METODOLOGI PENELITIAN
Dosen Pembimbing :
Dr. Wijayantono, SKM, M.Kes
Basuki Ario Seno, SKM, M.Kes
Edi Nur, SKM, M.Kes
Muchsin Riviwanto, SKM, M.Si
Dengan ini, resume mata kuliah Metodologi Penelitian disetujui oleh dosen
pembimbing mata kuliah Metodologi Penelitian.
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena akhirnya
kami bisa menyelesaikan penulisan resume mata kuliah Metodologi Penelitian.
Bagi kami mahasiswa/mahasiswi Politeknik Kesehatan Kementrian kesehatan
Padang Jurusan Kesehatan Lingkungan, resume ini nantinya berguna sebagai
salah satu sumber bahan pembelajaran mata kuliah Metodologi Penelitian.
Dalam penyelesaian penulisan resume ini, kami banyak mendapat bantuan
dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini kami
menyampaikan ucapan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian penulisan resume ini. Semoga resume ini dapat bermanfaat
dan berguna dalam kehidupan sehari-hari maupun akademis.
Penulis
Mata Kuliah : Metodologi Penelitian
Hari/ Tanggal : Selasa/ 3 Agustus 2021
Pertemuan :1
Materi : - Penjelasan RPS mata kuliah, kontrak perkuliahan,
metode, penilaian, dan references
- Pentingnya metode penelitian dalam pemecahan
masalah kesehatan lingkungan
Dosen : Dr. Wijayantono, SKM, M.Kes
Basuki Ario Seno, SKM, M.Kes
Edi Nur, SKM, M.Kes
Muchsin Riviwanto, SKM, M.Si
A. Metode Penelitian
1. Definisi Penelitian
Penelitian saat ini berarti pencarian teori, pengujian teori, atau
pemecahan masalah. Hal ini berarti bahwa masalah itu ada dan telah
diketahui, oleh karenanya memerlukan pemecahan (Yusuf, 2015).
Penelitian disebut juga riset merupakan terjemahan dari bahasa Inggris
research, yang merupakan gabungan dari kata re (kembali) dan to search
(mencari), atau berasal dari Bahasa Perancis recherche yang berarti
“mencari kembali”. Dalam buku yang berjudul Introduction to Research,
pengertian penelitian adalah “studi yang dilakukan seseorang melalui
penyelidikan yang hati-hati dan sempurna terhadap suatu masalah,
sehingga diperoleh pemecahan yang tepat terhadap masalah tersebut”
(Surahman, dkk, 2016).
Dari beberapa literatur dapat di simpulkan bahwa penelitian adalah
suatu usaha upaya untuk mengetahui melalui upaya pencarian atau
penyelidikan atau percobaan yang cermat yang bertujuan untuk
menemukan atau menafsirkan pengetahuan baru, dengan menggunakan
metode ilmiah yang mengandung unsur sistematis, logis dan empirik
(Irmawartini dan Nurhaedah, 2017).
Secara garis besar penelitian kesehatan dimulai dengan penetapan
masalah, yang akan dipecahkan dengan mengajukan hypothesis. pengajuan
hipothesis ini akan diikuti dengan penetapan variabel penelitian yang akan
diteliti. Oleh karenanya diperlukan desain penelitian serta instrumen
penelitian tertentu sehingga dapat menangkap variabel yang telah
ditetapkan. Untuk bisa menangkap variabel maka dibutuhkan obyek
penelitian yang terdapat pada populasi atau sampel tertentu. Hasil
penangkapan data akan diolah serta dianalisa sehingga menghasilkan
kesimpulan, untuk memecahkan masalah penelitian. Hasil dan
rekomendasi penelitian akan dilaporkan untuk memperkaya khasanah
pustaka dan keilmuan kesehatan, selengkapnya dapat dilihat pada bagan
penelitian (Yusuf, 2015).
Penelitian kesehatan merupakan langkah metode ilmiah yang
berorientasikan atau memfokuskan kegiatannya pada masalah-masalah
yang timbul di bidang kesehatan. Kesehatan itu sendiri terdiri dari dua sub
bidang pokok, yakni pertama kesehatan individu yang berorientasikan
klinis, pengobatan. Sub bidang kedua yang berorientasi pada kelompok
atau masyarakat, yang bersifat pencegahan. Selanjutnya sub bidang
kesehatan ini pun terdiri dari berbagai disiplin ilmu, seperti kedokteran,
keperawatan, epidemiologi, pendidikan kesehatan, kesehatan lingkungan,
manajemen pelayanan kesehatan, gizi dsb. Sub bidang tersebut saling
berkaitan dan mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat pada
umumnya (Irmawartini dan Nurhaedah, 2017).
Penelitian-penelitian di bidang kesehatan difokuskan pada kegiatan
yang berkaitan dengan masalah-masalah kesehatan dan sistem kesehatan.
Secara garis besar penelitian kesehatan berfokus pada dua sasaran utama
yaitu (Irmawartini dan Nurhaedah, 2017).:
- Pertama kesehatan individu yang sedang mengalami masalah
kesehatan, orientasinya adalah kegiatan kuratif dan rehabilitatif.
- Kedua adalah kesehatan kelompok yaitu menjaga masyarakat agar
tetap sehat yang bersifat pereventif dan promotif.
Penelitian ilmiah merupakan suatu proses yang dilakukan secara
sistematis dan objektif yang melibatkan unsur penalaran dan observasi
untuk menemukan, memverifikasi, dan memperkuat teori serta untuk
memecahkan masalah yang muncul dalam kehidupan. Penelitian ilmiah
adalah upaya memahami dan memecahkan masalah secara ilmiah
(kebenaran pengetahuan berdasarkan fakta empiris), sistematis (menurut
aturan tertentu) dan logis (sesuai dengan penalaran) (Irmawartini dan
Nurhaedah, 2017).
2. Tujuan Penelitian
Tujuan melakukan penelitian adalah untuk
memperolehpengetahuan,menjawab pertanyaan penelitian atau
memecahkan masalah. Alasan melakukan penelitian adalah karena
dorongan dari keinginan reaktif manusia untuk menjawab pertanyaan atau
memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai khalifah di muka bumi
Allah. Penelitian adalah kegiatan yang dilakukan menurut kaidah dan
metode ilmiah secara sistematik untuk memperoleh data, informasi atau
keterangan yang berkaitan dengan pemahaman dan pembuktian
kebenaran/ketidak benaran suatu asumsi dan atau hipotesis di bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi serta menarik kesimpulan ilmiah bagi
keperluan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (Surahman, dkk,
2016).
Tujuan penelitian kesehatan
Secara umum tujuan penelitian kesehatan menurut Notoatmodjo
(2012) dalam Irmawartini dan Nurhaedah (2017)., yaitu :
a. Menemukan atau menguji fakta baru maupun fakta lama sehubungan
dengan bidang kesehatan.
b. Melakukan analisis terhadap hubungan antara fakta-fakta yang
ditemukan dalam bidang kesehatan.
c. Menjelaskan tentang fakta yang ditemukan serta hubungannya dengan
teori yang telah ada.
d. Mengembangkan metode atau konsep baru dalam pelayanan
kesehatan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat
3. Manfaat Penelitian
Secara singkat, manfaat dari penelitian kesehatan yaitu (Irmawartini
dan Nurhaedah, 2017). :
a. Hasil penelitian dapat digunakan untuk menggambarkan tentang
keadaan atau status kesehatan individu, kelompok atau masyarakat.
b. Hasil penelitian dapat digunakan untuk menggambarkan kemampuan
sumber daya dan kemungkinan sumber daya tersebut guna
mendukung pengembangan pelayanan kesehatan.
c. Hasil penelitian dapat dijadikan bahan kajian untuk mencari sebab
masalah kesehatan atau kegagalan yang terjadi dalam pelayanan
kesehatan. Sehingga dapat dijadikan acuan untuk mencari solusi atau
alternatif penyelesaian masalah.
d. Hasil penelitian kesehatan dapat dijadikan sarana untuk menyusun
kebijakan pengembangan pelayanan kesehatan.
4. Prinsip Penelitian
Prinsip-prinsip penelitian antara lain adalah (Irmawartini dan
Nurhaedah, 2017) :
a. Penelitian adalah suatu metode ilmiah untuk penyelidikan (scientific
method)
b. Penelitian merupakan suatu metode untuk menemukan kebenaran
melalui suatupemikiran kritis (critical thinking)
c. Penelitian sekurang-kurangnya harus mengadakan pengujian hipotesis
terhadap suatumasalah yang dihipotesiskan
d. Penelitian ilmiah perlu dilakukan observasi yang objektif dan nalar
yang rasional untukmenghasilan persepsi yang mantap
e. Penelitian adalah suatu proses yang panjang yang didesain dan
dioperasionalisasikansecara sistematis.
5. Jenis Penelitian
Pengelompokan jenis penelitian kesehatan bermacam-macam. Hal ini
tergantung dari metode yang dipakai. Berdasarkan metode, penelitian
kesehatan dapat digolongkan menjadi 2 kelompok, yaitu (Yusuf, 2015) :
a. Metode penelitian survei
Dalam penelitian survei, hasil dari penelitian tersebut merupakan
hasil dari keseluruhan walalupun tidak dilakukan ke seluruh populasi
namun hanya diambil sampel. Hasil dari sampel tersebut dapat
digeneralisasikan sebagai hasil populasi.
Metode ini digolongkan menjadi 2 bagian yaitu deskriftif dan analitik.
1) Survei deskriftif
Dalam survei deskriftif, peneliyian diarahkan untuk
mendeskripsikan atau menguraikan suatu keadaan di dalam satu
komunitas. Seperti distribusi penyakit, distribusi jenis kelamin atau
karakteristik lainnya.
2) Survei analitik
Pada survei analitik, penelitian diarahkan untuk menjelaskan
suatu keadaan atau situasi. Analitik pada dasarnya digunakan untuk
menjawab pertanyaan mengapa (why?). survei analitik terbagi 3,
yaitu :
a) Cross sectional
Dalam penelitian cross sectional, pengumpulan data
baik variable dependentmaupun independent dan factor-faktor
yang mempengaruhinya dikumpulkan dalam waktu yang
bersamaan.
b) Retrospective study
Penelitian ini bertujuan melihat fenomena pada masa
lalu. Pengumpulan data dimulai dari efek atau akibat yang
telah terjadi dan dilihat apakah ada keterkaitan dengan masa
lalu. Contoh apabila mencari hubungan antara merokok
dengan kanker paru. Maka dimulai dengan mencari data kasus
penderita kanker paru kemudian ditanyakan riwayat merokok
di masa lampau.
c) Prospective study
Penelitian ini bertujuan melihat fenomena ke depan.
Dimulai dengan melihat variable penyebab dan dilihat
dampaknya di masa datang. Misalnya untuk melihat hubungan
antara alcohol dengan kejadian chirosis hati, dimulai dengan
mengumpulkan data pengguna alcohol lalu diteruskan dengan
obeservasi ke depan apakah yang menggunakan alcohol positif
menderita chirosis hati atau tidak.
b. Metode penelitian eksperimen
Penelitian eksperimen, peneliti melakukan perlakuan pada
responden dan mengukur akibat atau pengaruhnya. Perlakukan dapat
berupa sengaja atau terkontrol. Misalnya penelitian tentang dampak
terapi music terhadap tingkat kecemasan pasien yang akan dilakukan
operasi.
6. Metode Penelitian
Metode berasal dari Bahasa Yunani methodos yang berarti cara atau
jalan yang ditempuh. Metode dalam upaya ilmiah menyangkut cara kerja
untuk memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan
(Surahman, dkk, 2016).
Metode penelitian adalah cara yang digunakan peneliti untuk
mencapai tujuan dan menentukan jawaban atas masalah yang diajukan.
Metodologi berasal dari kata metodos (metode/cara) dan logos (ilmu
pengetahuan). Metodologi penelitian adalah cara mengetahui sesuatu
untuk menemukan, mengembangkan atau menguji kebenaran secara
sistematik, logis dan empiris menggunakan metode ilmiah. Secara singkat
dikatakan metodologi penelitian adalah ilmu yang mempelajari metode
(cara) penelitian. Hasil suatu penelitian berupa karya tulis ilmiah
(Surahman, dkk, 2016).
Metodologi Penelitian adalah ilmu atau pengetahuan tentang cara yang
tepat untuk melakukan sesuatu untuk mencapai suatu tujuan. Pengetahuan
tentang ini akan sangat bermanfaat dalam menyelesaikan suatu masalah
dalam kegiatan sehari-hari terkait dengan pengetahuan dan penelitian.
Keterkaitan metode penelitian dengan bidang lain sangat banyak
hampirsegala bidang memerlukan suatu metode penelitian dalam
menyelesaikan masalah atau memperoleh suatu tujuan. Ada empat macam
metode penelitian, yaitu (Surahman, dkk, 2016).:
a. Metode filosofi, yaitu penelitian yang dilakukan melalui perenungan
dan pemikiranyang mendalam, terarah dan mendasar. Data-data
yangdigunakan bersifat kualitatif sehingga pemecahan masalahnya
bersifat apriori.
b. Metode deskriptif, yaitu prosedur pemecahan masalah dengan
menggambarkan keadaan objek pada saat sekarang berdasarkan fakta-
fakta sebagaimana adanya, kemudian dianalisis dan
diintepretasikan.Bentuknya berupa survei, studi kolerasi dan studi
pengembangan.
c. Metode historis, yaitu pemecahan masalah dengan menggunaan data-
data masa lalu. Hasilnya digunakan untuk memahami kejadian
sekarang ataumemprediksi keadaan yang akan datang.
d. Metode eksperimen, yaitu cara-cara untuk mengungkapkan hubungan
sebab akibat dua variabel atau lebih melalui percobaan secara
cermat.Bentuknya ada dua yaitu: ekperimen eksploratif (bertujuan
mempertajammasalah dan hipotesis) dan eksperimen pengembangan
(bertujuanmembuktikan hipotesis guna membuat generalisasi umum).
7. Metode ilmiah
Metode ilmiah merupakan hasil sintesis dari proses berfikir ilmiah
berangkat dari suatu permasalahan yang perlu dicari jawaban atau
pemecahan masalahnya melalui kajian data empiris dalam suatu
langkah-langkah kegiatan ilmiah atau penelitian. Proses tersebut dilakukan
secara sistematis dan terkontrol melalui tahapan-tahapan berikut
(Masturoh dan Nauri, 2018) :
a. Menemukan masalah penelitian yang mendorong untuk dicari
pemecahan atau solusinya. Ide masalah dapat ditemukan dari fakta-
fakta di lapangan yang tidak sesuai dengan teori atau terdapat
kesenjangan antara teori dengan kenyataan di lapangan.
b. Menyusun kerangka permasalahan dalam bentuk rumusan masalah
yang jelas batasannya. Masalah yang telah ditemukan dan
didukung dengan fakta atau data terkait. Selain dengan melakukan
observasi dapat juga dilakukan studi pendahuluan untuk
mendapatkan data atau fakta yang sesuai dengan masalahnya.
c. Menyusun pemecahan masalah dalam bentuk dugaan sementara yang
disebut hipotesis. Hipotesis digunakan untuk mengutarakan jawaban
sementara terhadap masalah yang akan diteliti yang sifatnya masih
praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya melalui uji
statistik.
d. Melakukan pengujian terhadap hipotesis yang telah diajukan. Hasilnya
ada dua kemungkinan yaitu hipotesis diterima atau ditolak.
e. Merumuskan pemecahan masalah berdasarkan hasil uji hipotesis.
Tahapan penelitian sebagai implementasi dari metode ilmiah,
secara detail dapat digambarkan sebagai berikut (Masturoh dan Nauri,
2018) :
a. Menguraikan masalah penelitian dalam latar belakang penelitian,
kemudian dirumuskan dalam bentuk pernyataan atau pertanyaan
penelitian. Selanjutnya menyusun tujuan penelitian mengacu pada
uraian dan rumusan masalah pada latar belakang penelitian
tersebut.
b. Melakukan telaah pustaka dengan mencari teori dan materi-materi
terkait topik penelitian serta menyusunnya ke dalam tinjauan
pustaka. Tinjauan pustaka disusun sebagai landasan penyusunan
kerangka teori dan kerangka konsep penelitian.
c. Pada penelitian kuantitatif perlu disusun hipotesis sebagai dugaan
sementara yang nanti akan dibuktikan kebenarannya melalui uji
statistik
d. Menentukan desain penelitian yang sesuai dengan tujuan penelitian
e. Menentukan populasi dan sampel, cara pemilihan sampel, serta
menghitung besar sampel.
f. Menyusun instrumen penelitian dan cara pengumpulan data
g. Menentukan variabel penelitian, definisi operasional, cara ukur,
skala ukur, dan hasil ukur variabel penelitian.
h. Menyusun jadwal dari mulai tahap persiapan, pelaksanaan dan
penyusunan laporan, serta menyusun biaya penelitian yang
diperlukan selama penelitian.
i. Mempersiapkan teknis administrasi seperti mengurus perizinan ke
kesbangpol dan dinas terkait
j. Melaksanakan penelitian dalam tahap pengumpulan data baik
melalui wawancara ataupun melalui observasi sesuai dengan
perencanaan
k. Melaksanakan pengolahan dan analisis data data yang telah
dikumpulkan
l. Menyusun hasil dan pembahasan penelitian dalam laporan akhir
penelitian
m. Melakukan desiminasi penelitian melalui forum seminar hasil
penelitian dan publikasi ilmiah.
B. Plagiarism
Plagiarisme dalam penelitian dapat saja terjadi karena ketidaksengajaan
ataupun disengaja. Oleh karena itu perlu diketahui apa pengertian plagiarisme
dan apa saja yang termasuk ke dalam plagiarisme dan potensi untuk
terjadinya plagiarisme (Wijaya, 2017).
1. Definisi Plagiarisme
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan RI Nomor 17 Tahun 2010
dikatakan: “Plagiat adalah perbuatan sengaja atau tidak sengaja dalam
memperoleh atau mencoba memperoleh kredit atau nilai untuk suatu
karya ilmiah, dengan mengutip sebagian atau seluruh karya dan atau
karya ilmiah pihak lain yang diakui sebagai karya ilmiahnya, tanpa
menyatakan sumber secara tepat dan memadai.” (Wijaya, 2017).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia online disebutkan: “Plagiat
adalah pengambilan karangan (pendapat dan sebagainya) orang lain dan
menjadikannya seolah-olah karangan (pendapat dan sebagainya) sendiri,
misalnya menerbitkan karya tulis orang lain atas nama dirinya
sendiri;jiplakan.” (Wijaya, 2017).
