurkan mengedan secara spontan dan mengedan dengan
tidak menahan napas terlalu lama
d. Perhatikan DJJ

2. Penanganan secara khusus


Apabila ibu berada dalam fase laten lebih dari 8 jam dan tidak ada tanda-tanda kemajuan,
lakukan pemeriksaan dengan jalan penilaian ulang serviks :
a. Bila tidak ada perubahan penipisan dan pembukaan serviks serta tak didapatkan tanda
gawat janin, kaji ulang diagnosisnya kemungkinan ibu belum dalam keadaan inpartu
b. Bila ada kemajuan dalam pendataran dan pembukaan serviks lakukan amniotomi dan
induksi persalinan dengan oksitosin atau prostoglandin. Lakukan drip oksitosin dengan 5 unit
dalam 500 cc dekstrose atau NaCl mulai dengan 8 tetes per menit, setiap 30 menit ditambah 4
tetes sampai His adekuat (maksimum 40 tetes/menit) atau diberikan preparat prostaglandin.
Lakukan penilaian ulang setiap 4 jam. Bila ibu tidak masuk fase aktif setelah dilakukan
pemberian oksitosin lakukan seksio sesarea.
c. Pada daerah yang prevelensi HIV tinggi, dianjurkan membiarkan ketuban tetap utuh,
selama pemberian oksitosin untuk mengurangi kemungkinan terjadinya penularan HIV
d. Bila didapatkan tanda-tanda infeksi (demam, cairan vagina berbau) lakukan akselerasi
persalinan dengan oksitosin 5 unit dalam 500 cc dekstrose atau NaCl mulai dengan 8 tetes
permenit setiap 15 menit ditambah 4 tetes sampai his adekuat (maksimum 40 tetes/menit atau
diberikan preparat prostaglandin, serta berikan antibiotika kombinasi sampai persalinan yaitu
amplisilin 29 gr IV. Sebagai dosis awal dan 1 gr IV setiap 6 jam ditambah dengan gestamisin
setiap 24 jam.
e. Jika terjadi persalinan pervaginam stop antibiotika pasca persalinan
f. Jika dilakukan seksiosesarea, lanjutkan antibiotika ditambah metronidazol 500 mg IV
setiap 8 jam sampai ibu bebas demam selama 48 jam.

BAB III
STUDI KASUS

Asuhan Kebidanan Pada Ny.R G1 P0 A0 Usia Kehamilan 40 - 41 Minggu


Janin Tunggal Hidup Intra Uterin Preskep Inpartu Kala I Fase Laten
Dengan Kala I Memanjang Di Rumah Sakit Umum Daerah
Taman Husada Bontang

No. Register : 12 50 39
Tanggal Masuk/jam : 13 Oktober 2013 / 08.10 WITA
Tangga Pengkajian/Jam : 14 Oktober 2013/ 06.30 WITA
Ruangan : Mawar

I. Pengumpulan Data
A. Data Subjektif
Biodata
Nama istri : Ny. R Nama Suami : Tn. A
Umur : 24 tahun Umur : 26 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Bangunan
Alamat : Jl. Wr.Soepratman RT 24

1. Data Biologis
a. Riwayat Keluhan Utama
- Ibu mengatakan perut terasa mules disertai nyeri perut bagian bawah dan tembus ke bagian
belakang mulai tanggal 11 Oktober 2013 jam 16.00 Wita.
- Ibu mengatakan keluar lendir dan darah dari kemaluan pada tanggal 13 Oktober jam 05.00
Wita.

2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat Kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit menular (TBC,hepatitis),
menurun(diabetes,hipertensi), menahun (jantung, asma).
b. Riwayat Kesehatan sekarang
Ibu mengatakan saat ini tidak menderita penyakit apapun, kecuali yang sedang dikeluhkan.
c. Riwayat Kesehatan keluarga
Ibu mengatakan bahwa dikeluarganya tidak ada yang menderita riwayat penyakit menular
(TBC,hepatitis), menurun(diabetes, hipertensi), menahun(jantung,asma).
d. Riwayat kehamilan kembar
Ibu mengatakan bahwa tidak ada keluarganya yang memiliki keturunan kembar.

e. Riwayat menstruasi
Menarche : 12 tahun
Lama : 6-7 hari
Banyak : 2-3x ganti pembalut / hari
Siklus : 28 hari
Teratur/tidak : teratur
Disminore : tidak ada
Flour albus : tidak ada
HPHT : 04 Januari 2013
TP : 11 Oktober 2013

f. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu


NO Tahun UK Tempat Penolong Penyulit Anak Nifas Usia
Persalinan Persalinan Persalinan anak
JK BB PB
1 Hamil ini

g. Riwayat kehamilan sekarang


- Ibu mengatakan ini kehamilan yang pertama dengan usia kehamilan 9 bulan lebih
- Ibu merasakan gerakan bayi sejak 4 bulan, gerakan 24 jam terakhir 12kali.
- Pemeriksaan kehamilan di Puskesmas Berbas sebanyak 8 kali ( data dari buku ANC)
- Keluhan selama hamil: mual, muntah, dan sakit kepala.
a. Riwayat ANC
Frekuensi Trimester I : berapa kali : 3 kali
Keluhan : mual,muntah
Terapi : kalk, B6
Trimester II : berapa kali : 2 kali
Keluhan : sakit kepala
Terapi : fe, kalk
Trimester III : berapa kali : 3 kali
Keluhan :-
Terapi : kalk

h. Perilaku Kesehatan
Merokok : tidak
Minum-minuman alcohol : tidak
Minum jamu : tidak

i. Pola nutrisi
- Sebelum hamil:
Makan : 3x/hari (2 sendok nasi, 1 potong ikan, sayur, 1 potong
tempe,1 potong tahu).
Minum : 6-7 gelas/hari (air putih, teh, susu).
- Selama hamil :
Makan : 4-5x/hari ( sendok nasi, potong ikan, sayur,
potong tempe, tahu, biscuit, dan buah).
Minum: 8-9 gelas/hari(air putih, teh, susu).
j. Pola eliminasi :
-Sebelum hamil :
BAB : 1x/hari (konsistensi lembek, kekuning-kuningan,
bau khas).
BAK : 4-5x/ hari (kuning jernih,bau khas).
-Selama hamil :
BAB : 2 hari sekali (konsistensis padat, kuning kecoklatan,
bau khas).
BAK : 8-9x/hari (kuning jernih, bau khas).
k. Pola aktifitas
Sebelum hamil : masak, bersih-bersih, mencuci, mengurus anak
Selama hamil : masak, bersih-bersih, mencuci, mengurus anak

l. Pola istirahat
-Sebelum hamil :
Tidur malam : 7 jam (22.00-05.00)
Tidur siang : 1 jam (13.00-14.00)
- Selama hamil :
Tidur malam : 7-8 jam (21.00-05.00)
Tidur siang : 2 jam (13.00-15.00)

m. Pola personal hygiene:


-Sebelum hamil :
Mandi : 2x/hari
Keramas : 1x/hari
Sikat gigi : 2x/hari
Ganti pakaian : 2x/hari
Ganti celana dalam : 2x/hari
-Selama hamil :
Mandi : 2x/hari
Keramas : 1x/hari
Sikat gigi : 2x/hari
Ganti pakaian : 2x/hari
Ganti celana dalam : 3x/hari

n. Keadaan psikososial spiritual


a. Apakah kehamilan ini diinginkan ?
Ibu mengatakan bahwa kehamilan ini di inginkan.
b. Jenis kelamin apa yang diinginkan ?
Ibu mengatakan bahwa pada kehamilan ini menginginkan jenis kelamin perempuan, tetapi
ibu dan keluarga menerima dengan iklas jika anak yang lahir berjenis kelamin laki-laki.
c. Pengantar klien :
Ibu mengatakan bahwa pengantar ibu ke RSUD yaitu suami dan keluarga.

o. Latar belakang sosial budaya dan dukungan keluarga


Keluarga sangat mendukung kehamilan ini, tidak ada pantangan makanan selama
kehamilannya dan pada adat jawa ada mandi-mandi 7 bulanan.

B. Data objektif
Tanggal : 13/10/2013
Jam : 08.15 Wita

1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 80x/i
Suhu : 36oC
RR : 20x/i
Tinggi badan : 143 cm
BB sebelum hamil : 53 kg
BB saat hamil : 57 kg
LILA : 24 cm
TP : 11/10/2013
2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Kepala: Terlihat bersih, tidak terlihat ada ketombe,
rambut terlihat lebat, hitam, dan ikal.
Wajah : Tidak terlihat oedem
Mata : Terlihat simetris, konjungtiva tidak anemis,
sclera terlihat putih.
Hidung : Terlihat simetris, terlihat ada secret.
Mulut : Terlihat bersih, tidak terlihat stomatitis, tidak
terlihat adanya caries.
Telinga : Terlihat bersih dan simetris
Leher : Tidak terlihat ada pembesaran vena jugularis, dan tidak terlihat ada
pembesaran kelenjar
tyroid.
Dada : Terlihat simetris
Payudara : Tampak terlihat hiperpigmentasi areola, puting
terlihat menonjol, pengeluaran ASI +.
Abdomen : Terlihat membesar sesuai usia kehamilan,
bentuk memanjang, tidak terlihat ada bekas
section Caesar.
Genetalia : Terlihat ada pengeluaran lendir dari vagina,
,tidak terlihat varises, tidak terlihat odema, tidak ada pembesaran kelenjar bartolini
Ekstremitas :
Atas : Tidak terlihat odema baik kanan dan kiri.
Terpasang infuse RL + oxy 2 ampul
Bawah : Tidak terlihat odema di kedua kaki
Anus : Terlihat normal
b. Palpasi
- Abdomen
Leopold I : TFU 3 jari dibawah px, teraba bokong
Leopold II : Teraba punggung disebelah kanan
Leopold III : Presentasi kepala
Leopold IV : Kepala sudah masuk PAP (divergen)
Mc.donald : 31 cm
TBJ : (31-11) = 20x155 =3100 gram
His : 3x10 menit, durasi 20 detik.

c. Auskultasi
- DJJ : 150x/menit regular
Punctum maximum : samping bawah pusat bagian kanan.
d. Perkusi
- Reflek patella : +/+

e. Pemeriksaan dalam
Tanggal : 13/10/2013
Jam : 08.15 wita
a. Pengeluaran/vagina : Blood (+), slim (+)
b. Portio : tebal kaku
c. VT : 2 cm
d. Ketuban : positif (+)
e. Effacement : 40%
f. Presentasi : kepala, divergen
g. Hodge :I
h. Moulage : tidak ada
i. Kesan panggul : ginekoid

f. Pemeriksaan penunjang
Darah : Golongan Darah :B+
Hb : 10,4 gr%
HBsAg : non reaktif
GDS : 67 mg/dl ( N : 60-115 mg/dl )
WBC : 8,92 10^3/uL
RBC : 3,61 10^6/uL
HCT : 30,2 %
PLT : 262 10^3/uL

II. Interpretasi Data Dasar


Tanggal : 13/10/2013
Jam : 08.20 wita

Dx : Ny. R G1P0A0 usia kehamilan 40-41 minggu janin tunggal hidup


intra uteri inpartu kala 1 fase laten dengan induksi
Ds : - ibu mengatakan haid terakhirnya pada tanggal 04 januari 2013
- ibu mengatakan ada keluar lender darah dari kemaluan
- ibu mengatakan merasa mules-mules di bagian bawah perutnya
Do : (data dari jam 08.15 wita)
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
TTV : TD : 110/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36oC
RR : 20x/i
Tinggi badan : 143 cm
BB sebelum hamil : 53 kg
BB saat hamil : 57 kg
LILA : 24 cm
Leopold I : TFU 3 jari dibawah px, teraba bokong
Leopold II : Teraba punggung disebelah kanan
Leopold III : Presentasi kepala
Leopold IV : Kepala sudah masuk PAP (divergen)
His : 3x10 menit, durasi 20 detik.
DJJ : 150x/menit regular

Pemeriksaan dalam : (dari data jam 08.15 wita)


a. Pengeluaran/vagina : Blood (+), slim (+)
b. Portio : tebal kaku
c. VT : 2 cm
d. Ketuban : positif (+)
e. Effacement : 40%
f. Presentasi : kepala, divergen
g. Hodge :I
h. Moulage : tidak ada
i. Kesan panggul : ginekoid

Pemeriksaan penunjang
Darah : Golongan Darah :B+
Hb : 10,4 gr%
HBsAg : non reaktif
GDS : 67 mg/dl ( N : 60-115 mg/dl )
WBC : 8,92 10^3/uL
RBC : 3,61 10^6/uL
HCT : 30,2 %
PLT : 262 10^3/uL

III. Antisipasi Masalah Potensial


Tanggal : 13/10/2013
Jam : 08.25 wita
Diagnosa potensial:
- Pada Ibu : - potensial terjadinya pendarahan pervaginam dan terjadi syok
- Pada bayi:- potensial terjadi hipotermi dan asfeksia

IV. Evaluasi Kebutuhan Segera


Tanggal : 13/10/2013
Jam : 08.25 wita
1. Observasi kemajuan persalinan
2. Persiapan persalinan yang aman dan bersih
3. Motivasi ibu dalam menghadapi proses persalinan
V. Intervensi
Tanggal : 13/10/2013
Jam : 12.00 Wita
1. Lakukan salam terapeutik pada klien
R/ dengan melakukan pendekatan terapeutik akan lebih memberikan rasa saling percaya
antara bidan dan klien.
2. Jelaskan pada ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan
R/ dengan menjelaskan hasil pemeriksaan agar ibu dan keluarga tahu tentang kondisinya saat
ini.
3. Jelaskan kepada ibu dan keluarga untuk meminta persetujuan (SIO) tindakan medik
R/ Agar ibu dan keluarga mengerti dan setuju atas rencana pelaksanaan induksi
4. Persiapan perlengkapan alat dan obat-obatan yang dibutuhkan
R/ dengan melakukan persiapan terlebih dahulu akan mempermudah apabila terjadi masalah
saat persalinan.
5. Lakukan pemantuan kemajuan persalinan, keadaan ibu dan janin pada lembar partograf
R/ Agar mengetahui kondisi pasien dan mendeteksi kemungkinan terjadinya komplikasi
6. Dukung dan anjurkan suami serta keluarga untuk mendampingi ibu
R/ dengan adanya suami dan keluarga untuk memotivasi ibu agar kuat dan mampu
dalam persalinan.
7. Anjurkan ibu untuk melakukan posisi miring kiri
R/ agar suplai oksigen lebih mudah dan mempercepat proses penurunan kepala.
8. Menganjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemih
R/ dengan mengosongkan kandung kemih, tidak akan menggangu penurunan kepala janin.
9. Ajarkan ibu cara mengejan yang benar
R/ Agar tidak terjadi rupture pada perenium, mengurangi terjadinya caput pada kepala bayi
dan asfiksia
10. Motivasi ibu untuk melakukan inisiasi menyusui dini
R/ dengan melakukan IMD, ibu dapat segera memberikan ASInya, merangsang uterus untuk
berkontraksi dengan baik dan melakukan Bounding Attachment.
11. Pastikan ibu mendapatkan minum dan asupan nutrisi selama proses persalinan
R/ agar mencegah dehidrasi dan memenuhi kebutuhan energy ibu

VI. Implementasi
Tanggal : 13/10/3013
Jam : 12.00 WITA

1. Melakukan salam terapeutik kepada pasien serta membina hubungan baik dengan pasien agar
merasa nyaman dan timbul rasa percaya antara bidan dengan pasien.
2. Menjelaskan hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu dan janin baik.
3. Menjelaskan kepada ibu dan keluarga dan meminta persetujuan (SIO) untuk dilakukan
induksi
4. Mempersiapkan alat-alat partus seperti partus set dan menyiapkan obat obatan seperti
oksitosin dan lidokain.
5. Melakukan pemantuan kemajuan persalinan, keadaan ibu dan janin pada lembar partograf
untuk mengetahui kondisi pasien dan mendeteksi kemungkinan terjadinya komplikasi
6. Memberikan dukungan dan menganjurkan suami untuk mendampingi ibu agar lebih
termotivasi.
7. Menganjurkan ibu untuk melakukan posisi miring kiri agar mempercepat proses penurunan
kepala dan mempermudah asupan oksigen ke bayi.
8. Menganjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemih agar mempercepat proses persalinan
atau penurunan kepala.
9. Mengajarkan ibu cara mengejan yang benar agar tidak terjadi rupture perenium, caput pada
kepala bayi dan asfiksia.
10. Memotivasi ibu untuk melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
11. Memberikan dukungan dan anjurkan suami atau keluarga untukmendampingi ibu supaya ibu
merasa nyaman dengan kehadiran orang-orang terdekat dan merasa tidak sendiri.

VII.Evaluasi
Tanggal : 13/10/2013
Jam : 12.05 WITA

S : Ibu mengatakan perutnya terasa mules dan sakit


O : Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
TTV : TD : 120/70 mmHg
Nadi : 80x/i
Suhu : 36,4o C
RR : 20x/i
DJJ : 152x/menit regular
His : 3X10 menit durasi 20 detik
Pemeriksaan dalam:
a. Pengeluaran/vagina : Blood +/ Slym+
b. Portio : tebal kaku
c. VT : 2-3 cm
d. Ketuban : (+) positif
e. Effacement : 40%
f. Presentasi : kepala,divergen
g. Hodge :I
h. Moulage : tidak ada
i. Kesan panggul : ginekoid
A : Ny R G1 P0 A0 usia kehamilan 40-41 minggu kala I fase laten dengan kala 1 memanjang
P : Observasi kemajuan persalinan

KALA I
Pengawasan kala I
Tanggal Waktu Kondisi Ibu Kondisi janin

(WITA) Pembukaan TD N R S Kontraksi DJJ Hodge Ketuban

13 oktober 2013 08.15 wits 2 cm portio 110/70 80 20 36 3x10 durasi 20 150 I Utuh

tebal kaku detik

12.00 wita 2-3 cm porsio 120/70 80 20 36,4 3x10 durasi 20 152 I Utuh

tebal kaku detik

21.30 wita 2-3 cm porsio 110/70 80 22 36 3x10 durasi 20 146 I Utuh

tebal kaku detik

14 Oktober 2013 04.00 wita 6 cm portio 120/80 82 20 36 3x10 durasi 35 145 II merembes

tebal lembut detik warna

hijau

05.30 wita 10 cm portio 130/80 80 20 36 5x 10 durasi 131 III merembes

tidak teraba 45 detik warna

hijau

KALA II
Tanggal : 14/10/2013
Jam : 05.35 WITA
S : - Ibu mengatakan rasa ingin BAB dan ingin mengejan
- Ibu mengatakan nyeri daerah perut dan semakin lama menjalar ke pinggang
O : (data dari jam 05.30 wita )
KU : Baik
Kesadaran : Composmentis
DJJ : 131x/menit
His : 5 X dalam 10 menit dengan durasi 45 detik
Inspeksi : terlihat ada dorongan untuk meneran, tekanan pada anus, dan
perineum menonjol
VT : Portio tidak teraba, pembukaan 10 cm, ketuban (-) warna hijau, Effacement 100% Presentasi
kepala, hodge III, blood slim (+)
A : Ny.R G1P0A0 usia kehamilan 40-41 minggu janin tunggal hidup inpartu kala
II dengan induksi
P:
1. Jelaskan pada ibu kondisinya saat ini.
2. Anjurkan suami untuk mendampingi ibu
3. Ajarkan ibu cara meneran yang baik
4. Lakukan persalinan fisiologi yang aman dan bersih serta lakukan Inisiasi Menyusui Dini.
5. Lakukan penyuntikan oksitosin 10 unit setelah bayi lahir
I:
1. Menjelaskan pada ibu tentang kondisinya saat ini bahwa pembukaan serviks sudah lengkap
(10 cm) dan ibu sedang dalam proses persalinan untuk melahirkan bayinya.
2. Menganjurkan suami untuk memberikan dukungan atau support pada ibu harus semangat
dalam menjalani proses persalinan ini.
3. Mengajarkan ibu cara meneran yang baik yakni ibu boleh meneran pada waktunya (saat his)
seperti orang BAB keras, meneran di bawah, kepala melihat ke fundus, tangan merangkul
kedua pahanya serta mengajarkan ibu untuk menarik nafas dari hidung dan keluarkan melalui
mulut.
4. Melakukan persalinan yang aman dan bersih.
a. Melakukan episiotomi pada saat kepala bayi membuka vulva pada diameter 5-6 cm
b. Menahan belakang kepala bayi dengan memberi tekanan terukur pada belakang kepala
dengan cara 3 jari tangan kiri diletakkan pada belakang kepala untuk menahan posisi defleksi
dan membantu lahirnya kepala. Tangan kanan menahan perineum. Anjurkan ibu meneran
perlahan atau bernafas cepat dan dangkal.
c. Setelah kepala bayi lahir menunggu beberapa saat untuk memberi kesempatan janin agar
dapat terjadi putaran paksi luar (eksternal rotution).
d. Mengkaji ada tidaknya lilitan tali pusat.
e. Setelah kepala bayi mengadakan putaran paksi luar, kedua tangan penolong diletakkan
biparietal pada kepala bayi
f. Lakukan gerakan tekanan kearah bawah/ tarikan kebawah untuk melahirkan bahu depan dan
gerakan keatas/tarikan untuk melahirkan bahu belakang
g. Saat bahu posterior lahir, geser tangan bawah kearah perenium, sanggah kepala janin dengan
meletakkan tangan penolong pada bahu. Bila janin punggung kiri, maka ibu jari penolong
didada janin dan keempat jari lainnya di punggung janin. Bila janin punggung kanan maka
ibu jari penolong pada punggung janin, Sedangkan keempat jari yang lain pada dada janin.
h. Tangan dibawah menopang samping lateral janin, di dekat simpisis pubis
i. Secara stimulasi tangan atas menelusuri dan memegang bahu, siku dan tangan.
j. Telusuri sampai kaki, selipkan jari telunjuk tangan atas di kedua kaki.
k. Pegang janin dengan kedua tangan penolong menghadap ke penolong
l. Keringkan bayi, klem tali pusat dan potong tali pusat kemudian , ikat tali pusat serta angkat
bayi ke dada ibu untuk melakukan Inisiasi Menyusui Dini
m. Memeriksa apakah ada janin yang kedua
n. Melakukan penyuntikan oksitosin 10 unit IM di 1/3 distal
E:
S: Ibu mengatakan perutnya masih mules
Ibu mengatakan nyeri pada daerah kemaluan
O: Bayi lahir jam 05.25 wita spontan langsung menangis
JK : Perempuan
BB : 3200 gr
PB : 50 cm
A/S : 7/9
Anus : (+)
Cacat : (-)
PPV : 50 cc
Inspeksi pada ibu :
Genetalia : Terdapat luka eisiotomi drajat II
A: Ny R P1A0 post partum aterm fisiologis + induksi dengan kala III
P: Manajemen aktif kala III
Heating luka episiotomi
KALA III
Tanggal : 14/10/2013
Jam : 05.45 Wita
S : - Ibu mengatakan masih merasa mules pada perutnya
- Ibu mengatakan merasa nyeri pada daerah kemaluan.
O :
KU : baik
Kesadaran : composmentis
TTV TD : 110/70 mmHg
Nadi : 82 x / menit
Suhu : 36,5c
RR : 21x / menit
TFU setinggi pusat
Kontraksi uterus baik, uterus teraba keras dan bundar
Tali pusat bertambah panjang
A : Ny.R PP P1A0 partus aterm fisiologis + induksi dengan kala III luka episiotomy
P :
a. Observasi tanda pelepasan plasenta
b. Manajemen aktif kala III
c. Lakukan heating luka episiotomi
I :
a. Mengobservasi tanda-tanda pelepasan plasenta dengan :
Perubahan bentuk uterus.
Tali pusat memanjang
Semburan darah mendadak dan singkat.

b. Manajemen aktif kala III


Klem di pindahkan 5-10 cm dari vulva
Tangan kiri di letakan di atas perut memeriksa kontraksi uterus ketika menegangkan tali
pusat, tahan uterus.
Saat ada kontraksi uterus, tangan di atas perut melakukan gerakan dorso cranial dengan
sedikit tekanan, cegah agar tidak terjadi inversion uteri.
Ulangi lagi bila plasenta belum lepas.
Pada saat plasenta sudah lepas, ibu dianjurkan sedikit meneran dan penolong sambil terus
memegang tali pusat.
Bila plasenta sudah tampak lahir divulva,lahirkan dengan ke-2 tangan perlu di perhatikan
bahwa selaput plasenta mudah tertinggal untuk mencegah hal itu maka plasenta di
telungkupkan dan diputar dengan hati-hati searah dengan jarum jam.
Lakukan masase pada uterus
Periksa kelengkapan plasenta
1. Periksa sisi maternal (yang menempel pada dinding uterus) untuk memastikan bahwa
semuanya lengkap dan utuh tidak ada yang bagian yang hilang.
2. Pasangkan bagian-bagian placenta yang robek atau terpisah untuk memastikan tidak ada
bagian yang hilang.
3. Periksa placenta bagian fetal (yang menghadap kejanin) untuk memastikan tidak ada
kemungkinan loba ekstra (suksenturiata).
4. Evaluasi selaput untuk memastikan kelengkapannya
c. Melakukan penjahitan luka episiotomi drajat II
Catgut 4 jelujur
Seide 3 simpul

E :
Tanggal : 14/10/2013
Jam : 05.50 Wita
S : -Ibu mengatakan mules pada perutnya agak berkurang
- Ibu mengatakan nyeri pada kemaluan.
O: (data dari jam 05.45 wita)
KU : baik
Kesadaran : Composmentis
TTV : TD : 110/70 mmHg
Nadi : 82x/i
RR : 21x/i
Suhu : 36,0C
TFU : Setinggi pusat
Jam 05.50 Wita : plasenta lahir lengkap
Berat : 500 gr
panjang tali pusat : 47 cm
kotiledon : lengkap
perdarahan : 150 cc
heating luka episiotomi pada derajat II
A : Ny. R PP P1A0 partus aterm fisiologis + induksi dengan kala IV
P : - Pemantauan kala IV (Observasi TTV, perdarahan, TFU)
Kala IV
Tanggal : 13/10/2013
Jam : 05.40 Wita
S : - Ibu mengatakan sudah lega telah melahirkan dengan selamat
- Ibu merasa bahagia dengan kelahiran bayinya
O : KU : baik
Kesadaran : Compos mentis
TTV : TD :120/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
Suhu : 36,2 0C
RR : 22x/menit
TFU : 2 jari di bawah pusat dan kontraksi uterus baik
PPV : 50 cc
A : Ny.R PP P1A0 partus aterm fisiologis + induksi dengan kala IV
P :
1. Ajarkan suami atau keluarga masase fundus
2. Observasi TTV, TFU, kontraksi, volume urine dan perdarahan dalam 2 jam pertama post
partum
3. Motivasi untuk segera menyusui bayinya dan melakukan ASI ekslusif
4. Mengajarkan ibu cara perawatan luka jahitan
5. Mengajarkan ibu cara perawatan tali pusat bayi
I :
1. Mengajarkan suami atau keluarga untuk masase fundus
2. Mengobservasi TTV, TFU, kontraksi, dan perdarahan dalam 2 jam pertama post partum
3. Menganjurkan ibu untuk segera menyusui bayinya, untuk mempercepat kontraksi uterus
yang baik, sehingga mengurangi resiko terjadinya perdarahan
4. Mengajarkan ibu cara perawatan luka jahitan dengan menggunakan kasa steril dan betadine
setiap BAB, BAK, dan setiap ke kamar mandi, sehingga mencegah terjadinya infeksi
5. Mengajarkan ibu cara perawatan tali pusat bayi dengan kasa sterill dan mengganti setiap kali
basah, sehingga tali pusat cepat kering dan mengurangi resiko terjadinya infeksi atau tetanus
neonaturum.

E : Tanggal : 13/10/2013
Jam : 07.30 Wita
S:
Ibu mengatakan sudah meneteki bayinya
O:
KU : baik
kesadaran : composmentis
TTV : TD : 120/70 mmHg
N : 80x/menit

S : 36C

RR : 20x/menit
TFU : 2 jari di bawah pusat
Total perdarahan kala IV : 100 cc
Kontraksi uterus : baik
Kandung kemih : kosong
A: Ny R PP P1A0 partus aterm fisiologis + induksi dengan 2 jam post partum
P:
Rencana rawat gabung
Anjurkan ibu untuk memberikan ASI esklusif dari usia 0 -6 bulan
Ajari ibu perawatan tali pusat
Ajari ibu perawatan luka perineum
Anjurkan ibu untuk memilih metode KB yang sesuai untuk ibu menyusui

Tanggal : 15 Oktober 2013


S: Ibu mengatakan telah senang dengan kelahiran bayinya
Ibu mengatakan perutnya masih mules
Ibu mengatakan nyeri di daerah kemaluan
O: KU : baik
kesadaran : composmentis
TTV : TD : 120/70 mmHg
N : 80x/menit

S : 36C

RR : 20x/menit
TFU : 2 jari di bawah pusat
A: Ny R P1A0 PP aterm fisiologis + induksi hari ke 1
P: - lanjutkan terapi dokter : dan mengganti dengan obat per oral
Amoxcilin tab 3x1
Asam Mefenamat tab 3x1
Metergin tab 3x1
- advis dokter obgyn : boleh pulang
- Berikan KIE KB pada ibu
- Berikan surat control

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pasien Ny. I G2P1A0 datang tanggal 13 Oktober 2013 jam 08.10 WITA dengan
keluhan perut terasa mules disertai nyeri perut bagian bawah dan tembus ke bagian belakang
mulai tanggal 11 Oktober 2013 jam 16.00 Wita dan keluar lendir dan darah dari kemaluan
pada tanggal 13 Oktober jam 05.00 Wita.
Hasil pemeriksaan : KU :baik
kesadaran :composmentis
TFU :31 cm
Dx : Ny R G1P0A0 UK 40-41 minggu janin tunggal hidup intra uteri inpartu kala I fase
leten dengan kala 1 memanjang

Tanggal Waktu Kondisi Ibu Kondisi janin

(WITA) Pembukaan TD N R S Kontraksi DJJ Hodge Ketuban

13 oktober 2013 08.15 wits 2 cm portio 110/70 80 20 36 3x10 durasi 20 150 I Utuh

tebal kaku detik


12.00 wita 2-3 cm porsio 120/70 80 20 36,4 3x10 durasi 20 152 I Utuh

tebal kaku detik

21.30 wita 2-3 cm porsio 110/70 80 22 36 3x10 durasi 20 146 I Utuh

tebal kaku detik

14 Oktober 2013 04.00 wita 6 cm portio 120/80 82 20 36 3x10 durasi 35 145 II merembes

tebal lembut detik warna

hijau

05.30 wita 10 cm portio 130/80 80 20 36 5x 10 durasi 131 III merembes

tidak teraba 45 detik warna

hijau

Bayi lahir jam 05.25 wita spontan langsung menangis


JK : Perempuan
BB : 3200 gr
PB : 50 cm
A/S : 7/9
Anus : (+)
Cacat : (-)
PPV : 50 cc

Jam 05.50 Wita : plasenta lahir lengkap


Berat : 500 gr
panjang tali pusat : 47 cm
kotiledon : lengkap
perdarahan : 150 cc
TFU : sepusat dan kontraksi uterus baik
Luka Episiotomi derajat II

Jam 07.30 wita


TFU 2 jari di bawah pusat
Total perdarahan kala IV 100 cc
TD : 120/70 mmHg
N : 80x/menit
S : 36C

RR : 20x/menit

Masalah yang mungkin timbul pada pasien yang mengalami Kala I memanjang adalah
pada ibu akan dapat terjadi perdarahan pervaginam dan terjadi syok dan pada bayi akan dapat
terjadi hipotermi dan asfeksia. Sehinggan dibutuhkan mengobservasi kemajuan persalinan
dan memotivasi ibu dalam menghadapi proses persalinan. Bayi lahir sehat tanpa ada
komplikasi karena ketuban sudah pecah sebelum pembukaan lengkap dan kemudian
dilakukan rawat gabung antara ibu dan bayinya.
Ibu berhasil melakukan Inisiasi Menyusui Dini dan akan memberikan ASI eksklusif
dan mobilisasi dini, ibu akan menjadi aseptor KB suntik yang 3 bulan. Setelah 2 jam post
partum ibu di pindahkan ke ruang flamboyan.
Total perdarahan selama persalinan dan 2 jam post partum adalah 200cc.

B. Saran
Bagi ibu bersalin dan keluarga agar lebih kooperatif sehingga proses persalinan dapat berjalan
dengan lancar dan normal.
Bagi petugas kesehatan di harapkan dapat lebih meningkatakan asuhan sayang ibu dan bayi,
dengan menerapkan prinsip tindakan aseptic dan pencegahan infeksi serta dapat memberikan
asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan kala 1 memanjang
Bagi mahasiswa untuk selalu belajar dalam hal mendeteksi kemungkinan kelainan yang akan
timbul selama persalinan khususnya pertolongan persalinan dengan kala 1 memanjang.

Anda mungkin juga menyukai