Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Disusun oleh:

Kelompok 5

PRODI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN

2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji kehadirat Allah SWT, pencipta alam semesta, tidak lupa sholawat dan
salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad saw. karena atas rahmat dan karunia Allah tugas ini
dapat kami selesaikan. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing, Ns. Lia Mulyati,
S.Kep., M.Kep. dan teman–teman semua yang telah berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini.

Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas Interprofesional Education Program Studi S1 Keperawatan
dan untuk memudahkan mahasiswa dalam memahami makalah ini.

Demikianlah makalah ini kami susun. Dengan harapan dapat bermanfaat bagi siapa saja yang
membacanya. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu, semua
krtik dan saran senantiasa kami harapkan untuk kesempurnaan makalah ini agar menjadi lebih baik.

Kuningan, 22 Oktober 2019.

Kelompok 5
DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pasien merupakan seseorang yang perlu mendapatkan perawatan, bukan sekumpulan kondisi
medis yang harus diobati. Menurut institute for patient centered care (2012), pelayanan yang
berpusat pada patient adalah suatu pendekatan dalam perencanaan, pemberian dan evaluasi
pelayanan, kesehatan yang berbasis pada kemitraan yang saling memberikan manfaat antara
penyedia pelayanan,pasien,.para klinisi dan penyedia pelayanan lainnya yang memiliki orientasi
berpusat pada pasien dan keluarga meyakini bahwa keluarga mempunyai peran vital dalam
masalah keperawatan bayi, ana-anak, remaja, dan berbagai usia anggota keluarganya.

The Institute For patient and Family Centered Care (IPFCC) menyatakan bahwa patient
centered care telah menjadi model bisnis untuk medical collage Of Georgia(MCG). System
kesehatan di augsta, Georgia,karena berpengaruh terhadap masing-masing bisnis matric MCG ini
(keuangan,kualitas,keamanan,kepuasan,dan pangsa pasar).

Penyediaan pelayanan menempatkan dukungan emosional, social dan dukungan lainnya,


sebagai bagian utama pelayanan kesehatan serta berpartisipasi aktif dalam meningkatkan
kesehatan individual pasien dan keluarga.prinsip pelayanan yang berpusat pada pasien dan
keluarga menjadi dasar pengembangan kebijakan, program desain,fasilitas,interaksi antar
penyedia pelayanan, staf dan antara penyedia pelayanan dengan pasien. Prinsip ini meningkatkan
outcome klinis dan alokasi sumber daya yang bijak, serta meningkatkan kepuasan pasien dan
keluarganya.

1.2 Tujuan penulisan

1.2.1 Tujuan Umum


Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Interprofesional
Education dan untuk memberikan wawasan kepada mahasiswa/i tentang Patient Centered
Care
1.2.2 Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan tentang patient centered care

1.3 Rumusan Masalah


1. Apa Definisi Patient Centered care, Cesarean Section, Kepuasan Pasien ?
2. Bagimana konsep patient centered care ?
3. Apa saja manfaat centered care ?
4. Bagaimana dimensi kualitas pelayanan ?
5. Apa saja aspek patient centered care ?
6. Apa saja komplikasi patient centered care,Cesarean Section ?
7.
8.
1.4 Metode Penulisan

Metode penulisan makalah ini dengan cara berdiskusi kelompok. Materi didapatkan melalui
buku referensi dan media internet yang sesuai dengan materi terkait.Dari sumber yang kami
dapatkan, kemudian kami analisa didalam kelompok.

1.5 Manfaat Penulisan


1.5.1 Penulis memperoleh suatu gambaran tentang patient centered care
1.5.2 Penulis memperoleh pengetahuan secara luas
1.5. 3 Sebagai bahan evaluasi

