Anda di halaman 1dari 189

RESUME MATA KULIAH

METODOLOGI PENELITIAN

Penanggung Jawab Mata Kuliah:


Asrinda Yonesvi (191210611)
Fadlan Kurnia Restu (191210617)
Kenshy Syafen (191210621)
Silvi Ziyanul Azki (191210636)
Sindi Wahyu Rinanti (191210637)
Siti Hafifah (191210638)

Dosen Pembimbing :
Dr. Wijayantono, SKM, M.Kes
Basuki Ario Seno, SKM, M.Kes
Edi Nur, SKM, M.Kes
Muchsin Riviwanto, SKM, M.Si

PRODI SARJANA TERAPAN SANITASI LINGKUNGAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
TAHUN AJARAN 2021/2022
LEMBARAN PENGESAHAN RESUME

Dengan ini, resume mata kuliah Metodologi Penelitian disetujui oleh dosen
pembimbing mata kuliah Metodologi Penelitian.

Dosen Pembimbing Dosen Pembimbing

(Dr. Wijayantono, SKM, M.Kes) (Edi Nur, SKM, M.Kes)

Dosen Pembimbing Dosen Pembimbing

(Basuki Ario Seno, SKM, M.Kes) (Muchsin Riviwanto, SKM, M.Si)


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena akhirnya
kami bisa menyelesaikan penulisan resume mata kuliah Metodologi Penelitian.
Bagi kami mahasiswa/mahasiswi Politeknik Kesehatan Kementrian kesehatan
Padang Jurusan Kesehatan Lingkungan, resume ini nantinya berguna sebagai
salah satu sumber bahan pembelajaran mata kuliah Metodologi Penelitian.
Dalam penyelesaian penulisan resume ini, kami banyak mendapat bantuan
dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini kami
menyampaikan ucapan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian penulisan resume ini. Semoga resume ini dapat bermanfaat
dan berguna dalam kehidupan sehari-hari maupun akademis.

Padang, 22 November 2021

Penulis
Mata Kuliah : Metodologi Penelitian
Hari/ Tanggal : Selasa/ 3 Agustus 2021
Pertemuan :1
Materi : - Penjelasan RPS mata kuliah, kontrak perkuliahan,
metode, penilaian, dan references
- Pentingnya metode penelitian dalam pemecahan
masalah kesehatan lingkungan
Dosen : Dr. Wijayantono, SKM, M.Kes
Basuki Ario Seno, SKM, M.Kes
Edi Nur, SKM, M.Kes
Muchsin Riviwanto, SKM, M.Si

A. Metode Penelitian
1. Definisi Penelitian
Penelitian saat ini berarti pencarian teori, pengujian teori, atau
pemecahan masalah. Hal ini berarti bahwa masalah itu ada dan telah
diketahui, oleh karenanya memerlukan pemecahan (Yusuf, 2015).
Penelitian disebut juga riset merupakan terjemahan dari bahasa Inggris
research, yang merupakan gabungan dari kata re (kembali) dan to search
(mencari), atau berasal dari Bahasa Perancis recherche yang berarti
“mencari kembali”. Dalam buku yang berjudul Introduction to Research,
pengertian penelitian adalah “studi yang dilakukan seseorang melalui
penyelidikan yang hati-hati dan sempurna terhadap suatu masalah,
sehingga diperoleh pemecahan yang tepat terhadap masalah tersebut”
(Surahman, dkk, 2016).
Dari beberapa literatur dapat di simpulkan bahwa penelitian adalah
suatu usaha upaya untuk mengetahui melalui upaya pencarian atau
penyelidikan atau percobaan yang cermat yang bertujuan untuk
menemukan atau menafsirkan pengetahuan baru, dengan menggunakan
metode ilmiah yang mengandung unsur sistematis, logis dan empirik
(Irmawartini dan Nurhaedah, 2017).
Secara garis besar penelitian kesehatan dimulai dengan penetapan
masalah, yang akan dipecahkan dengan mengajukan hypothesis. pengajuan
hipothesis ini akan diikuti dengan penetapan variabel penelitian yang akan
diteliti. Oleh karenanya diperlukan desain penelitian serta instrumen
penelitian tertentu sehingga dapat menangkap variabel yang telah
ditetapkan. Untuk bisa menangkap variabel maka dibutuhkan obyek
penelitian yang terdapat pada populasi atau sampel tertentu. Hasil
penangkapan data akan diolah serta dianalisa sehingga menghasilkan
kesimpulan, untuk memecahkan masalah penelitian. Hasil dan
rekomendasi penelitian akan dilaporkan untuk memperkaya khasanah
pustaka dan keilmuan kesehatan, selengkapnya dapat dilihat pada bagan
penelitian (Yusuf, 2015).
Penelitian kesehatan merupakan langkah metode ilmiah yang
berorientasikan atau memfokuskan kegiatannya pada masalah-masalah
yang timbul di bidang kesehatan. Kesehatan itu sendiri terdiri dari dua sub
bidang pokok, yakni pertama kesehatan individu yang berorientasikan
klinis, pengobatan. Sub bidang kedua yang berorientasi pada kelompok
atau masyarakat, yang bersifat pencegahan. Selanjutnya sub bidang
kesehatan ini pun terdiri dari berbagai disiplin ilmu, seperti kedokteran,
keperawatan, epidemiologi, pendidikan kesehatan, kesehatan lingkungan,
manajemen pelayanan kesehatan, gizi dsb. Sub bidang tersebut saling
berkaitan dan mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat pada
umumnya (Irmawartini dan Nurhaedah, 2017).
Penelitian-penelitian di bidang kesehatan difokuskan pada kegiatan
yang berkaitan dengan masalah-masalah kesehatan dan sistem kesehatan.
Secara garis besar penelitian kesehatan berfokus pada dua sasaran utama
yaitu (Irmawartini dan Nurhaedah, 2017).:
- Pertama kesehatan individu yang sedang mengalami masalah
kesehatan, orientasinya adalah kegiatan kuratif dan rehabilitatif.
- Kedua adalah kesehatan kelompok yaitu menjaga masyarakat agar
tetap sehat yang bersifat pereventif dan promotif.
Penelitian ilmiah merupakan suatu proses yang dilakukan secara
sistematis dan objektif yang melibatkan unsur penalaran dan observasi
untuk menemukan, memverifikasi, dan memperkuat teori serta untuk
memecahkan masalah yang muncul dalam kehidupan. Penelitian ilmiah
adalah upaya memahami dan memecahkan masalah secara ilmiah
(kebenaran pengetahuan berdasarkan fakta empiris), sistematis (menurut
aturan tertentu) dan logis (sesuai dengan penalaran) (Irmawartini dan
Nurhaedah, 2017).
2. Tujuan Penelitian
Tujuan melakukan penelitian adalah untuk
memperolehpengetahuan,menjawab pertanyaan penelitian atau
memecahkan masalah. Alasan melakukan penelitian adalah karena
dorongan dari keinginan reaktif manusia untuk menjawab pertanyaan atau
memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai khalifah di muka bumi
Allah. Penelitian adalah kegiatan yang dilakukan menurut kaidah dan
metode ilmiah secara sistematik untuk memperoleh data, informasi atau
keterangan yang berkaitan dengan pemahaman dan pembuktian
kebenaran/ketidak benaran suatu asumsi dan atau hipotesis di bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi serta menarik kesimpulan ilmiah bagi
keperluan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (Surahman, dkk,
2016).
Tujuan penelitian kesehatan
Secara umum tujuan penelitian kesehatan menurut Notoatmodjo
(2012) dalam Irmawartini dan Nurhaedah (2017)., yaitu :
a. Menemukan atau menguji fakta baru maupun fakta lama sehubungan
dengan bidang kesehatan.
b. Melakukan analisis terhadap hubungan antara fakta-fakta yang
ditemukan dalam bidang kesehatan.
c. Menjelaskan tentang fakta yang ditemukan serta hubungannya dengan
teori yang telah ada.
d. Mengembangkan metode atau konsep baru dalam pelayanan
kesehatan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat
3. Manfaat Penelitian
Secara singkat, manfaat dari penelitian kesehatan yaitu (Irmawartini
dan Nurhaedah, 2017). :
a. Hasil penelitian dapat digunakan untuk menggambarkan tentang
keadaan atau status kesehatan individu, kelompok atau masyarakat.
b. Hasil penelitian dapat digunakan untuk menggambarkan kemampuan
sumber daya dan kemungkinan sumber daya tersebut guna
mendukung pengembangan pelayanan kesehatan.
c. Hasil penelitian dapat dijadikan bahan kajian untuk mencari sebab
masalah kesehatan atau kegagalan yang terjadi dalam pelayanan
kesehatan. Sehingga dapat dijadikan acuan untuk mencari solusi atau
alternatif penyelesaian masalah.
d. Hasil penelitian kesehatan dapat dijadikan sarana untuk menyusun
kebijakan pengembangan pelayanan kesehatan.
4. Prinsip Penelitian
Prinsip-prinsip penelitian antara lain adalah (Irmawartini dan
Nurhaedah, 2017) :
a. Penelitian adalah suatu metode ilmiah untuk penyelidikan (scientific
method)
b. Penelitian merupakan suatu metode untuk menemukan kebenaran
melalui suatupemikiran kritis (critical thinking)
c. Penelitian sekurang-kurangnya harus mengadakan pengujian hipotesis
terhadap suatumasalah yang dihipotesiskan
d. Penelitian ilmiah perlu dilakukan observasi yang objektif dan nalar
yang rasional untukmenghasilan persepsi yang mantap
e. Penelitian adalah suatu proses yang panjang yang didesain dan
dioperasionalisasikansecara sistematis.
5. Jenis Penelitian
Pengelompokan jenis penelitian kesehatan bermacam-macam. Hal ini
tergantung dari metode yang dipakai. Berdasarkan metode, penelitian
kesehatan dapat digolongkan menjadi 2 kelompok, yaitu (Yusuf, 2015) :
a. Metode penelitian survei
Dalam penelitian survei, hasil dari penelitian tersebut merupakan
hasil dari keseluruhan walalupun tidak dilakukan ke seluruh populasi
namun hanya diambil sampel. Hasil dari sampel tersebut dapat
digeneralisasikan sebagai hasil populasi.
Metode ini digolongkan menjadi 2 bagian yaitu deskriftif dan analitik.
1) Survei deskriftif
Dalam survei deskriftif, peneliyian diarahkan untuk
mendeskripsikan atau menguraikan suatu keadaan di dalam satu
komunitas. Seperti distribusi penyakit, distribusi jenis kelamin atau
karakteristik lainnya.
2) Survei analitik
Pada survei analitik, penelitian diarahkan untuk menjelaskan
suatu keadaan atau situasi. Analitik pada dasarnya digunakan untuk
menjawab pertanyaan mengapa (why?). survei analitik terbagi 3,
yaitu :
a) Cross sectional
Dalam penelitian cross sectional, pengumpulan data
baik variable dependentmaupun independent dan factor-faktor
yang mempengaruhinya dikumpulkan dalam waktu yang
bersamaan.
b) Retrospective study
Penelitian ini bertujuan melihat fenomena pada masa
lalu. Pengumpulan data dimulai dari efek atau akibat yang
telah terjadi dan dilihat apakah ada keterkaitan dengan masa
lalu. Contoh apabila mencari hubungan antara merokok
dengan kanker paru. Maka dimulai dengan mencari data kasus
penderita kanker paru kemudian ditanyakan riwayat merokok
di masa lampau.
c) Prospective study
Penelitian ini bertujuan melihat fenomena ke depan.
Dimulai dengan melihat variable penyebab dan dilihat
dampaknya di masa datang. Misalnya untuk melihat hubungan
antara alcohol dengan kejadian chirosis hati, dimulai dengan
mengumpulkan data pengguna alcohol lalu diteruskan dengan
obeservasi ke depan apakah yang menggunakan alcohol positif
menderita chirosis hati atau tidak.
b. Metode penelitian eksperimen
Penelitian eksperimen, peneliti melakukan perlakuan pada
responden dan mengukur akibat atau pengaruhnya. Perlakukan dapat
berupa sengaja atau terkontrol. Misalnya penelitian tentang dampak
terapi music terhadap tingkat kecemasan pasien yang akan dilakukan
operasi.
6. Metode Penelitian
Metode berasal dari Bahasa Yunani methodos yang berarti cara atau
jalan yang ditempuh. Metode dalam upaya ilmiah menyangkut cara kerja
untuk memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan
(Surahman, dkk, 2016).
Metode penelitian adalah cara yang digunakan peneliti untuk
mencapai tujuan dan menentukan jawaban atas masalah yang diajukan.
Metodologi berasal dari kata metodos (metode/cara) dan logos (ilmu
pengetahuan). Metodologi penelitian adalah cara mengetahui sesuatu
untuk menemukan, mengembangkan atau menguji kebenaran secara
sistematik, logis dan empiris menggunakan metode ilmiah. Secara singkat
dikatakan metodologi penelitian adalah ilmu yang mempelajari metode
(cara) penelitian. Hasil suatu penelitian berupa karya tulis ilmiah
(Surahman, dkk, 2016).
Metodologi Penelitian adalah ilmu atau pengetahuan tentang cara yang
tepat untuk melakukan sesuatu untuk mencapai suatu tujuan. Pengetahuan
tentang ini akan sangat bermanfaat dalam menyelesaikan suatu masalah
dalam kegiatan sehari-hari terkait dengan pengetahuan dan penelitian.
Keterkaitan metode penelitian dengan bidang lain sangat banyak
hampirsegala bidang memerlukan suatu metode penelitian dalam
menyelesaikan masalah atau memperoleh suatu tujuan. Ada empat macam
metode penelitian, yaitu (Surahman, dkk, 2016).:
a. Metode filosofi, yaitu penelitian yang dilakukan melalui perenungan
dan pemikiranyang mendalam, terarah dan mendasar. Data-data
yangdigunakan bersifat kualitatif sehingga pemecahan masalahnya
bersifat apriori.
b. Metode deskriptif, yaitu prosedur pemecahan masalah dengan
menggambarkan keadaan objek pada saat sekarang berdasarkan fakta-
fakta sebagaimana adanya, kemudian dianalisis dan
diintepretasikan.Bentuknya berupa survei, studi kolerasi dan studi
pengembangan.
c. Metode historis, yaitu pemecahan masalah dengan menggunaan data-
data masa lalu. Hasilnya digunakan untuk memahami kejadian
sekarang ataumemprediksi keadaan yang akan datang.
d. Metode eksperimen, yaitu cara-cara untuk mengungkapkan hubungan
sebab akibat dua variabel atau lebih melalui percobaan secara
cermat.Bentuknya ada dua yaitu: ekperimen eksploratif (bertujuan
mempertajammasalah dan hipotesis) dan eksperimen pengembangan
(bertujuanmembuktikan hipotesis guna membuat generalisasi umum).
7. Metode ilmiah
Metode ilmiah merupakan hasil sintesis dari proses berfikir ilmiah
berangkat dari suatu permasalahan yang perlu dicari jawaban atau
pemecahan masalahnya melalui kajian data empiris dalam suatu
langkah-langkah kegiatan ilmiah atau penelitian. Proses tersebut dilakukan
secara sistematis dan terkontrol melalui tahapan-tahapan berikut
(Masturoh dan Nauri, 2018) :
a. Menemukan masalah penelitian yang mendorong untuk dicari
pemecahan atau solusinya. Ide masalah dapat ditemukan dari fakta-
fakta di lapangan yang tidak sesuai dengan teori atau terdapat
kesenjangan antara teori dengan kenyataan di lapangan.
b. Menyusun kerangka permasalahan dalam bentuk rumusan masalah
yang jelas batasannya. Masalah yang telah ditemukan dan
didukung dengan fakta atau data terkait. Selain dengan melakukan
observasi dapat juga dilakukan studi pendahuluan untuk
mendapatkan data atau fakta yang sesuai dengan masalahnya.
c. Menyusun pemecahan masalah dalam bentuk dugaan sementara yang
disebut hipotesis. Hipotesis digunakan untuk mengutarakan jawaban
sementara terhadap masalah yang akan diteliti yang sifatnya masih
praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya melalui uji
statistik.
d. Melakukan pengujian terhadap hipotesis yang telah diajukan. Hasilnya
ada dua kemungkinan yaitu hipotesis diterima atau ditolak.
e. Merumuskan pemecahan masalah berdasarkan hasil uji hipotesis.
Tahapan penelitian sebagai implementasi dari metode ilmiah,
secara detail dapat digambarkan sebagai berikut (Masturoh dan Nauri,
2018) :
a. Menguraikan masalah penelitian dalam latar belakang penelitian,
kemudian dirumuskan dalam bentuk pernyataan atau pertanyaan
penelitian. Selanjutnya menyusun tujuan penelitian mengacu pada
uraian dan rumusan masalah pada latar belakang penelitian
tersebut.
b. Melakukan telaah pustaka dengan mencari teori dan materi-materi
terkait topik penelitian serta menyusunnya ke dalam tinjauan
pustaka. Tinjauan pustaka disusun sebagai landasan penyusunan
kerangka teori dan kerangka konsep penelitian.
c. Pada penelitian kuantitatif perlu disusun hipotesis sebagai dugaan
sementara yang nanti akan dibuktikan kebenarannya melalui uji
statistik
d. Menentukan desain penelitian yang sesuai dengan tujuan penelitian
e. Menentukan populasi dan sampel, cara pemilihan sampel, serta
menghitung besar sampel.
f. Menyusun instrumen penelitian dan cara pengumpulan data
g. Menentukan variabel penelitian, definisi operasional, cara ukur,
skala ukur, dan hasil ukur variabel penelitian.
h. Menyusun jadwal dari mulai tahap persiapan, pelaksanaan dan
penyusunan laporan, serta menyusun biaya penelitian yang
diperlukan selama penelitian.
i. Mempersiapkan teknis administrasi seperti mengurus perizinan ke
kesbangpol dan dinas terkait
j. Melaksanakan penelitian dalam tahap pengumpulan data baik
melalui wawancara ataupun melalui observasi sesuai dengan
perencanaan
k. Melaksanakan pengolahan dan analisis data data yang telah
dikumpulkan
l. Menyusun hasil dan pembahasan penelitian dalam laporan akhir
penelitian
m. Melakukan desiminasi penelitian melalui forum seminar hasil
penelitian dan publikasi ilmiah.

B. Masalah Kesehatan Lingkungan


Masalah adalah kesenjangan (gap) antara harapan dengan kenyataan,
kesenjangan antara apa yang diinginkan atau yang dituju dengan kenyataan
atau fakta yang ada atau juga merupakan kesenjangan antara teori-teori
dengan fakta. Contoh-contoh masalah antara lain:
1. Masih tingginya kejadian TB paru di Indonesia, padahal program
pengobatan dan pencegahan sudah menjadi program pemerintah sejak
lama.
2. Target cakupan air bersih minimal 80%, kenyataan baru 65% masyarakat
yang mendapatkan akses air bersih.
3. UU no 18 tahun 2008 mewajibkan bahwa sampah dikelola dari
sumbernya, namun masih banyak tumpukan sampah di lingkungan
pemukiman dan menimbulkan bau serta tempat perindukan lalat.

C. Pentingnya Metode Penelitian dalam Pemecahan Masalah Kesehatan


Lingkungan
Hidup sehat merupakan kebutuhan dari setiap individu. Setiap orang
berkeinginan agar selalu dalam keadaan sehat. Dalam upaya mewujudkan
kesehatan dibutuhkan pengetahuan, metode dan upaya-upaya yang tepat yang
direncanakan secara terorganisir dan terprogram. Selain itu dalam
mewujudkan kesehatan banyak ditemui kendala, sehingga dibutuhkan sebuah
metode dan upaya untuk memahami, memecahkan masalah kesehatan,dan
menemukan inovasi-inovasi di bidang kesehatan. Hal tersebut dapat
diwujudkan dengan melakukan penelitiaan-penelitian di bidang kesehatan
(Irmawartini dan Nurhaedah, 2017).
Penelitian kesehatan dilakukan dalam rangka mengatasi dan
memecahkan masalah-masalah di bidang kesehatan dengan berbagai
pengaruh dan dampak yang ditimbulkannya seperti yang telah
dipaparkan diatas. Penelitian kesehatan memiliki dua sasaran yaitu
- Yang pertama untuk memecahkan masalah kesehatan individu yang
sedang mengalami masalah kesehatan atau sedang sakit.
- Yang kedua berorientasi pada kesehatan kelompok atau masyarakat yang
sehat supaya dapat mempertahankan dan memelihara kesehatannya
agar tetap sehat. Secara umum, ruang lingkup penelitian di bidang
kesehatan tidak terlepas dari upaya pemecahan masalah dalam bidang
preventif dan promotif serta kuratif dan rehabilitatif (Masturah dan Nauri,
2018).
Metode penelitian sangat penting karena turut menentukan tercapai atau
tidak tujuan suatu penelitian. Apabila suatu penelitian menggunakan metode
yang tepat, maka fakta atau kebenaran yang diungkap dalam penelitian akan
dengan mudah untuk dipertanggungjawabkan. Metode penelitian ilmiah
adalah cara yang dipandang sebagai cara mencari kebenaran secara ilmiah
(Nazir dalam Habibi, 2015). Metode penelitian adalah cara atau jalan yang
dipakai untuk memahamiobyekyang menjadi sasaran, sehingga dapat
mencapai tujuan dan hasil yang diharapkan (Bakker, 1986 dalam Habibi,
2015)
Pentingnya metode penelitian dalam pemecahan masalah kesehatan
lingkungan yaitu agar diketahui cara untuk menemukan, mengembangkan
atau menguji kebenaran secara sistematik, logis dan empiris menggunakan
metode ilmiah terkait masalah-masalah kesehatan lingkungan yang ditemui,
agar didapatkan hasil penelitian yang dapat dijadikan bahan kajian untuk
mencari sebab masalah kesehatan lingkungan, Sehingga dapat dijadikan
acuan untuk mencari solusi atau alternatif penyelesaian masalah kesehatan
lingkungan.
Penelitian sebagai suatu kegiatan ilmiah merupakan aspek penting
bagi kehidupan suatu manusaia. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa alasan
sebagai berikut:
1. Tuntutan kebutuhan manusia sebagai mahluk sosial terus berkembang
sejalan dengan perkembangan kehidupan.
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut manusia selalu berusaha untuk
mencoba menemukan, menghasilkan, dan menerapkan berbagai
pengetahuannya termasuk penemuan dibidang teknologi dan inovasi.
2. Penemuan dibidang teknologi dan inovasi
telah mendorong para ilmuwan untuk terus meneliti, mengembangkan
penemuan-penemuannya.
3. Selain didorong oleh rasa ingin tahu, para peneliti juga didorong oleh
adanya tuntutan praktis di lapangan.
Eskalasi perkembangan tuntutan praktis dengan jelas tidak lepas dari
invensi dan inovasi, serta kegiatan penelitian yang terus menerus.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mendorong
invensi-invensi-invensi. Inivensi-invensi inilah yang mendorong
perkembangan inovasi dan telah menjadikan suatu bangsa semakin
maju dan berkembang. Invensi-invensi (penemuan baru) timbul karena
adanya dorongan untuk mengadakan penelitian-penelitian ilmiah.
Penelitian-penelitian ilmiah itulah yang didorong oleh keingintahuan dan
tuntutan praktis (Suryana, 2010).
Mata Kuliah : Metodologi Penelitian
Hari/ Tanggal : Selasa/ 10 Agustus 2021
Pertemuan :2
Materi : Konsep Ilmu Pengetahuan, Metode Ilmiah dan
Penelitian
Dosen : Dr. Wijayantono, SKM, M.Kes
Basuki Ario Seno, SKM, M.Kes
Edi Nur, SKM, M.Kes
Muchsin Riviwanto, SKM, M.Si

A. Pengantar Ilmu Pengetahuan, Metode Ilmiah dan Penelitian


1. Ilmu Pengetahuan
Akal budi dan sifat ingin tahu manusia, memampukan dan
mendorongnya untuk melakukan penelitian: mengkaji fenomena yang
terjadi di sekitarnya, melakukan pertimbangan, mengambil
keputusan/kesimpulan dan melakukan evaluasi (Yusuf, 2015).
a. Pengetahuan (Knowledge)
Secara normatif, definisi Pengetahuan paling tidak meliputi
(Yusuf, 2015):
1) Fakta, informasi dan kemampuan yang diperoleh melalui
pengalaman atau pendidikan.
2) Pemahaman secara teoretis dan/atau praktis suatu bidang (studi),
apa yang diketahui mengenai suatu bidang tertentu atau berkait
dengan bidangbidang lain secara keseluruhan.
3) Fakta, informasi dan kesadaran atau pengenalan yang diperoleh
dari pengalaman menghadapi suatu fakta atau situasi
Para ahli filsafat masih terus memperdebatkan definisi
Pengetahuan, terutama karena rumusan Pengetahuan oleh Plato yang
menyatakan Pengetahuan sebagai“kepercayaan sejati yang dibenarkan
(valid)" (“justified true belief”) (Yusuf, 2015).
b. Definisi Ilmu Pengetahuan (Science)
Ilmu Pengetahuan = Science (Lat.Scientia=knowledge = pengetahuan)
Ilmu pengetahuan ialah sekumpulan pengetahuan yang tersusun
secara sistematis dan runtut melalui metode ilmiah. Metode ilmiah
atau disebut juga metode penelitian adalah prosedur atau langkah-
langkah sistematis dalam mendapatkan pengetahuan. (Suryana, 2010).
Dengan kata lain, metode ilmiah adalah cara memperoleh dan
menyususun pengetahuan. Beda Pengetahuan dan Ilmu Pengetahuan
terletak pada: “Pengetahuan” adalah bahan ilmu, dan baru bisa
menjawab tentang apa, sedangkan “Ilmu Pengetahuan” menjawab
tentang mengapa suatu kenyataan atau kejadian”. Jadi, ilmu
pengetahuan merupakan sekumpulan pengetahuan dalam bidang
tertentu yang disusun secara sistematis, menggunakan metode
keilmuan, dapat dipelajari dan diajarkan, dan memiliki nilai guna
tertentu.
Kajian sistematik yang menggunakan observasi, eksperimen
(percobaan) dan pengukuran terhadap fenomena alam dan sosial, dan
bidang kajian lainnya Umumnya Ilmu Pengetahuan dicirikan oleh
kemungkinan membuat pernyataan benar yang didukung oleh
sekumpulan bukti atau pengujian. Karena sifat ini, kebenaran suatu
ilmu pengetahuan sangat mungkin mengalami pendefinisian/formulasi
ulang/baru (Yusuf, 2015).
llmu pengetahuan adalah rangkaian pengetahuan yang digali,
disusun dan dikembangkan secara sistematis dengan menggunakan
pendekatan tertentu yang dilandasi metodologi ilmiah, baik yang
bersifat kuantitatif, kualitatif maupun eksploratif untuk menerangkan
pembuktian gejala alam dan atau gejala kemasyarakatan tertentu
(Surahman, dkk, 2016).
Ilmu pengetahuan adalah suatu pengetahuan yang sifatnya umum
atau menyeluruh, memiliki metode yang logis dan terurai secara
sistematis.Sedangkan penelitian adalah suatu kegiatan penyelidikan
yang dilakukansecara terencana, penuh kehati-hatian dan teratur
terhadap suatu objek atausubyek tertentu untuk memperoleh bukti,
jawaban atau pengetahuan. Pada dasarnya ilmu pengetahuan tidak
dapat dipisahkan dengan penelitian (Masturoh dan Nauri, 2018).
c. Klasifikasi Ilmu Pengetahuan
Adapun klasifikasi ilmun pengetahuan yaitu (Yusuf, 2015) :
1) Ilmu Pengetahuan Eksakta: yaitu Ilmu Pengetahuan yang
memiliki pengukuran (measurement) yang pasti (exact).
Contoh: Fisika dan Kimia.
2) Ilmu Pengetahuan Deskriptif: Ilmu Pengetahuan yang tujuan
utamanya adalah mengembangkan metode pendeskripsian atau
klasifikasi yang kemudian menjadi acuan yang tepat dalam
domain ilmu tersebut.
Contoh: Taksonomi dalam Botani dan Zoologi.
Ilmu pengetahuan akan selalu berkembang karena manusia
memiliki kemampuan untuk berfikir dan memiliki rasa ingin tahu
yang tinggi. Tetapi, keingintahuan yang kompleks memerlukan
suatu cara yang sistematis sehingga diperoleh suatu pengetahuan.
Kegiatan penyelidikan secara sistematis tersebut yang dinamakan
penelitian (Masturoh dan Nauri, 2018).
Menurut Almack dalam Notoatmodjo (2010) dalam Masturoh dan
Nauri (2018), hubungan ilmu pengetahuan dan penelitian ini sebagai
hasil dan proses dimana penelitian sebagai prosesnya dan ilmu
pengetahuan sebagai hasilnya. Dalam melaksanakan suatu penelitian
sebaiknya dilakukan dengancara ilmiah yaitu cara yang benar
berdasarkan fakta serta empiris, objektifdan logis. Kerlinger dalam
Wibowo (2014) dalam Masturoh dan Nauri (2018), mengutarakan
empat cara untuk memperoleh pengetahuan:
1) Metode keteguhan (Method of tenacity), yaitu berpegang teguh
padapendapat yang sudah diyakini kebenarannya sejak lama.
2) Metode otoritas(Method of authority), yaitu merujuk pada
pernyataan paraahli atau yang memiliki otoritas.
3) Metode Intuisi(Method of intuition), yaitu berdasarkan keyakinan
yang kebenarannyadianggap terbukti dengan sendirinya atau tidak
perlu pembuktian lagi.
4) Metode Ilmiah (Method of science), yaitu berdasarkan kaidah
keilmuan, sehingga walaupun dilakukan oleh orang yang berbeda-
beda namun dapatmenghasilkan kesimpulan yang sama.
Sedangkan Notoatmodjo(2014) dalam Masturoh dan Nauri
(2018), membagike dalam 2 bagianbesar cara untuk meperoleh
pengetahuan yaitu:
1) Cara Non Ilmiah atau Tradisional
Cara yang biasa dilakukan oleh manusia saat sebelum
ditemukan cara dengan metode ilmiah. Cara ini dilakukan oleh
manusia pada zamandulu kala dalam rangka memecahkan
masalah termasuk dalammenemukan teori atau pengetahuan baru.
Cara-cara tersebut yaitu melalui: cara coba salah (trial and error),
secara kebetulan, cara kekuasaan atauotoritas, pengalaman
pribadi, cara akal sehat, kebenaran melalui wahyu,kebenaran
secara intuitif, melalui jalan pikiran, induksi dan deduksi
(Masturoh dan Nauri, 2018).
2) Cara Ilmiah atau Modern
Cara ilmiah ini dilakukan melalui cara-cara yang
sistematis, logis dan ilmiah dalam bentuk metode penelitian.
Penelitian dilaksanakan melalui uji coba terlebih dahulu sehingga
instrumen yang digunakan valid dan reliabel dan hasil
penelitiannya dapat digeneralisasikan pada populasi. Kebenaran
atau pengetahuan yang diperoleh betul-betul dapat
dipertanggungjawabkan karena telah melalui serangkaian proses
yang ilmiah (Masturoh dan Nauri, 2018).
Peneliti dalam melaksanakan penelitiannya harus menjujung
tinggi etika dan moral dan mengedepankan kejujuran. Hasil
penelitian harus dilaporkan apa adanya, tidak boleh
memutarbalikkan fakta penelitian agar sesuai keinginan atau
merekayasa hasil uji statistik sesuai dengan keinginan atau
kepentingan tertentu. Selain menjunjung etika dan moral, seorang
peneliti harus memahami landasan ilmu, yaitu pondasi atau dasar
tempat berpijaknya keilmuan (Masturoh dan Nauri, 2018).
Tiga landasan ilmu filsafat tersebut merupakan masalah yang
paling fundamental dalam kehidupan karena memberikan sebuah
kerangka berpikir yang sangat sistematis. Ketiganya merupakan
proses berpikir yang diawali dengan pembahasan “Apa itu
pengetahuan?”, “Bagaimana mendapatkan pengetahuan?”, dan “Untuk
apa pengetahuan tersebut dalam kehidupan sehari-hari?”. Pada
dasarnya semua ilmu pengetahuan tidak terlepas dari tiga problem
filosofis tersebut (ontologis, epistemologis dan aksiologis).
Artinya semua ilmu pengetahuan pasti berbicara tentang apa yang
menjadi objek kajiannya, bagaimana cara mengetahuinya dan apa
manfaatnya buat kehidupan manusia (Masturoh dan Nauri, 2018).
Oleh sebab itu, maka jelas bahwa ilmu dan penelitian
merupakanhal yang berkaitan untuk memperoleh suatu pengetahuan.
MenurutNotoatmodjo (2014) dalam Masturoh dan Nauri (2018)
bahwa pengetahuan adalah hasil tahu seseorang terhadap objek
melalui inderayang dimilikinya. Pengetahuan tiap orang akan berbeda-
beda tergantungdari bagaimana penginderaannya masing-masing
terhadap objek atausesuatu.
Secara garis besar terdapat 6 tingkatan pengetahuan
(Notoatmodjo, 2014) dalam Masturoh dan Nauri (2018), yaitu:
a) Tahu (know)
Pengetahuan yang dimiliki baru sebatas berupa mengingat
kembali apa yang telah dipelajari sebelumnya, sehingga tingkatan
pengetahuan pada tahap ini merupakan tingkatan yang paling
rendah. Kemampuanpengetahuan pada tingkatan ini adalah
seperti menguraikan,menyebutkan, mendefinisikan, menyatakan.
Contoh tahapan ini antaralain: menyebutkan definisi pengetahuan,
menyebutkan definisi rekammedis, atau menguraikan tanda dan
gejala suatu penyakit.
b) Memahami (comprehension)
Pengetahuan yang dimiliki pada tahap ini dapat diartikan
sebagai suatu kemampuan menjelaskan tentang objek atau sesuatu
denganbenar. Seseorang yang telah faham tentang pelajaran atau
materi yangtelah diberikan dapat menjelaskan, menyimpulkan,
danmenginterpretasikan objek atau sesuatu yang telah
dipelajarinyatersebut. Contohnya dapat menjelaskan tentang
pentingnya dokumen rekam medis.
c) Aplikasi (application)
Pengetahuan yang dimiliki pada tahap ini yaitu dapat
mengaplikasikan atau menerapkan materi yang telah dipelajarinya
pada situasi kondisi nyata atau sebenarnya. Misalnya melakukan
assembling (merakit) dokumen rekam medis atau melakukan
kegiatan pelayanan pendaftaran.
d) Analisis (analysis)
Kemampuan menjabarkan materi atau suatu objek ke
dalam komponen-komponen yang ada kaitannya satu sama lain.
Kemampuan analisis yang dimiliki seperti dapat menggambarkan
(membuat bagan), memisahkan dan mengelompokkan,
membedakan atau membandingkan. Contoh tahap ini adalah
menganalisis dan membandingkan kelengkapan dokumen rekam
medis menurut metode Huffman dan metode Hatta.
e) Sintesis (synthesis)
Pengetahuan yang dimiliki adalah kemampuan
seseorang dalam mengaitkan berbagai elemen atau unsur
pengetahuan yang ada menjadi suatu pola baru yang lebih
menyeluruh. Kemampuan sintesis ini seperti menyusun,
merencanakan, mengkategorikan, mendesain, dan menciptakan.
Contohnya membuat desain form rekam medis dan menyusun
alur rawat jalan atau rawat inap.
f) Evaluasi (evalution)
Pengetahuan yang dimiliki pada tahap ini berupa
kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap
suatu materi atauobjek. Evaluasi dapat digambarkan sebagai
proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi
yang sangat diperlukanuntuk membuat alternatif keputusan.
Tahapan pengetahuan tersebut menggambarkan tingkatan
pengetahuan yang dimilikiseseorang setelah melalui berbagai
proses seperti mencari, bertanya, mempelajari atau berdasarkan
pengalaman.
d. Syarat Ilmu Pengetahuan
Syarat ilmu pengetahuan adalah memiliki objek dan metode
ilmiah, atau memiliki dimensi/aspek sebagai berikut:
1) Aspek Ontologis, yaitu berkenaan dengan apa yang dipelajari
ilmu atau berkenaan dengan objek studi. Aspek ontologis
berkenaan dengan apa yang ingin diketahui, apa yang
dipikirkan atau yang menjadi masalah. Contoh : Aspek
ontologis dalam ilmu ekonomi adalah perilaku manusia yang
dihadapkan pada persoalan sumber daya manusia yang terbatas,
dengan kebutuhan yang tidak terbatas.
2) Aspek Epistimologis, berkenaan dengan bagaimana ilmu
mempelajari objek studinya dengan menggunakan metode
tertentu, yaitu metode keilmuan atau metode ilmiah yang
didukung oleh sarana berfikir ilmiah. Metode ilmiah pada
dasarnya merupakan gabungan antara pola berpikir induktif (dari
hal-hal yang khusus, dianalisis menjadi hal-hal yang umum)
dan pola berpikir deduktif . (dari hal-hal yang umum kepda
hal-hal yang khusus). Pola berpikir induktif dan deduktif
disebut juga proses “ Logico-hypotetico-verifikatif atau “deducto-
hypotetico-verifikatif”, yang terdiri dari langkah-langkah sebagai
berikut:
(1) Merumuskan masalah,
(2) Menyusun kerangka berfikir
(3) Merumuskan hipotesis,
(4) Menguji hipotesis, dan
(5) Menarik kesimpulan.
3) Aspek aksiologis, berkenaan dengan aspek gunalaksana atau
manfaat ilmu. Nilai guna ilmu bisa dilihat secara positif dan
normatif. Secara positif nilai guna ilmu adalah untuk
mendeskripsikan, menjelaskan dan memprediksi berbagai
fenomena yang sesuai dengan objek studi yang dipelajari.
Sedangkan secara normatif, nilai guna ilmu adalah untuk
mengendalikan berbagai fenomena kearah yang dinginkan.
Secara normatif aspek aksiologis ilmu erat kaitannya dengan
pertimbangan nilai, etika dan moral. Dalam penelitian aspek
aksilogis digambarkan dalam saran-saraan atau rekomendasi
hasil penelitian.
Secaran garis besar, ilmu pengetahuan terbentuk melalui proses
dan tahapan sebagai berikut:
1) Ilmu mempelajari fenomena.
2) Fenomena-fenomena itu diabstraksikan menjadi konsep dan
variabel.
3) Konsep dan variabel itu dipelajari hubungannya berberntuk
proporsi yang sifatnya berbentuk hipotesis-hipotesis.
4) Hipotesis diuji secara empirik menjadi fakta.
5) Jalinan fakta-fakta dalam kerangka penuh arti membentuk teori.
Teori-teori nilah yang merupakan ilmu.
Di atas telah dijelaskan, bahwa pokok masalah keilmuan
adalah meliputi aspek ontologi, aspek epistimologi, dan aspek
aksiologis. Kegiatan ilmiah diawali dengan perumusan masalah dan
dan penyusunan kerangka berfikir yang didalamnya termasuk logika
dan matematika yang kemudian menghasilkan khasanah pengetahuan
ilmiah (di dalamnya termasuk teori dan hasil penelitian empiris).
Dari kerangka berpikir tersebut, timbulah hipotesis untuk diuji
dengan menggunakan data, analisis, teknik pengujian (statistik) dan
dibuat kesimpulan statistis. Jika hipotesis tersebut diterima, maka
akan menjadi khasanah pengetahuan ilmiah dan apabila ditolak akan
kembali lagi kepada penyususnan kerangka berfikir untuk diulang
lagi kehipotesis sampai kesimpulan akhirnya diterima (Suryana,
2010).
Ilmu pengetahuan berkembang melalui suatu proses Scientific
Research, yang diawali dengan observasi, identifikasi masalah,
perumusan kerangka pemikiran, permusan hipotesis, pengujian
hipotesis,penguimpulan data, analisis dan interprestasi data, dan
penarikan kesimpulan (Suryana, 2010).
e. Komponen Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan pada hakekatnya memiliki beberapa
komponen sebagai berikut (Suryana, 2010):
1) Teori, yaitu generalisasi yang telah teruji kebenarannya secara
ilmiah.
2) Fakta, keadaan sebenarnya (empirik) yang diwujudkan dalam
jalinan dua konsep atau lebih.
3) Fenomena, yaitu gejala dan kejadian yang ditangkap dengan
panca indera (penglihatan, pendengaran, penciuman ,perasaan,
perabaan), kemudian dijadikan konsep (istilah atau simbul)
yang mengandung pengertian singkat dari fenomena,
4) Konsep, yaitu istilah atau simbul yang mengandung pengertian
singkat dari fenomena.
f. Aparatur/ Kelengkapan Ilmu
1) Axioma adalah pangkal dasar berfikir atau konsep dasar suau ilmu,
Misal : konsep dasar ilmu pendidikan adalah bahwa setiap
orang memiliki potensi yang dapat dikembangkan, konsep
konsep dasar entrepreneurship adalah tantangan, konsep dasar
ilmu ekonomi adalah suatu situasi dimana terdapat scarcity
meants,
2) Data adalah fakta-fakta sebagai bukti empirik. Ada tiga macam
data, yaitu:
a) Faktor endowment, yaitu faktor yang dianggap lestari (tidak
bisa diubah oleh suatu disiplin ilmu tertentu).
b) Variabel yaitu setiap gejala yang bisa diukur ( ada gejala yang
tidak bisa diukur misalnya selera). Semua variabel terukur
menurjut objektivitas, realiabilitas ilmiah dan validitas ilmiah.
c) Faktor Given, yaitu faktor yang dianggap relatif tetap(biasaanya
dijadikan suatu asumsi dasar untuk keberlakuan hukum
dalam ilmu pengetahuan).
3) Metode Berfikir ( method of thinking) terdiri dari:
1) Deduksi, yaitu membahas dari hal-hal yang umum
dianalisis sampai dengan hal-hal yang khusus.
2) Induksi, yaitu data-data dianalisis untuk mebuat generalisasi
3) Sistensis, yaitu paduan keduanya baik untuk verivikasi teori
maupun untuk verifikasi dan generalisasi.
4) Kelengkapan ilmiah lainnya,meliputi ;
a) Model-model, misal model fungsi, model persamaan,
model tabel, model grafik, model diagram, dll.
b) Alat berfikir, misal grafis, diagramatis, statistis dan matematis.
c) Postulat ilmu terdiri dari hukum dasar yang jelas baik
bersifat kausalitas maupun fungsionalitas.
d) Teknik penalaran (method or reasioning), misal dalam
ilmu ekonomi dapat disajikan dalam bentuk verbal,
diagramatis, matematis, statistis dan grafis.
5) Objek ilmu, setiap ilmu memiliki objek yaitu suatu objek
yang dipelajari ilmu. Misal cara/tindakan manusia dalam
memperoleh dan menggunakan barang dan jasa yang terbatas,
cara mengalokasikan sumber daya, cara mempelajari perilaku,
cara mengatasi, cara mengendalikan.
6) Fungsi ilmu, adalah menjelaskan, memprediksikan,
mendeskripsikan, dan mengendalikan. Misal, fungsi ilmu ekonomi:
a) Menjelaskan, memprediksi dan mendeskripsikan tentang cara
mencapai kemakmuran dan keadilan;
b) Menjelaskan dan mendeskripsikan cara memcahkan semua
problematika ekonomi baik secara etis maupun etis.
7) Problem, semua ilmu pengetahuan diawali dengan adanya
problem. Misal, problem dalam ilmu ekonomi adalah sumberdaya
yang terbatas sedangkan kebutuhan manusia tida terbatas (Suryana,
2010).
2. Metode Ilmiah dan Penelitian
a. Definisi Metode Ilmiah dan Penelitian
Metode ilmiah merupakan hasil sintesis dari proses berfikir ilmiah
berangkat dari suatu permasalahan yang perlu dicari jawaban atau
pemecahan masalahnya melalui kajian data empiris dalam suatu
langkah-langkah kegiatan ilmiah atau penelitian (Masturoh dan Nauri,
2018).
Metode penelitian atau metode ilmiah adalah prosedur atau lagkah-
langkah dalam mendapatkan pengetahuan ilmiah atau ilmu. Jadi
metodepenelitian adalah cara sistematis untuk menyususn ilmu
pengetahuan.Sedangkan teknik penelitian adalah cara untuk
melaksanakan metode penelitian. Metode penelitian biasanya mengacu
pada bentuk-bentuk penelitian (Suryana, 2010).
Kerlinger (1973) dalam Yusuf (2015) mendefiniskan penelitian
ilmiah sebagai penelitian yang sistematis, terkontrol, empiris, dan
penyelidikan kritis dari proposisi-proposisi hipotesis tentang hubungan
yang diperkirakan antara gejala alam.
Penelitian kesehatan merupakan langkah metode ilmiah yang
berorientasikan atau memfokuskan kegiatannya pada masalah-masalah
yang timbul di bidang kesehatan. Kesehatan itu sendiri terdiri dari dua
sub bidang pokok, yakni pertama kesehatan individu yang
berorientasikan klinis, pengobatan. Sub bidang kedua yang berorientasi
pada kelompok atau masyarakat, yang bersifat pencegahan. Selanjutnya
sub bidang kesehatan inipun terdiri dari berbagai disiplin ilmu, seperti
kedokteran, keperawatan, epidemiologi, pendidikan kesehatan,
kesehatan lingkungan, manajemen pelayanan kesehatan, gizi dsb
(Yusuf, 2015).
Penelitian kesehatan dapat diartikan sebagai suatu upaya untuk
memahami permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam bidang
kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitative serta
masalah yang berkaitan dengan unsure tersebut; dengan mencari bukti
dan dilakukan melalui langkah-langkah tertentu yang bersifat ilmiah,
sistematis dan logis (Notoatmodjo, 1993 dalam Yusuf, 2015).
Tujuan Penelitian Kesehatan :
Secara umum tujuan penelitian kesehatan menurut Notoatmodjo
(1993) dalam Yusuf (2015), yaitu :
1) Menemukan atau menguji fakta baru maupun fakta lama
sehubungan dengan bidang kesehatan.
2) Melakukan analisis terhadap hubungan antara fakta-fakta yang
ditemukan dalam bidang kesehatan.
3) Menjelaskan tentang fakta yang ditemukan serta hubungannya
dengan teori yang telah ada.
4) Mengembangkan metode atau konsep baru dalam pelayanan
kesehatan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat.
Manfaat Penelitian Kesehatan
Secara singkat, manfaat dari penelitian kesehatan yaitu :
1) Hasil penelitian dapat digunakan untuk menggambarkan tentang
keadaan atau status kesehatan individu, kelompok atau masyarakat.
2) Hasil penelitian dapat digunakan untuk menggambarkan
kemampuan sumber daya dan kemungkinan sumber daya tersebut
guna mendukung pengembangan pelayanan kesehatan.
3) Hasil penelitian dapat dijadikan bahan kajian untuk mencari sebab
masalah kesehatan atau kegagalan yang terjadi dalam pelayanan
kesehatan. Sehingga dapat dijadikan acuan untuk mencari solusi
atau alternatif penyelesaian masalah.
4) Hasil penelitian kesehatan dapat dijadikan sarana untuk menyusun
kebijakan pengembangan pelayanan kesehatan.
b. Macam-macam Metode Penelitian
Mengacu pada bentuk penelitian, tujuan, sifat masalah dan
pendekatannya ada empat macam metode penelitian: (Suryana, 2010)
1) Metode Eksperimen (Mengujicobakan), adalah penelitian untuk
menguji apakah variabel-variabel eksperimen efektif atau tidak.
Untuk menguji efektif tidaknya harus digunakan variabel kontrol.
Penelitianeksperimenadalah untuk menguji hi[potesis yang
dirumuskan secara ketat. Penelitian eksperimen biasanya
dilakukanuntuk bidang yang berssifat eksak. Sedangkan untuk
bidang sosaial bisanya digunakan metode survei eksplanatory,
metode deskriptif, dan historis.
2) Metode Verifikasi (Pengujiaan), yaitu untuk menguji seberapa
jauh tujuan yang sudaah digariskan itu tercapai atau sesuaai atau
cocok dengan harapan atau teori yang sudah baku. Tujuan daari
penelitian verifikasi adalah untuk menguji teori-teori yang sudah
ada guna menyususn teori baru dan menciptakan pengetahuan-
pengetahuan baru. Lebih mutaakhirnya, metode verifikasi
berkembang menjadi grounded research, yaitu metode
yangmenyajikan suatu pendekatan baru, dengan data sebagai
sumberteori (teori berdasarkan data).
3) Metode Deskriptif (mendeskripsikan), yaitu metode yang
digunakan untuk mencari unsur-unsur, ciri-ciri, sifat-sifat suatu
fenomena. Metode ini dimulai dengan mengumpulkan data,
mengaanalisis datadan menginterprestasikannya.
Metodedeskriptif dalam pelaksanaannya dilakukan melalui:
teknik survei,studi kasus (bedakan dengan suatu kasus), studi
komparatif, studi tentang waktu dan gerak, analisis tingkah laku,
dan analisisdokumenter.
4) Metode Historis (merekonstruksi), yaitu suatu metode penelitian
yang meneliti sesuatu yang terjadi di masa lampau. Dalam
penerapannya, metode ini dapat dilakkan dengan suatu bentuk
studi
yang bersifat komparatif-historis, yuridis, dan bibliografik.
Penelitian historis bertujuan untuk menemukan generaalisasi dan
membuat rekontruksi masa lampau, dengan cara mengumpulkan,
mengevaluasi, memverifikasi serta mensintesiskan bukti-
buktiuntuk menegakkan fakta-fakta dan bukti-bukti guna
memperolehkesimpulan yang kuat.
c. Kriteria Metode Ilmiah
1) Berdasarkan fakta keterangan–keterangan yang ingin diperoleh
dalam penelitian, baik yang akan dikumpulkan dan yang dianalisa
harus lah berdasarkan fakta-fakta yang nyata. Janganlah penemuan
atau pembuaktian didasarkan pada daya khayal, kira-kira, legenda–
legenda atau kegiatan sejenis.
2) Bebas dari prasangka. Metode ilmiah harus mempunyai sifat
bebas prasangka, bersih dan jauh dari pertimbangan subyektif.
Menggunakan suau fakta haruslah denga alas an dan bukti yang
lengkap dan dengan pembuktian yang obyektif.
3) Menggunakan Prinsip Analisis. Dalam memahami serta
member arti terhadap fenomena yang kompleks, harus digunakan
prinsip analisa. Semua maslah harus dicari sebab-musabab serta
pemeahannya dengan menggunakan analisa yang logis, fakta
yang mendukung tidaklah dibiarkan sebagai mana adanya atau
hanya dibuat deskripsinya saja. Tetapi semua kejadian harus dicari
sebab-akibat dengan menggunakan analisa yang tajam.
4) Menggunakan Hipotesis. Dalam metode ilmiah, pneliti harus
dituntut dalam proses berfiikir dengan menggunakan analisa.
Hipotesa harus ada untuk mengonggokan persoalan serta
memadu jalan pikiran ke arah tujuan yang ingin dicapai
sehingga hasil yang ingin diperoleh akan mengenai sasaran dengan
tepat. Hipotesa merupakan pegangan yang khas dalam menuntun
jalan pikiran peneliti.
5) Menggunakan Ukuran Objektif. Kerja penelitian dan analisa
harus dinyatakan dengan ukuran yang objektif. Ukuran tidak
boleh dengan merasa-rasa atau munuruti hati nurani.
Pertimbangan- pertimbangan harus dibuat secara objektif dan
dengan menggunakan pikiran yang waras.
6) Menggunakan Teknik Kuantifikasi. Dalam memperlakukan data
ukuran kuantitatif yang harus digunakan, kecuali untuk artibut-
artibut tidak dapat dikuantifikasi kan ukuran-ukuran seperti ton,
mm, per detik, ohm, kilogram, dan sebagainya harus selalu
digunakan jauhi ukuran-ukuran seperti:sejauh mata Saudara
memandang, sehitam aspal, sejauh sebatang rokok, dan sebagainya
kuantitatif yang termudah adalah dengan menggunakan ukuran
nominal, ranking dan rating (Surahman, dkk, 2016).
d. Langkah-langkah pemecahan masalah dengan metode ilmiah
Langkah-langkah pemecahan masalah dengan metode ilmiah
(Surahman, dkk, 2016).
1) merasakan adanya suatu masalah yang dihadapi
2) merumuskan atau membatasi masalah
3) mencoba mengajukan hipotesis untuk menjelaskan penyebab
masalah
4) merumuskan alasan atau akibat dari hipotesis
5) menguji hipotesis dengan cara mengumpulkan fakta atau
penelitian.
e. Ciri Pendekatan Metode Ilmiah
Meskipun tidak ada konsessus tentang urutan dalam metode
ilmiah, metode ilmiah umumnya memiliki ciri pendekatan sebagai
berikut (Surahman, dkk, 2016) :
1) Kritis dan analitis: mendorong suatu kepastian dan proses
penelitian untuk mengidentifikasi masalah dan metode dari
argumentasi ilmiah. Kesimpulan rasional diturunkan dari bukti
yang ada.
2) Logis: menunjukan pada metode dari argumentasi ilmiah.
Kesimpulan rasional diturunkan dari bukti yang ada.
3) Testability: penelitian ilmiah harus dapat menguji hipotesis
dengan pengujian statistik yang menggunakan data yang
dikumpulkan.
4) Objektif: hasil yang diperoleh ilmuwan yang lain akan sama
apabila studi yang sama dilakukan pada kondisi yang sama.
Hasil penelitian dikatakan ilmiah apabila dapat dibuktikan
kebenarannya.
5) Konseptual dan Teoritis: ilmu pengetahuan mengandung arti
pengembangan suatu struktur kosep dan teoritis untuk menuntut
dan mengarahkan upaya penelitian.
6) Empiris: metode ini pada prinsipnya Saudarabersandar pada
realitas dan confidence peluang kejadian dari estimasi dapat
dilihat.
7) Sistematis; mengandung arti suatu prosedur yang cermat.
8) Generalizability, semakin luas ruang lingkup pengguna hasilnya
semakin berguna.
9) Precision, mendekati realitas dan confidence peluang kerja dari
estimasi dapat dilihat;
10) Parsimony, kesederhanaan dalam pemaparan masalah dan metode
penelitiannya yang diperoleh dari penelitiannya tersebut.
Penulisan secara ilmiah mempunyai teknik tersendiri.
f. Kelebihan metode ilmiah
1) Tersusun secara logis dan sistematis
2) Kebenaran teruji secara empiris
3) Siklus uji terus menerus (siklus deduktif – induktif – verifikatif)
4) Terbuka untuk revisi dan tersurat
g. Kekurangan metode ilmiah
1) Tidak dapat menjawab permasalahan moral dan metafisika
2) Keterbatasan dalam pengukuran fenomena psikologis/kejiwaan
3) Keunikan setiap manusia dalam karakter, lingkungan sosial, nilai,
gaya hidup dan sebagainya merupakan keutuhan yang sulit
untuk dipisah-pisahkan berdasarkan kaidah ilmiah
h. Langkah-langkah Metode Ilmiah
Kegiatan penelitian merupakan suatu kegiatan dengan
menggunakan metode ilmiah. Langkah-langkah dalam metode ilmiah
merupakan langkah yang berjenjang dan berurutan dengan
menggunakan tahapan yang sistematis. Langkah-langkah metode
ilmiah dalam penelitian dapat diuraikan sebagai berikut (Irmawartini
dan Nurhaedah, 2017):
1) Mengidentifikasi dan menentukan masalah yang akan diteliti.
2) Melakukan pengkajian teori yang sudah ada yang relevan dengan
masalah yang ingin diteliti.
3) Merumuskan pertanyaan penelitian.
4) Merumuskan tujuan dari penelitian
5) Mengajukan hipotesis
6) Membuat desain penelitian untuk menjawab pertanyaan penelitian
dan menguji hipotesis.
7) Mengumpulkan data sesuai dengan prosedur yang sudah disusun
pada desain penelitian.
8) Menganalisis data
9) Membuat interpretasi data dan menarik kesimpulan.
Metode ilmiah merupakan hasil sintesis dari proses berfikir ilmiah
berangkat dari suatu permasalahan yang perlu dicari jawaban atau
pemecahan masalahnya melalui kajian data empiris dalam suatu
langkah-langkah kegiatan ilmiah atau penelitian. Proses tersebut
dilakukan secara sistematis dan terkontrol melalui tahapan-tahapan
berikut (Masturoh dan Nauri, 2018) :
1. Menemukan masalah penelitian yang mendorong untuk dicari
pemecahan atau solusinya. Ide masalah dapat ditemukan dari fakta-
fakta di lapangan yang tidak sesuai dengan teori atau terdapat
kesenjangan antara teori dengan kenyataan di lapangan.
2. Menyusun kerangka permasalahan dalam bentuk rumusan masalah
yang jelas batasannya. Masalah yang telah ditemukan dan
didukung dengan fakta atau data terkait. Selain dengan
melakukan observasi dapat juga dilakukan studi pendahuluan
untuk mendapatkan data atau fakta yang sesuai dengan
masalahnya.
3. Menyusun pemecahan masalah dalam bentuk dugaan sementara
yang disebut hipotesis. Hipotesis digunakan untuk mengutarakan
jawaban sementara terhadap masalah yang akan diteliti yang
sifatnya masih praduga karena masih harus dibuktikan
kebenarannya melalui uji statistik.
4. Melakukan pengujian terhadap hipotesis yang telah diajukan.
Hasilnya ada dua kemungkinan yaitu hipotesis diterima atau
ditolak.
5. Merumuskan pemecahan masalah berdasarkan hasil uji hipotesis.
Tahapan penelitian sebagai implementasi dari metode ilmiah,
secara detail dapat digambarkan sebagai berikut (Masturoh dan
Nauri, 2018) :
1) Menguraikan masalah penelitian dalam latar belakang penelitian,
kemudian dirumuskan dalam bentuk pernyataan atau pertanyaan
penelitian. Selanjutnya menyusun tujuan penelitian mengacu
pada uraian dan rumusan masalah pada latar belakang
penelitian tersebut.
2) Melakukan telaah pustaka dengan mencari teori dan materi-materi
terkait topik penelitian serta menyusunnya ke dalam tinjauan
pustaka. Tinjauan pustaka disusun sebagai landasan penyusunan
kerangka teori dan kerangka konsep penelitian.
3) Pada penelitian kuantitatif perlu disusun hipotesis sebagai dugaan
sementara yang nanti akan dibuktikan kebenarannya melalui uji
statistik
4) Menentukan desain penelitian yang sesuai dengan tujuan penelitian
5) Menentukan populasi dan sampel, cara pemilihan sampel, serta
menghitung besar sampel.
6) Menyusun instrumen penelitian dan cara pengumpulan data
7) Menentukan variabel penelitian, definisi operasional, cara ukur,
skala ukur, dan hasil ukur variabel penelitian.
8) Menyusun jadwal dari mulai tahap persiapan, pelaksanaan dan
penyusunan laporan, serta menyusun biaya penelitian yang
diperlukan selama penelitian.
9) Mempersiapkan teknis administrasi seperti mengurus perizinan
ke kesbangpol dan dinas terkait
10) Melaksanakan penelitian dalam tahap pengumpulan data baik
melalui wawancara ataupun melalui observasi sesuai dengan
perencanaan
11) Melaksanakan pengolahan dan analisis data data yang telah
dikumpulkan
12) Menyusun hasil dan pembahasan penelitian dalam laporan akhir
penelitian
13) Melakukan desiminasi penelitian melalui forum seminar hasil
penelitian dan publikasi ilmiah.

