ZAMAN PURBA
Keperawatan sudah ada sejak adanya manusia di muka bumi ini atau sudah ada
sejak zaman purba. Pendapat ini didukung oleh kenyataan bahwa keperawatan awalnya
adalah kegiatan yang dilakukan atas dasar " Mother Instinct"/naluri. Perkembangan
keperawatan pada zaman purba juga dipengaruhi oleh agama/kepercayaan.
ZAMAN PERTENGAHAN
Pada zaman ini mulai terjadi perang besar antar agama yang dikenal dengan perang
salib, maka mulai di dirikan sejumlah rumah sakit untuk memberi pertolongan dan
keperawatan.
ZAMAN BARU
Pada zaman ini muncul seorang tokoh keperawatan bernama Florence Nightingale
: Ia mengembangkan suatu model praktik Askep yang menyatakan bahwa kondisi sakit
seseorang disebabkan oleh faktor lingkungan, karena praktik keperawatan ditekankan
pada perubahan lingkungan yang memberi pengaruh terhadap kesehatan. Pada zaman
ini berdiri Palang Merah Nasional yang di pelopori oleh Hendri Dunad.
ZAMAN MODERN
Kiprah Florence Nighting berpengaruh besar pada perkembangan keperawatan di
zaman selanjutnya. Di Inggris : pembangunan sekolah perawat dan pendirian
perhimpunan perawat nasional Inggris oleh Erenwick tahun 1987.
1
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN DI INDONESIA
ZamamVOC (1602-1799)
Pada tahun 1799 di dirikan binnen hospital di Batavia. Rumah sakit ini
memanfaatkan tenaga perawat yang berasal dari bumi poetra ( kaum terjajah)
2
PARADIGMA KEPERAWATAN
DEFINISI
Paradigma
a) Suatu cara pandang mendasar atau cara kita melihat, memikirkan, memaknai,
menyikapi dan memilih tindakan atas fenomena yang ada.
b) Suatu diagram atau kerangka berfikir yang menjelaskan suatu fenomena
Paradigma keperawatan
Suatu pandangan global yang di anut oleh mayoritas kelompok ilmiah
(Keperawatan) atau hubungan berbagai teori yang membentuk suatu susunan yang
mengatur hubungan di antara teori tersebut guna mengembangkan model konseptual
dan teori-teori keperawatan sebagai kerangka kerja keperawatan.
Paradigma keperawatan : Merupakan suatu pandangan global yang dianut oleh
perawat yang mengatur hubungan di antara teori guna mengembangkan model
konseptual dan teori-teori keperawatan sebagai kerangka kerja keperawatan.
1. UNSUR PARADIGMA KEPERAWATAN
a. Keperawatan : Suatu bentuk layanan kesehatan professional yang
merupakan bagian integral dari layanan kesehatan yang didasarkan pada
ilmu dan kiat keperawatan.
b. Manusia : Makhluk hidup yang lebih sempurna dibandingkan dengan
makhluk yang lain. Konsep manusia : Manusia sebagai makhluk unik,
manusia sebagai system adaptif/ terbuka, manusia sebagai makhluk holistic
c. Sehat-sakit : Konsep yang kompleks dan multiinterpretasi.Sehat menurut
WHO adalah keadaan keseimbangan yang sempurna, baik fisik, mental dan
social, tidak hanya bebas dari penyakit dan kelemahan
● Sehat adalah keadaan keseimbangan yang sempurna baik fisik, mental,
dan sosial, tidak hanya bebas dari penyakit dan kelemahan (WHO)
Sehat adalah kemampuan optimal individu untuk menjalankan peran
dan tugasnya secara efektif (parson)
Sehat adalah keadaan sejahtera tubuh, jiwa, sosial, yang memungkinkan
setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Undang
– Undang Kesehatan RI No.23 Tahun 1992)
3
● Sakit adalah ketidak seimbangan fungsi normal tubuh manusia,
termasuk jumlah sistem biologis dan kondisi kondisi penyesuaian (
parson).
Sakit adalah adanya gejala, persepsi tentang keadan sakit yang
dirasakan, dan kemampuan beraktivitas sehari-hari yang menurun
(Bauman).
Sakit adalah suatu keadaan tidak menyenangkan yang menimpa
seseorang sehingga menimbulkan gangguan pada aktivitas jasmani
maupun sosial (perkins).
kesimpulanya sakit adalah keadaan tidak normal atau sehat.
FALSAFAH KEPERAWATAN
DEFINISI
4
Falsafah: Keyakinan terhadap nilai-nilai yang menjadi pedoman untuk mencapai suatu
tujuan dan dipakai sebagai pandangan hidup.
Falsafah keperawatan: Keyakinan perawat terhadap nilai-nilai keperawatan yang
menjadi pedoman dalam memberikan askep, baik kepada individu, keluarga, maupun,
masyarakat.
Keyakinan terhadap nilai keperawatan harus menjadi pegangnan setiap perawat.
Falsafah keperawatan itu harus sudah tertanam dalam diri setiap perawat dan menjadi
pedoman baginya untuk berprilaku, baik di tempat kerja maupun di lingkungan
pergaulan sosial lainnya.
Beberapa keyakinan yang harus dimiliki perawat dalam melaksanakan askep:
1. Manusia adalah individu yang memiliki kebutuhan bio-psiko-sosio-spritual
yang unik.
Perawat harus memenuhi kebutuhan secara holistik.
2. Keperawatan suatu bentuk layanan kesehatan professional yang merupakan
bagian integral dari layanan kesehatan berbasis ilmu dan kiat keperawatan, yang
berbentuk layananan bio-psiko-sosio-spritual komprehensif.
3. Tujuan askep dapat dicapai melalui usaha bersama dari semua anggota tim
kesehatan dan pasien/keluarga. Askep dilandasi pengetahuan ilmiah dan
memperhatikan aspek manuasaiawi yang dapt dipertanggungjawabkan secara
hukum.
4. Dalam melakukan askep perawat menggunakan proses keperawatan unyuk
memenuhi kebutuhan kesehatan klien
5. Perawat bertanggung jawab dan bertanggung gugat, memiliki wewenang dalam
askep secara utuh berdasarkan standar askep. Askep yang diberikan oleh
perawat harus didasarkan pada standar keperawatan dan kode etik keperawatan.
6. Pendidikan keperawatan harus dilaksanakan terus menerus untuk mewujudkan
pertumbuhan dan perkembangan staf dalam pelayanan kesehatan.
6
1. Kumpulan dalil (set of laws)
2. Aksiomatik
3. Proses sebab akibat (causal proces)
MANFAAT
● Teori keperawatan : menyusun suatu model konsep dalam keperawatan
sehingga mengandung arti aplikasi dari struktur keperawatan dalam
menerapkan cara bekerja dalam batas kewenangan perawat.
● Model konsep keperawatan : untuk menentukan model praktek keperawatan.
8
keperawatan akan lebih baik dilakukan oleh wanita karena wanita mempunyai jiwa
yang sesuai dengan kebutuhan perawat, akan tetapi perubahan identitas dalam proses
telah berubah seiring dengan perkembangan keperawatan sebagai profesi yang mandiri,
demikian juga yang dahulu budaya perawat dibawah pengawasan langsung dokter,
dengan berjalannya dan diakuinya keperawatan sebagai profesi mandiri, maka hak dan
otonomi keperawatan telah ada sehingga peran perawat dan dokter bukan di bawah
pengawasan langsung akan tetapi sebagai mitra kerja yang sejajar dalam menjalankan
tugas sebagai tim kesehatan.
3. Sistem Pendidikan
Pada sistem pendidikan telah terjadi perubahan besar dalam perkembangan teori
keperawatan. Dahulu pendidikan keperawatan belum mempunyai sistem dan
kurikulum keperawatan yang jelas, akan tetapi sekarang keperawatan telah memiliki
sistem pendidikan keperawatan yang terarah sesuai dengan kebutuhan rumah sakit
sehingga teori-teori keperawatan juga berkembang dengan orientasi pada pelayanan
keperawatan.
4. Pengembangan Ilmu Keperawatan
Pengembangan ilmu keperawatan ditandai dengan adanya pengelompokan ilmu
keperawatan dasar menjadi ilmu keperawatan klinik dan ilmu keperawatan komunitas
yang merupakan cabang ilmu keperawatan yang terus berkembang dan tidak menutup
kemungkinan pada tahun-tahun yang akan datang akan selalu ada cabang ilmu
keperawatan yang khusus atau subspesialisasi yang diakui sebagai bagian ilmu
keperawatan sehingga teori-teori keperawatan dapat dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan atau lingkup bidang ilmu keperawatan.
KARAKTERISTIK TEORI KEPERAWATAN
1. Mengidentifikasi dan menjabarkan konsep
2. Dapat digunakan berdasarkan alasan-alasan yanmg sesuai dengan kenyataan
yang ada.
3. Konsisten sebagai dasar pengembangan model konsep keperawatan.
4. Menunjang aplikasi, teori harus sederhana dan sifatnya umum
5. Penelitian/ riset
11
7. ABDELLAH FAYE
Keperawatan adalah seni ilmu dalam memberikan pelayanan kepada individu, keluarga
dan masyarakat. Untuk membentuk sikap dalam meningkatkan kemampuandan
keterampilan setiap individu perawat untuk mencapai tujuan membantu manusia yang
sakit maupun sehat, menanggulangi atau memenuhi kebutuhan-kebutuhan
kesehatannya, baik dasar maupun
8. PEPLAU
Model konsep dan teori keperawatan yang dijelaskan oleh peplau menjelaskan tentang
kemampuan dalam memahami diri sendiri dan orang lain yang menggunakan dasar
hubungan antar manusia yang mencakup 4 komponen sentral yaitu klien, perawat,
masalah kecemasan yang terjadi akibat sakit (sumber kesulitan), dan proses
interpersonal.
9. FLORENCE NIGHTINGALE 1895
Keperawatan adalah suatu proses menempatkan pasien dalam kondisi paling baik untuk
beraktivitas yaitu lingkungan yang sehat dan udara yang bersih.
10. LEVINE
Dalam teori Levine, klien dipandang dalam posisi ketergantungan, sehingga
kemampuan klien terbatas untuk berpartisipasi dalam pengumpulan data, perencanaan,
implementasi atau semua fase dari posisi ketergantungan. Klien membutuhkan bantuan
dari perawat untuk beradaptasi terhadap gangguan kesehatannya. Perawat bertanggung
jawab dalam menentukan besarnya kemampuan partisipasi klien dalam perawatan.
11. JEAN ORLANDO 1961
Teori Orlando Orlando mendeskripsikan model keperawatannya sebagai
pengembangan dari lima faktor konsep yang berhubungan yaitu:
1. Fungsi dari keperawatan yang professional
2. Tingkah laku yang ditunjukkan oleh pasien selama proses keperawatan.
3. Respon langsung atau respon Internal yang diberikan oleh perawat
4. Disiplin dari proses keperawatan
5. Improfisasi dalam melakukan proses keperawatan
Tanggungjawab Perawat
Tanggungjawab dari seorang perawat meliputi “bagaimana menolong seorang pasien
dengan memenuhi kebutuhannya (misal; kenyamanan fisik dan mental yang harus
12
diupayakan sedapat mungkin selama proses keperawatan berlangsung).
12. JEAN WATSON 1979
Keperawatan adalah filsafat dalam usaha merawat untuk memberi definisi hasil
tindakan keperawatan dengan memperhatikan aspek humanistic dalam
kehidupan.Tindakan keperawatan diarahkan pada pemeliharaan hubungan timbal balik
dalam kesehatan. Sakit dan perilaku. Perawat berkonsentrasi pada peningkatan
kesehatan mempertahankan suatu kesehatan dalam pencegahan penyakit.Model Jean
Watson ini bentuk proses perawatannya menolong klien untuk mencapai atau
memelihara kesehatan atau mati dengan tenang. Tindakan berhubungan dengan proses
perawatan manusia, penguasaan ilmu pengetahuan adalah utama dalam memberikan
tindakan perawatan megenai perilaku manusia dan respon menusia untuk menentukan
masalah yang nyata atau potensial kebutuhan klien.
• Perencanaan
• Evaluasi
• Mengukur
13
• Mengumpulkan data
3. Perencanaan
4. Implementasi
5. Evaluasi
4. Meningkatkan rasa solidaritas & rasa kesatuan perawat (perawat akan merasa
memiliki & mencintai profesinya)
3. Perencanaan :
15
Proses dua bagian :
a. Identifikasi tujuan & hasil yang diinginkan dari pasien untuk memperbaiki
masalah kesehatan atas kebutuhan yang telah dikaji
b. Pemilihan intervensi keperawatan yang tepat untuk membantu pasien dalam
mencapai tujuan
4. Implementasi : melakukan tindakan sesuai dengan rencana keperawatan
16
pengertian itu sendiri
2. Ilmu praktis yaitu ilmu yang langsung diarahkan pada pemanfaatan ilmu itu
sendiri.
KARAKTERISTIK PENGETAHUAN SEBAGAI ILMU
Gary dan Pratt (1991), Kiozer Erb dan Wilkinson (1995) mengemukakan
karakteristik professional sebagai berikut :
a. Konsep misi yang terbuka terhadap perubahan
b. Penguasaan dan penggunaan pengetahuan teoritis
c. Kemampuan menyelesaikan masalah
d. Pengembangan diri secara berkesinambungan
e. Pendidikan formal
f. System pengesahan terhadap kompetensi
g. Penguatan secara legal terhadap standart professional
h. Praktik berdasarkan etik
i. Hukum terhadap malpraktik
j. Penerimaan dan pelayanan pada masyarakat
k.Perbedaan peran antara pekerja professional dengan pekerjaan lain dan
membolehkan praktik yang otonom
2. Menurut Lindberg, Hunter dan Kruszewski (1993), Leddy dan Pepper (1993) serta
Berger dan Williams (1992), keperawatan sebagai suatu profesi memiliki
karakteristik sebagai berikut :
a. Kelompok pengetahuan yang melandasi keterampilan untuk menyelesaikan
masalah dalam tatanan praktik keperawatan.
Pada awalnya praktik keperawatan dilandasi oleh ketrampilan yang bersifat
intuitif. Sebagai suatu disiplin, sekarang keperawatan disebut sebagai suatu ilmu
dimana keperawatan banyak sekali menerapkan ilmu-ilmu dasar seperti ilmu
perilaku, social, fisika, biomedik dan lain-lain. Selain itu keperawatan juga
mempelajari pengetahuan inti yang menunjang praktik keperawatan yaitu fungsi
tubuh manusia yang berkaitan dengan sehat dan sakit serta pokok bahasan
pemberian asuhan keperawatan secara langsung kepada klien.
b. Kemampuan memberikan pelayanan yang unik kepada masyarakat.
Fungsi unik perawat adalah memberikan bantuan kepada sesorang dalam
17
melakukan kegiatan untuk menunjang kesehatan dan penyembuhan serta
membantu kemandirian klien.
c. Pendidikan yang mmenuhi standart dan diselenggarakan di perguruan tinggi atau
universitas. Beralihnya pendidikan keperawatan kepada institusi pendidikan
tinggi memberikan kesempatan kepada perawat untuk mendapatkan
pengetahuan dan ketrampilan intelektual, interpersonal dan tehnikal yang
memungkinkan mereka menjalankan peran dengan lebih terpadu dalam
pelayanan kesehatan yang menyeluruh dan berkesinambungan. Disampingg itu
perawat dituntut untuk mengembangkan Iptek keperawatan.
d. Pengendalian terhadap standart praktik.
Standart adalah pernyatan atau criteria tentang kualitas praktik. Standart praktik
keperawatan menekankan kpada tangung jawab dan tangung gugat perawat
untuk memenuhi standart yang telah ditetapkan yang bertujuan menlindungi
masyarakat maupun perawat. Perawat bekerja tidak dibawah pengawasan dan
pengendalian profesi lain.
e. Bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap tindakan yang dilakukan.
Tangung gugat accountable berarti perawat bertanggung jawab pelayanan yang
diberikan kepada klien. Tanggung gugat mengandung aspek legal terhadap
kelompok sejawat, atasan dan konsumen. Konsep tangung gugat mempunyai dua
implikasi yaitu bertanggung jawab terhadap konsekuensi dari tindakan yang
dilakukan dan juga menerima tanggung jawab dengan tidak melakukan tindakan
pada situasi tertentu.
f. Karir seumur hidup
Dibedakan dengan tugas/job yang merupakan bagian dari pekerjaan rutin.
Perawat bekerja sebagai tenaga penuh yang dibekali dengan pendidikan dan
ketrampilan yang menjadi pilihannya sendiri sepanjang hayat.
g. Fungsi mandiri
Perawat memiliki kewenangan penuh melakukan asuhan keperawatan walaupun
kegiatran kolaborasi dengan profesilain kadang kala dilakukan dimana itu semua
didasarkan kepada kebutuhan klien bukan sebagai ekstensi intervensi profesi lain
PERKEMBANGAN PROFESIONALISME KEPERAWATAN
Melihat catatan sejarah tentang awal mula keberadaan perawat di Indonesia,
yang diperkirakan baru bermula pada awal abad ke 19, dimana disebutkan adanya
18
perawat saat itu adalah dikarenakan adanya upaya tenaga medis untuk memberikan
pelayanan kesehatan yang lebih baik sehingga diperlukan tenaga yang dapat membantu
atau tenaga pembantu. Tenaga tersebut dididik menjadi seorang perawat melalui
pendidikan magang yang berorientasi pada penyakit dan cara pengobatannya. Sampai
dengan perkembangan keperawatan di Indonesia pada tahun 1983 PPNI melakukan
Lokakarya Nasional Keperawatan di Jakarta, melalui lokakarya tersebut prawat
bertekad dan bersepakat menyatakan diri bahwa keperawatan adalah suatu bidang
keprofesian.
Perkembangan profesionalisme keperawatan di Indonesia berjalan seiring
dengan perkembangan pendidikan keperawatan yang ada di Indonesia. Pengakuan
perawat profesionalan pemula adalah bagi mereka yang berlatar belakang pendidikan
Diploma III keperawatan. Program ini menghasilkan perawat generalis sebagai perawat
professional pemula, dikembangkan dengan landasan keilmuan yang cukup dan
landasan professional yang kokoh.
Perkembangan pendidikan keperawatan dalam rangka menuju tingkat
keprofesionalitasan tidak cukup sampai di tingkat diplima saja, di ilhami keinginan dari
profesi keperawatan untuk terus mengembangkan pendidikan maka berdirilah PSIK
FK-UI (1985) dan kemudian disusul dengan pendirian program paska sarjana FIK UI
(1999).
Peningkatan kualitas organisasi profesi keperawatan dapat dilakukan melalui
berbagai cara dan pendekatan antara lain :
1. Mengembangkan system seleksi kepengurusan melalui pnetapan criteria dari
berbagai aspek kemampuan, pendidikan, wawasan, pandangan tentang visi dan misi
organisasi, dedikasi serta keseterdiaan waktu yang dimiliki untuk organisasi.
2. Memiliki serangkaian program yang kongkrit dan diterjemahkan melalui kegiatan
organisasi dari tingkat pusat sampai ke tingkat daerah. Prioritas utama adalah rogram
pendidikan berkelanjutan bagi para anggotanya.
3. Mengaktifkan fungsi collective bargaining, agar setiap anggota memperoleh
penghargaan yang sesuai dengan pendidikan dan kompensasi masing-masing.
4. Mengembangkan program latihan kepemimpinan, sehingga tenaga keperawatan
dapat berbicara banyak dan memiliki potensi untuk menduduki berbagai posisi di
pemerintahan atau sector swasta.
19
5. Meningkatkan kegiatan bersama dengan organisasi profesi keperawatan di luar
negeri, bukan anya untuk pengurus pusat saja tetapi juga mengikut sertakan pengurus
daerah yang berpotensi untuk dikembangkan
POHON ILMU ( BODY OF KNOWLEDGE )
Pohon ilmu dari keperawatan adalah ilmu keperawatan itu sendiri. Pendidikan
keperawatan sebagai pendidikan profesi harus dikembangkan sesuai dengan kaidah-
kaidah ilmu dan profesi keperawatan, yang harus memiliki landasan akademik dan
landasan professional yang kokoh dan mantap.
Pengembangan pendidikan keperawatan bertolak dari pengertian dasar tentang
ilmu keperawatan seperti yang dirumuskan oleh Konsorsium Ilmu kesehatan (1991)
yaitu : “ Ilmu keperawatan mencakup ilmu-ilmu dasar seperti ilmu alam, ilmu social,
ilmu perilaku, ilmu biomedik, ilmu kesehatan masyarakat, ilmu dasar keperawatan,
ilmu keperawatan komunitas dan ilmu keperawatan klinik, yang apluikasinya
menggunakan pendekatan dan metode penyelesaian masalah secara ilmiah, ditujukan
untuk mempertahankan, menopang, memelihara dan meningkatkan integritas seluruh
kebutuhan dasar manusia “.
Wawasan ilmu keperawatan mencakup ilmu-ilmu yang mempelajari bentuk dan
sebab tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia, melalui pengkajian mendasar
tentang hal-hal yang melatar belakangi, serta mempelajari berbagai bentuk upaya untuk
mencapai kebutuhan dasar tersebut melalui pemanfaatan semua sumber yang ada dan
potensial.
Bidang garapan dan fenomena yang menjadi objek studi keperawatan adalah
penyimpangan dan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia (bio-psiko-sosio-
spiritual), mulai dari tingkat individu tang utuh (mencakup seluruh siklus kehidupan),
sampai pada tingkat masyarakat, yang juga tercermin pada tidak terpenuhinya
kebutuhan dasar pada tingkat system organ fungsional sampai sub seluler atau
molekuler
20
Nilai intelektual dalam prtaktik keperawatan terdiri dari
a. Body of Knowledge
b. Pendidikan spesialisasi (berkelanjutan)
c. Menggunakan pengetahuan dalam berpikir secara kritis dan kreatif.
2. Nilai komitmen moral
Pelayanan keperawatan diberikan dengan konsep altruistic, dan memperhatikan kode
etik keperawatan. Menurut Beauchamp & Walters (1989) pelayanan professional
terhadap masyarakat memerlukan integritas, komitmen moral dan tanggung jawab
etik.
Aspek moral yang harus menjadi landasan perilaku perawat adalah :
a. Beneficience
Perawat selalu mengupayakan keputusan yang dibuat berdasarkan keinginan
melakukan yang terbaik dan tidak merugikan klien. (Johnstone, 1994)
b. Fair
Tidak mendeskriminasikan klien berdasarkan agama, ras, social budaya, keadaan
ekonomi dan sebagainya, tetapi memprlakukan klien sebagai individu yang
memerlukan bantuan dengan keunikan yang dimiliki.
c. Fidelity
Berperilaku caring (peduli, kasih sayang, perasaan ingin membantu), selalu berusaha
menepati janji, memberikan harapan yang memadahi, komitmen moral serta
memperhatikan kebutuhan spiritual klien.
21
yang mempelajari mengenai penyakit manusia dan pengobatannya memunculkan
profesi kodekteran, sedangkan ilmu yang mempelajari tentang hukum yang mengatur
hidup dan kehidupan manusia memunculkan profesi hukum. Lantas, bagaimana dengan
profesi keperawatan? Apakah profesi kaperawatan juga memiliki disiplin ilmu?
PENGERTIAN ILMU
Ilmu merupakan kumpulan pengetahuan yang padat dan proses mengetahui melalui
penyelidikan yang sitematis dan terkendali (metode ilmiah). Pendapat lain mengatakan
bahwa ilmu adalan profesi perbaikan diri secara bersinambungan meliputi
perkembangan teori dan uji empiris.
Menurut tujuannya, ilmu dapat dibagi menjadi dua kategori besar, yaitu ilmu
teoristis dan ilmu praktik (poepspoprodjo, 1999). Ilmu teoristis adalah ilmu yang
berupaya menjelaskan pengertian yang benar demi pengertian itu sendiri. Tujuan
utamanya adalah agar individu mengertian keadaan sebenarnya, bukan untuk
diterapkan. Ilmu praktis adalah ilmu yang langsung diarahkan pada pemanfaatan ilmu
itu sendiri. Ilmu praktis ini mencakup aspek normatif dan positif. Ilmu praktis normatif
menentukan bagaimana seseorang harus berbuat(mis., etika, ilmu hukum, ilmu
ekonomi dan sebagainya), sedangkan ilmu praktis positif menentukan bagaimana
seseorang berbuat sesuatu(mis., ilmu kedokteran, ilmu keperawatan, ilmu pertanian,
ilmu tekhnik, dan sebagainya). Walaupun sulit untuk dibedakan, kedua ilmu tersebut
saling melingkapi. Satu hal yang pasti, ilmu teoristis dapat berdiri sendiri, sedangkan
ilmu prsktis selalu di dasari dengan ilmu teoristis.
Semua ilmu adalah baik dan buah atau hasil dari ilmu adalah ibadah(amal baik).
Ilmu seharusnya mampu mendorong seseorang untuk berbuat dan berperilaku baik
demi kemaslahatan seluruh umat manusia. Di sisi lain, ilmu juga bisa berubah menjadi
senjata yang menyerang kita jika dimanfaatkan dengan cara yang salah. Sebagai ilmu
yang luhur, ilmu keperawatan harus bisa menciptakan perawat yang baik dan
derkualitas guna meningkatkan pelayanan kepada klien. Akan tetapi, jika dimanfaatkan
untuk tujuan yang benar ilmu keperawatan juga bisa menimbulkan penderita bagi umat
manusia. Jadi, penyimpangan dalam pemanfaatan ilmu menyebabkan ilmu tersebut
tidak memberi manfaat yang baik
Suatu pengetahuan bisa dikategorikan sebagai ilmu jika memiliki karakteristik berikut
22
ini:
1. Mempercepat rasional sebagai alat untuk memperoleh pengetahuan yang benar
2. Mempunyai alur pikir yang logis dan konsisten dengan pengetahuan yang telah
ada
3. Melalui pengujian empiris sebagai kriteria kebenaran objektif
4. Memiliki mekanisme yang terbuka terhadap koreksi
23
menyusun oleh materi pengetahuan menjadi suatu ilmu.secara detail Epistemologi
kelimuan dapat di lihat dari sifat pengetahuan ilmia dan proses pembentukan
pengetahuan ilmiah.sifat pengetahuan ilmiah antara lain (surisumantri ,1996).
1. Pengetahuan adalah milik umum. Artinya, pengetahuan itu disampaikan kepada
masyarakat melalui publikasi itu disampaikan kepada masyarakat melalui publikasi
ilmiah.
2. Objektif. Artinya, setiap orang mempelajari objek yang sama, dengan cara yang
sama,akan memperoleh kesimpulan yang sama.
3. Abstraksi. Artinya, ilmu pengetahuan dapat mereduksi realitas menjadi konsep.
4. Konseptual. Artinya, ilmu memiliki konsepsi yang membangun teori-teori.
5. Generalisasi. Artinya, kajian-kajian dari pengetahuan dapat diterima oleh umum.
Proses pembentukan pengetahuan ilmiah terkait dengan mekanisme yang
memproses pengetahuan tersebut. Mekanisme ini lebih dikenal dengan istilah metode
ilmiah. Metode ilmiah memproses pengetahuan dalam tiga aspek, yaitu keabsahan,
kebenaran, dan penyusunan. Keabsahan pengetahuan ilmiah ditentukan berdasarkan
syarat yang harus dipenuhi oleh suatu pengetahuan, yaitu logis, analitis, dan sistematis.
Kaitannya dengan kebenaran, kebenaran suatu pengetahuan terletak pada pengujian
empiris. Pengetahuan yang sipatnya logis, analitis, sistematis, dan teruji secara empiris
bisah dipastikan merupakan pengetahuan yang absah dan benar secara ilmia.
Proses penyusunan pengetahuan ilmiah sendiri memerlukan pikiran dasaryang
melandasi pemikiran dan tubu pengetahuan teoritis. Pikiran dasar itu terdiri atas
postulat, asumsi dan prinsip. Ponstulat merupakan anggapan tentang suatu objek yang
merefleksikan sudut pandang tertentu yang tidak perlu diverifikasi secara empiris guna
menentukan benar atau salahnya. Asumsi adalah pernyataan dasar tentang realitas yang
menjadi objek telaahan. Terakhir, prinsip merupakan pernyataan dasar mengenai
tindakan yang dipilih. Dalam hal ini, prinsip di bangun di antara postulat dan asumsi.
Ilmu ditinjau dari aspek aksiologi merupakan cara penggunaan atau pemanfaatan
ilmiah. Asas dalam keilmuan tersebut digunakan untuk kemaslahatan umat manusia.
Karenanya pengetahuan ilmiah yang diperoleh akan disusun dan dipergunakan secara
komunal dan universal.
Pernyataan tersebut,dapat diformulasikan bahwa objek material ilmu keperawatan
adalah manusia yang tidak dapat berfungsi secara sempurna dalam kaitannya dengan
24
kondisi kesehatan dan proses penyembuhan. Titik fokus dalam keperawatan adalah
respon manusia terhadap ketidakseimbangan yang dapat ditangani dengan askep.
Manusia dipandang sebagai sosok yang unik,yang meliputi bio-psiko-sosio-spiritual.
Objek formanya adalah bantuan bagi individu yang tidak dapat berfungsi secara
sempurna terkait dengan kondisi kesehatan dan proses penyembuhan. Bantuan yang
diberikan bersifat holistik.
Konsepsi tentang keperawatan antara lain dikemukakan oleh sejumlah ahli:
a. Florence nightingle (1859).
Ia mengemukakan pandangannya mengenai penyakit. Menurutnya
merupakan proses ketidakseimbangan yang dapat pulih kembali dan tidak
harus selalu disertai dengan penderitaan.pemulihan penyakit dilihat sebagai
upaya alami dalam memperbaiki proses yang sedang atau rusak. Di
sini,manusia berperan mendukung proses alami tersebut dengan memacu
upaya pemulihan.Karena alasan tersebut,nightingale berangapan bahwa
dalam pendektan keperawatan perlu di ciptakan suatu kondisi lingkungan
yang menunjang proses penyembuhan penyakit sekaligus
pencegahannya.berdasarkan pemahamannya tentang pengaruh lingkungan
terhadap manusia dan keadaan sehat sakit, Naigtingale menegaskan bahwa
faktor kebersihan dan kesehatan lingkungan sangat penting dalam
mempertahankan dan meningkatkan status kesehatan manusia.
25
maupun sakit.
d. Ida Jean Orlando (1961).
Ia menggunakan hubungan interpersonal sebagai landasan teorinya.perhatian
utamanya adalah pada sifat unik individu,baik verbal maupun
nonverbal,yang mengisyaratkan suatu kebutuhan akan kegiatan atau tindakan
keperawatan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan klien.
e. Virginia Handerson (1966).
Teorinya berfokus pada individu.ia mengemukakan bahwa jasmani dan
rohani manusia dapat dipisahkan satu sama lainnya. Manusia adalah mahluk
yang unik :tidak ada dua orang yang memiliki kebutuhan dasar yang
sama.Klien adalah individu yang memerlukan bantuan untuk mencapai
kemandirian.
f. Marta E. Roger (1970).
Pandangannya dalam pengembangan teori keperawatan banyak di pengaruhi
oleh teori system dan teori energi. Teori Roger Dikenal sebagai initary human
beings theory.menurutnya “man is a unifed whole possessing his own
integrity and manifesting characteristics that are more than and different from
the sum of his parts”.
26
Kelompok ini telah membuat definisi tentang
keperawatan.menurutnya,keperawaytan merupakan suatu bentuk layanan
professional yang menjadi bagian integral dari layanan kesehatan yang di
dasarkan atas ilmu dan kiat keperawatan.layanan ini berbentulk layanan
bio,psikol,sosial,cultural dan spiritual yang komrehensif,yang ditujukan
untuk individu,keluarga,dan masyarakat dalam keadaan sakit maupun sehat
di seluruh proses kehidupan manusia
27
merupakan pendidikan yang profesional.
Aplikasi asas moral dari ilmu keperawatan adalah tanggung jawab. profesional
terhadap klien,masyarakat,dan tuhan YME.Untuk mengatur agar tidak terjadi
kesalahan dan kerugian yang menyebabkan klien semakin menderita,perlu disusun
suatu kode etik.kode etik merupakan kumpulan asas atau nilai moral yang harus
dijadikan aturan atau prinsip dalam berprilaku yang benar.kode etik memuat etika.Etika
sendiri berasal dari bahasa Yunani ethicos yang artinya kecendrungan batin manusia
atau kebiasaan. Jadi, etika merupakan tuntutan dalam diri seseorang yang berasal dari
kesadaran manusia tentang hal baik atau buruk yang dijadikan pedoman bagi manusia
dalam berperilaku.
Asas moral yang terkandung ilmu keperawatan dimanifestasikan kedalam kode etik
keperawatan. Kode etik keperawatan, menurut nila ismani(2001), adalah bagian dari
etik kesehatan yang menerapkan nilai etika pada bidang pemeliharaan atau pelayanan
kesehatan masyarakat. Definisi ini masih bersifat umum dan tidak langsungterkait
dengan hakikat profesi keperawatan. Lebih tepatnya , kode etik keperawatan adalah
asas atau moral tertulis yang harus dijadikan pedoman atau prinsip bagi setiap perawat
dalam berinteraksi pada klien agar perilaku perawat tetap berada pada koridor
kebenaran. Kode etika keperawatan ini harus sudah tertanam dalam diri setiap perawat.
Karenanya, setiap perawat harus mengetahui apa yang menjadi etika dalam
menjalankan tugas profesional keperawatan.
Keperawatan sebagai sebuah profesi harus mempunyai kode etik keperawatan
,keberadaan kode etik keperawatan disini bukan semata sebagai syarat administratif.
Didalamnya juga tekandung tujuan yang sangat tinggi Sebagai pondasi bagi perawat
dalam mengatur hubungan profesional baik dengan sesama perawat , klien, masyarakat,
profesi (profesi keperawatan atau profesi kesehatan lainnya), atau dengan praktik
keperawatan itu sendiri .
SUMBER ILMU
a. Rasional/akal
Merupakan dasar dari kepastian pengetahuan yang benar bisa diperoleh dan
diukur dengan akal.
b. Empiris
Pengetahuan manusia bukan didapat melalui penalaran rasional yang abstrak
28
melainkan melalui pengalaman konkret.
c. Intuisi/wahyu/ilham
Instuisi merupakan pengetahuan yang diperoleh tanpa melalui peoses
penalaran tertentu, sifatnya dangat profesional dan tidak dapat diramalkan,
instuisi muncul dari dalam hati manusia sebagai respon terhadap sesuatu.
29
1.sebagai pondasi bagi perawat
2.sebagai standar untuk mengtasi masalah
3.untuk melindungi praktisi keperawatan
4.sebagai dasar dalam penyusunan kurikulum keperawatan
5.memberi pemahaman kepada masyarakat/institusi penggun layanan keperawatan
PENGERTIAN
Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan keperawatan, baik di
dalam maupun di luar negeri sesuai dengan perundang undangan yang berlaku. (
PERMENKES RI NO.1239 Tahun 2001 tentang Registrasi dan Praktek perawat)
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional sebagai bagian integral
dari pelayanan kesehatan yang meliputi aspek bio-psilo-sosio-spiritual yang
komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga atau masyarakat yang sehat maupun
sakit yang mencangkup siklus hidup manusia. ( Seminar Nasional Keperawatan 1983 )
Perawat profesional adalah Perawat yang bertanggungjawab dan berwewenang
memberikan pelayanan keparawatan secara mandiri dan atau berkolaborasi dengan
tenaga Kesehatan lain sesuai dengan kewenanganya.(Depkes RI,2002).
31
6. Pemecahan masalah dengan metoda ilmiah.
32
4. Manager Kasus
Dalam perannya sebagai manager kasus, perawat mengkoordinasi aktivitas
anggota tim kesehatan lainnya, misalnya ahli gizi dan ahli terapi fisik, ketika mengatur
kelompok yang memberikan perawatan pada klien. Berkembangnya model praktik
memberikan perawat kesempatan untuk membuat pilihan jalur karier yang ingin
ditempuhnya.
Dengan berbagai tempat kerja, perawat dapat memilih antara peran sebagai manajer
asuhan keperawatan atau sebagai perawat asosiat yang melaksanakan keputusan
manajer (Manthey, 1990). Sebagai manajer, perawat mengkoordinasikan dan
mendelegasikan tanggung jawab asuhan dan mengawasi tenaga kesehatan lainnya.
Tujuan Perawat sebagi coordinator adalah :
1. Untuk memenuhi asuhan kesehatan secara efektif, efisien dan menguntungkan klien.
2. Pengaturan waktu dan seluruh aktifitas atau penanganan pada klien.
3. Menggunakan keterampilan perawat untuk :
- Merencanakan
- Mengorganisasikan
- Mengarahkan
- Mengontrol
5. Rehabilitator
Rehabilitasi adalah proses dimana individu kembali ke tingkat fungsi maksimal
setelah sakit, kecelakaan, atau kejadian yang menimbulkan ketidakberdayaan lainnya.
Seringkali klien mengalami gangguan fisik dan emosi yang mengubah kehidupan
mereka. Disini, perawat berperan sebagai rehabilitator dengan membantu klien
beradaptasi semaksimal mungkin dengan keadaan tersebut.
6. Pemberi Kenyamanan
Perawat klien sebagai seorang manusia, karena asuhan keperawatan harus
ditujukan pada manusia secara utuh bukan sekedar fisiknya saja, maka memberikan
kenyamanan dan dukungan emosi seringkali memberikan kekuatan bagi klien sebagai
individu yang memiliki perasaan dan kebutuhan yang unik. Dalam memberi
kenyamanan, sebaiknya perawat membantu klien untuk mencapai tujuan yang
terapeutik bukan memenuhi ketergantungan emosi dan fisiknya.
33
7. Komunikator
Keperawatan mencakup komunikasi dengan klien dan keluarga, antar sesama
perawat dan profesi kesehatan lainnya, sumber informasi dan komunitas. Dalam
memberikan perawatan yang efektif dan membuat keputusan dengan klien dan keluarga
tidak mungkin dilakukan tanpa komunikasi yang jelas. Kualitas komunikasi merupakan
factor yang menentukan dalam memenuhi kebutuhan individu, keluarga dan komunitas.
8. Penyuluh
Sebagai penyuluh, perawat menjelaskan kepada klien konsep dan data-data
tentang kesehatan, mendemonstrasikan prosedur seperti aktivitas perawatan diri,
menilai apakah klien memahami hal-hal yang dijelaskan dan mengevaluasi kemajuan
dalam pembelajaran. Perawat menggunakan metode pengajaran yang sesuai dengan
kemampuan dan kebutuhan klien serta melibatkan sumber-sumber yang lain misalnya
keluarga dalam pengajaran yang direncanakannya.
9. Kolaborator
Peran perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan
yang terdiri dari dokter, fisioterapi, ahli gizi dan lain-lain dengan berupaya
mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar
pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.
10. Edukator
Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat
pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan, sehingga
terjadi perubahab perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.
11. Konsultan
Peran disini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan
keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan klien
tehadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan.
12. Pembaharu
Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan perencanaan,
kerjasama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian
pelayanan keperawatan.
Peran perawat sebagai pembeharu dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya :
34
- Kemajuan teknologi
- Perubahan lisensi-regulasi
- Meningkatnya peluang pendidikan lanjutan
- Meningkatnya berbagai tipe petugas asuhan kesehatan.
FUNGSI PERAWAT
Fungsi Perawat dalam melakukan pengkajian pada Individu sehat maupun sakit
dimana segala aktifitas yang di lakukan berguna untuk pemulihan Kesehatan
berdasarkan pengetahuan yang di miliki, aktifitas ini di lakukan dengan berbagai cara
untuk mengembalikan kemandirian Pasien secepat mungkin dalam bentuk Proses
Keperawatan yang terdiri dari tahap Pengkajian, Identifikasi masalah (Diagnosa
Keperawatan), Perencanaan, Implementasi dan Evaluasi. Definisi fungsi itu sendiri
adalah suatu pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan perannya. Fungsi dapat berubah
disesuaikan dengan keadaan yang ada. dalam menjalankan perannya, perawat akan
melaksanakan berbagai fungsi diantaranya:
1. Fungsi Independen
Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain, dimana
perawat dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan
sendiri dalam melakukan tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia
seperti pemenuhan kebutuhan fisiologis (pemenuhan kebutuhan oksigenasi,
pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit, pemenuhan kebutuhan nutrisi, pemenuhan
kebutuhan aktivitas dan lain-lain), pemenuhan kebutuhan dan kenyamanan, pemenuhan
kebutuhan cinta mencintai, pemenuhan kebutuhan harga diri dan aktualisasi diri.
2. Fungsi Dependen
Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan atau
instruksi dari perawat lain. Sehingga sebagai tindakan pelimpahan tugas yang
diberikan. Hal ini biasanya silakukan oleh perawat spesialis kepada perawat umum,
atau dari perawat primer ke perawat pelaksana.
3. Fungsi Interdependen
Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling ketergantungan
di antara satu dengan yang lainnya. Fungsi ini dapat terjadi apabila bentuk pelayanan
membutuhkan kerja sama tim dalam pemberian pelayanan seperti dalam memberikan
35
asuhan keperawatan pada penderita yang mempunyai penyakit kompleks. Keadaan ini
tidak dapat diatasi dengan tim perawat saja melainkan juga dari dokter ataupun lainnya,
seperti dokter dalam memberikan tindakan pengobatan bekerjasama dengan perawat
dalam pemantauan reaksi obat yang telah diberikan.
36
merupakan pilihan tepat guna menciptakan suatu organisasi profesi yang mandiri
dan mampu menghidupi anggotanya melalui upaya jaminan kualitas kinerja dan
harapan akan masa depan yang lebih baik serta meningkat.
Komitmen perawat guna memberikan pelayanan keperawatan yang
bermutu baik secara mandiri ataupun melalui jalan kolaborasi dengan tenaga
kesehatan lain sangat penting dalam terwujudnya pelayanan keperawatan
professional. Nilai professional yang melandasi praktik keperawatan dapat di
kelompokkan dalam :
1. Nilai intelektual
Nilai intelektual dalam prtaktik keperawatan terdiri dari
a. Body of Knowledge
b. Pendidikan spesialisasi (berkelanjutan)
c. Menggunakan pengetahuan dalam berpikir secara kritis dan kreatif.
2. Nilai komitmen moral
Pelayanan keperawatan diberikan dengan konsep altruistic, dan
memperhatikan kode etik keperawatan. Menurut Beauchamp & Walters
(1989) pelayanan professional terhadap masyarakat memerlukan integritas,
komitmen moral dan tanggung jawab etik.
Aspek moral yang harus menjadi landasan perilaku perawat adalah :
a. Beneficience
selalu mengupayakan keputusan dibuat berdasarkan keinginan melakukan
yang terbaik dan tidak merugikan klien. (Johnstone, 1994)
b. Fair
Tidak mendeskriminasikan klien berdasarkan agama, ras, social budaya,
keadaan ekonomi dan sebagainya, tetapi memprlakukan klien sebagai
individu yang memerlukan bantuan dengan keunikan yang dimiliki.
c. Fidelity
Berperilaku caring (peduli, kasih sayang, perasaan ingin membantu), selalu
berusaha menepati janji, memberikan harapan yang memadahi, komitmen
moral serta memperhatikan kebutuhan spiritual klien.
3. Otonomi, Kendali dan Tanggung Gugat
Otonomi merupakan kebebasan dan kewenangan untuk melakukan
37
tindakan secara mandiri. Hak otonomi merujuk kepada pengendalian
kehidupan diri sendiri yang berarti bahwa perawat memiliki kendali terhadap
fungsi mereka. Otonomi melibatkan kemandirian, kesedian mengambil
resiko dan tanggung jawab serta tanggung gugat terhadap tindakannya
sendiribegitupula sebagai pengatur dan penentu diri sendiri. Kendali
mempunyai implikasi pengaturan atau pengarahan terhadap sesuatu atau
seseorang. Bagi profesi keperawatan, harus ada kewenangan untuk
mengendalikan praktik, menetapkan peran, fungsi dan tanggung jawab
anggota profesi. Tanggung gugat berarti perawat bertanggung jawab
terhadap setiap tindakan yang dilakukannya terhadap klien.
38
dalam arti menggunakan kiat – kiat tertentu dalam upaya memberikan kenyaman dan
kepuasan pada klien. Kiat – kiat itu adalah :
● Caring, menurut Watson (1979) ada sepuluh faktor dalam unsur – unsur
karatif yaitu : nilai – nilai humanistic – altruistik, menanamkan semangat dan
harapan, menumbuhkan kepekaan terhadap diri dan orang lain,
mengembangkan ikap saling tolong menolong, mendorong dan menerima
pengalaman ataupun perasaan baik atau buruk, mampu memecahkan masalah
dan mandiri dalam pengambilan keputusan, prinsip belajar – mengajar,
mendorong melindungi dan memperbaiki kondisi baik fisik, mental ,
sosiokultural dan spiritual, memenuhi kebutuhan dasr manusia, dan tanggap
dalam menghadapi setiap perubahan yang terjadi.
● Sharing, artinya perawat senantiasa berbagi pengalaman dan ilmu atau
berdiskusi dengan kliennya.
● Laughing, artinya senyum menjadi modal utama bagi seorang perawat untuk
meningkatkan rasa nyaman klien.
● Crying, artinya perawat dapat menerima respon emosional diri dan kliennya.
● Touching, artinya sentuhan yang bersifat fisik maupun psikologis merupakan
komunikasi simpatis yang memiliki makna (Barbara, 1994)
● Helping, artinya perawat siap membantu dengan asuhan keperawatannya
● Believing in Others, artinya perawat meyakini bahwa orang lain memiliki
hasrat dan kemampuan untuk selalu meningkatkan derajat kesehatannya.
● Learning, artinya perawat selalu belajar dan mengembangkan diri dan
keterampilannya.
● Respecting, artinya memperlihatkan rasa hormat dan penghargaan terhadap
orang lain dengan menjaga kerahasiaan klien kepada yang tidak berhak
mengetahuinya.
● Listening, artinya mau mendengar keluhan kliennya
● Felling, artinya perawat dapat menerima, merasakan, dan memahami perasaan
duka , senang, frustasi dan rasa puas klien.
● Accepting, artinya perawat harus dapat menerima dirinya sendiri sebelum
menerima orang lain.
39
TUGAS PERAWAT
Disepakati oleh Lokakarya tahun 1983 yang berdasarkan fungsi perawat dalam
memberikan askep :
1. Mengumpulkan data
2. Menganalisis dan menginterpretasi data
3. Mengembangkan rencana tindakan keperawatan
4. Menggunakan dan menerapkan konsep – konsep dan prinsip – prinsip ilmu
perilaku, social budaya, ilmu biomedik dalam melaksanakan askep dalam
langkah memenuhi KDM
5. Menentukan kriteria yang dapat diukur dalam menilai rencana keperawatan
6. Menilai tingkat pencapaian tujuan
7. Mengidetifikasi perubahan – perubahan yang diperlukan
8. Mengevaluasi data permasalahan keperawatan
9. Mencatat data dalam proses keperawatan
10. Menggunakan catatan klien untuk memonitor kualitas askep
11. Mengidentifikasikan masalah – masalah penelitian dalam bidang keperawatan
12. Membuat usulan rencana penelitian keperawatan
13. Menerapkan hasil penelitian dalam praktek keperawatan
14. Mengidentifikasi kebutuhan pendidikan kesehatan
15. Membuat rencana penyuluhan kesehatan
16. Melaksanakan penyuluhan kesehatan
17. Mengevaluasi penyuluhan kesehatan
18. Berperan serta dalam pelayanan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat
19. Menciptakan komunikasi yang efektif baik dengan tim keperawatan maupun
tim kesehatan lain
40
➢ Sistem adalah suatu kesatuan/tatanan yg terdiri dari kumpulan elemen-elemen
yg saling berinteraksi dan saling bergantung satu dngn yang lain secara
bersama-sama bergerak u/ mencapai tujuan
➢ Elemen dlm sistem: input, proses, output, dampak, umpan balik, dan
lingkungan.
➢ Sistem terdiri dari berbagai elemen disebut sub sistem, dpt membentuk sistem
baru & dipandang sebagai suatu sistem lagi. Contoh dlm sistem kesehatan
terdiri dari beberapa sub sistem seperti RS sebagai subsistem dr pelkes.
➢ Sistem adalah gabungan dari elemen-elemen yang saling dihubungkan oleh
suatu proses atau stuktur dan berfungsi sebagai satu kesatuan organisasi dalam
upaya menghasilkan suatu yang telah ditetapkan.
➢ Sistem adalah suatu struktur konseptual yang terdiri dari fungsi-fungsi yang
saling berhubungan yang bekerja sebagai satu unit organik yang mencapai
keluaran yang diinginkan secara efektif dan efisien.
➢ Sistem adalah suatu kesatuan yang utuh dan terpadu dari berbagai elemen yang
berhubungan serta saling mempengaruhi yang dengan sadar dipersiapkan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
41
➢ Unsur sistem terdiri dari :
1. Input
Merupakan subsistem yang akan memberikan segala masukan untuk
berfungsinya sebuah sistem. Input sistem pelayanan kesehatan : potensi
masyarakat, tenaga & sarana kesehatan, dsb.
2. Proses
Kegiatan yg mengubah sebuah masukan menjadi sebuah hasil yg diharapkan
dari sistem tsb. Proses dalam pelayanan kesehatan: berbagai kegiatan dalam
pelayanan kesehatan.
3. Output
Merupakan hasil yang diperoleh dari sebuah proses Output pelayanan kesehatan
: pelayanan yang berkualitas & terjangkau sehingga masyarakat sembuh &
sehat.
4. Dampak
Merupakan akibat dari output/hasil suatu sistem, terjadi dalam waktu yg relatif
lama. Damapk sistem Pelayanan kesehatan adalah masyarakat sehat, angka
kesakitan & kematian menurun.
5. Umpan balik
Merupakan suatu hasil yg sekaligus menjadi masukan Terjadi dari sebuah
sistem yg saling berhubungan & saling mempengaruhi. Umpan balik dlm
yankes : kualitas tenaga kesehatan.
6. Lingkungan
Semua keadaan di luar sistem tetapi dapat mempengaruhi pelayanan kesehatan.
CIRI-CIRI SISTEM
1. Dalam sistem terdapat bagian atau elemen yang satu sama lain saling berhubungan
dan mempengaruhi yang kesemuanya membentuk satu kesatuan, dalam arti semuanya
berfungsi untuk mencapai tujuan yang sama yang telah ditetapkan.
2. Fungsi yang diperankan oleh masing-masing bagian atau elemen yang membentuk
satu kesatuan tersebut adalah dalam rangka mengubah masukan menjadi keluaran yang
42
direncanakan.
3. Dalam melaksanakan fungsi tersebut, semuanya bekerja sama secara bebas namun
terkait, dalam arti terdapat mekanisme pengendalian yang mengarahkannya agar tetap
berfungsi sebagaimana yang telah direncanakan.
4. Sekalipun sistem merupakan satu kesatuan yang terpadu, bukan berarti ia tertutup
terhadap lingkungan.
➢ Specific protection
Perlindungan khusus yg dilakukan u/ melindungi masyarakat dari
bahaya yg dpt menyebabkan penurunan status kesehatan, misalnya : pelayanan
perlindungan keselamatan kerja o/ petugas kesehatan pd pekerja dengan resiko
kecelakaan tinggi.
➢ Disability limitation
43
o Dilakukan u/ mencegah dampak kecacatan akibat penyakit. Dilakukan
pd kasus yg memiliki potensi kecacatan.
o Bentuk pelkes berupa : perawatan u/ menyembuhkan penyakit,
mencegah komplikasi lebih lanjut, pemberian segala fasilitas u/
mengatasi kecacatan & mencegah kematian.
➢ Rehabilitation.
o Tingkat pelayanan yg diberikan setelah pasien didiagnosis sembuh.
o Tahap ini merupakan fase pemulihan trhdp kecacatan dilakukan melalui
program latihan2 & memberikan dukungan agar pasien memiliki
keyakinan atau gairah hidup kembali ke masyarakat
o Institusi
Merupakan lembaga pelkes yg fasilitasnya cukup dlm memberikan
berbagai tingkat pelkes.
Cth: RS, Pusat Rehabilitasi.
o Hospice
Memberikan pelkes yg difokuskan pd klien yg sakit terminal agar lebih
tenang & dapat melewati masa-masa terminalnya dengan tenang.
Cth: Home care
44
o Community Based Agency
Memberikan pelkes yg ditujukan pd klien dlm keluarga.
Cth: Praktek perawat keluarga.
45
➢ Pel. kprwtn mrpkn bagian pelkes yg meliputi pelayanan dasar & rujukan
sehingga meningkatkan derajat kesehatan.
➢ Pada tingkat pelayanan dasar dilakukan di lingkup puskesmas dngn pendekatan
askep keluarga & komunitas yg berorientasi pd tugas keluarga dlm kesehatan
➢ Misalnya: mengenal mslh kesehatan secara dini, mengambil keputusan,
menanggulangi keadaan darurat, memberikan pel. dasar pd anggota keluarga yg
sakit serta memodifikasi lingkungan.
➢ Pada lingkup pelayanan rujukan, tgs perawat memberikan pelayanan askep pada
lingkup rujukannya, seperti : askep anak, askep jiwa, askep medikal bedah,
askep maternitas, askep gawat darurat, dsb.
DEFINISI
PROFESI adalah pekerjaan yang didasari ilmu pengetahuan yang diperileh
melalui pendidikan formal, keterampilan tertentu dan berkembang sesuai dengan
perkembangan teknologi.
46
keahliannya, mempunyai otonomi, kode etik dan berorientasi pada pemberian askep.
KEPERAWATAN
Bentuk pelayanan professional yang berintegrasi dengan pelayanan kesehatan,
didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan berbentuk biopsikososial-spritual yang
komperhensif, ditunjukan pada individu keluaraga dan masyarakat baik sehat sakit
yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
Keperawatan sebagai profesi merupakan salah satu pekerjaan dimana dalam
menentukan tindakannya didasarkan pada ilmu pengetahuan serta memiliki
keterampilan yang jelas dalam keahliannya.
47
2.Memiliki kerangka pengetahuan teoritis
Terdiri dari 3 aspek
1. Paradigma keperawatan
2. Model konsep dan teori keperawatan
3. Metode penelitian dan uji coba teori keperawatan
3.Memberikan pelayanan tertentu
Pemberian askep sebagai bagian integral dari pelayayanan kesehatan
4.Pelayanan askepyang bersifat humanistic
Menyeluruh didasarkan pada kebutuhan klien, perpedoman pada standar askep
& etika keperawatan
5.Otonomi
Memiliki kemandirian wewenang dan tanggung jawab dalam memberikan
askep,menetapkan standar askep, penyelenggaraan pendidikan riset keperawatan dalam
praktik keperawatan.
48
Dengan adanya perkembangan keperawatan dari kegiatan yang sifatnya rutin yang
menjadi pemenuhan kebutuhan berdasarkan ilmu, membawa suatu perubahan yang
sangat besar dalam dunia keperawatan karena pelayanan yang semula hanya
berdasarkan pada insting dan pengalaman menjadi pelayanan keperawatan profesional
berdasarkan ilmu dan teknologi keperawatan yang selalu berubah sesuai dengan
kemajuan zaman.
Perawatan sebagai profesi mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1. Memiliki body of knowledge
Perawat bekerja dalam kelompok dan dilandasi dengan teori yang spesifik dan
sistematis yang dikembangan melalui penelitian. Penelitian keperawatan yang
dilakukan pada tahun 1940, merupakan titik awal perkembangan keperawatan. Pada
tahun 1950 dengan semakin berkembangnya penelitian yang dilakukan mempunyai
kontribusi yang cukup besar dalam dunia pendidikan keperawatan dan pada tahun 1960
penelitian lebih banyak dilakukan pada praktik keperawatan. Sejak tahun 1970,
penelitian keperawatan lebih banyak dilakukan dengan memfokuskan diri pada praktik
yang dihubungkan dengan isu-isu yang ada pada saat itu.
Menurut Potter dan Perry (1997), perawat telah memperlihatkan diri sebagai profesi
dan dapat terlihat adanya pengetahuan keperawatan telah dikembangkan melalui teori-
teori keperawatan. Model teori memberikan kerangka kerja bagi kurikulum dan praktik
klinis keperawatan. Teori keperawatan mendorong ke arah penelitian yang
meningkatkan dasar ilmiah untuk praktik keperawatan.
2. Berhubungan dengan nilai-nilai sosial
Kategori ini mendorong profesi untuk mendapatkan penghargaan yang cukup
baik dari masyarakat. Keperawatan telah diberi kepercayaan untuk menolong dan
melayani orang lain/klien. Pada awalnya perawat diharapkan dapat menyisihkan
sebagian besar waktunya untuk melayani, tetapi dengan semakin berkembangnya ilmu
keperawatan tuntutan tersebut telah bergeser, perawat juga mengharapkan kompensasi
dan mempunyai kehidupan yang lain disamping perannya sebagai perawat.
Karakteristik keperawatan merupakan suatu bentuk yang relevan dengan nilai-nilai
masyarakat, seperti pentingnya kesehatan, kesembuhan dan keperawatan.
Masyarakat pada umumnya mengakui bahwa perawat mempunyai tugas untuk
melawan klien dan juga melakukan upaya-upaya dalam promosi kesehatan dan
49
pencegahan penyakit tetapi masih ada sebagian masyarakat yang belum mengetahui
bahwa perawat adalah sebuah profesi. Untuk itu perlu adanya usaha dari perawat itu
sendiri agar dapat meyakinkan masyarakat guna mendapatkan pengakuan sesuai
dengan yang diinginkannya.
3. Masa pendidikan
Kategori ini mempunyai empat bagian tambahan yaitu isi pendidikan, lamanya
pendidikan, penggunaan simbol dan proses idealisme yang dituju serta tingkatan dari
spesialisasi yang berhubungan dengan praktik. Menurut Nightingale pendidikan
keperawatan harus melibatkan dua area penting yaitu teori dan praktik yang sampai saat
ini masih dianut. Perkembangan pendidikan keperawatan dewasa ini sama dengan
bidang ilmu yang lain, yaitu pendidikan tinggi. Pendidikan tinggi menimbulkan
perubahan yang sangat berarti bagi perawat terhadap cara pandang asuhan keperawatan
secara bertahap keperawatan beralih dari yang semulai berorientasi pada tugas menjadi
berorientasi pada tujuan yang berfokus pada asuhan keperawatan yang efektif serta
menggunakan pendekatan holisitik dan proses keperawatan.
4. Motivasi
Motivasi untuk bekerja merupakan kategori keempat dari Pavalko. Motivasi
bukan hanya secara individu tetapi juga menyeluruh dalam kelompok. Motivasi
diartikan sebagai suatu perhatian yang mengutamakan pelayanan kelompok
keperawatan kepada klien. Ada beberapa pendapat bahwa saat ini anak-anak muda
menginginkan menempuh pendidikan tinggi agar dapat mempunyai kehidupan yang
lebih baik seperti mendapatkan gaji lebih, kekuasaan, status disamping pekerjaan yang
dilakukannya. Biasanya karakteristik ini tidak diasosiasikan dengan profesi
keperawatan, walaupun demikian banyak perawat yang melakukan pelayanannya
dengan berorientasikan kepada klien/pasien mereka dengan baik.
5. Otonomi
Kategori kelima Pavalko adalah kebebasan untuk mengontrol dan mengatur
dirinya sendiri. Profesi mempunyai otonomi untuk regulasi dan membuat standar bagi
anggotanya. Hak mengurus diri sendiri merupakan salah satu tujuan dari asosiasi
keperawatan, karena hal ini juga berarti keperawatan mempunyai status dan dapat
mengontrol seluruh kegiatan praktik anggotanya. Otonomi juga dapat diartikan sebagai
suatu kebebasan dalam bekerja dan pertanggungjawaban dari suatu tindakan yang
50
dilakukannya.
6. Komitmen
Kategori keenam adalah komitmen untuk bekerja. Manusia yang komitmen
untuk bekerja menunjukkan adanya suatu keunggulan, untuk melaksanakan
pekerjaannya dengan baik, mencegah terjadinya kemangkiran, menekuni pekerjaannya
seumur hidup atau dalam periode waktu yang lama. Komitmen perawat juga dapat
menurun, hal ini terjadi karena kebanyakan dari perawat adalah wanita, yang harus
membagi perhatiannya dengan keluarga, sehingga mereka sering mengalami konflik
yang berkepanjangan dan kadang-kadang harus keluar dari pekerjaannya.
Orientasi karir juga merupakan salah satu ciri dari komitmen, karena dengan adanya
pengembangan karir melalui pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi membuat perawat
dapat bekerja dengan lebih baik dan bertanggung jawab dalam melakukan asuhan
keperawatan.
7. Kesadaran bermasyarakat
Kesadaran bermasyarakat bagi perawat diartikan sebagai anggota kelompok
yang ikut mengambil bagian dalam persamaan pedoman, nasib serta memiliki
kebudayaan tersendiri. Perawat mempunyai simbol-simbol yang dikenal masyarakat
sebagai ciri yang khas dari sebuah profesi seperti seragam putih, pin dan cap. Walaupun
akhir-akhir ini banyak yang mengubah identitas tersebut, tetapi perawat telah memiliki
perasaan yang kuat untuk tetap bersatu dalam kelompoknya.
8. Kode etik
Eksistensi kode etik merupakan kategori terakhir dari Pavalko. Etika
keperawatan merujuk pada standar etik yang membimbing perawat dalam praktik
sehari-hari seperti jujur terhadap pasien, menghargai pasien atas hak-hak yang
dirahasiakannya dan beradvokasi atas nama pasien.
Etika keperawatan ditujukan untuk mengidentifikasi, mengorganisasikan, memeriksa
dan membenarkan tindakan-tindakan kemanusiaan dengan menerapkan prinsip-prinsip
tertentu, selain itu juga menegaskan tentang kewajiban-kewajiban yang secara suka rela
diemban oleh perawat dan mencari informasi mengenai dampak dari keputusan-
keputusan perawat yang mempengaruhi kehidupan dari pasien dan keluarganya. Ciri
dari praktik profesional adalah adanya komitmen yang kuat terhadap kepedulian
individu, khususnya kekuatan fisik, kesejahteraan dan kebebasan pribadi, sehingga
51
dalam praktik selalu melibatkan hubungan yang bermakna. Oleh karena itu seorang
profesional harus memiliki orientasi pelayanan, standar praktik dan kode etik untuk
melindungi masyarakat serta memajukan profesi.
Mengingat pentingnya pembinaan bagi tenaga keperawatan agar dapat bekerja dengan
baik maka perlu adanya pemahaman tentang fungsi dari asosiasi keperawatan yang
terdiri dari:
1. Penetapan standar praktik, pendidikan dan pelayanan keperawatan.
2. Menetapkan kode etik bagi perawat.
3. Menetapkan sistem kredensial dalam keperawatan.
4. Menetapkan untuk ikut berinisiatif dalam legislasi, program pemerintah, kebijakan
kesehatan nasional dan internasional.
5. Mendukung adanya sistem pendidikan yang baik, evaluasi dan perhatian dalam
keperawatan.
6. Adanya agensi sentral untuk mengoleksi, menganalisa dan desiminasi dari
informasi yang relevan dengan keperawatan.
7. Promosi dan proteksi ekonomi dan kesejahteraan bagi perawat.
8. Membina kepemimpinan bagi perawat baik untuk tingkat nasional maupun
internasional.
9. Membina sikap profesionalisme bagi perawat.
10. Menyelenggarakan program secara benar.
11. Memberikan pelayanan masalah-masalah politik pada perawat.
12. Menjaga terjadinya komunikasi bagi seluruh anggotanya.
13. Menyediakan advokasi bagi anggotanya.
14. Berbicara dan menjelaskan tentang profesi keperawatan kepada pihak lain.
15. Melindungi dan mempromosikan kemajuan kesejahteraan manusia yang terkait
dengan perawat kesehatan.
52
atau tenaga pembantu. Tenaga tersebut dididik menjadi seorang perawat melalui
pendidikan magang yang berorientasi pada penyakit dan cara pengobatannya. Sampai
dengan perkembangan keperawatan di Indonesia pada tahun 1983 PPNI (Persatuan
Perawat Nasional Indonesia) melakukan Lokakarya Nasional Keperawatan di Jakarta,
melalui lokakarya tersebut perawat bertekad dan bersepakat menyatakan diri bahwa
keperawatan adalah suatu bidang keprofesian.
Perkembangan profesionalisme keperawatan di Indonesia berjalan seiring dengan
perkembangan pendidikan keperawatan yang ada di Indonesia. Pengakuan perawat
profesionalan pemula adalah bagi mereka yang berlatarbelakang pendidikan Diploma
III keperawatan. Program ini menghasilkan perawat generalis sebagai perawat
profesional pemula, dikembangkan dengan landasan keilmuan yang cukup dan
landasan profesional yang kokoh.
Perkembangan pendidikan keperawatan dalam rangka menuju tingkat
keprofesionalitasan tidak cukup sampai di tingkat diploma saja, diilhami keinginan dari
profesi keperawatan untuk terus mengembangkan pendidikan maka berdirilah PSIK
FK-UI (1985) dan kemudian disusul dengan pendirian program paska sarjana FIK UI
(1999).
53
negeri, bukan hanya untuk pengurus pusat saja tetapi juga mengikutsertakan pengurus
daerah yang berpotensi untuk dikembangkan.
3. Tugas Perawat
Tugas perawat dalam menjalankan perannya sebagai pemberi asuhan keperawatan ini
dapat dilaksanakan sesuai dengan tahapan dalam proses keperawatan. Tugas perawat
ini disepakati dalam lokakarya tahun 1983 yang berdasarkan fungsi perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan adalah sebagai berikut:
1. Mengkaji kebutuhan pasien, keluarga, kelompok dan masyarakat serta sumber
yang tersedia dan potensi untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Mengumpul data,
54
menganilisis dan menginterpretasikan data.
2. Merencanakan tindakan keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat berdasarkan diagnosis keperawatan Mengembangkan rencana tindakan
keperawatan.
3. Melaksanakan rencana keperawatan yang meliputi upaya peningkatan kesehatan,
pencegah penyakit, penyembuhan, pemulihan dan pemeliharaan kesehatan termasuk
pelayanan klien dan keadaan terminal. Menggunakan dan menerapkan konsep-konsep
dan prinsip-prinsip ilmu perilaku, sosial budaya, ilmu biomedik dalam melaksanakan
asuhan keperawatan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia.
4. Mengevaluasi hasil asuhan keperawatan. Menentukan kriteria yang dapat diukur
dalam menilai rencana keperawatan. Menilai tingkat pencapaian tujuan.
Mengidentifikasi perubahan-perubahan yang diperlukan.
5. Mendokumentasi proses keperawatan. Mengevaluasi data permasalahan
keperawatan. Mencatat data dalam proses keperawatan. Menggunakan catatan klien
untuk memonitor asuhan keperawatan.
6. Mengidentifikasi hal-hal yang perlu diteliti atau dipelajari serta merencanakan
studi kasus guna meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan keterampilan dalam
praktik keperawatan. Mengidentifikasi masalah-masalah penelitian dalam bidang
keperawatan. Membuat usulan rencana penelitian keperawatan. Menerapkan hasil
penelitian dalam praktik keperawatan.
7. Berperan serta dalam melaksanakan penyuluhan kesehatan kepada klien keluarga
kelompok serta masyarakat. Mengidentifikasi kebutuhan pendidikan kesehatan.
Membuat rencana penyuluhan kesehatan. Melaksanakan penyuluhan kesehatan.
Mengevaluasi hasil penyuluhan kesehatan.
8. Bekerja sama dengan disiplin ilmu terkait dalam memberikan pelayanan kesehatan
kepada klien, keluarga, kelompok, dan masyarakat. Berperan serta dalam pelayanan
kesehatan kepada individu, keluarga kelompok dan masyarakat. Menciptakan
komunikasi yang efektif baik dengan tim keperawatan maupun tim kesehatan lain.
9. Mengelola perawatan klien dan berperan sebagai ketua tim dalam melaksanakan
kegiatan keperawatan. Menerapkan keterampilan manajemen dalam keperawatan klien
secara menyeluruh.
55
DEFINISI DAN ANALISIS PENYUSUN MENGENAI KEPERAWATAN
SEBAGAI PROFESI
Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan yang dilakukan oleh perawat
dengan memberikan asuhan keperawatan secara tepat kepada individu, kelompok dan
masyarakat, yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan, mencegah dan mengobati
penyakit serta pemulihan kesehatan demi tercapainya kesejahteraan umat manusia,
dengan berpegang teguh pada kode etik yang melandasinya. Sedangkan perawat adalah
seseorang yang telah menyelesaikan studinya dan telah siap untuk mengabdikan dirinya
kepada masyarakat.
Perawat merupakan salah satu pekerjaan yang mulia dengan cara memberikan
perawatan yang benar, sesuai dengan ilmu yang telah didapatkannya. Ilmu tersebut
diterapkannya dengan suatu metode yang dikenal dengan “Proses Keperawatan”.
Metode ini merupakan metode yang sistematis, meliputi tahap pengkajian, diagnosa
keperawatan, merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi tindakan keperawatan.
Dari tahapan metode ini, perawat sering menemukan hal-hal baru dari setiap
kasus yang ditanganinya. Oleh karena itu, mereka perlu meningkatkan wawasannya
agar mampu menangani klien-kliennya dengan benar. Hal inilah yang membawa
perubahan besar bagi dunia keperawatan karena pelayanan yang pada awalnya hanya
berdasarkan pengalaman, kemudian berkembang menjadi pelayanan yang didasarkan
pada ilmu keperawatan yang selalu berubah sesuai dengan perkembangan zaman.
Profesi merupakan suatu keahlian yang membutuhkan ilmu pendidikan dan
pelatihan sebagai dasar pengembangan teori untuk menangani permasalahan yang
sering muncul dalam bidangnya.
Dengan melihat definisi dan ciri-ciri dari profesi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
keperawatan dianggap sebagai suatu profesi. Hal ini dikarenakan keperawatan memiliki
ciri-ciri yang sama dengan profesi.
Keperawatan sebagai suatu profesi adalah salah satu pekerjaan bagian dari tim
kesehatan, yang ikut bertanggung jawab dalam membantu klien sebagai individu,
keluarga, maupun sebagai masyarakat, baik dalam kondisi sehat ataupun sakit, yang
bertujuan untuk tercapainya pemenuhan kebutuhan dasar klien, dalam
mempertahankan kondisi kesehatan yang optimal, dalam menentukan tindakan
keperawatan harus didasarkan pada ilmu pengetahuan, komunikasi interpersonal serta
56
memiliki keterampilan yang jelas dalam keahliannya.
57
4. Merahasiakan segala sesuatu masalah tentang kesehatan klien, kecuali
jika diperlukan oleh yang berwenang
Tujuan Askep
✓ Memberi bantuan yang paripurna dan efektif
✓ Menjamin bahwa bantuan yang diberikan untuk memenuhikeb klien
✓ Mengembangkan askep
58
✓ Memberikan kesempatan pada perawat untuk mengembangkan
tingkat profesionalnya
59
dukungan.
Berpikir kritis adalah proses perkembangan kompleks, yang berdasarkan pada
pikiran rasional dan cermat menjadi pemikir kritis adalah denominatur umum untuk
pengetahuan yang menjadi contoh dalam pemikiran yang disiplin dan mandiri.
❖ Komponen dasar dalam mempertanggungjawabkan profesi dan kualitas
perawatan.
❖ Berfikir:
- Mandiri
- Keterbukaan
- Tanggung Gugat
- Disiplin
- Ketekunan
60
- Rasa ingin tahu
- Integritas
- Fleksibiltas
- Kerendahan hati
3. Reflektif
Artinya bahwa seseorang pemikir kritis tidak menggunakan asumsi atau
presepsi dalam berpikir atau mengambil keputusan tetapi akan menyediakan waktu
untuk mengumpulkan data dan menganalisisnya berdasarkan disiplin ilmu. Fakta
dan kejadian.
5. Kemandirian berpikir
61
Seorang berpikir kritis selalu berpikir dalam dirinya tidak pasif menerima
pemikiran dan keyakinan orang lain menganalisis semua isu, memutuskan secara
benar dan dapat dipercaya.
6. Berpikir adil dan terbuka
Yaitu mencoba untuk beruubah dari pemikiran yang salah dan kurang
menguntungkan menjadi benar dan lebih baik.
8. Watak (dispositions)
Seseorang yang mempunyai keterampilan berpikir kritis mempunyai sikap
skeptis, sangat terbuka, menghargai sebuah kejujuran, respek terhadap berbagai
data dan pendapat,resespek tehadap kejelasan dan ketelitian, mencari pandangan-
pandangan lain yang berbeda, dan akan berubah sikap ketika terdapat sebuah
pendapat yang diangapnya baik.
9. Kriteria (criteria)
Dalam berpikir kritis harus mempunyai sebuah kriteria atau patokan. Untuk
sampai kearah mana maka harus menemukan sesuatu untuk diputuskan atau
dipercayai.meskipun sebuah argumen dapat disusun dari berapa sumber
pembelajaran, namun akan mempunyai kriteria yang berbeda. Apabila kita akan
menerapkan standarlisasi maka haruslah berdasarkan relenfansi, keakuratan fakta-
fakta, berdasarkan sumber yang kredibel, teliti tidak benas dari logika yang keliru,
logika yang konsisten dan pertimbangan yang matang.
10. Sudut pandang
Yaitu cara memandang atau menafkirkan dunia ini, yang akan menentukan
kontruksi makna.seseorang yang berfikir dengan kritis akan memandang sebuah
penomena dari berbagai sudut pandang yang berbeda.
62
ASPEK-ASPEK BERPIKIR KRITIS
Kegiatan berpikir kritis dapat dilakukan dengan melihat penampilan dari
beberapa perilaku selama proses berpikir kritis itu berlangsung. Perilaku berpikir kritis
seseorang dapat dilihat dari beberapa aspek:
1. relevance
relevansi ( keterkaitan ) dari pernyataan yang dikemukan.
2. Importance
Penting tidaknya isu atau pokok-pokok pikiran yang dikemukaan.
3. Novelty
Kebaruan dari isi pikiran, baik dalam membawa ide-ide atau informasi baru maupun
dalam sikap menerima adanya ide-ide orang lain.
4. Outside material
Menggunakan pengalamanya sendiri atau bahan-bahan yang diterimanya dari
perkuliahan
5. Ambiguity clarified
Mencari penjelasan atau informasi lebih lanjut jika dirasakan ada ketidak jelasan
6. Linking ideas
Senantiasa menghubungkan fakta, ide atau pandangan serta mencari data baru dari
informasi yang berhasil dikumpulkan.
7. Justification
memberi bukti-bukti, contoh, atau justifikasi terhadap suatu solusi atau kesimpulan
yang diambilnya. Termasuk didalamnya senantiasa memberikan penjelasan
mengenai keuntungan dan kerungian dari suatu situasi atau solusi.
63
masalah, keperawatan serta kriteria yang digunakan dengan komponen keterampilan
dan sikap berpikir kritis.
Elemen berpikir kritis antara lain:
1. Menentukan tujuan
2. Menyususn pertanyaan atau membuat kerangka masalah
3. Menujukan bukti
4. Menganalisis konsep
5. Asumsi
Perspektif yang digunakan selanjutnya keterlibatan dan kesesuaian
Kriteria elemen terdiri dari kejelasan, ketepatan, ketelitan dan keterkaitan.
- Jelas - Luas
- Tepat - Komplet
- Specifik - Signifikan
- Akurat - Adekuat
- Relevan - Terbuka
- Logis - Mendalam
❖ Standar Profesional
64
komponen esensial dalam keperawatan dengan bekerja sama dan saling berhubungan.
Berpikir tanpa mengerjakan adalah suatu kesia-siaan. Mengerjakan sesuatu tanpa
berpikir adalah membahayakan. Dan berpikir atau mengerjakan sesuatu tanpa perasaan
adalah sesuatu yang tidak mungkin. Perasaan, diketahui sebagai status afektive yang
mempengaruhi berpikir dan mengerjakan dan harus dipertimbangkan saat belajar
berpikir dan menyimpulkan sesuatu. Pengakuan atas 3 hal (Thinking, Feeling, and
Doing) mengawali langkah praktek professional ke depan.
Asumsi yang kedua mengakui bahwa berpikir, merasakan, dan mengerjakan
tidak bisa dipisahkan dari kenyataan praktek keperawatan. Hal ini dapat dipelajari
dengan mendiskusikan secara terpisah mengenai ketiga hal tersebut. Meliputi belajar
mengidentifikasi, menilai dan mempercepat kekuatan perkembangan dalam berpikir,
merasa dan mengerjakan sesuai praktek keperawatan.
Asumsi yang ketiga bahwa perawat dan perawat pelajar bukan papan kosong,
mereka dalam dunia keperawatan dengan berbagai macam keahlian berpikir. Model
yang membuat berpikir kritis dalam keperawatan meningkat. Oleh karena itu bukan
merupakan suatu kesungguhan yang asing jika mereka menggunakan model sama yang
digunakan setiap hari.
Asumsi yang keempat yang mempertinggi berpikir adalah sengaja berbuat sesuai
dengan pikiran dan yang sudah dipelajari.
Asumsi yang kelima bahwa pelajar dan perawat menemukan kesulitan untuk
mengambarkan keahlian mereka berpikir. Sebagian orang jarang bertanya “bagaimana
pelajar dan perawat berpikir”, selalu yang ditanyakan adalah “apa yang kamu pikirkan”.
Asumsi yang keenam bahwa berpikir kritis dalam keperawatan merupakan
gabungan dari beberapa aktivitas berpikir yang bersatu dalam konteks situasi dimana
berpikir dituangkan.
1. Total Recall
Total Recall berarti mengingat fakta atau mengingat dimana dan bagaimana
untuk mendapatkan fakta/data ketika diperlukan. Data keperawatan bisa
dkumpulkan dari banyak sumber, yaitu pembelajaran di dalam kelas, informasi dari
buku, segala sesuatu yang perawat peroleh dari klien atau orang lain, data klien
dikumpulkan dari perasaan klien, instrument (darah, urine, feses, dll), dsb.
Total recall juga membutuhkan kemampuan untuk mengakses pengetahuan,
65
dengan adanya pengetahuan akan menjadikan sesuatu dipelajari dan dipertahankan
dalam pikiran. Masing-masing individu mempunyai pengetahuan yang berbeda-
beda dalam pikiran mereka. Ada sekelompok yang mempunyai pengetahuan sangat
luas dan ada yang sebaliknya. Keperawatan diawali dengan pengetahuan yang
minimal tetapi kemudian secara pesat meluas seiring dengan adanya sekolah-
sekolah keperawatan.
Contoh pertanyaan total Recall:
1. Berapa nomor telepon Akper Baptis Kediri?
2. Dimana alamat Akper Baptis Kediri?
3. Berapa Hemoglobin pasien 2 jam post operasi?
4. Berapa Trombosit pasien dengan DHF?
Yang perlu dipelajari :
Bagaimana menjawab pertanyaan tersebut dengan tepat dan cepat?
Bagaimana data tersebut dapat kita ungkapkan setiap saat?
Berapa banyak data yang bisa kita simpan?
Bagaimana rumus/kunci menghafal untuk meningkatkan memori?
2. Habits (Kebiasaan)
Habits merupakan pendekatan berpikir ditinjau dari tindakan yang diulang
berkali-kali sehingga menjadi kebiasaan yang alami. Mereka menerima apa yang
mereka kerjakan menghemat waktu dan mudah untuk dilakukan. Manusia selalu
menggambarkan sesuatu yang mereka kerjakan sebagai kebiasaan seperti “saya
mengerjakan sesuatu di luar pikiran”. Hal ini bukan kebiasaan dalam keperawatan
karena tindakan yang dilakukan tidak menggunakan proses berpikir. Hal ini terjadi
jika proses berpikir sudah berakar dalam diri mereka dalam melihat sesuatu atau
kemungkinan yang terjadi, di bawah sadar.
Habits mengikuti sesuatu yang dikerjakan diluar metode baru setiap waktu.
Contoh : pernahkah kita mengendarai kendaraan dan apakah pernah kita ingat
pepohonan yang pernah kita lewati? Yang kita pikirkan dan harapkan adalah
supaya kita terhindar dari kecelakaan.
Cardipulmonary Resuscitation (CPR) adalah suatu kebiasaan yang sangat
penting dalam keperawatan. Ketika seseorang menjelang ajal, sebuah solusi yang
cepat yang dibutuhkan disini adalah melakukan pijat jantung (CPR), memberikan
66
injeksi, mempertahankan suhu tubuh, memasang kateter, dan aktivitas lainnya. Hal
tersebut merupakan suatu kebiasaan yang alami terjadi dan dilakukan oleh perawat.
Yang perlu dipelajari :
Bagaimana sesuatu menjadi sesuatu kebiasaan?
Mengapa suatu aktivitas berguna?
Cara apa yang terbaik untuk mengembangkan kebiasaan?
3. Inquiry (Penyelidikan/Menanyakan Keterangan)
Inquiry merupakan latihan mempelajari suatu masalah secara mendalam
dan mengajukan pertanyaan yang mendekati kenyataan. Jika kita berada di tingkat
pertanyaan ini dalam situasi social, kita akan disebut “Mendesak”. Hal ini meliputi
penggalian data dan pertanyaan, khususnya pendapat dalam situasi tertentu. Ini
berarti tidak menilai dari raut wajah, mencari factor-faktor yang menyebabkan,
keragu-raguan pada kesan pertama, dan mengecek segalanya, tidak ada masalah
bagaimana memperlihatkan ketidaksesuaian.
Inquiry merupakan kebutuhan primer dalam berpikir yang digunakan untuk
menyimpulkan sesuatu. Kesimpulan tidak dapat diambil jika tanpa inquiry, tetapi
kesimpulan akan lebih akurat jika menggunakan inquiry.
Inquiry bisa diwujudkan melalui :
1. Melihat sesuatu (menerima informasi)
2. Mendapatkan kesimpulan awal
3. Mengakui keterbatasan pengetahuan yang dimiliki
4. Mengumpulkan data atau informasi mendekati masalah utama
5. Membandingkan informasi baru dengan yang sudah diketahui
6. Menggunakan pertanyaan netral
7. Menemukan satu atau lebih kesimpulan
8. Memvalidasi kesimpulan utama dan alternative untuk mendapatkan informasi
lebih banyak lagi teman kita.
Yang perlu dipelajari :
Apakah kita mendapat jawaban yang sebenarnya dari pertanyaan kita?
Kapan kita membandingkan jawaban yang kita peroleh dengan jawaban teman kita
apakah ada perbedaan?
4. New Ideas and Creativity
67
Ide baru dan kreativitas terdiri dari model berpikir unik dan bervariasi yang
khusus bagi individu. Kekhususan dalam berpikir ini akan selalu dibawa individu
selama hidupnya dan biasanya membentuk kembali norma. Seperti Inquiry, model
ini membawa kita sesuai ide dari literature. Berpikir kreatif merupakan kebalikan
dan akhir dari Habits Model (kebiasaan). Dari kalimat “melakukan sesuatu seperti
biasanya” menjadi “Mari mencoba cara baru”. Berpikir kreatif tidak untuk menjadi
pengecut, tetapi salah satu kadang-kadang akan terlihat bodoh dan tidak sesuai
dengan ketentuan yang ada. Pemikir kreatif menghargai kesalahan yang mereka
lakukan untuk mempelajari nilai.
Ide baru dan kreativitas sangat penting dalam keperawatan karena
merupakan dasar dalam merawat pelanggan atau klien. Banyak hal yang harus
dipelajari perawat untuk menjadi cocok, terpadu, dan bekerja menyesuaikan
keunikan klien. Perawat mempunyai standart pendekatan untuk menghemat waktu
perawatan dan secara keseluruhan bekerja dengan baik, tetapi cara kerja perawat
berbeda satu sama lain. Contoh : Ethel yang tinggal di rumah perawatan
menghabiskan sisa harinya di atas kursi roda, keluar-masuk ke ruangan yang sama
tiap harinya. Dia tidak pernah berkata kepada seorangpun meskipun perawat
mengulangi kata-kata yang sama dan sudah memahami cara berkomunikasi.
Ketika dalam komunikasi kita berpikir, kebanyakan orang berpikiran
bahwa berbicara kepada orang lain merupakan cara standar untuk membesarkan
hati melalui komunikasi. Jadi hal tersebut yang sebagian perawat lakukan, kecuali
Maria (contoh). Suatu hari Maria berlutut di depan kursi roda Ethel dan
merangkulnya. Memandang Ethel dan dengan senyum yang lebar mengajaknya
bernyanyi. Apa yang terjadi? Ethel menyanyi. Tidak hanya menyanyi tetapi juga
mempunyai suara seperti penyanyi bangsa Irlandia.
Sekarang apa yang dapat kita pikirkan dari cerita tersebut? Kebanyakan
perawat memahami komunikasi terapeutik yang mereka pelajari dari buku.
Pendekatan verbal utnuk komunikasi terapeutik bisa dilakukan dengan kebanyakan
klien. Maria, meskipun mengembangkan komunikasi dengan cara sentuhan dan
menyanyi hal tersebut kreativitas yang dimiliki yang tidak disebutkan dalam
literature.
Yang perlu dipelajari :
68
Bagaimana perasaan anda jika mempunyai ide baru atau kreativitas baru?
Berapa lama dalam sehari anda berkreativitas?
Berapa lama dalam seminggu?
Apa yang membuat berbahaya dari bertindak kreatif?
5. Knowing How You Think (Mengetahui apa yang kamu pikirkan)
Knowing How You Think merupakan yang terakhir tetapi bukannya yang
paling tidak dihiraukan dari model T.H.I.N.K. yang berarti berpikir tentang apa
yang kita pikirkan. Berpikir tentang berpikir disebut “metacognition”. Meta berarti
“diantara atau pertengahan” dan cognition berarti “Proses mengetahui”. Jika kita
berada di antara proses mengetahui, kita akan dapat mengetahui bagaimana kita
berpikir.
INDIKATOR BERPIKIR KRITIS
Wade (1995) mengidentifikasi delapan kerakteristik berpikir kritis, yakni meliputi:
1. Kegiatan merumuskan pertanyaan
2. Membatasi permasalahan
3. Menguji data-data
4. Menganalisis berbagai pendapat
5. Menghindari pertimbangan yang sangat emosional
6. Menghindari penyederhanaan berlebihan
7. Mempertimbangkan berbagai interpretasi
8. Mentolerasi ambiguitas
69
sinonim. Pemecahan masalah dan proses pengambilan keputusan membutuhkan
pemikiran kritis dan analisis yang dapat ditingkatkan dalam praktek. Pengambilan
keputusan merupakan upaya pencapa iantujuan dengan menggunakan proses yang
sistematis dalam memilih alternatif. Tidak semua pengambilan keputusan dimulai
dengan situasi masalah.
Ada lima hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan keputusan :
1. Dalam proses pengambilan keputusan tidak terjadi secara kebetulan.
2. Pengambilan keputusan tidak dilakukan secara sembrono tapi harus berdasarkan
pada sistematika tertentu :
a. Tersedianya sumber-sumber untuk melaksanakan keputusan yang akan
diambil.
b. Kualifikasi tenaga kerja yang tersedia
c. Falsafah yang dianut organisasi.
d. Situasi lingkungan internal dan eksternal yang akan mempengaruhi administrasi
dan manajemen di dalam organisasi.
3. Masalah harus diketahui dengan jelas.
4. Pemecahan masalah harus didasarkan pada fakta-fakta yang terkumpul dengan
sistematis.
5. Keputusan yang baik adalah keputusan yang telah dipilih dari berbagai alternatif
yang telah dianalisa secara matang.
70
8. Membuat dan mengecek dasar analisis dan faliidasi data keperawatan.
9. Merumuskan dan menjelaskan keyakinan tentang aktifitas keperawatan
10. Memberikan alasan-alasan yang relevan terhadap keyakinan dan kesimpulan yang
dilakukan.
11. Merumuskan dan menjelaskan nilai-nilai keputusan dalam keperawatan
12. Mencari alasan-alasan kriteria, prinsip-prinsip dan akktifitas nilai-nilai keputusan.
13. Mengefaluasi penampilan kinerja perawat dan kesimpulan asuhan keperawatan.
1. Klien
2. Perawat
3. Keterampilan berfikir
Great nursing
klien, perawat , keterampilan berfikir ,pengetahuan, proses keperawatan
Model pembelajaran berfikir kritis
Dalam penerapan pembelajaran pemikiran kritis di pendidikan keperawatan, dapat
digunakan tiga model, yaitu: feeling, vision model, dan examine model yaitu sebagai
berikut:
1. Feling Model
Model ini menerapkan pada rasa, kesan, dan data atau fakta yang
ditemukan. Pemikir kritis mencoba mengedepankan perasaan dalam melakukan
pengamatan, kepekaan dalam melakukan aktifitas keperawatan dan perhatian.
71
Misalnya terhadap aktifitas dalam pemeriksaan tanda vital, perawat merasakan
gejala, petunjuk dan perhatian kepada pernyataan serta pikiran klien.
2. Vision model
Model ini dingunakan untuk membangkitkan pola pikir, mengorganisasi
dan menerjemahkan perasaan untuk merumuskan hipotesis, analisis, dugaan
dan ide tentang permasalahan perawatan kesehatan klien, beberapa kritis ini
digunakan untuk mencari prinsip-prinsip pengertian dan peran sebagai pedoman
yang tepat untuk merespon ekspresi.
3. Exsamine model
Model ini dungunakan untuk merefleksi ide, pengertian dan visi.
Perawat menguji ide dengan bantuan kriteria yang relevan. Model ini digunakan
untuk mencari peran yang tepat untuk analisis, mencari, meguji, melihat
konfirmasi, kolaborasi, menjelaskan dan menentukan sesuatu yang berkaitan
dengan ide.
2. Pengalaman
3. Kompetensi
4. Sikap
5. Standar.
❖ Tingkat 2 kompleks
❖ Tingkat 1 dasar
73