.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

1.1 Patient Centered Care


A. Definisi
Patient Centered Care (PCC) adalah inovasi pendekatan dalam perencanaan,
pelayanan, dan evalusasi perawatan kesehatan yang berdasarkan pada kemitraan yang
saling menguntungkan antara penyedia pelayanan kesehatan, pasien, dan keluarga
(Keene,n.d.).
Institution Of Medicine (IOM) (2001) mendefinisikan Patient Centered Care (PCC)
sebagai "perawatan yang ramah dan responsif terhadap pilihan, kebutuhan, dan nilai pasien
secara individual, dan memastikan pasien membuat keputusan klinis" (Institute of Medicine
(U.S.) and Committee on Quality of Health Care in America 2001).
Hal ini hampir serupa dengan pendapat Lauver dkk. (2002) bahwa Patient Centered
Care adalah sejauh mana profesional perawatan memilih dan memberikan intervensi yang
responsif terhadap kebutuhan individual. Sedangkan Suhonen, Välimäki, dan Leino-Kilpi
(2002) mendefinisikan Patient Centered Care sebagai perawatan komprehensif yang
memenuhi kebutuhan fisik, psikologis, dan sosial setiap pasien. Tak satu pun dari definisi ini
mewakili PCC secara keseluruhan (Suhonen, Välimäki, and Leino-Kilpi, n.d.).9
B. Konsep
Belum ada kesepakatan yang jelas mengenai konsep dari PCC. Namun beberapa jurnal
mencoba untuk memberikan pendapatnya mengenai konsep dari PCC. Menurut hasil
penelitian yang dilakukan pada tahun 1993 oleh Picker Institute bekerja sama dengan
Harvard School of Medicine menjelaskan bahwa PCC memiliki 8 dimensi yakni (Keene, n.d.) :

1. Menghormati pilihan dan penilaian pasien


2. Dukungan emosional
3. Kenyamanan fisik
4. Informasi dan edukasi
5. Berkelanjutan dan transisi
6. Koordinasi pelayanan
7. Akses pelayanan
8. Melibatkan keluarga dan teman
Beberapan penelitian lain seperti penelitian yang dilakukan oleh Moreau dan Hudon
menjelaskan bahwa PCC memiliiki enam komponen utama, yakni mengeksplorasi penyakit
dan riwayat penyakit, memahami pasien secara utuh dari perspektif biopsikososial,
menemukan penyebab, meningkatkan hubungan dokter-pasien untuk menciptakan hubungan
terapeutik, bersikap realistis, dan menggabungkan pencegahan dan promosi kesehatan
(Moreau et al. 2012; Hudon et al. 2011). Konsensus tingkat tinggi menyebutkan bahwa
terdapat 9 model dan kerangka kerja untuk mengidentifikasi PCC, 6 elemen inti berikut
paling sering dikenali (Shaller 2007) :
1. Saling berbagi pengetahuan
2. Melibatkan keluarga dan teman
3. Kolaborasi dan manajemen tim
4. Peka terhadap segi perawatan nonmedis dan spiritual
5. Menghormati kebutuhan dan keinginan pasien
6. Memberi kebebasan dan kemudahan memperoleh informasi
C. Manfaat
Dari berbagai jurnal penelitian mengenai PCC yang penulis dapatkan, PCC memiliki
manfaat sebagai berikut (Shaller 2007; Hudon et al. 2011; Ells, Hunt, and Chambers-Evans
2011; Suhonen, Välimäki, and Leino-Kilpi, n.d.; Sidani 2008) :
1. Meningkatkan kepuasan pasien
2. Meningkatkan hasil klinis
3. Mengurangi pelayanan medis yang berlebihan dan tidak bermanfaat
4. Mengurangi kemungkinan malpraktek dan keluhan
5. Meningkatkan kepuasan dokter
6. Meningkatkan waktu konsultasi
7. Meningkatkan keadaan emosional pasien
8. Meningkatkan kepatuhan obat
9. Meningkatkan pemberdayaan pasien
10. Mengurangi tingkat keparahan gejala
11. Mengurangi biaya perawatan kesehatan
D. PCC (patient centered care) Sebagai Sebuah Dimensi Kualitas Pelayanan
Dalam laporannya, Institute of Medicine (IOM) menguraikan 4 level yang menjadi
penentu kualitas pelayanan dan peran PCC pada pasien perawatan (Keene, n.d.) :
1. Level pengalaman mengacu pada pengalaman individu pasien terhadap perawatan
mereka. Dalam hal ini tingkat, perawatan harus diberikan dengan penuh hormat, memberi
informasi yang jujur dan mendorong partisipasi pasien dan keluarga.
2. Level mikro-sistem klinis mengacu pada tingkat layanan, departemen atau program
pelayanan. Pada tingkat ini, pasien dan penasihat keluarga harus berpartisipasi dalam
keseluruhan desain layanan, departemen atau program; misalnya perancangan ulang tim
dan berpartisipasi dalam perencanaan, pelaksanaan, serta mengevaluasi perubahan.
3. Level organisasi mengacu pada organisasi secara keseluruhan. Tingkat organisasi
tumpang tindih dengan tingkat mikro-sistem klinis, dalam hal organisasi terbentuk
berbagai layanan, departemen dan program. Pada tingkat ini, pasien dan keluarga harus
berpartisipasi sebagai anggota penuh dari komite organisasi kunci untuk subyek seperti
keamanan pasien, desain fasilitas, peningkatan kualitas, pendidikan pasien dan keluarga,
etika dan penelitian.
4. Level lingkungan mengacu pada kebijakan sistem kesehatan.

