Anda di halaman 1dari 19

2.

1 Konsep Kesehatan Jiwa

2.1.1 Pengertian Kesehatan Jiwa

Kesehatan adalah keadaaan sejahtera dari fisik, mental dan sosial yang memungkinkan setiap
orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU No 23 tahun 1992 tentang kesehatan).
Sedangkan menurut WHO (2005) kesehatan adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan
sosial yang lengkap dan bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan. Dari dua defenisi di
atas dapat diambil kesimpulan bahwa untuk dikatakan sehat, seseorang harus berada pada suatu
kondisi fisik, mental dan sosial yang bebas dari gangguan, seperti penyakit atau perasaan
tertekan yang memungkinkan seseorang tersebut untuk hidup produktif dan mengendalikan stres
yang terjadi sehari-hari serta berhubungan sosial secara nyaman dan berkualitas.

Kesehatan jiwa adalah suatu bagian yang tidak terpisahkan dari kesehatan atau bagian integral
dan merupakan unsur utama dalam menunjang terwujudnya kualitas hidup manusia yang utuh.
Kesehatan jiwa menurut UU No 23 tahun 1996 tentang kesehatan jiwa sebagai suatu kondisi
yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang
dan perkembangan itu berjalan secara selaras dengan keadaan orang lain. Selain dengan itu pakar
lain mengemukakan bahwa kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi mental yang sejahtera
(mental wellbeing) yang memungkinkan hidup harmonis dan produktif, sebagai bagian yang
utuh dan kualitas hidup seseorang dengan memperhatikan semua segi kehidupan manusia.
Dengan kata lain, kesehatan jiwa bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, tetapi merupakan
sesuatu yang dibutuhkan oleh semua orang, mempunyai perasaan sehat dan bahagia serta mampu
menghadapi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya dan mempunyai
sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain (Sumiati dkk, 2009).

Gangguan kesehatan jiwa bukan seperti penyakit lain yang bisa datang secara tiba-tiba tetapi
lebih kearah permasalahan yang terakumulasi dan belum dapat diadaptasi atau terpecahkan.
Dengan demikian akibat pasti atau sebab yang melatar belakangi timbulnya suatu gangguan.
Pengetahuan dan pengalaman yang cukup dapat membantu seseorang untuk menangkap adanya
gejala-gejala tersebut. Semakin dini kita menemukan adanya gangguan maka akan semakin
mudah penanganannya. Dengan demikian deteksi dini masalah kesehatan jiwa anak usia sekolah
dasar sangat membantu mencegah timbulnya masalah yang lebih berat. Masalah kesehatan jiwa
yang sifatnya ringan dapat dilakukan penanganan di sekolah oleh guru atau kerjasama antara
guru dan orang tua anak karena penyebab permasalahan dapat berkaitan dengan masalah dalam
keluarga yang tidak ingin dibicarakan oleh orang tua, mungkin pula anak mempunyai masalah
dengan teman (Noviana, 2010).

2.1.3 Konsep Model Perawatan Kesehatan Jiwa

1. Model Psiko Analisa

Merupakan model yang pertama yang dikemukakan oleh Sigmun Freud yang meyakini bahwa
penyimpangan perilaku pada usia dewasa berhubungan pada perkembangan pada masa anak.

2. Model Interpersonal

Model ini diperkenalkan oleh Hary Stack Sullivan. Sebagai tambahan mengembangkan teori
interpersonal keperawatan. Teori ini meyakini bahwa perilaku berkembang dari hubungan
interpersonal.

3. Model Sosial

Menurut Caplain situasi sosial dapat mencetuskan gangguan jiwa. Teori ini mengemukakan
pandangan sosial terhadap perilaku bahwa faktor sosial dan lingkungan menciptakan stress yang
menyebabkan ansietas yang akan menimbulkan gejala perilaku menyimpang.

4. Model Eksistensi

Teori ini mengemukakan bahwa penyimpangan perilaku terjadi jika individu putus hubungan
dengan dirinya dan lingkungannya. Keasingan diri dari lingkungan dapat terjadi karena
hambatan pada diri individu. Individu merasa putus asa, sedih, sepi, kurangnya kesadaran diri
yang mencegah partisipasi dan penghargaan pada hubungan dengan orang lain. Klien sudah
kehilangan/tidak mungkin menemukan nilai-nilai yang memberi arti pada eksistensinya.

5. Model Komunikasi

Teori ini menyatakan bahwa gangguan perilaku terjadi apabila pasien tidak dikomunikasikan
dengan jelas. Bahasa dapat digunakan merusak makna, pesan dapat pula tersampaikan mungkin
tidak selaras. Fase komunikasi ada 4 yaitu: pra interaksi, orientasi, kerja, dan terminasi.
6. Model Perilaku

Dikembangkan oleh H.J Eysenk, J. Wolpe dan B.F Skiner. Teori ini meyakini bahwa perubahan
perilaku akan mengubah kognitif dan afektif.

7. Model Medical

Penyimpangan perilaku merupakan manifestasi gangguan sistem saraf pusat. Dicurigai bahwa
depresi dan skizoprenia dipengaruhi oleh transmisi impuls neural serta gangguan sinap yaitu
masalah biokimia. Faktor sosial dan lingkungan diperhitungkan sebagi faktor pencetus.

8. Model Keperawatan

Teori ini mempunyai pandangan bahwa askep berfokus pada respon individu terhadap masalah
kesehatan yang actual dan potensial dengan model pendekatan berdasarkan teori sistem, teori
perkembangan, teori interaksi, pendekatan holistik, teori keperawatan Fokus pada rentang sehat
sakit, teori dasar keperawatan, tindakan keperawatan, dan hasil tindakan (Wahyu dkk, 2009)

2.1.4 Peran dan Fungsi Perawat Kesehatan Jiwa

Keperawatan kesehatan jiwa merupakan proses interpersonal yang berupaya untuk meningkatkan
dan mempertahankan perilaku yang mendukung pada fungsi yang terintegrasi sehingga sanggup
mengembangkan diri secara wajar dan dapat melakukan fungsinya dengan baik, sanggup
menjalankan tugasnya sehari-hari sebagaimana mestinya.

Dalam upaya mengembangkan pelayanan keperawatan jiwa, perawat sangat penting, untuk
mengetahui dan meyakini akan peran dan fungsinya, serta memahami beberapa konsep dasar
yang berhubungan dengan asuhan keperawatan jiwa. Para perawat kesehatan jiwa mempunyai
peran yang bervariasi dan spesifik.

Aspek dari peran tersebut meliputi kemandirian dan kolaborasi.

1. Pelaksana asuhan keperawatan


Perawat memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan jiwa kepada individu, keluarga
dan komunitas. Dalam menjalankan perannya, perawat menggunakan konsep perilaku
manusia, perkembangan kepribadian dan konsep kesehatan jiwa serta gangguan jiwa
dalam melaksanakan asuhan keperawatan kepada individu, keluarga dan komunitas.
Perawat melaksanakan asuhan keperawatan secara komprehensif melalui pendekatan
proses keperawatan jiwa, yaitu pengkajian, penetapan diagnosis keperawatan,
perencanaan tindakan keperawatan, dan melaksanakan tindakan keperawatan serta
evaluasi terhadap tindakan tersebut
2. Pelaksana pendidikan keperawatan
Perawat memberi pendidikan kesehatan jiwa kepada individu, keluarga dan komunitas
agar mampu melakukan perawatan pada diri sendiri, anggota keluarga dan anggota
masyarakat lain. Pada akhirnya diharapkan setiap anggota masyarakat bertanggung jawab
terhadap kesehatan jiwa.

3. Pengelola keperawatan
Perawat harus menunjukkan sikap kepemimpinan dan bertanggung jawab dalam
mengelola asuhan keperawatan jiwa. Dalam melaksanakan perannya ini perawat: a.
Menerapkan teori manajemen dan kepemimpinan dalam mengelola asuhan keperawatan
jiwa b. Menggunakan berbagai strategi perubahan yang diperlukan dalam mengelola
asuhan keperawatan jiwa c. Berperan serta dalam aktifitas pengelolaan kasus seperti
mengorganisasi, koordinasi, dan mengintegrasikan pelayanan serta perbaikan bagi
individu maupun keluarga d. Mengorganisasi pelaksanaan berbagai terapi modalitas
keperawatan 4. Pelaksana penelitian Perawat mengidentifikasi masalah dalam bidang
keperawatan jiwa dan menggunakan hasil penelitian serta perkembangan ilmu dan
teknologi untuk meningkatkan mutu pelayanan dan asuhan keperawatan jiwa (Dalami,
2010)..

2. 2 Konsep Anak Usia Toddler


A. Pengertian anak usia Toddler
Anak adalah individu yang berusia 0-18 tahun yang sedang berkembang dan memiliki
kebutuhan spesifik seperti fisik, psikologis, spiritual dan sosial yang berbeda dengan
dewasa. Anak merupakan individu yang unik dan berbeda dengan orang dewasa yang
memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan (Supartini, 2004).
Konsep sehat bagi anak adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang
harus dicapai anak dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal sesuai
usianya. Sakit pada anak akan menyebabkan terganggunya pertumbuhan dan
perkembangan secara fisik, sosial, psikologis, spiritual dan intelektual (Supartini, 2004).
Persepsi kesehatan toddler dipengaruhi oleh kemampuan kognitif anak, toddler dapat
mengenali sensasi dari dalam tubuh namun sulit melokalisasi. Toddler menginternalisasi
label dari orang tua atau perawat ketika menyebut suatu sensasi sebagai suatu penyakit,
sehingga ketika mendapatkan sensasi yang sama maka anak akan menganggap memiliki
kesamaan (Patricia, 2005).
Masa toddler berada pada rentang masa kanak-kanak mulai berjalan sendiri
hingga anak dapat berjalan dan berlari dengan mudah, yaitu mendekati usia 12 bulan
sampai 36 bulan. Toddler adalah usia anak 1-3 tahun yang secara psikologis
membutuhkan cinta dan kasih sayang, rasa aman atau bebas dari ancaman.
Perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan eksternal yang mampu
memberikan rasa aman, peduli, dan penuh kasih sayang (Rahma, 2013).
Toddler memiliki tugas perkembangan untuk menyeimbangkan perasaan cinta dan
benci, percaya terhadap lingkungan untuk mengembangkan kemandirian. Toddler
meningkatkan kemandirian dengan didukung oleh kemampuan mobilitas fisik dan
kemampuan kognitif sehingga membuat anak meningkatkan kewaspadaan dan kontrol
terhadap lingkungan. Apabila kontrol terhadap lingkungan tidak berhasil maka akan
menimbulkan perilaku negatif dan tempertantrum (Patricia, 2005).
Menurut teori perkembangan psikososial Erickson, anak memiliki kemampuan
otonomi dengan menggunakan otot-otot mereka sendiri dan memperlihatkan perilaku
negatif apabila diarahkan. Perilaku temper tantrum mungkin muncul apabila mendapat
batasan dari orang tua yang menyebabkan anak frustasi (Hurlock, 2012). Anak toddler
mengekspresikan tingkat kecemasan dan perasaan bertentangan melalui kata-kata dan
perilku ledakan amarah untuk melepas ketegangan. Amarah diekspresikan dengan
menangis, berteriak, menggertak, menendang, melompat-lompat, atau memukul
(Bastable, 2005).
Menurut Piaget, teori perkembangan kognitif pada anak toddler adalah memasuki
tahap preoprasional. Toddler berada pada tahap preoprasional yang ditunjukkan melalui
perkembangan benda permanen, mengingat kejadian, kemampuan menempatkan
pemikiran menjadi kata. Anak menggnakan simbol untuk menunjukkan benda, tempat
dan orang. Toddler mengekspresikan fungsi tersebut pada saat anak meniru perilaku
orang lain.
Menurut Sullivan, tugas perkembangan toddler adalah belajar berkomunikasi,
anak usia 18 bulan dapat menggunakan hampir 10 kata, anak usia 24 bulan menggunakan
300 kata dan berbicara dalam kaliat pendek. Kata yang paling umum digunakan anak
toddler adalah kata “tidak”. Perkembangan moral pada anak sesuai kemampuan kognitif
sehingga bersifat hanya permulaan dan egosentris. Toddler belum memahami konsep baik
dan benar sehingga toddler berperilaku untuk menghindari ketidaknyamanan dan mencari
hal yang menyenangkan (Patricia, 2005). Implikasi dari teori tersebut adalah bahwa anak
memiliki bahasa dan cara berpikir yang berbeda dengan orang dewasa, anak akan belajar
lebih baik apabila mendapat lingkungan yang baik (Hurlock, 2012). Toddler pada masa
tumbuh kembangnya rentan terhadap penyakit dan kadang kala butuh perawatan di
rumah sakit.

B. TEORI PERKEMBANGAN ANAK USIA TODDLER

1. Perkembangan kognitif (Overview Piaget)


Selam toddler, fase sensorik motorik antara usia 12-24 bulan meliputi dua tahap :
Reaksi sirkular ketiga usia 12-18 bulan meliputi pengalaman tial dan error dan eksplorasi
kekerasan hati. Kombinasi mentalusia 18-24 bulan , selam toddler mulai diberi
perlengkapanbaru untuk menyelesaikan tugas melalui kombinasi mental. Subtahap
prekonseptual dari fase preoperasional, usia 2-4 tahun. Anak menggunakan pikirannya
untuk mengingat kembali, menggambarkan keadaan sekarang, dan mengantisipasi
keadaan yang akan datang. Selama fase ini toddler :
 Membentuk konsep yang lengkap atau berlogika sepeti orang dewasa.
 Membuat klasifikasi yang sederhana.
 Menggabungkan satu kejadian dengan kejadian yang bersamaan.
 Menunjukkan pemikiran yang egosentrik.
2. Bahasa
Bahasa adalah alat berkomunikasi berdasarkan visual daripada rangsangan
pendengaran,dan penglihatan,yang mempunyai tiga bentuk secara umum yaitu bahsa
lisan,tulisan,dan bahasa isyarat.

Lev Vygotsky Tokoh psikologi Rusia menyatakan bahwa bahasa memegang


peranan kunci dalam perkembangan kognitif anak. Bahasa adalah "alat" menuju
kecerdasan-kecerdasan lain karena bahasa adalah alat untuk berkomunikasi. Katakanlah
begini, jika si kecil belajar matematika ia perlu memahami soal-soalnya. Itu berarti ia
perlu memahami bahasa. Begitu juga dengan kecerdasan lainnya.
Usia 15 bulan toddler menggunakan bahasa jargon. Saat 2 tahun , toddler bicara ±
300 kata, menggunakan 2-3 prae dan juaga menggunakan pronoun. Saat 2, 5 tahun
toddler suka menyebutkan bagian depan atau belakangnya saja.

Pemerolehan bahasa pada anak usia 1 – 3 tahun merupakan proses yang bersifat
fisik dan psikhis. Secara fisik, kemampuan anak dalam memproduksi kata-kata ditandai
oleh perkembangan bibir, lidah, dan gigi mereka yang sedang tumbuh. Pada tahap
tertentu pemerolehan bahasa (kemampuan mengucapkan dan memahami arti kata juga
tidak lepas dari kemampuan mendengarkan, melihat, dan mengartikan simbol-simbol
bunyi dengan kematangan otaknya. Sedangkan secara psikhis, kemampuan memproduksi
kata-kata dan variasi ucapan sangat ditentukan oleh situasi emosional anak saat berlatih
mengucapkan kata-kata. Anak-anak yang mendapatkan bimbingan dan dorongan moral
yang sangat kuat akan memperoleh kata-kata yang banyak dan bervariasi dibandingkan
anak-anak lainnya. Makalah ini menguraikan secara singkat dan sederhana proses
pemerolehan bahasa tersebut secara pragmatis dan memaparkan beberapa contoh ucapan
anak untuk fonem-fonem tertentu yang secara umum mengalami kesulitan dalam
pengucapan (ditinjau secara fonologis).

Dari berbagai macam keuniversalan serta proses pemerolehan seperti yang baru
saja digambarkan tampak bahwa pemerolehan bahasa seorang anak berkaitan erat dengan
keuniversalan bahasa. Bahkan keterkaitan ini lebih menjurus lagi dalam arti bahwa ada
elemen-elemen bahasa yang urutan pemerolehannya bersifat universal absolut, ada yang
universal statistikal, dan ada pula yang universal implikasional.

3. Perkembangan psikososial (erikson - Anatomi vs ragu dan malu.)


Istilahnya "to hold on , to let go ". Toddler telah dikembangkan rasa percaya
dirinya dan siap untuk diberi kebebasan untuk menyatakan tentang dirinya atau
mengontrol hubungan terhadap teman dekatnya, tergantung dan otonomi. Toddler mulai
belajar ketrampilan sosial :
 Individual ( membedakan dirinya dengan yang lainnya )
 Berpisah dengan orang tuanya.
 Kontrol terhadap fungsi tubuhnya.
 Berkomunikasi dengan kata-kata.
 Berperilaku sosial yang pantas.
 Interaksi egosentrik dengan yang lain.
 Toddler belajar menunda kesenangan yang diinginkan.
Toddler sering mengatakan "tidak ". Kata "ya" digunakan untuk menunjukkan
ketergantungannya. Perasan ragu dan malu dapat berkembang jika ia tegantung pada saat
–saat tertentu. Dimana ia dapat menggunakan ketrampilan barunya atau jika ia merasa
tidak tida mampu ketika mencoba ketrmpilan yang baru.
Takut
Umumnya ketakutan toddler meliputi :
 Kehilangan orang tua (kecemasan untuk berpisah)
 Cemas terhadap orang-orang yang baru
 Suara yang keras, seperti vacum cleaner
 Pergi tidur
 Binatang yang besar
 Dukungan emosi, kenyamanan, dan pemberian contoh yang sederhana dapat
mengurangi ketakutan pada toddler.
4. Sosialisasi
Interaksi toddler didominasi oleh sifat keagamaan, sifat negatif, dan
ketidaktergangtungan. Kecemasan berpisah yang memuncak berbeda-beda pada toddler.
Pergantian terhadap benda-benda tertentu sangat penting khususnya selama waktu
berpisah , seperti saat tidur siang.
Kemarahan dapat digunakan untuk menyatakan ketidaktergantungan dan
pengabaian terhadap mereka. Sering berannganggapan negatif. Jalan terbaik untuk
mengurangi kata"tidak" adalah dengan mengurangi pertanyaan –pertanyaan yang dapat
dijawa hanya dengan kata "tidak ".

Bermain dan mainan


Toddler menginginkan bermain bersama, mereka bermain dalam waktu
yang lama. Meniru adalah bentuk yang peling sering mereka lakukan.
Ketrampilan gerakan dapat ditingkatkan dengan mainan dyang ditarik dan
didorong. Pemberian perhatian yang singkat pada toddler dapat menyebabkan
perubahan dari frekuensi bermain. Mainan yang tepat untuk toddlerseharusnya
aman (mempunyai bagian yang dapat dilepas) dan yang mendoromg untuk
meniru, mengembangkan bahasa, dan ketrampilan motoriknya, contohnya :
 Boneka, peralatan rumah tangga.
 Telpon mainan
 Kuda ayunan, balok-balok kayu, dan puzzle.

Disiplin
Tidak membatasi kebebasan toddler adalah suatu penangan karena jika
dibatasi / dilarang toddler menjadi ingin mencobanya. Seharusnya disiplin diukur
dengan :
 Konsisten
 Dilakukan setelah ada kesalahan
 Direncanakan sebelumnya
 Diorientasikan untuk berperilaku tidak seoerti anak-anak
 Dilakukan secara pribadi sehingga tidak menyebabkan malu
5. Perkembangan motorik
a) Motorik Kasar
Kemampuan motorik kasar adalah kemampuan yang berhubungan dengan
gerak-gerak kasar yang melibatkan sebagian besar organ tubuh seperti berlari, dan
melompat .perkembangan motorik kasar sangat dipengaruhi oleh proses
kematangan anak semakin karena proses kematangan anak juga bisa berbeda.

 Usia 15 bulan , berjalan tanpa bantuan


 Usia 18 bulan , berjalan naik dengan berpegangan satu tangan
 Usia 24 bulan berjalan naik turundalam satu waktu.
 Usia 30 bulan , melompat dengan kedua kaki.

Kemampuan dasar motorik halus anak usia toddler secara umum :

 Berjalan dan berlari kecil di sekitar rumah

 Mengangkat dan mengambil benda disekitanya

 Menari dengan gerakan kecil tangan dan kaki

b) Motorik Halus
Kemampuan motorik halus adalah kemampuan yang berhubungan dengan
keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil dan koordinasi mata-tangan. Saraf
motorik halus ini dapat dilatih dan dikembangkan melalui kegiatan dan
rangsangan yang kontinu secara rutin. Seperti, bermain puzzle, menyusun balok,
memasukan benda ke dalam lubang sesuai bentuknya, membuat garis, melipat
kertas dan sebagainya.

 Usia 15 bulan , menyusun dua balok menar dan scribbles secara spontan
 Usia 18 bulan , menyusun 3-4 balok menara.
 Usia 24 bulan, membuat gerakan yang lurus
 Usia 30 bulan , menyusun 8 balok menara

Kemampuan dasar motorik halus anak usia toddler secara umum


 menggambar mengikuti bentuk
 menarik garis vertikal, menjiplak bentuk lingkaran
 membuka menutup kotak
 menggunting kertas mengikuti pola garis lurus

6. Perkembangan moral (Overview Kohlberg)


Toddler adalah substage yang pertama yang kas pada tahap preconvensional, yang
meliputi punishment dan orientasi kan pada ketaatan. Pola disiplin mempengaruhi
perkembangan moral toddler :
 Hukuman fisik dan pengambilan hak-hak khusus cenderung membentuk moral
yang negatif.
 Menghilangkan cinta dan perasaan sebagai bentuk dari hukuman menimbulkan
perasaan bersalah pada toddler.
 Disiplin diukur secara tepat dengan memberikan penjelasan yang sederhana
mengapa perbuatan nya tidak diperbolehkan, memberikan pujian terhadap
perbuatan yang baik.

7. Perkembangan psikoseksual (Overview Freud)


Fase anal, 8 bulan – 4 tahun, meliputi daerah anus dan pantat, dan aktivitas
seksual berpusat pada pengeluaran dan menahan kotoran tubuh. Tahap ini fokus pada
perubahan dari fase oral ke anal, dengan penekanan pada kontrol BAB yaitu kontrol dari
neuromuskular dan spinkter analnya.
Pengalaman antara kepuasan dan frustasi merupakan akibat dari kontrol yang
berlebihan dan pemaksaan dari menahan dan mengeluarkan.Konflik antara "holding on"
dan "lettinggo " berangsur-angsur berubah sebagai hasil dari kemajuan bowel training.
a) Perkembangan Seksuality
 Masturbasi dapat terjadi akibat dari eksplorasi tubuh.
 Belajar kata-kata mungkin dari penggabungan dengan anatomi dan eliminasi.
 Perbedaan seks menjadi jelas.

b) Toilet Training
Merupakan aspek penting dalam perkembangan anak usia toddler. Latihan
untuk bekemih dan defekasi adalah tugas anak usia toddler. Pada tahap usia
toddler , kemampuan sfingter uretra untuk mengontrol rasa ingin beerkemih dan
sfingter ani untuk mengontrol rasa ingin defekasi mulai berkembang.
Wong (2000) mengemukakan bahwa biasanya sejalan dengan anak
mampu berjalan, kedua sfingter tersebut semakin mampu mengontrol rasa ingin
berkemih dan defekasi. Sensasi untuki defekasi lebih besar dirasakan oleh anak,
dan kemampuan untuk mengkomunikasikannya lebih dahulu dicapai oleh anak,
sedangkan kemampuan untuk mengontrol berkemih biasanya baru akan tercapai
sampai usia 4-5 tahun
Toilet training pada anak merupakan usaha untuk melatih anak agar
mampu mengontrol dalm melakukan buang air kecil dan buang air besar. Tolet
training ini dapat berlangsung pada fase kehidupan anak: 18 bulan-2 tahun.
Keberhasilan toilet training tergantung pada: Persiapan fisik, Persiapan
psikologis, Persiapan intelektual.
Toilet training sebagai sex education. Dalam proses toilet training
diharapkan terjadi pengaturan impuls atau rangsangan dan instink anak dalam
melakukan buang air besar atau buang air kecil. Defekasi merupakan suatu alat
pemuasan untuk melepaskan ketegangan toilet training usaha penundaan
pemuasan.
Suksesnya toilet training tergantung kesiapan yng ada pada diri anak &
keluarga, seperti kesiapan fisik, dimana kemampuan anak secara fisik sudah kuat
dan mampu. Indikator anak kesiapan fisik: anak mampu duduk atau berdiri.
Indikator kesiapan psikologis: adanya rasa nyman sehingga anak mampu
mengotrol dan konsentrasi dalam merangsang BAK dan BAB
Indiklator kesiapan intelektual: anak paham arti BAK atau BAB
memudahkan pengontrolan anak dapat mengetahui kapan saatnya harus BAB
dan BAK anak memiliki kemandirian dalam mengontrol BAB dan BAK.
 Cara toilet training pada anak
a. Teknik lisan
 Cara:pemberian instruksi pada anak dengan kata-kata
sebelum & setelah BAK/BAB
 Teknik ini mempunyai nilai yang cukup besar dalam
memberikan rangsangan untuk BAK/BAB karena
persiapan psikologis anak semakin matang mampu
dengan baik BAB/BAK.
b. Teknik modelling
 meniru untuk buang air besar atau memberikan contoh
 Dampak jelek cara ini apabila contoh yang diberikan
salah kebiasaan yang salah pada anak

 Indikasi Kesiapan Orang Tua Untuk Toilet Training


 Mengenal tingkat kesiapan anak untuk berkemih/defekasi
 Ada keinginan untuk meluangkan waktu yang diperlukan untuk
latihan berkemih atau defekasi
 Tidak mengalami konflik atau stres kluarga yang berarti

 Kesiapan anak
a. Fisik
 Usia 18 – 24 bulan, Pengontrolan saraf volunter spinkter
ani dan uretra
 Mampu untuk tetap kering (menahan BAK) selama 2 jam.
 Perkembangan ketrampilan motorik kasar : duduk,
jongkok, berjalan.
 Perkembangan ketrampilan motorik halus : mampu
membuka celana dan berpakaian.
b. Psikologis
 Mengenai adanya dorongan untuk miksi dan defikasi.
 Kemampuan berkomunikasi : verbal dan non verbal
mengindikasikan dorongan untuk miksi atau defikasi.
 Kemampuan kognitif : meniru dengan tepat tingkah laku
dan mengikuti pengarahan.
 Mengekspresikan keinginan untuk menyenangkan orang
tua.
 Mampu duduk atau jongkok diatas toilet 5 – 10 menit tanpa
cerewet atau turun.
 Mengikuti tingkat kesiapan anak.
 Keinginan untuk meluangkan waktu : perlu kesabaran dan
pengertian.
 Tidak ada stress keluarga atau perubahan seperti :
perceraian, pindah rumah, mendapat adik baru atau akan
berlibur.
 Memberi pujian jika anak berhasil.
c. Mental
 Mengenal rasa yang dating
 Komunikasi secara verbal dan nonverbal
 Ketrampilan kognitif untuk mengikuti perintah atau
mengikuti orang lain
d. Persaingan dengan saudara kandung (sibling rivalry)
Keluarga mendapat bayi baru : dapat menimbulkan krisis
bagi toddler. Toddler tidak membenci atau marah pada bayi, tetapi
karena :
 Perubahan merasa ada saingan.
 Perhatian ibu terbagi.
 Kebiasaan rutin menjadi berubah menyebabkan anak
bertingkahlaku invantil
Perlu persiapan toddler untuk menerima kehadiran saudara
kandungnya mulai sejak bayi dalam kandungan.

 Petunjuk bimbingan usia toddler


a. Petunjuk bimbingan usia 12-18 bulan
 Menyiapkan orang tua untuk mengantisipasi adanya
perubahan tingkah laku dari toddler, terutama negativistic
dan ritualisme. Negativistic adalah perilaku yang
bertentangan dengan kebiasaaan.
 Mengkaji kebiasaan makan sekarang dan menganjurkan
penyapihan dari botol secara bertahap, serta meningkatkan
pemasukan makanan padat.
 Menyediakan makanan kecil/selingan diantara 2 waktu
makan dengan rasa yang disukai, serta adanya jadwal
waktu makan yang rutin.
 Mengkaji pola tidur malam, terutama kebiasaan minum
malam memakai botol yang merupakan penyebab utama
gigi berlubang dan perilaku menunda yang memperlambat
jam tidur.
 Menyiapakan orang tua untuk mencegah bahaya yang
potensial terjadi di rumah, seperti kecelakaan kendaraan
bermotor dan bahaya/kecelakaan jatuh. Berikan saran yang
sesuai untuk pengamanan di rumah.
 Mendiskusikan kebutuhan akan adanya ketentuan-
ketentuan atau aturan yang disertai dengan disiplin yang
lembut dan cara-cara yang mengatasi negativistic dan
tempertantrum, serta menekankan pada keuntungan yang
positif dari disiplin yang tepat atau sesuai.
 Mendiskusikan mainan baru yang dapat mengembangkan
motorik halus, motorik kasar, bahasa, pengetahuan dan
keterampilan social.

 Petunjuk bimbingan usia 18-24 bulan


 Menekankan pentingnya persahabatan sebaya dalam bermain.
 Menggali kebutuhan untuk menyiapan kehadiran saudara
kandung/adiknya dan menekankan tentang pentingnya persiapan
anak terhadap kehadiran bayi baru.
 Menekankan kebutuhan akan pengawasan terhadap gigi dan tipe
kebersihan di rumah, serta kebiasaan makan yang merupakan
factor penyebab gigi berlubang dan menyarankan pentingnya
penambahan fluoride untuk memperkuat pertumbuhan tulang.
 Mendiskusikan metode disiplin yang ada dan keaktifannya serta
menggali perasaan orang tua mengenai negativistic anaknya
dengan menekankan bahwa negativistic adalah aspek penting dari
perkembangan self assertion (penonjolan/tntutan diri) dan
independensi dan bukan merupakan tanda kemanjaan.
 Mendiskusikan tanda-tanda kesiapan untuk toilet training dan
menekankan pentingnya menunggu kesiapan fisik dan psikologi
anak.
 Mendiskusikan berkembangnya rasa takut, seperti yang timbul
ketika ada kegelapan atau suara keras, dan kebiasaan seperti
membawa selimut atau mengisap jari. Menekankan bahwa hal ini
normal dan merupakan perilaku yang bersifat sementara.
 Menyiapkan orang tua akan adanya tanda-tanda regresi ketika anak
mengalami stress.
 Mengkaji kemampuan anak untuk berpisah sesaat dengan mudah
dari orang tuanya di bawah asuhan keluarga.
 Memberikan kesempatan kepada orang tua untuk mengekspresikan
perasaan lelah, frustasi dan jengkel dalam merawat balita.
 Menunjukkan harapan akan adanya perubahan pada anak di tahun
mendatang seperti lingkup perhatian anak yang semakin luas dan
berkurangnya negativistic serta adanya perhatian yang
menyenangkan orang lain.

 Petunjuk bimbingan usia 24-36 bulan


 Mendiskusikan pentingnya kebutuhan anak untuk meniru dan
dilibatkan dalam kegiatan.
 Mendiskusikan kegiatan yang dilakukan dalam toilet training
terutama dengan harapan-harapan dan sikap yang realistis dalam
menghadapi keadaan-keadaan, seperti mengompol dan buang air
besar di celana.
 Menekankan keunikan dari proses berpikir anak toddler, terutama
melalui bahasa yang ia gunakan, pemahamannya terhadap waktu,
dan ketidakmampuannya untuk melihat kejadian dari perspektif
yang lain.
 Menekankan disiplin dengan tetap terstruktur secara benar dan
nyata, ajukan alas an yang rasional, serta hindari kebingungan dan
salah pengertian.
 Mendiskusikan adanya taman kanak-kanak atau pusat penitipan
anak pada siang hari (play group)
8. Hospitalisasi
Konsep body image , khususnya batasan tubuh, adsalah hal yang kurang dipahami
pada toddler. Reaksi toddler terhadap nyeri sebagian besar seperti pada infant dan banyak
dipengaruhi oleh pengalaman yang lalu. ( Usia 18 bulan waktu kecemasan untuk berpisah
memuncak )
Reaksi terhadap hospitalisasi : Respon stress, mekanisme pertahanannya yang
utama mengalami kemunduran. Toddler juga merasakan kehilangan kontrol terhadap
pembatasan fisik, kehilangan rutinitas, ketidak bebasan, dan takut terhadap luka atau
nyeri tubuh.
Hospitalisasi mendukung timbulnya kecemasanuntuk berpisah, yang memiliki
tiga fase :
 Protes : respon normal dalam hospitalisasi, menangis ke orang tuanya, secara
verbal atau fisik menyerang yang lainnya,dan berusaha mencari orang tuanya.
 Putus asa : tidak tertarik terhadap lingkungan dan mainan disekitarnya, pasif,
depresi, dan tidak nafsu makan.
 Denial : penyesuaian diri dengan menunjukan rasa benar-benar tertarik , tapi
dalam kenyataannya tetap denial, biasanya terjadi setelah waktu yang yang lama
berpisah, jarang terlihat dalam hospitalisasi anak-anak.

Intervensi Keperawatan
 Mengijinkan protes dan mengijinkan untuk tinggal bersama.
 Mendorong penggunaan benda-benda dari rumah (anak berpikir
bergabung dengan orang tuanya )yang dapat diletakkan disebelah anak.
 Menganjurkan orang tua untuk tidak diam-diam meninggalkan ruangan
atau keluar dari rumah sakit ketika anak tidur.
 Menggunakan kata-kata yang digunakan anak.( untuk benda-benda yang
berbeda, toileting, dan sebagainya). Meneruskan rutinitas di rumah jika
memungkinkan.

Kenyaman fisik dan keamanan


 Mengeksplor kemampuan toddler untuk siap mengembangkan ketrampilan
otot (Mengkaji kemampuan sebelum di rumah sakit) kemudian memberi
mainan yang dapat dimanipulasi, memberikan aktivitas yang dapat di
awasi, sehingga menggunakan ruang bermain.
 Setelah mengkaji level fungsi anak, perawatan mandiri yang tepat (dalam
semua kelomoik usia) , untuk contoh makan sendiri, toileting di rumah,
menggunakan baju sendiri, dan menjaga kebersihan diri (mencuci muka
dan tangan, mengosok gigi).
Intervensi Kognitif
 Mendorong belajar sensori motorik melalui meniru.
 Meningkatkan kemampuan bahasa (mengkaji vokabulary, menghindari
bicara sepeti pada anak-anak, menggunakan aktivitas yang menggunakan
bahasa).
 Memberikan penjelasan yang sederhana untuk suatu prosedur.
(penggunaan alat-alat).

Intervensi psikososial dan emosi


 Mendorong toddler merasakan memiliki otonomi dengan mendorong
perawatan mandiri, partisipasi dalam berdoa waktu tidur.
 Mendorong toddler untuk belajar untuk berpisah dengan orang tua
(Mengkaji keluarga dengan koping berpisah, mendorong untuk melakukan
kunjungan, mengunakan primary nurse, menganjurkan untuk membawa
foto orang tua).
 Mendorong adaptasi social (memberi reinforcemenr terhadap kemampuan
berperilaku sosial, mendorong untuk bermain bersama).
 Mempertahankan kebiasaan rutin dan keagamaan (mengkaji kebiasaan
rutin, khususnya waktu tidur, mengidentifikasi kesukaan, mempertahankan
kegiatan keagamaan yang mungkin).
A. FAKTOR PENGARUH PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK USIA
TODDLER
1. Faktor Pengaruh Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
2. Faktor herediter
Merupakan faktor yang dapat diturunkan sebagai dasar dalam mencapai tumbuh
kembang anak disamping faktor lain. Faktor herediter adalah bawaan, jenis kelamin,
ras, suku bangsa.
3. Faktor lingkungan
Merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam menentukan tercapai dan
tidaknya potensi yang sudah dimiliki antara lain
a) Lingkungan pranatal
Merupakan lingkungan dalam kandungan, mulai konsepsi lahir sampai
yang meliputi gizi pada waktu ibu hamil, zat kimia atau toksin, kebiasaan
merokok dan lain-lain.

b) Lingkungan postnatal
Seperti sosial ekonomi orang tua, nutrisi, iklim atau cuaca, olahraga, posisi
anak dalam orang tua dan status kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

Ari, Sulistyawati. (2014). Deteksi Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : Salemba Medika

Barbara, Konzier. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Edisi 7 Volume 1. Jakarta :
EGC

Dwi, Sulityo. (2011). Pertumbuhan Perkembangan Anak danRemaja. TIM.Jakarta

Dian, Adriyana. (2011). Tumbuh Kembang Dan Terapi Bermain PadaAnak. Jakarta : Salemba
Medika.

Dalami, Ermawati. (2010). Konsep Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Trans Info Media

Sumiati, dkk. (2009). Kesehatan Jiwa Remaja & Konseling. Jakarta: Trans Info Media.

Noviana, Nuryanti. (2010). Gambaran Kesehatan Jiwa Pada Anak Usia Sekolah (6- 12 Tahun) di
Sekolah Dasar Negeri Semeru 7 Kota Bogor (Bab I). Diakses 17 Juli 2019 dari
http://nuryantinoviana.wordpress.com
Wahyu, D.S. (2010). Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Perkembangan Sosial Anak
Retardasi Mental di SDLB C N. Denpasar. http:// repository.stikeswiramedika.ac.id/. Diakses
tanggal 17 Juli 2019.

Anda mungkin juga menyukai