Menurut Oxford American Dictionary dalam Clabaugh (2001)
plagiarisme adalah: to take and use another person’s ideas or writing or
inventions as one’s own. Artinya mengambil dan menggunakan ide
seseorang, tulisan atau penemuan seseorang menjadi miliknya. Inilah yang
disebut plagiarism (Wijaya, 2017).
2. Lingkup Plagiarisme
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan RI Nomor 17 Tahun 2010 pada
pasal 2 lingkup dan pelaku plagiarisme. Plagiat meliputi tetapi tidak
terbatas pada (Wijaya, 2017) :
a. Mengacu dan/atau mengutip istilah, kata-kata dan/atau kalimat, data
dan/atau informasi dari suatu sumber tanpa menyebutkan sumber dalam
catatan kutipan dan/atau tanpa menyatakan sumber secara memadai;
b. Mengacu dan/atau mengutip secara acak istilah, kata-kata dan/atau
kalimat, data dan/atau informasi dari suatu sumber tanpa menyebutkan
sumber dalam catatan kutipan dan/atau menyatakan sumber secara
memadai
c. Menggunakan sumber gagasan, pendapat, pandangan, atau teori tanpa
menyatakan sumber secara memadai;
d. Merumuskan dengan kata-kata dan/atau kalimat sendiri dari sumber
kata-kata dan/atau kalimat, gagasan, pendapat, pandangan, atau teori
tanpa menyatakan sumber secara memadai;
e. Menyerahkan suatu karya ilmiah yang dihasilkan dan/atau telah
dipublikasikan oleh pihak lain sebagai karya ilmiahnya tanpa
menyatakan sumber secara memadai.
3. Tipe plagiarisme
Menurut beberapa ahli (Wijaya, 2017). :
a. Menurut Soelistyo (2011) dalam Wijaya (2017)., ada beberapa tipe
plagiarisme:
1) Plagiarisme kata demi kata (Word for word Plagiarism). Penulis
menggunakan kata-kata penulis lain (persis) tanpa menyebutkan
sum-bernya.
2) Plagiarisme atas sumber (Plagiarism of Source). Penulis
menggunakan gagasan orang lain tanpa memberikan pengakuan
yang cukup (tanpa menyebutkan sumbernya secara jelas).
3) Plagiarisme kepengarangan (Plagiarism of Authorship). Penulis
mengakui sebagai pengarang karya tulis karya orang lain.
4) Self Plagiarism. Termasuk dalam tipe ini adalah penulis
memublikasikan satu artikel pada lebih dari satu redaksi publikasi.
Dan mendaur ulang karya tulis/ karya ilmiah. Yang penting dalam
self plagiarism adalah bahwa ketika mengambil karya sendiri,
maka ciptaan karya baru yang dihasilkan harus memiliki perubahan
yang berarti. Artinya Karya lama merupakan bagian kecil dari
karya baru yang dihasilkan. Sehingga pembaca akan memperoleh
hal baru, yang benar-benar penulis tuangkan pada karya tulis yang
menggunakan karya lama.
b. Daniel Ronda (2015:101) dalam Wijaya (2017). memberikan kategori
plagiarisme apabila:
1) Mengutip kata per kata, atau kalimat secara verbatim tanpa
menyebutkan sumber tulisan dan penulisnya.
2) Mengambil ide seseorang yang belum menjadi “commom
knowledge”, dan masih eksklusif dari penemunya dan kemudian
mengklaim sebagai miliknya.
3) Menyebutkan nama orang yang punya ide, tetapi kalimat dan
bahasanya menggunakan bahasa orang yang dikutip secara
verbatim dan tidak memakai tanda petik di antaranya, maka itu
termasuk tindakan yang tidak pantas.
4) Menerjemahkan karya orang dari bahasa asing tanpa menyebut
sumber asli, dan yang walaupun itu karya menerjemahkan
merupakan hasil keringat sendiri, tetapi tidak demikian dengan
idenya. Kita bisa sebut sebagai saduran, apabila kita
menerjemahkan bebas yang disesuaikan dengan konteks kita.
Selanjutnya Daniel Ronda (2015:100) dalam Wijaya (2017).
Mengemukakan bahwa kategori bukan plagiarisme apabila:
1) Ide atau pernyataan-pernyataan yang diambil sudah menjadi
pengetahuan yang umum dan lazim di dalam masyarakat.
2) Bila ide seseorang sudah mengendap pada dirinya, dan pada
waktunya dikeluarkan baik lisan maupun tulisan tidak perlu
mencari siapa yang punya, sepanjang ekspresi penyampaian
dengan bahasa sendiri (tetap mengacu kepada poin 1).
4. Faktor pendorong plagiarisme
a. Terbatasnya waktu untuk menyelesaikan sebuah karya ilmiah
sehingga mencari cara mudah dengan copy-paste atas karya orang
lain.
b. Malas membaca buku-buku yang berhubungan dengan penelitian dan
kurang melatih pikiran untuk melakukan analisis dan logika terhadap
sumber pustaka yang dimiliki serta kurang mencari referensi
berbahasa Inggris yang lebih banyak dan juga referensi jurnal.
c. Kurangnya pemahaman tentang kapan dan bagaimana harus
melakukan kutipan. Dalam hal ini seorang penulis tidak menyadari
mengutip dari sumber sekunder dan tertier tanpa memiliki sumber
primer referensi sehingga berpotensi plagiarisme.
d. Apapun alasan seseorang melakukan tindakan plagiat, hal ini dapat
dikategorikan sebagai tindak pencurian (Wijaya, 2017).
5. Hal yang harus diperhatikan untuk mencegah plagiarisme
Beberapa hal yang harus diperhatikan untuk mencegah kita dari
plagiarisme, yaitu (Wijaya, 2017) :
a. Menggunakan dua tanda kutip, jika mengambil langsung satu
kalimat, dengan menyebutkan sumbernya. Perlu diingat untuk
menghindari pengutipan dari blog atau web dengan cara copy-paste
tanpa memiliki buku sumber utamanya.
b. Menuliskan daftar pustaka, atas karya yang dirujuk, dengan baik dan
benar. Yang dimaksud adalah sesuai panduan yang ditetapkan
masing-masing institusi dalam penulisan daftar pustaka.
c. Melakukanparafrase dengan tetap menyebutkan sumbernya. Parafrase
adalah mengungkapkan ide/gagasan orang lain dengan menggunakan
kata-kata sendiri, tanpa merubah maksud atau makna
ide/gagasandengan tetap menyebutkan sumbernya. Dalam hal ini
walaupun penulismelakukan saduran dari apa yang dikemukakan oleh
penulisbuku atau pembicara maka penulis harus tetap menuliskan
nama pemilik ide dan publikasinya.
d. Hindari seminimal mungkin untuk membaca artikel yang tidak dimuat
di dalam majalah, jurnal dan buku karena potensi untuk copy-paste
sangat tinggi. Apabila Anda tidak memiliki buku tersebut maka Anda
harus memberikan penjelasan sumber di mana Anda
mendapatkannya.
e. Sumber yang terdapat di dalam skripsi, tesis dan disertasi pada
tinjauan teori/pustaka sebaiknya Anda telah memiliki bukunya karena
potensi plagiarisme tampak apabila Anda hanya mengetik kembali
sebuah tulisan tanpa memahami dan melakukan paraphrase.
6. Sanksi untuk plagiarisme
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan RI Nomor 17 Tahun 2010
pada pasal 12 yaitu (Wijaya, 2017) :
a. Teguran. Teguran dilakukan secara lisan oleh institusi dalam hal ini
pengajar, dosen dan pembimbing.
b. Peringatan tertulis.
c. Penundaan pemberian sebagian hak mahasiswa.
d. Pembatalan nilai satu atau beberapa mata kuliah yang diperoleh
mahasiswa.
e. Pemberhentian dengan hormat dari status sebagai mahasiswa.
f. Pemberhentian tidak dengan hormat.
g. Pembatalan ijazah apabila mahasiwa telah lulus.
Sedangan sanksi yang diberikan dalam Undangundang Sisdiknas:
Mempergunakan karya ilmiah jiplakan untuk memperoleh gelar akademik,
profesi, vokasi dipidana penjara paling lama 2 tahun dan/atau denda paling
banyak Rp 200 juta. Plagiarisme sangat merugikan sivitas akademika
dalam mengembangkan penelitian dan hak kekayaan intelektual (HAKI)
karena dengan melakukan plagiarisme berarti mental “mencuri” telah ada
dalam diri peneliti dalam penelitiannya (Wijaya, 2017).
E. Landasan Teori
Landasan teori diperlukan dalam menjelaskan dan membangun
pemahaman terhadap penelitian yang akan dikerjakan. Uraian pada landasan
teori ini harus dilengkapi dengan referensi baik yang bersumber dari buku-
buku ajar, artikel maupun dari jurnal ilmiah sebelumnya. Landasan teori yang
baik tidak hanya membahas secara substansial variabel dependen maupun
variabel independen yang diteliti dari berbagai buku ajar / texbook, namun
juga secara mendalam menggali teori– teori yang berhubungan dengan
variabel yang diteliti (Masturoh dan Nauri, 2018).
1. Deskripsi Teori
a. Definisi teori
Cooper and Schindler (2003) dalam Wibowo (2014) dalam
Masturoh dan Nauri (2018) mengemukakan bahwa Teori adalah
seperangkat konstruk (konsep), definisi dan proposisi yang berfungsi
untuk melihat fenomena secara sistematik, melalui spesifikasi
hubungan antar variabel, sehingga dapat berguna untuk menjelaskan
dan meramalkan fenomena (Masturoh dan Nauri, 2018).
Mark (1963) dalam Wibowo (2014) dalam Masturoh dan Nauri
(2018) mengemukakan bahwa terdapat tiga macam teori yang
berhubungan dengan data empiris yaitu:
1) Teori deduktif yaitu berupa uraian teori atau keterangan dari mulai
hal-hal umum yang kemudian mengerucut kepada data khusus.
Uraian kumpulan teori dan data secara deduktif ini memberikan
pemahaman kerangka berfikir secara utuh dan menyeluruh
sehingga terbentuk suatu kerangka teori dan selanjutnya kerangka
konsep penelitian.
2) Teori induktif merupakan kebalikan dari deduktif yaitu dimulai
dari hal-hal khusus terlebih dahulu kemudian mengarah kepada hal
umum.
3) Teori fungsional dimana terdapat interaksi antara data dan teori,
dan saling memberikan pengaruh diantara keduanya.
b. Kegunaan teori
Secara umum teori mempunyai tiga fungsi yaitu untuk menjelaskan
(explanation), meramalkan (prediction) dan pengendalian (control).
Secara lengkap Cooper and Schindler (2003) dalam Wibowo (2014)
dalam Masturoh dan Nauri (2018), menyatakan bahwa kegunaan teori
dalam penelitian adalah:
1) Untuk memperjelas dan mempertajam ruang lingkup penelitian,
termasuk menjelaskan apa saja variabel yang akan diteliti.
2) Sebagai prediksi dan pemandu untuk menemukan fakta dan sebagai
dasar dalam menentukan hipotesis penelitian serta untuk menyusun
instrumen penelitian.
3) Digunakan dalam pembahasan antara lain sebagai penjelasan atau
justifikasi terhadap hasil penelitian dan juga digunakan untuk
dibandingkan dengan hasil penelitian. Hasil temuan penelitian
tersebut selanjutnya dijadikan dasar untuk memberikan saran dalam
upaya pemecahan masalah.
4) Merangkum fakta yang ditemukan pada sampel penelitian dalam
rangka generalisasi terhadap populasi
5) Untuk memprediksi fakta lebih lanjut dengan mempelajari kondisi-
kondisi menuju kepada kejadian itu.
c. Pendeskripsian teori
Menurut Wibowo (2014) dalam Masturoh dan Nauri (2018),
langkah-langkah untuk dapat melakukan pendeskripsian teori adalah
sebagai berikut:
1) Menetapkan variabel beserta jumlah variabel yang akan diteliti.
2) Mencari referensi sebanyak banyaknya baik melalui buku, jurnal
penelitian maupun laporan akhir penelitian seperti skripsi, tesis,
disertasi yang relevan dengan penelitian yang akan diteliti.
3) Melihat daftar isi dan mencari topik yang relevan dengan variabel
yang akan diteliti. Perhatikan bacaan dari mulai judul penelitian,
permasalahan, teori yang digunakan, tempat penelitian, sampel
penelitian, teknik pengumpulan data, analisis, kesimpulan dan
saran.
4) Mencari referensi definisi dari setiap variabel yang akan diteliti,
pilih definisi yang paling sesuai dengan penelitian yang akan
dilakukan.
5) Membaca seluruh isi topik penelitian dari setiap sumber data yang
dibaca dan kemudian menuangkannya dalam sebuah tulisan dengan
bahasa sendiri. Sumber-sumber bacaan yang digunakan harus
dicantumkan di daftar pustaka.
F. Kerangka Teori
Setiap penelitian memerlukan dasar pemikiran yang jelas untuk itu perlu
disusun kerangka teori yang menerangkan dari sudut mana suatu masalah
penelitian akan ditinjau yaitu merangkan hubungan antar konsep yang
nantinya akan dijabarkan menjadi variabel penelitian (Irmawartini dan
Nurhaedah, 2017).
Teori adalah satu set konstruk, konsep,definisi dan proposisi yang saling
berhubungan, yang menyajikan suatu pandangan sistematik tentang suatu
fenomena dengan menspesifikasikan hubungan antar variabel yang bertujuan
untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena (Irmawartini dan Nurhaedah,
2017).
Teori adalah seperangkat konsep dan definisi yang saling berhubungan
yang mencerminkan suatu pandangan sistematik mengenai fenomena dengan
menerangkan hubungan antar variabel, dengan tujuan untuk menerangkan
dan meramalkan fenomena. teori adalah kesatuan pengertian konsep dan
pernyataan yang sesuai yang akan menyajikan suatu fenomena dan dapat
digunakan untuk menjabarkan, menjelaskan dan memprediksi suatu kejadian
(Surahman, dkk, 2016).
Kerangka teori merupakan bagan yang memberikan gambaran dan
batasan-batasan tentang teori-teori yang menjadi acuan dalam melaksanakan
penelitian. Biasanya bab yg memuat tentang kerangka teori penelitian ini
disebut Bab Tinjauan Pustaka (Irmawartini dan Nurhaedah, 2017).
Kerangka teoriadalah kerangka yang dibangun dari berbagai teori yang
ada dan saling berhubungan sebagai dasar untuk membangun kerangka
konsep. Kerangka teori perlu diungkapkan, dan merupakan kerangka acuan
komprehensif mengenai konsep, prinsip, atau teori yang digunakan sebagai
landasan dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Kerangka teori atau
kerangka pikir adalah hubungan antara konstruk berdasarkan studi empiris
(Surahman, dkk, 2016).
Kerangka teori harus disusun sejelas mungkin dengan menggunakan
Bahasa yang mudah dimengerti olah pembaca. Peranan kerangka teori dalam
sebuah penelitian antara lain adalah (Irmawartini dan Nurhaedah, 2017) :
1. Merupakan gambaran kerangka pemikiran dari suatu penelitian.
2. Dapat membantu peneliti dalam menyusun hipotesis penelitian
3. Memberi landasan yang kuat dalam menjelaskan dan memberi makna pada
data dan fakta penelitian
4. Membantu membangun ide-ide yang diperoleh dari hasil penelitian
5. Sebagai acuan dalam membangun kerangka konsep penelitian
6. Memberikan dasar-dasar konseptual dalam merumuskan definisi
operasional penelitian.
Tahapan yang dilakukan dalam menyusun sebuah kerangka teori adalah
dengan terlebih dahulu melakukan kajian pustaka, melakukan sintesa dan
modifikasi dalam menghubungkan teori-teori yang ada dan akhirnya
membangun sendiri kerangka teori yang runtut, rasional dan logis
(Irmawartini dan Nurhaedah, 2017).
G. Kerangka Konsep
1. Pengertian kerangka konsep penelitian
Konsep adalah generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu,
sehingga dapat dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang
sama. Konsep adalah suatu pengertian dasar dari sesuatu yang akan
diteliti. Konsep adalah kaidah umum (abstraksi) mengenai sesuatu
himpunan benda-benda atau hal-hal yang biasanya dibedakan dari
penglihatan atau perasaan (Surahman, dkk, 2016).
Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan
antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-
penelitian yang akan dilakukan.Kerangka konsep penelitian secara
operasional visualisasi hubungan antar variabel-variabel yang dibangun
berdasarkan paradigma penelitian. (Notoatmojo,2005 dalam Irmawartini
dan Nurhaedah, 2017).
2. Tujuan membuat kerangka konsep penelitian
Tujuan dibuatnya kerangka konsep penelitian adalah (Irmawartini dan
Nurhaedah, 2017) :
a. Memberikan penjelasan secara visualisasi hubungan variabel-variebel
penelitian.
b. Meningkan ketajaman pemahaman tentang variabel-variabel yang
akan diteliti.
c. Mempertegas ruang lingkup penelitian.
d. Dapat dijadikan bahan untuk pemilihan jenis desain penelitian.
3. Cara membuat kerangka konsep
Kerangka konsep penelitian dibuat dalam bentuk gambar (skema)
yang menunjukkan jenis serta hubungan antar varibel yang diteliti dan
variabel lainnya. Seringkali tidak semua variabel diukur dalam
penelitian,sehingga pada diagram hendaklah diberi keterangan sebagai
batas-batas lingkup penelitian.Kerangka konsep yang baik dapat memberi
informasi yang jelas sehingga mempermudah pemilihan desai
penelitian.Dianjurkan kerangka konsep di kutip dari konsep yang telah
baku,atau pengembangan atau modifikasi atau penggabungan dari
kerangka konsep yang baku.Jangan lupa untuk menyebutkan sumbernya
(Irmawartini dan Nurhaedah, 2017).
Berikut ini adalah langkah-langkah dalam membuat kerangka konsep
penelitian (Irmawartini dan Nurhaedah, 2017) :
a. Identifikasi kembali topik peneitian terutama variabel penelitian
b. Identifikasi kerangka teori dalam tinjauan pustaka sebagai dasar
membuat kerangka konsep
c. Gambarkan melalui skema hubungan antar varibel yang akan diteliti
d. Pastikan semua variabel penelitian yang akan diteliti sudah
diakomodir dalam skema kerangka konsep penelitian
e. Jika dalam gambar kerangka konsep penelitian ada variabel yang tidak
diteliti,maka berikan keterangan atau penjelasan (secara umum garis
menunjukkan variabel yang diteliti dan garis putus-putus
menunjukkan variabel yang tidak diteliti).
f. Berikan uraian secara singkat dan jelas bagaimana konsep-konsep
tersebut mempengaruhi konsepatau variabel yang lain.
Penentuan kerangka konseptual oleh peneliti akan sangat
membantu dalam menentukan arah kebijakan dalam pelaksanaan
penelitian. Kerangka konseptual merupakan kerangka fikir mengenai
hubungan antar variabel-variabel yang terlibat dalam penelitian atau
hubungan antar konsep dengan konsep lainnya dari masalah yang diteliti
sesuai dengan apa yang telah diuraikan pada studi kepustakaan. Kerangka
konseptual penelitian menurut Sapto Haryoko dalam dalam Isksaudara
(2008) dalam Surahman, dkk. (2016), menjelaskan secara teoritis model
konseptual variabel-variabel penelitian, tentang bagaimana pertautan teori-
teori yang berhubungan dengan variabel-variabel penelitian yang ingin
diteliti, yaitu variabel bebas dengan variabel terikat. Kerangka konseptual
dalam suatu penelitian perlu dikemukakan apabila penelitian berkenaan
dengan dua variabel atau lebih. Apabila penelitian hanya membahas
sebuah variabel atau lebih secara mandiri, maka perlu dilakukan deskripsi
teoritis masing-masing variabel dengan argumentasi terhadap variasi
besarnya yang diteliti (Surahman, dkk, 2016).
Kerangka konseptual yang baik memenuhi syarat antara lain
(Surahman, dkk, 2016):
1) Variabel-variabel penelitian yang akan diteliti harus jelas.
2) Kerangka konseptual haruslah menjelaskan hubungan antara variabel-
variabel yang akan diteliti, dan ada teori yang mendasarinya.
3) Kerangka konsep jawabannya mudah dipahami.
Dalam penelitian kuantitatif, kerangka konseptual merupakan suatu
kesatuan kerangka pemikiran yang utuh dalam rangka mencari jawaban-
jawaban ilmiah terhadap masalah-masalah penelitian yang menjelaskan
tentang variabel-variabel, hubungan antara variabel-variabel secara teoritis
yang berhubungan dengan hasil penelitian yang terdahulu yang kebenarannya
dapat diuji secara empiris adalah uraian tentang hubungan antar variabel-
variabel yang terkait dengan masalah penelitian dan dibangun berdasarkan
kerangka teori/kerangka pikir atau hasil studi sebelumnya sebagai pedoman
penelitian. Dengan kata lain kerangka konsep merupakan bagian dari
kerangka teori yang akan diteliti, untuk mendeskripsikan secara jelas variabel
yang dipengaruhi (variabel dependen) dan variabel yang mempengaruhi
(variabel independen). Kerangka konsep sebaiknya dibuat dalam bentuk
skema atau diagram, sehingga memudahkan untuk melihat hubungan antar
variabel dan analisis datanya (Surahman, dkk, 2016).
B. Jenis-jenis Penelitian
Klasifikasi jenis desain penelitian sangat beragam, secara garis besar
klasifikasi jenis penelitian terdiri dari dua yaitu penelitian kuantitatif dan
penelitian kualitatif (Masturoh dan Nauri, 2018).
1. Penelitian Kuantitatif
a. Pengertian Penelitian Kuantitatif
Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang dilakukan untuk
menjawabpertanyaan penelitian dengan cara-cara mengikutikaidah
keilmuan yaitu konkrit/empiris, obyektif terukur, rasional dan
sistematis, dengan data hasil penelitian yang diperoleh yang berupa
angka-angka serta analisis menggunakan metode statistika (Masturoh
dan Nauri, 2018).
Hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam penelitian
kuantitatif adalah sejak awal peneliti harus menentukan apakah akan
melakukan intervensi atau apakah hanya akan melakukan pengamatan
saja tanpa intervensi. Apakah akan melakukan penelitian secara
retrospektif yaitu melakukan evaluasi atau penilaian suatu peristiwa
yang telah terjadi sebelumnya, atau apakah akan melakukan penelitian
secara prospektif yaitu mengikuti subyek untuk meneliti suatu
peristiwa yang belum terjadi (Masturoh dan Nauri, 2018).
b. Klasifikasi Jenis Penelitian Kuantitatif
Klasifikasi desain penelitian kuantitatif secara sederhana
digambarkan pada skema berikut (Masturoh dan Nauri, 2018).:
C. Studi Literatur
1. Pengertian Studi Literatur
Studi Literatur adalah cara untuk menyelesaikan persoalan dengan
menelusuri sumber-sumber tulisan yang pernah dibuat sebelumnya.
Dengan kata lain, istilah Studi Literatur ini juga sangat familiar dengan
sebutan studi pustaka. Dalam sebuah penelitian yang akan dijalankan,
tentunya seorang peneliti harus memiliki wawasan yang luas terkait objek
yang akan diteliti. Jika tidak, maka dapat dipastikan dalam presentasi yang
besar bahwa penelitian tersebut akan gagal.Sumber-sumber yang diteliti
pun tidak boleh sembarangan. Sebab tidak semua hasil penelitian bisa
dijadikan acuan. Beberapa yang umum dan layak digunakan adalah buku-
buku karya pengarang terpercaya (lebih disarankan karya akademisi),
jurnal-jurnal ilmiah terakreditasi, dan hasil-hasil penelitian mahasiswa
dalam berbagai bentuk misalnya skripsi, tesis, disertasi, laporan
praktikum, dan sebagainya. Teori-teori yang mendasari masalah dan
bidang yang akan diteliti dapat ditemukan dengan melakukan studi
kepustakaan. Selain itu seorang peneliti dapat memperoleh informasi
tentang penelitian-penelitian sejenis atau yang ada kaitannya dengan
penelitiannya. Dan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.
Dengan melakukan studi kepustakaan, peneliti dapat memanfaatkan
semua informasi dan pemikiran-pemikiran yang relevan dengan
penelitiannya.
2. Tujuan studi literatur
Peneliti akan melakukan studi kepustakaan, baik sebelum maupun
selama dia melakukan penelitian. Studi kepustakaan memuat uraian
sistematis tentang kajian literatur dan hasil penelitian sebelumnya yang
ada hubungannya dengan penelitian yang akan dilakukan dan diusahakan
menunjukkan kondisi mutakhir dari bidang ilmu tersebut. Studi
kepustakaan yang dilakukan sebelum melakukan penelitian bertujuan
untuk:
1. Menemukan suatu masalah untuk diteliti.
2. Mencari informasi yang relevan dengan masalah yang diteliti.
3. Mengkaji beberapa teori dasar yang relevan dengan masalah yang
akan diteliti. Untuk membuat uraian teoritik dan empirik yang
berkaitan dengan faktor, indikator, variable dan parameter penelitian
yang tercermin di dalam masalah-masalah yang ingin dipecahkan.
4. Memperdalam pengetahuan peneliti tentang masalah dan bidang yang
akan diteliti.
5. Mengkaji hasil-hasil penelitian terdahulu yang ada kaitannya dengan
penelitian yang akan dilakukan. Artinya hasil penelitian terdahulu
mengenai hal yang akan diteliti dan atau mengenai hal lain yang
berkaitan dengan hal yang akan diteliti.
6. Mendapat informasi tentang aspek-aspek mana dari suatu masalah
yang sudah pernah diteliti untuk menghindari agar tidak meneliti hal
yang sama.
3. Ciri penelitian studi literatur
Terdapat empat ciri utama sebuah studi literatur. Ciri tersebut akan
mempengaruhi sifat da cara kerja penelitiannya. Ciri-ciri tersebut
diantaranya:
a. Berbentuk Teks
Peneliti berhadapan langsung dengan teks atau data angka dan
bukan pengetahuan langsung dari lapangan atau saksi mata berupa
kejadian, orang atau lainnya. Teks memiliki sifat-sifatnya sendiri dan
memerlukan pendekatan tersendiri pula. Kritik teks merupakan
metode yang biasa dikembangkan dalam studi fisiologi, dll. Jadi
perpustakaan adalah laborat peneliti kepustakaan dan karena itu,
teknik membaca teks menjadi bagian fundamental dalam penelitian
kepustakaan.
b. Bersifat Siap Pakai
Data pustaka bersifat siap pakai (ready mode), artinya peneliti
tidak kemana-mana kecuali hanya berhadapan langsung dengan bahan
sumber yang sudah tersedia di perpustakaan. Ibarat orang belajar naik
sepeda, orang tidak perlu membaca buku artikel atau buku tentang
bagaimana teori naik sepeda, begitu pula halnya dengan riset pustaka.
Satu-satunya cara untuk belajar menggunakan perpustakaan dengan
tepat ialah langsung menggunakannya. Meskipun demikian, peneliti
yang ingin memanfaatkan jasa perpustakaan, tentu masih perlu
mengenal seluk-beluk studi perpustakaan untuk kepentingan
penelitian atau pembuatan makalah.
c. Bersumber dari Tangan Kedua
Data perpustakaan umumnya sumber sekunder, artinya bahwa
peneliti memperoleh bahan dari tangan kedua dan bukan data orisinil
dari tangan pertama di lapangan.
d. Tidak Dibatasi Ruang dan Waktu
Bahwa kondisi data pustaka tidak dibatasi ruang dan waktu.
Peneliti berhadapan dengan info statis atau tetap, artinya kapanpun ia
datang dan pergi data tersebut tidak akan berubah karena ia sudah
merupakan data mati yang tersimpan dalam rekaman tertulis (teks,
angka, gambar, rekan tape atau film).
4. Proses studi literatur
Bila kita telah memperoleh kepustakaan yang relevan, maka segera
untuk disusun secara teratur untuk dipergunakan dalam penelitian.
Menurut Hasan (2002) studi literatur dilakukan melalui tiga tahap, yakni:
a. Mengetahui jenis pustaka,yang dibutuhkan yaitu:
1) Berdasarkan bentuk pustaka, dibedakan atas sumber tertulis, seperti
buku-buku pengetahuan, surat kabar, majalah. dan sebagainya dan
sumber tidak tertulis, seperti film, slide, manuskrip, relief dan
sebagainya.
2) Berdasarkan isi pustaka, dibedakan atas:
a) Sumber primer, merupakan sumber bahan yang dikemukakan
sendiri oleh orang/pihak pada waktu terjadinya peristiwa atau
mengalami peristiwa itu sendiri, seperti buku harian, notulen
rapat, dan sebagainya.
b) Sumber sekunder, merupakan sumber bahan kajian yang
dikemukakan oleh orang atau pihak yang hadir pada saat
terjadinya peristiwa/tidak mengalami langsung peristiwa itu
sendiri, seperti buku-buku teks.
b. Mengkaji dan mengumpulkan bahan pustaka Pengkajian dan
pengumpulan bahan pustaka biasanya dilakukan dengan menggunakan
alat bantu yang disebut kartu bibliografi atau kartu kutipan. Pengkajian
dan pengumpulan hasil kajian dalam kartu bibliografi minimal harus
mencakup:
1) Nama variabel atau pokok masalah,
2) Nama pengarang atau pencetus ide tentang pokok masalah,
3) Nama sumber di mana dimuat penjelasan tentang variabel atau
pokok masalah,
4) Tahun yang menunjukkan pada waktu sumber tersebut dibuat atau
diterbitkan
5) Nama instansi (lembaga, unit, penerbit dan sebagainya) yang
bertanggung jawab atas penerbitan sumber kajian,
6) Nama kota tempat penulisan atau penerbitan sumber kajian
7) Isi penjelasan tentang variabel atau pokok masalah.
c. Menyajikan studi kepustakaan Penyajian studi kepustakaan dapat
dilakukan dengan cara kutipan langsung dan kutipan tidak langsung.
5. Metode penelitian studi literatur
Metode penelitian studi literatur membolehkan kita mencari
referensi penelitian lain dari berbagai sumber terpercaya. Ada beberapa
metode yang dapat dilakukan untuk melakukan Studi Literatur,
diantaranya seperti:
a. Pencarian kata kunci
Cari kata kunci yang relevan dalam katalog, indeks, mesin
pencari, dan sumber teks lengkap. Ini berguna baik untuk
mempersempit pencarian ke judul subjek tertentu dan untuk
menemukan sumber yang tidak ditangkap di bawah judul subjek yang
relevan. Untuk mencari basis data secara efektif, mulailah dengan
pencarian Kata Kunci, temukan catatan yang relevan, dan kemudian
temukan Judul Subjek yang relevan. Di mesin pencari, sertakan
banyak kata kunci untuk mempersempit pencarian dan hati-hati
mengevaluasi apa yang kamu temukan.
b. Pencarian subjek
Judul Subjek (kadang-kadang disebut Penjelas) adalah istilah
atau frasa khusus yang digunakan secara konsisten oleh indeks online
atau cetak untuk menggambarkan tentang buku atau artikel jurnal. Ini
berlaku untuk Katalog perpustakaan serta banyak basis data
perpustakaan lainnya.
c. Cari buku dan artikel ilmiah terkini
Dalam katalog dan basis data, urutkan berdasarkan tanggal
terbaru dan cari buku-buku dari majalah ilmiah dan artikel dari jurnal
ilmiah. Semakin baru sumbernya, semakin banyak referensi dan
kutipan terbaru.
d. Pencarian kutipan dalam sumber-sumber ilmiah
Lacak referensi, catatan kaki, catatan akhir, kutipan, dll dalam
bacaan yang relevan. Cari buku atau jurnal tertentu di Katalog
perpustakaan. Teknik ini membantu kamu menjadi bagian dari
percakapan ilmiah tentang topik tertentu.
e. Pencarian melalui bibliografi yang diterbitkan (termasuk set catatan
kaki dalam dokumen subjek yang relevan).
Daftar pustaka yang diterbitkan tentang subjek-subjek tertentu
sering kali mencantumkan sumber yang terlewatkan melalui jenis
pencarian lainnya. Bibliografi adalah judul subjek dalam Katalog, jadi
pencarian yang dipandu dengan Bibliografi sebagai subjek dan topik
Anda sebagai kata kunci akan membantu Anda menemukannya.
f. Mencari melalui sumber orang (baik melalui kontak verbal, email, dan
lain-lain)
Tidak hanya melalui buku dan internet, kamu bisa bisa
mencari sumber studi literatur dari orang lain. Orang-orang tersebut
misalnya profesor atau pustakawan dengan pengetahuan yang relevan.
g. Penjelajahan sistematis, terutama sumber teks lengkap yang diatur
dalam pengelompokan subjek yang dapat diprediksi
Perpustakaan mengatur buku berdasarkan subjek, dengan
buku-buku serupa disimpan bersama. Menjelajahi tumpukan adalah
cara yang baik untuk menemukan buku yang serupa; namun, di
perpustakaan besar, beberapa buku tidak berada di tumpukan utama
(misalnya saja, mereka mungkin diperiksa atau di ReCAP).
6. Teknik pngumpulan data studi literatur
Dalam proses pengumpulan data studi literatur dibutuhkan 3 proses
penting, yaitu:
a. Editing: pemeriksaan kembali data yang diperoleh terutama dari segi
kelengkapan, kejelasan makna dan keselarasan makna antara yang
satu dengan yang lain;
b. Organizing: mengorganisir data yang diperoleh dengan kerangka yang
sudah diperlukan;
c. Finding: melakukan analisis lanjutan terhadap hasil pengorganisasian
data dengan menggunakan kaidah-kaidah, teori dan metode yang telah
ditentukan sehingga ditemukan kesimpulan yang merupakan hasil
jawaban dari rumusan masalah.
Untuk memperoleh kredibilitas yang tinggi, peneliti harus yakin bahwa
dokumen/ naskah-naskah itu otentik. Setidaknya harus memenuhi syarat berikut
ini:
1. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan tanpa mengganggu objek atau
suasana penelitian.
2. Pengumpulan data perlu didukung pula dengan pendokumentasian, diantaranya
melalui: foto, video, USB, dsb. Dokumentasi ini akan berguna untuk mengecek
data yang telah terkumpul.
3. Pengumpulan data sebaiknya dilakukan secara bertahap dan sebanyak
mungkin.
Mata Kuliah : Metodologi Penelitian
Hari/ Tanggal : Selasa/ 7 September 2021
Pertemuan :6
Materi : Variabel Penelitian
Dosen : Dr. Wijayantono, SKM, M.Kes
Basuki Ario Seno, SKM, M.Kes
Edi Nur, SKM, M.Kes
Muchsin Riviwanto, SKM, M.Si
A. Pengertian Variabel Penelitian
Variabel merupakan segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan
penelitian, dimana didalamnya tredapat faktor-faktor yang berperan dalam
peristiwa yang akan diteliti (Surahman, dkk., 2016).
Konsep adalah suatu abstraksi dari suatu realita atau fenomena yang
kepadanya diberikan nama atau istilah untuk dapat mengkomunikasikan
tentang realitas atau fenomena. Sedang variabel adalah operasionalisasi dari
suatu konsep atau konsep yg mempunyai bermacam-macam nilai atau segala
sesuatu yang bervariasi. Variasi nilai adalah ciri objektif variabel
berdasarkan data dan fakta yang diperoleh dari hasil menghitung atau
mengukur (Irmawartini dan Nurhaedah, 2017).
Pengertian yang lainnya bahwa variabel adalah karakteristik objek yang
dapat dapat diklasifikasikan kedalam sekurang-kurangnya dua klasifikasi.
Sugiyono, (2007) dalam Surahman dkk., (2016) mengartikan variabel
penelitian pada dasarnya adalah suatu hal yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang
hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Kelinger (2000) dalam
Surahman dkk., (2016) menyatakan bahwa variabel adalah konstruk
(constructs) atau sifat yang akan dipelajari, sehingga merupakan representasi
konkrit dari konsep abstrak (Surahman, dkk., 2016). Sebagai contoh tingkat
aspirasi, penghasilan, pendidikan, status sosisal, jenis kelamin, golongan gaji,
produktivitas kerja dan lain-lain. Di bagian lain Kerlinger menyatakan bahwa
variabel dapat dikatakan sebagai suatu sifat yang diambil dari suatu nilai yang
berbeda (different values). Dengan demikian variabel itu merupakan suatu
yang bervariasi (Surahman, dkk., 2016).