E. Kata lain PCC dalam jurnal (Keene, n.d.)


1. Constumer Centered Care
2. Person Centered Care
3. Personalized Centered Care
4. Family Centered Care
F. Aspek patient centered care
Standar akreditasi RS Versi 2012 mengharuskan menyelenggarakan pelayanan
terintegrasi pada pelayanan pelayanan sebagai berikut:
1. Akses ke pelayanan dan kontinuitas pelayan (APK)
2. Hak Pasien dan keluarga (HPK)
3. Assesmen Pasien (AP)
4. Pelayanan anastesi dan bedah (PAB)

1.2 Cesarean Section


A. Definisi
Cesarean Section adalah melahirkan fetus, plasenta, dan membran melalui insisi pada
dinding abdomen dan uterus setelah 28 minggu kehamilan (Moges, Ademe, and Akessa
2015).
Caesarean section merupakan sebuah intervensi besar dalam obstetri untuk
menyelamatkan nyawa dari seorang wanita dan anak yang dilahirkan dari komplikasi
kehamilan dan persalinan (Begum et al. 2017).
B. Indikasi menurut Association of Scientific Medical Societies in Germany (AWMF) :
1. Indikasi Absolut
a) Disproporsi kepala panggul
b) Korioamnionitis (infeksi pada plasenta)
c) Kelainan panggul ibu
d) Eklampsia dan HELLP syndrom
e) Fetal asfiksia atau asidosis
f) Prolap tali pusar
g) Plasenta previa
h) Letak dan presentasi abnormal
i) Ruptur uterus
2. Indikasi Relatif
a) Cardiotopografi (CTG) patologis
b) Kegagalan dalam proses persalinan
c) Riwayat Cesarean Section
C. Komplikasi (Aubrey-Bassler Et Al. 2007)
1. Hasil primer :
a) Kematian maternal (penyebab apapun, dalam 42 hari setelah persalinan)
b) Perdarahan postpartum (wanita dengan kehilangan darah total 500 mL atau lebih dalam
24 jam setelah kelahiran, dan PPH berat didefinisikan sebagai kehilangan darah 1000
mL atau lebih dalam jangka waktu yang sama) (berdasarkan WHO 2012)
c) Kematian bayi (dalam satu tahun lahir)
2. Hasil sekunder (berdasarkan WHO 2011) :
a) Morbiditas maternal berat, seperti; operasi besar, kegagalan organ vital dan perawatan
intensif (ICU)
b) Morbiditas maternal lainnya, seperti; infeksi luka, hematoma luka, hematoma saluran
genital bawah
c) Kelahiran menggunakan instrumen
d) Morbiditas janin, seperti; pendarahan kepala (misalnya cephalhaematoma, pendarahan
intrakranial)
e) Komplikasi anastesi lainnya, seperti; spinal hematoma dan epidural hematoma
f) Lama rawat inap memanjang

1.3 Kecemasan Pasien


1. Definisi
Pengertian cemas menurut bahasa adalah hati tidak tentram (karena khawatir, takut);
gelisah (KBBI online). Dalam buku Encyclopedia of Psychology: 8 volume set
mendefinisikan kecemasan sebagai emosi yang ditandai dengan perasaan tegang, khawatir
dan dapat disertai perubahan fisik seperti tekanan darah yang meningkat. Orang yang
mengalami kecemasan akan cenderung selalu merasa khawatir dan menghindari situasi
tertentu yang membuatnya khawatir.
Menurut Spielberger (1966), kecemasan adalah tanda datangnya bahaya dan berhubungan
dengan proses somatic, yang membuat individu berusaha menyesuaikan diri terhadap kondisi
di luar lingkungan bila bahaya datang (Apriliyani, 2015).
2. Manifestasi
Menurut American Psychiatric Association (APA), menyatakan bahwa orang dengan
gangguan kecemasan biasanya memiliki gejala fisik, seperti berkeringat, gemetar, pusing
atau detak jantung yang cepat. Diagnostic dan Statistical Manual IV (DSM IV) juga
menyebutkan beberapa gejala cemas seperti gelisah, mudah lelah, sulit konsentrasi, mudah
marah, otot tegang, dan gangguan tidur. Selain gejala yang telah disebutkan diatas, menurut
ICD-10, gejala yang dapat muncul adalah :
a) Gejala Otonom, seperti jantung berdebar atau cepat, berkeringat, gemetar dan mulut
kering (bukan yang disebabkan oleh obat atau dehidrasi).
b) Gejala pada dada dan perut, seperti kesulitan bernafas, perasaan tersedak, nyeri dada atau
ketidaknyamanan, mual.
c) Gejala mengenai otak dan pikiran, seperti merasa pusing, goyah, pingsan atau pusing,
perasaan bahwa obyek tidak nyata (derealisasi) atau merasa dirinya tidak benar-benar
berada di tempat atau situasi tersebut (depersonalisasi), takut kehilangan kontrol, menjadi
gila atau pingsan bahkan takut mati.
d) Gejala umum, berupa muka memerah dan sensasi kebas atau kesemutan.
e) Gejala ketegangan, dapat berupa ketegangan otot bahkan nyeri, gelisah, tegang dan
kesulitan menelan.
f) Gejala non-spesifik lainnya, seperti mudah terkejut, sulit konsentrasi, melamun, mudah
marah, dan sulit tidur.
3. Proses
Terdapat 5 komponen dalam kecemasan proses terjadinya kecemasan menurut
Spielberger (1972) :
a) Evaluative situation, terpapar sesuatu situasi yang dianggap mengancam sebagai suatu
indikasi bahaya (stressor).
b) Perception of situation, situasi tersebut mempengaruhi persepsi, dinilai berdasarkan oleh
sikap, kemampuan, dan pengalaman.
c) Anxiety state reaction, persepsi tersebut akan menimbulkan reaksi kecemasan sesaat dan
memicu reaksi fisiologis, berupa tekanan darah, dan denyut jantung meningkat.\
d) Cognitive reappraisal, selanjutnya akan dilakukan penilaian kembali dan mulai mencari
solusi dengan meningkatkan sistem pertahanan diri sehingga meningkatkan aktivitas
motorik.
e) Coping, mencoba mengatasi masalah.
4. Jenis Gangguan Kecemasan
Terdapat beberapa jenis gangguan kecemasan yang dapat diidentifikasi menurut
Diagnostic and Statistical Manual–IV (DSM-IV) (Barton et al. 2014) :
a) General Anxiety Disorder (GAD), kecemasan yang timbul terhadap suatu masalah dalam
kehidupan, seperti ekonomi atau kesehatan yang disertai keyakinan bahwa sesuatu yang
buruk akan terjadi. Gejala yang muncul umumnya berupa gelisah, sulit konsentrasi, dan
gangguan tidur dan dialami dalam jangka waktu lama (lebih dari 6 bulan).
b) Obsesif-Conpulsive Disorder (OCD), ditandai perasaan dan pikiran yang terus-menerus,
tak terkendali (obsesi) terhadap rutinitas atau ritual (kompulsi). Contohnya mencuci
tangan berulang kali karena khawatir berlebihan terhadap kuman dan memeriksa
pekerjaan berulang kali karena khawatir telah salah dalam mengerjakan.
c) Panic Disorder, kecemasan yang ditandai dengan gejala seperti berkeringat, gemetar,
sesak napas atau perasaan tercekik, jantung berdebar, dan perasaan takut. Serangan dapat
terjadi secara tiba-tiba sehingga membatasi diri dalam beraktivitas.
d) Posttraumatic Stress Disorder (PTSD), kecemasan yang dipicu oleh adanya pengalaman
