Anda di halaman 1dari 10

Essay Penelitian Terkait Dengan Konsep Dasar Keperawatan dan Model Konseptual

”Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa”

DISUSUN
OLEH :
NAMA: MUSTAFA
NIM: 1910024

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN MALANG
TAHUN 2021
KONSEP KEPERAWATAN JIWA
Pengertian Kesehatan Jiwa
Kesehatan jiwa merupakan suatu bagian yang tidak terpisahkan dari kesehatan atau bagian
integral dan merupakan unsur utama dalam menunjang terwujudnya kualitas hidup manusia
yang utuh. Kesehatan jiwa menurut UU No 3 tahun 1966 tentang kesehatan jiwa
didefinisikan sebagai suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, dan
emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan secara selaras dengan
keadaan orang lain. Pakar lain mengemukakan bahwa kesehatan jiwa merupakan suatu
kondisi mental yang sejahtera (mental wellbeing) yang memungkinkah hidup harmonis dan
produktif, sebagai bagian yang utuh dan kualitas hidup seseorang dengan memperhatikan
semua segi kehidupan manusia. Dengan kata lain, kesehatan jiwa bukan sekedar terbebas dari
gangguan jiwa, tetapi merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh semua orang, mempunyai
perasaan sehat dan bahagia serta mampu menghadapi tantangan hidup, dapat menerima orang
lain sebagaimana adanya dan mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain
(Sumiati, dkk, 2009).
Model Konseptual Keperawatan Jiwa
Definisi
Model konseptual keperawatan merupakan suatu cara untuk memandang situasi dan kondisi
pekerjaan yang melibatkan perawat di dalamnya. Model konseptual keperawatan merupakan
petunjuk bagi perawat untuk mendapatkan informasi agar perawat peka terhadap yang terjadi
pada suatu saat dengan dan tau apa yang harus perawat kerjakan (Brockopp, 1999, dalam
hidat,).Marriner-Tomey (2004,) dalam Nurrachmah) menjelaskan bahwa, model konseptual
keperawatan telah memperjelas kespesifikan area fenomena ilmu keperawatan dengan
melibatkan empat konsep yaitu manusia sebagai pribadi yang utuh dan unik. Konsep kedua
yang bukan hanya merupakan sumber awal masalah tetapi juga merupakan sumber
pendukung bagi individu. Ketiga adalah kesehatan menjelaskn tentang rentang sehat sakit
sepangang siklus mulai konsepsi hinga kematian. Konsep keempat adalah keperawatan
sebagai komponen penting dalam peranan sebagai faktor penentu meningkatnya
keseimbangan hidup seseorang.
Menurut Yosep, Iyus, dkk, (2014) dalam bukunya yang berjudul Keperawatan Jiwa,
menjelaskan bahwa konseptual model keperawatan kesehatan jiwa dikelompokkan 6 model
sebagai berikut:
1. Psychoanalitycal
Menurut konsep keperawatan jiwa model ini menjelaskan bahwa gangguan jiwa dapat terjadi
pada seseorang apabila ego atau akal tidak berfungsi dalam mengkontrol kehendak nafsu atau
insting. Ketidakmampuan seseorang dalam menggunakan akalnya untuk mematuhi tata tertib,
peraturan, norma,agama, akan mendorong terjadinya penyimpangan perilaku. Faktor
penyebab lain gangguan jiwa dalam medol ini adalah konflik intrapsikis terutama pada masa
anak-anak. Proses terapi pada model ini adalah menggunakan metode asosiasi bebas dan
analisa mimpi, transferen untuk memperbaiki traumatik masa lalu. Misal pasien dibuat dalam
keadaan mengantuk yang sangat. Dalam keadaan tidak berdaya pengalam bawah alam
sadarnya digali dengan pertanyaan-pertanyaan untuk menggali traumatic masa lalu. Hal ini
lebih dikenal dengan metode hypnotic yang memerlukan keahlian dan latihan yang khusus.
Peran perawat dalam metode ini adalah berupaya melakukan assesment atau pengkajian
mengenai keadaankeadaan traumatik atau stressor yang dianggap bermakna pada masa lalu,
dengan menggunakan pendekatan komunikasi terapeutik setelah terjalin trust (saling
percaya).
2. Interpersonal,
Menurt konsep model ini kelainan jiwa seseorang bisa muncul akibat adanya ancaman.
Ancaman tersebut menimbulkan kecemasan (Anxiety), ansietas timbul dan dialami seseorang
akibat adanya konflik saat berhubungan dengan orang lain (interpersonal). Menurut konsep
ini perasaan takut seseorang didasari adanya ketakutan ditolak atau tidak diterima oleh orang
sekitarnya. Proses terapi menurut konsep ini adalah Build Feeling Security (berupaya
membangun rasa aman bagi klien), Trusting Relationship and Interpersonal Satisfaction
(menjalin hubungan yang saling percaya) dan membina kepuasaan dalam bergaul dengan
orang lain sehingga pasien merasa berharga dan dihormati. Peran perawat dalam model
konsep ini adalah share anxieties (berupaya melakukan sharing mengenai apa-apa yang
dirasakan pasien, apa yang dicemaskan oleh pasien saat berhubungan dengan orang lain),
theraspist use empathyand relationship (perawat berupaya bersikap empati dan turut
merasakan apa-apa yang dirasakan oleh pasien).
3. Social
Menurut konsep ini seseorang akan mengalami gangguan jiwa atau penyimpangan perilaku
apabila banyak faktor sosial dan faktor lingkungan yang akan memicu munculnya stress pada
seseorang. Akumulasi stressor yang ada pada lingkungan seperti; bising, macet, tuntutan
persaingan pekerjaan, harga barang yang mahal akan mencetuskan stress pada individu.
Prinsip proses terapi pada konsep model ini adalah Environment Maniulation and Social
Support (pentingnya modifikasi lingkungan dan adanya dukungan sosial). Sebagai contoh di
rumah harus bersih, harus, tidak bising, ventilasi yamg cukup. Peran perawat dalam
memberikan terapi menurut model ini adalah pasien harus menyampaikan masalah
menggunakan sumber yang ada di masyarakat dengan melibatkan teman sejawat, atasan,
keluarga. Sedangkan perawat berupaya untuk menggali sistem sosial pasien seperti suasana di
rumah, di kantor, dan dimasyarakat.
4. Exitensial
Menurut teori model eksistensial gangguan perilaku atau ganggua jiwa terjadi bila individu
gagal menemukan jati dirinya dan tujuan hidupnya. Individu tidak memiliki kebanggaan akan
dirinya. Membenci diri sendiri dan mengalami gangguan dalam Body image-nya. Prinsip
dalam proses terapinya adalah mengupayakan individu agar berpengalaman bergaul dengan
orang lain, memahami riwayat hidup orang lain yang dianggap sukses atau dapat dianggap
sebagai panutan, memperluas kesadaran diri dengan cara introspeksi, bergaul dengan
kelompok sosial dan kemanusiaan, mendorong untuk menerima jatidirinya sendiri dan
menerima kritik atau feed back tentang perilakunya dari orang lain.
Prinsip keperawatannya adalah pasien dianjurkan untuk berperan serta dalam memperoleh
pengalaman yang bearti untuk mempelajari dirinya dan mendapat feed back dari orang lain,
misalnya melalui terapi aktivitas kelompok. Perawat berupaya untuk memperluas kesadaran
diri pasien melaui feed back, kritik saran atau reward and punishment.
5. Supportive Therapy
Penyebab gangguan jiwa dalam konsep model ini adalah faktor biopsikososial dan respon
maladaptif saat ini. Aspek biologisnya menjadi masalah seperti sering sakit maag, migrain,
batuk-batuk. Aspek psikologisnya mengalami banyak keluhan seperti mudah cemas, kurang
percaya diri, perasaan bersalah, ragu-ragu, pemarah. Aspek sosialnya memiliki masalah
seperti susah bergaul, menarik diri, tidak disukai, bermusuhan. Semua hal tersebut
terakumulasi menjadi penyebab gangguan jiwa. Fenomena tersebut muncul akibat
ketidakmampuan dalam beradaptasi pada masalah-masalah yang muncul saat ini dan tidak
ada kaitannya dengan masa lalu. Prinspi proses terapinya adalah menguatkan respon coping
adaptif, individu diupayakan mengenal terlebih dahulu kekuatan-kekuatan apa yang ada pada
dirinya, kekuatan mana yang dapat dipakai alternatif pemecah masalahnya. Perawat harus
membantu individu dalam melakukan identifikasi coping yang dimiliki dan yang bisa
digunakan pasien dan juga berupaya menjalin hubunganyang hangat dan empatik dengan
pasien untuk menyiapkan coping pasien yang adaptif.
6. Medical
Menurut konsep ini gangguan jiwa cenderung muncul akibat multifactor yang kompleks
meliputi: aspek fisik, genetik, lingkungan dan faktor sosial. Sehingga fokus piñata
laksanaannya harus lengkap melalui pemeriksaan diagnostik, terapi somatik, farmakologi dan
teknik interpersonal. Perawat berperan dalam berkolaborasi dengan tim medis dalam
melakukan prosedur diagnostik dan terapi jangka panjang.
Pengertian Komunikasi
Istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin communicare – communicatiodan communicatus
yang berarti suatu alat yang berhubungan dengan sistem penyampaian dan penerimaan berita,
seperti telepon, telegraf, radio, dan sebagainya. Secara sederhana komunikasi dapat diartikan
sebagai suatu proses pertukaran, penyampaian, dan penerimaan berita, ide, atau informasi
dari seseorang ke orang lain. Dalam berkomunikasi, diperlukan ketulusan hati antara pihak
yang terlibat agar komunikasi yang dilakukan efektif. Pihak yang menyampaikan harus ada
kesungguhan atau keseriusan bahwa informasi yang disampaikan adalah penting, sedangkan
pihak penerima harus memiliki kesungguhan untuk memperhatikan dan memahami makna
informasi yang diterima serta memberikan respons yang sesuai.
Model-Model Komunikasi
Komunikasi adalah sebuah proses yang sangat kompleks karenanya sangat sulit untuk
mengetahui siapa yang memulai komunikasi, kepada siapa komunikasi ditujukan, dan dimana
komunikasi berawal dan berakhir. Untuk memahami proses komunikasi yang sedemikian
kompleks, diperlukan suatu instrumen yang membantu menjelaskan proses komunikasi.
Instrumen tersebut adalah model komunikasi. Model komunikasi adalah sebuah model
konseptual untuk menjelaskan proses komunikasi manusia dan memperlihatkan proses
komunikasi dengan menggunakan berbagai simbol. Model komunikasi membentuk perspektif
komunikasi dengan menguraikan komunikasi yang begitu kompleks menjadi lebih sederhana
tanpa menghilangkan komponen-komponen yang ada di dalamnya.Sejauh ini terdapat ratusan
model komunikasi yang telah dibuat oleh oakar. Kekhasan suatu model juga dipengaruhi oleh
latar belakang keilmuan pembuat model, paradigma yang digunakan, kondisi teknologi, dan
perkembangan zaman yang melingkunginya.
Berikut adalah beberapa model-model komunikasi menurut ahli yang
popular digunakan
 Model Stimulus-Respons (S-R)
Model Stimulus-Respons (S-R) adalah model komunikasi yang paling dasar. Model ini
dipengaruhi oleh disiplin psikologi, khususnya yang beraliran behavioristik. Dalam konsep
yang berfokus pada lingkungan, pada dasarnya dalam setiap kejadian yang kita alami selalu
terdapat stimulus dan respons.Mulyana (2007) mengasumsikan bahwa Model S-R
mengabaikan komunikasi sebagai suatu proses, khususnya yang berkenaan dengan faktor
manusia. Secara implisit model S-R ini menyatakan perilaku (respons) manusia dapat
diramalkan. Komunikasi dianggap statis, manusia dianggap berperilaku karena kekuatan dari
luar (stimulus), bukan berdasarkan kehendak, keinginan, atau kemauan bebasnya. Model ini
lebih sesuai bila diterapkan pada sistem pengendalian suhu udara daripada perilaku manusia.
 Model Komunikasi Aristoteles
Model komunikasi Aristoteles adalah salah satu model komunikasi linear yang ditujukan
untuk menggambarkan atau menjelaskan proses public speaking. Model ini merupakan model
komunikasi pertama dan merupakan model komunikasi yang diterima secara luas diantara
model komunikasi lainnya. Model komunikasi Aristoteles dikenal sebagai model komunikasi
yang berpusat pada speaker atau pembicara karena pembicara dipandang sebagai pihak yang
aktif dan berperan penting dalam proses public speaking yaitu mengirimkan pesan kepada
khalayak.
Model komunikasi Aristoteles memiliki beberapa karakteristik, diantaranya adalah :
a) Berpusat pada pengirim pesan.
b) Khalayak bersifat pasif.
c) Tidak terlalu fokus pada komunikasi intrapersonal atau
d) komunikasi interpersonal.
e) okus pada interaksi khalayak dalam komunikasi.
f) Tidak terdapat konsep umpan balik.
g) Tidak ada konsep kegagalan komunikasi.
h) Komunikasi berlangsung satu arah.
i) Hanya bisa digunakan dalam public speaking
 Model Komunikasi Lasswell
Harold D. Lasswell (1948) mengembangkan model komunikasi yang dikenal dengan model
komunikasi Lasswell. Model komunikasi Lasswell merupakan salah satu model komunikasi
linear atau model komunikasi satu arah dan merupakan model komunikasi yang sangat
berpengaruh. Model komunikasi Lasswell awalnya dikembangkan untuk menganalisis
komunikasi massa, khususnya studi tentang media propaganda. Namun, pada
perkembangannya, model ini digunakan pula untuk menganalisis komunikasi interpersonal
atau komunikasi kelompok yang menjadi sasaran diseminasi pesan.
Model komunikasi Lasswell memiliki beberapa karakteristik, yaitu :
a. Komunikasi berlangsung satu arah.
b. Tidak konsisten karena menyatakan adanya konsep efek.
c. Tidak menyertakan umpan balik.
d. Mengabaikan kemungkinan adanya hambatan-hambatan komunikasi.
e. Dipandang sangat umum dan hanya mencakup tema-tema tradisional.
f. Merupakan dasar propaganda karena lebih menitikberatkan pada hasil keluaran.
g. Umumnya digunakan untuk media persuasi

