KEBIDANAN
Evidence dari Berbagai Metode Serta Aplikasi Berbagai Metode Penelitian dalam Setting Praktik
Pelayanan Kebidanan
Kelas: D IV-2B
Pertama-tama kami mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat dan rahmat-NYA makalah ini dapat dibuat dan disampaikan tepat pada waktunya.Adapun
penulisan ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas Evidance Based dalam Praktek
Kebidanan.
Selain itu kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penulisan makalah ini. Kami juga berharap dengan adanya makalah ini dapat
menjadi salah satu sumber literatur atau sumber informasi pengetahuan bagi pembaca.
Namun, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.Oleh karena
itu, kami memohon maaf jika ada hal-hal yang kurang berkenan dan penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk menjadikan ini lebih sempurna.Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DARTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................3
3.1 Kesimpulan....................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................20
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Sejarah evidence dimulai pada tahun 1970 ketika Archie Cochrane menegaskan perlunya
mengevaluasi pelayanan kesehatan berdasarkan bukti-bukti ilmiah (scientific evidence). Sejak itu
berbagai istilah digunakan terkait dengan evidence base, di antaranya evidence base medicine
(EBM), evidence base nursing (EBN), dan evidence base practice (EBP). Evidence Based
Practice (EBP) merupakan upaya untuk mengambil keputusan klinis berdasarkan sumber yang
paling relevan dan valid.Oleh karena itu EBP merupakan jalan untuk mentransformasikan hasil
penelitian ke dalam praktek sehingga perawat dapat meningkatkan “quality of care” terhadap
pasien. Selain itu implementasi EBP juga akan menurunkan biaya perawatan yang memberi
dampak positif tidak hanya bagi pasien, perawat, tapi juga bagi institusi pelayanan kesehatan.
(Ilmu et al., 2019)
Penelitian adalah usaha untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu
pengetahuan, yang dilakukan dengan metode-metode ilmiah. Penelitian adalah suatu kegiatan
atau proses sistematis untuk memecahkan masalah yang dilakukan dengan menerapkan metode
ilmiah (Emzir,2007:3).
1
1.3 TUJUAN MAKALAH
1. MengetahuiPengertian Penelitian
2. Mengetahuikonsep metode penelitian
3. Mengetahuijenis-jenis penelitian
4. Mengetahuitahap-tahap penelitian
5. Mengetahui pengertian Evidence based Medicine
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian metode, berasal dari bahasa Yunani yakni methodos yang dimaksud
adalah cara atau menuju suatu jalan. Metode merupakan kegiatan ilmiah yang berkaitan
dengan suatu cara kerja (sistematis) untuk memahami suatu subjek atau objek penelitian,
sebagai upaya untuk menemukan jawaban yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah
dan termasuk keabsahannya (Rosdy Ruslan,2003:24).
Menurut Soerjano Soekanto penelitian adalah kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan
analisis dan konstruksi yang dilakukan secara metodologis, sistematis, dan konsisten.
Jadi Metodologi penelitiaan adalah ilmu membahas tentang suatu kegiatan yang
dilakukan untuk memecahkan masalah ataupun sebagai pengembangkan ilmu pengetahuan
dengan menggunakan metode-metode ilmiah.(Hidayat, 2002)
3
2. Macam-macam Penelitian
a) Pendekatan Kuantitatif
Dalam pendekatan ini ada beberapa bentuk penelitian yakni pertama, penelitian
Korelasional / survei adalah suatu pendekatan umum untuk penelitian yang berfokus
pada penaksiran pada kovariasi di antara variabel yang muncul secara alami.