Selanjutnya Keddles (1981) dalam Surahman dkk., (2016), menyatakan
bahwa variabel adalah suatu kualitas (qualities) dimana peneliti mempelajari
dan menarik kesimpulan darinya. Secara teoritis, variabel didefinisikan
sebagai atribut seseorang, atau subyek yang mempunyai “variasi” antara satu
orang dengan orang yang lain atau satu objek dengan objek lain (Hatch dan
Farhady, 1981 dalam Surahman dkk., 2016). Bervariasi berarti pada veriabel
tersebut mempunyai nilai, skor, ukuran yang berbeda. Variabel juga dapat
merupakan atribut dari bidang keilmuan atau kegiatan tertentu. Tinggi , berat
badan, sikap, motivasi, kepemimpinan, disiplin kerja, merupakan atribut dari
objek. Struktur organisasi, model pendelegassian, kepemimpinan,
pengawasan, koordinasi, prosedur, dan mekanisme kerja, deskripsi pekerjaan,
kebijakan, adalah merupakan contoh variabel dalam kegiatan administrasi.
Berat badan dapat dikatan variabel, Karena berat badan sekolompok orang itu
bervariasi antara satu dengan yang lain, (ada berat badannya 25 kg, 50 kg, 67
kg dst). Demikian juga motivasi, persepsi dari sekelompok orang tertentu
bervariasi. Jadi kalau peneliti akan memilih variabel penelitian, baik yang
dimiliki orang objek, maupun bidang kegiatan dan keilmuan tertentu, maka
harus ada variasinya (Surahman, dkk., 2016).
Variabel yang tidak ada variasinya bukan dikatakan sebagai variabel.
Untuk dapat bervariasi, maka peneliti harus didasarkan pada sekelompok
summber data atau objek yang bervariasi. Selain itu definisi variabel
penelitian merupakan suatu objek, atau sifat, atau atribut atau nilai dari orang,
atau kegiata yang mempunyai bermacam-macam variasi antara satu dengan
lainnya yang ditetapkan oleh peneliti dengan tujuan untuk dipelajari dan
ditarik kesimpulan (Surahman, dkk., 2016).
Fungsi ditetapkannya variabel adalah untuk mempersiapkan alat dan
metode analisis/pengolahan data dan untuk pengujian hipotesis. Jadi variabel
adalah suatu atribut, sifat tau nilai yang didapat dari orang, objek atau
kegiatan yang mempunyai variasi tertentu dan sekurang-kurangnya
mempunyai dua klasifikasi yang diambil dari suatu nilai yang berbeda
(different values), ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari atau ditarik
kesimpulannya. Jadi kalau dikaitkan dengan proses pengukuran, maka
variabel merupakan (Surahman, dkk., 2016) :
1. Besaran tertentu dari sifat suatu objek/orang (characteristic of objects or
person).
2. Besarnya dapat ditangkap oleh pancaindra (observable).
3. Nilainya berbeda-beda dari pengamatan ke pengamatan berikutnya
(differs from observation to observation).
Variabel penelitian adalah suatu objek yang akan diteliti dan mempunyai
variasi nilai. Objek itu bisa makhluk hidup, ataupun benda mati (Irmawartini
dan Nurhaedah,2017).
Ciri-ciri dari variabel adalah (Irmawartini dan Nurhaedah,2017) :
1. Dapat didefinisikan dengan jelas
2. Dapat diukur atau diobservasi
3. Hasil ukur akan bervariasi antara satu objek dengan objek lain.
Hubungan antar variable dapat dijelaskan sebagai berikut
1. Hubungan Simetris yaitu antar dua variabel berhubungan tetapi tidak
saling berpengaruhi,satu variabel tidak disebabkan atau dipengaruhi oleh
variabel yang lain,korelasi simetris terjadi dapat karena:
a. Kedua variabel merupakan indikator konsep yang sama,misalnya
jantung berdebar dan kelur keringat keduanya merupakan indikator
kecemasan.
b. Kedua variabel berkaitan secara fungsional misalnya ada murid ada
guru.
c. Kedua variabel akibat dari suatu faktor,misalnya tinggi badan dan
tinggi badan karena factor pertumbuhan
d. Faktor kebetulan misalnya gaji naik dengan turun hujan
2. Hubungan Timbal Balik yaitu variabel saling berpengaruh,misalnya status
gizi dan terjadinya infeksi.
3. Hubungan Asimetris yaitu variabel satu mempengaruhi variabel lain
misalnya perilaku hidup bersih dan sehat.
B. Jenis Variabel
1. Variabel sebab
Variabel sebab adalah variabel yang menjadi sebab dari suatu kejadian
sehingga menimbulkan akibat(Irmawartini dan Nurhaedah,2017).
a. Sebab (independen/antecendent) yaitu variabel yang berperan sebagai
penyebab utama serta bebas dalam menyebabkan suatu akibat.
b. Variabel moderator yaitu variabel berpengaruh tetapi tidak utama
c. Variabel Random/rambang adalah variabel acak yang tidak
dimasukkan dalam penelitian atau diabaikan pengaruhnya.
d. Variabel kendali yaitu variabel yang dapat dikendalikan pengaruhnya.
2. Variabel penghubung/intervening
Variabel penghubung adalah variabel yang menjembatani hubungan
variabel sebab dan akibat(Irmawartini dan Nurhaedah,2017).
3. Variabel Akibat/dependent/tergantung/konsekuensi
Variabel akibat adalah variabel yang terjadi akibat variabel
sebab(Irmawartini dan Nurhaedah,2017).
Klasifikasi atau penentuan fungsi dari suatu variabel, terutama
variabel sebab, adalah sangat penting dan merupakan tahap yang kritis.
Sebab jika peneliti salah dalam mengklasifikasikan variabel sebab ini,
maka hasil penelitian akan mengandung kesalahan (bias)(Irmawartini dan
Nurhaedah,2017).
Klasifikasi variabel secara benar memerlukan penguasaan dasar
teoritis yang kuat dan mendalam serta memerlukan penyusunan model
atau kerangka teoritis(Irmawartini dan Nurhaedah,2017).
Literatur lain mengklasifikasikan variabel sebagai berikut
(Irmawartini dan Nurhaedah,2017) :
Gambar 1. Klasifikasi Variabel
(Irmawartini dan Nurhaedah,2017)
Jika dalam suatu penelitian hanya diteliti satu macam variabel tergantung,
maka data yang diperoleh disebut data univariate, sedangkan jika lebih dari
satu disebut data multivariate(Irmawartini dan Nurhaedah,2017).
Variabel sebab, dapat juga dibedakan atas dasar aktivitas yang dilakukan
peneliti. Dalam hal ini variabel sebab dapat dibedakan atas variabel aktif dan
variabel pasif. Variabel aktif adalah variabel sebab yang diberikan atau
hasil manipulasi oleh peneliti. Misalnya: pemberian obat, pemberian
penyuluhan, pemberian vaksinasi, dsb. Variabel pasif adalah variabel yang
sudah melekat dan merupakan ciri dari subyek peneliti (atribut). Misalnya :
jenis kelamin, jenis pekerjaan, etnis, dsb(Irmawartini dan Nurhaedah,2017).
Variabel berdasarkan nilai yaitu variabel Kontinyu adalah variabel yang
dapat kita tentukan nilainya dalam jarak jangkau tertentu (dengan decimal
yang tak terbatas).Variabel diskrit adalah variabel yang nilainya tidak dapat
dinyatakan dalam bentuk pecahan atau decimal. Variabel ini juga disebut
sebagai variabel kategori atau nominal (Irmawartini dan Nurhaedah,2017 ).
Jenis variabel berdasarkan skala pengukurannya, berkaitan dengan proses
kuantifikasi, data biasanya digolongkan menjadi empat jenis, yaitu (a) data
nominal, (b) data ordinal, (c) data interval, dan (d) data ratio. Demikianlah
variabel, kalau dilihat dari segi ini biasa dibedakan dengan cara yang sama.
Pengklasifikasian variabel berdasarkan skala data ini bermanfaat dalam
menentukan uji statistik yang digunakan (Irmawartini dan Nurhaedah,2017 ).
1. Variabel berdata nominal
Variabel berdata nominal yaitu variabel yang ditetapkan
berdasarkan atas proses penggolongan, variabel ini bersifat diskrit dan
saling pilah (mutually exclusive) antara kategori yang satu dan kategori
yang lain, contoh : jenis kelamin, status perkawinan, jenis pekerjaan.
2. Variabel berdata ordinal
Variabel berdata ordinal yaitu variabel yang disusun berdasarkan
atas jenjang dalam atribut tertentu. Jenjang tertinggi biasa diberi angka 1,
jenjang dibawahnya diberi angka 2, lalu dibawahnya diberi angka 3, dan
dibawahnya lagi diberi angka 4, dan seterusnya. Contoh : hasil perlombaan
inovatif produktif di antara para mahasiswa,ranking mahasiswa dalam
sesuatu mata-kuliah, ranking dalam sesuatu perlombaan mengarang, dan
sebagainya.
3. Variabel berdata interval
Variabel berdata interval yaitu variabel yang dihasilkan dari
pengukuran itu diasumsikan terdapat satuan (unit) pengukuran yang sama.
Contoh variabel interval misalnya prestasi belajar, sikap terhadap sesuatu
program dinyatakan dalam skor, penghasilan, dan sebagainya.
4. Variabel berdata ratio
Variabel berdata ratio adalah variabel yang dalam kuantifikasinya
mempunyai nol mutlak. Di dalam penelitian, terlebih-lebih dalam
penelitian di bidang ilmu-ilmu sosial, orang jarang menggunakan variabel
ratio. Contoh variabel tinggi badan dan berat badan.
C. Macam- macam Variabel
Macam-macam Variabel dalam penelitian dapat dibedakan menjadi
(Surahman, dkk., 2016) :
1. Variabel pendahulu
Variabel pendahulu adalah variabel yang penampilannya mendahului
variabel bebas dan berhubungan dengan variabel terikat.
2. Variabel Independen
Sering disebut juga sebagai variabel bebas, variabel yang
mempengaruhi. Merupakan variabel yang dapat mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat).
Dengan demikian variabel independen mempunyai ciri-ciri :
a. Variabel yang menentukan variabel
b. Kegiatan stimulus yang dilakukan peneliti menciptakan suatu dampak
pada variabel dependen
c. Biasanya dimanipulasi, diamati dan diukur untuk diketahui
hubungannya.
3. Variabel Dependen
Variabel Dependen disebut juga variabel terikat, variabel akibat,
variabel respon, output, konsekuen,. Merupakan variabel yang dipengaruhi
atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel ini
merupakan variabel terikat yang besarannya tergantung dari besaran
variabel indpenden ini, akan memberi peluang terhadap perubahan
variabel dependen (terikat) sebesar koefisien (besaran) perubahan dalam
variabel indepen. Artinya, setiap terjadi perubahan sekian kali satuan
varibel dependen, diharap akan menyebabkan variabel depnden berubah
sekian satuan juga. sebalikanya jika terjadi diharapkan akan menyebabkan
perubahan (penurunan) variabel dependen sekian satuan juga. Dengan
demikian variabel dependen mempunya ciri:
- Variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel lain
- Asepek tingkah laku yang diamati dari suatu organiseme yang dikenai
stimulus
- Faktor yang diamati dan diukur untuk menentukan ada tidaknya
hubungan atau pengaruh dari variabel bebas.
4. Variabel Moderator
Variabel yang mempengaruhi (memperkuat dan memperlemah)
hubungan antara variabel independen dengan dependen. Variabel disebut
juga sebagai variabel independen kedua (Sugiyono, 2009 dalam
Surahman, dkk., 2016). Analisis hubungan yang menggunakan minimal
dua variabel, yakni satu variabel dependen dan satu atau beberapa variabel
independen, ada kalanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak
dimasukkan dalam model statistik yang kita gunakan. Dalam analisis
statistik ada yang dikenal dengan variabel moderator. Variabel moderator
ini adalah variabel yang selain bisa memperkuat hubungan antara satu atau
beberapa variabel yang selain bisa memperlemah hubungan antara satu
atau beberapa variabel independen dan variabel dependen.
5. Variabel Intervening atau variabel antara
Variabel yang secara teoritis mempengaruhi (memperlemah dan
memperkuat) hubungan antara variabel independent dengan dependent,
tetapi tidak dapat diamati dan diukur. Variabel ini merupakan variabel
penyela/antara yang terletak diantara variabel bebas dan variabel terikat,
sehingga variabel bebas tidak secara langsung mempengaruhi berubahnya
atau timbulnya variabel terikat. Variabel ini berperan menambah atau
mengurangi efek variabel independent terhadap variabel dependen.
6. Variabel Kontrol
Variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga pengaruh
variabel independen terhadap dependen tidak dipengaruhi oleh faktor luar
yang tidak diteliti (Sugiyono, 2009 dalam Surahman, dkk., 2016). Variabel
control sering digunkaan oleh peneliti, bila akan melakukan penelitian
yang bersifat membandingkan.
B. Pengertian Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi atau sub-sub populasi yang ciri-
cirinya/karakteristiknya benar-benar diselidiki (Abustam dkk., 1996: 50
dalam Saat dan Siti, 2020). Sampel adalah sebagian dari jumlah populasi
yang dipilih untuk sumber data. (Sukardi, 2012: 54 dalam Saat dan Siti,
2020). Dengan bahasa yang berbeda sampel adalah bagian dari populasi atau
bagian dari sub-sub populasi yang benar-benar diambil datanya, sehingga
biasa disebut sebagai sumber data atau subyek penelitian (Saat dan Siti,
2020).
a. Alasan Pengambilan Sampel
Alasan perlu dilakukan pengambilan sampel dalam suatu penelitian
adalah (Irmawartini dan Nurhaedah, 2017) :
a. Objek penelitian yang homogen. Dalam menghadapi objek penelitian
yang homogen atau 100% sama, sensus tidak perlu dilakukan, cukup
hanya dengan melakukan sampling untuk memperoleh data yang
diperlukan.
b. Objek penelitian yang mudah rusak. Dalam menghadapi objek
penelitian yang mudah rusak, pengambilan keseluruhan akan merusak
objek yang akan diteliti. Misalnya meneliti kadar trombosit dalam
darah tidak mungkin mengambil seluruh darah untuk dianalisis.
c. Penghematan biaya dan waktu. Biaya yang dikeluarkan untuk
melakukan sensus jauh lebih besar dibandingkan dengan sampling,
sehingga penggunaan sensus banyak menimbulkan pemborosan,
sedangkan penggunaan sampling lebih efisien. Hal ini disebabkan
pada sensus objek yang akan diteliti jauh lebih banyak dibandingkan
pada sampling. Demikian pula dengan waktu. Waktu yang digunakan
untuk melakukan sensus lebih lama jika dibandingkan dengan waktu
yang digunakan untuk melakukan sampling.
d. Masalah ketelitian. Pada sensus objek yang harus diteliti lebih banyak
dibandingkan dengan sampling, sehingga keakuratan hasil
penelitiannya juga lebih kecil dari pada sampling. Pengalaman
mengatakan bahwa semakin banyak objek yang diteliti, semakin
kurang ketelitian yang dihasilkan.
e. Ukuran populasi. Untuk populasi yang tak terhingga, yaitu populasi
yang memiliki banyak objek tidak terhingga banyaknya, sensus tidak
mungkin dilakukan. Namun untuk populasi berhinggapun, jika
memiliki objek yang sedemikian besarnya, sensus juga sulit untuk
dilaksanakan. Untuk keadaan seperti ini, sampling lebih cocok
digunakan.
f. Faktor ekonomis. Faktor ekonomis diartikan apakah kegunaan dari
hasil penelitian sepadan dengan biaya, waktu dan tenaga yang telah
dikeluarkan untuk penelitian tersebut. Jika tidak, maka alternatifnya
dilakukan sampling (Irmawartini dan Nurhaedah, 2017).
b. Langkah Langkah Pengambilan Langkah Pengambilan Sampel
Langkah-langkah dalam pengambilan sampel penelitian adalah
sebagai berikut (Irmawartini dan Nurhaedah, 2017) :
a. Menentukan populasi (Defined the Population). Dalam menentukan
populasi, populasi dibagi atas empat komponen yaitu: elemen, unit
sampling, tempat dan waktu penelitian
b. Spesifikasi Sampling Frame (Spesified Sampling Frame). Spesifikasi
sampling frame atau kerangka sampling mempunyai tujuan untuk
memaparkan secara jelas dan spesifik dari elemen populasi, Dalam
spesifikasi sampling frame yang perlu dijelaskan adalah target
populasi dan populasi sampling.
c. Spesifikasi Unit Sampling (Spesified Sampling Unit). Unit sampling
merupakan unit dasar dari elemen populasi yang akan dijadikan
sampel, tetapi kadang-kadang dapat berdiri sendiri menjadi komponen
populasi atau merupakan unit sampling dari elemen populasi.
d. Seleksi Metode Sampling (Spesified Sampling Method). Dalam hal ini
ditentukan metode sampling yang akan digunakan. Metode sampling
yang dapat digunakan adalah teknik probabilitas (Probability
Sampling Method) dan teknik non-probabilitas (Non Probability
Sampling Method).
e. Menentukan Ukuran Sampel (Determine Sampling Size). Penentuan
besar sampel tergantung pada jenis studi, homogenitas populasi, jenis
sampel, serta jumlah dana dan personel yang tersedia.
f. Mempersiapkan Sampling Plan (Speified Sampling Plan). Kegiatan ini
adalah merencanakan bagaimana keputusan-keputusan yang telah
diambil dapat dilaksanakan secara baik dilapangan, meliputi
kelengkapan perangkat lunak dan populasi itu sudah cukup
representatif untuk diteliti. Sebaliknya apabila populasi itu secara
sempurna tidak seragam (completely heterogenous) maka hanya
pencacahan lengkaplah yang dapat memberikan gambaran yang
representative (Irmawartini dan Nurhaedah, 2017).
c. Syarat Sampel Penelitian
Sampel penelitian yang representatif sehingga dapat di generalisasikan
atau ditarik kesimpulan umum adalah (Irmawartini dan Nurhaedah, 2017) :
a. Digunakan prinsip probabiltas (random sampling)
b. Jumlah sampel memadai
c. Ciri-ciri populasi di penuhi secara ketat
d. Variasi antar unit populasi sekecil mungkin
C. Besar Sampel
Sampel diambil apabila populasi dalam jumlah yang besar, dan peneliti
tidak mungkin dapat meneliti seluruh populasi, karena keterbatasan waktu,
tenaga, dan biaya yang dibutuhkan. Apa yang ditemukan atau dipelajari dari
sampel kesimpulannya dapat diberlakukan pada populasi. Itulah sebabnya,
pengambilan sampel harus benar-benar representatif, sehingga benar-benar
dapat mewakili/ menggambarkan keadaan populasi (Saat dan Siti, 2020).
Mengenai besarnya jumlah sampel, para ahli peneliti tidak sepakat, yang
jelas bahwa semakin besar sampel sebuah penelitian, maka datanya semakin
mendekati kebenaran, dan semakin jauh dari populasi, maka datanya semakin
meragukan (Saat dan Siti, 2020).
Abustam dkk. (1996) dalam Saat dan Siti (2020), mengatakan bahwa
besarnya sampel sebuah penelitian sangat tergantung pada:
1. Derajat keragaman sebuah populasi. Semakin homogen sebuah populasi,
semakin kecil sampel yang dibutuhkan. Sebaliknya, semakin heterogen
sebuah populasi, semakin banyak sampel yang dibutuhkan. Misalnya:
Meneliti kadar garam air laut. Air laut memiliki sifat yang sangat
homogen, sehingga dengan mengambil sedikit saja untuk dijadikan sampel
sudah cukup. Tetapi jika yang diteliti itu adalah bermacam-macam air,
misalnya ada air laut, air sungai, air hujan, air kelapa, dsb. maka setiap
jenis air itu harus terwakili dalam penelitian. Dengan demikian, berarti
sampel semakin banyak, karena semua jenis air harus mempunyai sampel.
2. Tingkat presisi (ketelitian) yang dikehendaki atau diharapkan dari
penelitian, semakin tinggi tingkat presisi (ketelitian) yang dikehendaki
atau diharapkan dari sebuah penelitian, semakin banyak sampel
dibutuhkan.
3. Rencana analisis. Misalnya peneliti ingin menghubungkan tingkat
pendidikan responden dengan penggunaan alat kontrasepsi. Kalau ingin
membagi tingkat pendidikan responden secara rinci, misalnya belum
sekolah, tamat SD, Tamat SMP, tamat SMA, dan seterusnya, maka semua
tingkatan itu harus ada perwakilannya dalam sampel. Apabila sampelnya
sedikit, akan banyak sel-sel dalam pengolahan data yang kosong, begitu
juga untuk perhitungan analisis statistik yang rumit. Dengan demikian
kelihatannya kurang baik, karena banyak sel yang kosong.
4. Tenaga, biaya, dan waktu. Apabila salah satu dari keempat hal itu yang
dialami oleh peneliti, maka tentu pengambilan sampel menjadi sedikit,
yang berarti bahwa tingkat presisi (ketelitian) sebuah penelitian akan
semakin berkurang.
Mengenai besarnya sampel yang harus diambil dalam sebuah penelitian
ada beberapa rumus yang digunakan misalnya rumus yang dikemukakan oleh
Isaac dan Michael atau monogram yang dikemukakan oleh Herry King
(Sugiyono, 2011: 128-131 dalam Saat dan Siti, 2020).
2 𝑃(1 − 𝑃)
𝑛 = 𝑍1−𝛼/2
𝑑2
N = Besar sampel
Z = Nilai dari Z α
P = Proporsi kejadian sakit berdasarkan penelitian sebelumnya
d = Presisi
Contoh kasus:
PT. ASKES ingin melakukan survei untuk mendapatkan informasi
mengenai persentase penduduk DKI Jakarta yang telah mengikuti program
asuransi kesehatan. Jika dari hasil survei ditempat lain didapatkan
persentase yang sudah ikut askes sekitar 20%. Anda diminta untuk
menghitung berapa jumlah sampel yang dibutuhkan untuk survei di
Jakarta, jika presisi yang diinginkan adalah 5% dengan derajat kemaknaan
α=5% ?
Diketahui;
P = 20 %
d = 5%
α = 5% > Z = 1,96
02(1−0,2)
𝑛 = 1,962 0,052
n = 246 sampel
Untuk data numerik, maka rumus besar sampel adalah:
𝑍 2 1−𝛼/2. 𝜎 2
𝑛=
𝑑2
Contoh Kasus :
Seorang kepala rumah sakit “sehat” ingin melakukan penelitian untuk
mengetahui rata-rata petugas kesehatan yang absen perharinya. Data rumah
sakit memperkirakan, ratarata 8 orang petugas absen perhari dan standar
deviasi 4 orang. Berapa besar sampel yang diperlukan pada penelitian ini?
Diketahui;
µ = 8 orang
σ = 4 orang
d = 1 orang
α = 5%
1,962 × 42
𝑛=
12
n = 62 orang
Rumus lain Untuk jenis penelitian deskriptif
a. Bila data hasil penelitian merupakan data parametrik (interval-rasio),
maka digunakan rumus estimasi besar sampel berdasarkan rerata.
Contoh:
Pada penelitian yang bertujuan ingin mengetahui gambaran jumlah
gigi yang terkena karies pada anak pada daerah X. Diketahui bahwa
pada data riset kesehatan nasional, standar deviasi jumlah gigi yang
terkena karies pada anak di Indonesia adalah sebesar 0.5. Maka untuk
menentukan berapa jumlah sampel minimal yangdibutuhkan pada
penelitian di daerah X tersebut adalah sebagai berikut:
proporsi
Contoh:
Pada penelitian yang bertujuan untuk mengetahui gambaran umum
kejadian anemia ibu hamil di kabupaten Jombang. Bila dari penelitian
terdahulu diketahui angka prevalensi anemia pada ibu hamil di Jawa
Timur = 20%, maka untuk menentukan berapa jumlah sampel minimal
yang dibutuhkan pada penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
Contoh:
Dua cara pengobatan untuk sejenis kanker akan dibandingkan
efektifitasnya dengan suatu penelitian kohort dalam suatu uji klinik
multi-center. Penderita diacak untuk mendapatkan terapi A atau terapi
B dan kemudian diikuti untuk mendeteksi berapa yang kambuh selama
5 tahun setelah pengobatan. Berapa jumlah penderita yang harus diteliti
dalam tiap kelompok jika diinginkan 90% keyakinan untuk menolak Ho
: RR =1 dan mendukung Ha :RR ≠ 1, jika diasumsikan bahwa P2 = 0,35
dan RR = 0,5?
Jawaban
Sebelumnya kita hitung dulu nilai P dan P1 yaitu P1 = (RR) P2 = 0,5 x
0,35 = 0,175 P = (0,175 + 0,35)/2 = 0,2625
Keterangan :
nc = jumlah sampel pada kelompok kontrol
Z1-α = Z score berdasarkan derajat kemaknaan (1-a))
Z1-β = Z score berdasarkan kekuatan uji (1-b)
Pc = Proporsi insidens rate outcome pada kelompok control
Pt =Proporsi insidens rate outcome pada kelompok treatment
P = (Pc + Pt)/2
Qc = 1 - Pc
Qt = 1- Pt
Contoh:
Seorang peneliti ingin mengetahui apakah proporsi kesembuhan
suatu penyakit oleh obat baru G berbeda dengan proporsi kesembuhan
penyakit oleh obat H. Perusahaan obat G menyatakan bahwa obat
tersebut dapat menyembuhkan penyakit tertentu dengan tingkat
kesembuhan sebesar 50% sedangkan kesembuhan oleh obat H adalah
25%. Hitunglah jumlah pasien yang dibutuhkan untuk mendeteksi
perbedaan tersebut dengan α = 0,05 uji hipotesis dua arah dan β=0,2
Jawab:
P = (Pc + Pt)/2 = (0,25 + 0,5)/2 = 0,375
Qc = 1 - Pc =1-0.25 = 0.75
Qt = 1- Pt = 1-0.50 = 0.50
Q = 1- P = 1-0.375=0.625
f. Rumus Federer
Bila tujuan penelitian untuk menganalisis keterkaitan antar variabel
melalui penelitian eksperimental di laboratorium atau pengendalian
variabel eksternal yang ketat, maka digunakan rumus besar Federer
Rumus Federer (k-1).(r-1) ≥ 15
Contoh
Pada penelitian yang bertujuan ingin menganalisis perbandingan jumlah
koloni strepcoccus mutans pada rongga mulut terhadap perbedaan
konsentrasi ekstrak daun kemangi. Pada penelitian ini terdapat 4
kelompok penelitian, yaitu, kontrol, konsentrasi 10%, 5%, dan 2.5%.
Maka untuk menentukan berapa jumlah sampel minimal yang
dibutuhkan pada penelitian di daerah X tersebut adalah sebagai berikut:
(k-1).(r-1) ≥ 15
(4-1).(r-1) ≥ 15
3r-3 ≥ 15 3r ≥
15 + 3 r ≥ 18/3
r≥6
dibutuhkan jumlah sampel minimal untuk masing-masing kelompok
penelitian sejumlah 6 sampel. (Pada penelitian ini dapat digunakan
sedikitnya 6 sampel untuk masingmasing kelompok penelitian)
(Irmawartini dan Nurhaedah, 2017).
D. Teknik sampling
Dalam penentuan sampel harus mengacu kepada teknik sampling. Teknik
sampling merupakan teknik pengambilan sampel (Sugiyono, 2001 dalam
Masturoh dan Nauri, 2018). Teknik sampling dilakukan agar sampel yang
diambil dari populasinya representatif (mewakili), sehingga dapat diperoleh
informasi yang cukup untuk mengestimasi populasinya (Masturoh dan Nauri,
2018).
Teknik pengambilan sampel dibagi menjadi 2 jenis berdasarkan sama atau
tidaknya kesempatan seluruh anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota
sampel yaitu probability sampling dan non probability sampling (Masturoh
dan Nauri, 2018).
Gambar 1. Jenis Teknik Sampling
(Masturoh dan Nauri, 2018)
1. Teknik Probability Sampling
Teknik probability sampling adalah cara pengambilan sampel dengan
semua objek atau elemen dalam populasi memiliki kesempatan yang sama
untuk dipilih sebagai sampel. Hasil penelitian dijadikan untuk
mengestimasi populasi (melakukan generalisasi) (Masturoh dan Nauri,
2018).
A. Pengumpulan Data
Definisi data secara etimologis merupakan bentuk jamak dari datum
yang berasal dari bahasa latin dan berarti "sesuatu yang diberikan". Dalam
pengertian sehari-hari data dapat berarti fakta dari suatu objek yang diamati,
yang dapat berupa angka-angka maupun kata-kata. Sedangkan jika dipandang
dari sisi statistika, maka data merupakan fakta-fakta yang akan digunakan
sebagai bahan penarikan kesimpulan (Siswandari, 2009 dalam Aditya, 2013).
Data merupakan kumpulan fakta yang diperoleh dari suatu
pengukuran. Suatu pengambilan keputusan yang baik merupakan hasil dari
penarikan kesimpulan yang didasarkan pada data/fakta yang akurat. Untuk
mendapatkan data yang akurat diperlukan suatu alat ukur atau yang disebut
instrumen yang baik. Alat ukur atau instrumen yang baik adalah alat
ukur/instrumen yang valid dan reliabel (Amin, dkk., 2009 dalam Aditya,
2013). Secara umum tujuan pengumpulan data adalah membantu dalam setiap
pengambilan keputusan yang lebih baik dan membantu melihat kemajuan dari
kegiatan tertentu. Dalam proses pengumpulan data statistik, terdapat beberapa
prinsip yang harus diperhatikan dalam pengumpulan data statistik, antara lain
mengumpulkan data selengkap-lengkapnya. (tidak sebanyakbanyaknya),
mempertimbangkan ketepatan data (meliputi: waktu pengumpulan data, jenis
data, relevansi data dan kegunaan data) dan kebenaran data (data yang dapat
dipercaya kebenarannya baik sumbernya maupun data itu sendiri.
1. Syarat-syarat data
Selanjutnya, agar data dapat dianalisis dan ditafsirkan dengan Baik,
maka harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a. Obyektif
Data yang diperoleh dari lapangan/hasil pengukuran, harus
ditampilkan dan dilaporkan apa adanya.
b. Relevan
Dalam mengumpulkan dan menampilkan Data harus sesuai dengan
permasalahan yang sedang dihadapi atau diteliti.
c. Up to Date (Sesuai Perkembangan)
Data tidak boleh usang atau ketinggalan jaman, karena itu harus
selalu menyesuaikan perkembangan.
d. Representatif
Data harus diperoleh dari sumber yang tepat dan dapat
menggambarkan kondisi senyatanya atau mewakili suatu kelompok
tertentu atau populasi.
2. Jenis-jenis data
Menurut jenisnya, data secara umum dapat dibagi menjadi 2 macam,
yaitu :
a. Data kuantitatif
Yaitu data yang dinyatakan dalam bentuk angka-angka atau jumlah
dan dapat diukur besar kecilnya serta bersifat obyektif sehingga
dapat ditafsirkan sama oleh orang lain.
Contoh : harga buku rp. 45.000, ; berat badan ; tinggi badan ; suhu
tubuh, dsb.
b. Data kualitatif
Yaitu data yang berhubungan dengan kategorisasi atau karakteristik
dalam bentuk sifat (bukan angka) yang tidak dapat diukur besar
kecilnya.
Contoh : jenis kelamin, bahasa, pekerjaan, pengetahuan, sikap, dsb.
B. Cara Pengumpulan Data
Cara pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat
digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Data yang dikumpulkan
dalam penelitian akan digunakan untuk menguji hipotesis atau menjawab
pertanyaan atau masalah yang telah dirumuskan, dan yang pada akhirnya
akan dipergunakan sebagai dasar dalam pengambilan kesimpulan atau
keputusan. Oleh karena itu, data harus merupakan data yang baik dan benar.
Agar data yang dikumpulkan baik dan benar, maka instrumen atau alat bantu
pengumpulan datanya juga harus baik dan benar (Aditya, 2013).
1. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan untuk
mengumpulkan data penelitian. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa
wawancara (interview) adalah suatu kejadian atau suatu proses interaksi
antara pewawancara (interviewer) dan sumber informasi atau orang yang
di wawancarai (interviewee) melalui komunikasi langsung (yusuf, 2014).
Metode wawancara/interview juga merupakan proses memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab sambil
bertatap muka antara pewawancara dengan responden/ orang yang di
wawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide)
wawancara. Dalam wawancara tersebut biasa dilakukan secara individu
maupun dalam bentuk kelompok, sehingga di dapat data informatik yang
orientik.
Wawancara bertujuan mencatat opini, perasaan, emosi, dan hal lain
berkaitan dengan individu yang ada dalam organisasi. Dengan
melakukan interview, peneliti dapat memperoleh data yang lebih banyak
sehingga peneliti dapat memahami budaya melalui bahasa dan ekspresipi
hak yang diinterview; dan dapat melakukan klarifikasi atas hal‐ hal yang
tidak diketahui. Pertanyaan pertama yang perlu diperhatikan dalam
interview adalah Siapa yang harus diinterview ? Untuk memperoleh data
yang kredibel makain terview harus dilakukan dengan Know ledgeable
Respondent yang mampu menceritakan dengan akurat fenomena yang
diteliti. Isu yang kedua adalah Bagaimana membuat responden mau
bekerjasama? Untuk merangsang pihak lain mau meluangkan waktu
untuk diinterview, maka perilaku pewawancara dan responden harus
selaras sesuai dengan perilaku yang diterima secara sosial sehingga ada
kesan saling menghormati. Selain itu, interview harus dilakukan dalam
waktu dan tempat yang sesuai sehingga dapat menciptakan rasa senang,
santai dan bersahabat. Kemudian, peneliti harus berbuat jujur dan mampu
meyakinkan bahwa identitas responden tidak akan pernah diketahui
pihak lain kecuali peneliti dan responden itu sendiri. Data yang diperoleh
dari wawancara umumnya berbentuk pernyataan yang menggambarkan
pengalaman, pengetahuan, opini dan perasaan pribadi. Untuk
memperoleh data ini peneliti dapat menggunakan metode wawancara
standar yangt erskedul (Schedule Standardised Interview), interview
standart akterskedul (Non‐Schedule Standardised Interview) atau
interview informal (Non Standardised Interview). Ketiga pendekatan
tersebut dapat dilakukan dengan teknik sebagai berikut:
a. Sebelum wawancara dimulai, perkenalkan diri dengan sopan untuk
menciptakan hubungan baik
b. Tunjukkan bahwa responden memiliki kesan bahwa dia orang yang
“penting”
c. Peroleh data sebanyak mungkin
d. Jangan mengarahkan jawaban
e. Ulangi pertanyaan jika perlu
f. Klarifikasi jawaban
g. Catat interview (Chairi, 2009).
Teknis pelaksanaan wawancara dapat dilakukan secara sistematis atau
tidak sistematis. Yang dimaksud secara sistematis adalah wawancara
dilakukan dengan terlebih dahulu peneliti menyusun instrument pedoman
wawancara. Disebut tidak sistematis, maka peneliti meakukan
wawancara secara langsung tanpa terlebuh dahulu menyusun instrument
pedoman wawancara. Saat ini. dengan kemajuan teknologi informasi,
wawancara bisa saja dilakukan tanpa tatap muka, yakni melalui media
telekomunikasi. Pada hakikatnya wawancara merupakan kegiatan untuk
memperoleh informasi secara mendalam tentang sebuah isu atau tema
yang diangkat dalam penelitian. Atau merupakan proses pembuktian
terhadap informasi atau keterangan yang telah diperoleh lewat teknik
yang lain sebelumnya. Dalam wawancara harus direkam, wawancara
yang direkamakn memberikan nilai tambah. Karena, pembicaraan yang
di rekam akan menjadi bukti otentik bila terjadi salah penafsiran. Dan
setelah itu data yang direkam selanjutnya ditulis kembali dan diringkas.
Dan peneliti memberikan penafsiran atas data yang diperoleh lewat
wawancara.
Susunan wawancara itu dapat dimulai dengan sejarah kehidupan,
tentang gambaran umum situasi pertisipan. Pertanyaan yang diajukan
juga berupa hasil pengalaman. Dalam mengajukan pertanyaan, peneliti
harus memberikan penekanan kepada arti dari pengalaman tersebut.
Prinsip umum pertanyaan dalam wawancara adalah; harus singkat, open
ended, singular dan jelas. Peneliti harus menyadari istilah-istilah umum
yang dimengerti partisipan. Dan sebaiknya wawancara tidak lebih dari 90
menit. Bila dibutuhkan, peneliti dapat meminta waktu lain untuk
wawancara selanjutnya (Semiawan, 2010). Wawancara mendalam adalah
interaksi/pembicaraan yang terjadi antara satu orang pewawancara
dengan satu orang informan (Manzilati, 2017).
Pada hakikatnya wawancara merupakan kegiatan untuk memperoleh
informasi secara mendalam tentang sebuah isu atau tema yang diangkat
dalam penelitian. Atau, merupakan proses pembuktian terhadap
informasi atau keterangan yang telah diperoleh lewat teknik yang lain
sebelumnya. Karena merupakan proses pembuktian, maka bisa saja hasil
wawancara sesuai atau berbeda dengan informasi yang telah diperoleh
sebelumnya. Agar wawancara efektif, maka terdapat berapa tahapan yang
harus dilalui, yakni ;
a. mengenalkan diri
b. menjelaskan maksud kedatangan
c. menjelaskan materi wawancara
d. mengajukan pertanyaan (Yunus, 2010).
Selain itu, agar informan dapat menyampaikan informasi yang
komprehensif sebagaimana diharapkan peneliti, maka berdasarkan
pengalaman wawancara yang penulis lakukan terdapat beberapa kiat
sebagai berikut;
a. ciptakan suasana wawancara yang kondusif dan tidak tegang,
b. cari waktu dan tempat yang telah disepakati dengan informan,
c. mulai pertanyaan dari hal-hal sederhana hingga ke yang serius,
d. bersikap hormat dan ramah terhadap informan,
e. tidak menyangkal informasi yang diberikan informan,
f. tidak menanyakan hal-hal yang bersifat pribadi yang tidak ada
hubungannya dengan masalah/tema penelitian,
g. tidak bersifat menggurui terhadap informan,
h. tidak menanyakan hal-hal yang membuat informan tersinggung atau
marah,
i. sebaiknya dilakukan secara sendiri,
j. ucapkan terima kasih setelah wawancara selesai dan minta
disediakan waktu lagi jika ada informasi yang belum lengkap.
Setidaknya, terdapat dua jenis wawancara, yakni: wawancara
mendalam (in-depth interview), di mana peneliti menggali informasi
secara mendalam dengan cara terlibat langsung dengan kehidupan
informan dan bertanya jawab secara bebas tanpa pedoman pertanyaan
yang disiapkan sebelumnya sehingga suasananya hidup serta dilakukan
berkali-kali dan wawancara terarah (guided interview) di mana peneliti
menanyakan kepada informan hal-hal yang telah disiapkan sebelumnya.
Berbeda dengan wawancara mendalam, wawancara terarah memiliki
kelemahan, yakni suasana tidak hidup, karena peneliti terikat dengan
pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya. Sering terjadi pewawancara
atau peneliti lebih memperhatikan daftar pertanyaan yang diajukan
daripada bertatap muka dengan informan, sehingga suasana terasa kaku.
Dalam praktik sering juga terjadi jawaban informan tidak jelas atau
kurang memuaskan. Jika ini terjadi, maka peneliti bisa mengajukan
pertanyaan lagi secara lebih spesifik. Selain kurang jelas, ditemui pula
informan menjawab “tidak tahu”. Jika terjadi jawaban “tidak tahu”, maka
peneliti harus berhati-hati dan tidak lekas- lekas pindah ke pertanyaan
lain. Sebab, makna “tidak tahu” mengandung beberapa arti, yaitu:
a. informan memang tidak mengerti pertanyaan peneliti, sehingga
untuk menghindari jawaban “tidak mengerti", dia menjawab “tidak
tahu”.
b. informan sebenarnya sedang berpikir memberikan jawaban, tetapi
karena suasana tidak nyaman dia menjawab “tidak tahu”.
c. pertanyaannya bersifat personal yang mengganggu privasi informan,
sehingga jawaban “tidak tahu‟ dianggap lebih aman
d. informan memang betul-betul tidak tahu jawaban atas pertanyaan
yang diajukan. Karena itu, jawaban “tidak tahu" merupakan jawaban
sebagai data penelitian yang benar dan sungguh yang perlu
dipertimbangkan oleh peneliti
Adapun Dalam penelitian kualitatif dikenal berbagai model
wawancara yakni sebagai berikut:
a. Pertanyaan dalam wawancara mendalam pada umumnya
disampaikan secara spontanitas. Hubungan antara pewawancara dan
yang di wawancarai adalah hubungan yang dibangun dalam suasana
biasa, sehingga pembicaraan berlangsung sebagaimana percakapan
seharihari, yang tidak formal. Tujuan utama wawancara mendalam
adalah untuk dapat menyajikan kontruksi saat sekarang dalam suatu
konteks mengenai para pribadi, pristiwa, aktivitas, perasaan,
motivasi, tanggapan atau persepsi, tingkat dan bentuk keterlibatan
dan sebagaimnya.
b. Wawancara dengan petunjuk umum
Wawancara jenis ini, mengharuskan pewawancara menyusun
kerangka atau garis besar pokok pembicaraan dalam bentuk petunjuk
wawancara. Petunjuk umum berfungsi untuk menjaga agar pokok
pembicaraan yang direncanakan dapat tercakup secara keseluruhan
dan pembicaraan tidak keluar dari topic dan kerangka besar yang
direncanakan.
c. Wawancara baku terbuka
Wawancara terbuka merupakan wawancara menggunakan
seperangkat pertanyaan baku, yaitu pertanyaan dengan kata-kata,
urutan, dan cara penyajian yang sama untuk semua informan yang
yang diwawancarai. Wawancara jenis ini perlu digunakan jika
dipandang variasi pertanyaan akan menyulitkan peneliti karena
jumlah informan yang perlu di wawancarai cukup banyak.
d. Wawancara terstruktur
Dalam wawancara terstruksur, pewawancara menetapkan sendiri
masalah dan pertanyaanpertanyaan yang akan diajukan. Wawancara
jenis ini bertujuan untuk mencari jawaban hipotesis. Wawancara
terstruktur pada umumnya digunakan jika seluruh sampel penelitian
dipandang memiliki kesempatan yang sama untuk menjawab
pertanyaan yang diajukan. Keuntungan wawancara terstruktur ini
adalah tidak dilakukan pendalaman pertanyaan yang memungkinkan
adanya dusta bagi informan yang diwawancarai.
e. Wawancara tidak terstruktur
Hasil wawancara tidak terstruktur menekankan pada pengecualian,
penyimpangan, penafsiran yang tidak lazim, penafsiran kembali,
pendekatan baru, pandangan ahli, atau perspeksif tunggal. Perbedaan
wawancara ini dengan wawancara terstruktur adalah dalam hal
waktu bertanya dan memberikan respon yang lebih bebas. Dalam
wawancara tidak terstrukutur pertanyaan tidak disusun terlebih
dahulu, karena disesuaikan dengan keadaan dan cirri unik dari
narasumber atau informan. Dalam wawancara tidak terstruktur
peneliti perlu merencanakan segala sesuatu yang berkaitan dengan
wawancara meliputi hal-hal berikut:
1) Menemukan siapa informan yang akan diwawancarai.
2) Menghubungi/ mengadakan kontak dengan informan untuk
menginformasikan wawancara yang akan dilakukan.
3) Melakukan persiapan yang matang untuk melakukan wawancara.
f. Bentuk pertanyaan dalam wawancara Bentuk- bentuk pertanyaan
dalam wawancara pada umumnya dapat di bedakan menjadi enam
macam, yaitu:
1) Pertanyaan yang berkaitan dengan pengalaman atau perilaku.
2) Pertanyaan yang berkaitan dengan pendapat atau nilai.
3) Pertanyaan yang berkaitan dengan perasaan.
4) Pertanyaan tentang pengetahuan
5) Pertanyaan berkenaan dengan apa yang dilihat, didengar, diraba,
dirasa, dan dicium.
6) Pertanyaan yang berkaitan dengan latar belakang atau demografi.
g. Pedoman wawancara. Agar wawancara berjalan dengan efektif
sesuai rencana yang disusun, maka peneliti perlu menyusun
pedoman wawancara sebagai pemandu jalannya wawancara.
Manfaat dari pedoman wawancara, antara lain, yaitu :
1) Proses wawancara berjalan sesuai rencana
2) Dapat menjaring jawaban dari informan sesuai yang dikehendaki
peneliti
3) Memudahkan peneliti untuk mengelompokkan data yang di
perlukan yang di peroleh dari hasil wawancara.
4) Peneliti lebih berkonsentrasi dalam menyampaikan pertanyaan-
pertanyaan sesuai dengan focus kajian dalam penelitian.
5) Mengantisipasi adanya pertanyaan yang lupa/ terlewat di
sampaikan.
h. Kelebihan dan kekurangan wawancara Kelebihan teknik wawancara
dalam pengumpulan data penelitian adalah sebagai berikut :
1) Memperoleh respon yang tinggi dari informan, jika di bandingkan
dengan penggunaan kuesioner yang mungkin untuk tidak di
kembalikan kepada peneliti.
2) Dapat memperjelas maksud pertanyaan, kerena langsung
berhadapan dengan informan.
3) Dapat sekaligus melakukan observasi terhadap hal- hal yang di
butuhkan.
4) Bersifat fleksibel, dapat mengulang pertanyaan untuk
membuktikan jawaban.
5) Dapat menggali informasi yang bersifat non verbal.
6) Dapat menyampaikan pertanyaan secara spontanitas.
7) Dapat di pastikan untuk mendapatkan jawaban.
8) Dapat menyampaikan berbagai bentuk pertanyaan.
9) Mempermudah informan dalam memahami pertanyaan yang
kompleks.
Adapun kelemahan dari teknik wawancara dibandingkan dengan
teknik wawancara di bandingkan dengan teknik yang lain dalam
pengumpulan data penelitian antara lain adalah sebagai berikut :
1) Memerlukan banyak waktu dan biaya
2) Faktor subjektivitas peneliti dalam menangkap makna melalui
wawancara sangat tinggi.
3) Dalam kondisi tertentu, dapat membuat rasa tidak nyaman bagi
yang di wawancarai.
4) Tidak terdapat standarisasi model pertanyaan.
5) Sulit menemukan informan yang bersedia di wawancarai.
Untuk mendapatkan data hasil wawancara yang valid sehingga dapat
di gunakan sebagai dasar penarikan simpulan penelitian, maka
peneliti perlu melakukan triangulasi. Manfaat triangulasi ini adalah :
1) untuk memperbaiki ketidaksempurnaan instrument
2) meningkatkan kepercayaan hasil penelitian
3) mengembangkan pertanyaan- pertanyaan lanjutan untuk menggali
data dengan lebih mendalam (Nugrahani, 2014)
2. Metode Observasi (pengamatan)
Selain wawancara, observasi juga merupakan salah satu teknik dalam
pengumpulan data yang sangat lazim dalam metode penelitian kualitatif.
Observasi adalah bagian dalam pengumpulan data. Observasi berarti
mengumpulkan data langsung dari lapangan (Semiawan, 2010).
Sedangkan menurut Zainal Arifin dalam buku (Kristanto, 2018)
observasi adalah suatu proses yang didahului dengan pengamatan
kemudian pencatatan yang bersifat sistematis, logis, objektif, dan
rasional terhadap berbagai macam fenomena dalam situasi yang
sebenarnya, maupun situasi buatan.
Adapun salah satu teknik yang dapat digunakan untuk mengetahui
atau menyelidiki tingkah laku nonverbal yakni dengan menggunakan
teknik observasi. Metode observasi atau pengamatan adalah kegiatan
keseharian manusia dengan menggunakan panca indera mata dan dibantu
dengan panca indera lainya. Kunci keberhasilan observasi sebagai teknik
pengumpulan data sangat banyak ditentukan pengamat sendiri, sebab
pengamat melihat, mendengar, mencium, atau mendengarkan suatu onjek
penelitian dan kemudian ia menyimpulkan dari apa yang ia amati itu.
Pengamat adalah kunci keberhasilan dan ketepatan hasil penelitian
(yusuf, 2014).
Observasi untuk tujuan empiris mempunyai tujuan bermacam-macam.
Observasi juga memiliki fungsi bervariasi. Tujuan dari observasi berupa
deskripsi, melahirkan teori dan hipotesis (pada penelitian kualitatif), atau
menguji teori dan hipotesis (pada penelitian kuantitatif). Fungsi observasi
secara lebih rinci terdiri dari deskripsi, mengisi, dan memberikan data
yang dapat digeneralisasikan. Deskripsi, berarti observasi digunakan
untuk menjelaskan, memberikan, dan merinci gejala yang terjadi, seperti
seorang laboran menjelaskan prosedur kerja atom hidrogen, atau ahli
komunikasi menjelaskan secara rinci prosedur kerja di stasiun televisi.
Mengisi data, memiliki maksud bahwa observasi yang dilakukan
berfungsi melengkapi informasi ilmiah atas gejala sosial yang diteliti
melalui teknik-teknik penelitian. Memberikan data yang dapat
digeneralisasikan, maksudnya adalah setiap kegiatan penelitian, sehingga
mengakibatkan respon atau reaksi dari subjek amatan. Dari gejala-gejala
yang ada, peneliti dapat mengambil kesimpulan umum dari gejala-gejala
tersebut (Hasanah, 2017).
Observasi merupakan suatu penyelidikan yang dilakukan secara
sistematik dan sengaja diadakan dengan menggunakan alat indera
terutama mata terhadap kejadian yang berlangsung dan dapat di analisa
pada waktu kejadian itu terjadi. Dibandingkan dengan metode survei,
metode observasi lebih obyektif. Maksud utama observasi adalah
menggambarkan keadaan yang diobservasi. Kualitas penelitian
ditentukan oleh seberapa jauh dan mendalam peneliti mengerti tentang
situasi dan konteks dan menggambarkannya sealamiah mungkin
(Semiawan, 2010). Selain itu, observasi tidak harus dilakukan oleh
peneliti sendiri, sehingga peneliti dapat meminta bantuan kepada orang
lain untuk melaksanakan observasi (Kristanto, 2018).
Salah satu keuntungan dari pengamatan langsung/observasi ini adalah
bahwa sistem analisis dapat lebih mengenal lingkungsn fisik seperti tata
letak ruangan serta peralatan dan formulir yang digunakan serta sangat
membantu untuk melihat proses bisnis beserta kendalakedalanya. Selain
itu, perlu diketahui bahwa teknik observasi ini merupakan salah satu
teknik pengumpulan data yang cukup efektif untuk mempelajari suatu
sistem (Sutabri, 2012). Adapun beberapa bentuk observasi, yaitu:
a. Observasi partisipasi adalah (participant observation) adalah metode
pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data
penelitian melalui pengamatan dan penginderaan di mana peneliti
terlibat dalam keseharian informan.
b. Observasi tidak terstruktur ialah pengamatan yang dilakukan tanpa
menggunakan pedoman observasi, sehingga peneliti
mengembangkan pengamatannya berdasarkan perkembangan yang
terjadi di lapangan.
c. Observasi kelompok ialah pengamatan yang dilakukan oleh
sekelompok tim peneliti terhadap sebuah isu yang diangkat menjadi
objek penelitian.
3. Metode Dokumentasi
Selain melalui wawancara dan observasi, informasi juga bisa
diperoleh lewat fakta yang tersimpan dalam bentuk surat, catatan harian,
arsip foto, hasil rapat, cenderamata, jurnal kegiatan dan sebagainya. Data
berupa dokumen seperti ini bisa dipakai untuk menggali infromasi yang
terjadi di masa silam. Peneliti perlu memiliki kepekaan teoretik untuk
memaknai semua dokumen tersebut sehingga tidak sekadar barang yang
tidak bermakna.
Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang berarti barang tertulis,
metode dokumentasi berarti tata cara pengumpulan data dengan mencatat
data-data yang sudah ada. Metode dokumentasi adalah metode
pengumpulan data yang digunakan untuk menelusuri data historis.
Dokumen tentang orang atau sekelompok orang, peristiwa, atau kejadian
dalam situasi sosial yang sangat berguna dalam penelitian kualitatif
(yusuf, 2014).
Teknik atau studi dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui
peninggalan arsiparsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat,
teori, dalil-dalil atau hukum-hukum dan lain-lain berhubungan dengan
masalah penelitian. Dalam penelitian kualitatif taknik pengumpulan data
yang utama karena pembuktian hipotesisnya yang diajukan secara logis
dan rasional melalui pendapat, teori, atau hukum-hukum, baik
mendukung maupun menolak hipotesis tersebut. Dokumentasi sebagai
metode pengumpulan penelitian memiliki kelebihan dan kelemahan,
yaitu (Dimyati, 2013):
a. Kelebihan metode dokumentasi adalah efisien dari segi waktu,
efisien dari segi tenaga dan efisien dari segi biaya. Metode
dokumentasi menjadi efisien karena data yang kita butuhkan tinggal
mengutip atau memfotokopi saja dari dokumen yang ada.
b. Kelemahan metode dokumentasi adalah validitas data rendah, masih
bisa di ragukan dan reabilitas data rendah, masih bisa di ragukan
4. Angket (Questioner)
Angket memiliki fungsi serupa dengan wawancara, hanya berbeda
dalam implementasinya. Jika wawancara disampaikan oleh peneliti
kepada responden secara lisan, maka implementasi angket adalah
responden mengisi kuesioner yang disusun oleh peneliti. Hasil data
angket ini tidak berupa angkat, namun berupa deskripsi. Tidak ada teknik
pengumpulan data yang lebih efisien dibandingkan questioner (Sutabri,
2012). Adapun kelebihan dan kekurangan teknik questioner adalah
sebagai berikut:
a. Kelebihan teknik questioner
Teknik ini mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan
teknik pengumpulan data lainnya, yaitu sebagai berikut:
1) Daftar pertanyaan untuk sumber data bisa dalam jumlah banyak
dan tersebar.
2) Responden tidak merasa terganggu karena dapat mengisi daftar
pertanyaan tersebut dengan memilih waktu sendiri di mana ia
ulang.
3) Daftar pertanyaan secara relatif lebih efisien untuk sumber data
yang banyak.
4) Karena daftar pertanyaan biasanya tidak mencantumkan
identitas responden maka hasilnya dapat lebih objektif.
b. Kelemahan teknik questioner
Disamping mempunyai beberapa kelebihan, teknik ini juga memiliki
beberapa kelemahan, yaitu sebagai berikut:
1) Tidak ada jaminan bahwa daftar pertanyaan itu akan dijawab
dengan sepenuh hati.
2) Daftar pertanyaan cenderung tidak fleksibel. Pertanyaan yang
harus dijawab terbatas karena responden cukup menjawab
pertanyaan yang dicantumkan di dalam daftar sehingga
pertanyaan tersebut tidak dapat dikembangkan lagi sesuai
dengan situasi.
3) Pengumpulan data tidak dapat dilakukan secara bersama-sama
dan daftar pertanyaan yang lengkap sulit untuk dibuat.
