Anda di halaman 1dari 39

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Konsep teori keperawatan disusun berdasarkan ilmu dan seni yang mencakup berbagai
aktivitas konsep dan keterampilan yang berhubungan dengan berbagai disiplin ilmu.
Keperawatan merupakan profesi yang unik karena fungsi dan tanggung jawab keperawatan
ditujukan ke berbagai respon klien baik sebagai individu, keluarga maupun masyarakat terhadap
masalah kesehatan yang dihadapi (Budiono, 2016). Teori keperawatan adalah hal yang penting
karena menjadi fondasi dan struktur dalam profesi keperawatan. Terdapat banyak jenis teori
yang berbeda dan semuanya memiliki tujuan tertentu. Teori merupakan hal yang penting dan
berharga, karena dengan teori keperawatan akan memudahkan perawat untuk memahami peran
mereka sebagai perawat professional. Teori dari keperawatan juga berperan dalam membantu
perawat dalam memenui kebutuhan klien pada kondisi gawat, sedangkan pada kondisi
pemulihan perawat berperan untuk menolong klien untuk mendapatkan kembali
kemandiriannya (Budiono, 2016). Teori adalah hubungan beberapa konsep atau suatu kerangka
konsep atau definisi yang memberikan suatu pandangan sistematis terhadap gejala - gejala atau
fenomena - fenomena dengan menentukan hubungan spesifik antara konsep - konsep tersebut
dengan maksud untuk menguraikan, menerangkan, meramalkan dan atau mengendalikan suatu
fenomena. Teori dapat diuji, diubah atau digunakan sebagai suatu pedoman dalam penelitian.
Ilmu keperawatan merupakan suatu ilmu yang mempelajari pemenuhan kebutuhan dasar
manusia mulai dari biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Pemenuhan kebutuhan dasar
tersebut diterapkan dalam pemberian asuhan keperawatan secara professional. Ilmu
keperawatan didasarkan pada suatu teori yang sangat luas. Keperawatan merupakan suatu
bentuk layanan kesehatan yang berdasaran pada ilmu dan etika keperawatan. Keperawatan
sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, ikut menentukan mutu dari pelayanan
kesehatan. Keperawatan dapat disebut sebagai ilmu karena ilmu keperawatan menggunakan
pendekatan dan metode penyelesaian masalah yang secara ilmiah ditujukan untuk
mempertahankan, memelihara dan meningkatkan kualitas hidup klien. Selain itu, ilmu
keperawatan banyak sekali menerapkan ilmu-ilmu dasar seperti ilmu perilaku, sosial, fisika,
biomedik dan sebagainya. Ilmu keperawatan juga mempelajari pengetahuan inti yang
menunjang praktik keperawatan yaitu fungsi tubuh manusia yang berkaitan dengan kondisi
sehat dan sakit serta pokok bahasa pemberian asuhan keperawatan secara langsung kepada

1
klien. Ilmu keperawatan merupakan suatu disiplin ilmu yang memiliki body knowledge yang
disusun dari beberapa teori - teori yang membentuk satu kesatuan utuh yang khas dan
mempunyai arti atau makna yang berbeda dan senantiasa berkembang. Keperawatan sebagai
ilmu memiliki objek formal dan material, sebagai objek formal keperawatan mempunyai cara
pandang pada respon manusia terhadap masalah kesehatan dalam memenuhi kebutuhan
dasarnya, dimana ilmu keperawatan sangat memperhatikan masalah - masalah keperawatan
yang dilakukan dengan cara ilmiah (Budiono, 2016).
Teori - teori keperawatan yang ada saat ini dibangun atas empat konsep yang
menghasilkan suatu model keperawatan. Model keperawatan tersebut digunakan dalam praktik,
penelitian maupun pengajaran. Selanjutnya pada materi ini kita akan mencoba menguraikan
model konseptual keperawatan. Model ini dipilih berdasarkan kegunaan dalam praktik
keperawatan di Indonesia yang diuraikan berdasarkan keempat konsep model utama. Dalam
menjalankan tugas keperawatan banyak teori yang bisa digunakan, salah satunya adalah Middle
Range Theories “ Social ” yang diuraikan menjadi teori Social Support, Caring, Interpersonal
Relations dan Attachment. Model konsep dan teori keperawatan yang dijelaskan didalam
Middle Range Theories “ Social ” menjelaskan tentang kemampuan dalam memahami diri
sendiri dan orang lain yang menggunakan dasar hubungan antar manusia untuk mencapai tujuan
yang sama. Oleh karena itu, makalah ini disusun atas dasar memberikan pengetahuan kepada
mahasiswa bagaimana peran perawat dalam support sosial, care, proses interpersonal dan
kedekatan melalui model konsep dan teori keperawatan menurut Middle Range Theories “
Social ”, dan dapat mengimplementasikannya.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana peran perawat dalam support sosial, care, proses interpersonal dan kedekatan
melalui model konsep dan teori keperawatan sesuai yang dijelaskan didalam Middle Range
Theories “ Social ” ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa bagaimana peran perawat dalam support
sosial, care, proses interpersonal dan kedekatan melalui model konsep dan teori keperawatan
sesuai yang dijelaskan didalam Middle Range Theories “ Social ”.

2
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penulisan ini adalah:
1. Mengetahui definisi middle range theories “ social”.
2. Mengetahui konsep middle range theories “ social”.
3. Mengetahui model konsep teori keperawatan menurut middle range theories “
social”.
4. Mengetahui aplikasi middle range theories “ social” di pelayanan kesehatan.
5. Mengetahui kelebihan dan kekurangan middle range theories “ social”.

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Middle Range Theory


2.1.1.Definisi Middle Range Theory
Middle range theories dapat didefinisikan sebagai serangkaian ide/ gagasan yang saling
berhubungan dan berfokus pada suatu dimensi terbatas yaitu pada realitas keperawatan
(Smith,Mary Jane & Liehr, 2008). Teori-teori ini terdiri dari beberapa konsep yang saling
berhubungan dan dapat digambarkan dalam suatu model.  Middle range theories dapat
dikembangkan pada tatanan praktek dan riset untuk menyediakan pedoman dalam praktik dan
riset atau penelitian yang berbasis pada disiplin ilmu keperawatan. Dalam lingkup dan tingkatan
abstrak, middle range theory cukup spesifik untuk memberikan petunjuk riset dan praktik,
cukup umum pada populasi klinik dan mencakup fenomena yang sama. Sebagai petunjuk riset
dan praktek, middle range theory lebih banyak digunakan dari pada grand theory, dan dapat
diuji dalam pemikiran empiris (Peterson, Sandra J., Bredwoy, 2013).
Bila dibandingkan dengan grand teori, middle range theory ini lebih konkrit. Merton (1968)
yang berperan dalam pengembangan middle range theory, mendefinisikan teori ini sebagai
sesuatu yang minor tetapi penting dalam penelitian dan pengembangan suatu teori. Sependapat
dengan Merton, beberapa penulis keperawatan mengemukakan middle range theory jika
dibandingkan dengan grand theory, ruang lingkupnya lebih sempit, lebih konkrit, fenomena
yang disajikan lebih spesifik, terdiri dari konsep dan proposisi yang lebih sedikit,
merepresentasikan bidang keperawatan yang lebih spesifik/ terbatas, lebih dapat diuji secara
empiris, lebih dapat diaplikasikan secara langsung dalam tatanan praktik (Peterson, Sandra J.,
Bredwoy, 2013).

2.2 Konsep Social Support

2.2.1.Definisi Social Support

Menurut Stewart, 1993 social support/dukungan sosial adalah teori rentang menengah
yang membahas tentang struktur dan interaksi dalam suatu hubungan. Hal ini akan berdampak
pada status, perilaku dan penggunaan layanan kesehatan. Sebagai tenaga kesehatan yang
profesional, perawat seringkali memiliki akses ke jaringan sosial klien. Akses ini didapat dari
komunikasi yang dilakukan perawat dengan klien dan anggota keluarganya. Hasil dari akses
komunikasi yang dilakukan akan memudahkan perawat dalam melakukan intervensi dan

4
promosi kepada keluarga untuk meningkatkan dukungan sosial. Beberapa penelitian
menunjukkan banyak hal positif yang didapatkan dari dukungan sosial termasuk peningkatan
kesehatanm kemampuan koping pribadi, rasa kesejahteraan harga diri, dan penurunan
kecemasan serta depresi (Langford et al., 1997). Penelitian dengan pemberian intervensi
dukungan sosial mampu memberikan pengetahuan pada perawat tentang strategi yang sangat
efektif untuk meningkatkan status kesehatan klien yaitu melalui dukungan sosial.

House (1981) dukungan sosial adalah isi fungsional dari hubungan yang dapat
dikategorikan menjadi empat jenis perilaku atau tindakan pendukung:

• Dukungan emosional melibatkan pemberian empati, cinta, kepercayaan, dan perhatian.

• Dukungan instrumental melibatkan penyediaan bantuan dan layanan yang nyata yang
secara langsung membantu seseorang yang membutuhkan

• Dukungan informasi adalah penyediaan masukan, saran, dan informasi yang dapat
digunakan seseorang untuk mengatasi masalah

• Dukungan penilaian melibatkan penyediaan informasi yang berguna untuk tujuan


selfevaluation-dengan kata lain, umpan balik dan penegasan yang konstruktif

Konsep Social Support Menurut Heaney dan Israel (2008) bermula dari temuan konsep
epidemiology social John Cassel tahun 1976 social support dapat mengurangi kerentanan
individu terhadap stress yang berdampak pada kesehatan, dan dia membuat kesimpulan bahwa
factor psikososial seperti social support dapat mempengaruhi kejadian dan prevalensi kesehatan.

Harvard University, di mana temuan menunjukkan bahwa ikatan sosial meningkatkan ketahanan
individu untuk penyakit. Kurangnya hubungan sosial dengan orang lain telah terbukti menjadi
faktor risiko yang signifikan untuk kesejahteraan psikologis, kebahagiaan, penyakit, dan
kematian.

2.2.2.Latar Belakang Sejarah

Cassel (1974), salah satu ahli teori social support di masa awal, memperkenalkan istilah
"dukungan sosial." Berdasarkan penelitian pada hewan, ia berteori bahwa memperkuat
dukungan sosial dapat meningkatkan kesehatan manusia. Studi di awal 1970-an menunjukkan
bahwa dukungan sosial memediasi efek negatif stres (Roberts, 1984). Teori "penyangga" dan
keterikatan telah menjadi dasar untuk penelitian yang cukup besar tentang hubungan dukungan

5
sosial dan kesehatan (Callaghan & Morrissey, 1993). Teori penyangga menunjukkan bahwa
dukungan sosial melindungi orang dari stresor kehidupan (Cassel, 1976; Cobb, 1976). Teori
keterikatan berpendapat bahwa kemampuan untuk membentuk hubungan yang mendukung
secara sosial terkait dengan keterikatan aman yang terbentuk di masa kanak-kanak (Bowlby,
1971). Pada pertengahan 1970-an hingga awal 1980-an, literatur paling sering menggambarkan
dukungan sosial dalam istilah konkret, seperti interaksi, orang, atau hubungan (Veiel &
Baumann, 1992). Dalam beberapa tahun terakhir, istilah tersebut telah digunakan secara lebih
abstrak, untuk memasukkan persepsi, kualitas dan kuantitas dukungan, perilaku, dan sistem
sosial. Analisis dan pengujian teori dukungan sosial telah mendapatkan minat multidisiplin dan
menonjol dalam keperawatan dan literatur sosial-psikologis. Bagi perawat, dukungan sosial
dapat menghubungkan penilaian keluarga, kebutuhan pasien, dan hasil kesehatan (Hupcey,
1998b).