4
Tujuannya adalah untuk mengindentifikasi hubungan prediktif
denganmenggunakan teknik korelasi atau teknik statistika yang lebih canggih
(Zechmester dalam Emzir,2007:37). Kedua penelitian Eksperimental (eksperimen)
adalah situasi penelitian yang sekurang-kurangnya satu variabel bebas yang disebut
sebagai variabel eksperimental, sengaja dimanipulasi oleh peneliti Wiersma dalam
Emzir (2007:63)
Ketiga, Kausal komparatif (ex post facto) merupakan penyelidikan empiris yang
sistematis di mana ilmuwan tidak mengendalikan variabel bebas secara langsung
karena eksistensi dari variabel tersebut telah terjadi. (Musianto, 2002)
b) Pendekatan Kualitatif
5
2.2 Evidence Based Dari Berbagai Metode Penelitian
1. Definisi Penelitian
Penelitian adalah suatu proses untuk memahami dan memecahkan masalah secara
ilmiah, sistematis, dan logis. Istilah ilmiah diartikan sebagai kebenaran pengetahuan yang
didasarkan pada bukti empiris yang diperoleh dari penyelidikan secara hati hati dan
objektif.Penelitian di bidang kesehatan memfokuskan kegiatan pada masalah yang timbul di
bidang kesehatan/kedokteran dan sistem kesehatan.Kesehatan dapat merupakan kesehatan
individu, (mencakup masalah penyakit, pengobatan, dan rehabilitasi) maupun kesehatan
kelompok (public health).(Ilmu et al., 2019)
2. Tujuan Penelitian
a) Kelompok eskplorasi dengan tujuan untuk ingin memuaskan rasa hasrat atau rasa
ingin tahu agar memperoleh pemahaman jelas tentang peristiwa sosial yang terjadi,
careful study, mengembangkan metode-metode yang hendak digunakan dalam
penelitian yang lebih teliti.
b) Kelompok deskripsi dengan tujuan agar suatu penelitian dapat disajikan secara teliti
tentang karakterristi yang sanga luas dari suatu populasi.
c) Kelompok eksplanasi bertujuan untuk memberikan eksplanasi, yakni
mengungkapkan hubungan antara dua atau lebih konsep atau variabel dari suatu
fenomena sosial.
6
Selanjutnya Hamidi (2007:58) mengungkapkan bahwa tujuan penelitian memliki
kegunaan yakni:
7
g) Pengumpulan data
h) Pengolahan dan analisis data
i) Interpretasi hasil analisis
j) Penyususan laporan (Maman Djaliel,1998:43).
Meneliti merupakan sebuah proses yang tidak instan dan terdapat beberapa tahapan
dalam proses meneliti. Teori menurut Almack dalam Notoatmojo (2012) beberapa tahapan
dalam melakukan penelitian ;
Hal tersebut akan membantu peneliti dalam menyusun kerangka konsep penelitian.
a) Sifat Ingin Tahu (Curiousity and an Inquiring Mind) Seorang dokter harus memiliki
sifat keingintahuan yang tinggi terhadap informasi informasi kesehatan teraktual.
Hal ini ditunjang dengan ketrampilan mengambil sumber literatur medis dalam
ineternet maupun textbook. Sikap ingin tahu menjadi poin utama dalam konteks
penelitian dan menduduki rangking pertama dalam ketrampilan penelitian (Laidlaw,
2012). Robinowitz (2004) mengemukakan bahwa sikap ingin tahu harus dimiliki
oleh seorang dokter, praktisi, serta tenaga kesehatan lain, dan menjadi salah satu
dari 10 poin tertinggi yang harus dimiliki oleh seorang dokter. Dapat disimpulkan
9
bahwa sikap ingin tahu tidak hanya penting bagi para dokter yang berkarir di bidang
penelitian, namun bagi dokter yang akan bekerja dengan baik untuk kesehatan
pasien
b) Dasar pengetahuan (Core Knowledge) Dasar pengetahuan akan dibutuhkan bagi
dokter untuk praktik secara professional serta memahami penelitian dengan baik.
Seorang dokter harus 8 memiliki dasar pengetahuan terhadap prakteknya, begitupula
bagi para peneliti harus memiliki dasar pengetahuan terhadap penelitiannya. Dasar
pengetahuan ini akan memudahkan dan mempercepat para praktisi dalam
mengambil keputusan terbaik bagi pasien terhadap terapi dan tindakan yang akan
dilakukan (GMC 2009). Bagi peneliti dasar pengetahuan akan memudahkan mereka
untuk mendapatkan pertanyaan yang sesuai dalam penelitian dan mengembangkan
penelitian lain yang berhubungan (Shaw dan Green, 2002). Fishleder (2007)
mengemukakan bahwa dalam pelatihan seorang dokter dasar pengetahuan menjadi
aspek terpenting dan diikuti dengan praktik klinis.
c) Penilaian secara kritis (Critical Appraisal) Kemampuan menganalisis, menilai kritis
dan mengevaluasi menrupakan aspek penting dalam praktek klinis, hal yang juga
dibutuhkan sebagai ilmu dasar bagi para peneliti (Hay, 2004).