B. Plagiarism
Plagiarisme dalam penelitian dapat saja terjadi karena ketidaksengajaan
ataupun disengaja. Oleh karena itu perlu diketahui apa pengertian plagiarisme
dan apa saja yang termasuk ke dalam plagiarisme dan potensi untuk
terjadinya plagiarisme (Wijaya, 2017).
1. Definisi Plagiarisme
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan RI Nomor 17 Tahun 2010
dikatakan: “Plagiat adalah perbuatan sengaja atau tidak sengaja dalam
memperoleh atau mencoba memperoleh kredit atau nilai untuk suatu
karya ilmiah, dengan mengutip sebagian atau seluruh karya dan atau
karya ilmiah pihak lain yang diakui sebagai karya ilmiahnya, tanpa
menyatakan sumber secara tepat dan memadai.” (Wijaya, 2017).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia online disebutkan: “Plagiat
adalah pengambilan karangan (pendapat dan sebagainya) orang lain dan
menjadikannya seolah-olah karangan (pendapat dan sebagainya) sendiri,
misalnya menerbitkan karya tulis orang lain atas nama dirinya
sendiri;jiplakan.” (Wijaya, 2017).
Menurut Oxford American Dictionary dalam Clabaugh (2001)
plagiarisme adalah: to take and use another person’s ideas or writing or
inventions as one’s own. Artinya mengambil dan menggunakan ide
seseorang, tulisan atau penemuan seseorang menjadi miliknya. Inilah yang
disebut plagiarism (Wijaya, 2017).
2. Lingkup Plagiarisme
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan RI Nomor 17 Tahun 2010 pada
pasal 2 lingkup dan pelaku plagiarisme. Plagiat meliputi tetapi tidak
terbatas pada (Wijaya, 2017) :
a. Mengacu dan/atau mengutip istilah, kata-kata dan/atau kalimat, data
dan/atau informasi dari suatu sumber tanpa menyebutkan sumber dalam
catatan kutipan dan/atau tanpa menyatakan sumber secara memadai;
b. Mengacu dan/atau mengutip secara acak istilah, kata-kata dan/atau
kalimat, data dan/atau informasi dari suatu sumber tanpa menyebutkan
sumber dalam catatan kutipan dan/atau menyatakan sumber secara
memadai
c. Menggunakan sumber gagasan, pendapat, pandangan, atau teori tanpa
menyatakan sumber secara memadai;
d. Merumuskan dengan kata-kata dan/atau kalimat sendiri dari sumber
kata-kata dan/atau kalimat, gagasan, pendapat, pandangan, atau teori
tanpa menyatakan sumber secara memadai;
e. Menyerahkan suatu karya ilmiah yang dihasilkan dan/atau telah
dipublikasikan oleh pihak lain sebagai karya ilmiahnya tanpa
menyatakan sumber secara memadai.
3. Tipe plagiarisme
Menurut beberapa ahli (Wijaya, 2017). :
a. Menurut Soelistyo (2011) dalam Wijaya (2017)., ada beberapa tipe
plagiarisme:
1) Plagiarisme kata demi kata (Word for word Plagiarism). Penulis
menggunakan kata-kata penulis lain (persis) tanpa menyebutkan
sum-bernya.
2) Plagiarisme atas sumber (Plagiarism of Source). Penulis
menggunakan gagasan orang lain tanpa memberikan pengakuan
yang cukup (tanpa menyebutkan sumbernya secara jelas).
3) Plagiarisme kepengarangan (Plagiarism of Authorship). Penulis
mengakui sebagai pengarang karya tulis karya orang lain.
4) Self Plagiarism. Termasuk dalam tipe ini adalah penulis
memublikasikan satu artikel pada lebih dari satu redaksi publikasi.
Dan mendaur ulang karya tulis/ karya ilmiah. Yang penting dalam
self plagiarism adalah bahwa ketika mengambil karya sendiri,
maka ciptaan karya baru yang dihasilkan harus memiliki perubahan
yang berarti. Artinya Karya lama merupakan bagian kecil dari
karya baru yang dihasilkan. Sehingga pembaca akan memperoleh
hal baru, yang benar-benar penulis tuangkan pada karya tulis yang
menggunakan karya lama.
b. Daniel Ronda (2015:101) dalam Wijaya (2017). memberikan kategori
plagiarisme apabila:
1) Mengutip kata per kata, atau kalimat secara verbatim tanpa
menyebutkan sumber tulisan dan penulisnya.
2) Mengambil ide seseorang yang belum menjadi “commom
knowledge”, dan masih eksklusif dari penemunya dan kemudian
mengklaim sebagai miliknya.
3) Menyebutkan nama orang yang punya ide, tetapi kalimat dan
bahasanya menggunakan bahasa orang yang dikutip secara
verbatim dan tidak memakai tanda petik di antaranya, maka itu
termasuk tindakan yang tidak pantas.
4) Menerjemahkan karya orang dari bahasa asing tanpa menyebut
sumber asli, dan yang walaupun itu karya menerjemahkan
merupakan hasil keringat sendiri, tetapi tidak demikian dengan
idenya. Kita bisa sebut sebagai saduran, apabila kita
menerjemahkan bebas yang disesuaikan dengan konteks kita.
Selanjutnya Daniel Ronda (2015:100) dalam Wijaya (2017).
Mengemukakan bahwa kategori bukan plagiarisme apabila:
1) Ide atau pernyataan-pernyataan yang diambil sudah menjadi
pengetahuan yang umum dan lazim di dalam masyarakat.
2) Bila ide seseorang sudah mengendap pada dirinya, dan pada
waktunya dikeluarkan baik lisan maupun tulisan tidak perlu
mencari siapa yang punya, sepanjang ekspresi penyampaian
dengan bahasa sendiri (tetap mengacu kepada poin 1).
4. Faktor pendorong plagiarisme
a. Terbatasnya waktu untuk menyelesaikan sebuah karya ilmiah
sehingga mencari cara mudah dengan copy-paste atas karya orang
lain.
b. Malas membaca buku-buku yang berhubungan dengan penelitian dan
kurang melatih pikiran untuk melakukan analisis dan logika terhadap
sumber pustaka yang dimiliki serta kurang mencari referensi
berbahasa Inggris yang lebih banyak dan juga referensi jurnal.
c. Kurangnya pemahaman tentang kapan dan bagaimana harus
melakukan kutipan. Dalam hal ini seorang penulis tidak menyadari
mengutip dari sumber sekunder dan tertier tanpa memiliki sumber
primer referensi sehingga berpotensi plagiarisme.
d. Apapun alasan seseorang melakukan tindakan plagiat, hal ini dapat
dikategorikan sebagai tindak pencurian (Wijaya, 2017).
5. Hal yang harus diperhatikan untuk mencegah plagiarisme
Beberapa hal yang harus diperhatikan untuk mencegah kita dari
plagiarisme, yaitu (Wijaya, 2017) :
a. Menggunakan dua tanda kutip, jika mengambil langsung satu
kalimat, dengan menyebutkan sumbernya. Perlu diingat untuk
menghindari pengutipan dari blog atau web dengan cara copy-paste
tanpa memiliki buku sumber utamanya.
b. Menuliskan daftar pustaka, atas karya yang dirujuk, dengan baik dan
benar. Yang dimaksud adalah sesuai panduan yang ditetapkan
masing-masing institusi dalam penulisan daftar pustaka.
c. Melakukanparafrase dengan tetap menyebutkan sumbernya. Parafrase
adalah mengungkapkan ide/gagasan orang lain dengan menggunakan
kata-kata sendiri, tanpa merubah maksud atau makna
ide/gagasandengan tetap menyebutkan sumbernya. Dalam hal ini
walaupun penulismelakukan saduran dari apa yang dikemukakan oleh
penulisbuku atau pembicara maka penulis harus tetap menuliskan
nama pemilik ide dan publikasinya.
d. Hindari seminimal mungkin untuk membaca artikel yang tidak dimuat
di dalam majalah, jurnal dan buku karena potensi untuk copy-paste
sangat tinggi. Apabila Anda tidak memiliki buku tersebut maka Anda
harus memberikan penjelasan sumber di mana Anda
mendapatkannya.
e. Sumber yang terdapat di dalam skripsi, tesis dan disertasi pada
tinjauan teori/pustaka sebaiknya Anda telah memiliki bukunya karena
potensi plagiarisme tampak apabila Anda hanya mengetik kembali
sebuah tulisan tanpa memahami dan melakukan paraphrase.
6. Sanksi untuk plagiarisme
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan RI Nomor 17 Tahun 2010
pada pasal 12 yaitu (Wijaya, 2017) :
a. Teguran. Teguran dilakukan secara lisan oleh institusi dalam hal ini
pengajar, dosen dan pembimbing.
b. Peringatan tertulis.
c. Penundaan pemberian sebagian hak mahasiswa.
d. Pembatalan nilai satu atau beberapa mata kuliah yang diperoleh
mahasiswa.
e. Pemberhentian dengan hormat dari status sebagai mahasiswa.
f. Pemberhentian tidak dengan hormat.
g. Pembatalan ijazah apabila mahasiwa telah lulus.
Sedangan sanksi yang diberikan dalam Undangundang Sisdiknas:
Mempergunakan karya ilmiah jiplakan untuk memperoleh gelar akademik,
profesi, vokasi dipidana penjara paling lama 2 tahun dan/atau denda paling
banyak Rp 200 juta. Plagiarisme sangat merugikan sivitas akademika
dalam mengembangkan penelitian dan hak kekayaan intelektual (HAKI)
karena dengan melakukan plagiarisme berarti mental “mencuri” telah ada
dalam diri peneliti dalam penelitiannya (Wijaya, 2017).

Mata Kuliah : Metodologi Penelitian


Hari/ Tanggal : Selasa/ 17 Agustus 2021
Pertemuan :3
Materi : Masalah Penelitian
Dosen : Dr. Wijayantono, SKM, M.Kes
Basuki Ario Seno, SKM, M.Kes
Edi Nur, SKM, M.Kes
Muchsin Riviwanto, SKM, M.Si

A. Pengertian Masalah Penelitian


Masalah adalah kesenjangan (gap) antara harapan dengan kenyataan,
kesenjangan antara apa yang diinginkan atau yang dituju dengan kenyataan
atau fakta yang ada atau juga merupakan kesenjangan antara teori-teori
dengan fakta (Irmawartini dan Nurhaedah, 2017).
Masalah adalah deskripsi mengenai kesenjangan antara teori dan praktek,
antara aturan dan pelaksanaan, atau antara harapan dan kenyataan. Masalah
timbul karena adanya tantangan, kesangsian terhadap fenomena, ambiguitas,
hambatan atau kesenjangan/gap (Surahman, dkk, 2016).
Terminologi “masalah” memiliki arti dan interpretasi yang berbeda-beda,
namun demikian perlu dibuat definisinya. Menurut Burns & Goves, masalah
penelitian (research problem) adalah suatu area/wilayah yang menjadi
konsentrasi peneliti. Masalah penelitian dapat berbentuk sebagai berikut
(Brink, 2009 dalam Heryana, 2019):
- terdapat kesenjangan (gap); atau
- terdapat situasi yang membutuhkan solusi, perbaikan, atau perubahan; atau
- terdapat perbedaan antara “cara-cara yang aktual terjadi” dengan “cara-
cara yang seharusnya terjadi”
Masalah penelitian adalah pertanyaan tentang situasi problematik yang
timbul dari kesenjangan antara kenyataan dengan teori atau fakta empirik
penelitian terdahulu yang memungkinkan untuk dijawab dan terdapat lebih
dari satu kemungkinan jawaban. Masalah penelitian dapat bersumber dari
bacaan, teori, diskusi, seminar, pertemuan ilmiah, pernyataan pemegang
otoritas, pengamatan, pengalaman pribadi, intuitif dan dokumen (Irmawartini
dan Nurhaedah, 2017).
Masalah penelitian adalah suatu kesenjangan yang yang terjadi, relevan
dan terdokumentasi yang pemecahan atau alternatif pemecahannya
memerlukan penelitian. Masalah penelitian dapat berupa common sense atau
intuitif yang identifikasi/pemecahannya hanya dapat dilakukan melalui
penelitian. Kesenjangan dapat berupa belum ada informasi, informasi
bertentangan dengan teori, atau informasi belum lengkap atau kurang tajam
(Surahman, dkk, 2016).
Contoh-contoh masalah antara lain(Irmawartini dan Nurhaedah, 2017) :
- Masih tingginya kejadian TB paru di Indonesia, padahal program
pengobatan dan pencegahan sudah menjadi program pemerintah sejak
lama.
- Target cakupan air bersih minimal 80%, kenyataan baru 65% masyarakat
yang mendapatkan akses air bersih.
- UU no 18 tahun 2008 mewajibkan bahwa sampah dikelola dari
sumbernya, namun masih banyak tumpukan sampah di lingkungan
pemukiman dan menimbulkan bau serta tempat perindukan lalat.

B. Identifikasi (Masalah, Kausalitas, Dampak)


1. Identifikasi Masalah
Mengidentifikasi masalah penelitian dilakukan untuk menentukan
masalah mana yang perlu segera dicari penyelesaiannya. Mengidentifikasi
permasalahan-permasalahan dapat dilakukan dengan cara
mengelompokkan sekaligus memetakan masalah-masalah tersebut
secara sistematis berdasarkan keahlian bidang peneliti. Menurut
Ahmad nursanto dalam mengidentifikasi masalah perlu memperhatikan
hal-hal sebagai berikut (Nurmalasari, 2018) :
- Esensial, masalah yang akan diidentifikasi menduduki urutan paling
penting diantara masalah-masalah yang ada.
- Urgen, masalah yang akan dipecahkan mendesak untuk dicari
penyelesaiannya.
Masalah mempunyai manfaat apabila dipecahkan. Berbagai gejala yang
tampak dalam latar belakang masalah memperlihatkan adanya masalah.
Untuk dapat menemukan masalah yang akan diteliti, terdapat beberapa
sumber yang ada (Nurmalasari, 2018)
- Artikel jurnal ilmiah, buku teks, majalah, thesis, dan lain-lain.
- Kebijakan publik, seperti kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah,
aturanperundang-undangan, peraturan daerah, dan lain-lain.
- Kondisi objektif yang ada ditempat kerja, seperti mekanisme, prosedur
kerja,pelayanan terhadap pelanggan, dan lain-lain.
Cara Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah penelitian pada umumnya terwujud saat peneliti
menguraikan masalah penelitiannya. Identifikasi masalah tersebut
merupakan wujud penguraian dan penegasan batas-batas temuan
permasalahan penelitian, sehingga cakupan penelitian terfokus pada hal-
hal tertentu saja. Dalam identifikasi permasalahan penelitian terdiri atas
dua langkah pokok, yaitu (a) penguraian latar belakang permasalahan dan
(b) perumusan permasalahan.
a. Penguraian Latar Belakang Masalah Penelitian
Penguraian latar belakang permasalahan penelitiandimaksudkan
untuk mengantarkan dan menjelaskan mengenaifenomena apakah yang
tampak di mata peneliti atau yang terjadi dilapangan sehingga
memerlukan penelitian. Permasalahanpenelitian juga mengungkapkan
mengapa hal-hal (fenomenafenomenaatau variabel-variabel) tertentu
yang diteliti dandianggap penting, Selain itu, peneliti juga perlu
mengungkap alas anmengapa subjek tersebut yang dipilih.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, pada dasarnya,
permasalahan diuraikan sebagai suatu kondisi kesenjangan atau
ketidaksesuaian antara apa yang seharusnya terjadi (das
sollenwhatshould be) dan apa yang sesungguhnya sedang terjadi
(dassein-what is happening). Kesenjangan tersebut juga dapat berupa
adanya keragaman hasil penelitian, meskipun variabel, tujuan maupun
teknik analisis penelitiannya sama. Oleh karena itu, dalam latar
belakang masalah perlu disajikan data atau fakta yang relevan dan
mendukung uraian mengenai pentingnya permasalahan yang
dibicarakan.
Pada umumnya, penguraian permasalahan penelitian berangkat
dari latar belakang yang bersifat umum, yaitu berada dalam kerangka
pemikiran yang luas dengan mengaitkan topic penelitian pada banyak
hal yang relevan menuju ke permasalahan yang lebih spesifik dan
terpusat pada pokok persoalannya. Cara yang demikian ini yang
disebut deduktif. Dengan demikian, pembaca tergiring dari sudut
pandang permasalahan yang luas menuju kepada suatu topik tertentu
yang hendak diteliti saja.
Dalam penguraian masalah, peneliti selalu membatasi pada
masalah tertentu saja. Akibat keterbatasan kemampuan (dana, tenaga
dan pikiran) maka peneliti tidak mungkin mampu meneliti banyak
problematika yang ada melainkan hanya dapat meneliti sebagian kecil,
bahkan pada bidang tertentu saja yang memang benar-benar
dikuasainya. Selain itu, dengan adanya penentuan masalah tertentu saja
maka peneliti dapat terfokus dan dapat mengulas secara mendalam
hasil penelitiannya.
Uraian latar belakang permasalahan harus disusun secara
sistematik dengan membatasi permasalahan yang hendak diteliti,
meskipun diawali dengan uraian (referensi) yang lebih luas.
Penyusunan alenia demi alenia secara sistematik tersebut akan
memudahkan pembaca untuk mencernanya. Selain itu, dalam uraian
masalah, khususnya pada penelitian tindakan, juga perlu disertai data
sebagai bukti adanya permasalahan (kesenjangan) penelitian, sehingga
hal ini dapat memudahkan pembaca untuk memahaminya juga.
Perlu dipahami bahwa uraian permasalahan penelitian pada
kelompok jenis penelitian yang inferensial berbeda penekanannya
dengan jenis penelitian tindakan atau eksperimen. Hal ini disebabkan
kedua kelompok penelitian tersebut memiliki karakteristik yang
berbeda.
Pada penelitian tindakan maupun eksperimen, permasalahan
ditekankan pada adanya penguraian dan penyajian masalah konkret
yang benar-benar dialami oleh diri subjek. Hal ini disebabkan jenis
penelitian tindakan maupun eksperimen merupakan penelitian yang
bersifat kekinian, yang menggambarkan kondisi subjek penelitian
setelah mendapat perlakuan.
Dalam uraian latar belakang penelitian, peneliti perlu
menjelaskan alasan mengapa perlu ada tindakan untuk mengatasi
masalah konkret yang diketemukan saat pra-penelitian. Selanjutnya
peneliti juga perlu menjelaskan alasan penggunaan variabel bebas
sebagai treatment (perlakuan) dalam mengatasi temuan masalah
konkretnya. Penjelasan tersebut berisikan mengenai mengapa
treatment dilakukan untuk mengatasi temuan masalahnya, dan apa
keterkaitan treatment dengan masalah penelitiannya. Sebaiknya
peneliti mencari atau mengutip penjelasan-penjelasan tersebut dari
pendapat ahli yang relevan, dengan menyertakan sumber kutipannya.
b. Perumusan Masalah Penelitian
Pada bagian ini berisikan rincian masalah yang diketemukan
peneliti beserta keterkaitan penyebab timbulnya permasalahan
tersebut. Penyusunan identifikasi masalah pada umumnya dilakukan
saat pra-penelitian yakni melalui kegiatan wawancara, pengamatan
maupun mengkaji data dokumenter yang tersedia. Dengan adanya
identifikasi masalah, akan memudahkan peneliti dalam menyusun
rancangan tindakan dalam upaya mengatasi masalah konkret yang
diketemukan peneliti.
Setelah latar belakang permasalahan diuraikan dengan seksama,
maka selanjutnya peneliti merumuskan pokok-pokok permasalahan
dalam bentuk kalimat-kalimat tanya yang hendak dicari jawabannya,
yakni berupa rumusan masalah. Rumusan masalah merupakan
pertanyaan-pertanyaan dasar dalam penelitian (basic questions) yang
akan dicari jawabannya dengan menganalisis data sesuai tujuan
penelitiannya. Pada penelitian yang termasuk kelompok tindakan
khususnya eksperimen, peneliti bukan hanya merumuskan pertanyaan
penelitian tetapi juga merumuskan jawaban sementara dari pertanyaan
tersebut. Jawaban sementara tersebut diformulasikan dalam bentuk
hipotesis penelitian, biasanya disusun pada bagian kajian teoritis.
Adapun ciri-ciri rumusan masalah pada umumnya sebagai
berikut:
1) Disusun dalam bentuk kalimat tanya,
2) Menanyakan mengenai hubungan atau mengaitkan keberadaan
antar variabel, minimal pada dua variabel.
3) Harus dapat diuji melalui metode empirik, yakni melalui analisis
dari data yang dikumpulkan sesuai variabel penelitian.
2. Identifikasi Kausalitas
Penelitian eksplanatoris yang meneliti hubungan sebab-akibat
(kausalitas) sering dianggap memiliki makna yang lebih berarti
dibandingkan riset eksploratoris ataupun riset deskriptif (perhatikan
kategorisasi riset dalam Cooper dan Schindler, 2001 dalam Gudono,
2006). Namun demikian riset eksplanatoris juga rentan terhadap
kekeliruan identifikasi mengenai kausalitas dan ini bisa fatal. Misalnya,
kita menduga bahwa X berpengaruh terhadap Y dan data empiris
mendukung hubungan tersebut. Dalam penelitian crossectional bisa saja
kita terkecoh terhadap temuan ini, karena bukan tidak mungkin hubungan
yang benar adalah Y berpengaruh terhadap X dan kita tidak tahu
mengenai kekeliruan tersebut karena kita tidak melakukan pengujian lebih
lanjut (Gudono, 2006).
Masalah tersebut di atas bisa terjadi karena secara filosofis
pembuktian bahwa sesuatu adalah penyebab sesuatu yang lainnya
cukup rumit. Dalam setiap pengujian hipotesis kausalitas ada beberapa tipe
kesalahan berkaitan dengan arah kausalitas.
- Kesalahan tipe I terjadi bilamana peneliti tidak menemukan bukti
yang kuat terhadap model kausalitas dengan arah yang sudah benar
(misalnya X→Y).
- Kesalahan tipe II terjadi bilamana peneliti “berhasil menemukan”
adanya hubungan kausalitas sebuah model kausalitas yang arahnya
salah (misalnya, seharusnya Y→X, bukan X→Y). Kesalahan tipe
II bisa saja terjadi selama X berkorelasi bivariat dengan Y.
- Kesalahan tipe III terjadi bilamana peneliti menemukan ada bukti
yang kuat terhadap model kausalitas dengan arah yang sudah
benar (misalnya X→Y) dari subsampel yang ekstrim dan mengira
hubungan tersebut juga demikian adanya pada kelompok sampel
lain, padahal tidak demikian. Kesalahan tipe III bisa dikurangi dengan
replikasi penelitian dalam rangka menguji kegeneralan (masalah
validitas eksternal) suatu temuan ilmiah. Tulisan ini bertujuan
membantu peneliti mengurangi kesalahan tipe II dengan
menguraikan dua cara untuk menguji kebenaran arah kausalitas, baik
untuk riset yang bersifat eksperimental ataupun noneksperimental,
misalnya yang memakai data sekunder (Gudono, 2006).
Dalam perkembangannya, beberapa literatur metodologi menyebutkan
ada tiga persyaratan yang harus dipenuhi secara serentak untuk
memastikan adanya pengaruh yang bersifat kausalitas (Neuman, 2000
dalam Gudono, 2006).
- Syarat pertama adalah bahwa antara dua variabel tersebut (misalnya
X dan Y) sama-sama berubah nilainya. Dengan kata lain, ada
covarians ataupun korelasi antara X dan Y. Namun demikian
syarat ini saja tidak cukup bilamana ternyata ada variabel ketiga
menjadi penyebab perubahan keduanya).
- Syarat kedua adalah bahwa penyebab (misalnya X) terjadi lebih dulu
(dari aspek waktu) dibanding yang disebabkan (misalnya Y).
Syarat ini tampak jelas dipengaruhi oleh pandangan-pandangan
yang bersifat positivis.
- Syarat ketiga adalah bahwa peneliti telah menghilangkan
kemungkinan (ruled-out) faktor-faktor lain sebagai penyebab
perubahan variabel dependen (misalnya, Y). Syarat ini membuat
pemilihan variabel independen menjadi all-inclusive dan tentu saja
tidak mudah dipenuhi karena variabel extraneous dalam dunia nyata
jumlahnya sangat banyak sekali.
3. Identifikasi Dampak
Dalam pelaksanaan studi AMDAL (Analisis Mengenai
Dampak lingkungan), identifikasi dampak umumnya difokuskan pada
kegiatan suatu usaha atau proyek yang diperkirakan akan menjadi
sumber dampak serta komponen-komponen/parameter-parameter
lingkungan yang diperkirakan akan mengalami perubahan mendasar
akibat rencana kegiatan/usaha/proyek.
Dalam proses identifiksi dampak, penyusun studi AMDAL harus
dapat menetapkan apa yang menjadi penyebab dampak atau sumber
perubahan lingkungan serta sekaligus menetapkan dengan cermat
bagaimana proses yang akan terjadi pada komponen-komponen
lingkungan yang akan mengalami dampak. Dari hasil identifikasi ini lalu
dicari upaya penanganan dampak lingkungan baik berupa upaya
pencegahan, penanggulangan maupun pengendalian. Upaya-upaya ini
diarahkan agar dapat mengurangi dampak-dampak yang bersifat negatif
serta mengembangkan dampak-dampak yang bersifat positif. Dalam
identifikasi dampak dikenal tiga metode :
a. Daftar uji yang terdiri atas :
1) Daftar uji sederhana (Simple Checklist)
Setiap komponen/parameter Iingkungan yang diasumsikan
akan terkena dampak akibat adanya suatu rencana kegiatan atau
proyek didaftarkan. Komponen/parameter Iingkungan yang
teridentifikasi sebagai komponen yang perlu mendapat perhatian
diberi tanda (misalnya : "V" atau "X" dan sebagainya) selanjutnya
dijadikan bahan telaahan dalam studi ANDAL.
2) Daftar uji kuesioner (Questioner Checklist)
Dalam daftar ini dimuat serangkaian pertanyaan-pertanyaan
yang dapat mengarahkan penyusun dokumen ANDAL untuk
melakukan identifikasi terhadap komponen-komponen atau
parameter Iingkungan hidup yang diasumsikan akan terkena
dampak akibat kegiatan/proyek.
3) Daftar uji deskriptif (Descriptive Checklist)
Daftar uji ini berisi hal-hal penting yang perlu diteliti oleh
penyusun dokumen ANDAL seperti faktor-faktor apa saja
yangperlu diperhatikan, data yang diperlukan sumber data
termasukjuga di dalamnya metode perkiraan dampak yang
diusulkan untuk dipakai dalam proses lanjutan dari identifikasi
dampak.
Dalam mengaplikasi daftar uji ini perlu di uji terdahulu
kesesuaiannya terhadap proyek dan Iingkungan yang akan diteliti
dengan kata lain tidak ada daftar uji yang cocok untuk
diaplikasikan pada semua jenis proyek di semua jenis lokasi yang
berbeda. Kelemahan lain dari daftar uji ini adalah tidak di ketahui
secara jelas sumber dampaknya.
b. Matriks
Identifikasi dampak dapat pula dilakukan dengan menggunakan
matriks. Matriks tersebut dapat dipakai untuk mengidentifikasi
interaksi antar kegiatan proyek dan komponen Iingkungan yang akan
terkena daropak. Dalam matriks ini biasanya kegiatan-kegiatan proyek
dicantumkan pada sumbu horison, sedangkan pada sumbu vertikal
termuat sejumlah komponen-komponen Iingkungan yang terkena
dampak. Koordinat antara lajur dan baris menunjukkan interaksi antar
komponen kegiatan dengan komponen Iingkungan hidup.
c. Bagan alir (flow chart).
Pada prinsipnya metode ini dirancang untuk mengidentifikasi
interaksi antara kegiatan yang merupakan sumber dampak dan
komponen Iingkungan hidup yang terkena dampak dalam suatu
jalinan sebab, kondisi, efek.
Dampak yang mungkin terjadi dibedakan ke dalam tiga kelompok:
1) Perubahan tingkat pertama yang disebut kondisi permulaan.
2) Perubahan tingkat kedua yang diakibatkan oleh kondisi
permulaan. Perubahan kedua ini disebut kondisi akibat.
3) Perubahan tingkat ketiga, disebut efek.
Perubahan-perubahan terjadi secara bertingkat mulai dampak orde
pertama, kedua dan ketiga.
Adapun fungsi dari indentifikasi dampak, yaitu:
1. Mengidentifikasi komponen/parameter lingkungan yang diperkirakan
akan mengalami perubahan mendasar (dampak penting) sebagai akibat
rencana kegiatan (proyek).
2. Mengidentifikasi komponen/parameter lingkungan yang diperkirakan
akan mengalami perubahan mendasar (dampak penting) sebagai akibat
rencana kegiatan (proyek).
3. Terutama digunakan di saat proses pelingkupan dalam rangka
penyusunan dokumen Kerangka Acuan.

