1. Pendahuluan
Profesionalisme kedokteran modern berawal dari tradisi lampau yang berevolusi
sepanjang sejarah.(Hilton & Southgate, 2007)
2. Ringkasan Sejarah
Pada era Yunani kuno, dapat terlihat jejak kedokteran barat. Apollo sebagai God of
Healing. Anaknya Aesculapius yang merupakan penyembuh luka menjadi God of
Medicine. Hippocrates (377 SM) membuat dirinya berbedadengan berusaha
memisahkan ilmu kedokteran dengan ilmu kepercayaan. Melalui diskusi terbuka,
prinsip kedokteran hipoocrates mulai terbentuk, k.esehatan merupakan suatu
keseimbangan, dan penyakit menjadi pengganggu dalam keseimbangan tersebut.
(Hilton & Southgate, 2007)
Pada abad ke20 sebuah narasi dari Le Fanu (1999) mengungkapkan problem dunia
kedokteran saat itu.(Hilton & Southgate, 2007)
3. Profesionalisme Kedokteran
Terdapat minat dan aktivitas yang sangat besar tentang profesionalisme kedokteran di
Inggris dan Amerika Utara dalam 15 tahun terakhir. Sebagian besar literatur yang
tersebar dilaterbelakangi oleh politisasi layanan kesehatan, konflik kepentingan dalam
komersialisme dan pengaruhnya pada praktik kedokteran dan kecemasan yang timbul
dari litigasi medis.(Hilton & Southgate, 2007)
Pendapat terbaru dari the Royal College of Physicians of London’s working Party
tehadap profesionalitas kedokteran adalah “a set of values, behaviours and
relationships that underpin the trust the public has in doctors”. (Hilton & Southgate,
2007)
8. Latihan Refkektif
Latihan reflektif dibutuhkan karena tanpa ulasan atau masukan dari individu dengan
pengalaman, dokter akan kesulitan untuk memiliki pemahaman dalam menentukan
keputusan yang kompleks, dan sebuah alasan diperlukan untuk praktek tanpa
supervisi. Pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi sangat diperlukan, namun tidak
cukup untuk phronesis. Dokter juga membutuhkan kemampuan refleksi yang efektif
yang dapat menjadi kemampuan meta. Schon mengobservasi dan menemukan bahwa
kemampuan berpikir reflektif hanya dapat diinisiasi setelah berhadapan dengan kasus
asli dan ketidakpastian akan solusi kasus tersebut. (Hilton & Southgate, 2007)
9. Praktek etik
Praktek etik bermanifestasi dalam 3 domain, respek terhadap pasien, tanggung jawab
social, dan nilai moral. Hal ini muncul dari interaksi antara individu, pengalaman, dan
pengaruh lingkungan. (Hilton & Southgate, 2007)
Kohlberg memiliki teori bahwa individu memiliki proses dalam moral reasoning ,
terdapat 6 tahapan dalam hal ini:
Pendidikan kedokteran saat ini dilihat sebagai Pendidikan yang dimulai dengan
tahapan undergraduate namun tanpa akhir. Pada tahapan sarjana, literatur
menitikberatkan pendidikan pada: (Hilton & Southgate, 2007)
patient care,
medical knowledge,
practice-based learning and improvement, and
interpersonal and communication skills,
professionalism,
systems-based practice.
Pada beberapa negara seperti UK dan USA mengadakan revalidasi untuk seluruh
dokter untuk memastikan, kemampuan dalam berkarir. Hal ini juga untuk menjaga
profesionalisme dalam dunia kedokteran. (Hilton & Southgate, 2007)
10. Kesimpulan
Artikel ini telah membahas tetnang definisi profesionalisme kedokteran yang tersebar
luas namun berdasarkan 6 domain, dan berdasarkan prinsip phronesis. Berdasarkan
hal ini, professional dapat menghadapi berbagai masalah kompleks dengan
pengetahuan, kompetensi, penilaian, dan tulus.
DAFTAR PUSTAKA
Hilton, S., & Southgate, L. (2007). Professionalism in medical education. Teaching and
Teacher Education, 23(3), 265–279. https://doi.org/10.1016/j.tate.2006.12.024