Penilaian terhadap suatu data, hasil laboratorium maupun hasil eksperimen menjadi
penting untuk digunakan sebagai standar professional seorang dokter dan seorang
peneliti.Seorang dokter harus mampu mencari, mengevaluasi, menganalisis serta
menginterpretasikan data penelitian secara eksplisit dan implisit (Price,
1971).Critical appraisal merupakan kemampuan penting yang harus dikuasai oleh
seorang dokter dalam menunjang keberhasilan praktek klinis.Critical appraisal juga
menjadi kompetensi dasar bagi peneliti untuk mengembangkan desain penelitiannya
(Rademaker, Fishleder, 2007).
d) Pemahaman Evidence-based practice Pemahaman terhadap evidence-based practice
tidak terbatas pada pengetahuan mengenai evidence-based. Diperlukan pemahaman
mengenai alasan mengapa evidence-based diperlukan dalam praktek klinis,
penelitian dan bagaimana cara mengaplikasikannya. Memahami dasar evidence-
10
e) based menjadi poin utama pada praktek klinis dan membantu dalam menemukan
evidence-based medicine (EBM). EBM merupakan sebuah pendekatan terapi yang
diintegrasikan melalui penelitian dan 9 praktek klinis untuk menciptakan terapi
terbaik bagi pasien (Akobeng, 2005). Kemampuan dalam mencari literasi yang baik
merupakan salah satu ketrampilan dalam meneliti yang harus dikembangkan. Maka
dari itu EBM menjadi penting bagi seorang peneliti karena penelitian dapat
dijalankan dengan baik apabila mampu mencari sumber literasi yang baik dan sesuai
dengan yang dibutuhkan dalam meneliti.
f) Ethics and Governance (Badan Komite Etik) Pengetahuan dan pemahaman
mengenai kode etik menjadi penting bagi seorang praktisi maupun bagi peneliti. Hal
tersebut memudahkan dokter dan peneliti untuk mengatahui batas batas dalam
praktek maupun dalam meneliti. Mahasiswa kedokteran juga perlu memahami nilai
nilai etik tersebut karena penting bagi kehidupan masa depan mereka ketika praktek,
maka ketrampilan memahami nilai etik ini penting dan perlu dikuasai tgerutama
bagi mahasiswa kedokteran.
g) Kemampuan kerjasama Praktek klinis dan penelitian klinis merupakan kesatuan
yang saling memberi pengaruh. Kemampuan bekerjasama dengan baik dalam
sebuah tim adalah kemampuan penting bagi seorang klinisi dan peneliti. Hal
tersebut dijelaskan dalam GMC tahun 2009 “Learn and work effectively within a
multi-professional team”(Laidlaw, 2012).
h) Kemampuan komunikasi Berkomunikasi dengan baik merupakan kunci kesembuhan
yang utama bagi pasien (Griffith et.al, 2003). Komunikasi efektif kepada pasien dan
orang lain merupakan kemampuan penting dalam praktek klinis secara efektif
(Laidlaw, 2009). Urgensi komunikasi dalam praktek klinis dan penelitian medis
menjadi perhatian khusus dalam Association of American Medical Colleges
(AAMC) 2001, dikemukakan bahwa mahasiswa kedokteran dipastikan memiliki
kemampuan komunikasi efektif sebelum lulus. Hal tersebut merupakan ketrampilan
yang relevan untuk dikuasai bagi seorang mahasiswa kedokteran, baik yang ingin
menekuni dunia 10 penelitian ataupun bagi mereka yang akan menekuni dunia
11
i) praktek klinis. Komunikasi menjadi ketrampilan penting bagi keduanya untuk masa
depan seorang mahasiswa kedokteran, namun tidak diperlukan kurikulum khusus
untuk menekuni kemampuan komunikasi tersebut melihat pentingnya hal ini bagi
semua lulusan mahasiswa kedokteran.(sugiyono, 2014)
12
Menentukan kesesuaian masalah dan pendekatan
Masalah penelitian adalah suatu isu atau kehidupan yang perlu diteliti.Sebagai
contoh seseorang menentukan suatu gejala sosial yang ada di lingkungan.Dengan
kondisi masalah yang kompleks seseorang haruslah jeli terhadap permasalahan ada
sehingga ketika melakukan penelitian itu dalam menggunakan pendekatan yang
sesuai.