C. Syarat Masalah Penelitian


Beberapa unsur yang perlu diperhatikan dalam menentukan masalah
penelitian, antara lain (Masturoh dan Nauri, 2018) :
1. Besaran Masalah (magnitude of the problem)
Masalah penelitian yang akan diteliti harus didukung dengan data.
Data yang ditampilkan sebaiknya aktual yang terjadi dalam kurun waktu 3
tahun terakhir beserta penyebab dan dampak yang diuraikan dalam bentuk
narasi. Contohnya data pasien demam berdarah Dengue (DBD) dalam 3
tahun terakhir di sebuah rumah sakit, kemungkinan ada yang mengalami
peningkatan atau penurunan. Dengan data yang terlalu sedikit jumlahnya
akan sulit untuk dilaksanakan penelitian kecuali untuk penyakit langka
atau jarang ditemukan seperti penyakit difteri, H5N1, dan lain-lain.
Apabila data yang diperlukan masih kurang atau bahkan tidak ada maka
dapat diangkat data pada rumah sakit dengan tingkat yang lebih tinggi
yaitu pada rumah sakit pusat rujukan atau data nasional. Contohnya
peneliti berniat meneliti tentang ketepatan penentuan kode pada pasien
kanker paru, sementara di rumah sakit setempat, data kasus yang
dibutuhkan tidak ada sehingga dapat menggunakan data pada rumah sakit
dengan tingkat yang lebih tinggi atau rumah sakit khusus paru (Masturoh
dan Nauri, 2018).
2. Keseriusan Masalah
Keseriusan sebuah masalah dalam penelitian dapat dilihat dari
dampak yang akan timbul, telah atau sedang terjadi. Dalam kaitannya
dengan contoh diatas, dampak yang timbul apabila kode penyakit paru
dinyatakan tidak sesuai pada saat proses pengajuan klaim maka
kemungkinan klaim dikembalikan lagi untuk diperbaiki atau bahkan
ditolak, sehingga pada akhirnya pencairan menjadi tertunda, terdapat
selisih atau bahkan rumah sakit mengalami kerugian, sementara biaya
operasional telah dikeluarkan dan biaya untuk operasional lainnya dan
pengobatan serta perawatan pasien lainnya pun terus berjalan (Masturoh
dan Nauri, 2018).
3. Kesensitifan Masalah
Masalah penelitian dianggap sensitif bila masalah penelitian
bertentangan dengan kultur atau budaya, ras, dan agama. Hal-hal yang
digali biasanya hal yang tersirat bukan tersurat seperti keyakinan dan
sikap. Menurut Notoatmodjo (2012) dalam Masturoh dan Nauri (2018),
sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap sesuatu. Karena sifatnya yang tertutup maka belum tentu hasilnya
adalah hal yang sebenarnya namun bisa saja apa yang diungkapkan
berbeda dengan apa yang ada dalam hatinya karena merasa tidak enak atau
belum percaya sepenuhnya terhadap penanya. Contohnya penelitian
tentang dukungan pimpinan dalam pelaksanaan sistem informasi di
Puskesmas, belum tentu seorang staf mengungkapkan penilaian yang
sebenarnya terhadap pimpinannya tersebut karena merasa tidak enak atau
takut (Masturoh dan Nauri, 2018).
Tidak semua masalah dapat diangkat menjadi masalah penelitian. Hulley
dan Cummings dalam Satroasmoro dan Ismael (2014) dalam Masturoh dan
Nauri (2018) mengungkapkan bahwa agar suatu masalah layak untuk
diangkat menjadi masalah penelitian, maka diperlukan syarat-syarat FINER
(feasible, interesting, novel, ethical, relevant):
1. Kemampulaksanaan (feasible)
Suatu masalah penelitian dapat dijawab dengan penelitian. Dengan
memperhatikan berbagai pertimbangan seperti aspek metodologi
khususnya tentang besar sampel, dimana untuk penelitian kuantitatif harus
memenuhi jumlah sampel minimal atau jumlah harus berdasarkan hasil
perhitungan rumus besar sampel,biaya, sarana, waktu, dan lain-
lain.Pertimbangan-pertimbangan teknis tersebut dapat menentukan apakah
masalah dapat dijawab melalui penelitian atau tidak (Masturoh dan Nauri,
2018).
2. Menarik (Interesting)
Peneliti harus memiliki minat dan ketertarikan terhadap masalah
penelitiannya. Seseorang yang tertarik terhadap sesuatu maka akan
semangat untuk berupaya untuk dapat menyelesaikannya dengan sebaik-
baiknya dan seideal mungkin sesuai dengan tujuan atau target. Sebaliknya,
apabila tidak berminat maka akan cenderung melaksanakannya dengan
terpaksa atau seadanya (Masturoh dan Nauri, 2018).
3. Memberi nilai baru (Novel)
Penelitian yang dilakukan dapat memberikan sesuatu hal yang baru
atau masalah yang diangkat kekinian sesuai dengan issue yang sedang
berkembang di masyarakat. Meski demikian bukan berarti penelitian yang
dilakukan tidak boleh sama dengan penelitian sebelumnya. Penelitian
dapat dilakukan juga untuk membuktikan apakah hasilnya konsisten sama
dengan hasil penelitian sebelumnya ataukah bertentangan. Dengan
menggunakan metode penelitian yang berbeda, atau dengan menambahkan
variabel penelitian lainnya, apakah hasilnya akan berbeda ataukah sama
(Masturoh dan Nauri, 2018).
4. Etis (ethical)
Penelitian yang dilakukan tidak boleh bertentangan dengan
etika.Etika adalah ilmu tentang benar dan salah atau tentang hak dan
kewajiban, sementara etis adalah hal yang sesuai dengan etika yang telah
berlaku dan disepakati secara umum.Dikatakan etis bila sudah sesuai
dengan norma-norma sosial, agama dan lainnya yang diterima secara
umum.Dikatakan tidak etis bila tidak sesuai dengannorma-norma sosial,
agama, dan lainnya yang diterima secara umum.Khusus penelitian yang
melibatkan manusia sebagai sampel penelitian, harus medapatkan telaahan
dan persetujuan komisi etik terlebih dahulu sebelum melaksanakan
penelitian (Masturoh dan Nauri, 2018).
5. Relevan (relevant)
Penelitian yang dilakukan harus relevan dengan ilmu pengetahuan
khususnya sesuai dengan bidang yang ditekuninya.Penelitian juga harus
relevan dengan keadaan saat ini sehingga masalah penelitian harus aktual
dan sesuai dengan issue yang berkembang saat ini dan berdasarkan sumber
informasi atau referensi yang mutakhir.Masalah penelitian kesehatan dari
tahun ke tahun berkembang pesat dengan kompleksitas penyakit serta
munculnya penyakit-penyakit yang sebelumnya tidak ada.Oleh karena itu,
penelitian kesehatan harus relevan dengan perkembangan kemajuan ilmu,
perkembangan penyakit serta dapat memberikan manfaat bagi pengambil
kebijakan (Masturoh dan Nauri, 2018).
Menurut Nurmalasari (2018) Ada syarat-syarat tertentu yang harus
dipenuhi agar bisa diangkat sebagai masalah penelitian. Setidaknya terdapat
tujuh syarat yang harus dipenuhi, yaitu:
1. Tersedia data atau informasi untuk menjawabnya,
2. Data atau informasi tersebut diperoleh melalui metode ilmiah, seperti
wawancara,observasi, kuesioner, dokumentasi, partisipasi, dan
evaluasi/tes,
3. Memenuhi persyaratan orisinalitas, diketahui melalui pemetaan penelitian
terdahulu (state of the arts),
4. Memberikan sumbangan teoretik yang berarti bagi pengembangan ilmu
pengetahuan,
5. Menyangkut isu kontroversial dan unik yang sedang hangat terjadi,
6. Masalah tersebut memerlukan jawaban serta pemecahan segera, tetapi
jawabannyabelum diketahui masyarakat luas, dan
7. Masalah itu diajukan dalam batas minat (bidang studi) dan kemampuan
peneliti.
Ciri perumusan masalah penelitian yang baik (Surahman, dkk, 2016) :
a. Orisinalitas ide, misalnya pengembangan teori, informasi atau metode
baru
b. Bermanfaat untuk bidang ilmiah maupun aplikatif
c. Pernyataan yang jelas tentang masalah penelitian
d. Aspek kelayakan dari segi biaya, waktu, alat, keahlian, subjek penelitian
Mata Kuliah : Metodologi Penelitian
Hari/ Tanggal : Selasa/ 24 Agustus2021
Pertemuan :4
Materi : Tinjauan Pustaka dan Pengutipan
Dosen : Dr. Wijayantono, SKM, M.Kes
Basuki Ario Seno, SKM, M.Kes
Edi Nur, SKM, M.Kes
Muchsin Riviwanto, SKM, M.Si
A. Pengertian Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka adalah kegiatan yang meliputi mencari, membaca dan
menelaah laporan-laporan penelitian dan bahan pustaka yang memuat teori
teori yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan. Hasil dari kegiatan
ini adalah menyusun dasar atau kerangka teori penelitian yang disajikan pada
bab tinjauan pustaka (Irmawartini dan Nurhaedah, 2017).
Teori yang disajikan pada tinjauan pustaka menerangkan hubungan dari
beberapa konsep yang menjelaskan masalah penelitian. Konsep-konsep
tersebut akan diuraikan menjadi variabel-variabel penelitian. Pada tinjauan
pustaka juga harus memuat hasil-hasil penelitian sebelumnya yang terkait
dengan masalah yang akan diteliti. Melalui bab tinjauan pustaka seorang
peneliti diharapkan dapat menjelaskan kepada pembaca mengenai dasar teori
dilakukan penelitian, terutama alasan mengapa suatu masalah dipilih untuk
diteliti dan mengapa beberapa variabel tertentu dianggap dapat memberikan
kejelasan terhadap masalah yang akan diteliti (Irmawartini dan Nurhaedah,
2017).
Agar diperoleh informasi yang terbaru dan berkaitan erat dengan
permasalahannya, maka kepustakaan yang dicari dan digunakan harus
kepustakaan yang mutakhir dan benar-benar relevan (Irmawartini dan
Nurhaedah, 2017).
Dari penelaahan kepustakaan akan diperoleh konsep-konsep dan teori-
teori yang bersifat umum, yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.
Melalui prosedur logika dedukatif akan dapat ditarik kesimpulan yang
spesifik yang mengarah pada penyusunan jawaban sementara terhadap
permasalahan penelitiannya. Dari penelaahan kepustakaan juga akan
diperoleh informasi empiris yang spesifik yang berkaitan dengan
permasalahan penelitian. Melalui prosedur logika induktif akan diperoleh
kesimpulan umum yang diarahkan pada penyusunan jawaban teoritis terhadap
permasalahannya (Irmawartini dan Nurhaedah, 2017).

B. Tujuan Melakukan Tinjauan Pustaka


Secara umum tujuannya adalah untuk meningkatan pemahaman dan
perluasan wawasan tentang teori-teori dan penelitianpenelitian sebelumnya
berkaitan dengan masalah yang akan diteliti. Tujuan melakukan tinjauan
kepustakaan pada dasarnya adalah menunjukan jalan memecahkan
permasalahanpenelitian. Jika peneliti tahu apa yang telah dilakukan peneliti
lain, peneliti akan lebih siap dengan pengetahuan yang lebih mendalam dan
lengkap. Secara khusus tujuan melakukan tinjauan pustaka adalah
(Irmawartini dan Nurhaedah, 2017) :
1. Membatasi masalah dan ruang lingkup penelitian
Sebelum menyusun proposal biasanya kita sudah mempunyai topik
penelitianberdasarkan masalah yang ditemui. Namun terkadang timbul
kebingungan sampai sejauhmana topik tersebut akan diteliti dan apa
batasannya. Untuk memberi Batasan penelitianyang akan dilakukan maka
terlebih dahulu dilakukan penelusuran kepustakaan (Irmawartini dan
Nurhaedah, 2017)
Contoh :
- Topik yang akan diangkat sebagai penelitian adalah masalah
pengelolaan sampah. Namun bingung menentukan ruang lingkup
dari pengelolaan sampah itu sendiri. Pengelolaan sampah apakah
akan dilihat dari aspek manajemen, teknis operasional atau aspek
hukum? Misalnya jika dilihat dari aspek teknis operasional apakah
semua langkah dalam kegiatan pengelolaan sampah akan diteliti?
Untuk membatasinya maka perlu diketahui terlebih dahulu tentang
pengelolaan sampah.
Yang perlu diperhatikan adalah, dalam lebih baik memilih masalah
dan ruang lingkup yang sempait tapi penelitian dilakukan dengan baik,
darpada masalah dan ruang lingkup luas tapi penelitian seadanya.
Penelitian dengan rumusan masalah yang kurang/tidak jelas dapat
menghasilkan data yang tidak sesuai denga tujuan penelitian. Jika ini
yang terjadi maka kesimpulan juga menjadi tidak jelas dan penelitian
yang dilakukan akan menjadi sia-sia (Irmawartini dan Nurhaedah, 2017)
2. Untuk mengetahui apakah sudah ada penelitian sebelumnya dan apa
yang akan dilakukan pada penelitian sekarang
Suatu penelitian adalah menghasilkan sesuatu yaeamng baru,
bukan mengulang secara penuh penelitian yang sudah ada. Pengulangan
yang diperbolehkan misalnya menambah variabel yang belum pernah
diteliti sebelumnya, memberi perlakuan yang berbeda, metode yang
berbeda atau desain yang berbeda. Untuk itu perlu seorang peneliti
melakukan pengkajian pustaka. Hal ini sangat penting untuk mengetahui
apa yang pernah dilakukan peneliti dan untuk mengetahui temuan yang
sudah dicapai oleh peneliti sebelumnya. Selain itu kita harus jeli mencari
kemungkinan-kemungkinan yang belum dilakukan oleh peneliti
sebelumnya (Irmawartini dan Nurhaedah, 2017).
Dengan melakukan tinjauan pustaka, maka akan menghasilkan ide-
ide baru untuk melakukan pendekatan penelitian terhadap masalah yang
sama, yang belum terpikiran sebelumnya. Juga dapat digunakan sebagai
bahan untuk memperbaiki rancangan penelitian yang sudah kita susun
sebelumnya. Selain itu biasanya pada laporan penelitian ada saran yang
dapat ditindak lanjuti dalam bentuk penelitian lagi (Irmawartini dan
Nurhaedah, 2017).
3. Menentukan variabel-variabel yang penting dan hubungan antar
variabel penelitian
Setelah menentukan masalah penelitian, maka perlu ditentukan lagi
variabel yang akan diteliti. Penjelasan detail tentang variabel penelitian
akan diuraikan pada Bab III. Seringsekali peneliti bingung dalam
menentukan variabel penelitian. Untuk mengatasikebingungan tersebut
maka salah satu jalan adalah dengan melakukan tinjauan pustaka.Dengan
membaca literature maka Anda akan mengetahui variabel-variabel yang
berkaitandengan masalah penelitian dan hubungan dari setiap variabel
baik secara teori maupunberdasarkan hasil penelitian sebelumnya
(Irmawartini dan Nurhaedah, 2017).
4. Menghindari pendekatan penelitian yang tidak menghasilkan
temuan apa-apa
Dengan melakukan tinjauan pustaka, kita dapat mengetahui bahwa
beberapa penelitian dengan melakukan pendekatan yang sama tidak
menghasilkan apa-apa. Dengan demikian, pada rancangan penelitian yang
akan dilaksanakan tidak digunakan lagi, sehingga penelitian yang kita
lakukan tidak menjadi sia-sia Karena tidak menghasilkan apa-apa
(Irmawartini dan Nurhaedah, 2017).
5. Merangkum pengetahuan yang berkaitan dengan topik penelitian
Sewaktu kita melakukan tinjauan pustaka, maka kita akan
menemukan ide-ide, teori-teori yang relevan dengan penelitian yang akan
kita lakukan. Buku-buku atau laporan penelitian, artikel-artikel akan
membantu kita dalam hal tersebut. Teori-teori yang relevan tersebut
merupakan bahan untuk persiapa penyusunan kerangka teori penelitian
(Irmawartini dan Nurhaedah, 2017).
6. Menemukan penjelasan yang dapat membantu dalam menafsirkan
data penelitian
Hasil penelitian yang kita lakukan ada kemungkinan sejalan atau
bertentangan dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Pngetahuan
tentang hasil penelitian yang relevan dapat membantu kita menafsirkan
hasil penelitian yang kita lakukan. Jika hasil penelitian kita nantinya
sejalan dengan penelitian sebelumnya maka dapat diberikan rekomendasi
untuk penelitian lebih lanjut. Namun jika hasil penelitian kita berlawanan
dengan hasil penelitian sebelumnya, maka dapat diberikan alasan kenapa
terjadi perbedaan apakah berkaitan dengan sampel, metode atau pun
desain yang digunakan (Irmawartini dan Nurhaedah, 2017).
Secara singkat studi kepustakaan dapat membantu peneliti dalam berbagai
keperluan, misalnya: (Irmawartini dan Nurhaedah, 2017).
a. Mendapatkan landasan teori dalam menyusun kerangka teori dan
hipotesis.
b. Mendapatkan gambaran atau informasi tentang penelitian yang sejenis
dan berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.
c. Mendapatkan metode, teknik atau cara pendekatan pemecahan
permasalahan yang digunakan
d. Sebagai sumber data sekunder.
e. Mengetahui historis dan perspektif dari permasalahan penelitiannya.
f. Mendapatkan informasi tentang cara evaluasi atau analisa data yang dapat
digunakan.
g. Memperkaya ide-ide baru.
h. Mengetahui siapa saja peneliti lain di bidang yang sama dan siapa
pemakai hasilnya.
Berdasarkan fungsinya sumber kepustakaan dibedakan atas dua macam,
yaitu (Irmawartini dan Nurhaedah, 2017) :
a. Acuan umum, yang berisi konsep-konsep, teori-teori dan informasi-
infomasi lain yang bersifat umum, misalnya buku-buku teks, indeks,
ensiklopedia, farmakope, dan sebaganya.
b. Acuan khusus, yang berisi hasil-hasil penelitian terdahulu yang berkaitan
dengan permasalahan penelitian yang diteliti. Misalnya : jurnal, laporan
peneliti, bulletin, tesis, disertasi, brosur.

C. Jenis Sumber Pustaka


Jenis-jenis dari sumber pustaka tersebut adalah:
1. Media cetak
Sumber pustaka berupa media cetak secara umum terdiri dari 3
jenis yaitu buku acuan (referensi umum), sumber pustaka primer dan
sumber pustaka sekunder (Irmawartini dan Nurhaedah, 2017).
a. Buku acuan (general references)
Terdiri atas dua jenis yaitu:
1) Buku acuan yang memberikan informasi langsung. Jenis buku
acuan seperti ini antara lain kamus, ensiklopedia, direktori,
almanak,biografi, atlas dan buku statistic.
2) Buku acuan yang memberikan petunjuk mengenai sumber
informasi. Jenis buku acuan inilah yang paling umum digunakan
untuk melakukan tinjauanpustaka. Jenis buku acuan ini antara lain
bibliografi (Bibliography), buku indeks(index) dan buku abstraks.
Bibliografi memuat tentang data publikasi dari bukubukuataupun
artikel riset tertentu.
Buku indeks dan buku abstrak diperlukan untuk menelusuri
lokasi sebuah pustaka yang berupa artikel, laporan penelitian
maupun makalah seminar. Buku indeks memuat daftar pengarang,
judul dan nama penerbit. Buku abstraks selain memuat informasi
daftar pengarang, judul dan nama penerbit, juga memuat ringkasan
dari artikel atau makalahnya.
Buku acuan umumnya hanya boleh dibaca di perpustakaan,
tidak boleh dipinjam untuk dibawa pulang. Di perpustakaan ada
yang disimpan di ruang khusus, tapi juga ada yang disimpan di
raku umum.
3) Sumber pustaka primer
Sumber pustaka primer adalah pustaka yang merupakan
penjelasan langsung dari peneliti tentang kegiatan penelitian yang
telah dilaksanakannya. Berupa artikel atau laporan penelitian yang
ditulis langsung oleh peneliti yang bersangkutan dan biasanya
diterbitkan di jurnal ilmiah. Jurnal ilmiah adalah sebuah media
cetak yang berisi penelitian-penelitian ilmiah yang diterbitkan
secara berkala seperti 1 bulan sekali, 4 bulan sekali, 6 bulan sekali
atau 1 tahun sekali. Ada juga penelitian yang tidak diterbitkan di
jurnal namun hanya berupa laporan lepas seperti karya tulis ilmiah,
skripsi atau tesis.
4) Sumber pustaka sekunder
Sumber pustaka sekunder adalah setiap publikasi yang
disusun oleh seorang penulis yang bukan pengamatan langsung
atau partisipan dalam kegiatan yang digambarkan dalam pustaka
tersebut. Misalnya buku teks tentang administrasi kesehatan yang
mungkin memuat beberapa tullisan dari beberapa penulis yang
membahas tentang administrasi kesehatan tersebut. Pengarang
hanya menyunting kembali tulisan yang sudah ada dan dijadikan
sebuah buku teks. Selain buku bisa juga artikel yaitu artikel yang
mengulas dan merangkum beberapa temuan dengan topik
penelitian yang sama. Modul yang Anda baca sekarang dapat
merupakan sumber pustaka tidak langsung (Irmawartini dan
Nurhaedah, 2017).
2. Media non cetak
Media non cetak yang dapat dijadikan sebagai sumber pustaka
antara lain televise,radio, CD-Romm, video kaset audio dan internet.
Internet merupakan media non cetak yangpaling banyak digunakan
dewasa ini (Irmawartini dan Nurhaedah, 2017).

D. Langkah-langkah Telaah Pustaka


Adapun langkah-langkah dalam tinjauan pustaka yaitu (Masturoh dan
Nauri, 2018).:
1. Diawali dengan menentukan topik-topik dari informasi yang akan dicari
atau dengan menggunakan kata kunci untuk lebih memudahkan pencarian
kemudian mencari sumber yang relevan baik dari buku ajar, jurnal cetak
maupun jurnal elektronik dan lain sebagainya. Biasakan segera untuk
selalu menulis referensi secara lengkap di daftar pustaka agar tidak
terlewat atau kelupaan.
2. Merangkum dari setiap bacaan yang diperlukan dalam tulisan penelitian
yang akan dilakukan dengan menggunakan kalimat sendiri untuk
menghidari plagiarisme.
3. Memperhatikan gaya bahasa penulisan apakah mudah dimengerti atau
tidak dengan cara berulang ulang membaca tulisan sendiri
4. Mengelompokkan hasil temuan pustaka dalam satu topik yang sama,
kemudian menganalisis content bacaan dan selanjutnya dibuat
ringkasannya.
5. Menyusun semua ringkasan hasil telaahan dalam sebuah tulisan secara
sistematis, berkesinambungan dan menyeluruh sehingga terbentuk
kerangka berfikir ilmiah secara utuh dalam satu kesatuan. Sistematika
penulisan tinjauan pustaka dapat mengacu pada judul penelitian, karena
judul penelitian memberikan gambaran variabel yang akan diteliti. Dimana
hasil rangkuman yang telah dikumpulkan sebelumnya tersebut kemudian
dituangkan disesuaikan dengan pengelompokkan kajian atau berdasarkan
variabel.

E. Landasan Teori
Landasan teori diperlukan dalam menjelaskan dan membangun
pemahaman terhadap penelitian yang akan dikerjakan. Uraian pada landasan
teori ini harus dilengkapi dengan referensi baik yang bersumber dari buku-
buku ajar, artikel maupun dari jurnal ilmiah sebelumnya. Landasan teori yang
baik tidak hanya membahas secara substansial variabel dependen maupun
variabel independen yang diteliti dari berbagai buku ajar / texbook, namun
juga secara mendalam menggali teori– teori yang berhubungan dengan
variabel yang diteliti (Masturoh dan Nauri, 2018).
1. Deskripsi Teori
a. Definisi teori
Cooper and Schindler (2003) dalam Wibowo (2014) dalam
Masturoh dan Nauri (2018) mengemukakan bahwa Teori adalah
seperangkat konstruk (konsep), definisi dan proposisi yang berfungsi
untuk melihat fenomena secara sistematik, melalui spesifikasi
hubungan antar variabel, sehingga dapat berguna untuk menjelaskan
dan meramalkan fenomena (Masturoh dan Nauri, 2018).
Mark (1963) dalam Wibowo (2014) dalam Masturoh dan Nauri
(2018) mengemukakan bahwa terdapat tiga macam teori yang
berhubungan dengan data empiris yaitu:
1) Teori deduktif yaitu berupa uraian teori atau keterangan dari mulai
hal-hal umum yang kemudian mengerucut kepada data khusus.
Uraian kumpulan teori dan data secara deduktif ini memberikan
pemahaman kerangka berfikir secara utuh dan menyeluruh
sehingga terbentuk suatu kerangka teori dan selanjutnya kerangka
konsep penelitian.
2) Teori induktif merupakan kebalikan dari deduktif yaitu dimulai
dari hal-hal khusus terlebih dahulu kemudian mengarah kepada hal
umum.
3) Teori fungsional dimana terdapat interaksi antara data dan teori,
dan saling memberikan pengaruh diantara keduanya.
b. Kegunaan teori
Secara umum teori mempunyai tiga fungsi yaitu untuk menjelaskan
(explanation), meramalkan (prediction) dan pengendalian (control).
Secara lengkap Cooper and Schindler (2003) dalam Wibowo (2014)
dalam Masturoh dan Nauri (2018), menyatakan bahwa kegunaan teori
dalam penelitian adalah:
1) Untuk memperjelas dan mempertajam ruang lingkup penelitian,
termasuk menjelaskan apa saja variabel yang akan diteliti.
2) Sebagai prediksi dan pemandu untuk menemukan fakta dan sebagai
dasar dalam menentukan hipotesis penelitian serta untuk menyusun
instrumen penelitian.
3) Digunakan dalam pembahasan antara lain sebagai penjelasan atau
justifikasi terhadap hasil penelitian dan juga digunakan untuk
dibandingkan dengan hasil penelitian. Hasil temuan penelitian
tersebut selanjutnya dijadikan dasar untuk memberikan saran dalam
upaya pemecahan masalah.
4) Merangkum fakta yang ditemukan pada sampel penelitian dalam
rangka generalisasi terhadap populasi
5) Untuk memprediksi fakta lebih lanjut dengan mempelajari kondisi-
kondisi menuju kepada kejadian itu.
c. Pendeskripsian teori
Menurut Wibowo (2014) dalam Masturoh dan Nauri (2018),
langkah-langkah untuk dapat melakukan pendeskripsian teori adalah
sebagai berikut:
1) Menetapkan variabel beserta jumlah variabel yang akan diteliti.
2) Mencari referensi sebanyak banyaknya baik melalui buku, jurnal
penelitian maupun laporan akhir penelitian seperti skripsi, tesis,
disertasi yang relevan dengan penelitian yang akan diteliti.
3) Melihat daftar isi dan mencari topik yang relevan dengan variabel
yang akan diteliti. Perhatikan bacaan dari mulai judul penelitian,
permasalahan, teori yang digunakan, tempat penelitian, sampel
penelitian, teknik pengumpulan data, analisis, kesimpulan dan
saran.
4) Mencari referensi definisi dari setiap variabel yang akan diteliti,
pilih definisi yang paling sesuai dengan penelitian yang akan
dilakukan.
5) Membaca seluruh isi topik penelitian dari setiap sumber data yang
dibaca dan kemudian menuangkannya dalam sebuah tulisan dengan
bahasa sendiri. Sumber-sumber bacaan yang digunakan harus
dicantumkan di daftar pustaka.

F. Kerangka Teori
Setiap penelitian memerlukan dasar pemikiran yang jelas untuk itu perlu
disusun kerangka teori yang menerangkan dari sudut mana suatu masalah
penelitian akan ditinjau yaitu merangkan hubungan antar konsep yang
nantinya akan dijabarkan menjadi variabel penelitian (Irmawartini dan
Nurhaedah, 2017).
Teori adalah satu set konstruk, konsep,definisi dan proposisi yang saling
berhubungan, yang menyajikan suatu pandangan sistematik tentang suatu
fenomena dengan menspesifikasikan hubungan antar variabel yang bertujuan
untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena (Irmawartini dan Nurhaedah,
2017).
Teori adalah seperangkat konsep dan definisi yang saling berhubungan
yang mencerminkan suatu pandangan sistematik mengenai fenomena dengan
menerangkan hubungan antar variabel, dengan tujuan untuk menerangkan
dan meramalkan fenomena. teori adalah kesatuan pengertian konsep dan
pernyataan yang sesuai yang akan menyajikan suatu fenomena dan dapat
digunakan untuk menjabarkan, menjelaskan dan memprediksi suatu kejadian
(Surahman, dkk, 2016).
Kerangka teori merupakan bagan yang memberikan gambaran dan
batasan-batasan tentang teori-teori yang menjadi acuan dalam melaksanakan
penelitian. Biasanya bab yg memuat tentang kerangka teori penelitian ini
disebut Bab Tinjauan Pustaka (Irmawartini dan Nurhaedah, 2017).
Kerangka teoriadalah kerangka yang dibangun dari berbagai teori yang
ada dan saling berhubungan sebagai dasar untuk membangun kerangka
konsep. Kerangka teori perlu diungkapkan, dan merupakan kerangka acuan
komprehensif mengenai konsep, prinsip, atau teori yang digunakan sebagai
landasan dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Kerangka teori atau
kerangka pikir adalah hubungan antara konstruk berdasarkan studi empiris
(Surahman, dkk, 2016).
Kerangka teori harus disusun sejelas mungkin dengan menggunakan
Bahasa yang mudah dimengerti olah pembaca. Peranan kerangka teori dalam
sebuah penelitian antara lain adalah (Irmawartini dan Nurhaedah, 2017) :
1. Merupakan gambaran kerangka pemikiran dari suatu penelitian.
2. Dapat membantu peneliti dalam menyusun hipotesis penelitian
3. Memberi landasan yang kuat dalam menjelaskan dan memberi makna pada
data dan fakta penelitian
4. Membantu membangun ide-ide yang diperoleh dari hasil penelitian
5. Sebagai acuan dalam membangun kerangka konsep penelitian
6. Memberikan dasar-dasar konseptual dalam merumuskan definisi
operasional penelitian.
Tahapan yang dilakukan dalam menyusun sebuah kerangka teori adalah
dengan terlebih dahulu melakukan kajian pustaka, melakukan sintesa dan
modifikasi dalam menghubungkan teori-teori yang ada dan akhirnya
membangun sendiri kerangka teori yang runtut, rasional dan logis
(Irmawartini dan Nurhaedah, 2017).

G. Kerangka Konsep
1. Pengertian kerangka konsep penelitian
Konsep adalah generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu,
sehingga dapat dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang
sama. Konsep adalah suatu pengertian dasar dari sesuatu yang akan
diteliti. Konsep adalah kaidah umum (abstraksi) mengenai sesuatu
himpunan benda-benda atau hal-hal yang biasanya dibedakan dari
penglihatan atau perasaan (Surahman, dkk, 2016).
Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan
antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-
penelitian yang akan dilakukan.Kerangka konsep penelitian secara
operasional visualisasi hubungan antar variabel-variabel yang dibangun
berdasarkan paradigma penelitian. (Notoatmojo,2005 dalam Irmawartini
dan Nurhaedah, 2017).
2. Tujuan membuat kerangka konsep penelitian
Tujuan dibuatnya kerangka konsep penelitian adalah (Irmawartini dan
Nurhaedah, 2017) :
a. Memberikan penjelasan secara visualisasi hubungan variabel-variebel
penelitian.
b. Meningkan ketajaman pemahaman tentang variabel-variabel yang
akan diteliti.
c. Mempertegas ruang lingkup penelitian.
d. Dapat dijadikan bahan untuk pemilihan jenis desain penelitian.
3. Cara membuat kerangka konsep
Kerangka konsep penelitian dibuat dalam bentuk gambar (skema)
yang menunjukkan jenis serta hubungan antar varibel yang diteliti dan
variabel lainnya. Seringkali tidak semua variabel diukur dalam
penelitian,sehingga pada diagram hendaklah diberi keterangan sebagai
batas-batas lingkup penelitian.Kerangka konsep yang baik dapat memberi
informasi yang jelas sehingga mempermudah pemilihan desai
penelitian.Dianjurkan kerangka konsep di kutip dari konsep yang telah
baku,atau pengembangan atau modifikasi atau penggabungan dari
kerangka konsep yang baku.Jangan lupa untuk menyebutkan sumbernya
(Irmawartini dan Nurhaedah, 2017).
Berikut ini adalah langkah-langkah dalam membuat kerangka konsep
penelitian (Irmawartini dan Nurhaedah, 2017) :
a. Identifikasi kembali topik peneitian terutama variabel penelitian
b. Identifikasi kerangka teori dalam tinjauan pustaka sebagai dasar
membuat kerangka konsep
c. Gambarkan melalui skema hubungan antar varibel yang akan diteliti
d. Pastikan semua variabel penelitian yang akan diteliti sudah
diakomodir dalam skema kerangka konsep penelitian
e. Jika dalam gambar kerangka konsep penelitian ada variabel yang tidak
diteliti,maka berikan keterangan atau penjelasan (secara umum garis
menunjukkan variabel yang diteliti dan garis putus-putus
menunjukkan variabel yang tidak diteliti).
f. Berikan uraian secara singkat dan jelas bagaimana konsep-konsep
tersebut mempengaruhi konsepatau variabel yang lain.
Penentuan kerangka konseptual oleh peneliti akan sangat
membantu dalam menentukan arah kebijakan dalam pelaksanaan
penelitian. Kerangka konseptual merupakan kerangka fikir mengenai
hubungan antar variabel-variabel yang terlibat dalam penelitian atau
hubungan antar konsep dengan konsep lainnya dari masalah yang diteliti
sesuai dengan apa yang telah diuraikan pada studi kepustakaan. Kerangka
konseptual penelitian menurut Sapto Haryoko dalam dalam Isksaudara
(2008) dalam Surahman, dkk. (2016), menjelaskan secara teoritis model
konseptual variabel-variabel penelitian, tentang bagaimana pertautan teori-
teori yang berhubungan dengan variabel-variabel penelitian yang ingin
diteliti, yaitu variabel bebas dengan variabel terikat. Kerangka konseptual
dalam suatu penelitian perlu dikemukakan apabila penelitian berkenaan
dengan dua variabel atau lebih. Apabila penelitian hanya membahas
sebuah variabel atau lebih secara mandiri, maka perlu dilakukan deskripsi
teoritis masing-masing variabel dengan argumentasi terhadap variasi
besarnya yang diteliti (Surahman, dkk, 2016).
Kerangka konseptual yang baik memenuhi syarat antara lain
(Surahman, dkk, 2016):
1) Variabel-variabel penelitian yang akan diteliti harus jelas.
2) Kerangka konseptual haruslah menjelaskan hubungan antara variabel-
variabel yang akan diteliti, dan ada teori yang mendasarinya.
3) Kerangka konsep jawabannya mudah dipahami.
Dalam penelitian kuantitatif, kerangka konseptual merupakan suatu
kesatuan kerangka pemikiran yang utuh dalam rangka mencari jawaban-
jawaban ilmiah terhadap masalah-masalah penelitian yang menjelaskan
tentang variabel-variabel, hubungan antara variabel-variabel secara teoritis
yang berhubungan dengan hasil penelitian yang terdahulu yang kebenarannya
dapat diuji secara empiris adalah uraian tentang hubungan antar variabel-
variabel yang terkait dengan masalah penelitian dan dibangun berdasarkan
kerangka teori/kerangka pikir atau hasil studi sebelumnya sebagai pedoman
penelitian. Dengan kata lain kerangka konsep merupakan bagian dari
kerangka teori yang akan diteliti, untuk mendeskripsikan secara jelas variabel
yang dipengaruhi (variabel dependen) dan variabel yang mempengaruhi
(variabel independen). Kerangka konsep sebaiknya dibuat dalam bentuk
skema atau diagram, sehingga memudahkan untuk melihat hubungan antar
variabel dan analisis datanya (Surahman, dkk, 2016).

H. Cara Pengutipan (Mendeley, End Note)


1. Cara pengutipan Mendeley
Mendeley adalah software manajemen sitasi dan referensi ke
dalam sebuah jejaring sosial yang bisa membantu mengorganisir
penelitian, berkolaraborasi dengan peneliti lain secara online dan
menemukan publikasi penelitian terakhir (Bhoi, 2018 dalam Puspita, et al.,
2021).
Fungsi mendeley adalah untuk membuat daftar pustaka dengan mudah
dalam menyusun karya tulis ilmiah. Pengguna dapat menggunakan
Mendeley sebagai sebuah aplikasi desktop yang terinstal secara offline di
komputer. Aplikasi tersebut, sering disebut sebagai Mendeley Desktop.
Selain itu, pengelolaan menggunakan Mendeley juga dapat dilakukan
secara online (Mendeley Web) (Puspita, et al., 2021).
Langkah pertama yang dilakukan adalah mengenalkan cara
mengunduh dan menginstall Mendeley. Berikut adalah langkah-langkah
dalam mengunduh dan menginstall Mendeley (Puspita, et al., 2021).:
1) Software dapat diunduh secara gratis melalui
websitewww.mendeley.com
2) Pilih create a free account.
3) Masukkan alamat email, nama depan dan nama belakang.
4) Masukkan karakteristik pengguna. Isikan password, pilih bidang studi
yang ditekuni dan status akademisnya.
5) Pilih Download Mendeley.
6) Jika file instalasi tidak terdownload secara otomatis maka klik restart
the download.
7) Setelah selesai terdownload klik Run, tunggu sampai file selesai
terinstalasi dan buka aplikasinya.
8) Pilih Log in to existing account dan pilih Continue.
9) Buka Mendeley. Perhatikan toolbar dan menubar yang muncul.
10) Klik Tools pada toolbar di aplikasi Mendeley dan pilih Install
MSWord Plugin.
11) Buka dokumen pada Ms. Word dan pada toolbar muncul Reference.
Literature search akan membantu menemukan beberapa kata kunci
dari literatur dan memberikan informasi dari bagian kata kunci tersebut.
Pada kegiatan ini juga diajarkan cara membuat referensi. Caranya yaitu
mengumpulkan file-file yang akan disimpan di Mendeley ke dalam
satu folder untuk mempermudah pencarian. Semua referensi dapat
disimpan dalam satu folder atau beberapa folder jika berbeda topik.
Masukkan seluruh referensi yang ada satu-persatu, dengan menyeret file
dari folder yang berisi kumpulan-kumpulan file dan menaruhnya di
halaman Mendeley. Selanjutnya lengkapi data jurnal dengan mengisi
kolom, Author, Year, Volume, Issue, Pages, Abstract, Tags, Author
Keywords dan URL (sesuai data yang ada) (Puspita, et al., 2021).
Cara membuat sitasi dan mengubah gaya penulisan sitasi juga
dijelaskan. Untuk membuat sumber kutipan, dengan cara membuka file
format word lalu klik References. Pilih insert citation dan Klik Go to
Mendeley. Sedangkan cara mengubah gaya sitasi dengan cara berikut
(Puspita, et al., 2021).:
1) Klik kolom Style pada References.
2) Dapat dipilih style dari style yang telah diinstal.
3) Jika style tidak ada maka dapat dicek pada get more style.
4) Kemudian pilih done dan secara otomatis mengubah style pada
dokumen word.
Penggabungan sitasi dilakukan dengan blok sitasi yang akan digabung
kemudian klik Merge Citations. Daftar pustaka dibuat dengan
caramengklik insert bibliography pada References. Jangan mengedit dari
MS Word karena apabila di klik Refresh maka perbaikan yang telah
dilakukan akan sia-sia. Jika ingin mengedit maka edit file tersebut pada
mendeley. Kembali lagi ke MS Word kemudian klik Refresh (Puspita, et
al., 2021).
2. Cara pengutipan end note
EndNote adalah alat perangkat lunak multiplatform yang
membantu dalam mengelola proses penulisan dan persiapan makalah
penelitian (Woodward & House, 2019 dalam Puspita, et al., 2021).
EndNote adalah suatu paket perangkat lunak manajemen referensi
komersial yang digunakan untuk mengelola bibliografi dan referensi saat
menulis esai atau artikel.
Fungsi EndNote yaitu untuk mengolah referensi, mengolah
gambar, melacak referensi online, dan menyusun bibliografi manuskrip.
Adapun cara menginstalasi dan memulai EndNote adalah (Puspita,
et al., 2021) :
1) Akses https://endnote.com/downloads/30-day-trial/
2) Klik Run setup.exe
3) Setelah installasi selesai, maka EndNote akan terintegrasi dengan
microsoft word.
4) Klik start menu/programs/endnote/endnote program.
Setelah proses instalasi EndNote selesai, langkah pertama
adalah membuat library. Semua referensi yang digunakan akan
disimpan dalam format.enl (EndNote Library), format tersebut
dapat dibuka di lain komputer (yang memiliki program EndNote).
Simpan lebih dulu library tersebut dengan nama dan di folder
tertentu. Cara menggunakan EndNote untuk manajemen referensi
sebagai berikut (Nugroho, 2015) :
1) Buka program EndNote dan Microsoft word untuk memastikan bahwa
EndNote sudah terintegrasi ke dalam program pengolah kata
2) Membuat library atau jika sudah disiapkan library seperti
langkah yang dijelaskan sebelumnya
3) Membuat library, klik Create a new EndNote library. Jika akan
membuka library pustaka yang sudah disimpan dalam EndNote
maka dipilih Open an existing EndNote library.
4) Simpan file dengan nama tertentu seperti menyimpan file pada
umumnya.
5) Save seperti menyimpan file pada umumnya.
Untuk memulai membuat basis data pustaka dan menyimpan
referensi, Menambah basis data atau sumber kepustakaan di EndNote juga
dapat dilakukan secara otomatis, tidak perlu mengetikansecara manual
author, nama jurnal, judul jurnal, volume atau penerbit dan lain
sebagainya. Berikut ini langkah-langkahnya (Nugroho, 2015) :
1) Buka halaman yang akan didownload sitasinya, sebagai contoh di
halaman wiley open access journal dan Pubmed (Artikelnya dalam
bentuk pdf dapat diperoleh secara gratis)
2) Di halaman wiley atau yang lain biasanya akan ada pilihan
Export Citation atau send to citation manager (PubMed)
3) Klik bagian tersebut dan otomatis informasi artikel akan terdownload
otomatis ke Endnote. Kemudian ikuti dengan download artikelnya
yang biasanya full access dan free
4) Di dalam boks merah, ada pilihan Export citation Klik bagian
tersebut untuk mendowload sitasi secara otomatis ke EndNote.
5) Perhatikan tanda panah: Pilih formatnya EndNote dan Export type nya
bisa Citation saja atau Citation and Abstract
6) Di dalam boks merah, ada pilihan Send to. Klik bagian tersebut,
pilih Citation manager, dan klik Create file, untuk mendowload sitasi
secara otomatis ke EndNote

Gambar 1. Sitasi yang otomatis terdownload dari website penyedia


jurnal atau artikel (Nugroho, 2015)
Setelah mempunyai library (Seperti nampak dalam gambar di
atas) di EndNote, maka selanjutnya dapat digunakan untuk menyusun
daftar pustaka dalam artikel atau manuskrip. Berikut langkah-
langkahnya (Nugroho, 2015):
1) Langkah pertama adalah buka file (dokumen dari pengolah
kata) yang akan disisipi pustaka. Letakkan kursor di bagian
kalimat yang akan disisipi author dan tahun sumber sitasi
(biasanya di akhir kalimat hasil penyitiran atau juga dapat di
awal)
2) Langkah kedua, buka library EndNote dan memilih artikel
yang akan disisipkan author serta tahunnya. (Klik sekali
bagian pustaka/author yang akan disisipkan).
3) Langkah ketiga (kembali ke ms word), klik tab EndNote,
kemudian pilih insert citation, Klik Insert Selected Citation(s).
4) Sitasi akan muncul dalam naskah. Secara otomatis pula di bagian
akhir artikel akan muncul bibliografi atau daftar referensi seperti
yang ada di dalam library.
5) Cara lain: kembali ke langkah 1 dan 2, klik tanda maka otomatis
sitasi akan muncul dan daftar pustaka juga akan otomatis ada
dibagian akhir artikel
6) Untuk menambah sitasi dan daftar pustaka atau refernsi, lakukan
langkah yang sama dari awal cara menyisipkan sitasi.

Mata Kuliah : Metodologi Penelitian


Hari/ Tanggal : Selasa/ 31 Agustus 2021
Pertemuan :5
Materi : Jenis-Jenis Penelitian
Dosen : Dr. Wijayantono, SKM, M.Kes
Basuki Ario Seno, SKM, M.Kes
Edi Nur, SKM, M.Kes
Muchsin Riviwanto, SKM, M.Si
A. Pengertian Penelitian
Penelitian disebut juga riset merupakan terjemahan dari bahasa Inggris
research, yang merupakan gabungan dari kata re (kembali) dan to search
(mencari), atau berasal dari Bahasa Perancis recherche yang berarti “mencari
kembali”. Dalam buku yang berjudul Introduction to Research, pengertian
penelitian adalah “studi yang dilakukan seseorang melalui penyelidikan yang
hati-hati dan sempurna terhadap suatu masalah, sehingga diperoleh
pemecahan yang tepat terhadap masalah tersebut” (Surahman, dkk, 2016).
Dari beberapa literatur dapat di simpulkan bahwa penelitian adalah suatu
usaha upaya untuk mengetahui melalui upaya pencarian atau penyelidikan
atau percobaan yang cermat yang bertujuan untuk menemukan atau
menafsirkan pengetahuan baru, dengan menggunakan metode ilmiah yang
mengandung unsur sistematis, logis dan empirik (Irmawartini dan Nurhaedah,
2017).
Penelitian kesehatan merupakan langkah metode ilmiah yang
berorientasikan atau memfokuskan kegiatannya pada masalah-masalah yang
timbul di bidang kesehatan. Kesehatan itu sendiri terdiri dari dua sub bidang
pokok, yakni pertama kesehatan individu yang berorientasikan klinis,
pengobatan. Sub bidang kedua yang berorientasi pada kelompok atau
masyarakat, yang bersifat pencegahan. Selanjutnya sub bidang kesehatan ini
pun terdiri dari berbagai disiplin ilmu, seperti kedokteran, keperawatan,
epidemiologi, pendidikan kesehatan, kesehatan lingkungan, manajemen
pelayanan kesehatan, gizi dsb. Sub bidang tersebut saling berkaitan dan
mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat pada umumnya (Irmawartini
dan Nurhaedah, 2017).

B. Jenis-jenis Penelitian
Klasifikasi jenis desain penelitian sangat beragam, secara garis besar
klasifikasi jenis penelitian terdiri dari dua yaitu penelitian kuantitatif dan
penelitian kualitatif (Masturoh dan Nauri, 2018).
1. Penelitian Kuantitatif
a. Pengertian Penelitian Kuantitatif
Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang dilakukan untuk
menjawabpertanyaan penelitian dengan cara-cara mengikutikaidah
keilmuan yaitu konkrit/empiris, obyektif terukur, rasional dan
sistematis, dengan data hasil penelitian yang diperoleh yang berupa
angka-angka serta analisis menggunakan metode statistika (Masturoh
dan Nauri, 2018).
Hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam penelitian
kuantitatif adalah sejak awal peneliti harus menentukan apakah akan
melakukan intervensi atau apakah hanya akan melakukan pengamatan
saja tanpa intervensi. Apakah akan melakukan penelitian secara
retrospektif yaitu melakukan evaluasi atau penilaian suatu peristiwa
yang telah terjadi sebelumnya, atau apakah akan melakukan penelitian
secara prospektif yaitu mengikuti subyek untuk meneliti suatu
peristiwa yang belum terjadi (Masturoh dan Nauri, 2018).
b. Klasifikasi Jenis Penelitian Kuantitatif
Klasifikasi desain penelitian kuantitatif secara sederhana
digambarkan pada skema berikut (Masturoh dan Nauri, 2018).:

Gambar 1. Klasifikasi jenis penelitian kuantitatif


(Sastroasmoro, 2014 dan Notoatmodjo, 2010 dalam
Masturoh dan Nauri, 2018)
1) Desain Penelitian Observasional
Desain penelitian observasional merupakan penelitian
dimana peneliti tidak melakukan intervensi atau perlakuan
terhadap variabel. Penelitian ini hanya untuk mengamati fenomena
alam atau sosial yang terjadi, dengan sampel penelitian merupakan
bagian dari populasi dan jumlah sampel yang diperlukan cukup
banyak. Hasil penelitian yang diperoleh dari sampel tersebut
kemudian dapat digeneralisasikan kepada populasi yang lebih luas
(Masturoh dan Nauri, 2018).
Penelitian observasional ini secara garis besar
dikelompokkan menjadi dua yaitu (Masturoh dan Nauri, 2018).:
a) Desain penelitian deskriptif
Desain penelitian deskriptif merupakan penelitian untuk
melihat gambaran fenomena yang terjadi di dalam suatu
populasi tertentu. Di bidang kesehatan, penelitian deskriptif ini
digunakan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan
masalah-masalah kesehatan yang terjadi di masyarakat atau di
dalam komunitas tertentu, termasuk di bidang rekam medis dan
informasi kesehatan (Masturoh dan Nauri, 2018).
Desain penelitian deskriptif disebut juga survei deskriptif.
Jenis masalah survei deskriptif dapat digolongkan ke dalam
hal-hal sebagai berikut (Masturoh dan Nauri, 2018).:
 Survei rumah tangga (household survey), yaitu suatu
survei yang ditujukan kepada rumah tangga. Pengumpulan
data dilakukan kepada keluarga baik kepada kepala rumah
tangga maupun anggota rumah tangga atau yang menjadi
responden adalah kepala rumah tangganya saja tapi
didalamnya ditanyakan juga tentang data dan keadaan
anggota keluarganya serta informasi tentang rumah dan
lingkungannya. Survei rumah tangga ini sering digunakan
dalam penelitian kesehatan antara lain seperti Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) dan penelitian – penelitian
kesehatan lainnya. Di bidang rekam medis dan informasi
kesehatan, survei ini juga dapat dilakukan contohnya
tentang family folder, pengetahuan atau kepuasan keluarga
tentang BPJS, dan lain-lain (Masturoh dan Nauri, 2018).
 Survei Morbiditas (morbidity survey), yaitu suatu survei
untuk mengetahui distribusi, insidensi dan atau prevalensi
kejadian suatu penyakit dalam masyarakat atau populasi
tertentu. Contoh di bidang rekam medis dan informasi
kesehatan adalah laporan 10 besar penyakit di rumah sakit
atau puskesmas, distribusi kelengkapan dokumen rekam
medis dalam analisis kuantitatif, distribusi jumlah
kunjungan pasien berdasarkan pasien baru dan pasien
lama, jenis kepesertaan, rawat inap dan rawat jalan,
poliklinik yang dituju, dan sebagainya (Masturoh dan
Nauri, 2018).
 Survei analisis jabatan (functional analysis survey), yaitu
survei yang dilakukan untuk mengetahui tugas dan
tanggung jawab petugas kesehatan serta kegiatan para
petugas terkait dengan pekerjaannya serta hubungan antara
atasan dengan bawahan, situasi dan kondisi kerja termasuk
fasilitas yang mendukung dalam pekerjaannya. Contohnya
gambaran kinerja petugas rekam medis dilihat dari faktor
internal dan eksternal, gambaran kinerja petugas rekam
medis berdasarkan standar pelayanan minimal rumah sakit
seperti: distribusi kelengkapan pengisian rekam medis 24
jam setelah selesai pelayanan, distribusi informed concent
setelah mendapatkan informasi yang jelas, jumlah rata-rata
waktu penyediaan dokumen rekam medis pelayanan rawat
jalan dan rawat inap (Masturoh dan Nauri, 2018).
 Survei pendapat umum (public opinion survey), yaitu
survei yang digunakan untuk memperoleh gambaran
tentang tanggapan publik atau masyarakat terhadap suatu
program pelayanan kesehatan atau masalah-masalah
kesehatan yang terjadi di masyarakat. Misalnya di bidang
kesehatan untuk mengetahui tanggapan atau sikap
masyarakat terhadap program Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN) dalam pencegahan penularan penyakit
Demam Berdarah. Contoh lainnya di bidang rekam medis
dan informasi kesehatan seperti untuk mengetahui
kepuasan pasien terhadap program BPJS, mengetahui
kepuasan pasien terhadap pelayanan pendaftaran rawat
jalan dan sebagainya (Masturoh dan Nauri, 2018).
b) Desain penelitian analitik
Desain penelitian analitik merupakan suatu penelitian untuk
mengetahui bagaimana dan mengapa suatu fenomena terjadi
melalui sebuah analisis statistik seperti korelasi antara sebab
dan akibat atau faktor risiko dengan efek serta kemudian dapat
dilanjutkan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi dari
sebab atau faktor risiko tersebut terhadap akibat atau efek
(Masturoh dan Nauri, 2018).
Secara garis besar penelitian analitik dapat dibedakan
dalam tiga macam yaitu (Masturoh dan Nauri, 2018) :
 Rancangan atau desain Cross Sectional
Desain penelitian cross sectional merupakan suatu
penelitian yang mempelajari korelasi antara paparan atau
faktor risiko (independen) dengan akibat atau efek
(dependen), dengan pengumpulan data dilakukan
bersamaan secara serentak dalam satu waktu antara faktor
risiko dengan efeknya (point time approach), artinya semua
variabel baik variabel independen maupun variabel
dependen diobservasi pada waktu yang sama. Berikut ini
skema desain penelitian cross sectional:

Gambar 2. Skema dasar penelitian cross sectional


(Riyanto, 2011 dalam Masturoh dan Nauri, 2018)

Berdasarkan skema tersebut, maka langkah-langkah


penelitian cross sectional adalah sebagai berikut
(Masturoh dan Nauri, 2018).:
- Mengidentifikasi variabel-variabel penelitian serta
mengidentifikasi variabel independen (faktor risiko)
dan variabel dependen (efek).
- Menetapkan populasi dan sampel penelitian
- Melaksanakan pengumpulan data atau observasi
terhadap variabel independen dan variabel dependen
sekaligus pada waktu yang sama
- Melakukan analisis hubungan dengan
membandingkan proporsi antar kelompok hasil
observasi atau pengukuran.
Kelebihan Desain Cross Sectional (Masturoh dan
Nauri, 2018).
- Desain ini relatif mudah, murah dan hasilnya cepat
dapat diperoleh
- Dapat digunakan untuk meneliti sekaligus banyak
variabel
- Jarang terancam drop out
- Dapat dijadikan dasar untuk penelitian selanjutnya
seperti kohort atau eksperimen
Kelemahan Desain Cross Sectional (Masturoh dan
Nauri, 2018).
- Memerlukan jumlah sampel yang banyak, terutama
apabila variabel yang diteliti banyak.
- Tidak dapat menggambarkan perkembangan penyakit
secara akurat.
- Kurang tepat untuk memprediksi suatu
kecenderungan.
- Kesimpulan korelasi faktor risiko dengan efek paling
lemah bila dibandingkan dengan dua rancangan
analitik lainnya.
 Rancangan atau desain Case Control
Desain penelitian cross case control merupakan suatu
penelitian analitik yang mempelajari sebab – sebab kejadian
atau peristiwa secara retrospektif. Dalam bidang kesehatan
suatu kejadian penyakit diidentifikasi saat ini kemudian
paparan atau penyebabnya diidentifikasi pada waktu yang
lalu (Masturoh dan Nauri, 2018).
Berikut ini skema desain penelitian case control
(Masturoh dan Nauri, 2018) :

Gambar 3. Skema dasar penelitian case control


(Riyanto, 2011 dalam Masturoh dan Nauri, 2018)
Langkah-langkah penelitian case control adalah
sebagai berikut (Masturoh dan Nauri, 2018) :
- Mengindentifikasi variabel-variabel penelitian.
- Menetapkan populasi dan sampel penelitian.
- Mengidentifikasi kasus.
- Memilih sampel sebagai kontrol.
- Melakukan pengukuran retrospektif untuk melihat
penyebab atau faktor risiko.
- Melakukan analisis dengan membandingkan proporsi
antara variabel-variabel dari kasus penelitian dengan
variabel-variabel kontrol.
Kelebihan Desain Case Control (Masturoh dan
Nauri, 2018).
- Desain ini merupakan salah satu cara dan atau kadang
bahkan satu – satunya cara untuk meneliti kasus yang
jarang atau langka
- Hasil dapat diperoleh dengan cepat
- Biaya yang diperlukan relatif murah
- Dapat menggunakan sampel penelitian yang lebih sedikit
- Dapat digunakan untuk mengidentifikasi berbagai faktor
risiko sekaligus dalam satu penelitian
Kelemahan Desain Case Control (Masturoh dan
Nauri, 2018).
- Pengambilan data faktor risiko secara retrospektif lebih
mengandalkan daya ingat sehingga ada kemungkinan
responden lupa atau tidak ingat terhadap apa yang pernah
dialaminya apalagi yang ditanyakan sudah lama sekali.
Hal ini dapat menimbulkan recall bias. Pengambilan
data sekunder juga dapat dilakukan misalnya dengan
melihat catatan pada dokumen rekam medis, namun
dalam hal ini rekam medis seringkali kurang dapat
memberikan informasi yang akurat karena isinya kurang
lengkap.
- Kadang – kadang sulit memilih sampel kontrol yang
benar – benar sebanding dengan kelompok kasus karena
banyaknya faktor risiko yang harus dikendalikan.
- Tidak dapat digunakan untuk menentukan lebih dari satu
variabel dependen, jadi hanya dihubungkan dengan satu
kasus atau efek.
 Rancangan atau desain Cohort
Desain penelitian cohort merupakan suatu
penelitian yang mempelajari hubungan antara faktor risiko
dengan efek, yang dilakukan secara propektif atau kedepan
sebelum terjadinya efek. Subyek penelitian diikuti dan
diamati secara terus menerus sampai jangka waktu tertentu.
Secara alamiah, pada perjalanannya dari subyek tersebut
ada yang terpapar faktor risiko ada yang tidak. Subyek yang
terpapar oleh faktor risiko menjadi kelompok yang diteliti
dan subyek yang tidak terpapar menjadi kelompok kontrol,
karena berangkat dari populasi yang sama maka kedua
kelompok tersebut dikatakan sebanding. Kemudian
ditentukan apakah telah terjadi efek atau suatu kasus yang
diteliti (Masturoh dan Nauri, 2018).
Berikut ini skema desain penelitian cohort
(Masturoh dan Nauri, 2018) :

Gambar 4. Skema dasar penelitian Cohort


(Riyanto, 2011 dalam Masturoh dan Nauri, 2018)

Langkah-langkah penelitian cohort adalah sebagai berikut:


- Mengindentifikasi faktor-faktor risiko (variabel
independen) dan efek (variabeldependen).
- Menetapkan populasi dan sampel penelitian.
- Memilih sampel dengan faktor risiko positif dari
sampel dengan efek negatif.
- Memilih sampel sebagai kontrol.
- Mengobservasi perkembangan kedua kelompok
tersebut sampai batas waktu yang telah ditentukan,
selanjutnya mengidentifikasi ada tidaknya efek yang
timbul.
- Melakukan analisis dengan membandingkan proporsi
antara subyek yang mendapat efek positif dengan
subyek yang mendapat efek negatif baik pada
kelompok risiko positif maupun kelompok negatif.
Contoh:
Tujuan penelitian: untuk mengetahui hubungan perilaku
merokok ibu hamil dengan kejadian berat badan bayi
lahir rendah (BBLR) di kota Semarang.
Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:
- Mengidentifikasi variabel dependen (efek) dan variabel
independen (faktor risiko).
Variabel dependen : kejadian BBLR.
Variabel independen : perilaku merokok ibu hamil.
- Menetapkan populasi dan sampel. Populasinya adalah
seluruh ibu hamil baik yangmerokok (kelompok risiko
positif) maupun yang tidak merokok (kelompok risiko
negatif) di kota Semarang. Kemudian dari populasi
tersebut mengidentifikasi ibu hamil yang merokok dan
ibu hamil yang tidak merokok dengan masing-masing
kelompok jumlahnya sama.
- Mengamati perkembangan efek pada kelompok risiko
positif dan kelompok risiko negatif, dengan mengamati
perilaku ibu hamil dari kedua kelompok tersebut
sampai melahirkan, kemudian mengukur berat badan
bayi lahir untuk mengetahui kejadian BBLR.
- Melakukan analisis hubungan dengan cara
membandingkan proporsi antar kelompok ibu yang
anaknya BBLR dengan proporsi kelompok ibu yang
anaknya tidak BBLR, diantara kelompok ibu yang
merokok dan kelompok ibu yang tidak merokok.
Kelebihan Desain Cohort:
- Desain ini merupakan desain yang paling baik untuk
menerangkan hubunganantara faktor risiko dengan
efek, menentukan insiden dan perjalanan penyakit.
- Sangat baik dilakukan terhadap kasus yang bersifat
fatal dan progresif.
- Dapat digunakan untuk meneliti beberapa efek
sekaligus dari suatu faktor risikotertentu.
- Memiliki kekuatan yang paling baik untuk meneliti
berbagai masalah kesehatan karena penelitian
dilakukan secara longitudinal.
- Kelemahan Desain Cohort:
- Biasanya memerlukan waktu yang lama.
- Lebih rumit dan memerlukan sarana dan biaya yang
mahal.
- Kemungkinan ada subyek yang drop out dan dapat
mengganggu analisis data.
- Penelitian pada kasus yang jarang terjadi kurang
efisien.
- Kurang etis karena mengamati faktor risiko pada
subyek sampai terjadinya efek.
2) Desain Penelitian Eksperimen
Desain penelitian eksperimen merupakan penelitian
dengan adanya perlakuan atau intervensi yang bertujuan untuk
mengetahui akibat yang ditimbulkan setelah dilakukan intervesi
kepada satu atau lebih kelompok. Kemudian, hasil intervensi
tersebut dibandingkan dengan kelompok yang tidak diberikan
intervensi (kontrol). Langkah-langkah penelitian eksperimen:
1) Membuat rumusan masalah.
2) Membuat tujuan penelitian.
3) Membuat hipotesis penelitian.
4) Menyusun rencana eskperimen meliputi:
 Menetapkan variabel independen dan dependen.
 Memilih desain eksperimen yang akan digunakan.
 Menentukan sampel penelitian.
 Menyusun metode penelitian seperti alat ukur.
 Menyusun outline prosedur pengumpulan data.
 Menyusun hipotesis statistik.
5) Melakukan pengumpulan data tahap pertama (pretest).
6) Melakukan eksperimen.
7) Melakukan pengumpulan data tahap kedua (posttest).
8) Melakukan pengolahan dan analisis data.
Pembanding atau kontrol dalam penelitian eksperimen
Kontrol merupakan sampel penelitian yang tidak diberikan
intervensi atau perlakuan. Dalam penelitian eksperimen
diperlukan kelompok kontrol sebagai pembanding dengan
kelompok yang diberikan intervensi atau perlakuan, untuk melihat
perubahan variabel apakah perubahan yang terjadi betul–betul
karena adanya perlakuan atau karena hal lain. Manfaat kontrol
dalam penelitian eksperimen:
a) Untuk mencegah munculnya faktor-faktor yang sebenarnya
tidak diharapkan berpengaruh terhadap variabel dependen.
b) Untuk membedakan berbagai variabel yang tidak diperlukan
dari variabel yang diperlukan
c) Untuk menggambarkan secara kuantitatif hubungan antara
variabel bebas dengan variabel terikat, dan sejauh mana
tingkat hubungan antara kedua variabel tersebut.
Validitas Dalam Penelitian Eksperimen
a) Validitas Internal
Validitas internal berhubungan dengan ketepatan
mengidentifikasi perubahan variabel keluaran (hasil
eksperimen), bahwa hasil tesebut benar–benar sebagai akibat
adanya perlakuan. Banyak faktor yang mempengaruhi
terhadap validitas internal ini sehingga dapat mengganggu
hasil eksperimen, antara lain:
o Sejarah (history)
Peristiwa pada masa lalu kadang–kadang dapat
berpengaruh terhadap keluaran (hasil eksperimen),
karena perubahan yang terjadi pada efek atau variabel
terikat kemungkinan bukan sepenuhnya karena
perlakuan tapi karena adanya pengalaman di masa lalu.
o Kematangan (maturitas)
Manusia, binatang, dan makhluk hidup lainnya sebagai
subjek penelitian selalu mengalami perubahan. Pada
manusia perubahan terkait dengan proses kematangan
atau maturitas baik secara biologis maupun psikologis.
Dengan bertambahnya kematangan pada subjek dapat
berpengaruh terhadap variabel terikat, sehingga
perubahan yang terjadi pada variabel terikat bukan hanya
akibat dari perlakuan namun karena proses kematangan
pada subjek.
o Seleksi (selection)
Dalam pemilihan anggota kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol bisa terjadi perbedaan ciri–ciri atau
sifat–sifat anggota kelompok yang satu dengan
kelompok yang lainnya. Misalnya apabila pendidikan
pada kelompok eksperimen lebih tinggi daripada
pendidikan kelompok kontrol maka sebelum diberikan
perlakuan sudah ada perbedaan sehingga perubahan yang
terjadi pada variabel terikat bukan hanya karena
pengaruh perlakuan tapi juga karena pengaruh
pendidikan.
o Prosedur tes (testing)
Pengalaman pada saat pretest dapat mempengaruhi hasil
posttest karena kemungkinansubjek penelitian dapat
mengingat kembali jawaban–jawaban yang salah pada
saat pretest, dan kemudian pada saat posttest subjek
tersebut dapat memperbaiki jawabannya,
sehinggaperubahan pada variabel terikat bukan hanya
karena hasil perlakuan namun juga karena pengaruh
pretest.
o Instrumen (instrumentation)
Instrumen penelitian pada saat pretest biasanya
dipergunakan lagi pada saat posttest.Hal ini akan
berpengaruh pada hasil posttest, sehingga perubahan
variabel terikat bukan hanya karena perlakuan namun
juga karena pengaruh instrumen. Mortalitas (mortality)
Pada saat eksperimen atau pada saat antara pretest
dengan posttest seringkali terjadi subjek yang drop out
karena pindah ataupun karena meninggal. Hal ini juga
dapat berpengaruh terhadap hasil eksperimen.
o Regresi kearah nilai rata–rata (regression toward the
mean)
Ancaman validitas ini karena adanya nilai – nilai yang
ekstrim baik tinggi maupun rendahdari hasil pretest
cenderung tidak ekstrim lagi pada saat pengukuran kedua
atau saat posttest namun biasanya mendekati nilai rata–
rata. Perubahan pada variabel terikat tersebut bukan
perubahan sebenarnya namun merupakan perubahan
semu yang disebut regresi semu (regression artifact).
2) Validitas Eskternal
Validitas eksternal ini berkaitan dengan sejauh mana
hasil-hasil penelitian dapat digeneralisasikan kepada subjek–
subjek lain yang serupa. Banyak faktor yang mempengaruhi
terhadap validitas eksternal ini sehingga dapat mengganggu
hasil eksperimen, antara lain:
o Efek seleksi berbagai “bias”
Karakteristik anggota kelompok eksperimen sangat
menentukan generalisasi yang diperoleh. Kekeliruan
dalam memilih anggota kelompok dapat mengganggu
hasil eksperimen. Oleh karena itu pemilihan sampel
harus representatif terhadap populasi dan perlu dilakukan
identifikasi dan kontrol yang tepat.
o Efek pelaksanaan pretest
Pretest dapat mempengaruhi variabel eksperimen,
sedangkan pretest hanya dilakukanterhadap sampel
sehingga kemungkinan generalisasi yang diperoleh tidak
berlaku untuk seluruh populasi. Untuk menghindari
akibat pelaksanaan pretest yang mengganggu
generalisasi, maka perlu kontrol yang cermat dalam
pelaksanaan pretest sehingga tidak berpengaruh terhadap
perlakuan yang menjadi dasar membuat generalisasi.
o Efek prosedur eksperimen
Eksperimen yang dilakukan terhadap anggota-anggota
sampel yang menyadari bahwa dirinya sedang dicoba
atau diekperimen menyebabkan generalisasi yang
diperoleh tidak berlaku bagi populasi karena adanya
perbedaan pengalaman antara anggota sampel dengan
anggota populasi, sehingga perlu dilakukan kontrol
terhadap pengaruh prosedur eksperimen tersebut.
o Gangguan penanganan perlakuan berganda
Apabila kelompok eksperimen terpapar perlakuan
berulang sebanyak dua kali atau lebih secara berturut
turut, maka perlakuan terdahulu mempunyai efek
terhadap yang berikutnya. Hal ini menyebabkan
perlakuan terakhir yang muncul dipengaruhi oleh
perlakuan sebelumnya. Jadi generalisasi yang diperoleh
hanya berlaku bagi subjek yang mempunyai pengalaman
dengan pelaksanaan dan pemunculan perlakuan ganda
secara berturut turut.
Desain penelitian eksperimen terdapat tiga macam yaitu:
1) Desain penelitian pra – eksperimen (pre experimental
designs)
o Posttest only design
Desain penelitian ini merupakan suatu penelitian yang
dilakukan perlakuan atau intervensi tanpa diawali dengan
pretest dan tanpa kontrol namun setelah mendapat perlakuan
kemudian diberikan posttest, sehingga tidak dapat dibandingkan
antara sebelum dan sesudah serta kelompok yang diberikan
perlakuan dengan yang tanpa perlakuan. Desain ini memiliki
kelemahan karena tidak ada kontrol dan tidak ada observasi
awal atau pretest sehingga kemungkinan kesimpulan yang
diperoleh apakah betul-betul akibat perlakuan atau karena
faktor lain. Namun keuntungannya penelitian lebih cepat dan
mudah dan dapat digunakan untuk menjajagi masalah-masalah
yang diteliti atau mengembangkan gagasan atau metode alat-
alat tertentu.
o One group pretest posttest design
Desain ini dari awal sudah dilakukan observasi melalui
pretest terlebih dahulu, kemudian diberikan perlakuan atau
intervensi, selanjutnya diberikan posttest sehingga dapat
mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi sebelum
dan sesudah diberikan perlakuan atau intervensi, namun
dalam desain ini tidak ada kontrol sebagai pembanding
antarkelompok. Kelemahan dari desain ini juga tidak ada
jaminan apabila perubahan yang terjadi benar–benar
karena adanya perlakuan.
o Static group comparison
Desain penelitian ini sama dengan desain posttest only
design, hanya bedanya, pada desain ini ditambahkan
kelompok kontrol atau pembanding. Pada kelompok
eksperimen diawali dengan dilakukannya intervensi atau
perlakuan (X) kemudian dilakukan pengukuran (O2).
Hasil pengukuran pada kelompok yang mendapat
perlakuan kemudian dibandingkan dengan hasil
pengukuran pada kelompok kontrol, kelompok kontrol
tidak mendapatkan perlakuan atau intervensi
b) Desain penelitian eksperimen sungguhan (true experimental
designs)
o Desain pretest-posttest dengan kelompok kontrol (pretest–
posttest with controlgroup)
Dalam desain penelitian ini dilakukan randomisasi berupa
pengelompokan anggota-anggota kelompok eksperimen
dan kontrol secara acak atau random. Kemudian diawali
dengan pengukuran (O1) baik pada kelompok eksperimen
maupun pada kelompok kontrol, diikuti dengan intervensi
atau perlakuan (X) pada kelompok eksperimen. Setelah
beberapa waktu kemudian dilakukan pengukuran kedua
(O2) pada kedua kelompok tersebut. Hasil pengukuran
pada kelompok yang mendapat perlakuan kemudian
dibandingkan dengan hasil pengukuran pada kelompok
kontrol, karena sudah dilakukan randomisasi maka kedua
kelompok mempunyai sifat yang sama sebelum diberikan
perlakuan, sehingga perbedaan pada hasil posttest dari
kedua kelompok tersebut dapat disebut sebagai pengaruh
dari intervensi atau perlakuan. Desain ini merupakan salah
satu desain terkuat dalam mengontrol ancaman–ancaman
terhadap validitas.
Desain ini pelaksanaannya di lapangan agak sulit karena
biasanya mengalami kesulitan dalam melakukan
randomisasi dan ada masalah dari segi etika, misalnya
untuk membandingkan reaksi suatu pengobatan atau suatu
terapi, dimana pada satu kelompok mendapat perlakuan
sementara kelompok yang lainnya tidak mendapatkan.
Desain ini dapat diperluas dengan menambahkan lebih
dari satu variabel yaitu dengan melakukan perlakuan pada
lebih dari satu kelompok dengan perlakuan yang berbeda.
Pada desain ini, kesimpulan–kesimpulan mengenai efek
perbedaan antara perlakuan yang satu dengan yang lainnya
dapat dicapai tanpa menggunakan kelompok kontrol.
o Randomized Salomon Fo
Desain ini dapat mengatasi kelemahan eksternal validitas
pada desain yang ada pada desain pretest-posttes with
control group. Apabila pretest mungkin mempengaruhi
subyek sehingga mereka menjadi lebih sensitif terhadap
perlakuan dan mereka bereaksi secara berbeda dari subyek
yang tidak mengalami pretest, maka eksternal validitas
terganggu dan kita tidak dapat membuat generalisasi dari
penelitian itu untuk populasi, demikian pula kalau ada
interaksi antara pretest dengan perlakuan.
Desain Solomon ini dapat mengatasi masalah ini dengan
cara menambah kelompok ke–3 (dengan perlakuan dan
tanpa pretest) dan kelompok ke–4 (tanpa perlakuan dan
tanpa pretest).
o Desain posttest dengan kelompok kontrol (posttest only
control group design)
Desain penelitian ini hampir sama dengan desain
penelitian eksperimen sungguhan yang lain, hanya
bedanya tidak dilakukan pretest, karena kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol diambil dengan cara
random maka kelompok– kelompok tersebut dianggap
sama sebelum dilakukan intervensi.Desain ini
memungkinkan peneliti mengukur pengaruh perlakuan
pada eksperimen dengan cara membandingkan kelompok
tersebut dengan kelompok kontrol namun tidak dapat
menentukan sejauh mana atau seberapa besar
perubahannya terjadi karena di awal tidak dilalukan
pretest untuk menentukan data awal.
c) Desain penelitian eksperimen semu (quasi experimental
designs)
Desain penelitian quasi eksperimen sering digunakan
pada penelitian lapangan atau di masyarakat. Pada desain
penelitian ini tidak ada pembatasan yang ketat terhadap
randomisasi dan pada saat yang sama dapat mengontrol
ancaman–ancaman validitas. Macam–macam desain
penelitian eksperimen semu:
o Desain runtut waktu (time series design)
Desain penelitian ini melakukan pretest dan posttest
namun tanpa kelompok kontrol, dan memiliki keuntungan
dengan pengukuran atau observasi yang secara berulang–
ulang baik sebelum dilakukan intervensi maupun sesudah
intervensi, sehingga validitasnya lebih tinggi dan pengaruh
faktor luar dapat dikurangi.
o Desain rangkaian waktu dengan kelompok pembanding
(control time series design)
Desain penelitian ini pada dasarnya merupakan time
series, namun pada desain ini menggunakan kelompok
kontrol. Keuntungan dari desain ini lebih menjamin
adanya validitas internal yang tinggi karena memiliki
kelompok kontrol dan pengukuran yang berulang–ulang.
o Non equivalent control group
Desain penelitian ini merupakan penelitian eksperimen
yang dimungkinkan untuk membandingkan hasil
intervensi program kesehatan pada kelompok kontrol yang
serupa tetapi tidak perlu kelompok yang benar–benar
sama. Misalnya penelitian tentang pengaruh pelatihan
kepada petugas puskesmas tentang aplikasi sistem
informasi anak usia sekolah terhadap peningkatan
kelengkapan pelaporan perkembangan kesehatan anak usia
sekolah. Kelompok petugas UKS yang akan diberikan
pelatihan, tidak mungkin benar–benar sama dengan
kelompok petugas UKS yang tidak diberikan pelatihan
(kontrol). Pemilihan kelompok intervensi dan kontrol
tidak dilakukan secara random atau acak.
o Separate sample pretest posttest
Dalam desain penelitian ini diawali dengan pengukuran
pertama (pretest) pada sampel yang telah dipilih secara
random dari populasi. Kemudian dilakukan intervensi
pada seluruh populasi. Selanjutnya dilakukan pengukuran
kedua (posttest) pada kelompok sampel yang lain tapi
masih dari populasi yang sama. Desain ini sangat baik
untuk menghindari pengaruh atau efek dari pretest.
Penerapan Penelitian Eksperimen di Bidang Kesehatan
Secara garis besar penerapan penelitian eksperimen atau
intervensi di bidang kesehatan terdiri dari dua, yaitu:
 Penelitian intervensi preventif, merupakan penelitian yang
digunakan untukmempelajari hubungan faktor-faktor risiko
dengan suatu kejadian penyakit atau kasus dengan
memberikan perlakuan tentang faktor risiko tersebut kepada
subyek. Perlakuan diberikan secara kolektif namun dapat
diamati dengan pendekatan individual. Misalnya perlakuan
berupa penyuluhan tentang imunisasi dasar lengkap pada
ibu–ibu yang memiliki bayi di komunitas, efeknya akan
dilihat dengan meningkatnya cakupan imunisasi di komunitas
tersebut. Di bidang rekam medis dan informasi kesehatan,
misalnya dengan memberikan perlakuan berupa penyuluhan
kepada petugas UKS puskesmas tentang aplikasi sistem
informasi kesehatan anak usia sekolah, efeknya
meningkatnya pencatatan perkembangan kesehatan anak usia
sekolah.
 Penelitian Intervensi Kuratif, merupakan penelitian yang
digunakan untuk memberikan perlakuan terhadap
perkembangan suatu penyakit. Misalnya perlakuan yang
diberikan berupa penatalaksanaan tindakan kuratif kepada
masyarakat untuk menanggulangi penyakit endemik
masyarakat. Perlakuan yang diberikan dapat berupa
penyuluhan kepada masyarakat dalam memutus mata rantai
penularan penyakit misalnya penyakit DBD melalui PSN.
Contoh lainnya imunisasi missal difteri di suatu daerah untuk
menurunkan prevalensi penyakit difteri.
2. Penelitian Kualitatif
a. Pengertian Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menghasilkan
penemuan–penemuan tanpa menggunakan prosedur statistik. Pada
awalnya penelitian kualitatif banyak dipergunakan pada penelitian–
penelitian dengan keilmuan antropologi, psikologi dan sosiologi
linguistik. Saat ini penggunaannya semakin meningkat pada disiplin
ilmu lainnya seperti kesehatan masyarakat, keperawatan, gizi, dan
lain–lain. Bogdan dan Taylor dalam Martha (2016) menyatakan
bahwa penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku
orang–orang diamati. Melalui penelitian kualitatif peneliti dapat
mengenali subjek dan merasakan apa yang meraka alami dalam
kehidupan sehari–hari. Menurut Miles (1992) dalam Martha (2016)
bahwa penelitian kualitatif pada dasarnya merupakan suatu proses
penyelidikan yang mirip dengan pekerjaan detektif. Hasil data utama
yang diperoleh dalam penelitian kualitatif adalah kata–kata dan
tindakan yang didukung dengan data tambahan berupa data tertulis,
dokumentasi berupa foto dan statistik (Moleong, 2007).
Tujuan penelitian kualitatif adalah untuk mendapatkan
pemahaman yang mendalam terhadap suatu fenomena atau gejala
sosial secara lengkap sehingga selanjutnya diharapkan akan dapat
menghasilkan sebuah teori.
b. Perbedaan Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif
Menurut Mack (2005) dalam Martha (2016), perbedaan utama
antara penelitian kuantitatif dengan kualitatif adalah dalam hal
keluwesan (fleksibilitas). Penelitian kualitatif lebih fleksibel
sedangkan kuantitatif tidak fleksibel. Pada penelitian kuantitatif
setelah menentukan rancangan penelitiannya maka aturan–aturanya
akan mengikat terhadap pelaksanaan penelitian keseluruhan seperti
penentuan populasi dan sampel dengan sampel dihitung menggunakan
rumus besar sampel, serta pembuatan instrumen penelitian dalam
bentuk pernyataan dengan jawaban tertutup seperti “ya” dan “tidak”
yang dibuat dan ditanyakan secara seragam atau sama kepada seluruh
sampel, yang keuntungannya dapat memudahkan dalam pengolahan
dan analisis data. Sementara metode penelitian kualitatif lebih
fleksibel karena pertanyaan yang diajukan merupakan pertanyaan
terbuka dan pertanyaan selanjutnya secara spontanitas dapat
berkembang tergantung dari jawaban informan, dalam hal ini jawaban
kompleks kemungkinan dapat muncul.(Masturoh dan Nauri, 2018).
Jumlah informan dalam penelitian kualitatif tidak memerlukan jumlah
sampel minimal tapi berdasarkan kecukupan data yang diperoleh,
artinya apabila data yang diperoleh sudah terpenuhi atau jenuh
meskipun informannya satu atau dua orang maka pengumpulan data
dianggap selesai namun apabila data masih dirasa kurang atau
jawaban dari informan masih bervariasi dan masih belum tergali maka
masih memerlukan informan tambahan. Berikut adalah perbedaan
penelitian kualitatif dan kuantitatif:

Tabel perbedaan penelitian kualitatif dan kuantitatif

(Masturoh dan Nauri, 2018)


c. Jenis Penelitian Kualitatif
1) Etnografi
Etnografi berasal dari bahasa yunani yang berarti sebuah
deskripsi mengenai manusia. Secara lengkap pengertian Etnografi
yaitu studi yang sangat mendalam tentang perilaku yang terjadi
secara alami pada sebuah budaya atau suatu kelompok sosial yang
bertujuan untuk memahami sebuah budaya tertentu dari sudut
pandang pelakunya. Dengan kata lain etnografi merupakan
metodologi untuk studi deskriptif mengenai kebudayaan dan
masyarakat.
Bidang kesehatan sangat erat sekali dengan masyarakat
karena program–program kesehatan yang diselenggarakan oleh
pemerintah adalah dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan
seluruh masyarakat. Permasalahan yang terjadi di lapangan
kadang–kadang program kesehatan dianggap bertentangan
dengan budaya yang berkembang di masyarakat tertentu sehingga
masyarakat menolak atau acuh terhadap program tersebut.
Tentunya agar suatu program dapat diterima oleh masyarakat
maka dengan mempelajari budaya dapat membantu memahami
keadaaan masyarakat (Hancock, 2007 dalam Martha, 2016).
Data yang diperoleh dari hasil penelitian etnografi berupa
data hasil observasi sangat mendalam sehingga memerlukan
waktu yang lama di lapangan. Perbedaan penelitiankualitatif ini
dengan penelitian kualitatif yang lainnya, biasanya data yang
diperoleh dianalisis setelah selesai pengumpulan data di lapangan,
namun untuk data penelitian etnografi dianalisis pada saat di
lapangan sesuai konteks dan situasi yang terjadi pada saat data
dikumpulkan. Penelitian etnografi ini bersifat antropologis karena
akar–akar metodologinya berasal dari ilmu antropologi. Terdapat
dua jenis etnografi, yaitu:
a) Etnografi deskriptif atau etnografi konvensional, yaitu
etnografi yang berfokus pada deskripsi tentang komunitas
atau kelompok. Melalui analisis, etnografi deskriptif mampu
mengungkapkan pola, tipologi dan kategori.
b) Etnografi kritis, yaitu melibatkan penelitian terhadap faktor-
faktor sosial makro.(Masturoh dan Nauri, 2018).
2) Studi Kasus
Studi kasus adalah suatu penelitian intensif menggunakan
berbagai sumber bukti terhadap suatu entitas tunggal yang
dibatasi oleh ruang dan waktu. Dalam penelitian kasus
memungkinkan peneliti untuk mengumpulkan informasi yang
rinci dan kaya yang mencakup dimensi–dimensi sebuah kasus
tertentu atau beberapa kasus kecil (Tohirin, 2012 dalam Martha,
2016). Selanjutnya karakteristik studi kasus antara lain: a)
eksplorasi mendalam dan menyempit, b) fokus pada peristiwa
nyata dalam konteks kehidupan sesungguhnya, c) dibatasi oleh
ruang dan waktu, d) bisa hanya merupakan kilasan atau penelitian
longitudinal tentang peristiwa yang sudah maupun yang sedang
terjadi dari berbagai sumber informasi dan sudut pandang, e)
disajikan secara mendetail dan deskriptif, f) pandangan
menyeluruh, meneliti hubungan dan keterpautan, g) fokus pada
realitas yang diterima apa adanya maupun realitas yang penting
dan tidak biasa, h) bermanfaat untuk membangun sekaligus
menguji teori.(Masturoh dan Nauri, 2018).
3) Grounded Theory
Penelitian grounded dilaksanakan oleh peneliti langsung
ke lapangan tanpa diawalidengan rancangan tertentu, semua
dilaksanakan di lapangan dari mulai merumuskan masalah
berdasarkan temuan di lapangan dan data yang diperoleh di
lapangan merupakan sumber teori. Bungin (2012) menyebutkan
bahwa teori berdasarkan data, sehingga teori juga lahir dan
berkembang di lapangan.
Pettigrew dalam Martha (2016), menyebutkan bahwa
pendekatan grounded theory memungkinkan peneliti melakukan
penelitian posesual, yaitu penelitian yang fokus pada rangkaian
peristiwa, tindakan, dan aktivitas individu maupun kolektif yang
berkembang dari waktu ke waktu dalam konteks tertentu.
Terdapat tiga aspek yang membedakan pendekatan
grounded theory dibandingkan dengan pendekatan kualitatif
lainnya, yaitu:
a) Penelitian grounded theory lebih sistematik dan terstruktur
dalam proses pengumpulandan analisis data dibanding
dengan penelitian kualitatif lainnya.
b) Peneliti membawa sedikit asumsi saat proses penelitian dan
menjauhkan diri dari teori yang sudah ada. Hal ini bertujuan
agar fokus pada penemuan dan pemahaman baru yang akan
dimunculkan melalui penelitian yang sedang dilakukan.
b. Penelitian tidak hanya untuk menguraikan atau menjelaskan
tapi juga untuk mengkonseptualisasikan dan berupaya keras
untuk menghasilkan dan atau mengembangkan
teori.(Masturoh dan Nauri, 2018).
3) Phenomenology
Penelitian kualitatif dengan pendekatan phenomenology
merupakan pendekatan yangmenekankan secara holistik, yaitu
meneliti suatu objek penelitian dalam suatu konstruksi ganda dan
dalam konteks “natural” bukan parsial (Martha, 2016).
Van Manen (1990) dalam Martha (2016) menyebutkan
bahwa phenomenology adalah studi tentang fenomena dan situasi,
dan makna dari temuan adalah tujuan akhir dari penelitian
tersebut. Phenomenology bertujuan untuk memberikan gambaran
yang akurat dari fenomena yang dipelajari atau untuk memahami
pengalaman hidup individu dan tujuan hidup mereka (informan)
serta tidak untuk menghasilkan teori atau model atau
pengembangan penjelasan umum. Beberapa pendekatan kualitatif
diklasifikasikan menjadi phenomenology jika penelitian fokus
pada pengalaman. Sebagai contoh, “Apa rasanya menjadi pasien
kanker cerviks yang mengalami kemoterapi?”. Maka untuk
mendapatkan jawabannya dilakukan wawancara mendalam
kepada pasien kanker cerviks dengan menggunakan pedoman
wawancara.
Validitas wawancara ditentukan oleh banyaknya diskusi
yang dilakukan atau dengan klarifikasi terhadap berbagai sumber.
Validitas di dalam penelitian kualititatif dinamakan triangulasi.
Pada penelitian kualitatif, percakapan atau wawancara mendalam
yang dilakukan tidak ditentukan sebelumnya namun hanya berupa
clue atau pedoman agar peneliti tidak lupa terhadap apa yang
akan ditanyakan. Pertanyaan yang diajukan secara otomatis
mengalir dan berkembang berdasarkan jawaban dari informan.
Omery (1983) dalam Martha (2016) menyatakan bahwa
syarat dari phenomenology adalah tidak ada praduga, harapan,
atau kerangka yang diberikan kepada para peneliti dalam proses
mengumpulkan dan menganalisis data. Spielberg dalam Martha
(2016) menjelaskan bahwa langkah–langkah dalam mencapai
sebuah esensi dalam penelitian kualitatif, yaitu:
a) Melibatkan pengembangan kesadaran seseorang melalui
melihat dan mendengarkan.
b) Menganalisis yang melibatkan identifikasi struktur fenomena
yang diteliti dan yangterjadi melalui dialektika (percakapan
antara peserta dan peneliti). ▪ menggambarkan fenomena.
c) Melihat cara (mode) yang muncul dan mengeksplorasi
fenomena tersebut secara sadar. Contohnya perhatikan
hubungan antara rasa sakit dan sakit. Peneliti akan melihat
dalam kondisi apa rasa sakit yang dialami (mode muncul)
dan sifat atau makna sakit.
d) Menangguhkan keyakinan (pengurangan phenomenology)
dan menafsirkan makna tersembunyi. Langkah ini digunakan
untuk menggambarkan pengalaman hidup dengan cara yang
dapat dinilai dalam menginformasikan praktik dan ilmu
pengetahuan kita.
Wawasan fenomena didapatkan dengan menggunakan
sejumlah teknik yang terdiri dari: melacak sumber etimologis,
mencari frasa idiomatik, memperoleh deskripsi pengalaman dari
seorang informan, mengamati dan merefleksikan lebih lanjut
tentang literatur fenomenologi dan menulis dan menulis ulang
(Ray, 1994; Van Manen, 1990 dalam Martha E, 2016).
4) Etnometodologi
Etnometodologi adalah salah satu cabang ilmu sosiologi
yang mempelajari berbagai upaya, langkah dan penerapan
pengetahuan umum pada kelompok komunitas untuk
menghasilkan dan mengenali subjek, realitas dan alur tindakan
yang bisa dipahami bersama– sama. Pengertian lainnya
menyebutkan bahwa etnometodologi adalah suatu upaya yang
menunjukkan bagaimana warga masyarakat di suatu kelompok
atau budaya memahami, menggunakan dan menata
lingkungannya. Contoh penggunaan teori etnometodologi salah
satunya adalah studi yang pernah dilakukan oleh cicourel (1968)
mengenai kebijakan yang berkenaan dengan perilaku
menyimpang “kejahatan yang dilakukan anak – anak”. Studi ini
menunjukkan bahwa kejahatan yang dilakukan anak – anak
berhubungan erat dengan latar belakang keluarganya, anak yang
melakukan kejahatan biasanya berasal dari broken home (Sukidin,
2002 dalam Martha E, 2016).

C. Studi Literatur
1. Pengertian Studi Literatur
Studi Literatur adalah cara untuk menyelesaikan persoalan dengan
menelusuri sumber-sumber tulisan yang pernah dibuat sebelumnya.
Dengan kata lain, istilah Studi Literatur ini juga sangat familiar dengan
sebutan studi pustaka. Dalam sebuah penelitian yang akan dijalankan,
tentunya seorang peneliti harus memiliki wawasan yang luas terkait objek
yang akan diteliti. Jika tidak, maka dapat dipastikan dalam presentasi yang
besar bahwa penelitian tersebut akan gagal.Sumber-sumber yang diteliti
pun tidak boleh sembarangan. Sebab tidak semua hasil penelitian bisa
dijadikan acuan. Beberapa yang umum dan layak digunakan adalah buku-
buku karya pengarang terpercaya (lebih disarankan karya akademisi),
jurnal-jurnal ilmiah terakreditasi, dan hasil-hasil penelitian mahasiswa
dalam berbagai bentuk misalnya skripsi, tesis, disertasi, laporan
praktikum, dan sebagainya. Teori-teori yang mendasari masalah dan
bidang yang akan diteliti dapat ditemukan dengan melakukan studi
kepustakaan. Selain itu seorang peneliti dapat memperoleh informasi
tentang penelitian-penelitian sejenis atau yang ada kaitannya dengan
penelitiannya. Dan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.
Dengan melakukan studi kepustakaan, peneliti dapat memanfaatkan
semua informasi dan pemikiran-pemikiran yang relevan dengan
penelitiannya.
2. Tujuan studi literatur
Peneliti akan melakukan studi kepustakaan, baik sebelum maupun
selama dia melakukan penelitian. Studi kepustakaan memuat uraian
sistematis tentang kajian literatur dan hasil penelitian sebelumnya yang
ada hubungannya dengan penelitian yang akan dilakukan dan diusahakan
menunjukkan kondisi mutakhir dari bidang ilmu tersebut. Studi
kepustakaan yang dilakukan sebelum melakukan penelitian bertujuan
untuk:
1. Menemukan suatu masalah untuk diteliti.
2. Mencari informasi yang relevan dengan masalah yang diteliti.
3. Mengkaji beberapa teori dasar yang relevan dengan masalah yang
akan diteliti. Untuk membuat uraian teoritik dan empirik yang
berkaitan dengan faktor, indikator, variable dan parameter penelitian
yang tercermin di dalam masalah-masalah yang ingin dipecahkan.
4. Memperdalam pengetahuan peneliti tentang masalah dan bidang yang
akan diteliti.
5. Mengkaji hasil-hasil penelitian terdahulu yang ada kaitannya dengan
penelitian yang akan dilakukan. Artinya hasil penelitian terdahulu
mengenai hal yang akan diteliti dan atau mengenai hal lain yang
berkaitan dengan hal yang akan diteliti.
6. Mendapat informasi tentang aspek-aspek mana dari suatu masalah
yang sudah pernah diteliti untuk menghindari agar tidak meneliti hal
yang sama.
3. Ciri penelitian studi literatur
Terdapat empat ciri utama sebuah studi literatur. Ciri tersebut akan
mempengaruhi sifat da cara kerja penelitiannya. Ciri-ciri tersebut
diantaranya:
a. Berbentuk Teks
Peneliti berhadapan langsung dengan teks atau data angka dan
bukan pengetahuan langsung dari lapangan atau saksi mata berupa
kejadian, orang atau lainnya. Teks memiliki sifat-sifatnya sendiri dan
memerlukan pendekatan tersendiri pula. Kritik teks merupakan
metode yang biasa dikembangkan dalam studi fisiologi, dll. Jadi
perpustakaan adalah laborat peneliti kepustakaan dan karena itu,
teknik membaca teks menjadi bagian fundamental dalam penelitian
kepustakaan.
b. Bersifat Siap Pakai
Data pustaka bersifat siap pakai (ready mode), artinya peneliti
tidak kemana-mana kecuali hanya berhadapan langsung dengan bahan
sumber yang sudah tersedia di perpustakaan. Ibarat orang belajar naik
sepeda, orang tidak perlu membaca buku artikel atau buku tentang
bagaimana teori naik sepeda, begitu pula halnya dengan riset pustaka.
Satu-satunya cara untuk belajar menggunakan perpustakaan dengan
tepat ialah langsung menggunakannya. Meskipun demikian, peneliti
yang ingin memanfaatkan jasa perpustakaan, tentu masih perlu
mengenal seluk-beluk studi perpustakaan untuk kepentingan
penelitian atau pembuatan makalah.
c. Bersumber dari Tangan Kedua
Data perpustakaan umumnya sumber sekunder, artinya bahwa
peneliti memperoleh bahan dari tangan kedua dan bukan data orisinil
dari tangan pertama di lapangan.
d. Tidak Dibatasi Ruang dan Waktu
Bahwa kondisi data pustaka tidak dibatasi ruang dan waktu.
Peneliti berhadapan dengan info statis atau tetap, artinya kapanpun ia
datang dan pergi data tersebut tidak akan berubah karena ia sudah
merupakan data mati yang tersimpan dalam rekaman tertulis (teks,
angka, gambar, rekan tape atau film).
4. Proses studi literatur
Bila kita telah memperoleh kepustakaan yang relevan, maka segera
untuk disusun secara teratur untuk dipergunakan dalam penelitian.
Menurut Hasan (2002) studi literatur dilakukan melalui tiga tahap, yakni:
a. Mengetahui jenis pustaka,yang dibutuhkan yaitu:
1) Berdasarkan bentuk pustaka, dibedakan atas sumber tertulis, seperti
buku-buku pengetahuan, surat kabar, majalah. dan sebagainya dan
sumber tidak tertulis, seperti film, slide, manuskrip, relief dan
sebagainya.
2) Berdasarkan isi pustaka, dibedakan atas:
a) Sumber primer, merupakan sumber bahan yang dikemukakan
sendiri oleh orang/pihak pada waktu terjadinya peristiwa atau
mengalami peristiwa itu sendiri, seperti buku harian, notulen
rapat, dan sebagainya.
b) Sumber sekunder, merupakan sumber bahan kajian yang
dikemukakan oleh orang atau pihak yang hadir pada saat
terjadinya peristiwa/tidak mengalami langsung peristiwa itu
sendiri, seperti buku-buku teks.
b. Mengkaji dan mengumpulkan bahan pustaka Pengkajian dan
pengumpulan bahan pustaka biasanya dilakukan dengan menggunakan
alat bantu yang disebut kartu bibliografi atau kartu kutipan. Pengkajian
dan pengumpulan hasil kajian dalam kartu bibliografi minimal harus
mencakup:
1) Nama variabel atau pokok masalah,
2) Nama pengarang atau pencetus ide tentang pokok masalah,
3) Nama sumber di mana dimuat penjelasan tentang variabel atau
pokok masalah,
4) Tahun yang menunjukkan pada waktu sumber tersebut dibuat atau
diterbitkan
5) Nama instansi (lembaga, unit, penerbit dan sebagainya) yang
bertanggung jawab atas penerbitan sumber kajian,
6) Nama kota tempat penulisan atau penerbitan sumber kajian
7) Isi penjelasan tentang variabel atau pokok masalah.
c. Menyajikan studi kepustakaan Penyajian studi kepustakaan dapat
dilakukan dengan cara kutipan langsung dan kutipan tidak langsung.
5. Metode penelitian studi literatur
Metode penelitian studi literatur membolehkan kita mencari
referensi penelitian lain dari berbagai sumber terpercaya. Ada beberapa
metode yang dapat dilakukan untuk melakukan Studi Literatur,
diantaranya seperti:
a. Pencarian kata kunci
Cari kata kunci yang relevan dalam katalog, indeks, mesin
pencari, dan sumber teks lengkap. Ini berguna baik untuk
mempersempit pencarian ke judul subjek tertentu dan untuk
menemukan sumber yang tidak ditangkap di bawah judul subjek yang
relevan. Untuk mencari basis data secara efektif, mulailah dengan
pencarian Kata Kunci, temukan catatan yang relevan, dan kemudian
temukan Judul Subjek yang relevan. Di mesin pencari, sertakan
banyak kata kunci untuk mempersempit pencarian dan hati-hati
mengevaluasi apa yang kamu temukan.
b. Pencarian subjek
Judul Subjek (kadang-kadang disebut Penjelas) adalah istilah
atau frasa khusus yang digunakan secara konsisten oleh indeks online
atau cetak untuk menggambarkan tentang buku atau artikel jurnal. Ini
berlaku untuk Katalog perpustakaan serta banyak basis data
perpustakaan lainnya.
c. Cari buku dan artikel ilmiah terkini
Dalam katalog dan basis data, urutkan berdasarkan tanggal
terbaru dan cari buku-buku dari majalah ilmiah dan artikel dari jurnal
ilmiah. Semakin baru sumbernya, semakin banyak referensi dan
kutipan terbaru.
d. Pencarian kutipan dalam sumber-sumber ilmiah
Lacak referensi, catatan kaki, catatan akhir, kutipan, dll dalam
bacaan yang relevan. Cari buku atau jurnal tertentu di Katalog
perpustakaan. Teknik ini membantu kamu menjadi bagian dari
percakapan ilmiah tentang topik tertentu.
e. Pencarian melalui bibliografi yang diterbitkan (termasuk set catatan
kaki dalam dokumen subjek yang relevan).
Daftar pustaka yang diterbitkan tentang subjek-subjek tertentu
sering kali mencantumkan sumber yang terlewatkan melalui jenis
pencarian lainnya. Bibliografi adalah judul subjek dalam Katalog, jadi
pencarian yang dipandu dengan Bibliografi sebagai subjek dan topik
Anda sebagai kata kunci akan membantu Anda menemukannya.
f. Mencari melalui sumber orang (baik melalui kontak verbal, email, dan
lain-lain)
Tidak hanya melalui buku dan internet, kamu bisa bisa
mencari sumber studi literatur dari orang lain. Orang-orang tersebut
misalnya profesor atau pustakawan dengan pengetahuan yang relevan.
g. Penjelajahan sistematis, terutama sumber teks lengkap yang diatur
dalam pengelompokan subjek yang dapat diprediksi
Perpustakaan mengatur buku berdasarkan subjek, dengan
buku-buku serupa disimpan bersama. Menjelajahi tumpukan adalah
cara yang baik untuk menemukan buku yang serupa; namun, di
perpustakaan besar, beberapa buku tidak berada di tumpukan utama
(misalnya saja, mereka mungkin diperiksa atau di ReCAP).
6. Teknik pngumpulan data studi literatur
Dalam proses pengumpulan data studi literatur dibutuhkan 3 proses
penting, yaitu:
a. Editing: pemeriksaan kembali data yang diperoleh terutama dari segi
kelengkapan, kejelasan makna dan keselarasan makna antara yang
satu dengan yang lain;
b. Organizing: mengorganisir data yang diperoleh dengan kerangka yang
sudah diperlukan;
c. Finding: melakukan analisis lanjutan terhadap hasil pengorganisasian
data dengan menggunakan kaidah-kaidah, teori dan metode yang telah
ditentukan sehingga ditemukan kesimpulan yang merupakan hasil
jawaban dari rumusan masalah.
Untuk memperoleh kredibilitas yang tinggi, peneliti harus yakin bahwa
dokumen/ naskah-naskah itu otentik. Setidaknya harus memenuhi syarat berikut
ini:
1. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan tanpa mengganggu objek atau
suasana penelitian.
2. Pengumpulan data perlu didukung pula dengan pendokumentasian, diantaranya
melalui: foto, video, USB, dsb. Dokumentasi ini akan berguna untuk mengecek
data yang telah terkumpul.
3. Pengumpulan data sebaiknya dilakukan secara bertahap dan sebanyak
mungkin.
Mata Kuliah : Metodologi Penelitian
Hari/ Tanggal : Selasa/ 7 September 2021
Pertemuan :6
Materi : Variabel Penelitian
Dosen : Dr. Wijayantono, SKM, M.Kes
Basuki Ario Seno, SKM, M.Kes
Edi Nur, SKM, M.Kes
Muchsin Riviwanto, SKM, M.Si
A. Pengertian Variabel Penelitian
Variabel merupakan segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan
penelitian, dimana didalamnya tredapat faktor-faktor yang berperan dalam
peristiwa yang akan diteliti (Surahman, dkk., 2016).
Konsep adalah suatu abstraksi dari suatu realita atau fenomena yang
kepadanya diberikan nama atau istilah untuk dapat mengkomunikasikan
tentang realitas atau fenomena. Sedang variabel adalah operasionalisasi dari
suatu konsep atau konsep yg mempunyai bermacam-macam nilai atau segala
sesuatu yang bervariasi. Variasi nilai adalah ciri objektif variabel
berdasarkan data dan fakta yang diperoleh dari hasil menghitung atau
mengukur (Irmawartini dan Nurhaedah, 2017).
Pengertian yang lainnya bahwa variabel adalah karakteristik objek yang
dapat dapat diklasifikasikan kedalam sekurang-kurangnya dua klasifikasi.
Sugiyono, (2007) dalam Surahman dkk., (2016) mengartikan variabel
penelitian pada dasarnya adalah suatu hal yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang
hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Kelinger (2000) dalam
Surahman dkk., (2016) menyatakan bahwa variabel adalah konstruk
(constructs) atau sifat yang akan dipelajari, sehingga merupakan representasi
konkrit dari konsep abstrak (Surahman, dkk., 2016). Sebagai contoh tingkat
aspirasi, penghasilan, pendidikan, status sosisal, jenis kelamin, golongan gaji,
produktivitas kerja dan lain-lain. Di bagian lain Kerlinger menyatakan bahwa
variabel dapat dikatakan sebagai suatu sifat yang diambil dari suatu nilai yang
berbeda (different values). Dengan demikian variabel itu merupakan suatu
yang bervariasi (Surahman, dkk., 2016).
Selanjutnya Keddles (1981) dalam Surahman dkk., (2016), menyatakan
bahwa variabel adalah suatu kualitas (qualities) dimana peneliti mempelajari
dan menarik kesimpulan darinya. Secara teoritis, variabel didefinisikan
sebagai atribut seseorang, atau subyek yang mempunyai “variasi” antara satu
orang dengan orang yang lain atau satu objek dengan objek lain (Hatch dan
Farhady, 1981 dalam Surahman dkk., 2016). Bervariasi berarti pada veriabel
tersebut mempunyai nilai, skor, ukuran yang berbeda. Variabel juga dapat
merupakan atribut dari bidang keilmuan atau kegiatan tertentu. Tinggi , berat
badan, sikap, motivasi, kepemimpinan, disiplin kerja, merupakan atribut dari
objek. Struktur organisasi, model pendelegassian, kepemimpinan,
pengawasan, koordinasi, prosedur, dan mekanisme kerja, deskripsi pekerjaan,
kebijakan, adalah merupakan contoh variabel dalam kegiatan administrasi.
Berat badan dapat dikatan variabel, Karena berat badan sekolompok orang itu
bervariasi antara satu dengan yang lain, (ada berat badannya 25 kg, 50 kg, 67
kg dst). Demikian juga motivasi, persepsi dari sekelompok orang tertentu
bervariasi. Jadi kalau peneliti akan memilih variabel penelitian, baik yang
dimiliki orang objek, maupun bidang kegiatan dan keilmuan tertentu, maka
harus ada variasinya (Surahman, dkk., 2016).
Variabel yang tidak ada variasinya bukan dikatakan sebagai variabel.
Untuk dapat bervariasi, maka peneliti harus didasarkan pada sekelompok
summber data atau objek yang bervariasi. Selain itu definisi variabel
penelitian merupakan suatu objek, atau sifat, atau atribut atau nilai dari orang,
atau kegiata yang mempunyai bermacam-macam variasi antara satu dengan
lainnya yang ditetapkan oleh peneliti dengan tujuan untuk dipelajari dan
ditarik kesimpulan (Surahman, dkk., 2016).
Fungsi ditetapkannya variabel adalah untuk mempersiapkan alat dan
metode analisis/pengolahan data dan untuk pengujian hipotesis. Jadi variabel
adalah suatu atribut, sifat tau nilai yang didapat dari orang, objek atau
kegiatan yang mempunyai variasi tertentu dan sekurang-kurangnya
mempunyai dua klasifikasi yang diambil dari suatu nilai yang berbeda
(different values), ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari atau ditarik
kesimpulannya. Jadi kalau dikaitkan dengan proses pengukuran, maka
variabel merupakan (Surahman, dkk., 2016) :
1. Besaran tertentu dari sifat suatu objek/orang (characteristic of objects or
person).
2. Besarnya dapat ditangkap oleh pancaindra (observable).
3. Nilainya berbeda-beda dari pengamatan ke pengamatan berikutnya
(differs from observation to observation).
Variabel penelitian adalah suatu objek yang akan diteliti dan mempunyai
variasi nilai. Objek itu bisa makhluk hidup, ataupun benda mati (Irmawartini
dan Nurhaedah,2017).
Ciri-ciri dari variabel adalah (Irmawartini dan Nurhaedah,2017) :
1. Dapat didefinisikan dengan jelas
2. Dapat diukur atau diobservasi
3. Hasil ukur akan bervariasi antara satu objek dengan objek lain.
Hubungan antar variable dapat dijelaskan sebagai berikut
1. Hubungan Simetris yaitu antar dua variabel berhubungan tetapi tidak
saling berpengaruhi,satu variabel tidak disebabkan atau dipengaruhi oleh
variabel yang lain,korelasi simetris terjadi dapat karena:
a. Kedua variabel merupakan indikator konsep yang sama,misalnya
jantung berdebar dan kelur keringat keduanya merupakan indikator
kecemasan.
b. Kedua variabel berkaitan secara fungsional misalnya ada murid ada
guru.
c. Kedua variabel akibat dari suatu faktor,misalnya tinggi badan dan
tinggi badan karena factor pertumbuhan
d. Faktor kebetulan misalnya gaji naik dengan turun hujan
2. Hubungan Timbal Balik yaitu variabel saling berpengaruh,misalnya status
gizi dan terjadinya infeksi.
3. Hubungan Asimetris yaitu variabel satu mempengaruhi variabel lain
misalnya perilaku hidup bersih dan sehat.
B. Jenis Variabel
1. Variabel sebab
Variabel sebab adalah variabel yang menjadi sebab dari suatu kejadian
sehingga menimbulkan akibat(Irmawartini dan Nurhaedah,2017).
a. Sebab (independen/antecendent) yaitu variabel yang berperan sebagai
penyebab utama serta bebas dalam menyebabkan suatu akibat.
b. Variabel moderator yaitu variabel berpengaruh tetapi tidak utama
c. Variabel Random/rambang adalah variabel acak yang tidak
dimasukkan dalam penelitian atau diabaikan pengaruhnya.
d. Variabel kendali yaitu variabel yang dapat dikendalikan pengaruhnya.
2. Variabel penghubung/intervening
Variabel penghubung adalah variabel yang menjembatani hubungan
variabel sebab dan akibat(Irmawartini dan Nurhaedah,2017).
3. Variabel Akibat/dependent/tergantung/konsekuensi
Variabel akibat adalah variabel yang terjadi akibat variabel
sebab(Irmawartini dan Nurhaedah,2017).
Klasifikasi atau penentuan fungsi dari suatu variabel, terutama
variabel sebab, adalah sangat penting dan merupakan tahap yang kritis.
Sebab jika peneliti salah dalam mengklasifikasikan variabel sebab ini,
maka hasil penelitian akan mengandung kesalahan (bias)(Irmawartini dan
Nurhaedah,2017).
Klasifikasi variabel secara benar memerlukan penguasaan dasar
teoritis yang kuat dan mendalam serta memerlukan penyusunan model
atau kerangka teoritis(Irmawartini dan Nurhaedah,2017).
Literatur lain mengklasifikasikan variabel sebagai berikut
(Irmawartini dan Nurhaedah,2017) :
Gambar 1. Klasifikasi Variabel
(Irmawartini dan Nurhaedah,2017)
Jika dalam suatu penelitian hanya diteliti satu macam variabel tergantung,
maka data yang diperoleh disebut data univariate, sedangkan jika lebih dari
satu disebut data multivariate(Irmawartini dan Nurhaedah,2017).
Variabel sebab, dapat juga dibedakan atas dasar aktivitas yang dilakukan
peneliti. Dalam hal ini variabel sebab dapat dibedakan atas variabel aktif dan
variabel pasif. Variabel aktif adalah variabel sebab yang diberikan atau
hasil manipulasi oleh peneliti. Misalnya: pemberian obat, pemberian
penyuluhan, pemberian vaksinasi, dsb. Variabel pasif adalah variabel yang
sudah melekat dan merupakan ciri dari subyek peneliti (atribut). Misalnya :
jenis kelamin, jenis pekerjaan, etnis, dsb(Irmawartini dan Nurhaedah,2017).
Variabel berdasarkan nilai yaitu variabel Kontinyu adalah variabel yang
dapat kita tentukan nilainya dalam jarak jangkau tertentu (dengan decimal
yang tak terbatas).Variabel diskrit adalah variabel yang nilainya tidak dapat
dinyatakan dalam bentuk pecahan atau decimal. Variabel ini juga disebut
sebagai variabel kategori atau nominal (Irmawartini dan Nurhaedah,2017 ).
Jenis variabel berdasarkan skala pengukurannya, berkaitan dengan proses
kuantifikasi, data biasanya digolongkan menjadi empat jenis, yaitu (a) data
nominal, (b) data ordinal, (c) data interval, dan (d) data ratio. Demikianlah
variabel, kalau dilihat dari segi ini biasa dibedakan dengan cara yang sama.
Pengklasifikasian variabel berdasarkan skala data ini bermanfaat dalam
menentukan uji statistik yang digunakan (Irmawartini dan Nurhaedah,2017 ).
1. Variabel berdata nominal
Variabel berdata nominal yaitu variabel yang ditetapkan
berdasarkan atas proses penggolongan, variabel ini bersifat diskrit dan
saling pilah (mutually exclusive) antara kategori yang satu dan kategori
yang lain, contoh : jenis kelamin, status perkawinan, jenis pekerjaan.
2. Variabel berdata ordinal
Variabel berdata ordinal yaitu variabel yang disusun berdasarkan
atas jenjang dalam atribut tertentu. Jenjang tertinggi biasa diberi angka 1,
jenjang dibawahnya diberi angka 2, lalu dibawahnya diberi angka 3, dan
dibawahnya lagi diberi angka 4, dan seterusnya. Contoh : hasil perlombaan
inovatif produktif di antara para mahasiswa,ranking mahasiswa dalam
sesuatu mata-kuliah, ranking dalam sesuatu perlombaan mengarang, dan
sebagainya.
3. Variabel berdata interval
Variabel berdata interval yaitu variabel yang dihasilkan dari
pengukuran itu diasumsikan terdapat satuan (unit) pengukuran yang sama.
Contoh variabel interval misalnya prestasi belajar, sikap terhadap sesuatu
program dinyatakan dalam skor, penghasilan, dan sebagainya.
4. Variabel berdata ratio
Variabel berdata ratio adalah variabel yang dalam kuantifikasinya
mempunyai nol mutlak. Di dalam penelitian, terlebih-lebih dalam
penelitian di bidang ilmu-ilmu sosial, orang jarang menggunakan variabel
ratio. Contoh variabel tinggi badan dan berat badan.
C. Macam- macam Variabel
Macam-macam Variabel dalam penelitian dapat dibedakan menjadi
(Surahman, dkk., 2016) :
1. Variabel pendahulu
Variabel pendahulu adalah variabel yang penampilannya mendahului
variabel bebas dan berhubungan dengan variabel terikat.
2. Variabel Independen
Sering disebut juga sebagai variabel bebas, variabel yang
mempengaruhi. Merupakan variabel yang dapat mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat).
Dengan demikian variabel independen mempunyai ciri-ciri :
a. Variabel yang menentukan variabel
b. Kegiatan stimulus yang dilakukan peneliti menciptakan suatu dampak
pada variabel dependen
c. Biasanya dimanipulasi, diamati dan diukur untuk diketahui
hubungannya.
3. Variabel Dependen
Variabel Dependen disebut juga variabel terikat, variabel akibat,
variabel respon, output, konsekuen,. Merupakan variabel yang dipengaruhi
atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel ini
merupakan variabel terikat yang besarannya tergantung dari besaran
variabel indpenden ini, akan memberi peluang terhadap perubahan
variabel dependen (terikat) sebesar koefisien (besaran) perubahan dalam
variabel indepen. Artinya, setiap terjadi perubahan sekian kali satuan
varibel dependen, diharap akan menyebabkan variabel depnden berubah
sekian satuan juga. sebalikanya jika terjadi diharapkan akan menyebabkan
perubahan (penurunan) variabel dependen sekian satuan juga. Dengan
demikian variabel dependen mempunya ciri:
- Variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel lain
- Asepek tingkah laku yang diamati dari suatu organiseme yang dikenai
stimulus
- Faktor yang diamati dan diukur untuk menentukan ada tidaknya
hubungan atau pengaruh dari variabel bebas.
4. Variabel Moderator
Variabel yang mempengaruhi (memperkuat dan memperlemah)
hubungan antara variabel independen dengan dependen. Variabel disebut
juga sebagai variabel independen kedua (Sugiyono, 2009 dalam
Surahman, dkk., 2016). Analisis hubungan yang menggunakan minimal
dua variabel, yakni satu variabel dependen dan satu atau beberapa variabel
independen, ada kalanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak
dimasukkan dalam model statistik yang kita gunakan. Dalam analisis
statistik ada yang dikenal dengan variabel moderator. Variabel moderator
ini adalah variabel yang selain bisa memperkuat hubungan antara satu atau
beberapa variabel yang selain bisa memperlemah hubungan antara satu
atau beberapa variabel independen dan variabel dependen.
5. Variabel Intervening atau variabel antara
Variabel yang secara teoritis mempengaruhi (memperlemah dan
memperkuat) hubungan antara variabel independent dengan dependent,
tetapi tidak dapat diamati dan diukur. Variabel ini merupakan variabel
penyela/antara yang terletak diantara variabel bebas dan variabel terikat,
sehingga variabel bebas tidak secara langsung mempengaruhi berubahnya
atau timbulnya variabel terikat. Variabel ini berperan menambah atau
mengurangi efek variabel independent terhadap variabel dependen.
6. Variabel Kontrol
Variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga pengaruh
variabel independen terhadap dependen tidak dipengaruhi oleh faktor luar
yang tidak diteliti (Sugiyono, 2009 dalam Surahman, dkk., 2016). Variabel
control sering digunkaan oleh peneliti, bila akan melakukan penelitian
yang bersifat membandingkan.

D. Batasan Operasional Variabel


Untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel yang
diamati / diteliti, perlu sekali variabel-variabel tersebut diberi batasan atau
defenisi operasional. Defenisi operasional ini juga bermanfaat untuk
mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap variabel-variabel
yang bersangkutan serta pengembangan instrumen (alat ukur) (Yusuf, 2015).
Agar variabel dapat diamati dan dapat diukur, maka setiap konsep yang
ada dalam hipotesis harus disusun definisi operasional. Definisi operasional
dari variabel adalah penting, terutama untuk menentukan alat atau instrumen
yang akan digunakan dalam menggunakan data. Sebagai contoh adalah
konsep orang lapar. Orang lapar dapat didefinisikan : (1) orang yang dapat
menghabiskan sepiring nasi dalam waktu kurang dari dua menit. Dapat juga
didefinisikan (2) orang yang kelihatan mengantuk, tidak suka berbicara dan
kelihatan lesu. Untuk menentukan seseorang lapar atau tidak, berdasarkan
definisi (1) diperlukan sepiring nasi dan sebuah pencatat waktu. Sedangkan
berdasarkan definisi (2) tidak diperlukan alat, kecuali indera pengamatan
(Irmawartini dan Nurhaedah,2017 ).
Pengukuran variabel dapat dilakukan secara langsung jika ciri atau faktor
yang akan diukur tersebut secara fisik dapat diukur. Kadang-kadang ciri
tesebut secara fisik tidak dapat diamati. Dalam hal demikian maka yang
diukur bukan faktornya itu sendiri, tetapi sifat yang dapat digunakan sebagai
petunjuk (indikator) kualitas dan kuantitas ciri yang akan diukur tersebut.
Sebagai contoh : variabel kealiman seseorang. Secara fisik sulit untuk diukur
atau diamati, maka yang diukur atau diamati melalui indikator. Misalnya
diukur berdasarkan frekuensi banyaknya pergi ke masjid (bagi muslim) atau
ke gereja (bagi umat kristiani) dalam setiap bulan. Dengan asumsi makin
sering makin alim (Irmawartini dan Nurhaedah,2017 ).
Suatu variabel harus dibatasi, artinya didefinisikan, harus dioperasionalkan
dengan tujuan (Irmawartini dan Nurhaedah,2017 ):
1. Kejelasan informasi tentang variabel tersebut
2. Memberikan acuan alat atau instrument dalam mengambil ukuran variabel
tersebut.
3. Definisi yang diberikan kepada variabel dengan memberikan arti yang
jelas dan spesifik.
Ada tiga pola yang dapat diacu dalam menyusun definisi operasional suatu
variabel yaitu:
1. POLA I
Pola I tersusun karena kegiatan lain yang terjadi atau kegiatan yang
harus dilakukan atau tidak dilakukan untuk memperoleh definisi variabel
tersebut. Contoh: lapar adalah suatu keadaan yang terjadi akibat tidak
mengkonsumsi makanan.
2. POLA II
Pola II tersusun berdasarkan sifat atau atas cara kerja dari yang
didefinisikan. Contoh: orang lapar adalah orang yang menyantap sepiring
nasi dalam waktu 5 menit.
3. POLA III
Pola III tersusun atas dasar bagaimana variabel yang didefinisikan
tersebut muncul. Contoh: orang lapar adalah orang yang kelihatannya
lemas, lesu, ngantuk dll .
Dari ketiga pola tersebut tentu akan berbeda cara mengukur dan instrumen
yang dipakai dalam mengukur variabel tersebut.
Definisi operasional variabel adalah batasan dan cara pengukuran
variabel yang akan diteliti. Definisi operasional (DO) variabel disusun dalam
bentuk matrik, yang berisi : nama variabel, deskripsi variabel (DO), alat ukur,
hasil ukur dan skala ukur yang digunakan (nominal, ordinal, interval dan
rasio). Definisi operasional dibuat untuk memudahkan dan menjaga
konsistensi pengumpulan data, menghindarkan perbedaan interpretasi serta
membatasi ruang lingkup variabel (Surahman, dkk., 2016).
Langkah-langkah mendefinisi operasionalkan variabel yaitu (Surahman,
dkk., 2016) :
1. Mencari definisi operasional variabel yang telah ditulis dalam literatur
oleh peneliti sebelumnya. Kalau sudah didapat dan definisi tersebut cukup
operasional, maka dapat langsung untuk dipakai. Kalau definisi tersebut
belum operasional, maka kita harus mendefinisikan variabel tersebut
seoperasional mungkin, sehingga memudahkan dalam penyusunan
kuesioner.
2. Kalau dalam literatur belum ada definisi operasional variabel yang
diperlukan, maka harus dibuat definisi opeasional sendiri dan
mendiskusikan dengan sesama peneliti agar lebih operasional, sebelum
digunakan.
3. Dengan uji coba kuesioner dengan jawaban terbuka, sehingga bisa dibuat
definisi operasional suatu variabel.

Mata Kuliah : Metodologi Penelitian


Hari/ Tanggal : Selasa/ 14 September 2021
Pertemuan :7
Materi : Populasi dan Sampel
Dosen : Dr. Wijayantono, SKM, M.Kes
Basuki Ario Seno, SKM, M.Kes
Edi Nur, SKM, M.Kes
Muchsin Riviwanto, SKM, M.Si
A. Pengertian Populasi
Populasi adalah jumlah keseluruhan unit analisis yang akan diselidiki
karakteristik atau ciri-cirinya (Abustam dkk, 1996: 49 dalam Saat dan Siti,
2020). Sugiyono (2006) dalam Saat dan Siti (2020) menyatakan populasi
adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek dan subyek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Saat dan Siti, 2020).
Populasi bukan sekadar jumlah yang ada pada obyek dan subyek yang
dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/ sifat yang dimiliki oleh
obyek/subyek itu (Saat dan Siti, 2020).
Palte, (1978: 12) dalam Abustam dkk. (1996) dalam Saat dan Siti,
(2020), menyatakan populasi dapat dibedakan atas dua, yaitu populasi
sampling dan populasi sasaran. Misalnya apabila mengambil rumah tangga
sebagai populasi, sedang yang diselidiki adalah kepala rumah tangga atau
kepala keluarga, maka rumah tangga dalam wilayah penelitian disebut
populasi sampling, sedang kepala rumah tangga disebut populasi sasaran
(Abustam dkk, 1996: 49 dalam Saat dan Siti, 2020).
Populasi selalu terkait dengan jumlah atau keseluruhan dari
subyek/obyek yang diteliti. Penentuan populasi tergambar pada judul atau
rumusan masalah penelitian. Misalnya: subyek penelitian adalah siswa pada
suatu sekolah, maka populasinya adalah keseluruhan siswa pada sekolah itu.
Kalau judul penelitian hanya mencantumkan pada kelas tertentu, maka
populasinya adalah seluruh siswa pada kelas itu. Contoh: Studi perbandingan
minat belajar siswa kelas V A dan Kelas V B pada madrasah X, maka yang
menjadi populasi adalah keseluruhan siswa pada kedua kelas tersebut (Saat
dan Siti, 2020).
Penggunaan populasi berlaku bagi penelitian kuantitatif, dan tidak
berlaku bagi penelitian yang bersifat kualitatif. Untuk penelitian kualitatif,
digunakan istilah sumber data. Sumber data itu ditentukan berdasarkan
kebutuhan dan tujuan penelitian. Apabila data yang dikumpulkan sudah
dianggap cukup (sudah jenuh), maka sumber data tidak perlu ditambah lagi
(Saat dan Siti, 2020).
Dalam penelitian kualitatif, banyaknya sumber data ditentukan sampai
pada batas jenuh sebuah penelitian atau sudah tidak ditemukan lagi data baru,
sehingga dalam penelitian kualitatif tidak dapat dipastikan jumlah sumber
data yang disiapkan (Saat dan Siti, 2020).

B. Pengertian Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi atau sub-sub populasi yang ciri-
cirinya/karakteristiknya benar-benar diselidiki (Abustam dkk., 1996: 50
dalam Saat dan Siti, 2020). Sampel adalah sebagian dari jumlah populasi
yang dipilih untuk sumber data. (Sukardi, 2012: 54 dalam Saat dan Siti,
2020). Dengan bahasa yang berbeda sampel adalah bagian dari populasi atau
bagian dari sub-sub populasi yang benar-benar diambil datanya, sehingga
biasa disebut sebagai sumber data atau subyek penelitian (Saat dan Siti,
2020).
a. Alasan Pengambilan Sampel
Alasan perlu dilakukan pengambilan sampel dalam suatu penelitian
adalah (Irmawartini dan Nurhaedah, 2017) :
a. Objek penelitian yang homogen. Dalam menghadapi objek penelitian
yang homogen atau 100% sama, sensus tidak perlu dilakukan, cukup
hanya dengan melakukan sampling untuk memperoleh data yang
diperlukan.
b. Objek penelitian yang mudah rusak. Dalam menghadapi objek
penelitian yang mudah rusak, pengambilan keseluruhan akan merusak
objek yang akan diteliti. Misalnya meneliti kadar trombosit dalam
darah tidak mungkin mengambil seluruh darah untuk dianalisis.
c. Penghematan biaya dan waktu. Biaya yang dikeluarkan untuk
melakukan sensus jauh lebih besar dibandingkan dengan sampling,
sehingga penggunaan sensus banyak menimbulkan pemborosan,
sedangkan penggunaan sampling lebih efisien. Hal ini disebabkan
pada sensus objek yang akan diteliti jauh lebih banyak dibandingkan
pada sampling. Demikian pula dengan waktu. Waktu yang digunakan
untuk melakukan sensus lebih lama jika dibandingkan dengan waktu
yang digunakan untuk melakukan sampling.
d. Masalah ketelitian. Pada sensus objek yang harus diteliti lebih banyak
dibandingkan dengan sampling, sehingga keakuratan hasil
penelitiannya juga lebih kecil dari pada sampling. Pengalaman
mengatakan bahwa semakin banyak objek yang diteliti, semakin
kurang ketelitian yang dihasilkan.
e. Ukuran populasi. Untuk populasi yang tak terhingga, yaitu populasi
yang memiliki banyak objek tidak terhingga banyaknya, sensus tidak
mungkin dilakukan. Namun untuk populasi berhinggapun, jika
memiliki objek yang sedemikian besarnya, sensus juga sulit untuk
dilaksanakan. Untuk keadaan seperti ini, sampling lebih cocok
digunakan.
f. Faktor ekonomis. Faktor ekonomis diartikan apakah kegunaan dari
hasil penelitian sepadan dengan biaya, waktu dan tenaga yang telah
dikeluarkan untuk penelitian tersebut. Jika tidak, maka alternatifnya
dilakukan sampling (Irmawartini dan Nurhaedah, 2017).
b. Langkah Langkah Pengambilan Langkah Pengambilan Sampel
Langkah-langkah dalam pengambilan sampel penelitian adalah
sebagai berikut (Irmawartini dan Nurhaedah, 2017) :
a. Menentukan populasi (Defined the Population). Dalam menentukan
populasi, populasi dibagi atas empat komponen yaitu: elemen, unit
sampling, tempat dan waktu penelitian
b. Spesifikasi Sampling Frame (Spesified Sampling Frame). Spesifikasi
sampling frame atau kerangka sampling mempunyai tujuan untuk
memaparkan secara jelas dan spesifik dari elemen populasi, Dalam
spesifikasi sampling frame yang perlu dijelaskan adalah target
populasi dan populasi sampling.
c. Spesifikasi Unit Sampling (Spesified Sampling Unit). Unit sampling
merupakan unit dasar dari elemen populasi yang akan dijadikan
sampel, tetapi kadang-kadang dapat berdiri sendiri menjadi komponen
populasi atau merupakan unit sampling dari elemen populasi.
d. Seleksi Metode Sampling (Spesified Sampling Method). Dalam hal ini
ditentukan metode sampling yang akan digunakan. Metode sampling
yang dapat digunakan adalah teknik probabilitas (Probability
Sampling Method) dan teknik non-probabilitas (Non Probability
Sampling Method).
e. Menentukan Ukuran Sampel (Determine Sampling Size). Penentuan
besar sampel tergantung pada jenis studi, homogenitas populasi, jenis
sampel, serta jumlah dana dan personel yang tersedia.
f. Mempersiapkan Sampling Plan (Speified Sampling Plan). Kegiatan ini
adalah merencanakan bagaimana keputusan-keputusan yang telah
diambil dapat dilaksanakan secara baik dilapangan, meliputi
kelengkapan perangkat lunak dan populasi itu sudah cukup
representatif untuk diteliti. Sebaliknya apabila populasi itu secara
sempurna tidak seragam (completely heterogenous) maka hanya
pencacahan lengkaplah yang dapat memberikan gambaran yang
representative (Irmawartini dan Nurhaedah, 2017).
c. Syarat Sampel Penelitian
Sampel penelitian yang representatif sehingga dapat di generalisasikan
atau ditarik kesimpulan umum adalah (Irmawartini dan Nurhaedah, 2017) :
a. Digunakan prinsip probabiltas (random sampling)
b. Jumlah sampel memadai
c. Ciri-ciri populasi di penuhi secara ketat
d. Variasi antar unit populasi sekecil mungkin

C. Besar Sampel
Sampel diambil apabila populasi dalam jumlah yang besar, dan peneliti
tidak mungkin dapat meneliti seluruh populasi, karena keterbatasan waktu,
tenaga, dan biaya yang dibutuhkan. Apa yang ditemukan atau dipelajari dari
sampel kesimpulannya dapat diberlakukan pada populasi. Itulah sebabnya,
pengambilan sampel harus benar-benar representatif, sehingga benar-benar
dapat mewakili/ menggambarkan keadaan populasi (Saat dan Siti, 2020).
Mengenai besarnya jumlah sampel, para ahli peneliti tidak sepakat, yang
jelas bahwa semakin besar sampel sebuah penelitian, maka datanya semakin
mendekati kebenaran, dan semakin jauh dari populasi, maka datanya semakin
meragukan (Saat dan Siti, 2020).
Abustam dkk. (1996) dalam Saat dan Siti (2020), mengatakan bahwa
besarnya sampel sebuah penelitian sangat tergantung pada:
1. Derajat keragaman sebuah populasi. Semakin homogen sebuah populasi,
semakin kecil sampel yang dibutuhkan. Sebaliknya, semakin heterogen
sebuah populasi, semakin banyak sampel yang dibutuhkan. Misalnya:
Meneliti kadar garam air laut. Air laut memiliki sifat yang sangat
homogen, sehingga dengan mengambil sedikit saja untuk dijadikan sampel
sudah cukup. Tetapi jika yang diteliti itu adalah bermacam-macam air,
misalnya ada air laut, air sungai, air hujan, air kelapa, dsb. maka setiap
jenis air itu harus terwakili dalam penelitian. Dengan demikian, berarti
sampel semakin banyak, karena semua jenis air harus mempunyai sampel.
2. Tingkat presisi (ketelitian) yang dikehendaki atau diharapkan dari
penelitian, semakin tinggi tingkat presisi (ketelitian) yang dikehendaki
atau diharapkan dari sebuah penelitian, semakin banyak sampel
dibutuhkan.
3. Rencana analisis. Misalnya peneliti ingin menghubungkan tingkat
pendidikan responden dengan penggunaan alat kontrasepsi. Kalau ingin
membagi tingkat pendidikan responden secara rinci, misalnya belum
sekolah, tamat SD, Tamat SMP, tamat SMA, dan seterusnya, maka semua
tingkatan itu harus ada perwakilannya dalam sampel. Apabila sampelnya
sedikit, akan banyak sel-sel dalam pengolahan data yang kosong, begitu
juga untuk perhitungan analisis statistik yang rumit. Dengan demikian
kelihatannya kurang baik, karena banyak sel yang kosong.
4. Tenaga, biaya, dan waktu. Apabila salah satu dari keempat hal itu yang
dialami oleh peneliti, maka tentu pengambilan sampel menjadi sedikit,
yang berarti bahwa tingkat presisi (ketelitian) sebuah penelitian akan
semakin berkurang.
Mengenai besarnya sampel yang harus diambil dalam sebuah penelitian
ada beberapa rumus yang digunakan misalnya rumus yang dikemukakan oleh
Isaac dan Michael atau monogram yang dikemukakan oleh Herry King
(Sugiyono, 2011: 128-131 dalam Saat dan Siti, 2020).

1. Ukuran Sampel Penelitian


Roscoe (1982: 253) dalam Sugiyono (2011:133) dalam Saat dan Siti
(2020). memberikan saran tentang ukuran sampel penelitian sebagai
berikut:
a. Ukuran sampel dalam penelitian adalah antara 30 – 500.
b. Bila sampel dibagi dalam kategori, (wanita, pria, pegawai negeri-
swasta dan lain-lain, maka jumlah anggota sampel setiap kategori
minimal 30.
c. Bila dalam penelitian akan menggunakan analisis dengan multivariate
(korelasi, regresi ganda misalnya), maka jumlah anggota sampel
minimal 10 kali dari jumlah variabel yang diteliti. Misalnya variabel
penelitiannya ada 5 (independen & dependen), maka jumlah anggota
sampel = 5 x 10 = 50.
d. Untuk penelitian eksperimen yang sederhana, yang menggunakan
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maka jumlah anggota
sampel masing-masing antara 10 s.d 20.
Dengan demikian, maka ukuran dengan menggunakan persen
misalnya 15 persen, 20 persen dan sebagainya, tidak bisa digunakan untuk
sebuah populasi yang kecil. Patokan ini hanya dapat digunakan untuk
populasi yang besar (Saat dan Siti, 2020).
Suatu hal yang perlu menjadi diingat oleh para peneliti pemula,
khususnya bagi para mahasiswa strata satu (S1) adalah bahwa populasi
dan sampel, selalu berbicara tentang angka/jumlah (Saat dan Siti, 2020).
2. Faktor yang mempengaruhi besar sampel
Faktor-faktor yang mempengaruhi besar sampel adalah (Irmawartini
dan Nurhaedah, 2017) :
1. Category Outcomes. Bagaimana kategori yang akan dihasilkan oleh
data penelitian. Apakah berupa sutau variabel kuantitatif seperti
persentase dan nilai rata-rata atau variabel kualitatif berupa jawaban
ya atau tidak, hidup atau mati dan sebagainya.
2. Test of Hypothesis. Apakah pada penelitian perlu adanya pembuktian
hipotesis atau tidak. Bila ada pembuktian hipotesis terlebih dahulu
rumuskan hipotesis yang akan dibuktikan kemudian tentukan batasan-
batasan untuk menerima atau menolak hipotesis null: a. Bila ingin
menolak suatu hipotesis null, tentukan lebih dahulu batasan kesalahan
atau disebut kesalahan tipe I (alpha level) b. Bila menerima suatu
hipotesis null, tentukan lebih dahulu batasan kesalahan atau disebut
kesalahan tipe II (beta level)
3. Power and Confidenc Level. Tingkat kebenaran dalam menolak suatu
hipotesis null pada studi disebut power of test (1-β), dan tingkat
probabilitas dalam menerima hipotesis null suatu studi disebut level of
test (1-α).
4. Jenis Studi. Apakah jenis studi yang dilakukan adalah deskriptif saja
atau analitik, prospektif atau retrospektif, dan apakah sampel yang
dipakai untuk penelitian tersebut dilakukan randomisasi atau tidak.
Kesemua hal ini akan mempengaruhi ukuran sampel yang ada.
5. Derajat Keseragaman (degree of homogenity) dari Populasi. Makin
seragam populasi, maka semakin kecil sampel yang diambil. Apabila
sampel seragam sempurna (completely homogenous) maka satu
satuan elementer saja dari seluruh populasi itu sudah cukup
representatif untuk diteliti. Sebaliknya apabila populasi itu secara
sempurna tidak seragam (completely heterogenous) maka hanya
pencacahan lengkaplah yang dapat memberikan gambaran yang
representatif.
6. Presisi yang dikehendaki. Makin tinggi tingkat presisi yang
dikehendaki maka makin besar jumlah sampel yang harus diambil.
Semakin besar sampel, cendrung memberikan penduga yang lebih
mendekati nilai sesungguhnya (true value), semakin besar sampel juga
akan memperkecil kesalahan atau penyimpangan terhadap nilai
populasi.
7. Rencana Analisis. Besar sampel juga harus disesuaikan dangan
analisis statistik yang digunakan apakah analisis secara manual atau
dengan perangkat lunak computer
8. Tenaga, biaya dan waktu. Bila menginginkan presisi yang tinggi maka
jumlah sampel harus besar, tetapi apabila dana, tenaga dan waktu
terbatas, maka tidaklah mungkin untuk mengambil sampel yang besar.
Agar dapat menghemat waktu, biaya dan tenaga, maka peneliti harus
memperkirakan besarnya sampel yang diambil sehingga presisinya
dianggap cukup untuk menjamin tingkat kebenaran hasil penelitian.
3. Rumus Besar Sampel
Sebagai pedoman umum, beberapa ahli berikut ini memberikan
pendapat yang perlu kita pertimbangkan dalam menentukan ukuran
sampel. Gay (1987) dalam Irmawartini dan Nurhaedah (2017),
mengatakan bahwa untuk studi yang bersifat deskriptif ukuran sampel
sebesar 10% dari jumlah populasi merupakan ukuran minimum.
Sedangkan untuk studi korelasional dan studi kausalkomparatif disarankan
menggunakan sampel minimum sebanyak 39 subjek atau responden
(Irmawartini dan Nurhaedah, 2017).
Hal ini agak berbeda dengan studi eksperimental yang relative
menggunakan control yang kental. Dalam studi tersebut disarankan
hendaknya masing-masing grup beranggotakan tidak kurang dari 15
subjek. Untuk suatu studi uji coba, menurut Agung (1992) dalam
Irmawartini dan Nurhaedah (2017), ukuran sampel sebesar 20 sampai
dengan 50 dianggap memadai. Sedangkan untuk studi kasus yang
menggunakan Anova, ukuran sampel setiap sel sebesar 3 sampai dengan 5
subjek dianggap memadai.
Besar sampel minimal untuk setiap jenis penelitian dapat dihitung

dengan menggunakan rumus besar sampel. Penggunaan rumus besar


sampel membutuhkan nilai Z alpha dan nilai Z beta sebagai berikut
(Irmawartini dan Nurhaedah, 2017) :
Berikut adalah rumus besar sampel penelitian yang dapat digunakan
(Irmawartini dan Nurhaedah, 2017) :
a. Rumus Besar Sampel untuk Desain Penelitian Studi Prevalen atau
Deskriptif Survei
Untuk data kategorik maka rumus besar sampel adalah :

2 𝑃(1 − 𝑃)
𝑛 = 𝑍1−𝛼/2
𝑑2
N = Besar sampel
Z = Nilai dari Z α
P = Proporsi kejadian sakit berdasarkan penelitian sebelumnya
d = Presisi
Contoh kasus:
PT. ASKES ingin melakukan survei untuk mendapatkan informasi
mengenai persentase penduduk DKI Jakarta yang telah mengikuti program
asuransi kesehatan. Jika dari hasil survei ditempat lain didapatkan
persentase yang sudah ikut askes sekitar 20%. Anda diminta untuk
menghitung berapa jumlah sampel yang dibutuhkan untuk survei di
Jakarta, jika presisi yang diinginkan adalah 5% dengan derajat kemaknaan
α=5% ?
Diketahui;
P = 20 %
d = 5%
α = 5% > Z = 1,96
02(1−0,2)
𝑛 = 1,962 0,052

n = 246 sampel
Untuk data numerik, maka rumus besar sampel adalah:
𝑍 2 1−𝛼/2. 𝜎 2
𝑛=
𝑑2
Contoh Kasus :
Seorang kepala rumah sakit “sehat” ingin melakukan penelitian untuk
mengetahui rata-rata petugas kesehatan yang absen perharinya. Data rumah
sakit memperkirakan, ratarata 8 orang petugas absen perhari dan standar
deviasi 4 orang. Berapa besar sampel yang diperlukan pada penelitian ini?
Diketahui;
µ = 8 orang
σ = 4 orang
d = 1 orang
α = 5%
1,962 × 42
𝑛=
12
n = 62 orang
Rumus lain Untuk jenis penelitian deskriptif
a. Bila data hasil penelitian merupakan data parametrik (interval-rasio),
maka digunakan rumus estimasi besar sampel berdasarkan rerata.

Contoh:
Pada penelitian yang bertujuan ingin mengetahui gambaran jumlah
gigi yang terkena karies pada anak pada daerah X. Diketahui bahwa
pada data riset kesehatan nasional, standar deviasi jumlah gigi yang
terkena karies pada anak di Indonesia adalah sebesar 0.5. Maka untuk
menentukan berapa jumlah sampel minimal yangdibutuhkan pada
penelitian di daerah X tersebut adalah sebagai berikut:

Atau dibutuhkan jumlah sampel minimal sejumlah 385 anak. (Pada


penelitian ini dapat digunakan sedikitnya 385 anak sebagai sampel
penelitian)
b. Bila data hasil penelitian merupakan data non parametrik (nominal-
rasio), maka digunakan rumus estimasi besar sampel berdasarkan

proporsi
Contoh:
Pada penelitian yang bertujuan untuk mengetahui gambaran umum
kejadian anemia ibu hamil di kabupaten Jombang. Bila dari penelitian
terdahulu diketahui angka prevalensi anemia pada ibu hamil di Jawa
Timur = 20%, maka untuk menentukan berapa jumlah sampel minimal
yang dibutuhkan pada penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

Atau dibutuhkan jumlah sampel minimal sejumlah 246 anak. (Pada


penelitian ini dapat digunakan sedikitnya 246 sampel penelitian).
b. Rumus Besar Sampel untuk Desain Penelitian Analitik Observasional
Cross Sectional
Contoh kasus:
Suatu obat ”A” dikatakan dapat menghentikan mencret pada 70%
pasien diare. Sedangkan obat “B”,dapat menghentikan mencret pada
50% pasien diare. Seorang peneliti ingin menguji apakah obat “A”
memang lebih efektif dari obat “B”. Berapa besar sample yang
dibutuhkan jika peneliti menginginkan derajat kemaknaan 1% dan
kekuatan uji 90%.
Jawaban:
Pada penelitian ini, Ho adalah proporsi pasien diare yang berhenti
mencretnya dengan pengobatan “A” lebih kecil atau sama dengan
proporsi pasien diare yang berhenti mencretnya dengan pengobatan
“B”. Dan Ha adalah proporsi pasien diare yang berhenti mencretnya
dengan pengobatan “A” lebih besar dari proporsi pasien diare yang
berhenti mencretnya dengan pengobatan “B”.
c. Rumus Besar Sampel untuk Desain Case Control

P1: proporsi subjek terpajan pada kelompok dengan “penyakit”


P2 : proporsi subjek terpajan pada kelompok tanpa “penyakit”
P : proporsi rata-rata
Z : z score, ditentukan berdasarkan derajat kepercayaan
OR : Besarnya nilai rasio odds
Contoh:
Seorang peneliti ingin mengetahui berapa besar pengaruh diabetes
militus yang diderita laki-laki berumur 40 – 50 tahun terhadap penyakit
jantung koroner. OR dianggap bermakna secara klinis adalah 2,
proporsi efek pada kelompok control sebesar 0,20 dengan nilai
kemaknaan sebesar 0,05 dan power sebesar 80%. Berapakah perkiraan
besar sampel minimal yang diperlukan?
d. Rumus Besar Sampel untuk Desain Kohort

Contoh:
Dua cara pengobatan untuk sejenis kanker akan dibandingkan
efektifitasnya dengan suatu penelitian kohort dalam suatu uji klinik
multi-center. Penderita diacak untuk mendapatkan terapi A atau terapi
B dan kemudian diikuti untuk mendeteksi berapa yang kambuh selama
5 tahun setelah pengobatan. Berapa jumlah penderita yang harus diteliti
dalam tiap kelompok jika diinginkan 90% keyakinan untuk menolak Ho
: RR =1 dan mendukung Ha :RR ≠ 1, jika diasumsikan bahwa P2 = 0,35
dan RR = 0,5?
Jawaban
Sebelumnya kita hitung dulu nilai P dan P1 yaitu P1 = (RR) P2 = 0,5 x
0,35 = 0,175 P = (0,175 + 0,35)/2 = 0,2625

e. Besar Sampel Untuk Penelitian Eksperimen

Keterangan :
nc = jumlah sampel pada kelompok kontrol
Z1-α = Z score berdasarkan derajat kemaknaan (1-a))
Z1-β = Z score berdasarkan kekuatan uji (1-b)
Pc = Proporsi insidens rate outcome pada kelompok control
Pt =Proporsi insidens rate outcome pada kelompok treatment
P = (Pc + Pt)/2
Qc = 1 - Pc
Qt = 1- Pt
Contoh:
Seorang peneliti ingin mengetahui apakah proporsi kesembuhan
suatu penyakit oleh obat baru G berbeda dengan proporsi kesembuhan
penyakit oleh obat H. Perusahaan obat G menyatakan bahwa obat
tersebut dapat menyembuhkan penyakit tertentu dengan tingkat
kesembuhan sebesar 50% sedangkan kesembuhan oleh obat H adalah
25%. Hitunglah jumlah pasien yang dibutuhkan untuk mendeteksi
perbedaan tersebut dengan α = 0,05 uji hipotesis dua arah dan β=0,2
Jawab:
P = (Pc + Pt)/2 = (0,25 + 0,5)/2 = 0,375
Qc = 1 - Pc =1-0.25 = 0.75
Qt = 1- Pt = 1-0.50 = 0.50
Q = 1- P = 1-0.375=0.625

f. Rumus Federer
Bila tujuan penelitian untuk menganalisis keterkaitan antar variabel
melalui penelitian eksperimental di laboratorium atau pengendalian
variabel eksternal yang ketat, maka digunakan rumus besar Federer
Rumus Federer (k-1).(r-1) ≥ 15

Contoh
Pada penelitian yang bertujuan ingin menganalisis perbandingan jumlah
koloni strepcoccus mutans pada rongga mulut terhadap perbedaan
konsentrasi ekstrak daun kemangi. Pada penelitian ini terdapat 4
kelompok penelitian, yaitu, kontrol, konsentrasi 10%, 5%, dan 2.5%.
Maka untuk menentukan berapa jumlah sampel minimal yang
dibutuhkan pada penelitian di daerah X tersebut adalah sebagai berikut:
(k-1).(r-1) ≥ 15
(4-1).(r-1) ≥ 15
3r-3 ≥ 15 3r ≥
15 + 3 r ≥ 18/3
r≥6
dibutuhkan jumlah sampel minimal untuk masing-masing kelompok
penelitian sejumlah 6 sampel. (Pada penelitian ini dapat digunakan
sedikitnya 6 sampel untuk masingmasing kelompok penelitian)
(Irmawartini dan Nurhaedah, 2017).

D. Teknik sampling
Dalam penentuan sampel harus mengacu kepada teknik sampling. Teknik
sampling merupakan teknik pengambilan sampel (Sugiyono, 2001 dalam
Masturoh dan Nauri, 2018). Teknik sampling dilakukan agar sampel yang
diambil dari populasinya representatif (mewakili), sehingga dapat diperoleh
informasi yang cukup untuk mengestimasi populasinya (Masturoh dan Nauri,
2018).
Teknik pengambilan sampel dibagi menjadi 2 jenis berdasarkan sama atau
tidaknya kesempatan seluruh anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota
sampel yaitu probability sampling dan non probability sampling (Masturoh
dan Nauri, 2018).
Gambar 1. Jenis Teknik Sampling
(Masturoh dan Nauri, 2018)
1. Teknik Probability Sampling
Teknik probability sampling adalah cara pengambilan sampel dengan
semua objek atau elemen dalam populasi memiliki kesempatan yang sama
untuk dipilih sebagai sampel. Hasil penelitian dijadikan untuk
mengestimasi populasi (melakukan generalisasi) (Masturoh dan Nauri,
2018).

Gambar 2. Generalisasi Sampel pada Populasi dengan


Teknik Sampling (Masturoh dan Nauri, 2018)
Yang termasuk dalam probability sampling adalah simple random
sampling, systematic random sampling, disproportionate stratified random
sampling, proportionate stratified sampling, dan cluster sampling. Setiap
jenis teknik sampling tersebut akan berikut ini (Masturoh dan Nauri,
2018).:
a. Pengambilan sampel secara acak sederhana (simple random sampling)
Pada teknik sampling secara acak, setiap individu dalam populasi
memiliki peluang yang sama untuk dijadikan sampel. Teknik
sampling acak sederhana merupakan teknik yang populer
dibandingkan teknik lainnya dalam penelitian sains. Teknik ini
biasanya menggunakan metode undian (Masturoh dan Nauri, 2018).
Persyaratan yang harus dipenuhi untuk teknik pengambilan
sampel acak secara sederhana adalah anggota populasi dianggap
homogen. Teknik sampling ini memiliki bias terkecil dan generalisasi
tinggi. Prosedur dalam teknik pengambilan sampel acak sederhana
adalah sebagai berikut (Masturoh dan Nauri, 2018).:
1) Susun kerangka sampel
2) Tetapkan jumlah sampel yang akan diambil
3) Tentukan alat pemilihan sampel
4) Pilih sampel sampai dengan jumlah terpenuhi

Penerapan prosedur teknik pengambilan sampel acak sederhana


terlihat pada gambar berikut ini.
Gambar 3. Prosedur teknik pengambilan acak sederhana
(Masturoh dan Nauri, 2018)
Teknik pengambilan sampel acak sederhana yang sering
digunakan adalah dengan metode undian. Ada dua rancangan cara
undian (Masturoh dan Nauri, 2018) :
1) Pengambilan sampel tanpa pengembalian, yang artinya sampel
yang sudah terpilih tidak akan dipilih lagi. Akan menghasilkan
nilai probabilitas yang tidak konstan.
2) Pengambilan sampel dengan pengembalian, yang berarti sampel
yang sudah terpilih ada kemungkinan terpilih lagi. Menghasilkan
nilai probabilitas yang konstan.
Metode lainnya yang dapat digunakan dalam teknik
pengambilan acak sederhana adalah dengan tabel random
menggunakan Ms. Excel. Tahapan dalam pembuatan tabel random
adalah sebagai berikut (Masturoh dan Nauri, 2018):
1) Buat kode untuk setiap anggota populasi yang ditentukan (bisa 2
atau 3 digit). Sebagai contoh dalam suatu penelitian memiliki 50
anggota populasi, dimana populasinya merupakan dokumen rekam
medis. Dari 50 rekam medis yang telah ditentukan diberikan kode 2
digit, dari nomor urut 01 s.d 50. Setelah diperhitungkan
menggunakan rumus besaran sampel didapatkan sampel yang harus
dipenuhi yaitu 44 rekam medis.

Gambar 4. Entri kode tiap anggota populasi


(Masturoh dan Nauri, 2018)
2) Kemudian pada kolom 2 buat nama Rand, kemudian buat rumus
=rand (Tarik rumus untuk meneruskan pada baris berikutnya)

Gambar 5. Random tiap anggota populasi


(Masturoh dan Nauri, 2018)
3) Buat kolom baru dengan nama sampel Kemudian tuliskan rumus
=INDEX($A$2:$A$51;RANK(B2;$B$2:$B$51))
Catatan: Penggunaan tanda “;” tergantung format komputer jika
tidak sesuai gunakan tanda “,”.
4) Tarik rumus pada kolom C2 sesuai jumlah sampel yang dibutuhkan
adalah 44 rekam medis, maka tarik rumus sampai C45 untuk
mendapatkan kode dari tiap anggota p1opulasi yang menjadi
sampel dalam penelitian.
Gambar 6. Sampel yang diambil
(Masturoh dan Nauri, 2018)
b. Sistematik Random
Sampling Sistematik random sampling adalah metode yang
digunakan dengan cara membagi jumlah seluruh anggota populasi
dengan jumlah sampel yang dibutuhkan. Hasil tersebut merupkan
interval sampel. Dalam rumus dituliskan sebagai berikut(Masturoh
dan Nauri, 2018).:
𝑁
𝐾=
𝑛
Keterangan:
K = sampling interval
N = jumlah seluruh anggota populasi
n = jumlah sampel yang diinginkan
Contoh:
Dalam penerapan pengambilan sistematik random sampling,
suatu populasi dalam penelitian yang merupakan seluruh tenaga
kesehatan yang terdiri dari 500 orang, kemudian sampel yang
diinginkan adalah 50. Sampling interval pada penelitian tersebut
adalah sebagai berikut:
𝑁
𝐾=
𝑛
500
𝐾=
50
𝐾 = 10
Misal titik awal pada anggota populasi yang akan diambil
sebagai sampel adalah nomor 8, maka sampelnya adalah a, a2 (a+k),
a2+k, dst sehingga sampel penelitian adalah 8, 18, 28, dan seterusnya
sampai mencapai jumlah 50 anggota sampel. Untuk mencegah nomor
urut sampel ketika ditentukan dengan interval tidak tersedia, lebih
baik menentukan titik awal dari nomor 1 – 10 (Masturoh dan Nauri,
2018).
c. Stratified Random Sampling
Stratified random sampling merupakan proses pengambilan sampel
melalui proses pembagian populasi ke dalam strata, memilih sampel
acak sederhana dari setiap strata, dan menggabungkannya ke dalam
sebuah sampel. Dari populasi tersebut kemudian dibagi ke dalam
strata yang karakteristiknya sama (Masturoh dan Nauri, 2018).
Contoh:
Dalam suatu penelitian tentang kepuasan pasien rawat inap RS X
Januari 2017, populasi pasien rawat inap pada bulan Januari 2017
adalah 300 dengan populasi tiap strata berjumlah sama. Dari
perhitungan besar sampel, didapatkan jumlah sampel yang harus
dipenuhi adalah 90 pasien. Ruang rawat inap di RS X terdiri dari
ruang rawat kelas 1, kelas 2, dan kelas 3. Maka dengan menggunakan
teknik stratifikasi, pengambilan sampel adalah sebagai berikut
(Masturoh dan Nauri, 2018).:
Gambar 7. Contoh Teknik Stratifikasi
(Masturoh dan Nauri, 2018)
d. Cluster Random Sampling
Anggota dalam populasi dibagi ke dalam cluster atau kelompok
jika ada beberapa kelompok dengan heterogenitas dalam
kelompoknya dan homogenitas antar kelompok. Teknik cluster sering
digunakan oleh para peneliti di lapangan yang mungkin wilayahnya
luas (Masturoh dan Nauri, 2018).
Contoh:
Anggota populasi tersebar di Provinsi DKI Jakarta, maka dalam teknik
pengambilan sampel dibuat ke dalam cluster dari seluruh anggota
populasi per kota, yang nantinya sampel akan dibagi dari Jakarta
Barat, Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Selatan, dan Jakarta Timur
(Masturoh dan Nauri, 2018).

Gambar 8. Contoh Teknik Cluster Random Sampling


(Masturoh dan Nauri, 2018).
2. Teknik Non Probability Sampling
Teknik non probability sampling adalah cara pengambilan sampel
dengan semua objek atau elemen dalam populasi tidak memiliki
kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Hasil penelitian tidak
dijadikan untuk melakukan generalisasi (Masturoh dan Nauri, 2018).
a. Sampling Purposif
Penarikan sampel secara puposif merupakan cara penarikan
sampel yang dilakukan dengan memilih subjek berdasarkan pada
karakteristik tertentu yang dianggap mempunyai hubungan dengan
karakteristik populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Masturoh
dan Nauri, 2018).
Contoh: Suatu penelitian tentang “Evaluasi Standar Operasional
Pengelolaan Rekam Medis di Puskesmas X”, peneliti menetapkan
karakteristik subjek penelitian adalah tenaga kesehatan yang bekerja
di Bagian Rekam Medis lebih dari 1 tahun (Masturoh dan Nauri,
2018).
b. Sampling Kuota
Sampling kuota (penarikan sampel secara jatah) merupakan
teknik sampling yang dilakukan atas dasar jumlah atau jatah yang
telah ditentukan. Sebelum kuota sampel terpenuhi maka peneltian
belum dianggap selesai (Masturoh dan Nauri, 2018).
Contoh: Suatu penelitian tentang “Tinjauan Ketepatan Kode
Diagnosa di RS X”, dimana peneliti menetapkan bahwa sampel yang
harus terpenuhi sebanyak 50 dokumen rekam medis. Pengambilan
sampel dapat dilakukan dengan memilih sampel secara bebas dengan
karakteristik yang telah ditentukan peneliti (Masturoh dan Nauri,
2018).
c. Sampling Aksidental
Teknik sampling aksidental dilakukan berdasarkan faktor
spontanitas atau kebetulan. Artinya siapa saja yang secara tidak
sengaja bertemu dengan peneliti maka orang tersebut dapat dijadikan
sampel (Masturoh dan Nauri, 2018).
Contoh: Suatu penelitian tentang “Evaluasi kepuasan mahasiswa
terhadap proses pembelajaran”. Maka pada waktu penelitian, jika
ditemui mahasiswa dapat dijadikan sebagai sampel (Masturoh dan
Nauri, 2018).
d. Sampling Jenuh
Teknik sampling jika semua anggota populasi digunakan sebagai
sampel. Hal ini dilakukan jika jumlah populasi kurang dari 30
(Masturoh dan Nauri, 2018).
Contoh: Suatu penelitian tentang “Penilaian kinerja PMIK di RS
X”, dimana populasi pada bagian RMIK di RS X hanya 23 orang.
Maka dengan menggunakan sampel jenuh, sampel pada penelitian ini
adalah keseluruhan PMIK di RS X yaitu sebanyak 23 orang (Masturoh
dan Nauri, 2018).
e. Snowball Sampling
Penarikan sampel pola ini dilakukan dengan menentukan sampel
pertama. Sampel berikutnya ditentukan berdasarkan informasi dari
sampel pertama, sample ketiga ditentukan berdasarkan informasi dari
sampel kedua, dan seterusnya sehingga jumlah sampel semakin besar.
Dikatakan snowball sampling karena penarikan sampel terjadi seperti
efek bola salju (Masturoh dan Nauri, 2018).
Contoh: Suatu penelitian tentang “Evaluasi Standar Operasional
Pengelolaan Rekam Medis di Puskesmas X”. Peneliti menetapkan
subjek penelitian pada awalnya adalah Kepala Rekam Medis,
kemudian dari hasil wawancara diarahkan ke bagian perencanaan RS
(Masturoh dan Nauri, 2018).
Metode-metode pengambilan sampel non random adalah (Irmawartini
dan Nurhaedah, 2017) :
a. Convenience/Accidental Sampling
Pemilihan sampel dengan metode ini dilakukan seadanya
berdasarkan kemudahan dalam menemukan sampel. Metode ini tidak
mempermasalahkan apakah sampel representatif dari populasi.
Dirancang untuk melihat fenomena diamsyarakat dengan cara yang
sangat mudah. Contoh, seorang ingin mengetahui bangaimana
pendapat tentang kenaikan kelangkaan Garam saat ini, peneliti
mengambil sampel dengan cara berdiri dipinggir jalan lalu
mewawancarai orang yang lewat sampai terkumpul sampel sesuai
yangdiidnginkan (Irmawartini dan Nurhaedah, 2017).
b. Quota sampling
Memilih sampel dengan metode ini adalah sampling yang
mencirikan lebih dahulu segala sesuatu yang berhubungan dengan
pengambilan sampel, dengan demikian pengumpul data hanya
mengumpulkan data mengenai sesuatu yang telah dicirikan, akan
tetapi pengambilan unit samplingnya ditentukan oleh pengambil
sampel dengan cara menentukan quota. Contoh, seorang peneliti
menentukan 40 orang balita untuk di ukur status gizinya di suatu
wilayah (Irmawartini dan Nurhaedah, 2017).
c. Judgement Sampling
Memilih sampel dengan cara memakai proses seleksi bersyarat.
Biasanya peneliti menentukan sampel pada saat pengumpulan data
dilapagan. Contoh, penelitian tentang keberhasilan produk kecantikan,
peneliti memilih sampel wanita dengan penilaiannya sendiri
(Irmawartini dan Nurhaedah, 2017).
d. Purposive Sampling
Teknik ini biasanya dilakukan karena beberapa pertimbangan
misalnya alasan keterbatasan waktu, tenaga dan biaya sehingga tidak
dapat mengambil sampel yang besar dan jauh.Sampling dilakukan
dengan syarat-syarat tertentu, yaitu (Irmawartini dan Nurhaedah,
2017):
1) Pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri-ciri, sifat-sifat atau
karakteristiktertentu, yang merupakan ciri-ciri pokok populasi.
2) Subjek yang diambil sebagai sampel benar-benar merupakan
subjek yang paling banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat
pada populasi (key subjects)
3) Penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan cermat di
dalam studi pendahuluan.
Contoh penelitian pada tenaga kerja mengenai paparan zat kimia
pada suatu Pabrik. Peneliti menentukan kriteria tertentu misalnya
batasan, umur, lama kerja peneliti, dan jenis kelamin (Irmawartini dan
Nurhaedah, 2017).
e. Panel Sampling
Merupakan sampel semi permanen yang dipilih untuk keperluan
suatu studi yang berkelanjutan. Panel sampel sangat bermanfaat dan
menguntungkan, karena data yang telah dikumpulkan dapat
dipergunakan berulang kali. Contoh: penelitian tentang tumbuh
kembang anak (Irmawartini dan Nurhaedah, 2017).

E. Manfaat Pengambilan Sampel


Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dengan melakukan
pengambilan sampel adalah (Irmawartini dan Nurhaedah, 2017) :
1. Data yang diperoleh lebih komprehensif dan representaif serta
merupakan refleksi dari karakteristik populasi yang sedang diteliti.
2. Mudah dikerjakan dan hasilnya dapat segera dievaluasi dan dianalisis.
3. Dapat menghilangkan bias seleksi dengan cara melakukan randomisasi.
4. Memperluas ruang lingkup penelitian. Penelitian terhadap seluruh objek
akan memakan waktu, tenaga dan biaya dan fasilitas-fasilitas lain yang
lebih besar. Dengan sampling maka waktu, biaya, dan tenaga yang
sama dapat dilakukan penelitian yang lebih luas ruang lingkupnya.
5. Memperoleh hasil yang lebih akurat, penelitian yang dilakukan
terhadap populasi akan menyita sumber-sumber daya yang lebih besar,
termasuk usaha-usaha analisis. Hal ini akan berpengaruh terhadap
keakuratan hasil penelitian. Dengan menggunakan sampel, maka
dengan usaha yang sama akan diperoleh hasil analisis yang lebih akurat.
6. Dengan teknik probability sampling, hasil penelitian dapat digunakan
untuk mengeneralisasikan sifat atau karakteristik populasi.
7. Pelaksanaan penelitian lebih efisien
8. Dapat mengurangi terjadinya bias dari interviewer karena subjek yang
banyak pada populasi.
9. Pelaksanaan penelitian relatif lebih mudah dan sederhana karena subjek
pada sampel lebih sedikit dibandingkan dengan populasi.
10. Memudahkan dalam pengolahan data, analisis data dan penyajiannya
(Irmawartini dan Nurhaedah, 2017).

Mata Kuliah : Metodologi Penelitian


Hari/ Tanggal : Selasa/ 20 September 2021
Pertemuan :8
Materi : Ujian Tengan Semester
Dosen : Dr. Wijayantono, SKM, M.Kes
Basuki Ario Seno, SKM, M.Kes
Edi Nur, SKM, M.Kes
Muchsin Riviwanto, SKM, M.Si

Mata Kuliah : Metodologi Penelitian


Hari/ Tanggal : Selasa/ 5 Oktober 2021
Pertemuan :9
Materi : Pengumpulan Data
Dosen : Dr. Wijayantono, SKM, M.Kes
Basuki Ario Seno, SKM, M.Kes
Edi Nur, SKM, M.Kes
Muchsin Riviwanto, SKM, M.Si

A. Pengumpulan Data
Definisi data secara etimologis merupakan bentuk jamak dari datum
yang berasal dari bahasa latin dan berarti "sesuatu yang diberikan". Dalam
pengertian sehari-hari data dapat berarti fakta dari suatu objek yang diamati,
yang dapat berupa angka-angka maupun kata-kata. Sedangkan jika dipandang
dari sisi statistika, maka data merupakan fakta-fakta yang akan digunakan
sebagai bahan penarikan kesimpulan (Siswandari, 2009 dalam Aditya, 2013).
Data merupakan kumpulan fakta yang diperoleh dari suatu
pengukuran. Suatu pengambilan keputusan yang baik merupakan hasil dari
penarikan kesimpulan yang didasarkan pada data/fakta yang akurat. Untuk
mendapatkan data yang akurat diperlukan suatu alat ukur atau yang disebut
instrumen yang baik. Alat ukur atau instrumen yang baik adalah alat
ukur/instrumen yang valid dan reliabel (Amin, dkk., 2009 dalam Aditya,
2013). Secara umum tujuan pengumpulan data adalah membantu dalam setiap
pengambilan keputusan yang lebih baik dan membantu melihat kemajuan dari
kegiatan tertentu. Dalam proses pengumpulan data statistik, terdapat beberapa
prinsip yang harus diperhatikan dalam pengumpulan data statistik, antara lain
mengumpulkan data selengkap-lengkapnya. (tidak sebanyakbanyaknya),
mempertimbangkan ketepatan data (meliputi: waktu pengumpulan data, jenis
data, relevansi data dan kegunaan data) dan kebenaran data (data yang dapat
dipercaya kebenarannya baik sumbernya maupun data itu sendiri.
1. Syarat-syarat data
Selanjutnya, agar data dapat dianalisis dan ditafsirkan dengan Baik,
maka harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a. Obyektif
Data yang diperoleh dari lapangan/hasil pengukuran, harus
ditampilkan dan dilaporkan apa adanya.
b. Relevan
Dalam mengumpulkan dan menampilkan Data harus sesuai dengan
permasalahan yang sedang dihadapi atau diteliti.
c. Up to Date (Sesuai Perkembangan)
Data tidak boleh usang atau ketinggalan jaman, karena itu harus
selalu menyesuaikan perkembangan.
d. Representatif
Data harus diperoleh dari sumber yang tepat dan dapat
menggambarkan kondisi senyatanya atau mewakili suatu kelompok
tertentu atau populasi.
2. Jenis-jenis data
Menurut jenisnya, data secara umum dapat dibagi menjadi 2 macam,
yaitu :
a. Data kuantitatif
Yaitu data yang dinyatakan dalam bentuk angka-angka atau jumlah
dan dapat diukur besar kecilnya serta bersifat obyektif sehingga
dapat ditafsirkan sama oleh orang lain.
Contoh : harga buku rp. 45.000, ; berat badan ; tinggi badan ; suhu
tubuh, dsb.
b. Data kualitatif
Yaitu data yang berhubungan dengan kategorisasi atau karakteristik
dalam bentuk sifat (bukan angka) yang tidak dapat diukur besar
kecilnya.
Contoh : jenis kelamin, bahasa, pekerjaan, pengetahuan, sikap, dsb.
B. Cara Pengumpulan Data
Cara pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat
digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Data yang dikumpulkan
dalam penelitian akan digunakan untuk menguji hipotesis atau menjawab
pertanyaan atau masalah yang telah dirumuskan, dan yang pada akhirnya
akan dipergunakan sebagai dasar dalam pengambilan kesimpulan atau
keputusan. Oleh karena itu, data harus merupakan data yang baik dan benar.
Agar data yang dikumpulkan baik dan benar, maka instrumen atau alat bantu
pengumpulan datanya juga harus baik dan benar (Aditya, 2013).
1. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan untuk
mengumpulkan data penelitian. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa
wawancara (interview) adalah suatu kejadian atau suatu proses interaksi
antara pewawancara (interviewer) dan sumber informasi atau orang yang
di wawancarai (interviewee) melalui komunikasi langsung (yusuf, 2014).
Metode wawancara/interview juga merupakan proses memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab sambil
bertatap muka antara pewawancara dengan responden/ orang yang di
wawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide)
wawancara. Dalam wawancara tersebut biasa dilakukan secara individu
maupun dalam bentuk kelompok, sehingga di dapat data informatik yang
orientik.
Wawancara bertujuan mencatat opini, perasaan, emosi, dan hal lain
berkaitan dengan individu yang ada dalam organisasi. Dengan
melakukan interview, peneliti dapat memperoleh data yang lebih banyak
sehingga peneliti dapat memahami budaya melalui bahasa dan ekspresipi
hak yang diinterview; dan dapat melakukan klarifikasi atas hal‐ hal yang
tidak diketahui. Pertanyaan pertama yang perlu diperhatikan dalam
interview adalah Siapa yang harus diinterview ? Untuk memperoleh data
yang kredibel makain terview harus dilakukan dengan Know ledgeable
Respondent yang mampu menceritakan dengan akurat fenomena yang
diteliti. Isu yang kedua adalah Bagaimana membuat responden mau
bekerjasama? Untuk merangsang pihak lain mau meluangkan waktu
untuk diinterview, maka perilaku pewawancara dan responden harus
selaras sesuai dengan perilaku yang diterima secara sosial sehingga ada
kesan saling menghormati. Selain itu, interview harus dilakukan dalam
waktu dan tempat yang sesuai sehingga dapat menciptakan rasa senang,
santai dan bersahabat. Kemudian, peneliti harus berbuat jujur dan mampu
meyakinkan bahwa identitas responden tidak akan pernah diketahui
pihak lain kecuali peneliti dan responden itu sendiri. Data yang diperoleh
dari wawancara umumnya berbentuk pernyataan yang menggambarkan
pengalaman, pengetahuan, opini dan perasaan pribadi. Untuk
memperoleh data ini peneliti dapat menggunakan metode wawancara
standar yangt erskedul (Schedule Standardised Interview), interview
standart akterskedul (Non‐Schedule Standardised Interview) atau
interview informal (Non Standardised Interview). Ketiga pendekatan
tersebut dapat dilakukan dengan teknik sebagai berikut:
a. Sebelum wawancara dimulai, perkenalkan diri dengan sopan untuk
menciptakan hubungan baik
b. Tunjukkan bahwa responden memiliki kesan bahwa dia orang yang
“penting”
c. Peroleh data sebanyak mungkin
d. Jangan mengarahkan jawaban
e. Ulangi pertanyaan jika perlu
f. Klarifikasi jawaban
g. Catat interview (Chairi, 2009).
Teknis pelaksanaan wawancara dapat dilakukan secara sistematis atau
tidak sistematis. Yang dimaksud secara sistematis adalah wawancara
dilakukan dengan terlebih dahulu peneliti menyusun instrument pedoman
wawancara. Disebut tidak sistematis, maka peneliti meakukan
wawancara secara langsung tanpa terlebuh dahulu menyusun instrument
pedoman wawancara. Saat ini. dengan kemajuan teknologi informasi,
wawancara bisa saja dilakukan tanpa tatap muka, yakni melalui media
telekomunikasi. Pada hakikatnya wawancara merupakan kegiatan untuk
memperoleh informasi secara mendalam tentang sebuah isu atau tema
yang diangkat dalam penelitian. Atau merupakan proses pembuktian
terhadap informasi atau keterangan yang telah diperoleh lewat teknik
yang lain sebelumnya. Dalam wawancara harus direkam, wawancara
yang direkamakn memberikan nilai tambah. Karena, pembicaraan yang
di rekam akan menjadi bukti otentik bila terjadi salah penafsiran. Dan
setelah itu data yang direkam selanjutnya ditulis kembali dan diringkas.
Dan peneliti memberikan penafsiran atas data yang diperoleh lewat
wawancara.
Susunan wawancara itu dapat dimulai dengan sejarah kehidupan,
tentang gambaran umum situasi pertisipan. Pertanyaan yang diajukan
juga berupa hasil pengalaman. Dalam mengajukan pertanyaan, peneliti
harus memberikan penekanan kepada arti dari pengalaman tersebut.
Prinsip umum pertanyaan dalam wawancara adalah; harus singkat, open
ended, singular dan jelas. Peneliti harus menyadari istilah-istilah umum
yang dimengerti partisipan. Dan sebaiknya wawancara tidak lebih dari 90
menit. Bila dibutuhkan, peneliti dapat meminta waktu lain untuk
wawancara selanjutnya (Semiawan, 2010). Wawancara mendalam adalah
interaksi/pembicaraan yang terjadi antara satu orang pewawancara
dengan satu orang informan (Manzilati, 2017).
Pada hakikatnya wawancara merupakan kegiatan untuk memperoleh
informasi secara mendalam tentang sebuah isu atau tema yang diangkat
dalam penelitian. Atau, merupakan proses pembuktian terhadap
informasi atau keterangan yang telah diperoleh lewat teknik yang lain
sebelumnya. Karena merupakan proses pembuktian, maka bisa saja hasil
wawancara sesuai atau berbeda dengan informasi yang telah diperoleh
sebelumnya. Agar wawancara efektif, maka terdapat berapa tahapan yang
harus dilalui, yakni ;
a. mengenalkan diri
b. menjelaskan maksud kedatangan
c. menjelaskan materi wawancara
d. mengajukan pertanyaan (Yunus, 2010).
Selain itu, agar informan dapat menyampaikan informasi yang
komprehensif sebagaimana diharapkan peneliti, maka berdasarkan
pengalaman wawancara yang penulis lakukan terdapat beberapa kiat
sebagai berikut;
a. ciptakan suasana wawancara yang kondusif dan tidak tegang,
b. cari waktu dan tempat yang telah disepakati dengan informan,
c. mulai pertanyaan dari hal-hal sederhana hingga ke yang serius,
d. bersikap hormat dan ramah terhadap informan,
e. tidak menyangkal informasi yang diberikan informan,
f. tidak menanyakan hal-hal yang bersifat pribadi yang tidak ada
hubungannya dengan masalah/tema penelitian,
g. tidak bersifat menggurui terhadap informan,
h. tidak menanyakan hal-hal yang membuat informan tersinggung atau
marah,
i. sebaiknya dilakukan secara sendiri,
j. ucapkan terima kasih setelah wawancara selesai dan minta
disediakan waktu lagi jika ada informasi yang belum lengkap.
Setidaknya, terdapat dua jenis wawancara, yakni: wawancara
mendalam (in-depth interview), di mana peneliti menggali informasi
secara mendalam dengan cara terlibat langsung dengan kehidupan
informan dan bertanya jawab secara bebas tanpa pedoman pertanyaan
yang disiapkan sebelumnya sehingga suasananya hidup serta dilakukan
berkali-kali dan wawancara terarah (guided interview) di mana peneliti
menanyakan kepada informan hal-hal yang telah disiapkan sebelumnya.
Berbeda dengan wawancara mendalam, wawancara terarah memiliki
kelemahan, yakni suasana tidak hidup, karena peneliti terikat dengan
pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya. Sering terjadi pewawancara
atau peneliti lebih memperhatikan daftar pertanyaan yang diajukan
daripada bertatap muka dengan informan, sehingga suasana terasa kaku.
Dalam praktik sering juga terjadi jawaban informan tidak jelas atau
kurang memuaskan. Jika ini terjadi, maka peneliti bisa mengajukan
pertanyaan lagi secara lebih spesifik. Selain kurang jelas, ditemui pula
informan menjawab “tidak tahu”. Jika terjadi jawaban “tidak tahu”, maka
peneliti harus berhati-hati dan tidak lekas- lekas pindah ke pertanyaan
lain. Sebab, makna “tidak tahu” mengandung beberapa arti, yaitu:
a. informan memang tidak mengerti pertanyaan peneliti, sehingga
untuk menghindari jawaban “tidak mengerti", dia menjawab “tidak
tahu”.
b. informan sebenarnya sedang berpikir memberikan jawaban, tetapi
karena suasana tidak nyaman dia menjawab “tidak tahu”.
c. pertanyaannya bersifat personal yang mengganggu privasi informan,
sehingga jawaban “tidak tahu‟ dianggap lebih aman
d. informan memang betul-betul tidak tahu jawaban atas pertanyaan
yang diajukan. Karena itu, jawaban “tidak tahu" merupakan jawaban
sebagai data penelitian yang benar dan sungguh yang perlu
dipertimbangkan oleh peneliti
Adapun Dalam penelitian kualitatif dikenal berbagai model
wawancara yakni sebagai berikut:
a. Pertanyaan dalam wawancara mendalam pada umumnya
disampaikan secara spontanitas. Hubungan antara pewawancara dan
yang di wawancarai adalah hubungan yang dibangun dalam suasana
biasa, sehingga pembicaraan berlangsung sebagaimana percakapan
seharihari, yang tidak formal. Tujuan utama wawancara mendalam
adalah untuk dapat menyajikan kontruksi saat sekarang dalam suatu
konteks mengenai para pribadi, pristiwa, aktivitas, perasaan,
motivasi, tanggapan atau persepsi, tingkat dan bentuk keterlibatan
dan sebagaimnya.
b. Wawancara dengan petunjuk umum
Wawancara jenis ini, mengharuskan pewawancara menyusun
kerangka atau garis besar pokok pembicaraan dalam bentuk petunjuk
wawancara. Petunjuk umum berfungsi untuk menjaga agar pokok
pembicaraan yang direncanakan dapat tercakup secara keseluruhan
dan pembicaraan tidak keluar dari topic dan kerangka besar yang
direncanakan.
c. Wawancara baku terbuka
Wawancara terbuka merupakan wawancara menggunakan
seperangkat pertanyaan baku, yaitu pertanyaan dengan kata-kata,
urutan, dan cara penyajian yang sama untuk semua informan yang
yang diwawancarai. Wawancara jenis ini perlu digunakan jika
dipandang variasi pertanyaan akan menyulitkan peneliti karena
jumlah informan yang perlu di wawancarai cukup banyak.
d. Wawancara terstruktur
Dalam wawancara terstruksur, pewawancara menetapkan sendiri
masalah dan pertanyaanpertanyaan yang akan diajukan. Wawancara
jenis ini bertujuan untuk mencari jawaban hipotesis. Wawancara
terstruktur pada umumnya digunakan jika seluruh sampel penelitian
dipandang memiliki kesempatan yang sama untuk menjawab
pertanyaan yang diajukan. Keuntungan wawancara terstruktur ini
adalah tidak dilakukan pendalaman pertanyaan yang memungkinkan
adanya dusta bagi informan yang diwawancarai.
e. Wawancara tidak terstruktur
Hasil wawancara tidak terstruktur menekankan pada pengecualian,
penyimpangan, penafsiran yang tidak lazim, penafsiran kembali,
pendekatan baru, pandangan ahli, atau perspeksif tunggal. Perbedaan
wawancara ini dengan wawancara terstruktur adalah dalam hal
waktu bertanya dan memberikan respon yang lebih bebas. Dalam
wawancara tidak terstrukutur pertanyaan tidak disusun terlebih
dahulu, karena disesuaikan dengan keadaan dan cirri unik dari
narasumber atau informan. Dalam wawancara tidak terstruktur
peneliti perlu merencanakan segala sesuatu yang berkaitan dengan
wawancara meliputi hal-hal berikut:
1) Menemukan siapa informan yang akan diwawancarai.
2) Menghubungi/ mengadakan kontak dengan informan untuk
menginformasikan wawancara yang akan dilakukan.
3) Melakukan persiapan yang matang untuk melakukan wawancara.
f. Bentuk pertanyaan dalam wawancara Bentuk- bentuk pertanyaan
dalam wawancara pada umumnya dapat di bedakan menjadi enam
macam, yaitu:
1) Pertanyaan yang berkaitan dengan pengalaman atau perilaku.
2) Pertanyaan yang berkaitan dengan pendapat atau nilai.
3) Pertanyaan yang berkaitan dengan perasaan.
4) Pertanyaan tentang pengetahuan
5) Pertanyaan berkenaan dengan apa yang dilihat, didengar, diraba,
dirasa, dan dicium.
6) Pertanyaan yang berkaitan dengan latar belakang atau demografi.
g. Pedoman wawancara. Agar wawancara berjalan dengan efektif
sesuai rencana yang disusun, maka peneliti perlu menyusun
pedoman wawancara sebagai pemandu jalannya wawancara.
Manfaat dari pedoman wawancara, antara lain, yaitu :
1) Proses wawancara berjalan sesuai rencana
2) Dapat menjaring jawaban dari informan sesuai yang dikehendaki
peneliti
3) Memudahkan peneliti untuk mengelompokkan data yang di
perlukan yang di peroleh dari hasil wawancara.
4) Peneliti lebih berkonsentrasi dalam menyampaikan pertanyaan-
pertanyaan sesuai dengan focus kajian dalam penelitian.
5) Mengantisipasi adanya pertanyaan yang lupa/ terlewat di
sampaikan.
h. Kelebihan dan kekurangan wawancara Kelebihan teknik wawancara
dalam pengumpulan data penelitian adalah sebagai berikut :
1) Memperoleh respon yang tinggi dari informan, jika di bandingkan
dengan penggunaan kuesioner yang mungkin untuk tidak di
kembalikan kepada peneliti.
2) Dapat memperjelas maksud pertanyaan, kerena langsung
berhadapan dengan informan.
3) Dapat sekaligus melakukan observasi terhadap hal- hal yang di
butuhkan.
4) Bersifat fleksibel, dapat mengulang pertanyaan untuk
membuktikan jawaban.
5) Dapat menggali informasi yang bersifat non verbal.
6) Dapat menyampaikan pertanyaan secara spontanitas.
7) Dapat di pastikan untuk mendapatkan jawaban.
8) Dapat menyampaikan berbagai bentuk pertanyaan.
9) Mempermudah informan dalam memahami pertanyaan yang
kompleks.
Adapun kelemahan dari teknik wawancara dibandingkan dengan
teknik wawancara di bandingkan dengan teknik yang lain dalam
pengumpulan data penelitian antara lain adalah sebagai berikut :
1) Memerlukan banyak waktu dan biaya
2) Faktor subjektivitas peneliti dalam menangkap makna melalui
wawancara sangat tinggi.
3) Dalam kondisi tertentu, dapat membuat rasa tidak nyaman bagi
yang di wawancarai.
4) Tidak terdapat standarisasi model pertanyaan.
5) Sulit menemukan informan yang bersedia di wawancarai.
Untuk mendapatkan data hasil wawancara yang valid sehingga dapat
di gunakan sebagai dasar penarikan simpulan penelitian, maka
peneliti perlu melakukan triangulasi. Manfaat triangulasi ini adalah :
1) untuk memperbaiki ketidaksempurnaan instrument
2) meningkatkan kepercayaan hasil penelitian
3) mengembangkan pertanyaan- pertanyaan lanjutan untuk menggali
data dengan lebih mendalam (Nugrahani, 2014)
2. Metode Observasi (pengamatan)
Selain wawancara, observasi juga merupakan salah satu teknik dalam
pengumpulan data yang sangat lazim dalam metode penelitian kualitatif.
Observasi adalah bagian dalam pengumpulan data. Observasi berarti
mengumpulkan data langsung dari lapangan (Semiawan, 2010).
Sedangkan menurut Zainal Arifin dalam buku (Kristanto, 2018)
observasi adalah suatu proses yang didahului dengan pengamatan
kemudian pencatatan yang bersifat sistematis, logis, objektif, dan
rasional terhadap berbagai macam fenomena dalam situasi yang
sebenarnya, maupun situasi buatan.
Adapun salah satu teknik yang dapat digunakan untuk mengetahui
atau menyelidiki tingkah laku nonverbal yakni dengan menggunakan
teknik observasi. Metode observasi atau pengamatan adalah kegiatan
keseharian manusia dengan menggunakan panca indera mata dan dibantu
dengan panca indera lainya. Kunci keberhasilan observasi sebagai teknik
pengumpulan data sangat banyak ditentukan pengamat sendiri, sebab
pengamat melihat, mendengar, mencium, atau mendengarkan suatu onjek
penelitian dan kemudian ia menyimpulkan dari apa yang ia amati itu.
Pengamat adalah kunci keberhasilan dan ketepatan hasil penelitian
(yusuf, 2014).
Observasi untuk tujuan empiris mempunyai tujuan bermacam-macam.
Observasi juga memiliki fungsi bervariasi. Tujuan dari observasi berupa
deskripsi, melahirkan teori dan hipotesis (pada penelitian kualitatif), atau
menguji teori dan hipotesis (pada penelitian kuantitatif). Fungsi observasi
secara lebih rinci terdiri dari deskripsi, mengisi, dan memberikan data
yang dapat digeneralisasikan. Deskripsi, berarti observasi digunakan
untuk menjelaskan, memberikan, dan merinci gejala yang terjadi, seperti
seorang laboran menjelaskan prosedur kerja atom hidrogen, atau ahli
komunikasi menjelaskan secara rinci prosedur kerja di stasiun televisi.
Mengisi data, memiliki maksud bahwa observasi yang dilakukan
berfungsi melengkapi informasi ilmiah atas gejala sosial yang diteliti
melalui teknik-teknik penelitian. Memberikan data yang dapat
digeneralisasikan, maksudnya adalah setiap kegiatan penelitian, sehingga
mengakibatkan respon atau reaksi dari subjek amatan. Dari gejala-gejala
yang ada, peneliti dapat mengambil kesimpulan umum dari gejala-gejala
tersebut (Hasanah, 2017).
Observasi merupakan suatu penyelidikan yang dilakukan secara
sistematik dan sengaja diadakan dengan menggunakan alat indera
terutama mata terhadap kejadian yang berlangsung dan dapat di analisa
pada waktu kejadian itu terjadi. Dibandingkan dengan metode survei,
metode observasi lebih obyektif. Maksud utama observasi adalah
menggambarkan keadaan yang diobservasi. Kualitas penelitian
ditentukan oleh seberapa jauh dan mendalam peneliti mengerti tentang
situasi dan konteks dan menggambarkannya sealamiah mungkin
(Semiawan, 2010). Selain itu, observasi tidak harus dilakukan oleh
peneliti sendiri, sehingga peneliti dapat meminta bantuan kepada orang
lain untuk melaksanakan observasi (Kristanto, 2018).
Salah satu keuntungan dari pengamatan langsung/observasi ini adalah
bahwa sistem analisis dapat lebih mengenal lingkungsn fisik seperti tata
letak ruangan serta peralatan dan formulir yang digunakan serta sangat
membantu untuk melihat proses bisnis beserta kendalakedalanya. Selain
itu, perlu diketahui bahwa teknik observasi ini merupakan salah satu
teknik pengumpulan data yang cukup efektif untuk mempelajari suatu
sistem (Sutabri, 2012). Adapun beberapa bentuk observasi, yaitu:
a. Observasi partisipasi adalah (participant observation) adalah metode
pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data
penelitian melalui pengamatan dan penginderaan di mana peneliti
terlibat dalam keseharian informan.
b. Observasi tidak terstruktur ialah pengamatan yang dilakukan tanpa
menggunakan pedoman observasi, sehingga peneliti
mengembangkan pengamatannya berdasarkan perkembangan yang
terjadi di lapangan.
c. Observasi kelompok ialah pengamatan yang dilakukan oleh
sekelompok tim peneliti terhadap sebuah isu yang diangkat menjadi
objek penelitian.
3. Metode Dokumentasi
Selain melalui wawancara dan observasi, informasi juga bisa
diperoleh lewat fakta yang tersimpan dalam bentuk surat, catatan harian,
arsip foto, hasil rapat, cenderamata, jurnal kegiatan dan sebagainya. Data
berupa dokumen seperti ini bisa dipakai untuk menggali infromasi yang
terjadi di masa silam. Peneliti perlu memiliki kepekaan teoretik untuk
memaknai semua dokumen tersebut sehingga tidak sekadar barang yang
tidak bermakna.
Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang berarti barang tertulis,
metode dokumentasi berarti tata cara pengumpulan data dengan mencatat
data-data yang sudah ada. Metode dokumentasi adalah metode
pengumpulan data yang digunakan untuk menelusuri data historis.
Dokumen tentang orang atau sekelompok orang, peristiwa, atau kejadian
dalam situasi sosial yang sangat berguna dalam penelitian kualitatif
(yusuf, 2014).
Teknik atau studi dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui
peninggalan arsiparsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat,
teori, dalil-dalil atau hukum-hukum dan lain-lain berhubungan dengan
masalah penelitian. Dalam penelitian kualitatif taknik pengumpulan data
yang utama karena pembuktian hipotesisnya yang diajukan secara logis
dan rasional melalui pendapat, teori, atau hukum-hukum, baik
mendukung maupun menolak hipotesis tersebut. Dokumentasi sebagai
metode pengumpulan penelitian memiliki kelebihan dan kelemahan,
yaitu (Dimyati, 2013):
a. Kelebihan metode dokumentasi adalah efisien dari segi waktu,
efisien dari segi tenaga dan efisien dari segi biaya. Metode
dokumentasi menjadi efisien karena data yang kita butuhkan tinggal
mengutip atau memfotokopi saja dari dokumen yang ada.
b. Kelemahan metode dokumentasi adalah validitas data rendah, masih
bisa di ragukan dan reabilitas data rendah, masih bisa di ragukan
4. Angket (Questioner)
Angket memiliki fungsi serupa dengan wawancara, hanya berbeda
dalam implementasinya. Jika wawancara disampaikan oleh peneliti
kepada responden secara lisan, maka implementasi angket adalah
responden mengisi kuesioner yang disusun oleh peneliti. Hasil data
angket ini tidak berupa angkat, namun berupa deskripsi. Tidak ada teknik
pengumpulan data yang lebih efisien dibandingkan questioner (Sutabri,
2012). Adapun kelebihan dan kekurangan teknik questioner adalah
sebagai berikut:
a. Kelebihan teknik questioner
Teknik ini mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan
teknik pengumpulan data lainnya, yaitu sebagai berikut:
1) Daftar pertanyaan untuk sumber data bisa dalam jumlah banyak
dan tersebar.
2) Responden tidak merasa terganggu karena dapat mengisi daftar
pertanyaan tersebut dengan memilih waktu sendiri di mana ia
ulang.
3) Daftar pertanyaan secara relatif lebih efisien untuk sumber data
yang banyak.
4) Karena daftar pertanyaan biasanya tidak mencantumkan
identitas responden maka hasilnya dapat lebih objektif.
b. Kelemahan teknik questioner
Disamping mempunyai beberapa kelebihan, teknik ini juga memiliki
beberapa kelemahan, yaitu sebagai berikut:
1) Tidak ada jaminan bahwa daftar pertanyaan itu akan dijawab
dengan sepenuh hati.
2) Daftar pertanyaan cenderung tidak fleksibel. Pertanyaan yang
harus dijawab terbatas karena responden cukup menjawab
pertanyaan yang dicantumkan di dalam daftar sehingga
pertanyaan tersebut tidak dapat dikembangkan lagi sesuai
dengan situasi.
3) Pengumpulan data tidak dapat dilakukan secara bersama-sama
dan daftar pertanyaan yang lengkap sulit untuk dibuat.
4) Isu Metodologis
5. Focus Group Discussion
Metode terakhir untuk mengumpulkan data ialah lewat Diskusi
terpusat (Focus Group Discussion), yaitu upaya menemukan makna
sebuah isu oleh sekelompok orang lewat diskusi untuk menghindari diri
pemaknaan yang salah oleh seorang peneliti. Misalnya, sekelompok
peneliti mendiskusikan hasil UN 2011 di mana nilai rata-rata siswa pada
matapelajaran bahasa Indonesia rendah. Untuk menghindari pemaknaan
secara subjektif oleh seorang peneliti, maka dibentuk kelompok diskusi
terdiri atas beberapa orang peneliti. Dengan beberapa orang mengkaji
sebuah isu diharapkan akan diperoleh hasil pemaknaan yang lebih
objektif. Metode FGD banyak digunakan oleh para peneliti untuk
mengeksplorasi suatu rentang fenomena pengalaman hidup sepanjang
siklus hidup manusia melalui interaksi sosial dirinya dalam kelompoknya
(Brajtman 2005, Oluwatosin 2005, van Teijlingen & Pitchforth 2006).
Pendefinisian metode FGD berhubungan erat dengan alasan atau
justifikasi utama penggunaan FGD itu sendiri sebagai metode
pengumpulan data dari suatu penelitian. Justifikasi utama penggunaan
FGD adalah memperoleh data/informasi yang kaya akan berbagai
pengalaman sosial dari interaksi para individu yang berada dalam suatu
kelompok diskusi. Definisi awal tentang metode FGD menurut Kitzinger
dan Barbour (1999) adalah melakukan eksplorasi suatu isu/fenomena
khusus dari diskusi suatu kelompok individu yang berfokus pada
aktivitas bersama diantara para individu yang terlibat didalamnya untuk
menghasilkan suatu kesepakatan bersama. Aktivitas para individu/
partisipan yang terlibat dalam kelompok diskusi tersebut antara lain
saling berbicara dan berinteraksi dalam memberikan pertanyaan, dan
memberikan komentar satu dengan lainnya tentang pengalaman atau
pendapat diantara mereka terhadap suatu permasalahan/isu sosial untuk
didefinisikan atau diselesaikan dalam kelompok diskusi tersebut.
Tujuan utama metode FGD adalah untuk memperoleh interaksi data
yang dihasilkan dari suatu diskusi sekelompok partisipan/responden
dalam hal meningkatkan kedalaman informasi menyingkap berbagai
aspek suatu fenomena kehidupan, sehingga fenomena tersebut dapat
didefinisikan dan diberi penjelasan. Data dari hasil interaksi dalam
diskusi kelompok tersebut dapat memfokuskan atau memberi penekanan
pada kesamaan dan perbedaan pengalaman dan memberikan
informasi/data yang padat tentang suatu perspektif yang dihasilkan dari
hasil diskusi kelompok tersebut.
Metode FGD merupakan salah satu metode pengumpulan data
penelitian dengan hasil akhir memberikan data yang berasal dari hasil
interaksi sejumlah partisipan suatu penelitian, seperti umumnya metode-
metode pengumpulan data lainnya. Berbeda dengan metode pengumpul
data lainnya, metode FGD memiliki sejumlah karakteristik, diantaranya,
merupakan metode pengumpul data untuk jenis penelitian kualitatif dan
data yang dihasilkan berasal dari eksplorasi interaksi sosial yang terjadi
ketika proses diskusi yang dilakukan para informan yang terlibat
(Lehoux, Poland, & Daudelin, 2006).
Karakteristik pelaksanaan kegiatan FGD dilakukan secara obyektif
dan bersifat eksternal. FGD membutuhkan fasilitator/moderator terlatih
dan terandalkan untuk memfasilitasi diskusi agar interaksi yang terjadi
diantara partisipan terfokus pada penyelesaian masalah. Carey (1994)
menjelaskan karakteristik pelaksanaan metode FGD yaitu menggunakan
wawancara semi struktur kepada suatu kelompok individu dengan
seorang moderator yang memimpin diskusi dengan tatanan informal dan
bertujuan mengumpulkan data atau informasi tentang topik isu tertentu.
Metode FGD memiliki karakteristik jumlah individu yang cukup
bervariasi untuk satu kelompok diskusi. Satu kelompok diskusi dapat
terdiri dari 4 sampai 8 individu . Karakteristik permasalahan/isu yang
dapatdiperoleh datanya melalui metode FGD adalah isu/ masalah untuk
memperoleh pemahaman tentang berbagai cara yang membentuk
perilaku dan sikap sekelompok individu atau untuk mengetahui persepsi,
wawasan, dan penjelasan tentang isu sosial yang tidak bersifat personal,
umum, dan tidak mengancam kehidupan pribadi seseorang (Lehoux,
Poland, & Daudelin, 2006).
Dengan demikian, tidak semua permasalahan/isu dapat dikumpulkan
datanya melalui metode FGD. Data yang dikumpulkan melalui metode
FGD pada umumnya berhubungan dengan berbagai peristiwa atau isu-isu
sosial di masyarakat yang dapat memunculkan stigma buruk bagi
individu atau kelompok tertentu. Informasi yang diperlukan dari individu
atau kelompok tersebut tidak memungkinkan diperoleh dengan metode
pengumpulan data lainnya. Namun, metode FGD kurang tepat untuk
memperoleh topik/data yang bersifat sangat personal seperti isu-isu
sensitive kehidupan pribadi, status kesehatan, kehidupan seksual,
masalah keuangan, dan agama yang bersifat personal (Kitzinger, 1996;
Lehoux, Poland, & Daudelin, 2006)
Berbagai penelitian kualitatif banyak menggunakan metode FGD
sebagai alat pengumpulan data. Sebagai salah satu metode pengumpulan
data, metode FGD memiliki berbagai kekuatan dan keterbatasan dalam
penyediaan data/ informasi. Sebagai contoh, metode FGD memberikan
lebih banyak data dibanding dengan menggunakan metode lainnya
(Lehoux, Poland, & Daudelin, 2006). Kekuatan utama metode FGD
adalah kemampuan menggunakan interaksi antar partisipan untuk
memperoleh kedalaman dan kekayaan data yang lebih padat yang tidak
diperoleh dari hasil wawancara mendalam. Carey (1994) menjelaskan
bahwa informasi atau data yang diperoleh melalui FGD lebih kaya atau
lebih informatif dibanding dengan data yang diperoleh dengan metode-
metode pengumpulan data lainnya. Hal ini dimungkinkan karena
partisipasi individu dalam memberikan data dapat meningkat jika mereka
berada dalam suatu kelompok diskusi. Namun, metode ini tidak terlepas
dari berbagai tantangan dan kesulitan dalam pelaksanaannya.
Pelaksanaan yang optimal dari metode FGD masih seringkali menjadi
bahan perdebatan para ahli penelitian dan consensus untuk menyepakati
metode FGD sebagai metodologi yang ideal dalam penelitian kualitatif
masih belum dicapai (McLafferty, 2004). Metode FGD berdasarkan segi
kepraktisan dan biaya merupakan metode pengumpulan data yang hemat
biaya/tidak mahal, fleksibel, praktis, elaborasif serta dapat
mengumpulkan data yang lebih banyak dari responden dalam waktu yang
singkat (Streubert & Carpenter, 2003). Selain itu, metode FGD
memfasilitasi kebebasan berpendapat para individu yang terlibat dan
memungkinkan para peneliti meningkatkan jumlah sampel penelitian
mereka. Dari segi validitas, metode FGD merupakan metode yang
memiliki tingkat high face validity dan secara umum berorientasi pada
prosedur penelitian (Lehoux, Poland, & Daudelin, 2006).
Metode FGD juga memiliki beberapa keterbatasan sebagai alat
pengumpulan data. Dari segi analisis, data yang diperoleh melalui FGD
memiliki tingkat kesulitan yang tinggi untuk dianalisis dan banyak
membutuhkan waktu. Selain itu, kelompok diskusi yang bervariasi dapat
menambah kesulitan ketika dilakukan analisis dari data yang sudah
terkumpul. Pengaruh seorang moderator atau pewawancara juga sangat
menentukan hasil akhir pengumpulan data (Leung et al., 2005).
Selanjutnya, dari segi pelaksanaan, metode FGD membutuhkan
lingkungan yang kondusif untuk keberlangsungan interaksi yang optimal
dari para peserta diskusi (Lambert & Loiselle, 2008). Keterbatasan
lainnya dari penggunaan metode FGD dapat terjadi pada umumnya
karena peneliti seringkali kurang dapat mengontrol jalannya diskusi
dengan tepat.
Aktivitas para individu dalam bertanya dan mengemukakan pendapat
cukup bervariasi, terutama jika terdapat individu yang mendominasi
diskusi kelompok tersebut sehingga dapat mempengaruhi pendapat
individu yang lain dalam kelompok. Disinilah pentingnya peran peneliti
sebagai fasilitator yang terlatih dan terandalkan dalam kelompok untuk
mencegah terjadinya hal tersebut di atas (Steubert & Carpenter, 2003).
Selain itu, Lambert dan Loiselle (2008) menyatakan bahwa penggunaan
metode FGD membutuhkan kombinasi dengan alat pengumpulan data
lainnya untuk meningkatkan kekayaan data dan menjadikan data yang
dihasilkan menjadi lebih bernilai dan lebih informatif untuk menjawab
permasalahan suatu penelitian (Afiyanti, 2008).

C. Instrumen
Instrumen atau alat pengumpul data adalah alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data dalam suatu penelitian. Instrumen Penelitian adalah
segala peralatan yang digunakan untuk memperoleh, mengelola, dan
mengiterpretasikan informasi dari para responden yang dilakukan dengan
pola pengukuran yang sama. Instrumen penelitian dirancang untuk satu tujuan
dan tidak bisa digunakan pada penelitian yang lain. Kekhasan setiap objek
penelitian menyebabkan seorang peneliti harus merancang sendiri instrumen
yang digunakan. Susunan instrument untuk setiap penelitian tidak selalu sama
dengan peneliti lain. Hal ini mengingat tujuan dan mekanisme kerja dalam
setiap teknik penelitian juga berbeda-beda. Data yang terkumpul dengan
menggunakan instrumen tertentu akan dideskripsikan dan dilampirkan atau
digunakan untuk menguji hipotesis yang diajukan dalam suatu penelitian
(Aditya, 2013).
Untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian, kita dapat
menggunakan instrumen yang telah tersedia dan dapat pula menggunkan
instrumen yang dibuat sendiri. Instrumen yang telah tersedia pada umumnya
adalah instrument yang sudah dianggap baku untuk mengumpulkan data
variabel-variabel tertentu. Dengan demikian, jika instrumen baku telah
tersedia untuk mengumpulkan data variabel penelitian maka kita dapat
langsung menggunakan instrumen tersebut, dengan catatan bahwa teori yang
dijadikan landasan penyusunan instrumen tersebut sesuai dengan teori yang
diacu dalam penelitian kita. Selain itu, konstruk variabel yang diukur oleh
instrumen tersebut juga sama dengan konstruk variabel yang hendak kita ukur
dalam penelitian kita. Akan tetapi, jika instrumen yang baku belum tersedia
untuk mengumpulkan data variabel tersebut harus dibuat sendiri oleh peneliti.
Kegunaan instrumen penelitian adalah sebagai alat pencatat informasi yang
disampaikan oleh responden, sebagai alat untuk mengorganisasi proses
wawancara dan sebagai alat evakuasi performa pekerjaan staf peneliti
(Aditya, 2013).
1. Prinsip-prinsip pemilihan instrumen penelitian
a. Prinsip utama pemilihan instrumen adalah memahami sepenuhnya
tujuan penelitian, sehingga peneliti dapat memilih instrumen yang
dirahapkan dapat mengantar ke tujuan penelitian.
b. Tujuan penelitian menentukan instrumen apa yang akan digunakan.
c. Kadang terjadi bahwa tujuan penelitian justru ditentukan oleh
instrument yang tersedia, atau digunakan instrumen yang sudah
popular, walaupun sebenarnya tidak cocok dengan tujuan
penelitiannya.
d. Suatu pendapat yang tidak selalu benar bahwa “instrumen yang
canggih adalah yang terbaik”.
e. Pedoman umum yang dapat digunakan dalam pemilihan instrumen,
khususnya bagi peneliti pemula adalah:
1) Pakailah instrumen seperti yang telah digunakan oleh peneliti
terdahulu.
2) Buatlah daftar instrumen yang tersedia, kemudian kategorikan
tiap instrumen sesuai dengan input yang diperlukan dan output
yang dihasilkan, baru dipilih yang paling sesuai (Aditya, 2013).
2. Syarat-syarat instrumen penelitian
Menurut Aditya (2013), ada beberapa kriteria penampilan instrumen
yang baik, baik yang digunakan untuk mengontrol ataupun untuk
mengukur variabel, yaitu:
a. Akurasi (accuracy)
1) Akurasi dari suatu instrument pada hakekatnya berkaitan erat
dengan validitas (kesahihan) instrumen tersebut.
2) Apakah instrumen benar-benar dapat mengukur apa yang
hendak diukur.
3) Apakah masukan yang diukur (measured) hanya terdiri dari
masukan yang hendak diukur saja ataukah kemasukan unsur-
unsur lain.
4) Pengontrolan yang ketat terhadap kemurnian masukan ini adalah
sangat penting agar pengaruh luar dapat dieliminasi.
5) Kegagalan pengontrolan ini akan menyebabkan menurunnya
akurasi output atau validitas hasil pengukuran.
6) Validitas tentang apa yang hendak diukur disebut validitas
kualitatif.
7) Instrument dapat mengukur dengan cermat dalam batas yang
hendak diukur, maka validitas yang diperoleh adalah validitas
kuantitatif.
b. Persisi (precision)
1) Persisi instrumen berkaitan erat dengan keterandalan
(reliability), yaitu kemampuan memberikan kesesuaian hasil
pada pengulangan pengukuran.
2) Instrumen mempunyai presisi yang baik jika dapat menjamin
bahwa inputnya sama memberikan output yang selalu sama baik
kapan saja, di mana saja, oleh dan kepada siapa saja instrumen
ini digunakan memberikan hasil konsisten (ajeg).
3) Instrumen dengan presisi yang baik belum tentu akurasinya baik
dan sebaliknya.
4) Instrumen yang baik tentu akusari dan presisinya baik.
c. Kepekaan (sensitivity)
1) Penelitian yang ingin mengetahui adanya perubahan harga
variabel tertentu membutuhkan instrumen yang dapat
mendeteksi besarnya perubahan tersebut.
2) Makin kecil perubahan yang terjadi harus makin peka instrumen
yang digunakan.
3) Sebagai ilustrasi: Stopwatch dengan presisi 0,1 detik tidak
dapat untuk mengukur
a) kecepatan gerak refleks. Penggaris dengan presisi 1,1 mm
tidak dapat mendeteksi
b) perubahan panjang ikatan dalam perubahan stuktur molekul.
4) Dalam contoh tersebut kepekaan instrumen tidak memadahi.
5) Kepekaan berkaitan erat dengan validitas kuantitatif
3. Klasifikasi instrument
a. Klasifikasi berdasarkan katagori instrumen
Berdasarkan kategorinya, instrumen penelitian terdiri dari dua
kategori alat atau instrumen (seterusnya disebut instrumen) yang
digunakan dalam penelitian, yaitu:
1) Instrumen yang digunakan untuk memperoleh informasi atau
data tentang keadaan objek atau proses yang diteliti.
2) Instrumen yang digunakan untuk mengontrol objek atau proses
penelitian.
Dengan adanya dua jenis instrumen tersebut, maka kondisi
objek atau proses penelitian diukur dalam kondisi yang spesifik
dan dapat diulangi lagi (reproducible).
b. Berdasarkan wujudnya, instrumen penelitian dibedakan atas dua
bentuk, yaitu:
1) Perangkat keras (hardware)
Dalam penelitian instrumen penelitian dibedakan atas
perangkat keras misalnya: spektofometer, stetoskop,
thermometer, dsb.
2) Perangkat lunak (software)
a) Perangkat lunak digunakan untuk memperoleh informasi
atau respon dari subyek baik langsung maupun tidak
langsung. Dengan perangkat lunak akan dapat dilakukan
pengukuran tentang:
 Informasi lansung dari objek.
 Mengevaluasi objek atau tindakan objek oleh
pengamat.
 Mengukur langsung kemampuan dan pengetahuan
objek.
 Mengukur secara tidak langsung tentang kepercayaan,
sikap atau perilaku objek
b) Adapun yang termasuk dalam kategori perangkat lunak
misalnya : kuesioner, ceklist, rating scale, ujian tertulis,
wawancara dan lain-lainnya (Aditya, 2013).
4. Prinsip pengukuran dengan instrument
Menurut Aditya (2013), dalam penelitian diperlukan pengumpulan
data dari variabel penelitiannya memulai proses pengukuran. Pengukuran
suatu variabel pada dasarnya adalah penerapan suatu fungsi matematik
yang korespondensi. Dalam proses pengukuran diperlukan tiga unsur,
yaitu : himpunan objek yang diukur, himpunan angka dalam instrumen,
dan pemetaan sebagai kriteria hasil pengukuran. Sebagai contoh : akan
dilakukan pengukuran pendapat sekelompok responden terhadap
penampilan produk X.
a. Himpunan responden yang akan diukur pendapatnya adalah: si A, B,
C, D dan seterusnya.
b. Himpunan angka dalam instrumen: 1, 2 dan 3.
c. Pemetaannya adalah:
1) Jika responden mengatakan baik, penampilan produk diberi angka
skor 3
2) Jika responden menyatakan cukup baik diberi angka skor 2
3) Jika responden menyatakan buruk diberi angka skor 1.
5. Jenis instrumen penelitian
Dalam Aditya (2013), ada beberapa jenis instrumen dalam suatu
penelitian adalah sebagai berikut :
a. Tes
Tes adalah sederetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang
digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengukuran, inteligensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.
Merupakan prosedur sistematik yang dibuat dalam bentuk tugas-
tugas yang distandardisasikan dan diberikan kepada individu atau
kelompok untuk dikerjakan, dijawab, atau direspons, baik dalam
bentuk tertulis, lisan maupun perbuatan. Secara khusus untuk
keperluan pengukuran dan penyesuaian dengan jenis instrumen,
maka variabel-variabel yangakan diukur atau diteliti dibedakan atas
dua kelompok yaitu variabel konseptual dan variabel faktual.
Variabel konseptual dapat dibedakan lagi atas dua macam, yaitu
variabel yang sifatnya konstruk seperti sikap, motivasi, kreativitas,
gaya kepemimpinan, konsep diri, kecemasan, dan lain-lain; serta
variabel yang sifatnya konten atau bersifat pengetahuan, yaitu
berupa penguasaan responden terhadap seperangkat konten atau
pengetahuan yang semestinya dikuasai atau diujikan dalam suatu tes
atau ujian.
b. Angket atau kuesioner
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan
memeperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang
pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. Merupakan alat pengumpul
data berbentuk pertanyaan yang akan diisi atau dijawab oleh
responden. Beberapa alasan digunakannya kuesioner adalah:
1) kuesioner terutama dipakai untuk mengukur variabel yang
bersifat faktual,
2) untuk memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan
penelitian,
3) untuk memperoleh informasi dengan validitas dan reliabilitas
setinggi mungkin.
Menurut Aditya (2013), daftar kuesioner adalah serangkaian
pertanyaan yang diajukan kepada responden mengenai objek yang
sedang diteliti, baik berupa pendapat, tanggapan ataupun dirinya
sendiri. Sebagai suatu instrumen penelitian, maka pertanyaan-
pertanyaan tersebut tidak boleh menyimpang dari arah yang akan
dicapai oleh usulan proyek penelitian, yang tercermin dalam
rumusan hipotesis. Dengan demikian daftar perntanyaan yang harus
diajukan dengan taktis dan strategik sehingga mampu menyaring
informasi yang dibutuhkan oleh responden.
Pertanyaan yang diajukan oleh responden harus jelas rumusannya,
sehingga peneliti akan menerima informasi dengan tepat dari
responden. Sebab responden dan pewawancara dapat
menginterpretasi makna suatu kalimat yang berbeda dengan maksud
peneliti, sehingga isi pertanyaan justru tidak dapat dijawab. Di
samping itu harus pula diperhatikan ke mana arah yang dicapai,
mengingat tanpa arah yang jelas tidak mungkin dapat disusun suatu
daftar pertanyaan yang memadai. Dalam menyususn daftar
pertanyaan, seorang peneliti hendaknya mempertimbangkan hal-hal
berikut (Aditya, 2013):
1) Apakah Anda menggunakan tipe pertanyaan terbuka atau
tertutup atau gabungan keduanya.
2) Dalam mengajukan pertanyaan hendaknya jangan langsung pada
masalah inti/pokok dalam penelitian Anda. Buatlah pertanyaan
yang setahap demi setahap, sehingga mampu mengorek
informasi yang dibutuhkan.
3) Pertanyaan hendaknya disusun dengan menggunakan bahasa
Nasional atau setempat agar mudah dipahami oleh responden.
4) Apabila menggunakan pertanyaan tertutup, hendaknya setiap
pertanyaan maupun jawaban diidentifikasi dan diberi kode guna
memudahkan dalam pengolahan informasi
5) Dalam membuat daftar pertanyaan, hendaknya diingat bahwa
Anda bukanlah seorang introgator, tetapi pihak yang
membutuhkan informasi dari pihak lain.
Untuk itu, dalam menyusun suatu rancangan daftar pertanyaan
sebetulnya merupakan kerja kolektif seluruh anggota team peneliti.
Keterlibatan semua anggota team peneliti akan memberikan
konstribusi penyempurnaan kontruksi instrumen penelitian. Berikut
adalah langkah-langkah dalam menyusun daftar pertanyaan (Aditya,
2013):
1) Penentuan informasi yang dibutuhkan
2) Penentuan proses pengumpulan data
3) Penyusunan instrumen penelitian
4) Pengujian instrumen penelitian.
5) Interviu (interview)
Interviu atau wawancara merupakan pertemuan antara dua orang
untuk bertukar informasi dan ide melalui Tanya jawab sehingga
dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Interviu
digunakan oleh peneliti untuk menilai keadaan sesorang, misalnya
untuk mencari data tentang variabel latar belakang murid, orang tua,
pendidikan, perhatian, sikap terhadap sesuatu.
c. Observasi
Di dalam artian penelitian, observasi adalah mengadakan
pengamatan secara langsung, observasi dapat dilakukan dengan tes,
kuesioner, ragam gambar, dan rekam suara. Pedoman observasi
berisi sebuah daftar jenis kegiatan yang mungkin timbul dan akan
diamati.
d. Skala bertingkat (ratings)
Rating atau skala bertingkat adalah suatu ukuran subyektif yang
dibuat bersekala. Walaupun skala bertingkat ini menghasilkan data
yang kasar, tetapi cukup memberikan informasi tertentu tentang
program atau orang. Instrumen ini dapat dengan mudah memberikan
gambaran penampilan, terutama penampilan di dalam orang
menjalankan tugas, yang menunjukkan frekuensi munculnya sifat-
sifat. Sehingga skala bertingkat merupakan alat pengumpul data
untuk memperoleh gambaran kuantitatif aspek-aspek tertentu dari
suatu barang, atau sifatsifat seseorang dalam bentuk skala yang
sifatnya ordinal, misalnya sangat baik, baik, sedang, tidak baik, dan
sangat tidak baik; atau sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju,
sangat tidak setuju; atau sangat sering, sering, kadang-kadang,
jarang, dan tidak pernah. Skala dapat berbentuk skala sikap yang
biasanya ditujukan untuk mengkur variabel yang bersifat internal
psikologis dan diisi oleh responden yang bersangkutan. Selain itu,
skala dapat pula berbentuk skala penilaian yakni apabila skala
tersebut ditujukan untuk mengukur variabel yang indikator-
indikatornya dapat diamati oleh orang lain, sehingga skala penilaian
bukan biberikan kepada unit analisis penelitian (yang bersangkutan)
tetapi diberikan atau diisi oleh orang lain yang mempunyai
pengetahuan atau pengalaman yang cukup memadai tentang keadaan
subyek yang menjadi unit analisis dalam kaitannya dengan variabel
yang akan diukur. Di dalam menyusun skala, yang perlu
diperhatikan adalah bagaimana menentukan variabel skala. Apa yang
ditanyakan harus apa yang diamati responden.
e. Dokumentasi
Dokumentasi, dari asal kata dokumen, yang artinya barang-barang
tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, penelitian
menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah,
dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, dan sebagainya.
Mata Kuliah : Metodologi Penelitian
Hari/ Tanggal : Selasa/ 12 Oktober 2021
Pertemuan : 10
Materi : Pengolahan, Ananlisis, dan Penyajian Data
Dosen : Dr. Wijayantono, SKM, M.Kes
Basuki Ario Seno, SKM, M.Kes
Edi Nur, SKM, M.Kes
Muchsin Riviwanto, SKM, M.Si
A. Pengolahan Data
Dalam menggunakan alat analisis seringkali ditentukan berdasarkan
jenis data yang dikelompokan menjadi dua kelompok yaitu data katagorik dan
data numerik.
Variabel numerik dibagi dua macam: Diskrit dan Kontinyu. Diskrit
merupakan variabel hasil dari perhitungan.Misalnya jumlah anak, jumlah
pasien tiap ruang, Kontinu merupakan variabel hasil dari pengukuran.Misal
tekanan darah, Kadar Hb dl.Variabel katagorik pada umumnya berisi Variabel
yang bersekala nominal dan ordinal, sedangkan variabel numeric berisi
variabel yang bersekala interval dan rasio.
Dalam statistik seringkali data numerik dirubah kedalam data katagorik
dengan caradilakukan pengelompokan/pengklasifikasian. Misalnya variabel
berat badan data nilainya merupakan data numerik, namun bila
dikelompokkan menjadi kurus (< 50 kg), sedang (50 – 60 kg) dan gemuk
(diatas 60 kg) maka jenis variabelnya sudah berubah menjadi katagorik.
Pada umumnya analisis data bertujuan untuk:
a. Memperoleh gambaran/deskriptipsi masing-masing variabel
b. Membandingkan dan menguji teori atau konsep dengan formasi yang
ditemukan
c. Menemukan adanya konsep baru dari data yang dikumpulkan.
d. Mencari penjelasan apakah konsep baru yang diuji berlaku umum atau
hanyaberlaku pada kondisi tertentu.
Jika akan menganalisis suatu penelitian sangat tergantung dari: jenis
penelitian, jenis sampel, jenis data/variabel dan asumsi kenormalan distribusi
data.
1. Jenis Penelitian.
Jika saudara ingin mengetahui bagaimana pada umumnya (secara
rata-rata) pendapat masyarakat akan suatu hal tertentu, maka pengumpulan
data dilakukan dengan survei. Dari kasus ini maka dapat dilakukan analisis
data dengan pendekatan kuantitatif.Namun bila saudara menginginkan
untuk mendapatkan pendapat/gambaran yang mendalam tentangsuatu
fenomena, maka data dapat dikumpulkan dengan fokus grup diskusi atau
observasi, maka analisisnya menggunakan pendekatan analisis kualitatif.
2. Jenis sampel.
Analisis sangat tergantung pada jenis sampel yang dibandingkan,
apakah kedua sampel independen atau dependen. Misalnya pada penelitian
survei yang tidak menggunakan sampel yang sama, dapat digunakan uji
statistik yang mengasumsikan sampel yang independen.
Misalnya suatu survei ingin mengetahui apakah ada perbedaan berat
badan bayi antara bayibayi yang dilahirkan dari Ibu yang perokok dengan
ibu yang tidak merokok.Disini berarti kelompok ibu perokok dan ibu tidak
merokok bersifat independen. Sedangkan untuk penelitian eksperimen
yang sifatnya pre dan post (sebelum dan sesudah adanya perlakuan
tertentu dilakukan pengukuran) maka uji yang digunakan adalah uji
statistik untuk data dependen. Misalnya, suatu penelitian ingin mengetahui
pengaruh pelatihan manajemen terhadap kinerja petugas kesehatan.
Pertanya penelitiannya “ apakah ada perbedaan kinerja petugas kesehatan
antara sebelum dengan sesudah mendapatkan pelatihan manajemen”.
Dalam penelitian ini sampel kelompok petugas kesehatan bersifat
dependen, karena pada kelompok (orang) yang sama diukur dua kali yaitu
pada saat sebelum pelatihan (pre tes) dan sesudah dilakukan pelatihan
(post tes).
3. Jenis data
Data dengan jenis katagorik berbeda cara analisisnya dengan data
numerik. Beberapa pengukuran/uji statistik hanya cocok untuk jenis data
tertentu. Sebagai contoh , nilai proporsi/presentase (pada analisis
univariat) biasanya cocok untuk menjelaskan data berjenis katagorik,
sedangkan untuk data jenis numeric biasanya dapat menggunakan nilai
rata-rata untuk menjelaskan karakteristiknya. Untuk analisis hubungan dua
variabel (analisis Bivariat), uji Kai Kuadrat (Chi Square Test) hanya dapat
dipakai untuk mengetahui hubungan data katagori dengan data
katagori.Sebaliknya untuk mengetahui hubungan numerik dengan numerik
digunakan uji korelasi/regresi.
4. Asumsi Kenormalan.
Jenis analisis yang akan dilakukan sangat tergantung dari bentuk
distribusi datanya. Bila distribusi datanya tidak normal, maka sebaiknya
digunakan prosedur uji statistik non parametric.Sedangkan bila asumsi
kenormalan dapat dipenuhi maka dapat digunakan analisis menggunkan
uji statistik parametrik.
Agar analisis penelitian menghasilkan informasi yang benar, paling tidak
ada empat tahapan dalam pengolahan data yang harus dilalui, yaitu:
1. Editing
Merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isian formulir
atau kuesioner apakah jawaban yang ada di kuesioner sudah:
a. Lengkap: semua pertanyaan sudah terisi jawabannya
b. Jelas: jawaban pertanyaan apakah tulisannya cukup jelas terbaca
c. Relevan: jawaban yang tertulis apakah relevan dengan pertanyaaanya.
d. Konsisten: Apakah antara beberapa pertanyaan yang terkait isi
jawabannya konsisten, misalnya anatara pertanyaan usia dengan
pertanyaan jumlah anak. Bila dipertanyaan usia berisi 15 tahun dan di
pertanyaan jumlah anak terisi 10, ini berarti tidak konsisten.
Dalam melakukan editing data langkah yang dilakukan adalah
menata dan menyusun semua lembar jawaban skala yang terkumpul
berdasarkan nomor urut skala yang telah ditentukan.Kemudian memeriksa
kembali hasil jawaban responden/judges satu-persatu dengan maksud
untuk memastikan bahwa jawaban atau pertimbangan yang diberikan
sesuai dengan perintah dan petunjuk pelaksanaan.Jawaban skala yang
telah memenuhi persyaratan dipersiapkan untuk dilakukan pemprosesan
data pada langkah berikutnya sementara data yang tidak memenuhi
persyaratan dimusnahkan untuk kerahasiaan.
2. Koding
Koding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi
data berbentuk angka/bilangan. Misalnya untuk variabel pendidikan
dilakukan koding 1=SD, 2=SMP, 3=SMU dan 4=PT. Jenis kelamin:
1=laki-laki dan 2=perempuan dan sebagainya. Kegunaan dari koding
adalah untuk mempermudah pada saat analisis data dan juga mempercepat
saat entry data.
3. Prosesing
Setelah semua isian kuesioner terisi penuh dan benar , dan juga
sudah melewati pengkodingan, maka langkah selanjutnya adalah
memproses data agar dapat dianalisis. Pemrosesan data dilakukan dengan
cara mengentry data dari kuesioner dengan menggunakan program
komputer ( Hal ini akan dibahas di bab lain).
4. Cleaning
Cleaning (pembersihan data) merupakan kegiatan pengecekan
kembali data yang sudah dientry apakah ada kesalahan atau tidak
.Kesalahan tersebut dimungkinkan terjadi pada saat kita mengentry ke
komputer.
Setelah kegiatan Cleaning data siap dilakukan analisis. Analisis data
bertujuan untuk menjelaskan fenomena, kejadian atau perilaku, atau untuk
menerangkan apa yang menjadi latar belakang fenomena, kejadian atau
perilaku itu baik yang mengenahi seseorang, sekelompok orang atau
masyarakat. Analisis mempunyai posisi strategis dalam suatu
penelitian.Namun perlu dimengerti bahwa bahwa dengan melakukan analisis
tidak dengan sendirinya dapat langsung memberi jawaban penelitian, untuk itu
perlu diketahui bagaimana menginterpretasi hasil analisis
tersebut.Menginterpretasi berarti kita dapat menjelaskan hasil analisis guna
memperoleh makna/arti.Interpretasi mempunyai dua bentuk.Yaitu arti sempit
dan arti luas.Interprestasi dalam arti sempit (Deskreptif) yaitu interpretasi data
dilakukan hanya sebatas pada masalah penelitian yang diteliti berdasarkan
data yang dikumpulkan dan diolah untuk keperluan penelitian
tersebut.Sedangkan interpretasi dalam arti luas (analitik) berguna untuk
mencari makna data hasil penelitian dengan jalan hanya
menjelaskan/menganalisis data hasil penelitian tersebut, tetapi juga melakukan
inferensi (generalisasi) dari data yang diperoleh dengan teori-teori yang
relevan dengan hasil penelitian tersebut.

B. Prosedur Analisis Data


Analisis data merupakan bagian yang sangat penting dalam metode
ilmiah, karena dengan analisis, data tersebut dapat diberi arti dan makna yang
berguna dalam memecahkan masalah yang dihadapi.Pemilihan teknik analisis
data ini didasarkan pada tujuan penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya.
1. Analisis univariat
Ditinjau menurut variabelnya analisis data kuantitatif dapat dibagi
menjadi tiga yakni, univariat, bivariat dan multivariat.
a. Analisis Univariat
Jenis analisis ini digunakan untuk penelitian satu
variabel.Analisis ini dilakukan terhadap penelitian deskriptif, dengan
menggunakan statistik deskriptif.Hasil penghitungan statistik tersebut
nantinya merupakan dasar dari penghitungan selanjutnya.
b. Analisis Bivariat
Jenis analisis ini terdiri atas metode-metode statistik inferensial
yang digunakan untuk menganalisis data dua variabel penelitian.
Penelitian terhadap dua variabel biasanya mempunyai tujuan untuk
mendiskripsikan distribusi data, meguji perbedaan dan mengukur
hubungan antara dua variabel yang diteliti
c. Analisis Multivariat
Sama dengan analisis bivariat, tetapi pada mutivariat yang
dianalisis variabelnya lebih dari dua.Tetap mempunyai dua variabel
pokok (bebas dan tidak bebas), variabel bebasnya memliki sub-sub
variabel.
Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan terhadap sebuah
variabel. Bentuknya bermacam-macam, misalnya: distribusi frekuensi,
rata-rata, proporsi, standar deviasi, varians, median, modus, dan
sebagainya. Dengan analisis univariat dapat diketahui apakah konsep yang
kita ukur berada dalam kondisi yang siap untuk dianalisis lebih lanjut,
selain juga dapat mengetahui bagaimana gambaran konsep itu secara
terperinci.Dengan analisis univariat pula, kita dapat mengetahui
bagaimana sebaiknya menyiapkan ukuran dan bentuk konsep untuk
analisis berikutnya.
a. Manfaat Analisis univariat
Analisis univariat mempunyai banyak manfaat, antara lain:
 Untuk maengetahui apakah data yang akan digunakan untk analisis
sudah layak atau belum;
 Untuk mengetahui gambaran data yang dikumpulkan;
 Untuk mengetahui apakah data telah optimal jika dipakai untuk
analisis berikunya.
b. Tingkatan analisis univariat
1) Analisis Deskriptif Data Numerik
 Ukuran Tengah
Ukuran tengah merupakan cerminan dari konsentrasi dari
nilai-nilai hasil pengukuran. Berbagai ukuran dikembangkan
untuk mencerminkan ukuran tengah tersebut dan yang paling
sering dipakai adalah mean, median dan modus.
 Mean
Rata-rata hitung atau arithmetik mean atau lebih
dikenal dengan mean saja adalah nilai yang baik mewakili
suatu data. Nilai ini sangat sering dipakai dan malah yang
paling banyak dikenal dalam menyimpulkan data.
Simbul di sampel Χ = ekbar
Simbul di populasi μ = miu
Misal kalau kita mempunyai n pengamatan yang terdiri dari
X1, X2, X3…..Xn, maka nilai rata-rata adalah

Contoh: Data dari kadar Hb lima orang


13,5 14,2 15,3 12,6 13,4 gr/dl
Rata-rata kadar Hb lima orang tersebut adalah

Sifat dari Mean


a) Merupakan wakil dari keseluruhan data
b) Mean sangat dipengaruhi nilai ektrim baik ektrim kecil
maupun besar
c) Nilai mean berasal dari semua nilai pengamatan
 Median
Median adalah nilai yang terletak pada observasi yang
ditengah atau nilai tengah yang membagi data menjadi dua
bagian 50% dibawah median 50% diatas median, kalau data
tersebut telah disusun. Nilai median disebut juga nilai letak.
Posisi median adalah

Nilai median adalah nilai pada posisi tersebut.


Contoh: kalau kadar Hb lima orang diatas disusun menurut
besat kecilnya nilai maka didapatkan susunan sebagai
berikut
12,6 13,4 13,5 14,2 15,3 gr/dl
Posisi median

Nilai observasi ke tiga adalah 13,5 gr/dl , maka dikatakan


median adalah 13,5 gr/dl . Kalau datanya genap maka posisi
median terletak antara dua nilai , maka nilai median adalah
rata-rata dari kedua nilai tersebut .
Contoh pengamatan diatas tidak 5 orang tetapi ada 6 orang,
12,6 13,4 13,5 14,2 15,3 15,8 gr/dl
Posisi Median adalah pengamatan yang ke 3,5 . maka nilai
median adalah jumlah pengamatan ke tiga dank e empat
dibagi dua dalam hal ini nilai median adalah

Keuntungan median tidak dipengaruhi data Ekstrim


 Modus (Mode)
Modus adalah nilai yang paling banyak ditemui
didalam suatu pengamatan .dari sifatnya ini maka untuk
sekelompok data pengamatan ada beberapa kemungkinan:
a) Tidak ada nilai yang lebih banyak diobservasi , jadi
tidak ada modus
b) Ditemui satu modus ( uni mode)
c) Ada dua modus ( bi mode)
d) Lebih dari tiga modus (multi mode)
Contoh: Dari pengamatan kadar Hb delapan orang sebagai
berikut:
12,6 13,4 13,5 14,2 15,3 15,8 13,4 12,3 gr/dl
Dari pengamatan diatas ditemui nilai 13,4 sebanyak dua
kali. Dengan demikian maka nilai modus adalah 13,4.
Hubungan antara nilai Mean, Median dan Modus
a) Pada distribusi yang simetris ketiga nilai sama besarnya
b) Nilai Median selalu terletak diantara nilai Modus dan
Mean
c) Apabila nilai Mean lebih besar dari nilai Median dan
Modus maka dikatakan distribusi menceng ke kanan.
d) Apabila nilai Mean lebih kecil dari nilai Median dan
Modus maka distribusi menceng ke kiri.
 Nilai Letak (Posisi)
Median adalah nilai pengamatan pada posisi paling
ditengah kalau data itu disusun. Nilai posisi lainnya adalah:
 Kwartil yaitu nilai yang membagi pengamatan menjadi
empat bagian. Karena ituada tiga kwartil (kwartil I,
kwartil II dan kwartil III).
 Desil yaitu nilai yang membagi pengamatan menjadi
sepuluh, sehingga ada Sembilan kwartil.
 Prsentil yaitu nilai yang membagi pengamatan menjadi
100 bagian, sehingga ada 99 persentil.
 Nilai-nilai Variasi
Dengan mengetahui nilai rata-rata saja informasi yang
didapat kadang-kadang bias salah interpretasi. Misalnya dari
dua kelompok data diketahui rata-ratanya sama, kalau hanya
dari informasi ini kita sudah menyatakan bahwa dua kelompok
ini sama mungkin saja bias salah kalau tidak diketahui
bagaimana bervariasinya data didalam kelompok masing-
masing. Nilai variasi atau deviasi adalah nilai yang
menunjukkan bagaimana bervariasinya data didalam kelompok
data itu terhadap nilai rata-ratanya.Sehingga makin besar nilai
variasi maka makin bervariasi pula data tersebut. Ada
bermacam-macam nilai variasi.
 Range
Range adalah nilai yang menunjukkan perbedaan
nilai pengamatan yang paling besar dengan nilai yang
paling kecil.
Contoh: 12,6 13,4 13,5 14,2 15,3 15,8 gr/dl adalah data
pengukuran kada Hb orang dewasa. Range adalah: 15,8
gr/dl – 12,6 gr/dl = 3,2 gr/dl
 Rata-rata deviasi (Mean deviation).
Rata-rat deviasi adalah rata-rata dari seluruh
perbedaan pengamatan dibagi banyaknya
pengamatan.Untuk ini diambil mutlak.
Rumus:

contoh

X (Kg)

48 57 – 48 = 9 81
52 57 52 = 5 25
56 57 – 56 = 1 1
62 57 – 62 = 5 25
67 57 – 67 = 10 100
= 285 = 30 = 232

 Varian
Varian adalah rata-rata perbedaan antara mean
dengan nilai masing-masing observasi.
Rumus:

Contoh: Dari data diatas dapat dihitung Varian

 Standar deviasi
Standar deviasi adalah akar dari varian.Nilai standar
deviasi disebut juga sebagai “simpangan baku” kareena
merupakan patokan luas area dibawah kurva normal.
Rumus: S= √ S2
Contoh: Standar deviasi dari data diatas adalah
S= √ 58 = 7,6 kg
 Koefisien Varian (Coeficient Of Variation =COV)
Koefisien varian ini bertujuan untuk melihat
konsistensi pengukuran.Semakin kecil nilainya semakin
bagus pengukurannya.
Rumus :

Contoh:
Dari data diatas nilai COV =

2. Analisis Deskriptif Data Katagorik


Untuk analisis deskreptip data yang berbentuk katagorik cukup
dengan mengeluarkan:
a. Proporsi/Persentasi
b. Frekwensi
c. Homogen atau Heterogen
Misalnya data yang diolah sebanyak 50 responden, kemudian kita
ingin mengetahui berapa banyak responden yang berjenis kelamin laki-laki
dan berapa banyak responden yang cara pengobatannya secara tradisional.
Karena jenis kelamin dan cara pengobatan merupakan data katagorik maka
pengolahan data secara deskreptip cukup dilaporkan jumlah (Frekwensi)
dan proporsi (persentasi) seperti dalam tabel 1 dan tabel 2 berikut.
Tabel 1. Distribusi Jenis kelamin responden
Jenis kelamin Jumlah %
Laki-laki 30 60,0
perempuan 20 40,0
Jumlah 50 100,0
Berdasarkan tabel 1 dapat dijelas bahwa responden yang berjenis
kelamin Laki-laki sebanyak 30 orang atau 60% dari 50 jumlah responden.
Sisanya berjenis kelamin perempuan sebanyak 20 orang atau 40%.
Tabel 2. Distribusi Cara Pengobatan yang Dipilih Responden
Cara pengobatan Jumlah %
Mengginakan obat kimia 27 54,0
Mengginakan obat tradisional 18 36,0
Cara tradisional 5 10,0
Jumlah 50 100,0
Berdasarkan tabel 2 dapat dijelaskan bahwa responden yang cara
pengobatannya menenggunakan cara tradisional sebanyak 5 orang atau
10% dari 50 responden. Untuk mengetahui data katagorik manakah
diantara dua data tersebut yang mempunyai data homogeny kita lihat
contoh sebagai berikut: Ada 2 kelompok responden yang masing masing
jumlah responden sebanyak 100 orang. Diantara 2 kelompok tersebut
mana yang pendidikannya lebih bervariasi, dengan data sebgai berikut:
Kelompok 1 responden yang pendidikannya tamat SD sebanyak 53
orang dan yang berpendidikan tamat SMP sebanyak 47 orang dari jumlah
total 100 responden.Sedangkan pada kelompok 2 responden yang
pendidikannya tamat SD sebanyak 2 orang dan yang berpendidikan tamat
SMP 98 orang dari jumlah total 100 orang. Jika data kita sajikan dalam
bentuk tabel akan terlihat seperti dibawah ini.
Tabel 3. Tabulasi Data Jumlah Siswa
Kelompok SD SMP Jumlah
Kelompok 1 53 47 100
Kelompok 2 2 98 100
Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa pada kelompok 1 lebih
bervariasi tingkat pendidikannya jika dibandingkan dengan kelompok 2.
Karena pada kelompok satu perbandingan antara yang tamat SD dengan
yang tamat SMP hapir sama banyak (53:47). Sedangkan pada kelompok
dua mayoritas responden berpendidikan SMP.Dengan perbandingan (2:98)
Artinya kelompok 2 tingkat pendidikan lebih homogen jika dibandingkan
kelompok 1.
3. Analisis Data Kualitatif
Pengertian Analisis data kualitatif menurut (Bogdan & Biklen, 1982)
adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat
dikelola, mensintesiskanya, mencari dan menemukan pola, menemukan
apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memetuskan apa yang dapat
diceritakan kepada orang lain.
Analisis data kualitatif menurut (Seiddel, 1998), proses perjalanan
sebagai berikut:
a. Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu
diberi kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri,
b. Mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan,
mensintesiskan, membuat ikstisar, dan membuat indeksnya.
c. Berpikir, dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai
makna, mencari dan menentukan pola dan hubungan-hubungan,
dan membuat temuan-temuan umum.
Proses analisis data dalam penelitian kualitatif dimulai sejak sebelum
peneliti memasuki lapangan. Kemudian analisis data dilanjutkan pada saat
peneliti berada di lapangan samai peneliti menyelesaikan kegiatan di
lapangan. Analisis dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan, atau
data sekunder, yang akan digunakan untuk menentukan fokus penelitian.
Namun hal ini bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti di
lapangan.
Model Analisis Data
Ada beberapa model dalam analisis data pada penelitian
kualitatif.yaitu :
a. Metode Perbandingan Tetap (Constant Comparative Method)
Metode ini dikemukan oleh Glaser & Strauss dalam buku mereka
The Discovery Of Grouded Research. Dinamakan metode
perbandingan tetap atau Constant Comparative Method karena dalam
analisis data, secara tetap membandingkan satu datum dengan yang
lain, kemudian secara tetap membandingkan kategori dengan kategori
lainnya. Secara umum proses analisis datanya mencakup :
1) Reduksi Data dengan urutan langkah
a) Identifikasi satuan (unit).
b) Sesudah satuan diperoleh, langkah berikutnya adalah membuat
koding.
2) Kategorisasi Data dengan urutan langkah
a) Menyususun kategori
b) Setiap kategori diberi nama yang disebut „label‟.
3) Sintesisasi dengan urutan langkah
a) Mensintesis berarti mencari kaitan antara satu kategori dengan
kategori lainya.
b) Kaitan satu kategori dengan kategori lainya diberi nama/label
lagi
4) Menyususun Hipotesis Kerja
Hal ini dilakukan dengan jalan merumuskan suatu pernyataan yang
proposional.Hipotesis kerja ini sudah merupakan teori
substantive.Yaitu teori yang berasal dan masih terkait dengan
data.Hipotesis kerja itu hendaknya terkait dan sekaligus menjawab
pertanyaan penelitian.
b. Analisis Data Model Spradley
Analisis data menurut model Spradley ini tidak terlepas dari
keseluruhan proses penelitian. Analisis data menurut model ini
memanfaatkan adanya apa yang dinamakan Hubungan Semantik.
Maksud dari hubungan semantik yaitu sewaktu mengadakan analisis
data, analisis perlu menggunakan acuan hubungan semantic.Hubungan
semantic ini dikaitkan dengan masalah penelitian.Sewaktu
menyelenggarakan pengamatan deskriptif seluruh hubungan biasanya
teridentifikasi. Untuk seterusnya analisis hendaknya memperhatikan
hubungan semantic yang relevan.
Menurut Spradley (1980) penelitian kualitatif dilakukan dengan
dua belas langkah:
1) Menentukan Situasi Sosial
2) Melakukan Observasi Partisipasi
3) Membuat Catatan Lapangan
4) Melakukan Observasi Deskriptif
5) Melakukan Analisis Kawasan
Analisis kawasan merupakan suatu cara berfikir yang sistematis
memberikan atau menguji sesuatu untuk menentukan hubungan
antar bagian, serta hubungan bagian-bagian dengan keseluruhan,
contohnya bagaimana hubungan majikan dan buruh dalam
pengelolaan penangkapan ikan. Menurut Spradley (1980) analisis
kawasan ini merupakan jenis alat berfikir.
6) Melakukan Observasi Terfokus
Pada tahap observasi dilakukan secara lebih terfokus kepada
rincian-rincian dari suatu kawasan. Oleh sebab itu, observasi
terfokus atas dasar-dasar kawasan-kawasan yang telah
diidentifikasi dalam usaha mencari situasi budaya dan situasi
7) Melakukan Analisis Taksonomi
analisis taksonomi ini ditujukan untuk mencari struktur internal
antara komponen dari masing-masing kawasan dengan
berpedoman kepada langkah-langkah seperti yang diajukan
Spradley (1997).
8) Melakukan Observasi Terseleksi
9) Melakukan Analisis Komponensial
analisis taksonomi ini ditujukan untuk mencari struktur internal
antara komponen dari masing-masing kawasan dengan
berpedoman kepada langkah-langkah seperti yang diajukan
Spradley (1997).
10) Menemukan Tema-Tema Budaya
Analisis tema merupakan suatu analisis yang dilakukan dan upaya
untuk memperoleh pandangan atau kebiasaan-kebiasaan yang
terjadi
11) Mendata Temuan-Temuan Budaya
12) Penulisan Laporan Hasil Penelitian

C. Penyajian Data
Setelah data mentah terkumpul dan diolah slanjutnya adalah tahap
penyajian data tersebut dalam berbagai bentuk, tergantung jenis data dan skala
pengukurannya.Penyajian data gunanya adalah agar dapat diambil informasi
yang ada didalam kumpulan data tersebut.Dikatakan bahwa pengumpulan data
berguna untuk mendapatkan informasi dan selanjutnya dengan metoda
statistik kita dapat mengembangkan berbagai teori atau ilmu baru.Itulah
sebabnya maka untuk perkembangan suatu ilmu memerlukan penelitian atau
penelaahan kembali dengan metoda penelitian yang baik.
Secara umum sajian data dapat dibagi dalam tiga bentuk yaitu:
1. Tulisan (textuler)
Hampir semua bentuk laporan dari pengumpulan data diberikan
tertulis, mulai dari bagaimana proses pengambilan sampel, pelaksanaan
pengumpulan data sampai hasil analisis yang berupa informasi dari
pengumpulan data tersebut.
2. Tabel
Penyajian data dalam bentuk tabel adalah penyajian dengan memakai
kolom dan baris, berbagai macam bentuk tabel:
a. Master tabel (tabel induk)
Tabel induk ini adalah tabel yang berisikan semua hasil
pengumpulan data yang masih dalam bentuk data mentah, biasanya
tabel ini disajikan dalam lampiran suatu laporan pengumpulan data.
b. Tex tabel (tabel rincian) merupakan uraian dari data yang diambil dari
tabel induk.
Contoh:
1) Distribusi frekwensi
2) Distribusi relative
3) Distribusi kumulatif
4) Tabel silang (kontingensi tabel=cross tabulasi)
Dalam penyajian sebuah tabel perlu diingat beberapa hal agar sajian
terlihat baik.
a. Judul tabel, judul tabel harus singkat, jelas dan lengkap. Judul
hendaknya dapat menjawab apa yang disajikan dimana kejadiannya
dan kapan.
b. Nomor tabel
c. Keterangan-keterangan (catatan kaki) yaitu keterangan yang
diperlukan untuk menjelaskan mengenahi hal hal tertentu yang tidak
bisa dituliskan didalam tabel.
d. Sumber, kadangkala didalam suatu laporan kita juga mengutip tabel
dari laporan orang lain. Untuk itu kita harus mencantumkan sumber
dari mana tabel tersebut dikutip.
Contoh Tabel:

Gambar 5.1 Contoh Penyajian Data Menggunakan Tabel


Setelah tabel dimunculakn kemudian saudara diminta untuk
melakukan interpretasi dari tabel tersebut. Sebagai contoh untuk
interpretasi tabel tersebut adalah sebagai berikut: Berdasarkan tabel 1
dapat dijelaskan bahwa pendidikan ibu hamil di Puskesmas X sebanyak 10
orang (10%) dari 100 responden masih berpendidikan rendah (SD). Yang
berpendidikan tinggi sebanyak 40 orang (45%).Sedangkan yang
berpendidikan SMP dan SMU masing masing 20 orang (20%).
3. Grafik/Diagram
Sebagai mana tabel didalam penyajian grafik saudara juga harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Judul yang singkat
b. Dalam menggambar saudara memerlukan 2 sumbu sebagai ordinat dan
absis
c. Skala tertentu
d. Nomor gambar
e. Catatan
f. Sumber.

Jenis-jenis grafik/gambar:
a. Histogram
Histogram adalah grafik yang digunakan untuk menyajikan data
kontinyu. Merupakan areal diagram sehingga kalau interval kelas
tidak sama dilakukan pemadatan dengan membandingkan nilai
interval kelas dengan frekuensi kelas.
Contoh: Grafik 1. Distribusi berat badan responden di wilayah X

Gambar 2 Penyajian Data Melalui Grafik Batang


Berdasarkan grafik tersebut di atas dapat dijelahkan bahwa rata-
rata tinggi badan responden di daerah X sebesar 159 cm
b. Poligon
Penyajian frekuensi polygon digunakan untuk data kontinyu
seperti pada histogram, Sebenarnya membuat grafik frekuensi polygon
adalah dengan menghubungkan puncakpuncak dari suatu balok-balok
histogram.Keuntungan frekuensi poligon adalah Saudara dapat
melakukan perbandingan penyebaran beberapa masalah yang
digambar didalam satu gambar.

Gambar 3 Tabulasi Data Dalam Grafik Garis


Berdasar grafik 5.3 dapat dijelaskan bahwa sebanyak 30 orang
mendapatkan gaji antara Rp. 299,500 sampai Rp.399,500 tiap
melaksanakan lembur.
c. Ogive
Ogive adalah grafik dari data kontinyu dan dalam bentuk
frekwensi kumulatif. Dari perpotongan ogive kurang dari (less than)
dan besar dari (more than), akan didapatkan nilai yang tepat untuk
letak dan besarnya nilai modus

Gambar 4 Contoh Grafik Distribusi besar upah lembur petugas


kesehatandi Rumah sakit X tahun 2015
Berdasarkan grafik 5.4 dapat dijelaskan bahwa sebagian besar
gaji petugas kesehatan di Rumah sakit tersebut sebagian besar
menerima Rp. 399,500 setiap melaksanakan lembur.
d. Diagram batang
Diagram batang digunakan untuk menyajikan data diskrit atau
data dengan skala nominal maupun ordinal. Beda balok balok diagram
batang dengan balok-balok histogram adalah, pada histogram
baloknya menymbung sebab histogram menggambarkan data
kontinyu. Gambar balok dapat vertiKal (berdiri) atau horizontal.

Gambar 5 Contoh Grafik Distribusi pendidikan Ibu menyusui


diwilayah X Tahun 2012
Berdasarkan grafik 5.5.dapat dijelaskan bahwa sebagian besar
Ibu yang menyusui diwilayah X pada tahun 2012 berpendidikan SMP
sebanyak 32%.
e. Diagram Garis
Diagram garis digunakan untuk menggambarkan data diskrit
atau data skala nominal yang menggambarkan perubahan dari waktu
ke waktu atau perubahan dari suatu tempat ke tempat lain
Gambar 5. Contoh Grafik Jumlah kunjungan Pasien di
Puskesmas X tahun 2016
Berdasarkan grafik5 dapat dijelaskan bahwa jumlah kunjungan
pasien di Puskesmas X tahun 2016 terjadi kenaikan pada bulan ke tiga
(Maret) jika dibandingkan pada bulan sebelumnya. Namun terjadi
penurunan dibulan ke 4 (April).
f. Diagram Pinca (Pie)
Diagram pinca/lingkar/pie digunakan untuk menyajikan data
diskrit atau data denganskala nominal dan ordinal atau disebut data
katagorik.Luas satu lingkaran adalah 360 derajad. Proporsi data yang
akan disajikan dijadikan dalam bentuk derajad.

Gambar 5.6 Contoh Grafik Jumlah anak pada keluarga miskin di


daerah binaan Puskesmas Xtahun 2017.
Berdasarkan grafik 5.6 dapat dijelaskan bahwa sebagian besar
(45%) keluarga miskin didaerah binaan.
Mata Kuliah : Metodologi Penelitian
Hari/ Tanggal : Selasa/ 19, 26 Oktober 2021 & 2, 9 November2021
Pertemuan : 11-15
Materi : Bimbingan Penyusunan Proposal
Dosen : Dr. Wijayantono, SKM, M.Kes
Basuki Ario Seno, SKM, M.Kes
Edi Nur, SKM, M.Kes
Muchsin Riviwanto, SKM, M.Si

Mata Kuliah : Metodologi Penelitian


Hari/ Tanggal : Selasa/ 29 November2021
Pertemuan : 16
Materi : Ujian Akhir Semester
Dosen : Dr. Wijayantono, SKM, M.Kes
Basuki Ario Seno, SKM, M.Kes
Edi Nur, SKM, M.Kes
Muchsin Riviwanto, SKM, M.Si

Anda mungkin juga menyukai