Anda di halaman 1dari 10

“TUGAS INDIVIDU PENDIDIKAN

DAN PROMOSI KESEHATAN”

DI SUSUN

ANISA AMALIA

202114201008A

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PRODI KEPERWATAN

TAHUN AJARAN 2021/2022


1. MEMAHAMI UNDANG – UNDANG KEPERAWATAN

Menurut UU 38 tahun 2014 tentang Keperawatan adalah seseorang yang telah lulus
pendidikan tinggi Keperawatan, baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh
Pemerintah sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan. Keperawatan adalah
kegiatan pemberian asuhan kepada individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat, baik
dalam keadaan sakit maupun sehat.
Pelayanan Keperawatan dalam UU 38 tahun 2014 tentang Keperawatan adalah suatu
bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang
didasarkan pada ilmu dan kiat Keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok,
atau masyarakat, baik sehat maupun sakit. Kesehatan sebagai hak asasi manusia yang diakui
secara konstitusional dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
sebagai hak warga negara dan tanggung jawab negara. Hak asasi bidang kesehatan ini harus
diwujudkan melalui pembangunan kesehatan yang diarahkan untuk meningkatkan
kesejahteraan individu, keluarga, dan masyarakat dengan menanamkan kebiasaan hidup
sehat.
Atas dasar itu, maka dibentuk Undang-Undang tentang Keperawatan untuk
memberikan kepastian hukum dan pelindungan hukum serta untuk meningkatkan,
mengarahkan, dan menata berbagai perangkat hukum yang mengatur penyelenggaraan
Keperawatan dan Praktik Keperawatan yang bertanggung jawab, akuntabel, bermutu, dan
aman sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Undang-Undang ini
memuat pengaturan mengenai jenis perawat, pendidikan tinggi keperawatan, registrasi, izin
praktik, dan registrasi ulang, praktik keperawatan, hak dan kewajiban bagi perawat dan klien,
kelembagaan yang terkait dengan perawat (seperti organisasi profesi, kolegium, dan konsil),
pengembangan, pembinaan, dan pengawasan bagi perawat, serta sanksi administratif.

UNDANG-UNDANG TENTANG KEPERAWATAN

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:

Keperawatan adalah kegiatan pemberian asuhan kepada individu, keluarga,


kelompok, atau masyarakat, baik dalam keadaan sakit maupun sehat.

Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi Keperawatan, baik di
dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah sesuai dengan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan.
Pelayanan Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat Keperawatan
ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat, baik sehat maupun sakit.

Praktik Keperawatan adalah pelayanan yang diselenggarakan oleh Perawat dalam


bentuk Asuhan Keperawatan.

Asuhan Keperawatan adalah rangkaian interaksi Perawat dengan Klien dan


lingkungannya untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan dan kemandirian Klien dalam
merawat dirinya.

2. KONSEP SENTRAL KEPERAWATAN

a. Manusia
Keperawatan meyakini dan menekankan dalam setiap kegiatan pelayanan
keperawatannya bahwa manusia merupakan individu yang layak diperlakukan secara
terhormat, dihargai keunikannya berdasarkan individualitas, dalam berbagai situasi,
kondisi, dan sistem yang dapat mengancam kehormatan dan sifat kemanusiaannya.
Perspektif keperawatan menjelaskan bahwa manusia merupakan pribadi-pribadi dan
bukan obyek. Konseptualitas keperawatan tentang manusia dapat dibuktikan melalui
model-model keperawatan tentang kemanusiaan, penghargaan terhadap manusia, dan
perasaan sebagai manusia, yang telah berlaku sejak lama. Meskipun  demikian,
mengkonseptualisasikan manusia sebagai suatu sumber energi atau beberapa set 
sistem perilaku, atau memperlakukan pikiran dan perasaan manusia sebagai
lingkungan internal dapat menimbulkan keraguan keperawatan untuk menerangkan
tentang manusia secara jelas.

b. Sehat dan Kesehatan


Definisi  sehat & kesehatan telah berubah dari kondisi seseorang yang bebas
penyakit menjadi kondisi yang mampu mempertahankan individu untuk berfungsi
secara konsisten, stabil dan seimbang dalam menjalani kehidupan sehari-hari melalui
interaksi positif dengan lingkungan. Kesehatan dipandang juga sebagai sebuah kisaran
antara sehat dan sakit dimana individu memiliki suatu nilai yang berharga tentang
kesehatan dan bukan semata-mata suatu fenomena empiris tentang kondisi seseorang.
Para teologis berpendapat bahwa kesehatan bukan suatu elemen utama yang
menjadi gambaran alami seorang individu, tetapi merupakan elemen tambahan bagi
gambaran alami individu. Mereka menyatakan bahwa tingkat kesehatan individu
dapat berbeda dan dapat dipersepsikan sebagai pelengkap yang bervariasi. Selain itu,
makna kesehatan dikaitkan dengan dua elemen dasar proses kehidupan yaitu identitas
diri dan perubahan diri. Sebaliknya, keperawatan menolak bahwa kesehatan hanya
merupakan kondisi bebas dari penyakit. Hal ini didukung oleh Smith yang
mencarikan jalan keluar terhadap keragu-raguan keperawatan  tentang kesehatan, dan
memperkenalkan empat model yaitu (a) model klinik berdasarkan tidak terdapatnya
tanda dan gejala penyakit, (b) model kinerja peran dimana kinerja peran yang adekuat
mencerminkan kriteria sehat, (c) model adaptif dimana kesehatan merupakan kondisi
interaktif yang efektif antara fisik seseorang dan lingkungannya, dan  (d) model
"eudaemonistik" yang memperluas makna kesehatan menjadi kesejahteraan umum
dan realisasi diri  (Nicoll, 1993).
Berdasarkan model yang dikemukakan diatas serta keyakinan keperawatan
akan definisi sehat dan kesehatan yang tidak terbatas pada kondisi bebas dan
penyakit, maka komponen paradigma tentang sehat & kesehatan dapat berkembang
menjadi suatu pemahaman tentang “terciptanya suatu kondisi fisik dan psikologis
seseorang yang bebas dari tanda dan keluhan akibat terjadinya masalah kesehatan,
dimana orang tersebut dapat tetap memperlihatkan kinerja aktif, dinamis, dan efektif
serta kemampuan untuk menyesuaikan diri. terhadap setiap tantangan dan ancaman
yang datang baik dari dalam dirinya sendiri maupun lingkungannya, dan
berkemampuan untuk mempertahankan tingkat kesejahteraan fisik, psikologis, sosial
dan spritualnya secara seimbang melalui upaya aktualisasi diri yang positif”

c. Masyarakat dan Lingkungan


Masyarakat dan lingkungan merupakan komponen dalam paradigma
keperawatan dimana setiap individu berinteraksi. Masyarakat dan lingkungan juga
dianggap sebagai sumber terjadinya keadaan sakit (tidak sehat) dan merupakan faktor
yang berpengaruh terhadap kesehatan atau kondisi sakit seseorang. Orem (Marriner-
Tomey, 1994) mengidentifikasi bahwa hubungan antara individu dan Iingkungannya
serta kemampuan individu untuk mempertahankan kesehatan dirinya dapat
dipenagruhi oleh lingkungan dimana individu itu berada. Individu selalu berada pada
lingkungan fisik,  psikologis, dan sosial.
Teori yang berfokus total dikemukakan melalui dukungan beberapa ahli teori
keperawatan yaitu Nightingale, Levine, Rogers, Roy, Neuman, dan Johnson
(Marriner-Tomey, 1994) yang memandang bahwa lingkungan merupakan kondisi
eksternal sebagai sumber  ventilasi, kehangatan, kebisingan, dan pencahayaan dimana
perawat dapat mengatur dan memanipulasinya dalam rangka membantu klien
memulihkan diri. Dengan demikian, kegiatan keperawatan meliputi antara lain
menciptakan lingkungan yang memungkinkan terjadinya penyembuhan dan
pemulihan kesehatan seorang klien.
Teori ini juga menekankan bahwa keperawatan seyogyanya berperan aktif
dalam memfasilitasi interaksi antara individu dan lingkungannya melalui upaya
menciptakan lingkungan fisik yang kondusif agar kondisi kesehatan dapat tercapai.
Selain itu, berperan aktif melalui hubungan interaksi klien dan lingkungan yang tidak
terpisahkan dan amat ekstensif (komplementer, helisi, dan resonansi). Juga, melalui
upaya mempertahankan dan meningkatkan kemampuan proses adaptasi klien terhadap
berbagai stimulus. Disamping itu, melalui kemampuan meningkatkan sistem terbuka
klien secara intrapersonal, interpersonal, dan ekstrapersonal, dan memfasilitasi sistem
perilaku yang positif rnelalui peningkatan fungsi - fungsi interrelasi dan
interdependensi subsistem yang terdapat dalam setiap individu.

d. Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah pelayanan yang diberikan kepada klien (individu
atau kelompok) yang sedang mengalami stress kesehatan - stress penyakit dimana
situasi kehidupan yang seimbang menjadi terganggu dan menghasilkan tekanan
(biologis, psikologis, dan sosial) serta ketidak-nyamanan. Berbeda dengan profesi
kedokteran yang memfokuskan kepada diagnosis medis dan pengobatan penyakit,
serta masalah-masalah kesehatan yang terkait dengan penyakit, maka penekanan
dalam keperawatan lebih kepada kehidupan manusia dan pola hidupnya serta
respon terhadap penyakit. Penyakit dan masalah kesehatan bagi keperawatan bukan
merupakan fokus yang dominan, tetapi faktor-faktor tersebut perlu untuk difahami
karena efek dan konsekuensi  faktor-faktor tersebut terhadap kehidupan manusia dan
pola hidupnya (Nicoll, 1993). Oleh karena itu fokus, penekanan, tujuan, pohon
keilmuan, model, teori, dan riset amat berbeda antara profesi medik dan keperawatan.
Demikian pula aktivitas dari para praktisi dalam keperawatan akan berbeda dengan
praktisi medik .
Keperawatan dapat dipandang sebagi suatu proses kegiatan dan juga sebagai
suatu keluaran kegiatan, tergantung dari cara memandang dan perspektif pandangan.
Sebagai proses serangkaian kegiatan, maka keperawatan perlu mengorganisasikan,
mengatur, mengkoordinasikan serta mengarahkan berbagai sumber (termasuk  klien
didalamnya) untuk digunakan seefektif dan efisien mungkin dalam rangka memenuhi
kebutuhan klien. Selain itu, untuk mengatasi masalah-masalah aktual dan potensial
klien melalui suatu bentuk pelayanan keperawatan yang menekankan pada pengadaan
fasilitasi interaksi klien dan lingkungannya.

3. TEORI KEPERAWATAN
NO TEORI MANUSIA LINGKUNGAN KESEHATAN KEPERAWATAN
KEPERAWA
TAN
1 Florence Memiliki kemampuan besar Lingkungan dapat Fokus pada Nightingale percaya
Nightingale untuk perbaikan kondisinya didefinisikan perbaikan untuk keperawatan sebagai
dalam menghadapi sebagai sesuatu sehat. panggilan jiwa.
penyakit. yang dapat Perawat adalah untuk
dimanipulasi untuk membantu
menempatkan alam yang
pasien dalam menyembuhkan pasien
kondisi terbaik bagi
alam untuk
bertindak Teori ini
memiliki
komponen baik
fisikmaupun
psikologis.
2 Myra Estrin Manusia digambarkan Lingkungan adalah Kesehatan secara Keperawatan adalah
Levine sebagai individu yang "di mana kita terus- umum didefinisikan untuk
holistic yang terus-menerus menerus dan secara sebagai kemampuan mempromosikankesehata
berusaha untuk aktifterlibat" dalam untukmelakukan n,
mempertahankan keutuhan menjalani fungsi secara normal menyadari bahwa setiap
dan integritas kehidupan. Levine (Levine, 1969). individu memiliki respon
sebagaimakhluk yang juga memandang Kesehatan bukan yang uniksebagai
berfikir, berorientasi pada bahwasetiap hanyatidak adanya individu dan anggota
masa depan, dan masa lalu. individu memiliki kondisi patologis. kelompok.
lingkungan sendiri, Kesehatan juga
baik secara internal diartikan
maupuneksternal. sebagaiterjaganya
keutuhan tubuh dan
keberhasilan
adaptasi.