kejadian yang luar biasa baik secara fisik maupun mental, seperti bencana alam atau
kejahatan, yang menyebabkan kilas balik dari kejadian tersebut, biasanya disertai dengan
kilas balik kejadian trauma.
e) Social Phobia, kecemasan terhadap lingkungan sosial karena merasa malu atau takut
diadili.
f) Specific phobia, kecemasan pada sesuatu hal yang spesifik yang pada hakikatnya tidak
mengancam, seperti takut pada balon, buah-buahan atau serangga.
g) Adjustment disorder with anxious features, masalah adaptasi yang disertai kecemasan.
h) Acute stress disorder, kecemasan yang timbul akibat tekanan dari suatu situasi, biasanya
kecemasan akan berkurang bila situasi tersebut telah dilalui.
i) Substance-induced anxiety disorder, kecemasan yang timbul akibat efek samping suatu
zat yang masuk dalam tubuh.
j) Anxiety due to a general medical condition, kecemasan yang disebabkan akibat gangguan
medis suatu penyakit.
5. Etiologi
Belum diketahui penyebab pasti dari kecemasan. Beberapa faktor dapat berkontribusi
dalam perkembangan suatu gangguan kecemasan, misalnya seperti faktor genetik,
lingkungan dan psiokologis (Barton et al. 2014).
6. Patofisiologi
Saat merasakan adanya ancaman, otak akan merespon dengan mengirimkan perintah
pada kelenjar adrenal untuk melepaskan hormon katekolamin adrenalin (epinefrin) dan
peningkatan kortisol. Adrenalin memicu respons fisik terhadap stres, termasuk peningkatan
denyut jantung dan laju pernapasan, sedangkan peningkatan kortisol yang tinggi dan tidak
terkendali dapat menyebabkan pemecahan protein yang pada akhirnya menurunkan
kemampuan dalam penyembuhan luka, meningkatkan resiko infeksi, perubahan respon imun,
dan ketidaksembangan cairan dan elektrolit (Barton et al. 2014).
7. Faktor Resiko
a) Perempuan
b) Pengalaman traumatis di masa kecil atau dewasa
c) Penyakit fisik ( masalah tiroid dan kondisi medis kronis)
d) Stres dalam periode waktu yang lama ( memiliki masalah keuangan)
e) Faktor genetik
f) Penyalahgunaan obat dan alkohol
8. Instrumen Menilai Kecemasan
Bila ditemui gejala yang mengarah kepada gangguan cemas, maka dapat dilakukan
tes awal menggunakan kuesioner yang telah divalidasi, seperti Beck Anxiety Inventory,
Spielberger State–Trait Anxiety Inventory, Generalised Anxiety Disorder 7 (GAD-7)
assesment dan Hospital Anxiety and Depression Scale (Barton et al. 2014).
1.4 Kepuasan Pasien
1. Definisi
Tidak ada kesepakatan dari beberapa literatur mengenai konsep kepuasan pasien
dalam layanan kesehatan (Al-Abri and Al-Balushi 2014). Menurut Jenkinson C dkk. (2002)
dan Ahmed et Al. (2011) kepuasan pasien sebagian besar muncul mewakili sikap terhadap
perawatan atau aspek perawatan (Ahmad et al. 2012). Sedangkan peneliti lainnya
mendefinisikan kepuasan pasien sebagai selisih antara harapan pasien terhadap layanan ideal
dengan kenyataan yang dialami (Ahmad et al. 2012).
2. Atribut
Beberapa atribut yang terdapat dalam kepuasan pasien (Ahmad et al. 2012) :
a) Atribut dalam proses pengobatan ; privasi, waktu tunggu, waktu konsultasi, layanan
rujukan, obat dan diagnosis.
b) Atribut dalam lingkungan ; nyaman, bersih, fasilitas dan layanan, bangunan, lokasi
terjangkau.
c) Atribut dalam manajemen ; disiplin, biaya pengobatan, ketersediaan dokter, durasi
layanan, dan jarak lokasi.
d) Atribut dalam riwayat rawat inap; informasi penyakit dan kesadaran tentang hak pasien.
3. Penelitian Terkait Kepuasan Pasien
Penelitian menunjukkan bahwa memfokuskan perawatan pada pilihan dan kebutuhan
pasien berpotensi meningkatkan kepuasan pasien dan hasil klinis. Perawatan berpusat pada
pasien juga telah terbukti mengurangi kekurangan dan kekurangan terlalu sering
menggunakan layanan medis (Shaller 2007).
4. Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai Patient Centered Care terhadap pasien pasca operasi Cesarean
Section masih sangat terbatas terutama di Indonesia. Dibawah ini adalah beberapa penelitian
yang dilakukan sebelumnya namun dengan metode yang berbeda :

a) Wolf Debra M.,dkk (2008) dengan judul “Effect of Patient-Centered Care on Patient
Satisfaction and Quality of Care”.
Penelitian ini merupakan penelitian randomized study dengan posttest design.
Penelitian ini dilakukan dengan menilai pengaruh Patient Centered Care (PCC) terhadap
kepuasan pasien, persepsi asuhan keperawatan dan kualitas asuhan keperawatan. Ketiga
variabel tersebut dinilai masing-masing menggunakan The Baker and Taylor
Measurement Scale (BTMS) untuk menilai kepuasan pasien, adanya infeksi yang
dibuktikan dengan laboratorium, kejadian jatuh selama perawatan dan lama perawatan
lebih dari tiga hari yang diperoleh dari data sekunder rekam medis sebagai alat ukur
penilaian kualitas asuhan keperawatan, terakhir The Schmidt Perception of Nursing Care
Survey (SPNCS) sebagai alat ukur penilaian persepsi akan asuhan perawatan. Dari ketiga
hal yang dinilai tersebut diperoleh hasil bahwa PCC berpengaruh terhadap dua dari tiga
hal yang dinilai yakni kepuasan pasien (P = 0,04) dan kualitas asuhan keperawatan (P =
0,03).
b) Aprin Rusmawati (2016) melakukan penelitian dengan judul “Upaya Meningkatkan
Kemampuan Perawat Dalam Menerapkan Patient Centered Care (PCC) di Rumah Sakit”.
Metode penelitian ini menggunakan Quasy – experimental design dengan bentuk two
group pretest – posttest design. Sampel penelitian yang digunakan sebagai kelompok
intervensi adalah pasien rawat inap RSUD dr Harjono Ponorogo dan kelompok kontrol
adalah pasien rawat inap RSUD dr. Iskak Tulungagung. Pelatihan penerapa PCC
diberikan kepada seluruh perawat rawat inap RSUD dr. Harjono Ponorogo. Hasil
penelitian yang diperoleh dalam penelitian ini adalah terjadi peningkatan bermakna secara
statistik pada persepsi pasien terhadap penerapan PCC sesudah mendapatkan pelatihan
PCC walaupun ditinjau dari penerapan secara klinis yang dinilai dari persepsi pasien,
pelatihan ini tidak menunjukkan hasil yang memuaskan.
c) Pagela Pascarella Renta dan Elsye Maria Rosa (2016) dengan judul “Evaluasi Pelaksanaan
Patient Centered Care di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit I”.
Pada penelitian ini menggunakan jenis penelitian mix method. Subjek penelitian yang
digunakan adalah rekam medis, dokter, perawat, ahli gizi, fisioterapis, apoteker dan
pasien. Data diambil dengan cara analisa dokumen dan wawancara. Kesimpulan yang
diperoleh dari penelitian tersebut adalah kelengkapan dokumen rekam medis di RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta sesuai dengan standar akreditasi RS tahun 2012 yaitu sebesar
79,16% (lengkap). Catatan perkembangan pasien terintegrasi merupakan implementasi
dari PCC sudah berjalan namun terkendala oleh keterbatasan waktu, kurangnya tenaga
medis di bagian tertentu, kurang maksimalnya pengorganisasian rekam medis dan
pembinaan serta pengawasan dari pihak manajemen Rumah Sakit Muhammadiyah
Yogyakarta.
d) Philip Hepp et al., (2016) dengan judul “Meaisuring The Course of anxiety in women
giving birth by cesarean section: a prospective study”.
Metode dalam penelitian ini adalah studi monosentris prospektif yakni 47 wanita
dengan indikasi operasi caesar akan dinilai tingkat kecemasannya. Evaluasi menggunakan
State-Trait Anxiety Inventory (STAI-trait and STAI-state), Visual Analog Scale Anxiety
(VASA), serta kortisol air liur pada tiga titik waktu pada hari operasi caesar (saat masuk,
pada penutupan kulit dan 2 jam pasca operasi). Diperoleh tingkat kecemasan puncak untuk
State-STAI dan VASA tertinggi pada saat masuk dan menunjukkan penurunan signifikan
saat penutupan kulit (p <0,001). Ukuran subjektif berkorelasi secara signifikan pada
semua titik waktu (p-values <.001). Untuk tingkat kortisol tingkat puncak kecemasan
ditunjukkan pada penutupan kulit dan penurunan yang signifikan dari penutupan kulit ke 2
jam pasca operasi (p-values <.001).
5. Kerangka Teori
PROSES OUTCOME OUTPUT
PCC : a. Kepuasan pasien ↑ Peningkatan Kualitas
 Menghormati b. Hasil klinis ↑ Pelayanan
pilihan dan c. Kecemasan pasien ↓
penilaian pasien d. Pelayanan medis
 Dukungan yang berlebihan dan
emosional tidak bermanfaat ↓
 Kenyamanan e. Malpraktek dan
fisik keluhan ↓
 Informasi dan f. Kepuasan dokter ↑
edukasi g. Waktu konsultasi ↑
 Berkelanjutan h. