Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH EVIDANCE BASED DALAM PRAKTEK

KEBIDANAN

Evidence dari Berbagai Metode Serta Aplikasi Berbagai Metode Penelitian dalam Setting Praktik
Pelayanan Kebidanan

Dosen pengampu : Dr. Samsider Sitorus, SST, M.Kes

Disusun Oleh : Kelompok 2

1. AUFA ATIKAH (P07524419049)

2. JULIWATI TAMBUNAN (P07524419067)

3. WENNI YUNITA (P07524419084)

Kelas: D IV-2B

POLTEKKES KEMENKES MEDAN


JURUSAN KEBIDANAN MEDAN
T.A. 2020/2021
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat dan rahmat-NYA makalah ini dapat dibuat dan disampaikan tepat pada waktunya.Adapun
penulisan ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas Evidance Based dalam Praktek
Kebidanan.

Selain itu kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penulisan makalah  ini. Kami juga berharap dengan adanya makalah ini dapat
menjadi salah satu sumber literatur atau sumber informasi pengetahuan bagi pembaca.

Namun, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.Oleh karena
itu, kami memohon maaf jika ada hal-hal yang kurang berkenan dan penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk menjadikan ini lebih sempurna.Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Januari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DARTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................1

1.3 Tujuan Makalah...............................................................................................2

1.4 Manfaat Makalah.............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................3

2.1 Konsep Metode Penelitian...............................................................................3

2.2 Jenis-Jenis Penelitian......................................................................................6

2.3 Tahap-Tahap Penelitian...................................................................................8

2.4 Evidance Based Medicine..............................................................................15

BAB  III    PENUTUP...................................................................................................19

3.1 Kesimpulan....................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................20

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Sejarah evidence dimulai pada tahun 1970 ketika Archie Cochrane menegaskan perlunya
mengevaluasi pelayanan kesehatan berdasarkan bukti-bukti ilmiah (scientific evidence). Sejak itu
berbagai istilah digunakan terkait dengan evidence base, di antaranya evidence base medicine
(EBM), evidence base nursing (EBN), dan evidence base practice (EBP). Evidence Based
Practice (EBP) merupakan upaya untuk mengambil keputusan klinis berdasarkan sumber yang
paling relevan dan valid.Oleh karena itu EBP merupakan jalan untuk mentransformasikan hasil
penelitian ke dalam praktek sehingga perawat dapat meningkatkan “quality of care” terhadap
pasien. Selain itu implementasi EBP juga akan menurunkan biaya perawatan yang memberi
dampak positif tidak hanya bagi pasien, perawat, tapi juga bagi institusi pelayanan kesehatan.
(Ilmu et al., 2019)

Penelitian adalah usaha untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu
pengetahuan, yang dilakukan dengan metode-metode ilmiah. Penelitian adalah suatu kegiatan
atau proses sistematis untuk memecahkan masalah yang dilakukan dengan menerapkan metode
ilmiah (Emzir,2007:3).

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa Pengertian Penelitian?
2. Bagaimana konsep metode penelitian?
3. Apasaja jenis-jenis penelitian?
4. Bagaimana tahap-tahap penelitian?
5. Apa pengertian Evidence based Medicine?

1
1.3 TUJUAN MAKALAH

Adapun tujuan dari makalah ini yaitu :

1. MengetahuiPengertian Penelitian
2. Mengetahuikonsep metode penelitian
3. Mengetahuijenis-jenis penelitian
4. Mengetahuitahap-tahap penelitian
5. Mengetahui pengertian Evidence based Medicine

1.4 MANFAAT MAKALAH

Manfaat dari makalah ini adalah:

1. Memberikan informasi kepada orang awam menganalisis metode-metode dalam


penelitian yg berkaitan dengan evidence based.
2. Menambah wawasan para pembaca tentang evidence based kebidanan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Metode Penelitian


1. Pengertian Metode Penelitian

Pengertian metode, berasal dari bahasa Yunani yakni methodos yang dimaksud
adalah cara atau menuju suatu jalan. Metode merupakan kegiatan ilmiah yang berkaitan
dengan suatu cara kerja (sistematis) untuk memahami suatu subjek atau objek penelitian,
sebagai upaya untuk menemukan jawaban yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah
dan termasuk keabsahannya (Rosdy Ruslan,2003:24).

Sutrisno Hadi (1987:3) mengungkapkan Penelitian adalah usaha untuk menemukan,


mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan, yang dilakukan dengan
metode-metode ilmiah. Penelitian adalah suatu kegiatan atau proses sistematis untuk
memecahkan masalah yang dilakukan dengan menerapkan metode ilmiah (Emzir,2007:3).
Penelitian sebagai aktivitas keilmua yang dilakukan karena ada kegunaan yang ingin
dicapai, baik untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia maupun untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan (Hamidi,2007:6)

Menurut Soerjano Soekanto penelitian adalah kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan
analisis dan konstruksi yang dilakukan secara metodologis, sistematis, dan konsisten.

Jadi Metodologi penelitiaan adalah ilmu membahas tentang suatu kegiatan yang
dilakukan untuk memecahkan masalah ataupun sebagai pengembangkan ilmu pengetahuan
dengan menggunakan metode-metode ilmiah.(Hidayat, 2002)

3
2. Macam-macam Penelitian

Secara umum dapat digolongkan sebagai berikut:

a) Menurut bidangnya: penelitian pendidikan, penelitian sejarah, penelitian bahasa,


penelitian ilmu teknik, penelitian biologi, ekonomi, dsb
b) Menurut tempatnya: penelitian laboratorium, penelitian perpustakaan, penelitian
kancah.
c) Menurut pemakaiannnya: penelitian murni (pure research) dan penelitian terpakai
(applied research)
d) Menurut tujuan umumnya: penelitian eksploratif, penelitian devolpmental, dan
penelitian veririkatif
e) Menurut tarafnya: penelitian deskriptif dan penelitian inferensial
f) Menurut Pendekatannya (approach): penelitian longitudinal dan penelitian cross-
sectional (Sutrisno Hadi,1987:3-4)

3. Jenis Pedekatan dalam Penelitian

Emzir (2007:28) mengemukakan ada tiga jenis pendekatan dalam penelitian


sebagai berikut:

a) Pendekatan Kuantitatif

Suatu pendekatan penelitian yang secara primer menggunakan paradigma


postpositivist (seperti pemikiran tentang sebab akibat, reduksi kepada variabel,
hipotesis dan pertanyaan spesifik, menggunakan pengukuran dan observasi, serta
pengujian teori) dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, menggunakan strategi
seperti eksperimen dan survei yang memerlukan data statistika.

Dalam pendekatan ini ada beberapa bentuk penelitian yakni pertama, penelitian
Korelasional / survei adalah suatu pendekatan umum untuk penelitian yang berfokus
pada penaksiran pada kovariasi di antara variabel yang muncul secara alami.

4
Tujuannya adalah untuk mengindentifikasi hubungan prediktif
denganmenggunakan teknik korelasi atau teknik statistika yang lebih canggih
(Zechmester dalam Emzir,2007:37). Kedua penelitian Eksperimental (eksperimen)
adalah situasi penelitian yang sekurang-kurangnya satu variabel bebas yang disebut
sebagai variabel eksperimental, sengaja dimanipulasi oleh peneliti Wiersma dalam
Emzir (2007:63)

Ketiga, Kausal komparatif (ex post facto) merupakan penyelidikan empiris yang
sistematis di mana ilmuwan tidak mengendalikan variabel bebas secara langsung
karena eksistensi dari variabel tersebut telah terjadi. (Musianto, 2002)

b) Pendekatan Kualitatif

Pendekatan yang secara primer menggunakan paradigm pengetahuan berdasarkan


pandangan konstruktivist (pengalaman individu atau pandangan advokasi. Ada tiga
strategi yang digunakan dalam pendekatan ini yakni: pertama, penelitian entografi
adalah suatu bentuk penelitian yang berfokus pada makna sosiologis melalui
observasi lapangan tertutup dari fenomena sosiokultural (Emzir,2007:143). Kedua,
penelitian grounded theory (teori dasar) adalah teori umum dari metode ilmiah yang
berurusan dengan generalisasi, elaborasi, dan validasi dari teori ilmu social.
(Musianto, 2002)

Ketiga, penelitian tindakan (action research) adalah suatu penelitian informal,


kualitatif, formatif, subjektif, interpretif, reflektif dan suatu model penelitian
pengalaman, di mana semua individu diibaratkan dalam studi sebagai peserta yang
mengetahui dan menyokong (Hopkin dalam Emzir,2007:233)

c) Pendekatan mixed methods (metode gabungan)

Pendekatan didasarkan pada paradigm pengetahuan pragmatik (seperti orientasi


konsekuensi, orientasi masalah dan pluralistik).Pendekatan ini menggunakan
penelitian yang melibatkan pengumpulan data baik secara simultan maupun
sequensial untuk memahami penelitian sebaik-baiknya.(Pudjiastuti, 2016)

5
2.2 Evidence Based Dari Berbagai Metode Penelitian
1. Definisi Penelitian

Penelitian adalah suatu proses untuk memahami dan memecahkan masalah secara
ilmiah, sistematis, dan logis. Istilah ilmiah diartikan sebagai kebenaran pengetahuan yang
didasarkan pada bukti empiris yang diperoleh dari penyelidikan secara hati hati dan
objektif.Penelitian di bidang kesehatan memfokuskan kegiatan pada masalah yang timbul di
bidang kesehatan/kedokteran dan sistem kesehatan.Kesehatan dapat merupakan kesehatan
individu, (mencakup masalah penyakit, pengobatan, dan rehabilitasi) maupun kesehatan
kelompok (public health).(Ilmu et al., 2019)

2. Tujuan Penelitian

Babbie dalam Hamidi (2007:11-13) mengemukakan ada tiga kelompok tujuan


aktivitas pada penelitian: eksplorasi, deskripsi, dan eksplanasi.

a) Kelompok eskplorasi dengan tujuan untuk ingin memuaskan rasa hasrat atau rasa
ingin tahu agar memperoleh pemahaman jelas tentang peristiwa sosial yang terjadi,
careful study, mengembangkan metode-metode yang hendak digunakan dalam
penelitian yang lebih teliti.
b) Kelompok deskripsi dengan tujuan agar suatu penelitian dapat disajikan secara teliti
tentang karakterristi yang sanga luas dari suatu populasi.
c) Kelompok eksplanasi bertujuan untuk memberikan eksplanasi, yakni
mengungkapkan hubungan antara dua atau lebih konsep atau variabel dari suatu
fenomena sosial.

Menurut Rosdy Ruslan (2003:7) tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

a) Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, yang bersifat jangka panjang


b) Untuk pemecahan masalah atau menjawab pertanyaan penelitian yang bersifat
jangka pendek

6
Selanjutnya Hamidi (2007:58) mengungkapkan bahwa tujuan penelitian memliki
kegunaan yakni:

a) Secara praktis diharapkan memberikan kontribusi dalam proses pembelajaran baik


bagi Mahasiswa,
b) Secara teoritik penilitian diharapkan memberikan kontribusi baik dalam hal
penguatan atau menolak pernyataan asumsi teori

3. Jenis Jenis Penelitian

Penelitian kesehatan dibagi menurut aspek yang ditinjau. Berdasarkan metode


yang digunakan, penelitian dibagi menjadi dua kelompok besar.(Ilmu et al., 2019)

a) Metode penelitian survei (Survey Research Method). Merupakan penelitian yang


dilakukan tanpa memberikan intervensi terhadap subjek penelitian (noneksperimen).
Penelitian survei digolongkan menjadi dua, yaitu penelitian yang bersifat deskriptif dan
analitik. Dalam penelitian deskriptif, peneliti diarahkan untuk menguraikan suatu
keadaan dalam suatu komunitas atau masyarakat. Sedangkan dalam penelitian analitik
diarahkan untuk menganalisis suatu keadaan atau situasi. Penelitian analitik umumnya
memberi penjelasan atas pertanyaan mengapa.
b) Metode penelitian eksperimen (Experimental Method). Merupakan penelitian yang
dilakukan dengan memberikan inteevensi pada variabel yang akan diteliti, dan kemudian
diukur pengaruh pemberian intervensi tersebut (intervention studies) (Notoatmojo, 2012)
4. Langkah-langkah Penelitian
Beberapa hal yang dilakukan seorang dalam melakukan penelitian:
a) Indentifikasi, pemilihan, dan perumusan masalah
b) Penelaah kepustakaan
c) Penyusunan hipotesis
d) Indentifikasi, klarifikasi, dan pemberian definisi operasional variabel-variabel
e) Pemilihan atau pengembangan alat pengambil data
f) Penentuan sampel

7
g) Pengumpulan data
h) Pengolahan dan analisis data
i) Interpretasi hasil analisis
j) Penyususan laporan (Maman Djaliel,1998:43).

2.3 Tahap-tahap Meneliti

Meneliti merupakan sebuah proses yang tidak instan dan terdapat beberapa tahapan
dalam proses meneliti. Teori menurut Almack dalam Notoatmojo (2012) beberapa tahapan
dalam melakukan penelitian ;

a) Menentukan dan mengidentifikasi masalah. Tahap pertama adalah menentukan


dengan masalah yang akan diteliti. Untuk menentukan masalah diperlukan banyak
membaca guna mendapat informasi yang mencakup teori maupun hasil penelitian.
Selain itu informasi dan pengalaman diperlukan untuk
b) Menetapkan tujuan penelitian. Setelah menentukan masalah yang akan diteliti,
tahapan selanjutnya yaitu merumuskan tujuan penelitian. Pada hakikatnya tujuan
berisi suatu pernyataan mengenai informasi yang akan digali dalam penelitian.
c) Studi literatur. Peneliti perlu membaca banyak literatur untuk memperoleh dukungan
secara teori terhadap masalah yang akan diteliti. Literatur dapat berupa textbook,
jurnal maupun penelitian penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh peneliti
lain.

Hal tersebut akan membantu peneliti dalam menyusun kerangka konsep penelitian.

d) Merumuskan kerangka konsep penelitian. Agar mencapai penelitian yang sistematis


dan memperoleh gambaran secara jelas mengenai topik yang akan diteliti diperlukan
permusan kerangka konsep. Pada hakikatnya kerangka konsep penelitian berisi
visualisasi terhadap konsep serta variabel yang akan diteliti.
e) Merumuskan hipotesis. Hipotesis perlu dirumuskan agar penelitian terarah. Pada
hakikatnya makna hipotesis adalah dugaan sementara terhadap hubungan antar
variabel yang akan diteliti.
8
f) Merumuskan metode penelitian. Dalam merumuskan metode penelitian mencakup
jenis dan desain penelitian, sampel dalam penelitian, metode pengumpulan data, alat
ukur serta analisis data yang akan digunakan dalam penelitian.
g) Mengumpulkan dan menganalisis data. Analisis dan pengumpulan data dilakukan
menggunakan metode yang sesuai dengan desain dalam penelitian.
h) Membuat laporan. Pada dasarnya laporan berisi penyajian data yang telah
dikumpulan dan dianalisis. Hal ini berarti laporan berisi hasil data yang didapat
selama penelitian.(Ilmu et al., 2019)

Keterampilan yang Dibutuhkan dalam Melakukan Penelitian

Dua tujuan utama dari meneliti yaitu;

a) kemampuan untuk memahami prinsip serta menerapkan ilmu terkait praktek


berbasis bukti (evidence-based medicine) yang mengharuskan mahasiswa untuk
dapat mencari dan menilai secara kritis (critical appraisal) sumber sumber informasi,
b) kemampuan untuk mengaplikasikan prisip, metode, ilmu sains dalam praktek klinis
dan penelitian medis. Dalam hal ini dibutuhkan mahasiswa yang memiliki
pengetahuan tentang metodologi penelitian, praktek meneliti serta ketrampilan
ketrampilan lain dalam meneliti. (Suarsana & Mahayukti, 2013)

Beberapa ketrampilan dalam meneliti yaitu ;

a) Sifat Ingin Tahu (Curiousity and an Inquiring Mind) Seorang dokter harus memiliki
sifat keingintahuan yang tinggi terhadap informasi informasi kesehatan teraktual.
Hal ini ditunjang dengan ketrampilan mengambil sumber literatur medis dalam
ineternet maupun textbook. Sikap ingin tahu menjadi poin utama dalam konteks
penelitian dan menduduki rangking pertama dalam ketrampilan penelitian (Laidlaw,
2012). Robinowitz (2004) mengemukakan bahwa sikap ingin tahu harus dimiliki
oleh seorang dokter, praktisi, serta tenaga kesehatan lain, dan menjadi salah satu
dari 10 poin tertinggi yang harus dimiliki oleh seorang dokter. Dapat disimpulkan
9
bahwa sikap ingin tahu tidak hanya penting bagi para dokter yang berkarir di bidang
penelitian, namun bagi dokter yang akan bekerja dengan baik untuk kesehatan
pasien
b) Dasar pengetahuan (Core Knowledge) Dasar pengetahuan akan dibutuhkan bagi
dokter untuk praktik secara professional serta memahami penelitian dengan baik.
Seorang dokter harus 8 memiliki dasar pengetahuan terhadap prakteknya, begitupula
bagi para peneliti harus memiliki dasar pengetahuan terhadap penelitiannya. Dasar
pengetahuan ini akan memudahkan dan mempercepat para praktisi dalam
mengambil keputusan terbaik bagi pasien terhadap terapi dan tindakan yang akan
dilakukan (GMC 2009). Bagi peneliti dasar pengetahuan akan memudahkan mereka
untuk mendapatkan pertanyaan yang sesuai dalam penelitian dan mengembangkan
penelitian lain yang berhubungan (Shaw dan Green, 2002). Fishleder (2007)
mengemukakan bahwa dalam pelatihan seorang dokter dasar pengetahuan menjadi
aspek terpenting dan diikuti dengan praktik klinis.
c) Penilaian secara kritis (Critical Appraisal) Kemampuan menganalisis, menilai kritis
dan mengevaluasi menrupakan aspek penting dalam praktek klinis, hal yang juga
dibutuhkan sebagai ilmu dasar bagi para peneliti (Hay, 2004).
Penilaian terhadap suatu data, hasil laboratorium maupun hasil eksperimen menjadi
penting untuk digunakan sebagai standar professional seorang dokter dan seorang
peneliti.Seorang dokter harus mampu mencari, mengevaluasi, menganalisis serta
menginterpretasikan data penelitian secara eksplisit dan implisit (Price,
1971).Critical appraisal merupakan kemampuan penting yang harus dikuasai oleh
seorang dokter dalam menunjang keberhasilan praktek klinis.Critical appraisal juga
menjadi kompetensi dasar bagi peneliti untuk mengembangkan desain penelitiannya
(Rademaker, Fishleder, 2007).
d) Pemahaman Evidence-based practice Pemahaman terhadap evidence-based practice
tidak terbatas pada pengetahuan mengenai evidence-based. Diperlukan pemahaman
mengenai alasan mengapa evidence-based diperlukan dalam praktek klinis,
penelitian dan bagaimana cara mengaplikasikannya. Memahami dasar evidence-
10
e) based menjadi poin utama pada praktek klinis dan membantu dalam menemukan
evidence-based medicine (EBM). EBM merupakan sebuah pendekatan terapi yang
diintegrasikan melalui penelitian dan 9 praktek klinis untuk menciptakan terapi
terbaik bagi pasien (Akobeng, 2005). Kemampuan dalam mencari literasi yang baik
merupakan salah satu ketrampilan dalam meneliti yang harus dikembangkan. Maka
dari itu EBM menjadi penting bagi seorang peneliti karena penelitian dapat
dijalankan dengan baik apabila mampu mencari sumber literasi yang baik dan sesuai
dengan yang dibutuhkan dalam meneliti.
f) Ethics and Governance (Badan Komite Etik) Pengetahuan dan pemahaman
mengenai kode etik menjadi penting bagi seorang praktisi maupun bagi peneliti. Hal
tersebut memudahkan dokter dan peneliti untuk mengatahui batas batas dalam
praktek maupun dalam meneliti. Mahasiswa kedokteran juga perlu memahami nilai
nilai etik tersebut karena penting bagi kehidupan masa depan mereka ketika praktek,
maka ketrampilan memahami nilai etik ini penting dan perlu dikuasai tgerutama
bagi mahasiswa kedokteran.
g) Kemampuan kerjasama Praktek klinis dan penelitian klinis merupakan kesatuan
yang saling memberi pengaruh. Kemampuan bekerjasama dengan baik dalam
sebuah tim adalah kemampuan penting bagi seorang klinisi dan peneliti. Hal
tersebut dijelaskan dalam GMC tahun 2009 “Learn and work effectively within a
multi-professional team”(Laidlaw, 2012).
h) Kemampuan komunikasi Berkomunikasi dengan baik merupakan kunci kesembuhan
yang utama bagi pasien (Griffith et.al, 2003). Komunikasi efektif kepada pasien dan
orang lain merupakan kemampuan penting dalam praktek klinis secara efektif
(Laidlaw, 2009). Urgensi komunikasi dalam praktek klinis dan penelitian medis
menjadi perhatian khusus dalam Association of American Medical Colleges
(AAMC) 2001, dikemukakan bahwa mahasiswa kedokteran dipastikan memiliki
kemampuan komunikasi efektif sebelum lulus. Hal tersebut merupakan ketrampilan
yang relevan untuk dikuasai bagi seorang mahasiswa kedokteran, baik yang ingin
menekuni dunia 10 penelitian ataupun bagi mereka yang akan menekuni dunia
11
i) praktek klinis. Komunikasi menjadi ketrampilan penting bagi keduanya untuk masa
depan seorang mahasiswa kedokteran, namun tidak diperlukan kurikulum khusus
untuk menekuni kemampuan komunikasi tersebut melihat pentingnya hal ini bagi
semua lulusan mahasiswa kedokteran.(sugiyono, 2014)

Factor yang Menunjang Penelitian

Banyak faktor yang memengaruhi keberhasilan seseorang dalam meneliti. Strategi


untuk menunjang kemampuan meneliti dan ketrampilan lainnya yang terkait dapat
dicapai melalui 2 level kurikulum utama dan ekstrakulikuler yaitu;

a) mengadopsi filosofi perkembangan kemampuan meneliti kedalam desain kurikulum,


dan
b) pengenalan secara spesifik mengenai metodologi, tugas, dan berbagai tugas dan
berbagai kegiatan yang menunjang kemampuan meneliti serta mengembangkan
ketrampilan lain yang disusun dalam beberapa tahap kurikulum.

Dua pendekatan berikut dapat menunjang kemampuan meneliti mahasiswa


dengan adanya praktek memahami evidence-based dan diterapkan dalam konteks
penelitian ;

Self-directed and independent learning.Merupakan metode yang dapat


meningkatkan pemikiran kritis dan rasa ingin tahu mereka.Salah satu contohnya adalah
problem-based learning (PBL).PBL adalah salah satu metode pembelajaran student-
centered yang mendorong mahasiswa untukmempelajari pengetahuan secara professional,
menyelesaikan suatu masalah dengan memberikan kesempatan kesempatan pada mereka
untuk belajar melalui aktivitas atau pengalaman individu dengan konteks yang sesuai (A.
Fitri, 2016)

3. Masalah Dalam Penelitian

Menurut Creswell dalam Emzir (2007:30-32) menyebutkan ada tiga faktor:

12
 Menentukan kesesuaian masalah dan pendekatan
Masalah penelitian adalah suatu isu atau kehidupan yang perlu diteliti.Sebagai
contoh seseorang menentukan suatu gejala sosial yang ada di lingkungan.Dengan
kondisi masalah yang kompleks seseorang haruslah jeli terhadap permasalahan ada
sehingga ketika melakukan penelitian itu dalam menggunakan pendekatan yang
sesuai.
 Pengalaman personal
Indentik dengan pengalaman seseorang apabila terlatih secara teknis dalam
penulisan ilmiah, statistika, dan program statistika komputer maka ia akan terbiasa
dengan jurnal-jurnal kuantitatif sebaiknya ia menggunakan desain kuantitatif
sedangkan dengan pendekatan kualitatif sering berhubungan dengan bentuk sastra
dari penulisan, program anlisis teks komputer dll.
Untuk metode gabungan harus terbiasa dengan kedua penelitian kuantitatif dan
kualitatif.Jadi pengalaman seseorang tersebut sangat penting.
 Audiens
Dalam penelitian dikenal dengan responden yakni orang yang memberi informasi
tentang dirinya walaupun juga digunakan dalam penelitian kualitatif, sedangkan
informan adalah orang yang dapat member informasi dirinya dan dan orang lain
sebab biasanya yang diteliti para tokoh masyarakat yang banyak tahu kondisi
masyarakatnya. Pengalaman audiens sangat penting sekali dengan adanya penelitian
kuantitatif, kualitatif, metode gabungan akan membentuk keputusan yang dibuat
tentang pilihan tersebut.(Iii, 2002)

4. Aplikasi Berbagai Metode Penelitian Dalam Setting Praktik Pelayanan Kebidanan

1. HUBUNGAN FREKUENSI MAKAN DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN


PRODUKSI ASI PADA IBU NIFAS

13
A. Hubungan Frekuensi Makan dengan Produksi ASI
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pola makan pada ibu tidak
berhubungan dengan produksi ASI, tetapi untuk memproduksi ASI pada ibu selama masa nifas
dibutuhkan zat gizi yang beragam selama menyusui antara lain karbohidrat, protein, lemak,
vitamin dan mineral, serta kebutuhan cairan yang cukup, sehingga akan memperbaiki produksi
ASI.(Widayati & Sahara, n.d.)
B. Makanan yang bisa membantu produksi asi

1) Oatmeal.
2) Sayur Bayam
3) Bawang Putih.
4) Sayur Labu.
5) Biji almond
6) Beras Merah.
7) Susu.
8) Wortel.
9) Daun Katuk.
10) Kurma.

C. Hubungan Pola istirahat dengan produksi ASI


Istirahat sebagai kebutuhan dasar dibutuhkan oleh semua orang, dan untuk dapat berfungsi
secara optimal, maka setiap orang memerlukan istirahat dan tidur. Selama masa nifas ibu
membutuhkan waktu istirahat rerata 6-8 jam perhari, namun demikian bukan hanya pemenuhan
banyaknya waktu yang dibutuhkan tetapi juga berkaitan dengan kualitas istirahat yang dilakukan
oleh ibu. Fungsi istirahat yaitu untuk menjaga keseimbangan baik mental, emosional, maupun
kesehatan, menjaga kondisi organ – organ tubuh seperti paru-paru, kardiovaskuler, sistem
endokrin pulih setelah sepanjang hari digunakan sedemikain rupa. Faktor – faktor yang dapat
mempengaruhi istirahat antara lain adanya penyakit, keletihan aktifitas fisik, stres psikologis,
konsumsi obat – obatan tertentu, nutrisi, kondisi lingkungan, serta motivasi ketika istirahat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa istirahat tidak berhubungan dengan produksi ASI pada
ibu nifas. Upaya untuk meningkatkan produksi ASI dapat dilakukan dengan mengkonsumsi
14
aneka ragam makanan yang mengandung gizi seimbang yang diperlukan selama menyusui.
(Widayati & Sahara, n.d.)

2.4 Evidence Based Medicine (EBM)


1. Pengertian EBM

Evidence based medicine (EBM) adalah proses yang digunakan secara sistematik
untuk melakukan evaluasi, menemukan, menelaah/ me-review, dan memanfaatkan hasil-hasil
studi sebagai dasar dari pengambilan keputusan klinik.(Pudjiastuti, 2016)

Menurut Sackett et al. (2000), Evidence-based medicine (EBM) adalah suatu


pendekatan medik yang didasarkan pada bukti-bukti ilmiah terkini untuk kepentingan
pelayanan kesehatan penderita. Dengan demikian, dalam praktek, EBM memadukan antara
kemampuan dan pengalaman klinik dengan bukti-bukti ilmiah terkini yang paling dapat
dipercaya.

Dengan demikian, maka salah satu syarat utama untuk memfasilitasi pengambilan
keputusan klinik yang evidence-based adalah dengan menyediakan bukti-bukti ilmiah yang
relevan dengan masalah klinik yang dihadapi, serta diutamakan yang berupa hasil meta-
analisis, review sistematik, dan randomized double blind controlled clinical trial (RCT).

Evidence-based Medicine (EBM) adalah pengintegrasian antara (1) bukti ilmiah


berupa hasil penelitan yang terbaik dengan (2) kemampuan klinis dokter serta (3) preferensi
pasien dalam proses pengambilan keputusan pelayanan kedokteran , sedang Geddes (2000)
menyatakan bahwa EBM adalah strategi yang dibuat berdasarkan pengembangan teknologi
informasi dan epidemiologi klinik dan ditujukan untuk dapat menjaga dan mempertahankan
ketrampilan pelayanan medik dokter dengan basis bukti medis yang terbaik.(Setyawati et al.,
2017)

Dengan demikian, EBM dapat diartikan sebagai pemanfaatan bukti ilmiah secara
seksama, ekplisit dan bijaksana dalam pengambilan keputusan untuk tatalaksana

15
pasien.Artinya mengintegrasikan kemampuan klinis individu dengan bukti ilmiah yang
terbaik yang diperoleh dengan penelusuran informasi secara sistematis.

Bukti ilmiah itu tidak dapat menetapkan kesimpulan sendiri, melainkan membantu
menunjang penatalaksanaan pasien. Integrasi penuh dari ketiga komponen ini dalam proses
pengambilan keputusan akan meningkatkan probabilitas untuk mendapatkan hasil pelayanan
yang optimal dan kualitas hidup yang lebih baik. Praktek EBM itu sendiri banyak juga
dicetuskan oleh adanya pertanyaan2 pasien tentang efek pengobatan, kegunaan pemeriksaan
penunjang, prognosis penyakitnya, atau penyebab kelainan yang dideritanya.

Secara ringkas, ada beberapa alasan utama mengapa EBM diperlukan:

1. Bahwa informasi yang selalu diperbarui (update) mengenai diagnosis, prognosis, terapi
dan pencegahan, promotif, rehabilitatif sangat dibutuhkan dalam praktek sehari-hari.
Sebagai contoh, teknologi diagnostik dan terapi selalu disempurnakan dari waktu ke
waktu.

2. Bahwa informasi-informasi tradisional (misalnya yang terdapat dalam textbook) tentang


hal-hal di atas sudah sangat tidak adekuat pada saat ini; beberapa justru sering keliru dan
menyesatkan (misalnya informasi dari pabrik obat yang disampaikan oleh duta-duta
farmasi/detailer), tidak efektif (misalnya continuing medical education yang bersifat
didaktik), atau bisa saja terlalu banyak, sehingga justru sering membingungkan (misalnya
majalah (journal-journal) biomedik/ kedokteran yang saat ini berjumlah lebih dari 25.000
jenis).

3. Dengan bertambahnya pengalaman klinik seseorang, maka kemampuan/ketrampilan


untuk mendiagnosis dan menetapkan bentuk terapi (clinical judgement) juga meningkat.
Namun pada saat yang bersamaan, kemampuan ilmiah (akibat terbatasnya informasi yang
dapat diakses) serta kinerja klinik (akibat hanya mengandalkan pengalaman, yang sering
tidak dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah) menurun secara bermakna
(signifikan).

16
4. Dengan meningkatnya jumlah pasien, waktu yang diperlukan untuk pelayanan semakin
banyak. Akibatnya, waktu yang dimanfaatkan untuk meng-update ilmu (misalnya
membaca journal-journal kedokteran) sangat kurang.(Van Mechelen, 2012)

Secara lebih rinci, EBM merupakan keterpaduan antara:

1. Best research evidence.

Di sini mengandung arti bahwa bukti-bukti ilmiah tersebut harus berasal dari studi-studi
yang dilakukan dengan metodologi yang sangat terpercaya (khususnya randomized
double blind controlled clinical trial), yang dilakukan secara benar. Studi yang dimaksud
juga harus menggunakan variabel-variabel penelitian yang dapat diukur dan dinilai secara
obyektif (misalnya tekanan darah, kadar Hb, dan kadar kolesterol), di samping
memanfaatkan metode-metode pengukuran yang dapat menghindari resiko “bias” dari
penulis atau peneliti.

2. Clinical expertise.

Untuk menjabarkan EBM diperlukan suatu keterampilan klinik (clinical skills) yang
memadai. Di sini termasuk keterampilan untuk secara cepat mengidentifikasi kondisi
pasien dan menentukan diagnosis secara cepat dan tepat, termasuk mengidentifikasi
faktor-faktor resiko yang menyertai serta memperkirakan kemungkinan manfaat dan
resiko (risk and benefit) dari bentuk intervensi yang akan diberikan. Keterampilan klinik
ini hendaknya juga disertai dengan pengenalan secara baik terhadap nilai-nilai yang
dianut oleh pasien serta harapan- harapan yang tersirat dari pasien.

3. Patient values.

Setiap pasien, dari manapun berasal, dari suku atau agama apapun, tentu mempunyai
nilai-nilai yang unik tentang status kesehatan dan penyakitnya.Pasien juga tentu
mempunyai harapan-harapan atas upaya penanganan dan pengobatan yang
diterimanya.Hal ini harus dipahami benar oleh seorang klinisi atau praktisi medik, agar
setiap upaya pelayanan kesehatan yang dilakukan, selain dapat diterima dan didasarkan

17
pada bukti-bukti ilmiah, juga mempertimbangkan nilai-nilai subyektif yang dimiliki oleh
pasien.

Mengingat bahwa EBM merupakan suatu cara pendekatan ilmiah yang digunakan
untuk pengambilan keputusan terapi, maka dasar-dasar ilmiah dari suatu penelitian juga perlu
diuji kebenarannya untuk mendapatkan hasil penelitian yang selain update, juga dapat
digunakan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan.(Suarsana & Mahayukti, 2013)

Langkah-langkah Evidence Based Medicine

Evidence based medicine dapat dipraktekkan pada berbagai situasi, khususnya jika
timbul keraguan dalam hal diagnosis, terapi, dan penatalaksanaan pasien. Adapun langkah-
langkah dalam EBM adalah:(Iii, 2002)

1. Memformulasikan pertanyaan ilmiah yang berkaitan dengan masalah penyakit yang


diderita oleh pasien.

2. Penelusuran informasi ilmiah (evidence) yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi.

3. Penelaahan terhadap bukti-bukti ilmiah yang ada.

4. Menerapkan hasil penelaahan bukti-bukti ilmiah ke dalam praktek pengambilan


keputusan.

5. Melakukan evaluasi terhadap efikasi dan efektivitas intervensi.(Hidayat, 2002)

18
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Penelitian adalah suatu proses untuk memahami dan memecahkan masalah secara ilmiah,
sistematis, dan logis. Istilah ilmiah diartikan sebagai kebenaran pengetahuan yang didasarkan
pada bukti empiris yang diperoleh dari penyelidikan secara hati hati dan objektif.Penelitian di
bidang kesehatan memfokuskan kegiatan pada masalah yang timbul di bidang
kesehatan/kedokteran dan sistem kesehatan.Kesehatan dapat merupakan kesehatan individu,
(mencakup masalah penyakit, pengobatan, dan rehabilitasi) maupun kesehatan kelompok (public
health) (Notoatmojo, 2012).

Pengertian metode, berasal dari bahasa Yunani yakni methodos yang dimaksud adalah cara
atau menuju suatu jalan. Metode merupakan kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan suatu cara
kerja (sistematis) untuk memahami suatu subjek atau objek penelitian, sebagai upaya untuk
menemukan jawaban yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah dan termasuk
keabsahannya (Rosdy Ruslan,2003:24).

Jadi Metodologi penelitiaan adalah ilmu membahas tentang suatu kegiatan yang dilakukan
untuk memecahkan masalah ataupun sebagai pengembangkan ilmu pengetahuan dengan
menggunakan metode-metode ilmiah.

Evidence based medicine (EBM) adalah proses yang digunakan secara sistematik untuk
melakukan evaluasi, menemukan, menelaah/ me-review, dan memanfaatkan hasil-hasil studi
sebagai dasar dari pengambilan keputusan klinik.

Dengan demikian, maka salah satu syarat utama untuk memfasilitasi pengambilan keputusan
klinik yang evidence-based adalah dengan menyediakan bukti-bukti ilmiah yang relevan dengan
masalah klinik yang dihadapi, serta diutamakan yang berupa hasil meta-analisis, review
sistematik, dan randomized double blind controlled clinical trial (RCT).

19
DAFTAR PUSTAKA

A. Fitri. (2016). Penerapan Problem-Based Learning (PBL) dalam Kurikulum Berbasis


Kompetensi. Jmj, 4(1), 95–100. dwifitri.amelia@yahoo.co.id%0AAbstrak

Hidayat, D. N. (2002). Metodologi Penelitian dalam Sebuah “Multi Paradigm Science.”


Mediator: Jurnal Komunikasi, 3(2), 197–220.
https://ejournal.unisba.ac.id/index.php/mediator/article/view/766/430

Iii, B. A. B. (2002). Jurnalmetode Penelitina Kualitatif. 50–61.

Ilmu, J., Teknologi, D., Surakarta, P. K., Indonesia, U., Kemenkes, P., & Iii, J. (2019). Artikel
history. Nursing Arts, 7(1), 1–15. https://poltekkes-sorong.e-
journal.id/nursingarts/article/view/86

Musianto, L. S. (2002). Perbedaan Pendekatan Kuantitatif Dengan Pendekatan Kualitatif Dalam


Metode Penelitian. Jurnal Manajemen Dan Kewirausahaan, 4(2), 123–136.
https://doi.org/10.9744/jmk.4.2.pp.123-136

Pudjiastuti, P. (2016). Pengantar Evidence-Based Case Reports. Sari Pediatri, 11(6), 385.
https://doi.org/10.14238/sp11.6.2010.385-6

Setyawati, A., Harun, H., Herliani, K., & Gerrish, M. (2017). Peningkatan Pengetahuan Perawat
dan Bidan Tentang Evidence-Based Practice Melalui Pelatihan Penerapan Evidence-Based
Practice. Jurnal Aplikasi Ipteks Untuk Masyarakat, 6(1), 53–56.

Suarsana, I. M., & Mahayukti, G. A. (2013). Pengembangan E-Modul Berorientasi Pemecahan


Masalah Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Mahasiswa. Jurnal Nasional
Pendidikan Teknik Informatika (JANAPATI), 2(3), 193.
https://doi.org/10.23887/janapati.v2i3.9800

sugiyono. (2014). Memahami Studi Dokumen Dalam Penelitian Kualitatif. Wacana, 13(2), 177–
181.

20
Susilawati, S., Patimah, M., & Imaniar, M. S. (2020). Determinan Lama Penyembuhan Luka
Perineum pada Ibu Nifas Determinants of Perineal Wound Healing Period in Postpartum
Mothers. 7(3), 132–136.
Widayati, C. N., & Sahara, R. (n.d.). Hubungan Frekuensi Makan dan Pola Istirahat dengan
Produksi ASI pada Ibu Nifas ASI ( Air Susu Ibu ) merupakan berbagai zat gizi penting yang
di dan perkembangan bayi . ASI diberikan pada bayi sejak dilahirkan . pertumbuhan dan
perkembangan kebutuhan dan usianya . ASI memiliki zat perlindungan yang dapat
menghindarkan bayi dari secara aktif dan pasif , selain itu pemberian ASI juga
menguntungkan mempercepat pemulihan diri pada dari proses persalinannya . virus ,
Profil Kesehatan Indonesia tahun 2015 mencatat bahwa cakupan ASI dibawah target
seperti Sulawesi target yang ASI esklusif pada bayi seperti usia ibu , status pekerjaan ,
urutan praktik pemberian ASI juga berasal yang mempengaruhi pemberian ekslusif pada
praktiknya juga banyak dipengaruhi oleh aspek seperti sikap yang tidak setuju dengan ASI
ekslusif , motivasi dalam tentang ASI kurang , adanya orang mendukung , dan program
PP-ASI Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya tentang faktor yang
mempengaruhi dalam pemberian ASI yang mendukung maupun yang menghabat dalam
pemberian ASI maka pada penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui hubungan antara
frekuensi makan dan pola istirahat pada ibu terhadap masa Nifas . Penelitian ini
merupakan penelitian analitik yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara frekuensi
makan dan pola istrirahat pada ibu terhadap peningkatan produksi ASI pada masa nifas
yang dilakukan di desa Sambung , menggunakan desain dari total sampling . Analisis data
menggunakan uji Chi Square untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dan
variabel terikat . 99–104.
Van Mechelen, W. (2012). Evidence-based medicine (EBM). Tijdschrift Voor Bedrijfs- En
Verzekeringsgeneeskunde, 20(3), 101. https://doi.org/10.1007/s12498-012-0054-y

21

Anda mungkin juga menyukai