3 Elr Manusia merupakan satu Lingkungan Kesehatan dan Keperawatan adalah ilmu
kesatuan yang utuh dan sebagai empat penyakit merupakan pengetahuan humanistik
memiliki sifat dan karakter bangunan energi manifestasi pola dan yang didedikasikan
yang berbeda-beda. Proses yang tidak dapat diangap untuk menghibur agar
kehidupan manusia dinamis direduksi yang menunjukkan pola dapat
selalu berinteraksi dengan diidentifikasi perilaku yang menjaga dan
lingkungan, saling dengan pola dan nilainya tinggi dan memperbaiki
mempengaruhi dan manifestasi rendah. Rogers kesehatan, mencegah
dipengaruhi atau sebagai karakteristik yang memandang konsep penyakit, dan merawat
system terbuka. spesifik. sehat-sakit sebagai serta merehabilitasi
suatu ekspresi dari seseorang yang sakit dan
interaksi manusia cacat.
dengan
lingkungannya dalam
proses yang
mendasar

4. POKOK POKOK KEBUTUHAN DASAR PROMKES


Aktivitas promosi kesehatan merupakan bagian dari program pemerintah yang ada di
bawah koordinasi Kementerian Kesehatan khususnya Direktorat Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat. Terdapat petugas promosi kesehatan yang ditempatkan di setiap
puskesmas sebagai lembaga pelayanan kesehatan yang berinteraksi langsung dengan
tingkatan masyarakat.
Petugas promosi kesehatan dapat menjadi elemen penting dari kampanye gerakan
kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah. Hal ini disebabkan karena petugas promosi
kesehatan merupakan sosok yang berinteraksi langsung di tingkatan masyarakat serta
mengetahui kondisi di lapangan sebagai bagian dari institusi puskesmas.
Program atau gerakan kesehatan yang dicanangkan oleh pemerintah merupakan
sebuah upaya untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat. Beberapa gerakan seperti
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat atau Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dapat menjadi
sebuah sebuah gerakan yang sukses dengan dukungan promosi kesehatan.
Tujuan promosi kesehatan yang utama adalah memberikan informasi yang pada
tingkatan lebih lanjut dapat memicu kesadaran masyarakat mengenai program atau gerakan
yang tengah dicanangkan oleh pemerintah. Direktorat Promosi Kesehatan menjadi bagian
yang secara khusus membawahi segala aktivitas promkes atau promosi kesehatan yang
ditujukan bagi masyarakat luas.
Tujuan Pokok Promosi Kesehatan. Segala aktivitas promosi kesehatan memiliki
tujuan memberikan informasi bagi masyarakat terkait segala hal yang bertujuan pada
peningkatan kualitas kesehatan; baik itu kesehatan individu maupun masyarakat.

5. MEDIA PROMKES

Media promosi kesehatan, yaitu upaya untuk menampilkan pesan atau informasi oleh
komunikator kepada target audiens. Dengan demikian, mereka (target audiens, Red) dapat
meningkatkan pengetahuannya dan terjadi perubahan positif di bidang kesehatan,” terang drh.
Putri. Pada kesempatan webinar yang digelar oleh Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga (FKH UNAIR) tersebut, drh. Putri mengatakan bahwa terdapat empat media yang
dapat digunakan guna mempromosikan kesehatan. Keempatnya yakni media cetak, media
elektronik, media luar ruangan, dan media sosial.
a. Media Cetak
Menurut pemaparan drh. Putri, bahwa seorang dokter hewan dapat
menyampaikan pesan-pesan kesehatannya melalui media cetak. Biasanya, pesan
media cetak disampaikan melalui selembar kertas dan dapat dilihat. Banyak jenis
dari media cetak yang dapat dengan mudah kita gunakan ketika akan menyampaikan
sebuah pesan kesehatan. Hal itu karena jenis media cetak banyak dijumpai di
sekeliling kita. “Contohnya yakni ada booklet (brosur, Red), leaflet (surat edaran,
Red), rubrik, dan poster,” imbuh drh. Putri.

b. Media Elektronik
Media elektronik, bergerak secara dinamis. Para dokter hewan juga dapat
menyampaikan pesan kesehatan mereka melalui media elektronik. Drh. Putri
menambahkan, bahwa audiens dapat mengakses media elektronik melalui indera
penglihatan serta pendengaran. Menurut drh. Putri, pesan yang disampaikan dalam
media elektronik dapat melalui televisi, radio, film, kaset, serta poster.

c. Media Luar Ruangan


Seperti namanya, drh. Putri menyebut bahwa media luar ruangan terintegrasi
dengan media cetak dan elektronika. Namun berbeda dengan media elektronik,
media luar ruangan bergerak secara statis. Jenis dari media luar ruangan akan
banyak kita jumpai di ruang-ruang publik. Contohnya yakni reklame, banner
(spanduk, Red), serta televisi layar lebar.

d. Media Sosial
Jika media-media sebelumnya tidak begitu memerlukan adanya koneksi
internet, lain halnya dengan media sosial. drh. Putri mengatakan bahwa media sosial
digunakan dalam jaringan (jaringan internet, Red), sehingga sangat membutuhkan
koneksi internet. Meskipun memerlukan tambahan perangkat berupa internet, namun
media sosial dapat menjangkau lebih banyak masyarakat. Hal itu dapat terjadi
karena media sosial mampu memenuhi kebutuhan informasi jarak jauh. Pemenuhan
tersebut dilakukan melalui proses interaksi antar user (pengguna, Red).

Media promkes menurut Edgar Dale

A. Pengertian dan Prinsip Advokasi dalam Promosi Kesehatan (Promkes)


Pengertian umum dari kegiatan advokasi adalah, “strategi untuk mempengaruhi para
pengambil keputusan khususnya pada saat mereka menetapkan peraturan, mengatur sumber
daya dan mengambil keputusan-keputusan yang menyangkut khalayak masyarakat”.
Seperti dijabarkan dalam PMK no. 004 tahun 2012, bahwa “Advokasi perlu
dilakukan, bila dalam upaya memberdayakan pasien dan klien, rumah sakit membutuhkan
dukungan dari pihak-pihak lain. Misalnya dalam rangka mengupayakan lingkungan rumah
sakit yang tanpa asap rokok, rumah sakit perlu melakukan advokasi kepada wakil-wakil
rakyat dan pimpinan daerah untuk diterbitkannya peraturan tentang Kawasan Tanpa Rokok
(KTR) yang mencakup di rumah sakit.”

8 Unsur dasar advokasi


1. Penetapan tujuan advokasi
2. Pemanfaatan data dan riset untuk advokasi
3. Identifikasi khalayak sasaran
4. Pengembangan dan penyampaian pesan advokasi
5. Membangun koalisi
6. Membuat presentasi yang persuasif
7. Penggalangan dana untuk advokasi
8. Evaluasi upaya advokasi.

5 Pendekatan utama advokasi


1. Melibatkan para pemimpin
2. Bekerja dengan media massa
3. Membangun kemitraan
4. Memobilisasi massa
5. Membangun kapasitas

B. Tujuan Advokasi dalam Promosi Kesehatan


Advokasi bertujuan untuk mempengaruhi para pengambil keputusan khususnya yang
menyangkut keputusan terhadap masyarakat.
Secara mendetail, tujuan dari Advokasi meliputi hal-hal berikut ini:

a. Komitmen politik (political commitment)


Komitmen para pembuat keputusan atau penentu kebijakan sangat penting
untuk mendukung atau mengeluarkan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan
kesehatan masyarakat, misalnya untuk pembahasan kenaikan anggaran kesehatan,
contoh konkrit pencanangan Indonesia Sehat 2010 oleh presiden. Untuk
meningkatkan komitmen ini sangat dibutuhkan advokasi yang baik.

b. Mendapatkan dukungan kebijakan (policy support)


Adanya komitmen politik dari para eksekutif, maka perlu ditindaklanjuti
dengan advokasi lagi agar dikeluarkan kebijakan untuk mendukung program yang
telah memperoleh komitmen politik tersebut.
c. Mendapatkan penerimaan sosial (social acceptance)
Artinya diterimanya suatu program oleh masyarakat. Suatu program kesehatan
yang telah memperoleh komitmen dan dukungan kebijakan, maka langkah selanjutnya
adalah mensosialisasikan program tersebut untuk memperoleh dukungan masyarakat.

d. Mendapatkan dukungan sistem (system support)


Agar suatu program kesehatan berjalan baik maka perlunya sistem atau
prosedur kerja yang jelas mendukung.

C. Pelaksana Advokasi dalam Promosi Kesehatan


Untuk mencapai tujuan dari penerapan promosi kesehatan, dalam realisasinya
membutuhkan faktor-faktor yang dapat mendukung keberhasilannya. Promosi kesehatan
perlu didukung oleh sumber daya yang memadai dan sesuai dengan kebutuhan, sumber daya
yang dibutuhkan seperti halnya metode dan media yang tepat, serta beberapa
sarana/prasarana yang dipakai dalam kegiatan promosi kesehatan diantaranya peralatan
multimedia, komputer/laptop, dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai