Anda di halaman 1dari 7

ISU ETIK DALAM PELAYANAN KEPERAWATAN KRITIS DAN FUNGSI ADVOKASI

Definisi Keperawatan Kritis American Association of Critical Care Nurses (AACN) menyatakan
bahwa asuhan keperawatan kritis mencakup diagnosis dan penatalaksanaan respons manusia
terhadap penyakit yang aktual atau potensial yang mengancam kehidupan (AACN, 1989)

Definisi Etik Etik adalah cara bagaimana seseorang menetapkan norma atau standar kehidupan
seseoarang dan yang seharusnaya dilakukan (Mandla, Boyle dan O’Donohoe. 1994).

Definisi Isue Issue” sebagai ‘suatu pertanyaan tentang fakta, nilai atau kebijakan yang dapat
diperdebatkan’ (‘a contestable question of fact, value or policy’ (Heath & Nelson (1986). Dengan
kata lain, sebuah issue yang timbul ke permukaan adalah suatu kondisi atau peristiwa, baik di
dalam maupun di luar organisasi, yang jika dibiarkan akan mempunyai efek yang signifikan pada
fungsi atau kinerja organisasi tersebut atau pada target-target organisasi tersebut di masa
mendatang

Isu etik dan legal pada keperawatan kritis Perawat ruang intensif/kritis harus memberikan
pelayanan keperawatan yang mencerminkan pemahaman akan aspek etika dan legal keperawatan
yang mencerminkan pemahaman akan aspek etika dan legal kesehatan. Perawat ruang kritis harus
bekerja sesuai dengan aturan yang ada (standar rumah sakit/standar pelayanan maupun asuhan
keperawatan). Etik ditujukan untuk mengukur perilaku yang diharapkan dari manusia sehingga
jika manusia tersebut merupakan suatu kelompok tertentu atau profesi tertentu seperti profesi
keperawatan, maka aturannya merupakan suatu kesepakatan dari kelompok tersebut yang disebut
kode etik.

Trend dan isu keperawatan kritis Perkembangan yang pesat di bidang teknologi dan pelayanan
kesehatan cukup berkontribusi dalam membuat orang tidak lagi dirawat dalam jangka waktu lama
di rumah sakit. Pasien yang berada di unit perawatan kritis dikatakan lebih sakit dibanding
sebelumnya. Sekarang ini banyak pasien yang dirawat di unit kritis untuk waktu 5 tahun sudah
dapat menjalani rawat jalan di rumah masing-masing. Pasien unit kritis yang ada sekarang ini tidak
mungkin bertahan hidup di masa lalu dikarenakan buruknya sistem perawatan kritis yang ada.
Sudah direncanakan di beberapa rumah sakit akan adanya unit kritis yang lebih besar dan
kemungkinan mendapatkan pelayanan perawatan kritis di rumah atau tempat-tempat alternatif
lainnya.

Beberapa isu keperawatan yang ada diantaranya:

1. Isu-isu Etika Biomedis

Isu etika biomedis menyangkut persepsi dan perilaku profesional dan instutisional terhadap
hidup dan kesehatan manusia dari sejak sebelum kelahiran, pada saat-saat sejak lahir,
selama pertumbuhan, jika terjadi penyakit atau cidera, menjadi tua, sampai saat-saat
menjelang akhir hidup, kematian dan malah beberapa waktu setelah itu. Sebenarnya
pengertian etika biomedis dalam hal ini masih perlu dipilah lagi dalam isu-isu etika
biomedis atau bioetika yang lahir sebagai dampak revolusi biomedis sejak tahun 1960-an,
yang antara lain berakibat masalah dan dilema baru sama sekali bagi para dokter dalam
menjalankan propesinya.

Etika biomedis dalam arti ini didefinisikan oleh International association of bioethics
sebagai berikut; Bioetika adalah studi tentang isu-isu etis,sosial,hukum,dan isu-isu
lainyang timbul dalam pelayanan kesehatan dan ilmu-ilmu biolagi

Pengertian etika biomedis juga masih perlu dipilah lagi dalam isu-isu etika
medis’tradisional’ yang sudah dikenal sejak ribuan tahun, dan lebih banyak
menyangkuthubungan individual dalam interaksi terapeutik antara dokter dan pasien.
Kemungkinan adanya masalah etika medis demikianlah yang dalam pelayanan di rumah
sakit sekarang cepat oleh masyarakat (dan media masa) ditunding sebagai malpraktek.

2. Isu-isu Etika Medis

Seperti sudah disinggung diatas, masalah etika medis tradisional dalam pelayanan medis
dirumah sakit kita lebih banyak dikaitkan dengan kemungkinan terjadinya malpraktek.
Padahal, etika disini terutama diartikan kewajiban dan tanggung jawab institusional rumah
sakit. Kewajiban dan tanggung jawab itu dapat berdasar pada ketentuan hukum (Perdata,
Pidana, atau Tata Usaha Negara) atau pada norma-norma etika.
3. Isu Keperawatan Pelaksanaan Kolaborasi Perawat dengan Dokter

Kolaborasi merupakan istilah umum yang sering digunakan untuk menggambarkan suatu
hubungan kerja sama yang dilakukan pihak tertentu. Sekian banyak pengertian
dikemukakan dengan sudut pandang beragam namun didasari prinsip yang sama yaitu
mengenai kebersamaan, kerja sama, berbagi tugas, kesetaraan, tanggung jawab dan
tanggung gugat. Namun demikian kolaborasi sulit didefinisikan untuk menggambarkan apa
yang sebenarnya yang menjadi esensi dari kegiatan ini. Seperti yang dikemukakan National
Joint Practice Commision (1977) yang dikutip Siegler dan Whitney (2000) bahwa tidak
ada definisi yang mampu menjelaskan sekian ragam variasi dan kompleknya kolaborasi
dalam kontek perawatan kesehatan. Apapun bentuk dan tempatnya, kolaborasi meliputi
suatu pertukaran pandangan atau ide yang memberikan perspektif kepada seluruh
kolaborator. Efektifitas hubungan kolaborasi profesional membutuhkan mutual respek baik
setuju atau ketidaksetujuan yang dicapai dalam interaksi tersebut. Partnership kolaborasi
merupakan usaha yang baik sebab mereka menghasilkan outcome yang lebih baik bagi
pasien dalam mecapai upaya penyembuhan dan memperbaiki kualitas hidup.

Pemahaman mengenai prinsip kolaborasi dapat menjadi kurang berdasar jika hanya
dipandang dari hasilnya saja. Pembahasan bagaimana proses kolaborasi itu terjadi justru
menjadi point penting yang harus disikapi. Bagaimana masing-masing profesi memandang
arti kolaborasi harus dipahami oleh kedua belah pihak sehingga dapat diperoleh persepsi
yang sama.

Kolaborasi merupakan proses komplek yang membutuhkan sharing pengetahuan yang


direncanakan dan menjadi tanggung jawab bersama untuk merawat pasien. Bekerja
bersama dalam kesetaraan adalah esensi dasar dari kolaborasi yang kita gunakan untuk
menggambarkan hubungan perawat dan dokter. Tentunya ada konsekweksi di balik issue
kesetaraan yang dimaksud. Kesetaraan kemungkinan dapat terwujud jika individu yang
terlibat merasa dihargai serta terlibat secara fisik dan intelektual saat memberikan bantuan
kepada pasien. Apapun bentuk dan tempatnya, kolaborasi meliputi suatu pertukaran
pandangan atau ide yang memberikan perspektif kepada seluruh kolaborator. Efektifitas
hubungan kolaborasi profesional membutuhkan mutual respek baik setuju atau
ketidaksetujuan yang dicapai dalam interaksi tersebut. Partnership kolaborasi merupakan
usaha yang baik sebab mereka menghasilkan outcome yang lebih baik bagi pasien dalam
mecapai upaya penyembuhan dan memperbaiki kualitas hidup.

4. Penanganan masalah isu-isu dalam keperawatan

 Pemecahan masalah dan proses pengambilan keputusan membutuhkan pemikiran kritis


dan analisis yang dapat ditingkatkan dalam praktek.
 Pemecahan masalah termasuk dalam langkah proses pengambilan keputusan, yang
difokuskan untuk mencoba memecahkan masalah secepatnya. Masalah dapat
digambarkan sebagai kesenjangan diantara “apa yang ada dan apa yang seharusnya ada”.
 Pemecahan masalah dan pengambilan keputusan yang efektif diprediksi bahwa individu
harus memiliki kemampuan berfikir kritis dan mengembangkan dirinya dengan adanya
bimbingan dan role model di lingkungan kerjanya.
 Untuk mencapai pelayanan yang efektif maka perawat, dokter dan tim kesehatan harus
berkolaborasi satu dengan yang lainnya. Tidak ada kelompok yang dapat menyatakan
lebih berkuasa diatas yang lainnya. Masing-masing profesi memiliki kompetensi
profesional yang berbeda sehingga ketika digabungkan dapat menjadi kekuatan untuk
mencapai tujuan yang diharapkan. Banyaknya faktor yang berpengaruh seperti
kerjasama, sikap saling menerima, berbagi tanggung jawab, komunikasi efektif sangat
menentukan bagaimana suatu tim berfungsi. Kolaborasi yang efektif antara anggota tim
kesehatan memfasilitasi terselenggaranya pelayanan pasien yang berkualitas
 Memecahkan struktur masalah yang sudah teridentifikasi kedalam komponen-
komponennya, menganalisis komponen-komponen itu sehingga ditemukan akar
masalah.Akar masalah adalah penyebab paling dasar dari masalah etika yang terjadi. Ia
dapat berupa kelemahan pada manusia, kepemimpinan, manajemen, budaya organisasi,
sarana, alat, sistem, prosedur, atau faktor-faktor lain.
 Melakukan analisis lebih dalam tentang akar masalah yang sudah ditemukan (root cause
analysis),untuk menetapkan arah pemecahannya.
 Menetapkan beberapa alternatif untuk pemecahan akar masalah.
 Memilih alternatif yang situasional terbaik untuk pemecahan masalah itu.
 Mengevaluasi penerapan upaya pemecahan yang sudah dilaksanakan.
 Melakukan tindakan koreksi jika masalah etika belum terpecahkan atau terulang lagi
terjadi. Tindakan koreksi yang dapat menimbulkan masalah etika baru adalah jika
manusia sebagai penyebab akar masalah yang

FUNGSI ADVOKASI
Advokasi adalah sejumlah tindakan yang dirancang untuk menarik perhatian masyarakat
pada suatu isu, dan mengontrol para pengambil kebijakan untuk mencari solusinya.
Advokasi itu juga berisi aktifitas-aktifitas legal dan politis yang dapat mempengaruhi
bentukdan praktik penerapan hukum. Inisiatif untuk melakukan advokasi perlu diorganisir,
digagas secara strategis, didukung informasi,komunikasi, pendekatan, serta mobilisasi
(MargaretSchuler, Human Rights Manual).

Menurut ANA (1985) advokasi adalah melindungi klien atau masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan dan keselamatan praktik tidak sah yang tidak kompeten dan
melanggar etika yang dilakukan oleh siapapun. Fry (1987) sendiri mendefinisikan sebagai
dukungan aktif terhadap setiap hal yang memiliki dampak/penyebab penting. Sementara
itu Gadow (1983) mengatakan bahwa advokasi merupakan dasar falsafah dan ideal
keperawatan yang melibatkan bantuan perawat secara aktif kepada individu secara bebas
untuk menentukan nasib sendiri.
Peran perawat sebagai advokat klien adalah memberi informasi dan bantuan kepada klien
atas keputusan yang telah dibuat klien. Hal ini berarti perawat memberikan
penjelasan/informasi sesuai kebutuhan klien. Menurut Kohnke (1982), perawat dalam
memberikan bantuan memiliki dua peran yaitu peran aksi dan nonaksi.peran aksi berarti
perawat memberikan keyakinan kepada klien bahwa mereka memiliki hak dan tanggung
jawab dalam memnentukan pilihan atau keputusan sendiri tanpa tekanan pengaruh orang
lain.
Advokasi identik dengan kerja keras dan dapat menjadi sesuatu yang memberatkan pikiran
kita. Namun, advokasi memberika semangat untuk membelakebenaran dan melawan
ketidakadilan yang didapatkan di kampus.Walaupun begitu, sebenarnya apa arti dari
advokasi itu sendiri.Berdasarkan dalam kamus hukum, kata advokasi adalah kata kerja
darikata benda advocaat (belanda) yang berarti penasehat hukum, pembelaperkara atau
pengacara. Advokasi sendiri bisa diartikan sebagaiproses pembelaan suatu perkara dalam
koridor hukum yang berlaku. Adabeberapa jenis pembedaan advokasi, yaitu :

1. Advokasilitigasi – non litigasi (pengadilan – di luar pengadilan)

2. Advokasikasus – non kasus (kebijakan)

3. AdvokasiPengorganisasian – Legislasi ( Atas – bawah )

4. Advokasipemenuhan hak asasi,politik – ekonomi, sosial, budaya

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa advokasi lebih merupakan suatu
usaha sistematik dan terorganisir untuk mempengaruhi dan mendesakkan perubahan
dengan memberikan sokongan dan pembelaan terhadap kaum lemah. Advokasi sendiri
meletakkan korban kebijakan sebagai subjeknya, boleh menjadi alat siapa saja yang ingin
memperjuangkan perubahan kebijakan untuk tegaknya keadilan social,bermain dalam
arena politik tanpa harus menjadi politisi,membutuhkan daya cipta dan imajinasi yang
tinggi,

Sehingga advokasi juga merupakan suatu proses komunikasi yang terencana untuk
mendapat dukungan dan keputusan sehingga masalah bisa dipecahkan. Advokasi sendiri
merupakan suatu ilmu dan seni. Walaupun merupakan suatu ilmu, advokasi sendiri dari
sudut pandang keilmuan tidak memiliki formula yang baku. Keberhasilan dalam
beradvokasi dapatdiperoleh jika direncanakan secara sistematis.

Dalam mengampu peran-peran advokat, seorang advokat tidak boleh


bertindaksembarangan. Dia harus memperhatikan hal-hal seperti bekerja
secaraprofesional, membela kebenaran dan keadilan, khususnya bagi kaum yangtertindas.
Walaupun posisi kita hanya sebagai mahasiswa bukan sebagaiadvokat. Namun, kita bisa
menjadi seorang advokat di kampus.

Advokasi jika dikaitkan dalam skala masalah yang dihadapi bisa dikategorikan kepada 3
jenis yaitu

(1) Advokasi diri, yaitu advokasi yang dilakukan pada skala lokal dan bahkan sangat
pribadi (2) Advokasi kasus, yaitu advokasi yang dilakukan sebagai proses pendampingan
terhadap orangatau kelompok yang belum memiliki kemampuan membela dirinya dan
kelompoknya (3) Advokasi kelas, yaitu sebuah proses mendesakkan kebijakan publik atau
kepentingan satu kelompok masyarakat (dalam hal ini pelajar dan remaja) dengan tujuan
akhir terwujudnya perubahan sistematik yang berujung pada lahirnya kebijakan yang
melindungi atau berubahnya legislasi yang dianggap tidak adil.

Ketika menghadapi pasien kita memerlukan etika sebagai aturan berperilaku maupun
bertingkah laku. Di dalam etika keperawatan membahas dua jenis prinsip yaitu etika dan
moral. di dalam moral kita ditentukan tentang sifat baik atau buruk, benar atau salah dan
juga layak atau tidak layak. Ketika mengambil keputusan secara etis kita harus menentukan
kerangka membuat keputusan, langkah-langkah membuat keputusan, dan faktor-faktor
yang mempengaruhi pengambilan keputusan secara etis. Untuk itulah perlunya materi ini
agar calon perawat mengetahui dan memahami tentang keputusan etis dan moral.

Anda mungkin juga menyukai