2.2.3. Paradigma Social Support

Konsep paradigma dan metaparadigma kerap ditemukan diberbagai literatur keperawatan.


Paradigma memberikan parameter dan kerangka dasar untuk mengatur pengetahuan suatu
disiplin ilmu. Paradigma umumnya dianggap disiplin ilmu tertentu, filosofis, dan bisa berubah.
Metaparadigma suatu disiplin ilmu dibedakan dari paradigma bahwa metaparadigma bersifat
global, netral secara filosofis, dan cukup stabil.

Kuhn (1996) menyebutkan beberapa komponen paradigma atau matriks disipliner:

a. generalisasi simbolis;
b. keyakinan bersama tentang komitmen terhadap teori disiplin yang berlaku dan motivasi
serta metode yang digunakan untuk membuat dan mengujinya;
c. nilai — nilai bersama yang berfungsi untuk mengidentifikasi apa yang signifikan atau
bermakna bagi komunitas ilmiah;
d. contoh — masalah khusus yang harus dipecahkan dan metode yang digunakan untuk
menyelesaikannya.

Guba (1990) menyarankan cara untuk membedakan paradigma. Paradigma dapat


dibedakan dengan jawaban atas tiga pertanyaan.

a. Ontologis: Apa sifat dari "yang dapat diketahui"? Atau, apa sifat dari "realitas"?
b. Epistemologis: Apa sifat dari hubungan antara yang mengetahui (yang bertanya) dan
dikenal (atau diketahui)?

6
c. Metodologi: Bagaimana penanya harus mencari tahu pengetahuan .

2.3 Konsep Teori Caring Swanson

2.3.1.Definisi Caring Swanson

Caring didefinisikan sebagai ´a nurturing way of relating to a valued other toward whom
one feels a personal sense of commitment and responsibility`. Kata kunci dari definisi tersebut
adalah memberikan asuhan keperawatan yang bernilai kepada klien dengan penuh rasa
komitmen dan tanggung jawab(Swanson, 1991). Swanson juga mendefinisikan caring yaitu
bagaimana seorang perawat dapat merawat klien dengan tetap menghargai martabat dengan
komitmen dan tanggungawab. Dapat diartikan juga sebuah cara untuk menciptakan dan atau
memelihara kesehatan yang dapat dilakukan dengan menjalin hubungan yang bernilai dengan
orang lain, sehingga mempunyai hubungan yang lebih dekat dengan komitmen dan
tanggungjawab(Kusnanto, 2019)
Swanson mampu memahami ruang lingkup caring secara keseluruhan dan pada saat yang
sama menguraikan dimensi spesifik dari apa yang diperlukan seorang perawat untuk merawat
pasien (Kusnanto, 2019). Salah satu hal paling penting yang memberikan kontribusi pada teori
keperawatan dalam hal ini, yaitu argumen bahwa pasien seharusnya tidak hanya dilihat sebagai
individu yang terpisah, melainkan sebagai manusia seutuhnya, yang saat ia menulis "berada di
tengah-tengah dan yang menjadi keutuhan dibuat nyata dalam pikiran, perasaan dan perilaku
"(Swanson, 1993). Hal yang menarik tentang pengertian pasien ini adalah bahwa Swanson
selalu menempatkan peran perawat dalam proses becoming tersebut. Jadi dalam aspek
kesehatan becoming tersebut, perawat tidak hanya menjadi dispenser pengobatan medis, tetapi
juga merupakan mitra dalam membantu pasien lebih dekat dengan tujuannya (well-being)
(Amalina et al., 2020).
Teori caring Swanson menyajikan permulaan yang baik untuk memahami kebiasaan dan
proses karakteristik pelayanan(Jarvis, 2019). Tomey & Alligood, (2007) Teori caring Swanson
menjelaskan tentang proses caring yang terdiri dari bagaimana perawat mengerti kejadian yang
berarti di dalam hidup seseorang, hadir secara emosional, melakukan suatu hal kepada orang
lain sama seperti melakukan terhadap diri sendiri, memberi informasi dan memudahkan jalan
seseorang dalam menjalani transisi kehidupan serta menaruh kepercayaan seseorang dalam
menjalani hidupnya.
Teori caring dalam dunia keperawatan sangat diperlukan dan dibutuhkan dalam
pendidikan/akedemisi, sebagai dasar empiris dalam melakukan sebuah aktivitas pelayanan

7
kesehatan yang maksimal(McKelvey, 2018). Perawat pendidik mempunyai kewajiban untuk
mengenalkan berbagai macam teori keperawatan salah satu nya teori Caring ini dengan harapan
pelajar perawat dapat menumbuhkan sikap peduli dengan sesama terutama pasien.

2.3.2.Struktur Caring (Swanson)

Gambar.1 Struktur Caring Swanson (Swanson, 1993)

Asumsi dasar dari teori ini ditemukan dalam gagasan caring yang dijelaskan Swanson.
Menurut Swanson, caring adalah proses multifaset yang terus ada dalam dinamika hubungan
pasien-perawat. Ada yang melihat proses ini sebagai hubungan yang linear, namun juga harus
dianggap sebagai hubungan siklik, dan proses yang terjadi harus selalu diperbarui karena peran
perawat untuk membantu klien mencapai kesehatan dan kesejahteraan.
Secara umum, proses yang terjadi sebagai berikut, pertama perawat membantu klien
mempertahankan keyakinannya, yang berarti bahwa perawat mendorong pasien dan membantu
untuk memperkuat harapan mereka mengatasi kesulitan saat ini. Hal ini sangat penting terutama
dalam kasus di mana pasien menghadapi penyakit yang mengancam nyawa seperti kanker, atau
peristiwa yang sangat traumatis seperti keguguran.
Sebagai pelengkap dan langkah berikutnya dalam proses untuk mempertahankan
keyakinan, adalah "knowing". Dalam proses “knowing”, perawat berusaha untuk memahami apa
arti situasi yang terjadi saat ini bagi pasien, hal ini muncul dalam bentuk latihan sebagai seorang
perawat, yang menciptakan seseorang dengan rasa tertentu bagaimana kondisi fisik dan
psikologis dapat mempengaruhi seseorang secara keseluruhan. Dengan mengetahui apa yang
dialami pasien, perawat kemudian dapat melanjutkan proses "do for", ada untuk memberikan
tindakan terapi dan intervensi bagi pasien. Proses “do for”, diikuti dengan proses "enabling"
yang memungkinkan pasien untuk mencapai kesehatan dan kesejahteraannya.

8
2.3.3.Dimensi Caring (Swanson)
Menurut Swanson ada lima dimensi yang mendasari konsep Caring antara lain
(Swanson, 1991) :
1. Maintaining Belief
Menumbuhkan keyakinan seseorang dalam melalui setiap peristiwa hidup dan masa-masa
transisi dalam hidupnya serta menghadapi masa depan dengan penuh keyakinan, meyakini
kemampuan orang lain, menumbuhkan sikap optimis, membantu menemukan arti atau
mengambil hikmah dari setiap peristiwa, dan selalu ada untuk orang lain dalam situasi apa pun.
Tujuannya adalah untuk memungkinkan orang lain terbantu dalam batas-batas kehidupannya
sehingga mampu menemukan makna dan mempertahankan sikap yang penuh harapan.
Memelihara dan mempertahankan keyakinan nilai hidup seseorang adalah dasar dari caring
dalam praktek keperawatan.
Subdimensi:
1) Believing in: Perawat menanggapi apa yang klien rasakan dan percaya bahwa perasaan
– perasaan tersebut bisa terjadi dan wajar terjadi pada siapapun yang sedang dalam
masa transisi.
2) Offering a hope-filled attitude: Menunjukkan perilaku bahwa perawat sepenuhnya
peduli/care terhadap masalah yang dialami dengan sikap tubuh, kontak mata dan
intonasi bicara perawat.
3) Maintaining realistic optimis: Menjaga dan menunjukan optimisme perawat dan
harapan terhadap apa yang menimpa klien secara realistis dan berusaha mempengaruhi
agar klien mempunyai optimisme dan harapan yang sama.
4) Helping to find meaning: Membantu klien menemukan makna akan masalah yang
terjadi sehingga klien perlahan - lahan menerima bahwa setiap orang dapat mengalami
apa yang dialami klien.
5) Going the distance (menjaga jarak): Semakin jauh menjalin/menyelani hubungan
dengan tetap menjaga hubungan sebagai perawat-klien yang tujuan akhir dalam tahap
ini adalah kepercayaan klien sepenuhnya terhadap perawat dan responsibility serta
caring secara total oleh perawat kepada klien.
2. Knowing
Knowing adalah berjuang untuk memahami peristiwa yang memiliki makna dalam
kehidupan klien. Mempertahankan kepercayaan adalah dasar dari caring keperawatan, knowing
adalah memahami pengalaman hidup klien dengan mengesampingkan asumsi perawat

9
mengetahui kebutuhan klien, menggali/menyelani informasi klien secara detail, sensitive
terhadap petunjuk verbal dan non verbal, fokus kepada satu tujuan keperawatan, serta
melibatkan orang yang memberi asuhan dan orang yang diberi asuhan dan menyamakan
persepsi antara perawat dan klien. Knowing adalah penghubung dari keyakinan keperawatan
terhadap realita kehidupan.
Subdimensi:
1) Avoiding assumptions : Menghindari asumsi-asumsi
2) Assessing thoroughly: Melakukan pengkajian menyeluruh meliputi bio psikososial
spitual dan kultural
3) Seeking clues: Perawat menggali informasi - informasi secara mendalam
4) Centering on the one cared for : Perawat berfokus pada klien dalam melakukan
asuhan keperawatan
5) Engaging the self of both : Melibatkan diri sebagai perawat secara utuh dan bekerja
sama dengan klien dalam melakukan asuhan keperawatan yang efektif
3. Being With
Being with maksudnya tidak hanya hadir secara fisik, tetapi juga komunikasi, berbagi
perasaan tanpa beban dan secara emosional bersama – sama klien dengan maksud menawarkan
kepada klien dukungan, kenyamanan, pemantauan dan mengurangi intensitas perasaan yang
tidak diinginkan.
Subdimensi:
1) Non-burdening: Perawat bekerjasama dengan klien tanpa memaksa kehendak kepada
klien dalam melakukan tindakan keperawatan
2) Convering availability: Menunjukan kesediaan perawat dalam membantu klien dan
memfasilitasi klien untuk mencapai tahap kesejahteraan / well being.
3) Enduring with: Bersama-sama berkomitmen dengan klien berusaha dalam
meningkatkan kesehatan klien
4) Sharing feelings: Berbagi pengalaman bersama klien yang berkaitan dengan usaha
peningkatan kesehatan klien.
4. Doing For
Doing for berarti bersama – sama melakukan sesuatu tindakan yang bisa dilakukan,
mengantisipasi kebutuhan yang diperlukan, kenyamanan, menjaga privasi dan martabat klien.
Subdimensi:
1) Comforting (memberikan kenyamanan): Dalam melakukan tindakan keperawatan
dilakukan dengan memberikan kenyamanan pada klien dan menjaga privasi klien.

10
2) Performing competently ( menunjukkan ketrampilan): Tidak hanya berkomunikasi dan
memberikan kenyaman dalam tindakannya, perawat juga menunjukkan kompetensi
atau skill sebagai perawat professional
3) Preserving dignity (menjaga martabat klien): Menjaga martabat klien sebagai individu
atau memanusiakan manusia
4) Anticipating ( mengatisipasi ): Perawat dalam melakukan tindakan selalu meminta
persetujuan klien dan keluarga
5) Protecting (melindungi): Melindungi hak-hak pasien dalam memberikan asuhan
keperawatan dan tindakan medis
5. Enablings
Enabling adalah memampukan atau memberdayakan klien, memfasilitasi klien untuk
melewati masa transisi dalam hidupnya dan melewati setiap peristiwa dalam hidupnya yang
belum pernah dialami dengan memberi informasi, menjelaskan, mendukung dengan focus
masalah yang relevan, berfikir melalui masalah dan menghasilkan alternative pemecahan
masalah sehingga meningkatkan penyembuhan klien atau klien mampu melakukan tindakan
yang tidak biasa dia lakukan dengan cara memberikan dukungan, memvalidasi perasaan dan
memberikan umpan balik / feedback.
Subdimensi:
1) Validating (memvalidasi):Memvalidasi semua tindakan yang telah dilakukan
2) Informing (memberikan informasi): Memberikan informasi yang berkaitan dengan
peningkatan kesehatan klien dalam rangka memberdayakan klien dan keluarga klien.
3) Supporting (mendukung):Memberikan dukungan kepada klien dalam
mencapaikesejahteraan / well being sesuai kapasitas sebagai perawat
4) Feedback (memberikan umpan balik): Memberikan umpan balik terhadap apa yang
dilakukan oleh klien dalam usahanya mencapai kesembuhan / well being
5) Helping patients to focus generate alternatives (membantu pasien untuk focus dan
membuat alternative): Menolong pasien untuk selalu fokus dan terlibat dalam program
peningkatan kesehatannya baik tindakan keperawatan maupun tindakan medis(Smith
& Liehr, 2008).
2.3.4.Paradigma Keperawatan Caring (Swanson)
Paradigma keperawatan adalah cara pandangan secara global yang dianut atau dipakai
oleh mayoritas kelompok keperawatan atau menghubungkan berbagai teori yang membentuk
suatu susunan yang mengatur hubungan diantara teori guna mengembangkan model konseptual
dan teori-teori keperawatan sebagai kerangka kerja keperawatan.

11
Beberapa ahli di bidang keperawatan mempunyai pendapat sendiri tentang arti dari
paradigma keperawatan. Menurut Gaffar (1997), paradigma keperawatan adalah cara pandang
yang mendasar atau cara kita melihat, memikirkan, memberi makna, menyikapi dan memilih
tindakan terhadap berbagai fenomena yang ada dalam keperawatan. Dengan demikian,
paradigma keperawatan berfungsi sebagai acuan atau dasar dalam melaksanakan praktek
keperawatan(Aini, 2018).
Bagaimana paradigma keperawatan dibangun atau disusun atas dasar unsur apa saja?
Paradigma keperawatan terbentuk atas empat unsur, yaitu: manusia atau klien, lingkungan,
kesehatan dan keperawatan. Kempat unsur/elemen ini saling berhubungan dan mempengaruhi
satu sama lainnya. Unsur-unsur yang membentuk paradigma keperawatan inilah yang
membedakan dengan paradigma teori lain. Teori keperawatan didasarkan pada keempat konsep
tersebut, yakni:

1. Manusia atau klien sebegai penerimaan asuhan keperawatan (individu, keluarga,


kelompok dan masyarakat).
2. Lingkungan yakni: keadaan internal dan eksternal yang mempengaruhi klien. Hal ini
meliputi lingkungan fisik.
3. Kesehatan; meliputi derajat kesehatan dan kesejahteraan klien.
4. Keperawatan, atribut, karakteristik dan tindakan dari perawat yang memberikan asuhan
bersama-sama dengan klien.

2.3.5.Konsep Utama Metaparadigma Keperawatan Berdasarkan Teori Caring

UNSUR PARADIGMA KEPERAWATAN

Klien / Manusia

Keperawatan Sehat - Sakit

Lingkungan

12
Swanson (1991) mendefinisikan caring sebagai tenik keperawatan dalam keterkaitan nilai
dengan perasaan seseorang terhadap komitmen dan tanggung jawab. Teori ini berguna dalam
memberikan petunjuk dalam membangun strategi caring yang berguna dan efektif.
Paradigma keperawatan caring dari Kristen M. Swanson menyediakan kerangka kerja
untuk menemukan kebutuhan fisik dan psikologisanak yang berada dalam tatanan klinik.
Menurut Swanson (1999) dalamAlligood & Tomey, (2014)komponen umum dan mendasar dari
suatu keperawatan yang baik adalah merawat(caring) seluruh aspek yang dimiliki oleh klien
yang terdiri atas biopsikososial dan spiritual untuk mencapai kesejahteraan. Caring itu sendiri
didefinisikan oleh Swanson sebagai suatu cara pemeliharaan atau pengasuhan orang lain
yang dilakukan oleh seseorang dengan penuh komitmen dan tanggung jawab. Swanson (1999)
dalam Middle Range Theory of Caring mendeskripsikan 5 proses caring yaitu (1) komponen
mempertahankan keyakinan (maintaining belief), (2) komponen pengetahuan (knowing), (3)
Komponen kebersamaan (being with), (4) komponen tindakan (doing for and enabling, (5)
komponen memungkinkan (intended client outcome) (Maulidia. 2016).
Empat konsep metaparadigm menurut(Swanson 1991 dalam Alligood 2014) keperawatan
diidentifikasi oleh Swanson dalam teori kepedulian :
a) Individu/Orang.
Individu/Orang didefinisikan sebagai "makhluk unik yang berada di tengah-tengah
menjadi dan yang keutuhannya termanifestasi dalam pikiran, perasaan, dan perilaku (Swanson).
1993, p 352) .Swanson mengakui bahwa keperawatan juga melayani kelompok keluarga, dan
masyarakat.
Menurut Swanson, pengalaman hidup setiap orang dipengaruhi oleh interples kompleks.
ay dari warisan genetik, anugerah spiritual, dan kapasitas untuk menjalankan kehendak bebas
(hal. 352). Dia melanjutkan dengan menjelaskan bahwa "endowmen spiritual menghubungkan
setiap makhluk dengan sumber misteri kebajikan universal, kreativitas hidup dan ketenangan.
Pemberian spiritual dapat berupa jiwa, kekuatan yang lebih tinggi / Roh Kudus, energi positif,
atau hanya anugerah" (hal. 352) "kehendak bebas disamakan dengan pilihan dan kapasitas untuk
memutuskan bagaimana bertindak ketika dihadapkan dengan berbagai kemungkinan" (hal.352);
Namun, batasan yang ditetapkan oleh ras, kelas, jenis kelamin, atau akses ke perawatan
kesehatan dapat mencegah orang-orang membentuk kehendak bebas. Mengakui kehendak bebas
memang menuntut bahwa perawat menghargai individualitas.
b) Lingkungan
Swanson mendefinisikan lingkungan sebagai "konteks apa pun yang memengaruhi atau
dipengaruhi oleh klien yang ditunjuk" (1993, hlm. 353). dia melanjutkan dengan menjelaskan

13
bahwa istilah "lingkungan" dan "orang-klien" dapat dilihat secara interchageably; sebenarnya,
apa yang dianggap lingkungan dalam satu situasi dapat dianggap sebagai klien di situasi lain.
misalnya, "lensa pada lingkungan / klien yang ditunjuk dapat ditentukan ke tingkat intra-
individu, di mana 'klien' mungkin berada di tingkat seluler dan lingkungan mungkin organ,
jaringan, atau badan di mana sel adalah componen "(hal.353).
Konsisten dengan pandangan lingkungan ini, orang memang mempengaruhi, dan mereka
dipengaruhi oleh lingkungan mereka. Pengaruh lain pada lingkungan termasuk faktor budaya,
sosial, biofisik, politik, dan ekonomi(Alligood, 2014).
c) Kesehatan
Untuk mengalami kesehatan dan kesejahteraan adalah "untuk menjalani pengalaman yang
subyektif, penuh makna dari keutuhan. Keutuhan melibatkan rasa keterpaduan dan menjadi di
mana semua segi keberadaan bebas untuk diekspresikan" (Swanson, 1993, p.353). Segi-segi ini
mencakup banyak diri yang menjadikan manusia sebagai manusia misalnya, spiritualitas,
pikiran, perasaan, kecerdasan, kreativitas, keterkaitan, femininitas, maskulinitas, dan seksualitas
individu. Konsisten dengan definisi ini, pandangan swanson membangun kembali kesejahteraan
sebagai proses penyembuhan yang memerlukan "melepaskan rasa sakit batin, membangun
makna baru, memulihkan integrasi, dan muncul ke dalam rasa keutuhan yang diperbarui"
(hal.353)
d) Perawatan
Tujuan keperawatan adalah untuk mempromosikan kesejahteraan orang lain.
Keperawatan didefinisikan oleh swanson sebagai kepedulian terhadap kesejahteraan orang lain
(Swanson,1993) dimana kepedulian mengacu pada "cara pengasuhan yang berhubungan
dengan orang lain yang dihargai terhadap siapa yang merasakan komitmen pribadi dan
tanggung jawab" ( swanson, 1991, hal 162). Disiplin keperawatan diinformasikan oleh
pengetahuan empiris dari keperawatan dan disiplin terkait, serta oleh pengetahuan etika,
pengetahuan pribadi, pengetahuan yang berasal dari humaniora, pengetahuan yang berasal dari
pengalaman klinis, dan nilai-nilai pribadi dan sosial dan harapan (Swanson, 1993, hal. 352)
2.4 Konsep Interpersonal Relation

2.4.1.Definisi Interpersonal Relation

Pada tahun 1952, Peplau menerbitkan hubungan interpersonal keperawatan dan teknik
interpersonal dimana hal ini merupakan hal yang penting dari keperawatan psikiatri pada tahun
1962. Beliau tidak hanya menggambarkan hubungan antar perawat terapeutik dengan fase

14
maupun tugasnya tetapi juga menulis secara ekstensif mengenai kecemasan. Keyakinan Peplau
terhadap dimensi antar pribadi membentuk fondasi praktik saat ini (Videbeck, 2011).
Peplau membangun hubungan profesional dengan orang lain didalam psikiatri,
kedokteran, pendidikan, dan ilmu sosial yang memengaruhi pandangannya tentang apa itu
profesi dan apa hal yang harus dilakukan. Karyanya dipengaruhi oleh teori-teori hubungan
interpersonal diantaranya yaitu Freud, Maslow, Sullivan, dan oleh model psikoanalisis
kontemporer (Alligood, 2014).
Hildegard Peplau (1909-1999; Gambar 1) merupakan seorang yang profesional didalam
teori keperawatan dan teori klinis, teorinya dibangun di atas teori interpersonal Sullivan, dan
juga memandang peran perawat sebagai pengamat partisipan. Model Peplau bersifat
psikodinamik. Ia melihat keperawatan sebagai proses interpersonal terapeutik yang sangat
penting. Teori ini berfokus pada individu, perawatan dan proses interaktif. Hasilnya adalah
hubungan perawat dan klien. Klien sebagai individu dengan kebutuhannya, sedangkan perawat
sebagai interpersonal dengan proses terapis. Tujuan dari keperawatan adalah untuk mendidik
klien dan keluarganya serta membantu klien mencapai kematangan perkembangan personal,
pengembangan kepribadian kearah pribadi dan kehidupan sosial yang kreatif, konstruktif dan
produktif (Aini, 2018).
2.4.2.Teori Hubungan Interpersonal Relation

Peplau menyiratkan landasan filosofis pada teorinya tentang hubungan antarpribadi dan
memberikan dua asumsi dasar, yang telah dikembangkan oleh orang lain, dengan menggunakan
publikasi awal teori tersebut sebagai sumber utama. Peplau tidak menyebut pernyataan
proposisional dalam teorinya seperti itu; sebaliknya, mereka diintegrasikan ke dalam
pembahasannya tentang komponen teori.
1. Dasar Filosofis
Ada beberapa perspektif berbeda tentang sifat dasar filosofis teori Peplau tentang
hubungan interpersonal dalam Keperawatan. Sellers (1991) memberi label teori:
Pandangan ontologis yang mekanistik, deterministik, ketekunan; epistemologi yang konsisten
dengan paradigma totalitas, dengan penekanannya pada pandangan yang diterima tentang
pengetahuan dan positivisme logis; dan aksiologi yang menghargai stabilitas, tradisionalisme,
dan kesesuaian erat antara keperawatan dengan pengobatan. Karena kompleksitas teori Peplau
membuatnya sulit untuk dikategorikan, tidak mengherankan jika orang lain menganggapnya dari
perspektif filosofis yang berbeda. Baru-baru ini, fenomenologi eksistensial telah diidentifikasi
sebagai landasan filosofis teori Peplau (Gastmans, 1998). Konsisten dengan fenomenologi,

15
observasi pasien sebagai tugas dasar keperawatan dipandang sebagai kontekstual dan sarat nilai.
Ini membutuhkan keterbukaan dan keterlibatan dengan situasi eksistensial pasien. "Keperawatan
memiliki karakter interpretatif manusia" (Gastmans, 1998, Phenomenology and Nursing
Science, para. 5) dengan hubungan perawat-pasien pada intinya. Interpretasi adalah aktivitas
mencari makna yang muncul saat perawat berpartisipasi dengan pasien. Partisipasi dengan
pasien ini digambarkan sebagai rasa hormat, mengkomunikasikan minat positif, dan tidak
menghakimi (Peplau, 1991). Peplau menggunakan istilah "kedekatan profesional"
Meskipun sebagian besar filosofi Peplau tertanam dalam tulisannya, dia menggambarkan
enam "keyakinan tentang pasien" (Peplau, 1964). Dia mengidentifikasi ini sebagai "filosofi
tentang pasien dan perawatan mereka", terutama dikaitkan dengan perawat psikiatri tetapi
berlaku untuk semua pasien:
a) Semua perilaku memiliki tujuan, memiliki makna, dan dapat dipahami.
b) Perawat harus mengamati apa yang sedang terjadi; dia harus menafsirkan apa
yang diamati, dan kemudian dia harus memutuskan tindakan berdasarkan
interpretasinya.
c) Perawat memenuhi kebutuhan pasien. Interaksi perawat-pasien — pertukaran
verbal dan nonverbal dalam situasi keperawatan — dapat memengaruhi
pemulihan.
d) Kepribadian pasien entah bagaimana terlibat dalam penyakitnya.
e) Ada beberapa gagasan tentang asuhan keperawatan yang berhubungan dengan
kata kecemasan (hlm. 30–35).
2. Asumsi
Dalam publikasi awal teorinya, Peplau (1952) mendaftar dua asumsi panduan, menekankan
pentingnya pertumbuhan dan perkembangan perawat sendiri dalam membangun hubungan
interpersonal yang bermanfaat dengan pasien. Orang lain telah memperluas daftar itu melalui
korespondensi pribadi dengan Peplau dan meninjau tulisannya. Tabel 9.1 memberikan daftar
asumsi teori hubungan interpersonal. Ke-13 asumsi ini menggambarkan kompleksitas teori
hubungan interpersonal Peplau .
Menurut Videbeck (2011), konsep hubungan terapeutik antar perawat dengan klien yang
dikembangkan oleh Peplau meliputi empat fase yaitu sebagai berikut:
1. Orientasi
2. Identifikasi
3. Eksploitasi
4. Resolusi

16
Tabel 1. Tahapan dan Tugas Hubungan Peplau (Videbeck, 2011)
Tahapan Tugas
Orientasi Eksplorasi masalah dan kebutuhan klien
Kesempatan bertanya dari klien
Penjelasan kegiatan dan tujuan rumah sakit
Pemanfaatan energi dari klien untuk menghadapi masalah
Memperoleh partisipasi penuh dari klien
Identifikasi Klien merespon seseorang yang dapat membantunya
Klien merasa lebih kuat
Klien mampu mengungkapkan perasaannya
Terjadi kerja interdependen dalam maupun antar perawat
Peran klien dan perawat jelas
Eksploitasi Klien memanfaatkan sepenuhnya layanan yang tersedia
Klien bertujuan sukses pulang ke rumah dan kembali bekerja
Perilaku klien berfluktuasi antara ketergantungan dan kemandirian
Resolusi Klien menyerah pada perilaku ketergantungan
Pelayanan tidak lagi dibutuhkan oleh klien
Klien percaya akan kekuatannya untuk memenuhi kebutuhannya
sendiri, menetapkan tujuan baru, dan sebagainya

Selama fase ini, klien menyelesaikan tugas-tugas tertentu dan membuat perubahan
hubungan yang membantu proses penyembuhan. Fase tersebut diantaranya adalah:
1. Fase orientasi, fase dimana perawat akan mengarahkan dan melibatkan klien menjalani
pengobatan serta penerimaan informasi.
2. Fase identifikasi, dalam fase ini klien mengungkapkan perasaan yang dirasakan serta
merasa lebih baik kepada perawat.
3. Fase eksploitasi, dalam fase ini, setiap layanan kesehatan yang ditawarkan kepada
seorang klien, dapat ia manfaatkan sepenuhnya.
4. Fase penyelesaian, disini klien diharapkan telah mandiri dengan menunjukkan prilaku
independen. Sehingga hubungan antar perawat dan klien telah berakhir.
Fase – fase tersebut diperkuat oleh teori Peplau pada tahun 1952, 1991, dan 1997, yang
menyatakan middle-range theory of interpersonal relation in nursing yang menekankan
pengalaman klien dan adanya hubungan antara perawat dengan klien (Hagerty et al., 2017). Di
dalam Theory of Interpersonal Relations in Nursing, Peplau menjelaskan bahwa hubungan
antara perawat dengan klien harus melewati tiga fase yaitu orientation, working dan
termination.
Peplau membagi empat fase hubungan antar perawat dengan klien, yaitu: orientasi,
identifikasi, eksploitasi dan resolusi, mengubah aspek hubungan antar perawat dengan klien,

17
mengusulkan dan menjelaskan enam peran perawat yang diantaranya adalah sebagai: orang
asing, narasumber, guru, pemimpin, pengganti, dan konselor (Alligood, 2014).
Konsep Peplau tentang hubungan antar perawat dan klien, dengan tugas dan
karakteristik perilaku dari setiap tahap, telah dimodifikasi namun tetap digunakan hingga saat
ini. Selain Roles of the Nurse in the Therapeutic Relationship. Peplau juga menerangkan
bagaimana peran perawat melakukan hubungan terapeutik sehingga peran ini akhirnya mampu
membantu kebutuhan klien. Peran utama yang diidentifikasi adalah sebagai berikut:
1. Orang asing, yaitu menawarkan klien untuk memiliki rasa penerimaan dan kesopanan
selayaknya peran perawat terhadap orang asing.
2. Narasumber, yaitu mampu memberikan penjelasan yang lebih spesifik atas
pertanyaan dengan konteks yang luas.
3. Guru, yaitu memberikan bantuan kepada klien untuk belajar secara formal maupun
informal
4. Pemimpin, dapat memberi arahan kepada klien apabila diperlukan
5. Pengganti, melayani klien layaknya menggantikan peran orangtua atupun kerabat
dekat klien
6. Konselor, mempromosikan pengalaman yang diharapkan mampu meningkatan
kesehatan klien seperti pengungkapan perasaan.

Peplau meyakini bahwa perawat mampu berperan layaknya konsultan, pengajar, agen
keamanan, mediator, administrator, pengamat hingga peneliti. Hal ini tidak didefinisikan secara
rinci tetapi “diserahkan kepada kecerdasan dan imajinasi pembaca” (Videbeck, 2011).
Pembahasan Peplau menyebutkan empat pengalaman psikobiologis yang memaksa respons
klien yang merusak atau konstruktif, sebagai kebutuhan, frustrasi, konflik, dan kecemasan
(Alligood, 2014).
Peplau mendefinisikan bahwa kecemasan adalah respons awal terhadap ancaman psikis.
Beliau membagi tingkat kecemasan menjadi empat bagian, serta menggambarkannya kedalam:
mild, moderate, severe and panic (tabel 2). Hal ini berfungsi sebagai fondasi untuk bekerjasama
dengan klien dengan kecemasan dalam berbagai konteks (Videbeck, 2011).

Tabel 2. Anxiety Levels (Videbeck, 2011)


Mild Moderate Severe Panic
Pengindraan baik Pemusatan perhatian Persepsi menurun Persepsi menurun
terbatas hanya pada satu hal menjadi fokus pada

18
saja diri sendiri
Motivasi besar Persepsi yang Tidak mampu Tidak mampu
terbatas menyelesaikan tugas memproses
rangsang dari
sekitar
Waspada tinggi Masih dapat Tidak mampu Salah persepsi
diarahkan memecahkan
masalah atau belajar
secara efektif
Persepsi luas Tidak mampu Perilaku arogan Kehilangan
menghubungkan menghilangkan pemikiran yang
pikiran atau kecemasan dan rasional
peristiwa secara biasanya tidak
mandiri efektif

Mampu Ketegangan otot Merasa tidak aman Disorganisasi


memecahkan kepribadian
masalah
Belajar efektif Diaforesis Tidak mampu Tidak mampu
menanggapi mengenali bahaya
pengalihan
Kurang istirahat Pengingkatan denyut Sakit kepala parah Kemungkinan
nadi untuk bunuh diri
Gastrointestinal Sakit kepala Mual, muntah, diare Delusi atau
“buterflies” halusinasi mungkin
terjadi
Susah tidur Mulut kering Gemetaran Tidak bisa
berkomunikasi
secara verbal
Irritable Nada suara Kekakuan Bisa benar-benar
meningkat bisu dan tidak bisa
Hipersensitif Peningkatan Vertigo
bergerak
kecepatan bicara
Gangguan Pucat
gastrointestinal
Peningkatan Takikardia
Nyeri dada
frekuensi BAK
Menangis

19
Perilaku ritualistik
(tanpa tujuan,
berulang)

Peplau membagi tingkat kecemasan menjadi empat bagian, yaitu:


1. Kecemasan ringan merupakan keadaan positif akibat dari terbentuknya peningkatan
kesadaran dan panca indera, sehingga seseorang dapat mempelajari perilaku baru serta
memecahkan masalah. Kemampuan seseorang dalam menerima segala rangsangan masih
dimungkinkan pada saat mengalami kecemasan ringan.
2. Kekhawatiran merupakan penyempitan persepsi sehingga terfokus hanya pada satu hal.
Dalam hal ini seseorang membutuhkan orang lain untuk membantu memecahkan
masalahnya. Orang lain dapat mengarahkan seseorang dengan kekhawatiran tersebut kepada
sebuah tugas.
3. Kecemasan yang parah merupakan sebuah keadaan dimana seseorang akan merasa takut
atau diteror. Seseorang dengan kecemasan ini tidak dapat dialihkan ke suatu tugas.
Seseorang dengan kecemasan yang parah kemungkinan bisa dilarikan ke unit gawat darurat
akibat serangan jantung.
4. Kecemasan dalam tingkatan panik dapat menyebabkan hilangnya pemikiran rasional,
menyebabkan delusi, halusinasi, dan ketidakmampuan fisik serta kebisuan. Seseorang
dengan kepanikan mungkin lari tanpa tujuan dan tanpa arah, sering kali membuat dirinya
sendiri terluka (Videbeck, 2011).
2.4.3.Paradigma Keperawatan Interpersonal Relation
Paradigma adalah sudut pandang atau perspektif terhadap sesuatu hal. Dalam dunia
keperawatan terdapat lebih dari satu paradigma. Paradigma memiliki fungsi yaitu dapat
menyikapi dan menyelesaikan berbagai persoalan yang melingkupi profesi keperawatan dan
praktik. Selain itu dapat membantu individu dan masyarakat untuk memahami dunia
keperawatan dan membantu untuk memahami setiap fenomena yang terjadi.
Paradigma memiliki suatu konsep agar terdapat batasan-batasan dan fokus terhadap satu
atau beberapa hal saja. Misalnya teori Hildegard Peplau yang hanya berfokus pada keperawatan
dan manusia dan tidak menggabungkan semua aspek dari paradigma ke dalam teorinya. Oleh
karena itu konsep paradigma sangat penting untuk mengidentifikasi pandangan umum dan
membantu memfokuskan kegiatan (Arifah, 2017).
Paradigma terdiri dari beberapa konsep, yaitu manusia, kesehatan, lingkungan, dan
keperawatan. Definisinya adalah sebagai berikut:

20
1. Konsep Manusia
Konsep manusia dalam keperawatan memandang dan meyakini manusia sebagai
makhluk yang unik, adaptif atau terbuka, dan holistik (bio-psiko-sosio- spiritual).
Dikatakan unik karena manusia memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda. Misalnya
dua orang yang tidak diberi makan sejak pagi, maka menghasilkan respon yang berbeda.
Orang yang pertama berteriak meminta makan dan orang yang kedua hanya diam dan
menahannya. Sedangkan dikatakan adaptif atau terbuka karena manusia memerlukan
masukan untuk subsistem dan suprasistem. Subsistem terdiri atas komponen sel, organ,
dan sistem organ (misalnya, sistem pernapasan dan sisitem kardiovaskuler). Suprasistem
meliputi keluarga, komunitas, masyarakat, dan sosial budaya didalam mempertahankan
suatu keadaan seimbang.
Manusia memiliki siklus hidup dan mempunyai kapasitas untuk berpikir, belajar,
bernalar, berkomunikasi dan mengembangkan budaya serta nilai. Manusia berperan
sebagai sasaran pelayanan keperawatan, berpotensi secara aktif terlibat dalam pemenuhan
kebutuhan dasarnya.
Manusia sebagai makhluk yang holistik dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
a. Manusia sebagai makhluk biologis.
Manusia sebagai makhluk biologis memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Terdiri atas sekumpulan organ tubuh yang semuanya mempunyai fungsi masing-
masing.
2) Berkembang biak melalui jalan pembuahan sperma dari laki-laki dan ovum dari
perempuan sehingga ia dapat hamil, lalu melahirkan bayi yang kemudian tumbuh,
dan berkembang menjadi remaja, dewasa, tua, dan akhirnya meninggal.
3) Untuk mempertahankan kelangsungan hidup, manusia mempunyai kebutuhan
dasar yang harus dipenuhi, kebutuhan dasar yang paling utama adalah keyakinan
kepada Tuhan, sedangkan kebutuhan dasar biologis adalah fisiologis seperti
oksigen, air, makanan, dan sebagainya.
b. Manusia makhluk psikologis.
Manusia sebagai makhluk psikologis artinya manusia adalah makhluk yang berjiwa.
Sebagai makhluk psikologis, manusia mempunyai sifat-sifat yang tidak dimiliki
makhluk lain. Manusia mempunyai kemampuan berpikir, kesadaran pribadi, dan
perasaan.
c. Manusia sebagai makhluk sosial.

21
Manusia sebagai makhluk sosial yang tidak bisa lepas dari orang lain dan selalu
berinteraksi dengan mereka. Manusia akan belajar dari lingkungan sekitarnya tentang
norma, ajaran, peraturan, kebiasaan, tingkah laku yang etis maupun tidak etis dan
ragam budaya manusia. Manusia sebagai makhluk sosial, memiliki kepentingan
dengan orang lain, mengabdi kepada kepentingan sosial dan tidak dapat lepas dari
lingkungan terutama lingkungan sosial. Contohnya, pada saat sakit, seseorang
membutuhkan pertolongan orang lain, untuk membantu proses penyembuhan ataupun
untuk merawatnya.
d. Manusia sebagai makhluk spritual.
Manusia sebagai makhluk spritual mempunyai hubungan dengan kekuatan diluar
dirinya, yaitu hubungan dengan Tuhan, dan mempunyai. keyakinan dalam hidupnya.
Keyakinan yang dimiliki seseorang akan berpengaruh pada perilakunya. Sedangkan
menurut Hildegard Peplau dalam konsep utama paradigma keperawatan pada point
pertama yaitu manusia adalah organisme yang hidup dalam keseimbangan yang tidak
stabil yang berjuang dengan caranya sendiri untuk mengurangi ketegangan yang
disebabkan oleh kebutuhan. Tiap individu merupakan makhluk yang unik,
mempunyai persepsi yang dipelajari dan ide yang telah terbentuk dan penting untuk
interpersonal (Akbar, 2019). Sebelumnya, klien dipandang sebagai obyek yang akan
diamati. Hildegard Peplau mengajarkan bahwa klien itu bukan obyek tetapi subyek,
dan bahwa kita harus berpartisipasi dengan klien dan terlibat dalam hubungan
perawat-klien (Arifah, 2017).
2. Konsep Keperawatan
Keperawatan merupakan diagnosis dan pengobatan respons manusia terhadap
masalah kesehatan yang ada atau berpotensial ada. Namun keperawatan memiliki
batasan dalam mendiagnosis. Perawat tidak mendiagnosis secara medis kondisi klien
tetapi cenderung menilai respons klien terhadap penyakit dan dapat membuat
diagnosis keperawatan. Keperawatan didefinisikan oleh Hildegard Peplau sebagai
sebuah proses yang signifikan, bersifat terapeutik, dan interpersonal. Keperawatan
merupakan instrument edukatif, kekuatan yang mendewasakan dan mendorong
kepribadian seseorang dalam arah yang kreatif, konstruktif, produktif, personal dan
kehidupan komunitas. Profesi keperawatan memiliki tanggung jawab dalam
pemanfaatan keperawatan secara efektif.
3. Konsep Kesehatan

22
Konsep kesehatan mempunyai pengertian yang berbeda-beda pada setiap klien,
lingkungan dan profesi tenaga kesehatan. Kesehatan adalah perubahan yang dinamis
dan terus-menerus. Biasanya untuk mengetahuinya digunakan nilai rata-rata normal
sebagai acuan. Peran perawat adalah meningkatkan kesehatan dan mencegah
penyakit. Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kesehatan, yaitu:
a. Perawatan diri yang baik
b. Pencegahan terhadap penyakit/cedera
c. Manajemen stress dan mengekspresikan emosi secara baik
d. Hubungan interpersonal yang baik
e. Peduli terhadap lingkungan dan kondisi sekitar

Hildegard Peplau sendiri mendefinisikan kesehatan sebagai sebuah simbol yang


menyatakan secara tidak langsung perkembangan progresif dari kepribadian dan
proses kemanusiaan yang terus menerus mengarah pada keadaan kreatif, konstruktif,
produktif di dalam kehidupan pribadi ataupun komunitas (Arifah, 2017).
4. Konsep Lingkungan
Konsep lingkungan adalah semua kondisi yang mungkin mempengaruhi klien dan
tempatnya berada. Lingkungan adalah faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan
manusia, mencakup lingkungan interna dan lingkungan eksterna. Lingkungan interna
adalah lingkungan yang berasal dari dalam manusia itu sendiri, mencangkup faktor
genetik, mutasi biologi, jenis kelamin, psikologis, faktor prediposisi terhadap
penyakit dan faktor lingkungan. Sedangkan lingkungan eksterna adalah lingkungan
disekitar manusia yang mencangkup lingkungan fisik dan biologis, lingkungan sosial,
cultural dan spiritual (Akbar, 2019).
Menurut Hildegard Peplau, lingkungan didefinisikan sebagai bentuk diluar organisme
dalam konteks kebudayaan, dari sini kebudayaan dan kepercayaan diaktualisasikan
sehingga menjadi faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menghadapi individu.
Meskipun Hildegard Peplau tidak secara langsung menyebutkan lingkungan sebagai
salah satu konsep utama dalam perawatan, ia mendorong perawat untuk
memperhatikan kebudayaan dan adat istiadat klien saat klien harus membiasakan diri
dengan rutinitas rumah sakit (Arifah, 2017).
2.5 Konsep Teori Attachment John Bowlby
2.5.1.Definisi

23
Kelekatan (attachment) merupakan istilah yang pertama kali ditemukan oleh seorang
psikologi dari Inggris yang bernama John Bowlby. Kelekatan merupakan tingkah laku yang
khusus pada manusia, yaitu kecenderungan dan keinginan seseorang untuk mencari kedekatan
dengan orang lain dan mencari kepuasan dalam hubungan dengan orang tersebut.
Kelekatan menurut Monks adalah mencari dan mempertahankan kontak dengan
orangorang yang tertentu saja. Orang pertama yang dipilih anak dalam kelekatan adalah ibu
(pengasuh), ayah atau saudara-saudara dekatnya. Sedangkan menurut Santrok dalam bukunya
yang berjudul perkembangan anak bahwa kelekatan adalah ikatan emosional yang erat diantara
dua orang. Dapat ditambah bahwa kelekatan tidak terjadi hanya pada dua orang saja namun juga
kepada sesama dalam lingkup yang terdekat.
Kelekatan ini akan bertahan cukup lama dalam rentang kehidupan manusia yang diawali
dengan kelekatan anak pada ibu atau figur lain pengganti ibunya. Pengertian ini sejalan dengan
apa yang dikemukakan Ainsworth bahwa kelekatan adalah ikatan emosional yang dibentuk
seorang individu yang bersifat spesifik, mengingat mereka dalam suatu kedekatan yang bersifat
kekal sepanjang waktu. Kelekatan merupakan suatu hubungan yang didukung oleh tingkah laku
lekat (attachment behavior) yang dirancang untuk memelihara hubungan tersebut. Attachment
Theori namun demikian tidak harus bersifat timbal balik. Seseorang mungkin memiliki
keterikatan pada seseorang yang tidak dibagi. Kelekatan dapat dicirikan oleh perilaku spesifik
pada anak-anak, seperti mencari kedekatan dengan sosok tambahan ketika marah atau terancam.
Lebih tegas menurut Saul mengatakan bahwa bagi Bowlby attachment “as a ‘lasting
psycological connectedness between human beings”. Keterikatan muncul sebagai jalinan alami
yang terjadi dalam kehidupan manusia. Inilah pentingnya setiap manusia menjadi mahkluk
sosial.

2.5.2.Teori Konsep Dasar Attachment (Kelekatan)


Berdasar pada empat prinsip atau konsep dasar kelekatan (attachment) teorinya John
Bowlby dan teorinya Mary Ainswort tentang empat respon yakni Secure attachment, Insecure,
Avoidant, Insecure ambivalent, Insecure Disorganized betapa figur lekat mempunyai peran
yang sangat penting berkaitan dengan terbentuknya kelekatan (attachment), aspek percaya yaitu
percaya figur lekat memandang positif diri anak, anak percaya kebaikan hati figur lekat, aspek
komunikasi berupa intensitas komunikasi dengan figur lekat dan keterbukaan komunikasi
dengan figur lekat, aspek kedekatan dalam arti puas terhadap kualitas hubungan dengan figur
lekat juga afiliasi dengan figur lekat. Aspek-aspek tersebut mempengaruhi kualitas kelekatan.

24
a. Pengertian Attachment
Attachment adalah kelekatan yang merupakan suatu ikatan emosional yang kuat yang
dikembangkan anak melalui interaksinya dengan orang yang mempunyai arti khusus dalam
kehidupannya. Dalam hal ini biasanya yang mempunyai arti khusus adalah orangtua. Mengenai
attachment (kelekatan) anak pada orangtua, yang terpenting adalah sebuah komunikasi antar
pribadi, kelekatan interaksi antar individu dengan seseorang atau anak dengan orangtua dalam
sebuah keluarga. Kelekatan (attachment) adalah ikatan kasih sayang yang berkembang antara
anak dan pengasuhnya (orangtua). Ikatan kasih sayang ini bersifat afeksional, maka kelekatan
cenderung menetap pada diri individu, meskipun figur lekatnya tidak selalu tampak secara fisik.
Kelekatan anak ditunjukkan pada orang-orang penting tertentu yang disebut figur lekat, tidak
pada semua orang. Orang-orang yang dipilih anak menjadi figur lekatnya, adalah orangorang
yang sering mengadakan reaksi terhadap tingkah laku anak untuk menarik perhatian dan sering
membuat interaksi anak secara spontan. Di lingkungan sekolah, orang-orang terdekat anak yang
sering melakukan interaksi dengannya adalah guru dan teman-teman dekatnya. Namun yang
menjadi fokus penelitian ini adalah kelekatan anak dan orang tua.
b. Teori Konsep Dasar Attachment
Istilah Attachment (kelekatan) menurut seorang ahli psikologi dari Inggris pada tahun
1958 bernama John Bowlby mengemukakan bahwa attachment (kelekatan) merupakan
hubungan yang bertahan cukup lama dalam rentang kehidupan manusia yang diawali dengan
kelekatan anak pada orangtua. Dengan kata lain bahwa attachment adalah pentingnya ikatan
antara orangtua dan anak-anak, memenuhi kebutuhan basis yang aman, merasa terikat, dan
memiliki realisasi.
Kelekatan adalah suatu ikatan emosional yang di bentuk seorang individu dengan orang
lain yang bersifat spesifik, mengikat mereka dalam suatu kedekatan yang bersifat kekal
sepanjang waktu. Dalam bahasa sehari-hari, kelekatan mengacu pada suatu relasi antara dua
orang yang memiliki perasaan yang kuat satu sama lain dan melakukan banyak hal bersama
untuk melanjutkan relasi itu. Tanda yang paling mudah dikenali adanya kelekatan jika anak
merasa senang berada didekat figur lekatnya dan jika anak jauh dari figur lekatnya maka ada
kerinduan untuk kembali dekat dengan figur lekatnya itu.
Menurut Santrock, Kelekatan (attachment) yaitu adanya suatu relasi atau hubungan antar
figur sosial tertentu dengan suatu fenomena tertentu yang dianggap mencerminkan karakteristik
relasi yang unik. Jadi kelekatan adalah hubungan yang memiliki karakteristik emosional yang
dekat antar dua orang, yang saling mengasihi serta adanya keinginan untuk menjaga kelekatan
fisik.

25
Dengan demikian penulis menyimpulkan bahwa kelekatan ini adalah keterhubungan yang
terjadi antara manusia dan berlangsung untuk jangka waktu yang panjang. Seperti yang di
jelaskan oleh John Bowlby bahwa attachment mengacu pada ikatan emosional yang
berkembang antara orangtua dan anak.
c. Macam-macam Kelekatan
1. Kelekatan Aman
Dalam kaitannya dengan kepribadian seorang individu, seseorang menganggap orang
lain sebagai: orang yang bersahabat, dapat dipercaya, responsif dan penuh kasih
sayang.
2. Kelekatan Tidak Aman
Kelekatan tidak aman dibedakan menjadi dua: pertama, kelekatan cemas menghindar
dengan ciri khas dari individu ini adalah ia memandang orang lain sebagai individu
yang tidak bisa memberikan rasa aman. Selain itu model dari individu ini memandang
diri sendiri sebagai orang yang spektis, curiga dan memandang orang lain sebagai
orang yang mudah berubah-ubah dalam pendirian.
Kedua dari kelekatan cemas ambivalen yang mempunyai karakteristik menjadi seorang
individu yang mempunyai keyakinan negatif baik terhadap diri sendiri maupun orang
lain, perasaan tidak dicintai orang lain, maka memandang individu lain sebagai kurang
menolong atau susah untuk mengerti.
d. Fase-fase Kelekatan
Perkembangan keterikatan atau kelekatan anak menurut Bowlby terjadi melalui
penahapan yang dibagi dalam empat fase, mulai dari bayi yaitu sebagai berikut :
6. Fase 1 (sejak lahir sampai usia 3 bulan) : respon tak terpilah
Selama bulan pertama diawal hidupnya, bayi menunjukkan beragam jenis respon
kepada orang-orang disekitarnya dengan cara yang sama. Bayi tersenyum pada semua
orang bahkan dengan mata tertutup bayi menunjukkan respon yang sama terhadap
semua orang. Senyuman tersebut dapat mendekatkan kemelekatan dengan
pengasuhnya, setelah tersenyum mereka mulai melanjutkan dengan berceloteh.
Celoteh bayi dan senyuman adalah pemicu sosial yang berfungsi mempertahankan
figur ibu dalam kedekatan dengan bayi dengan menunjukkan interaksi diantara
mereka.
7. Fase 2 (usia 3 sampai 6 bulan) : fokus pada orang-orang yang dikenal
Pada fase ini bayi mulai membatasi senyumannya pada orang yang dikenalnya saja.
Ketika melihat wajah yang tidak dikenalnya mereka hanya diam saja. Celoteh dan

26
tangisan hanya bisa didiamkan oleh orang yang dikenalnya saja, bayi tampaknya
hanya mengembangkan kemelekatan yang paling kuat kepada orang yang paling sigap
dengan sinyal mereka dan yang terlibat dengan interaksi yang paling menyenangkan
mereka.
8. Fase 3 (usia 6 sampai 3 tahun) : kelekatan yang intens dan pencarian kedekatan yang
aktif.
Pada usia 6 bulan, kemelekatan bayi pada orang tertentu menjadi semakin intens dan
eksklusif. Hal tersebut terlihat saat figur ibu meninggalkan ruangan, sang bayi akan
menangis keras dan memperlihatkan kecemasan terhadap perpisahan. Ketika ibunya
kembali dan berada dipelukan ibunya, maka bayi akan balas memeluk ibunya dengan
senyuman bahagia. Pada usia 7 bulan bayi menunjukkan ketakutan pada orang asing.
Hal tersebut terlihat dengan tangisan yang keras ketika melihat orang asing. Saat bayi
sudah bisa merayap sekitar usia 8 bulan sang bayi mulai mengikuti orangtua yang
berjalan meninggalkannya.
9. Fase 4 (usia 3 tahun sampai akhir masa kanak-kanak ) : tingkah laku persahabatan
Sebelum menginjak usia 3 tahun anak-anak hanya berkonsentrasi pada kebutuhannya
sendiri untuk mempertahankan kedekatan kelekatan tertentu pada pengasuh atau
orangtua. Mereka belum bisa memahami rencana atau tujuan pengasuhnya. Menginjak
usia 3 tahun mulai bisa memahami rencana dan dapat membayangkan apa yang dia
lakukan saat orangtuanya pergi sehingga mulai bertindak seperti rekanan di dalam
hubungan dengan orangtuanya.
Menurut Erikson dalam bukunya Santrock yang berjudul Masa Perkembangan Anak
mengatakan bahwa pada tahun-tahun pertama kehidupan merupakan kerangka waktu
kunci dalam pembentukan pola kelekatan karena pada tahun-tahun pertama kehidupan
merupakan tahap munculnya kepercayaan dan ketidakpercayaan.
10.Kelekatan di Rumah (Keluarga)
Kelekatan anak dengan orang tua terbentuk sejak masa kanak-kanak. Dunia anak
orang yang pertama mereka kenal adalah ibu sehingga anak lebih mudah lekat dengan
ibu, namun anak juga dekat dengan ayah, saudara kandung dan kakek nenek.
Kelekatan menurut teori bowlby kecenderungan dan keinginan seseorang untuk
mencari kedekatan dengan orang lain dan mencari kepuasan dalam hubungan dengan
orang tersebut, hubungan yang dibina akan bertahan cukup lama dan memberikan rasa
aman walaupun figur lekat tidak tampak dalam pandangan anak. Kelekatan sebagai
dasar utama bagi pembentukkan kepribadian sosial anak.

27
Keluarga merupakan kelompok kecil yang memiliki pemimpin dan anggota yang
memiliki pembagian tugas dan kerja, serta hak dan kewajiban bagi masing-masing
anggotanya, sekaligus sebagai tempat pertama dan yang utama dimana anak-anak
belajar. Artinya Attachment adalah hubungan tertentu antara anak dengan orangtua
merupakan sumber emosional dan kognitif bagi anak. Hubungan tersebut memberi
kesempatan bagi anak untuk mengeksplorasi lingkungan maupun kehidupan sosial.
Kelekatan dikatakan memiliki kualitas ketika figur lekat memperlakukan anak dengan
penuh adanya responsif, penuh tali kasih sayang dan penuh perhatian.

28
BAB 3
PEMBAHASAN

3.1 Aplikasi Teori

3.1.1.Aplikasi Teori Social Support

Perawat memiliki pengetahuan dan keahlian untuk menilai lingkungan interpersonal


dan sosial klien, menerapkan strategi promosi kesehatan, dan memfasilitasi klien dalam
memulai praktik perawatan diri (Tilden, 1985). Dari perspektif pencegahan, dukungan
sosial dapat dilihat sebagai “inokulasi sosial” (Pilisuk, 1982). Melalui "terapi jaringan,"
perawat dapat menilai kecukupan dukungan sosial, menggunakan ukuran dukungan sosial
yang ada, menentukan peran profesional dan penyedia nonprofesional dari dukungan
sosial untuk menggerakkan klien untuk meningkatkan kemandirian, dan mengatur serta
mengevaluasi kelompok dukungan masyarakat (Roberts, 1984).

a. Level intervensi
Individu - Memodifikasi cara individu mencari atau memandang dukungan yang
diberikan oleh orang lain
b. Situasi
Seorang wanita hamil diposisikan tirah baring karena kehamilan berisiko tinggi.
Dia memiliki seorang putra berusia dua tahun dan suaminya bekerja seharian.
Dia memandang suaminya sebagai sumber utama dukungan sosial dan tidak tahu
bagaimana dia akan mendapatkan bantuan yang dia butuhkan selama dia harus
istirahat di tempat tidur. Dia menerima perawatan melalui agen perawatan di
rumah berbasis rumah sakit yang menyediakan perawatan untuk klien perinatal.
c. Intervensi dukungan sosial
1) Kaji komponen dan sumber dukungan sosialnya yang tersedia.
2) edukasi tentang pentingnya tirah baring untuk kehamilannya dan
jelaskan jenis dukungan yang dia perlukan (dukungan informasional).
3) Beri nasihat tentang perlunya mencari dukungan sosial dari sumber lain
selama masa stres dan kebutuhan meningkat (dukungan penilaian).