Pengalaman personal
Indentik dengan pengalaman seseorang apabila terlatih secara teknis dalam
penulisan ilmiah, statistika, dan program statistika komputer maka ia akan terbiasa
dengan jurnal-jurnal kuantitatif sebaiknya ia menggunakan desain kuantitatif
sedangkan dengan pendekatan kualitatif sering berhubungan dengan bentuk sastra
dari penulisan, program anlisis teks komputer dll.
Untuk metode gabungan harus terbiasa dengan kedua penelitian kuantitatif dan
kualitatif.Jadi pengalaman seseorang tersebut sangat penting.
Audiens
Dalam penelitian dikenal dengan responden yakni orang yang memberi informasi
tentang dirinya walaupun juga digunakan dalam penelitian kualitatif, sedangkan
informan adalah orang yang dapat member informasi dirinya dan dan orang lain
sebab biasanya yang diteliti para tokoh masyarakat yang banyak tahu kondisi
masyarakatnya. Pengalaman audiens sangat penting sekali dengan adanya penelitian
kuantitatif, kualitatif, metode gabungan akan membentuk keputusan yang dibuat
tentang pilihan tersebut.(Iii, 2002)
13
A. Hubungan Frekuensi Makan dengan Produksi ASI
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pola makan pada ibu tidak
berhubungan dengan produksi ASI, tetapi untuk memproduksi ASI pada ibu selama masa nifas
dibutuhkan zat gizi yang beragam selama menyusui antara lain karbohidrat, protein, lemak,
vitamin dan mineral, serta kebutuhan cairan yang cukup, sehingga akan memperbaiki produksi
ASI.(Widayati & Sahara, n.d.)
B. Makanan yang bisa membantu produksi asi
1) Oatmeal.
2) Sayur Bayam
3) Bawang Putih.
4) Sayur Labu.
5) Biji almond
6) Beras Merah.
7) Susu.
8) Wortel.
9) Daun Katuk.
10) Kurma.
Evidence based medicine (EBM) adalah proses yang digunakan secara sistematik
untuk melakukan evaluasi, menemukan, menelaah/ me-review, dan memanfaatkan hasil-hasil
studi sebagai dasar dari pengambilan keputusan klinik.(Pudjiastuti, 2016)
Dengan demikian, maka salah satu syarat utama untuk memfasilitasi pengambilan
keputusan klinik yang evidence-based adalah dengan menyediakan bukti-bukti ilmiah yang
relevan dengan masalah klinik yang dihadapi, serta diutamakan yang berupa hasil meta-
analisis, review sistematik, dan randomized double blind controlled clinical trial (RCT).
Dengan demikian, EBM dapat diartikan sebagai pemanfaatan bukti ilmiah secara
seksama, ekplisit dan bijaksana dalam pengambilan keputusan untuk tatalaksana
15
pasien.Artinya mengintegrasikan kemampuan klinis individu dengan bukti ilmiah yang
terbaik yang diperoleh dengan penelusuran informasi secara sistematis.
Bukti ilmiah itu tidak dapat menetapkan kesimpulan sendiri, melainkan membantu
menunjang penatalaksanaan pasien. Integrasi penuh dari ketiga komponen ini dalam proses
pengambilan keputusan akan meningkatkan probabilitas untuk mendapatkan hasil pelayanan
yang optimal dan kualitas hidup yang lebih baik. Praktek EBM itu sendiri banyak juga
dicetuskan oleh adanya pertanyaan2 pasien tentang efek pengobatan, kegunaan pemeriksaan
penunjang, prognosis penyakitnya, atau penyebab kelainan yang dideritanya.
1. Bahwa informasi yang selalu diperbarui (update) mengenai diagnosis, prognosis, terapi
dan pencegahan, promotif, rehabilitatif sangat dibutuhkan dalam praktek sehari-hari.
Sebagai contoh, teknologi diagnostik dan terapi selalu disempurnakan dari waktu ke
waktu.
16
4. Dengan meningkatnya jumlah pasien, waktu yang diperlukan untuk pelayanan semakin
banyak. Akibatnya, waktu yang dimanfaatkan untuk meng-update ilmu (misalnya
membaca journal-journal kedokteran) sangat kurang.(Van Mechelen, 2012)
Di sini mengandung arti bahwa bukti-bukti ilmiah tersebut harus berasal dari studi-studi
yang dilakukan dengan metodologi yang sangat terpercaya (khususnya randomized
double blind controlled clinical trial), yang dilakukan secara benar. Studi yang dimaksud
juga harus menggunakan variabel-variabel penelitian yang dapat diukur dan dinilai secara
obyektif (misalnya tekanan darah, kadar Hb, dan kadar kolesterol), di samping
memanfaatkan metode-metode pengukuran yang dapat menghindari resiko “bias” dari
penulis atau peneliti.
2. Clinical expertise.
Untuk menjabarkan EBM diperlukan suatu keterampilan klinik (clinical skills) yang
memadai. Di sini termasuk keterampilan untuk secara cepat mengidentifikasi kondisi
pasien dan menentukan diagnosis secara cepat dan tepat, termasuk mengidentifikasi
faktor-faktor resiko yang menyertai serta memperkirakan kemungkinan manfaat dan
resiko (risk and benefit) dari bentuk intervensi yang akan diberikan. Keterampilan klinik
ini hendaknya juga disertai dengan pengenalan secara baik terhadap nilai-nilai yang
dianut oleh pasien serta harapan- harapan yang tersirat dari pasien.
3. Patient values.
Setiap pasien, dari manapun berasal, dari suku atau agama apapun, tentu mempunyai
nilai-nilai yang unik tentang status kesehatan dan penyakitnya.Pasien juga tentu
mempunyai harapan-harapan atas upaya penanganan dan pengobatan yang
diterimanya.Hal ini harus dipahami benar oleh seorang klinisi atau praktisi medik, agar
setiap upaya pelayanan kesehatan yang dilakukan, selain dapat diterima dan didasarkan
17
pada bukti-bukti ilmiah, juga mempertimbangkan nilai-nilai subyektif yang dimiliki oleh
pasien.
Mengingat bahwa EBM merupakan suatu cara pendekatan ilmiah yang digunakan
untuk pengambilan keputusan terapi, maka dasar-dasar ilmiah dari suatu penelitian juga perlu
diuji kebenarannya untuk mendapatkan hasil penelitian yang selain update, juga dapat
digunakan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan.(Suarsana & Mahayukti, 2013)
Evidence based medicine dapat dipraktekkan pada berbagai situasi, khususnya jika
timbul keraguan dalam hal diagnosis, terapi, dan penatalaksanaan pasien. Adapun langkah-
langkah dalam EBM adalah:(Iii, 2002)
2. Penelusuran informasi ilmiah (evidence) yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi.
18
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Penelitian adalah suatu proses untuk memahami dan memecahkan masalah secara ilmiah,
sistematis, dan logis. Istilah ilmiah diartikan sebagai kebenaran pengetahuan yang didasarkan
pada bukti empiris yang diperoleh dari penyelidikan secara hati hati dan objektif.Penelitian di
bidang kesehatan memfokuskan kegiatan pada masalah yang timbul di bidang
kesehatan/kedokteran dan sistem kesehatan.Kesehatan dapat merupakan kesehatan individu,
(mencakup masalah penyakit, pengobatan, dan rehabilitasi) maupun kesehatan kelompok (public
health) (Notoatmojo, 2012).
Pengertian metode, berasal dari bahasa Yunani yakni methodos yang dimaksud adalah cara
atau menuju suatu jalan. Metode merupakan kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan suatu cara
kerja (sistematis) untuk memahami suatu subjek atau objek penelitian, sebagai upaya untuk
menemukan jawaban yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah dan termasuk
keabsahannya (Rosdy Ruslan,2003:24).
Jadi Metodologi penelitiaan adalah ilmu membahas tentang suatu kegiatan yang dilakukan
untuk memecahkan masalah ataupun sebagai pengembangkan ilmu pengetahuan dengan
menggunakan metode-metode ilmiah.
Evidence based medicine (EBM) adalah proses yang digunakan secara sistematik untuk
melakukan evaluasi, menemukan, menelaah/ me-review, dan memanfaatkan hasil-hasil studi
sebagai dasar dari pengambilan keputusan klinik.
Dengan demikian, maka salah satu syarat utama untuk memfasilitasi pengambilan keputusan
klinik yang evidence-based adalah dengan menyediakan bukti-bukti ilmiah yang relevan dengan
masalah klinik yang dihadapi, serta diutamakan yang berupa hasil meta-analisis, review
sistematik, dan randomized double blind controlled clinical trial (RCT).
19
DAFTAR PUSTAKA
Ilmu, J., Teknologi, D., Surakarta, P. K., Indonesia, U., Kemenkes, P., & Iii, J. (2019). Artikel
history. Nursing Arts, 7(1), 1–15. https://poltekkes-sorong.e-
journal.id/nursingarts/article/view/86
Pudjiastuti, P. (2016). Pengantar Evidence-Based Case Reports. Sari Pediatri, 11(6), 385.
https://doi.org/10.14238/sp11.6.2010.385-6
Setyawati, A., Harun, H., Herliani, K., & Gerrish, M. (2017). Peningkatan Pengetahuan Perawat
dan Bidan Tentang Evidence-Based Practice Melalui Pelatihan Penerapan Evidence-Based
Practice. Jurnal Aplikasi Ipteks Untuk Masyarakat, 6(1), 53–56.
sugiyono. (2014). Memahami Studi Dokumen Dalam Penelitian Kualitatif. Wacana, 13(2), 177–
181.
20
Susilawati, S., Patimah, M., & Imaniar, M. S. (2020). Determinan Lama Penyembuhan Luka
Perineum pada Ibu Nifas Determinants of Perineal Wound Healing Period in Postpartum
Mothers. 7(3), 132–136.
Widayati, C. N., & Sahara, R. (n.d.). Hubungan Frekuensi Makan dan Pola Istirahat dengan
Produksi ASI pada Ibu Nifas ASI ( Air Susu Ibu ) merupakan berbagai zat gizi penting yang
di dan perkembangan bayi . ASI diberikan pada bayi sejak dilahirkan . pertumbuhan dan
perkembangan kebutuhan dan usianya . ASI memiliki zat perlindungan yang dapat
menghindarkan bayi dari secara aktif dan pasif , selain itu pemberian ASI juga
menguntungkan mempercepat pemulihan diri pada dari proses persalinannya . virus ,
Profil Kesehatan Indonesia tahun 2015 mencatat bahwa cakupan ASI dibawah target
seperti Sulawesi target yang ASI esklusif pada bayi seperti usia ibu , status pekerjaan ,
urutan praktik pemberian ASI juga berasal yang mempengaruhi pemberian ekslusif pada
praktiknya juga banyak dipengaruhi oleh aspek seperti sikap yang tidak setuju dengan ASI
ekslusif , motivasi dalam tentang ASI kurang , adanya orang mendukung , dan program
PP-ASI Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya tentang faktor yang
mempengaruhi dalam pemberian ASI yang mendukung maupun yang menghabat dalam
pemberian ASI maka pada penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui hubungan antara
frekuensi makan dan pola istirahat pada ibu terhadap masa Nifas . Penelitian ini
merupakan penelitian analitik yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara frekuensi
makan dan pola istrirahat pada ibu terhadap peningkatan produksi ASI pada masa nifas
yang dilakukan di desa Sambung , menggunakan desain dari total sampling . Analisis data
menggunakan uji Chi Square untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dan
variabel terikat . 99–104.
Van Mechelen, W. (2012). Evidence-based medicine (EBM). Tijdschrift Voor Bedrijfs- En
Verzekeringsgeneeskunde, 20(3), 101. https://doi.org/10.1007/s12498-012-0054-y
21