4) Isu Metodologis
5. Focus Group Discussion
Metode terakhir untuk mengumpulkan data ialah lewat Diskusi
terpusat (Focus Group Discussion), yaitu upaya menemukan makna
sebuah isu oleh sekelompok orang lewat diskusi untuk menghindari diri
pemaknaan yang salah oleh seorang peneliti. Misalnya, sekelompok
peneliti mendiskusikan hasil UN 2011 di mana nilai rata-rata siswa pada
matapelajaran bahasa Indonesia rendah. Untuk menghindari pemaknaan
secara subjektif oleh seorang peneliti, maka dibentuk kelompok diskusi
terdiri atas beberapa orang peneliti. Dengan beberapa orang mengkaji
sebuah isu diharapkan akan diperoleh hasil pemaknaan yang lebih
objektif. Metode FGD banyak digunakan oleh para peneliti untuk
mengeksplorasi suatu rentang fenomena pengalaman hidup sepanjang
siklus hidup manusia melalui interaksi sosial dirinya dalam kelompoknya
(Brajtman 2005, Oluwatosin 2005, van Teijlingen & Pitchforth 2006).
Pendefinisian metode FGD berhubungan erat dengan alasan atau
justifikasi utama penggunaan FGD itu sendiri sebagai metode
pengumpulan data dari suatu penelitian. Justifikasi utama penggunaan
FGD adalah memperoleh data/informasi yang kaya akan berbagai
pengalaman sosial dari interaksi para individu yang berada dalam suatu
kelompok diskusi. Definisi awal tentang metode FGD menurut Kitzinger
dan Barbour (1999) adalah melakukan eksplorasi suatu isu/fenomena
khusus dari diskusi suatu kelompok individu yang berfokus pada
aktivitas bersama diantara para individu yang terlibat didalamnya untuk
menghasilkan suatu kesepakatan bersama. Aktivitas para individu/
partisipan yang terlibat dalam kelompok diskusi tersebut antara lain
saling berbicara dan berinteraksi dalam memberikan pertanyaan, dan
memberikan komentar satu dengan lainnya tentang pengalaman atau
pendapat diantara mereka terhadap suatu permasalahan/isu sosial untuk
didefinisikan atau diselesaikan dalam kelompok diskusi tersebut.
Tujuan utama metode FGD adalah untuk memperoleh interaksi data
yang dihasilkan dari suatu diskusi sekelompok partisipan/responden
dalam hal meningkatkan kedalaman informasi menyingkap berbagai
aspek suatu fenomena kehidupan, sehingga fenomena tersebut dapat
didefinisikan dan diberi penjelasan. Data dari hasil interaksi dalam
diskusi kelompok tersebut dapat memfokuskan atau memberi penekanan
pada kesamaan dan perbedaan pengalaman dan memberikan
informasi/data yang padat tentang suatu perspektif yang dihasilkan dari
hasil diskusi kelompok tersebut.
Metode FGD merupakan salah satu metode pengumpulan data
penelitian dengan hasil akhir memberikan data yang berasal dari hasil
interaksi sejumlah partisipan suatu penelitian, seperti umumnya metode-
metode pengumpulan data lainnya. Berbeda dengan metode pengumpul
data lainnya, metode FGD memiliki sejumlah karakteristik, diantaranya,
merupakan metode pengumpul data untuk jenis penelitian kualitatif dan
data yang dihasilkan berasal dari eksplorasi interaksi sosial yang terjadi
ketika proses diskusi yang dilakukan para informan yang terlibat
(Lehoux, Poland, & Daudelin, 2006).
Karakteristik pelaksanaan kegiatan FGD dilakukan secara obyektif
dan bersifat eksternal. FGD membutuhkan fasilitator/moderator terlatih
dan terandalkan untuk memfasilitasi diskusi agar interaksi yang terjadi
diantara partisipan terfokus pada penyelesaian masalah. Carey (1994)
menjelaskan karakteristik pelaksanaan metode FGD yaitu menggunakan
wawancara semi struktur kepada suatu kelompok individu dengan
seorang moderator yang memimpin diskusi dengan tatanan informal dan
bertujuan mengumpulkan data atau informasi tentang topik isu tertentu.
Metode FGD memiliki karakteristik jumlah individu yang cukup
bervariasi untuk satu kelompok diskusi. Satu kelompok diskusi dapat
terdiri dari 4 sampai 8 individu . Karakteristik permasalahan/isu yang
dapatdiperoleh datanya melalui metode FGD adalah isu/ masalah untuk
memperoleh pemahaman tentang berbagai cara yang membentuk
perilaku dan sikap sekelompok individu atau untuk mengetahui persepsi,
wawasan, dan penjelasan tentang isu sosial yang tidak bersifat personal,
umum, dan tidak mengancam kehidupan pribadi seseorang (Lehoux,
Poland, & Daudelin, 2006).
Dengan demikian, tidak semua permasalahan/isu dapat dikumpulkan
datanya melalui metode FGD. Data yang dikumpulkan melalui metode
FGD pada umumnya berhubungan dengan berbagai peristiwa atau isu-isu
sosial di masyarakat yang dapat memunculkan stigma buruk bagi
individu atau kelompok tertentu. Informasi yang diperlukan dari individu
atau kelompok tersebut tidak memungkinkan diperoleh dengan metode
pengumpulan data lainnya. Namun, metode FGD kurang tepat untuk
memperoleh topik/data yang bersifat sangat personal seperti isu-isu
sensitive kehidupan pribadi, status kesehatan, kehidupan seksual,
masalah keuangan, dan agama yang bersifat personal (Kitzinger, 1996;
Lehoux, Poland, & Daudelin, 2006)
Berbagai penelitian kualitatif banyak menggunakan metode FGD
sebagai alat pengumpulan data. Sebagai salah satu metode pengumpulan
data, metode FGD memiliki berbagai kekuatan dan keterbatasan dalam
penyediaan data/ informasi. Sebagai contoh, metode FGD memberikan
lebih banyak data dibanding dengan menggunakan metode lainnya
(Lehoux, Poland, & Daudelin, 2006). Kekuatan utama metode FGD
adalah kemampuan menggunakan interaksi antar partisipan untuk
memperoleh kedalaman dan kekayaan data yang lebih padat yang tidak
diperoleh dari hasil wawancara mendalam. Carey (1994) menjelaskan
bahwa informasi atau data yang diperoleh melalui FGD lebih kaya atau
lebih informatif dibanding dengan data yang diperoleh dengan metode-
metode pengumpulan data lainnya. Hal ini dimungkinkan karena
partisipasi individu dalam memberikan data dapat meningkat jika mereka
berada dalam suatu kelompok diskusi. Namun, metode ini tidak terlepas
dari berbagai tantangan dan kesulitan dalam pelaksanaannya.
Pelaksanaan yang optimal dari metode FGD masih seringkali menjadi
bahan perdebatan para ahli penelitian dan consensus untuk menyepakati
metode FGD sebagai metodologi yang ideal dalam penelitian kualitatif
masih belum dicapai (McLafferty, 2004). Metode FGD berdasarkan segi
kepraktisan dan biaya merupakan metode pengumpulan data yang hemat
biaya/tidak mahal, fleksibel, praktis, elaborasif serta dapat
mengumpulkan data yang lebih banyak dari responden dalam waktu yang
singkat (Streubert & Carpenter, 2003). Selain itu, metode FGD
memfasilitasi kebebasan berpendapat para individu yang terlibat dan
memungkinkan para peneliti meningkatkan jumlah sampel penelitian
mereka. Dari segi validitas, metode FGD merupakan metode yang
memiliki tingkat high face validity dan secara umum berorientasi pada
prosedur penelitian (Lehoux, Poland, & Daudelin, 2006).
Metode FGD juga memiliki beberapa keterbatasan sebagai alat
pengumpulan data. Dari segi analisis, data yang diperoleh melalui FGD
memiliki tingkat kesulitan yang tinggi untuk dianalisis dan banyak
membutuhkan waktu. Selain itu, kelompok diskusi yang bervariasi dapat
menambah kesulitan ketika dilakukan analisis dari data yang sudah
terkumpul. Pengaruh seorang moderator atau pewawancara juga sangat
menentukan hasil akhir pengumpulan data (Leung et al., 2005).
Selanjutnya, dari segi pelaksanaan, metode FGD membutuhkan
lingkungan yang kondusif untuk keberlangsungan interaksi yang optimal
dari para peserta diskusi (Lambert & Loiselle, 2008). Keterbatasan
lainnya dari penggunaan metode FGD dapat terjadi pada umumnya
karena peneliti seringkali kurang dapat mengontrol jalannya diskusi
dengan tepat.
Aktivitas para individu dalam bertanya dan mengemukakan pendapat
cukup bervariasi, terutama jika terdapat individu yang mendominasi
diskusi kelompok tersebut sehingga dapat mempengaruhi pendapat
individu yang lain dalam kelompok. Disinilah pentingnya peran peneliti
sebagai fasilitator yang terlatih dan terandalkan dalam kelompok untuk
mencegah terjadinya hal tersebut di atas (Steubert & Carpenter, 2003).
Selain itu, Lambert dan Loiselle (2008) menyatakan bahwa penggunaan
metode FGD membutuhkan kombinasi dengan alat pengumpulan data
lainnya untuk meningkatkan kekayaan data dan menjadikan data yang
dihasilkan menjadi lebih bernilai dan lebih informatif untuk menjawab
permasalahan suatu penelitian (Afiyanti, 2008).
C. Instrumen
Instrumen atau alat pengumpul data adalah alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data dalam suatu penelitian. Instrumen Penelitian adalah
segala peralatan yang digunakan untuk memperoleh, mengelola, dan
mengiterpretasikan informasi dari para responden yang dilakukan dengan
pola pengukuran yang sama. Instrumen penelitian dirancang untuk satu tujuan
dan tidak bisa digunakan pada penelitian yang lain. Kekhasan setiap objek
penelitian menyebabkan seorang peneliti harus merancang sendiri instrumen
yang digunakan. Susunan instrument untuk setiap penelitian tidak selalu sama
dengan peneliti lain. Hal ini mengingat tujuan dan mekanisme kerja dalam
setiap teknik penelitian juga berbeda-beda. Data yang terkumpul dengan
menggunakan instrumen tertentu akan dideskripsikan dan dilampirkan atau
digunakan untuk menguji hipotesis yang diajukan dalam suatu penelitian
(Aditya, 2013).
Untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian, kita dapat
menggunakan instrumen yang telah tersedia dan dapat pula menggunkan
instrumen yang dibuat sendiri. Instrumen yang telah tersedia pada umumnya
adalah instrument yang sudah dianggap baku untuk mengumpulkan data
variabel-variabel tertentu. Dengan demikian, jika instrumen baku telah
tersedia untuk mengumpulkan data variabel penelitian maka kita dapat
langsung menggunakan instrumen tersebut, dengan catatan bahwa teori yang
dijadikan landasan penyusunan instrumen tersebut sesuai dengan teori yang
diacu dalam penelitian kita. Selain itu, konstruk variabel yang diukur oleh
instrumen tersebut juga sama dengan konstruk variabel yang hendak kita ukur
dalam penelitian kita. Akan tetapi, jika instrumen yang baku belum tersedia
untuk mengumpulkan data variabel tersebut harus dibuat sendiri oleh peneliti.
Kegunaan instrumen penelitian adalah sebagai alat pencatat informasi yang
disampaikan oleh responden, sebagai alat untuk mengorganisasi proses
wawancara dan sebagai alat evakuasi performa pekerjaan staf peneliti
(Aditya, 2013).
1. Prinsip-prinsip pemilihan instrumen penelitian
a. Prinsip utama pemilihan instrumen adalah memahami sepenuhnya
tujuan penelitian, sehingga peneliti dapat memilih instrumen yang
dirahapkan dapat mengantar ke tujuan penelitian.
b. Tujuan penelitian menentukan instrumen apa yang akan digunakan.
c. Kadang terjadi bahwa tujuan penelitian justru ditentukan oleh
instrument yang tersedia, atau digunakan instrumen yang sudah
popular, walaupun sebenarnya tidak cocok dengan tujuan
penelitiannya.
d. Suatu pendapat yang tidak selalu benar bahwa “instrumen yang
canggih adalah yang terbaik”.
e. Pedoman umum yang dapat digunakan dalam pemilihan instrumen,
khususnya bagi peneliti pemula adalah:
1) Pakailah instrumen seperti yang telah digunakan oleh peneliti
terdahulu.
2) Buatlah daftar instrumen yang tersedia, kemudian kategorikan
tiap instrumen sesuai dengan input yang diperlukan dan output
yang dihasilkan, baru dipilih yang paling sesuai (Aditya, 2013).
2. Syarat-syarat instrumen penelitian
Menurut Aditya (2013), ada beberapa kriteria penampilan instrumen
yang baik, baik yang digunakan untuk mengontrol ataupun untuk
mengukur variabel, yaitu:
a. Akurasi (accuracy)
1) Akurasi dari suatu instrument pada hakekatnya berkaitan erat
dengan validitas (kesahihan) instrumen tersebut.
2) Apakah instrumen benar-benar dapat mengukur apa yang
hendak diukur.
3) Apakah masukan yang diukur (measured) hanya terdiri dari
masukan yang hendak diukur saja ataukah kemasukan unsur-
unsur lain.
4) Pengontrolan yang ketat terhadap kemurnian masukan ini adalah
sangat penting agar pengaruh luar dapat dieliminasi.
5) Kegagalan pengontrolan ini akan menyebabkan menurunnya
akurasi output atau validitas hasil pengukuran.
6) Validitas tentang apa yang hendak diukur disebut validitas
kualitatif.
7) Instrument dapat mengukur dengan cermat dalam batas yang
hendak diukur, maka validitas yang diperoleh adalah validitas
kuantitatif.
b. Persisi (precision)
1) Persisi instrumen berkaitan erat dengan keterandalan
(reliability), yaitu kemampuan memberikan kesesuaian hasil
pada pengulangan pengukuran.
2) Instrumen mempunyai presisi yang baik jika dapat menjamin
bahwa inputnya sama memberikan output yang selalu sama baik
kapan saja, di mana saja, oleh dan kepada siapa saja instrumen
ini digunakan memberikan hasil konsisten (ajeg).
3) Instrumen dengan presisi yang baik belum tentu akurasinya baik
dan sebaliknya.
4) Instrumen yang baik tentu akusari dan presisinya baik.
c. Kepekaan (sensitivity)
1) Penelitian yang ingin mengetahui adanya perubahan harga
variabel tertentu membutuhkan instrumen yang dapat
mendeteksi besarnya perubahan tersebut.
2) Makin kecil perubahan yang terjadi harus makin peka instrumen
yang digunakan.
3) Sebagai ilustrasi: Stopwatch dengan presisi 0,1 detik tidak
dapat untuk mengukur
a) kecepatan gerak refleks. Penggaris dengan presisi 1,1 mm
tidak dapat mendeteksi
b) perubahan panjang ikatan dalam perubahan stuktur molekul.
4) Dalam contoh tersebut kepekaan instrumen tidak memadahi.
5) Kepekaan berkaitan erat dengan validitas kuantitatif
3. Klasifikasi instrument
a. Klasifikasi berdasarkan katagori instrumen
Berdasarkan kategorinya, instrumen penelitian terdiri dari dua
kategori alat atau instrumen (seterusnya disebut instrumen) yang
digunakan dalam penelitian, yaitu:
1) Instrumen yang digunakan untuk memperoleh informasi atau
data tentang keadaan objek atau proses yang diteliti.
2) Instrumen yang digunakan untuk mengontrol objek atau proses
penelitian.
Dengan adanya dua jenis instrumen tersebut, maka kondisi
objek atau proses penelitian diukur dalam kondisi yang spesifik
dan dapat diulangi lagi (reproducible).
b. Berdasarkan wujudnya, instrumen penelitian dibedakan atas dua
bentuk, yaitu:
1) Perangkat keras (hardware)
Dalam penelitian instrumen penelitian dibedakan atas
perangkat keras misalnya: spektofometer, stetoskop,
thermometer, dsb.
2) Perangkat lunak (software)
a) Perangkat lunak digunakan untuk memperoleh informasi
atau respon dari subyek baik langsung maupun tidak
langsung. Dengan perangkat lunak akan dapat dilakukan
pengukuran tentang:
Informasi lansung dari objek.
Mengevaluasi objek atau tindakan objek oleh
pengamat.
Mengukur langsung kemampuan dan pengetahuan
objek.
Mengukur secara tidak langsung tentang kepercayaan,
sikap atau perilaku objek
b) Adapun yang termasuk dalam kategori perangkat lunak
misalnya : kuesioner, ceklist, rating scale, ujian tertulis,
wawancara dan lain-lainnya (Aditya, 2013).
4. Prinsip pengukuran dengan instrument
Menurut Aditya (2013), dalam penelitian diperlukan pengumpulan
data dari variabel penelitiannya memulai proses pengukuran. Pengukuran
suatu variabel pada dasarnya adalah penerapan suatu fungsi matematik
yang korespondensi. Dalam proses pengukuran diperlukan tiga unsur,
yaitu : himpunan objek yang diukur, himpunan angka dalam instrumen,
dan pemetaan sebagai kriteria hasil pengukuran. Sebagai contoh : akan
dilakukan pengukuran pendapat sekelompok responden terhadap
penampilan produk X.
a. Himpunan responden yang akan diukur pendapatnya adalah: si A, B,
C, D dan seterusnya.
b. Himpunan angka dalam instrumen: 1, 2 dan 3.
c. Pemetaannya adalah:
1) Jika responden mengatakan baik, penampilan produk diberi angka
skor 3
2) Jika responden menyatakan cukup baik diberi angka skor 2
3) Jika responden menyatakan buruk diberi angka skor 1.
5. Jenis instrumen penelitian
Dalam Aditya (2013), ada beberapa jenis instrumen dalam suatu
penelitian adalah sebagai berikut :
a. Tes
Tes adalah sederetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang
digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengukuran, inteligensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.
Merupakan prosedur sistematik yang dibuat dalam bentuk tugas-
tugas yang distandardisasikan dan diberikan kepada individu atau
kelompok untuk dikerjakan, dijawab, atau direspons, baik dalam
bentuk tertulis, lisan maupun perbuatan. Secara khusus untuk
keperluan pengukuran dan penyesuaian dengan jenis instrumen,
maka variabel-variabel yangakan diukur atau diteliti dibedakan atas
dua kelompok yaitu variabel konseptual dan variabel faktual.
Variabel konseptual dapat dibedakan lagi atas dua macam, yaitu
variabel yang sifatnya konstruk seperti sikap, motivasi, kreativitas,
gaya kepemimpinan, konsep diri, kecemasan, dan lain-lain; serta
variabel yang sifatnya konten atau bersifat pengetahuan, yaitu
berupa penguasaan responden terhadap seperangkat konten atau
pengetahuan yang semestinya dikuasai atau diujikan dalam suatu tes
atau ujian.
b. Angket atau kuesioner
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan
memeperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang
pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. Merupakan alat pengumpul
data berbentuk pertanyaan yang akan diisi atau dijawab oleh
responden. Beberapa alasan digunakannya kuesioner adalah:
1) kuesioner terutama dipakai untuk mengukur variabel yang
bersifat faktual,
2) untuk memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan
penelitian,
3) untuk memperoleh informasi dengan validitas dan reliabilitas
setinggi mungkin.
Menurut Aditya (2013), daftar kuesioner adalah serangkaian
pertanyaan yang diajukan kepada responden mengenai objek yang
sedang diteliti, baik berupa pendapat, tanggapan ataupun dirinya
sendiri. Sebagai suatu instrumen penelitian, maka pertanyaan-
pertanyaan tersebut tidak boleh menyimpang dari arah yang akan
dicapai oleh usulan proyek penelitian, yang tercermin dalam
rumusan hipotesis. Dengan demikian daftar perntanyaan yang harus
diajukan dengan taktis dan strategik sehingga mampu menyaring
informasi yang dibutuhkan oleh responden.
Pertanyaan yang diajukan oleh responden harus jelas rumusannya,
sehingga peneliti akan menerima informasi dengan tepat dari
responden. Sebab responden dan pewawancara dapat
menginterpretasi makna suatu kalimat yang berbeda dengan maksud
peneliti, sehingga isi pertanyaan justru tidak dapat dijawab. Di
samping itu harus pula diperhatikan ke mana arah yang dicapai,
mengingat tanpa arah yang jelas tidak mungkin dapat disusun suatu
daftar pertanyaan yang memadai. Dalam menyususn daftar
pertanyaan, seorang peneliti hendaknya mempertimbangkan hal-hal
berikut (Aditya, 2013):
1) Apakah Anda menggunakan tipe pertanyaan terbuka atau
tertutup atau gabungan keduanya.
2) Dalam mengajukan pertanyaan hendaknya jangan langsung pada
masalah inti/pokok dalam penelitian Anda. Buatlah pertanyaan
yang setahap demi setahap, sehingga mampu mengorek
informasi yang dibutuhkan.
3) Pertanyaan hendaknya disusun dengan menggunakan bahasa
Nasional atau setempat agar mudah dipahami oleh responden.
4) Apabila menggunakan pertanyaan tertutup, hendaknya setiap
pertanyaan maupun jawaban diidentifikasi dan diberi kode guna
memudahkan dalam pengolahan informasi
5) Dalam membuat daftar pertanyaan, hendaknya diingat bahwa
Anda bukanlah seorang introgator, tetapi pihak yang
membutuhkan informasi dari pihak lain.
Untuk itu, dalam menyusun suatu rancangan daftar pertanyaan
sebetulnya merupakan kerja kolektif seluruh anggota team peneliti.
Keterlibatan semua anggota team peneliti akan memberikan
konstribusi penyempurnaan kontruksi instrumen penelitian. Berikut
adalah langkah-langkah dalam menyusun daftar pertanyaan (Aditya,
2013):
1) Penentuan informasi yang dibutuhkan
2) Penentuan proses pengumpulan data
3) Penyusunan instrumen penelitian
4) Pengujian instrumen penelitian.
5) Interviu (interview)
Interviu atau wawancara merupakan pertemuan antara dua orang
untuk bertukar informasi dan ide melalui Tanya jawab sehingga
dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Interviu
digunakan oleh peneliti untuk menilai keadaan sesorang, misalnya
untuk mencari data tentang variabel latar belakang murid, orang tua,
pendidikan, perhatian, sikap terhadap sesuatu.
c. Observasi
Di dalam artian penelitian, observasi adalah mengadakan
pengamatan secara langsung, observasi dapat dilakukan dengan tes,
kuesioner, ragam gambar, dan rekam suara. Pedoman observasi
berisi sebuah daftar jenis kegiatan yang mungkin timbul dan akan
diamati.
d. Skala bertingkat (ratings)
Rating atau skala bertingkat adalah suatu ukuran subyektif yang
dibuat bersekala. Walaupun skala bertingkat ini menghasilkan data
yang kasar, tetapi cukup memberikan informasi tertentu tentang
program atau orang. Instrumen ini dapat dengan mudah memberikan
gambaran penampilan, terutama penampilan di dalam orang
menjalankan tugas, yang menunjukkan frekuensi munculnya sifat-
sifat. Sehingga skala bertingkat merupakan alat pengumpul data
untuk memperoleh gambaran kuantitatif aspek-aspek tertentu dari
suatu barang, atau sifatsifat seseorang dalam bentuk skala yang
sifatnya ordinal, misalnya sangat baik, baik, sedang, tidak baik, dan
sangat tidak baik; atau sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju,
sangat tidak setuju; atau sangat sering, sering, kadang-kadang,
jarang, dan tidak pernah. Skala dapat berbentuk skala sikap yang
biasanya ditujukan untuk mengkur variabel yang bersifat internal
psikologis dan diisi oleh responden yang bersangkutan. Selain itu,
skala dapat pula berbentuk skala penilaian yakni apabila skala
tersebut ditujukan untuk mengukur variabel yang indikator-
indikatornya dapat diamati oleh orang lain, sehingga skala penilaian
bukan biberikan kepada unit analisis penelitian (yang bersangkutan)
tetapi diberikan atau diisi oleh orang lain yang mempunyai
pengetahuan atau pengalaman yang cukup memadai tentang keadaan
subyek yang menjadi unit analisis dalam kaitannya dengan variabel
yang akan diukur. Di dalam menyusun skala, yang perlu
diperhatikan adalah bagaimana menentukan variabel skala. Apa yang
ditanyakan harus apa yang diamati responden.
e. Dokumentasi
Dokumentasi, dari asal kata dokumen, yang artinya barang-barang
tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, penelitian
menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah,
dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, dan sebagainya.
Mata Kuliah : Metodologi Penelitian
Hari/ Tanggal : Selasa/ 12 Oktober 2021
Pertemuan : 10
Materi : Pengolahan, Ananlisis, dan Penyajian Data
Dosen : Dr. Wijayantono, SKM, M.Kes
Basuki Ario Seno, SKM, M.Kes
Edi Nur, SKM, M.Kes
Muchsin Riviwanto, SKM, M.Si
A. Pengolahan Data
Dalam menggunakan alat analisis seringkali ditentukan berdasarkan
jenis data yang dikelompokan menjadi dua kelompok yaitu data katagorik dan
data numerik.
Variabel numerik dibagi dua macam: Diskrit dan Kontinyu. Diskrit
merupakan variabel hasil dari perhitungan.Misalnya jumlah anak, jumlah
pasien tiap ruang, Kontinu merupakan variabel hasil dari pengukuran.Misal
tekanan darah, Kadar Hb dl.Variabel katagorik pada umumnya berisi Variabel
yang bersekala nominal dan ordinal, sedangkan variabel numeric berisi
variabel yang bersekala interval dan rasio.
Dalam statistik seringkali data numerik dirubah kedalam data katagorik
dengan caradilakukan pengelompokan/pengklasifikasian. Misalnya variabel
berat badan data nilainya merupakan data numerik, namun bila
dikelompokkan menjadi kurus (< 50 kg), sedang (50 – 60 kg) dan gemuk
(diatas 60 kg) maka jenis variabelnya sudah berubah menjadi katagorik.
Pada umumnya analisis data bertujuan untuk:
a. Memperoleh gambaran/deskriptipsi masing-masing variabel
b. Membandingkan dan menguji teori atau konsep dengan formasi yang
ditemukan
c. Menemukan adanya konsep baru dari data yang dikumpulkan.
d. Mencari penjelasan apakah konsep baru yang diuji berlaku umum atau
hanyaberlaku pada kondisi tertentu.
Jika akan menganalisis suatu penelitian sangat tergantung dari: jenis
penelitian, jenis sampel, jenis data/variabel dan asumsi kenormalan distribusi
data.
1. Jenis Penelitian.
Jika saudara ingin mengetahui bagaimana pada umumnya (secara
rata-rata) pendapat masyarakat akan suatu hal tertentu, maka pengumpulan
data dilakukan dengan survei. Dari kasus ini maka dapat dilakukan analisis
data dengan pendekatan kuantitatif.Namun bila saudara menginginkan
untuk mendapatkan pendapat/gambaran yang mendalam tentangsuatu
fenomena, maka data dapat dikumpulkan dengan fokus grup diskusi atau
observasi, maka analisisnya menggunakan pendekatan analisis kualitatif.
2. Jenis sampel.
Analisis sangat tergantung pada jenis sampel yang dibandingkan,
apakah kedua sampel independen atau dependen. Misalnya pada penelitian
survei yang tidak menggunakan sampel yang sama, dapat digunakan uji
statistik yang mengasumsikan sampel yang independen.
Misalnya suatu survei ingin mengetahui apakah ada perbedaan berat
badan bayi antara bayibayi yang dilahirkan dari Ibu yang perokok dengan
ibu yang tidak merokok.Disini berarti kelompok ibu perokok dan ibu tidak
merokok bersifat independen. Sedangkan untuk penelitian eksperimen
yang sifatnya pre dan post (sebelum dan sesudah adanya perlakuan
tertentu dilakukan pengukuran) maka uji yang digunakan adalah uji
statistik untuk data dependen. Misalnya, suatu penelitian ingin mengetahui
pengaruh pelatihan manajemen terhadap kinerja petugas kesehatan.
Pertanya penelitiannya “ apakah ada perbedaan kinerja petugas kesehatan
antara sebelum dengan sesudah mendapatkan pelatihan manajemen”.
Dalam penelitian ini sampel kelompok petugas kesehatan bersifat
dependen, karena pada kelompok (orang) yang sama diukur dua kali yaitu
pada saat sebelum pelatihan (pre tes) dan sesudah dilakukan pelatihan
(post tes).
3. Jenis data
Data dengan jenis katagorik berbeda cara analisisnya dengan data
numerik. Beberapa pengukuran/uji statistik hanya cocok untuk jenis data
tertentu. Sebagai contoh , nilai proporsi/presentase (pada analisis
univariat) biasanya cocok untuk menjelaskan data berjenis katagorik,
sedangkan untuk data jenis numeric biasanya dapat menggunakan nilai
rata-rata untuk menjelaskan karakteristiknya. Untuk analisis hubungan dua
variabel (analisis Bivariat), uji Kai Kuadrat (Chi Square Test) hanya dapat
dipakai untuk mengetahui hubungan data katagori dengan data
katagori.Sebaliknya untuk mengetahui hubungan numerik dengan numerik
digunakan uji korelasi/regresi.
4. Asumsi Kenormalan.
Jenis analisis yang akan dilakukan sangat tergantung dari bentuk
distribusi datanya. Bila distribusi datanya tidak normal, maka sebaiknya
digunakan prosedur uji statistik non parametric.Sedangkan bila asumsi
kenormalan dapat dipenuhi maka dapat digunakan analisis menggunkan
uji statistik parametrik.
Agar analisis penelitian menghasilkan informasi yang benar, paling tidak
ada empat tahapan dalam pengolahan data yang harus dilalui, yaitu:
1. Editing
Merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isian formulir
atau kuesioner apakah jawaban yang ada di kuesioner sudah:
a. Lengkap: semua pertanyaan sudah terisi jawabannya
b. Jelas: jawaban pertanyaan apakah tulisannya cukup jelas terbaca
c. Relevan: jawaban yang tertulis apakah relevan dengan pertanyaaanya.
d. Konsisten: Apakah antara beberapa pertanyaan yang terkait isi
jawabannya konsisten, misalnya anatara pertanyaan usia dengan
pertanyaan jumlah anak. Bila dipertanyaan usia berisi 15 tahun dan di
pertanyaan jumlah anak terisi 10, ini berarti tidak konsisten.
Dalam melakukan editing data langkah yang dilakukan adalah
menata dan menyusun semua lembar jawaban skala yang terkumpul
berdasarkan nomor urut skala yang telah ditentukan.Kemudian memeriksa
kembali hasil jawaban responden/judges satu-persatu dengan maksud
untuk memastikan bahwa jawaban atau pertimbangan yang diberikan
sesuai dengan perintah dan petunjuk pelaksanaan.Jawaban skala yang
telah memenuhi persyaratan dipersiapkan untuk dilakukan pemprosesan
data pada langkah berikutnya sementara data yang tidak memenuhi
persyaratan dimusnahkan untuk kerahasiaan.
2. Koding
Koding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi
data berbentuk angka/bilangan. Misalnya untuk variabel pendidikan
dilakukan koding 1=SD, 2=SMP, 3=SMU dan 4=PT. Jenis kelamin:
1=laki-laki dan 2=perempuan dan sebagainya. Kegunaan dari koding
adalah untuk mempermudah pada saat analisis data dan juga mempercepat
saat entry data.
3. Prosesing
Setelah semua isian kuesioner terisi penuh dan benar , dan juga
sudah melewati pengkodingan, maka langkah selanjutnya adalah
memproses data agar dapat dianalisis. Pemrosesan data dilakukan dengan
cara mengentry data dari kuesioner dengan menggunakan program
komputer ( Hal ini akan dibahas di bab lain).
4. Cleaning
Cleaning (pembersihan data) merupakan kegiatan pengecekan
kembali data yang sudah dientry apakah ada kesalahan atau tidak
.Kesalahan tersebut dimungkinkan terjadi pada saat kita mengentry ke
komputer.
Setelah kegiatan Cleaning data siap dilakukan analisis. Analisis data
bertujuan untuk menjelaskan fenomena, kejadian atau perilaku, atau untuk
menerangkan apa yang menjadi latar belakang fenomena, kejadian atau
perilaku itu baik yang mengenahi seseorang, sekelompok orang atau
masyarakat. Analisis mempunyai posisi strategis dalam suatu
penelitian.Namun perlu dimengerti bahwa bahwa dengan melakukan analisis
tidak dengan sendirinya dapat langsung memberi jawaban penelitian, untuk itu
perlu diketahui bagaimana menginterpretasi hasil analisis
tersebut.Menginterpretasi berarti kita dapat menjelaskan hasil analisis guna
memperoleh makna/arti.Interpretasi mempunyai dua bentuk.Yaitu arti sempit
dan arti luas.Interprestasi dalam arti sempit (Deskreptif) yaitu interpretasi data
dilakukan hanya sebatas pada masalah penelitian yang diteliti berdasarkan
data yang dikumpulkan dan diolah untuk keperluan penelitian
tersebut.Sedangkan interpretasi dalam arti luas (analitik) berguna untuk
mencari makna data hasil penelitian dengan jalan hanya
menjelaskan/menganalisis data hasil penelitian tersebut, tetapi juga melakukan
inferensi (generalisasi) dari data yang diperoleh dengan teori-teori yang
relevan dengan hasil penelitian tersebut.
contoh
X (Kg)
48 57 – 48 = 9 81
52 57 52 = 5 25
56 57 – 56 = 1 1
62 57 – 62 = 5 25
67 57 – 67 = 10 100
= 285 = 30 = 232
Varian
Varian adalah rata-rata perbedaan antara mean
dengan nilai masing-masing observasi.
Rumus:
Standar deviasi
Standar deviasi adalah akar dari varian.Nilai standar
deviasi disebut juga sebagai “simpangan baku” kareena
merupakan patokan luas area dibawah kurva normal.
Rumus: S= √ S2
Contoh: Standar deviasi dari data diatas adalah
S= √ 58 = 7,6 kg
Koefisien Varian (Coeficient Of Variation =COV)
Koefisien varian ini bertujuan untuk melihat
konsistensi pengukuran.Semakin kecil nilainya semakin
bagus pengukurannya.
Rumus :
Contoh:
Dari data diatas nilai COV =
C. Penyajian Data
Setelah data mentah terkumpul dan diolah slanjutnya adalah tahap
penyajian data tersebut dalam berbagai bentuk, tergantung jenis data dan skala
pengukurannya.Penyajian data gunanya adalah agar dapat diambil informasi
yang ada didalam kumpulan data tersebut.Dikatakan bahwa pengumpulan data
berguna untuk mendapatkan informasi dan selanjutnya dengan metoda
statistik kita dapat mengembangkan berbagai teori atau ilmu baru.Itulah
sebabnya maka untuk perkembangan suatu ilmu memerlukan penelitian atau
penelaahan kembali dengan metoda penelitian yang baik.
Secara umum sajian data dapat dibagi dalam tiga bentuk yaitu:
1. Tulisan (textuler)
Hampir semua bentuk laporan dari pengumpulan data diberikan
tertulis, mulai dari bagaimana proses pengambilan sampel, pelaksanaan
pengumpulan data sampai hasil analisis yang berupa informasi dari
pengumpulan data tersebut.
2. Tabel
Penyajian data dalam bentuk tabel adalah penyajian dengan memakai
kolom dan baris, berbagai macam bentuk tabel:
a. Master tabel (tabel induk)
Tabel induk ini adalah tabel yang berisikan semua hasil
pengumpulan data yang masih dalam bentuk data mentah, biasanya
tabel ini disajikan dalam lampiran suatu laporan pengumpulan data.
b. Tex tabel (tabel rincian) merupakan uraian dari data yang diambil dari
tabel induk.
Contoh:
1) Distribusi frekwensi
2) Distribusi relative
3) Distribusi kumulatif
4) Tabel silang (kontingensi tabel=cross tabulasi)
Dalam penyajian sebuah tabel perlu diingat beberapa hal agar sajian
terlihat baik.
a. Judul tabel, judul tabel harus singkat, jelas dan lengkap. Judul
hendaknya dapat menjawab apa yang disajikan dimana kejadiannya
dan kapan.
b. Nomor tabel
c. Keterangan-keterangan (catatan kaki) yaitu keterangan yang
diperlukan untuk menjelaskan mengenahi hal hal tertentu yang tidak
bisa dituliskan didalam tabel.
d. Sumber, kadangkala didalam suatu laporan kita juga mengutip tabel
dari laporan orang lain. Untuk itu kita harus mencantumkan sumber
dari mana tabel tersebut dikutip.
Contoh Tabel:
Jenis-jenis grafik/gambar:
a. Histogram
Histogram adalah grafik yang digunakan untuk menyajikan data
kontinyu. Merupakan areal diagram sehingga kalau interval kelas
tidak sama dilakukan pemadatan dengan membandingkan nilai
interval kelas dengan frekuensi kelas.
Contoh: Grafik 1. Distribusi berat badan responden di wilayah X