29
4) Dengarkan kekhawatiran klien tentang reaksi potensial suaminya yang
meminta ibu klien untuk membantu tugas rumah tangga dan perawatan
anak (dukungan emosional).
5) Klien mengatur bantuan pengasuhan anak dari ibunya dan beberapa
keluarga tetangga (dukungan instrumental).
d. Hasil/outcome
1) Mengurangi stres keluarga
2) Strategi koping yang positif
3) Bayi yang sehat

3.1.2.Aplikasi Penelitian

Teori dukungan sosial digunakan untuk membuat konsep studi tentang


penyediaan dukungan sosial untuk ibu tunggal, berpenghasilan rendah, Afrika-Amerika
melalui pesan email dalam program yang disebut Jaringan Ibu Baru. Penulis menjelaskan
bahwa dukungan informasional, emosional, dan penilaian dapat dilakukan melalui
intervensi Internet. Selain itu, dukungan sosial negatif dapat terjadi jika interaksi
dianggap tidak mendukung, meskipun mungkin dimaksudkan untuk menjadi positif.
Pedoman tanggapan perawat terhadap komunikasi email meliputi: (1) tanggapan tepat
waktu terhadap pesan ibu tunggal, (2) penggunaan nada informal dan perhatian dalam
pesan, (3) dimasukkannya pertanyaan singkat yang membahas interaksi sebelumnya
untuk merangsang balasan, (4) penyajian informasi dalam paragraf singkat dan sederhana
agar mudah dilihat, dan (5) pesan yang ditulis pada tingkat membaca kelas enam. Selain
itu, tautan ke sumber daya komunitas sering kali tertanam dalam pesan. Para peneliti
melakukan analisis kualitatif tema utama pesan email dari ibu ke dua perawat untuk
sampel 12 ibu selama periode waktu enam bulan. Latar belakang budaya perawat serupa
dengan partisipan. Salah satu dari tiga tema berfokus pada hubungan dukungan. Para ibu
tunggal mendiskusikan dukungan positif dan negatif yang mereka terima dalam interaksi
dengan keluarga dan ayah bayi. Data menunjukkan bahwa beberapa ibu tidak mencari
nasehat dari perawat (dukungan informasional), melainkan mendiskusikan suatu topik
secara rinci. Penulis menyarankan bahwa para ibu mungkin mencari dukungan emosional
dan penilaian setelah mendiskusikan dukungan negatif dari keluarga. Analisis pesan
menunjukkan bahwa kebutuhan dukungan sosial ibu lebih besar daripada dukungan yang
ditawarkan oleh keluarga dan ayah kandung. Meskipun para ibu umumnya tidak mencari
dukungan informasional, perawat dapat menggunakan internet untuk memberikan

30
informasi tentang topik seperti memberi makan bayi dan depresi pascapersalinan. Penulis
menyarankan agar perawat dapat memberikan dukungan emosional kepada ibu muda
untuk menghadapi perubahan menjadi ibu dan dukungan penilaian untuk pembelajaran
baru tentang merawat bayinya. Selain itu, perawat dapat menyarankan strategi untuk
menanggapi dukungan negatif yang mungkin diterima ibu dari anggota keluarga, teman,
dan ayah bayi.

3.2 Aplikasi Teori


3.2.1.Aplikasi Teori Caring Swanson

CARE merupakan dasar atau landasan dalam praktik pemberian asuhan


keperawatan kepada klien yang merupakan sentral dari asuhan keperawatan (Nursalam,
2015). Salah satu perilaku yang harus dimiliki perawat adalah perilaku caring, hal ini
merupakan salah satu perilaku yang harus dimiliki perawat sejak diakuinya profesi
keperawatan dimana pada dasarnya manusia sudah memiliki “mother insting” atau jiwa
keibuan yang memiliki kepedulian sangat tinggi dari seorang ibu untuk mengasuh dan
merawat anaknya. Caring adalah esensi dari keperawatan yang membedakan dengan
profesi lain dan mendominasi serta mempersatukan dan menjiwai tindakan keperawatan.
Teori caring pertama kali dikemukakan oleh Jean Watson yang dikenal dengan 10
Faktor Karatif Caring yang merupakan salah satu jenis teori filosofi keperawatan,
kemudian dikembangkan lagi oleh Swanson (1993) dengan teorinya Model Structure of
Caring (Swanson Caring Theory) yang terdiri dari Maintaining belief (mempertahankan
keyakinan pada kejadian atau transisi dan melihatnya dengan penuh hikmahh), Knowing
(berusaha keras untuk memahami makna atas kejadian pada kehidupan orang lain), Being
with (menunjukkan perasaan kepada orang lain), Doing for (bekerja/melakukan sesuatu
untuk orang lain seperti untuk diri snediri), enabling (memfasilitasi orang lain pada
kondisi transisi) yang masuk dalam jenis teori keperawatan Middle Range, dan pada
akhirnya di modifikasi oleh Carolina dikenal dengan Carolina Care Model dimana ia
membuat suatu model caring yang dapat diaplikasikan pada pelayanan keperawatan ia
memperkenalkan Multilevel rounding, words and way that work, relationship/service
component, dan partnerships with support service.
Sebagai salah satu perilaku unggulan yang harus dimiliki seorang perawat tentunya
perilaku caring menjadi sebuah fundamental yang mendasar yang harus dikuasai dan
kemudian diterapkan pada pelayanan keperawatan seperti pada rumah sakit, klinik dan
rumah perawatan.

31
3.2.2.Aplikasi Penelitian
Penerapan perilaku caring perawat ketika memberikan asuhan keperawatan pada
klien dapat meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dan keselamatan klien yang
tentunya diharapkan dapat membantu kesembuhan klien. Beberapa contoh diantaranya
adalah:
1. Perawat senantiasa memperkenalkan diri ketika pertama kali kontak dengan klien
2. Selalu tersenyum ketika kontak dengan klien dengan harapan senyum yang
menentramkan dapat mempercepat kesembuhan klien
3. Perawat harus senantiasa memiliki rasa empati
4. Perawat menunjukan perhatian kepada klien dengan cara menyakan
keadaan/keluhan yang sedang dirasakan klien.
5. Memberikan perawatan dengan senantiasa melibatkan keluarga klien dalam proses
kesembuhan klien
6. Melakukan pengkajian secara menyeluruh terhadap klien secara holistic dengan
mengedepankan aspek bio-psiko-sosio-spritual-kultural klien.
7. Senantiasa menjaga kedekatan profesional yang konsisiten pada klien
8. Memberikan asuhan keperawatan dengan kemampuan yang kompeten serta
senantiasa meningkatkan kualitas dan mutu perawatan.
9. Mendengar keluhan, perasaan, dan masukan dari klien dengan mengedepankan
perilaku caring.
10. Menunjukan sikap sabar dan tekun dalam melakukan proses keperawatan pada
klien
11. Memenuhi kebutuhan akan rasa aman dan nyaman kepada klien
12. Memberikan saran kepada klien dan mendiskusikan dengan klien bila ada
kesulitan/menemui masalah.
13. Memberikan pelayanan keperawatan yang professional sesuai SPO
14. Menghormati hak-hak klien dan menghargai setiap privasi klien
15. Membantu klien untuk mandiri dalam mengatasi masalahnya dan memberikan
kesempatan untuk memandirikan klien dalam mengatasi masalah
16. Memberikan motivasi klien untuk selalu berpikir positif tentang keadaanya kondisi
sakit yang diderita klien
Kelebihan teori Swanson
1. Selalu menempatkan peran perawat dalam proses perawatan klien, dimana perawat
tidak hanya menjadi kepanjangan tangan dari pengobatan medis, namun juga

32
merupakan mitra dalam membantu pasien lebih dekat dengan tujuannya (well-
being)
2. Perawat dapat mengerti kejadian yang berarti didalam hidup seseorang dan mampu
hadir secara emosional, melakukan suatu hal kepada orang lain, sama seperti
melakukan terhadap diri sendiri, memberi informasi dan memudahkan jalan
sesorang dalam menjalani hidupnya
3. Perawat dapat memperoleh informasi secara mendalam dari pasien yang sedang
dirawatnya, sehingga memungkinkan pengkajian lengkap kepada klien secara
holistik sehingga meminimalisir kesalahan dalam proses pemberian asuhan
keperawatan
4. Perawat dapat melibatkan diri sebagai perawat secara utuh dan bekerja sama
dengan klien dalam melakukan asuhan keperawatan yang efektif
5. Menimbulkan perasaan aman dan nyaman yang dirasakan oleh klien sehingga klien
merasa nyaman dengan prinsip Being With yang diterapkan oleh Swanson(Teting,
2018)
Kekurangan
1. Caring hanya dapat ditunjukkan dalam hubungan interpersonal, yaitu hubungan
yang terjadi antara perawat dengan klien, dimana perawat menunjukkan caring
melalui perhatian, intervensi untuk mempertahankan kesehatan klien.
2. Masih sedikit penerapan teori ini yang diaplikasikan langsung di lapangan.

3.3 Aplikasi Teori


3.3.1.Aplikasi Teori Interpersonal Relations

Teori hubungan interpersonal Peplau dapat digunakan sebagai edukasi dan


meningkatkan kemampuan interpersonal perawat dalam membantu mencapai kemampuan
tertinggi klien. Hubungan interpersonal menjadi proses penting untuk perawat bahwa
perawat sebagai rekan klien dalam mencapai kesejahteraan dan kesembuhan klien. Teori
hubungan interpersonal Peplau dalam aplikasi klinik dapat dimanfaatkan dalam bentuk
manajemen diri konsumsi obat untuk klien psikiatri (Hochberger & Lingham, 2017).
Manajemen diri dalam pengobatan sangat penting untuk kesembuhan klien psikiatri dan
seperti fakta di lapangan bahwa perawat memiliki keterbatasan waktu dalam hal tersebut
karena memiliki beban kerja yang tinggi. Peplau berpendapat bahwa perawat yang
membantu klien dalam membuat keputusan positif dapat meningkatkan derajat kesehatan

33
klien. Perawat mempunyai peran untuk memengaruhi klien dalam memperhatikan,
menerima dan mematuhi program pengobatan. Penelitian Happell et al (2002) dalam
Hochberger dan Lingham (2017) menyatakan bahwa perawat memiliki pengaruh dalam
manajemen pengobatan klien melalui edukasi, advokasi dan dukungan. Klien
skizophrenia yang menerima pendidikan manajemen diri memiliki kepatuhan dalam
pengobatan dan mengurangi kekambuhan serta mengurangi perawatan di rumah sakit
secara berulang (Zou et al., 2013).
Pada teori Peplau diketahui bahwa hubungan interpersonal perawat dengan klien
dapat membuat klien menjalankan fungsi tugasnya lebih mandiri dan hal tersebut menjadi
kelebihan dalam teori interpersonal Peplau (Townsend, 2009). Kelebihan lain dalam teori
interpersonal Peplau adalah proses interpersonal yang didefinisikan sebagai proses
interaksi secara simultan dengan orang lain dan mempengaruhi satu sama lain
mempunyai tujuan untuk membina suatu hubungan, hal ini dapat diterapkan sebagai
komunikasi perawat dengan klien psikiatri. Sehingga teori ini dapat diimplikasikan dalam
pemberian asuhan keperawatan jiwa. Peplau juga membahas mengenai kecemasan
beserta tingkatannya yang membantu perawat dalam mengidentifikasi permasalahan yang
dialami klien.
Kelemahan dalam teori Peplau adalah teori ini berpusat pada hubungan antara
perawat dengan klien tanpa melibatkan keluarga, sumber daya sosial yang didapatkan
klien dalam promosi kesehatan sehingga pemeliharaan kesehatan ketika klien berada di
rumah akan berkurang nilainya. Teori Peplau tidak dapat digunakan untuk klien yang
tidak mampu mengekspresikan kebutuhannya.

3.3.2.Aplikasi Penelitian

Peplau teori hubungan interpersonal tetap relevan sebagai dasar untuk penyelidikan
ilmiah dan praktik keperawatan. Sebuah tinjauan literatur, 2000-2010, mengungkapkan
lebih dari 120 publikasi yang mengutip karya Peplau. Teori hubungan interpersonal
menarik secara internasional, dengan publikasi oleh perawat ilmuwan dari Australia,
Brasil, Kanada, Cina, Denmark, Ethiopia, Prancis, Inggris Raya, Selandia Baru,
Norwegia, Slovenia, Afrika Selatan, Spanyol, Swedia, dan Turki . Di antara kutipan atas
karya Peplau dalam dekade terakhir adalah biografinya (Callaway, 2002); bab buku
tentang teorinya (George, 2005; Reed, Shearer, & Nicoll, 2004), editorial dan upeti
(Wills, 2010, Zauszniewski, 2009); disertasi doktor (Mariani, 2007), dan banyak artikel

34
menggunakan teorinya sebagai kerangka kerja untuk penelitian atau dasar untuk praktik
asuhan keperawatan.

Teori ini telah berfungsi sebagai kerangka kerja untuk mempelajari berbagai
pertanyaan penelitian, menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif. Meskipun awalnya
teori yang dirancang untuk menggambarkan hubungan terapeutik antara perawat dan
pasien kejiwaan (Forchuk & Reynolds, 2001; Forchuk et al., 2000; Tofthagen, 2004), saat
ini digunakan untuk memeriksa sifat hubungan dengan populasi lain. Misalnya kualitatif
penelitian, teori telah memberikan kerangka kerja untuk mempelajari: (a) membantu
peran dalam bekerja dengan korban kekerasan seksual (Courey, Martsolf, Drauker, &
Strickland, 2008), (b) program kunjungan rumah untuk keluarga prenatal yang rentan
(McNaughton, 2005), (c) perilaku yang digunakan oleh pasien rawat inap untuk
melibatkan perawat dalam interaksi (Shatell, 2005), dan (d) mempromosikan kesehatan
pada orang dewasa muda yang mengalami tahap awal psikosis (McCann & Baker, 2001).
Selain itu, sebuah studi kasus yang bersifat kualitatif, meneliti hubungan perawat-pasien
dalam konseling pasien laki-laki dengan sindrom defisiensi imun didapat (AIDS)
(Gauthier, 2000).

3.3 Aplikasi Teori

3.3.1.Aplikasi Teori Attachment

Kelekatan (attachment) merupakan istilah yang pertama kali ditemukan oleh


seorang psikologi dari Inggris yang bernama John Bowlby. Kelekatan merupakan tingkah
laku yang khusus pada manusia, yaitu kecenderungan dan keinginan seseorang untuk
mencari kedekatan dengan orang lain dan mencari kepuasan dalam hubungan dengan
orang tersebut.

Berdasar pada empat prinsip atau konsep dasar kelekatan (attachment) teorinya
John Bowlby dan teorinya Mary Ainswort tentang empat respon yakni Secure
attachment, Insecure, Avoidant, Insecure ambivalent, Insecure Disorganized betapa figur
lekat mempunyai peran yang sangat penting berkaitan dengan terbentuknya kelekatan
(attachment), aspek percaya yaitu percaya figur lekat memandang positif diri anak, anak
percaya kebaikan hati figur lekat, aspek komunikasi berupa intensitas komunikasi dengan
figur lekat dan keterbukaan komunikasi dengan figur lekat, aspek kedekatan dalam arti
puas terhadap kualitas hubungan dengan figur lekat juga afiliasi dengan figur lekat.
Aspek-aspek tersebut mempengaruhi kualitas kelekatan.

35
3.4.2.Aplikasi Penelitian

Bowlby tertarik pada salah satu gangguan-gangguan pada anak yang dibesarkan di
panti asuhan. Menurut beliau, anak-anak yang dibawah pengasuhan perawat dilihatnya
seringkali menunjukkan beragam masalah emosi, termasuk ketidakmampuan membentuk
hubungan intim dan abadi dengan anak-anak lain. Anak-anak tersebut tidak sanggup
mencintai karena tidak memiliki kesempatan untuk membentuk kemelekatan yang solid
dengan figur ibu diawal kehidupannya.
Selain mengamati anak-anak yang tumbuh dipanti asuhan bowlby juga mengamati
gejala serupa pada anak-anak yang tumbuh normal di rumah untuk sementara waktu
namun kemudian menderita perpisahan cukup lama. Anak-anak tersebut tampaknya
begitu terguncang sehingga secara permanen mereka menjauh dari ikatan manusia yang
erat. Observasi tentang hal tersebut meyakini Bowlby bahwa tidak bisa memahami
perkembangan tanpa memperhatikan lebih teliti ikatan ibu (orangtua) dan anak.
Bagaimana ikatan tersebut terbentuk? Mengapa ikatan begitu penting, sehingga jika
terganggu akan menghasilkan konsekuensi yang menyakitkan? Untuk mencari jawaban
tersebut Bowlby merujuk pada etologi. Dalam bukunya Mario Marrone menyatakan
bahwa:
Untuk kenyamanan, teori kelekatan adalah suatu cara mengkonseptualisasikan
kecenderungan manusia untuk membuat ikatan efektif yang kuat untuk orang lain
tertentu dan menjelaskan banyak bentuk tekanan emosional dan gangguan
kecemasan, gangguan kepribadian, termasuk kemarahan, depresi dan datasemen
emosional, dimana pemisahan dan kerugian yang tidak diinginkan memunculkan.
Pendapat diatas bahwa perlekatan yang mengarah pada serangkaian tingkah laku
dan gambaran emosi yang dapat diamati pada anak. Manusia membutuhkan perlekatan
dengan manusia lain untuk perlembangan psikologi dan emosional untuk dapat bertahan
hidup. Perlekatan termasuk hubungan yang unik dan eksklusif antara seorang anak
dengan orangtuanya.
Jadi orangtua dan anak mesti membentuk hubungan yang berkesinambungan yang
memiliki keistimewaan khusus. Karena kualitas hubungan ini akan mewarnai hubungan
seseorang selama hidupnya.

36
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Konsep teori keperawatan disusun berdasarkan ilmu dan seni yang mencakup berbagai
aktivitas konsep dan keterampilan yang berhubungan dengan berbagai disiplin ilmu, sedangkan
ilmu keperawatan merupakan suatu ilmu yang mempelajari pemenuhan kebutuhan dasar
manusia mulai dari biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Social support dapat mengurangi
kerentanan individu terhadap stress yang berdampak pada kesehatan, dan membuat kesimpulan
bahwa factor psikososial seperti social support dapat mempengaruhi kejadian dan prevalensi
kesehatan. Pada caring yaitu bagaimana seorang perawat dapat merawat klien dengan tetap
menghargai martabat dengan komitmen dan tanggungawab. Dapat diartikan juga sebuah cara
untuk menciptakan dan atau memelihara kesehatan yang dapat dilakukan dengan menjalin
hubungan yang bernilai dengan orang lain, sehingga mempunyai hubungan yang lebih dekat
dengan komitmen dan tanggung jawab(Kusnanto,2019).
Model Teori Interpersonal Relations bersifat psikodinamik, teori ini berfokus pada
individu, perawatan, dan proses interaktif. Hildegard E. Peplau yang menghasilkan hubungan
antara perawat dan klien. Berdasarkan teori ini klien adalah individu dengan kebutuhan
perasaan, dan keperawatan adalah proses interpersonal dengan proses terapis. Model teori
Attachment adalah suatu cara mengkonseptualisasikan kecenderungan manusia untuk
membuat ikatan efektif yang kuat untuk orang lain bersifat tertentu dan menjelaskan
banyak bentuk tekanan emosional dan gangguan kecemasan, gangguan kepribadian,
termasuk kemarahan, depresi dan datasemen emosional, dimana memunculkan
pemisahan dan kerugian yang tidak diinginkan.
Tujuan keperawatan adalah untuk mendidik klien dan keluarganya serta membantu
klien mencapai kemantapan dukungan sosial, caring, pengembangan personal, pengembangan
kelekatan kearah pribadi dan kehidupan sosial yang kreatif, konstruktif dan produktif.
Hubungan Social support, caring, interpersonal relations dan attachmen klien dengan perawat
menurut Middle Range Theories “ Social ”. Oleh karena itu Perawat harus selalu berupaya
mengembangkan hubungan dukungan sosial, caring, pengembangan personal, pengembangan
kelekatan secara terapeutik bersama klien dengan peran sebagai konselor, narasumber, dan
advokat.

37
4.2 Saran

Seperti yang kita ketahui bahwa manusia dipandang sebagai sistem holistik yang terdiri
dari bio-psiko-sosial-spiritual. Pada teori Middle Range Theories “ Social ”ini yang
dikembangkan pada dukungan sosial, caring, kemantapan pengembangan personal,
pengembangan kelekatan kearah pribadi dan kehidupan sosial yang kreatif, konstruktif dan
produktif sehingga diharapkan kepada semua perawat untuk dapat mengembangkan ilmunya
dalam melaksanakan asuhan keparawatan atau pengabdian masyarakat, serta dapat
mengaplikasikan langsung teori-teori yang sudah ada dalam melaksanakan asuhan keperawatan.

38
DAFTAR PUSTAKA
Aini, N. (2018). Teori Model Keperawatan Beserta Aplikasinya Dalam Keperawatan.
Malang: Universitas Muhammadiyah.
Alligood, M. R. (2014). Nursing theory & their work . The CV Mosby Company St.
Louis. Toronto. Missouri: Mosby Elsevier. Inc.
Alligood, M. R., & Tomey, A. M. (2014). Nursing Theory and their work. The Cv
MosbyCompany St. Louis. Toronto, Missouri.
Amalina, S. F., Rachmawaty, R., Ilkafah, I., & Erfina, E. (2020). Patient experiences of
nurse caring behaviors based on Swanson’s theory in Indonesian hospital.
Enfermeria Clinica, 30, 332–336. https://doi.org/10.1016/j.enfcli.2019.07.113
Jarvis, K. (2019). Swanson’s Theory of Caring: An Application to the Role of Nursing
Education. Journal of Cognitive Psychotherapy, 33(4), 266–271.
https://doi.org/10.20467/1091-5710.23.3.266
Kusnanto, N. (2019). Perilaku Caring Perawat Profesional. Pusat Penerbitan dan
Percetakan Universitas Airlangga (AUP).
McKelvey, M. M. (2018). Finding meaning through kristen swanson’s caring behaviors:
A cornerstone of healing for nursing education. Creative Nursing, 24(1), 6–11.
https://doi.org/10.1891/1078-4535.24.1.6
Nursalam, M. (2015). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Edisi ke-4. Jakarta:
Penerbit Salemba Medika.
Parker, M. E. (2005). Nursing theories and nursing practice. FA Davis company.
Smith, M. J., & Liehr, P. R. (2008). Story theory. Middle Range Theory for Nursing,
205–224.
Swanson, K. M. (1991). Empirical development of a middle range theory of caring.
Nursing Research, 40(3), 161–166.
Swanson, K. M. (1993). Nursing as informed caring for the well‐being of others.
Image: The Journal of Nursing Scholarship, 25(4), 352–357.
Tomey, A. M., & Alligood, M. R. (2007). Nursing theorists and their work.(6e éd.) St.
Louis. Mosby, Inc.

39

Anda mungkin juga menyukai