 Model Komunikasi Shannon dan Weaver


Claude Elwood Shannon dan Warren Weaver (1948) mengembangkan salah satu model
komunikasi linear yang disebut dengan Model Komunikasi Shannon dan Weaver. Model ini
pada awalnya ditujukan untuk memperbaiki teknis komunikasi utamanya komunikasi melalui
telepon dengan tujuan memaksimalkan kapasitas telepon dan meminimalkan gangguan.
Namun dalam perkembangannya, model ini kemudian diterapkan bagi seluruh bentuk
komunikasi untuk mengembangkan komunikasi yang efektif.
Model komunikasi Shannon dan Weaver memiliki beberapa karakteristik, yaitu :
a. Komunikasi berlangsung dalam dua proses yang membuatnya sebagai model yang
dapat diterapkan dalam semua bentuk komunikasi.
b. Konsep gangguan atau noise membantu dalam membuat komunikasi efektif dengan
cara menghilangkan gangguan atau masalah yang menyebabkan berbagai gangguan.
c. Hanya dapat diterapkan dengan baik pada komunikasi interpersonal dibandingkan
dengan komunikasi massa atau komunikasi kelompok.
d. Penerima pesan berperan sebagai bagian yang pasif dalam proses komunikasi.
e. Pengirim pesan berperan aktif dalam mengirim pesan.
f. Umpan balik tidak begitu penting jika dibandingkan dengan pesan yang dikirimkan
oleh pengirim

 Model Komunikasi Berlo


David K. Berlo (1960) merumuskan sebuah model komunikasi linear yang merupakan
pengembangan dari model komunikasi Shannon dan Weaver. Model komunikasi dari David
K. Berlo disebut dengan Model Komunikasi SMCR (Sender-Message-Channel-Receiver).
Menurut Berlo, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi berbagai komponen yang
dimiliki oleh individu dalam komunikasi yang membuat komunikasi berlangsung secara lebih
efisien. Faktor-faktor tersebut adalah keterampilan komunikasi, sikap, pengetahuan, sistem
sosial, dan budaya.

Model komunikasi Berlo memiliki beberapa karakteristik, yaitu :


a. Fokus pada proses encoding dan decoding.
b. Komponen komunikasi dipengaruhi oleh beberapa faktor.
c. Tidak adanya konsep umpan balik.
d. Efek komunikasi tidak dapat diketahui.
e. Tidak ada konsep gangguan atau noise atupun berbagai hambatan proses komunikasi.
lainnya,
f. Komunikasi berlangsung satu arah.
g. Baik pemberi pesan atau penerima pesan memiliki kesamaan jika dilihat dari faktor-
faktor yang mempengaruhi keduan

 Model Komunikasi Barnlund


Pada tahun 1970, Dean C. Barnlund mengenalkan sebuah model komunikasi transaksional
bagi dasar komunikasi interpersonal atau komunikasi antarpribadi yang menggambarkan
proses pengiriman dan penerimaan pesan yang terjadi secara simultan antara partisipan
komunikasi. Model komunikasi Barnlund dikenal dengan nama Model Komunikasi
Transaksional Barnlund. Model ini merupakan respon terhadap model komunikasi linear
yang bersifat statis ke model komunikasi yang bersifat dinamis dan model komunikasi dua
arah. Model komunikasi transaksional Barnlund menggambarkan proses komunikasi yang
berlangsung secara berkesinambungan dimana pengirim dan penerima saling bertukar peran
dan bertukar tempat secara seimbang.
Karakteristik model komunikasi Barnlund adalah sebagai berikut :
a. Komunikasi bersifat transaksional.
b. Digunakan dalam komunikasi interpersonal.
c. Pengirim dan penerima pesan dapat bertukar peran.
d. Melibatkan peran konteks dan lingkungan.
e. Melibatkan gangguan dan hambatan-hambatan komunikasi sebagai faktor.
f. Membahas komunikasi non verbal.
g. Umpan balik bersifat simultan.
h. Pengirim pesan dan penerima pesan saling berbagi kedalaman pengalaman.
i. Fokus pada pengiriman pesan yang simultan, gangguan serta umpan balik.
j. Dipandang sebagai model komunikasi yang sangat sistematis.
k. Model komunikasi dipandang sangat kompleks.
l. Pengirim pesan dan penerima pesan harus mengerti kode-kode yang dikirim oleh
masing-masing pihak.

 Model Komunikasi Osgood dan Schramm


Model Komunikasi Schramm dikenalkan oleh Wilbur Schramm (1954) yang
menggambarkan proses komunikasi berlangsung secara dua arah baik pengirim pesan atau
penerima pesan dapat berganti peran dalam mengirim dan menerima pesan. Pesan dikirimkan
setelah proses encoding karenanya pengirim pesan juga disebut dengan Encoder. Sementara
itu, penerima pesan atau receiverdisebut juga dengandecoderkarena pesan yang telah di-
encode oleh pengirim pesan kemudian mengalami proses decoding yang dilakukan oleh
penerima pesan atau receiver. Model komunikasi Schramm diadaptasi dari teori yang
dikemukakan oleh Ryan A. Osgood, karenanya model komunikasi ini disebut dengan Model
Komunikasi Osgood dan Schramm atau Model Komunikasi Encode-Decode. Melalui model
ini, Osgood mengganti model komunikasi linear dengan model proses komunikasi sirkular
dan Schramm menambahkan konsep field of experience ke dalamnya. Yang dimaksud
dengan field of experience adalah hal-hal yang mempengaruhi pemahaman dan
mengeinterpretasi pesan yang umumnya meliputi budaya, latar belakang budaya,
kepercayaan, pengalaman, nilai-nilai, dan peraturan.
Model komunikasi Osgood dan Schramm memiliki beberapa karakteristik, yaitu :
a. Fokus pada encode dan decode.
b. Komunikasi berlangsung dua arah.
c. Adanya konsep field of experience yang merupakan efek psikologis dapat membantu
untuk memahami proses komunikasi.
d. Umpan balik bersifat tidak langsung dan lambat.
e. Terdapat konsep umpan balik sehingga memudahkan bagi pengirim pesan untuk
mengetahui apakah pesan diinterpretasi dengan baik oleh penerima pesan.
f. Tidak diabaikannya konsep gangguan atau noise.
g. Penerima pesan dan pengirim pesan dapat bertukar peran dalam menyampaikan dan
menerima pesan.
h. Bersifat dinamis dan berguna secara praktis.
i. Gangguan semantik atau semantic noise merupakan konsep yang dapat membantu
memahami permasalah yang dapat terjadi selama pesan diinterpretasi.
j. Konsep interpretatif membuat komunikasi menjadi efektif.
k. Konsep konteks membuat faktor lingkungan dapat dimasukkan ke dalam interpretasi
pesan dan membuat perubahan dalam nilai pesan.

Model perilaku
Dikembangkan oleh H.J.Eysenck, J. Wilpe dan B.F. Skinner. Terapi modifikasi perilaku
dikembangkan dari teori belajar (learning theory). Belajar terjadi jika ada stimulus dan timbul
respon, serta respon dikuatkan (reinforcement).
Proses terapi :
Terapi pada model perilaku dilakukan dengan cara :
a) Desentisasi dan relaksasi, dapat dilakukan bersamaan. Dengan teknik ini diharapkan
tingkat kecemasan klien menurun.
b) Asertif training adalah belajar mengungkapkan sesuatu secara jelas dan nyata tanpa
menyinggung perasaan orang lain.
c) Positive training. Mendorong dan menguatkan prilaku positive yang baru dipelajari
berdasarkan pengalaman yang menyenangkan untuk digunakan pada prilaku yang akan
datang.

d) Self regulasi. Dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut. Pertama melatih


serangkaian standar perilaku yang harus dicapai oleh klien. Selanjutnya klien diminta untuk
melakukan self observasi dan self evaluasi terhadap perilaku yang ditampilkan. Langkah
terakhir adalah klien diminta untuk mremberikan reinforcement (penguatan terhadap diri
sendiri) atas perilaku yang sesuai.
Model Stress Adaptasi Roy
Keperawatan adalah suatu disiplin ilmu dan ilmu tersebut menjadi landasan dalam
melaksanakan praktik keperawatan (Roy, 1983). Lebih spesifik Roy (1986) berpendapat
bahwa keperawatan sebagai ilmu dan praktik berperan dalam meningkatkan adaptasi individu
dan kelompok terhadap kesehatan sehingga sikap yang muncul semakin positif. Keperawatan
memberi perbaikan pada manusia sebagai satu kesatuan yang utuh untuk beradaptasi dengan
perubahan yang terjadi pada lingkungan dan berespons terhadap stimulus internal yang
mempengaruhi adaptasi. Jika ada stressor dan individu tidak dapat menggunakan koping
secara efektif, maka individu tersebut memerlukan perawatan. Tujuan keperawatan adalah
meningkatkan interaksi individu dengan lingkungan, sehingga adapasi dalam setiap aspek
semakin meningkat. Komponen-komponen adaptasi mencangkup fungsi fisiologis, konsep
diri, fungsi peran, dan saling ketergantungan.Adaptasi adalah komponen pusat dalam model
keperawatan. Didalamnya menggambarkan manusia sebagai sistem adaptif. Adaptasi
menggambarkan proses koping terhadap stressor dan produk akhir dari koping. Proses
adaptasi termasuk fungsi holistik bertujuan untuk mempengaruhi kesehatan secara positif
yang pada akhirnya akan meningkatkan intergritas. Proses adaptasi termasuk didalamnya
proses interaksi manusia dengan lingkungan yang terdiri dari dua proses. Bagian pertama dari
proses ini dimulai dengan perubahan dalam lingkungan internal dan eksternal yang
membutuhkan sebuah respon. Perubahan tersebut dalam model adaptasi Roy digambarkan
sebagai stressor atau stimulus fokal dan ditengahi oleh faktor-faktor konstektual dan residual.
Stressor menghasilkan interaksi yang biasanya disebut stress.
Model Keperawatan
Pendekatan model keperawatan adalah model konsep yang digunakan dalam dan memberikan
asuhan keperawatandengan menggunakan pendekatan proses keperawatan, secara holistik,
bio-psiko-sosio-spiritual. Fokus penanganan pada model keperawatan adalah penyimpangan
perilaku, asuhan keperawatan berfokus pada respon individu terhadap masalah kesehatan
yang aktual dan potensial, dengan berfokus pada : rentang sehat sakit berdasarkan teori dasar
keperawatan dengan intervensi tindakan keperawatan spesifik dan melakukan evaluasi hasil
tindakan keperawatan. Model ini mengadopsi berbagai teori antara lain teori sistem, teori
perkembangan dan teori interaksi.

DAFTAR PUSTAKA
Anjaswarni. (2016). Komunikasi dalam keperawatan. Jakarta: Pusdik SDM
Kesehatan.
Nasir, A., Muhith, A., Sajidin, M., & Mubarak, W.I. (2009). Komunikasi dalam
keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Keliat, B. A., (2011) Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas (CMHN –Basic Course)
Jakarta EGC
Stuard, G.W (2009) Principles and pratice of psychiatric Nursing. 8th edition. Missouri
mosby

Anda mungkin juga menyukai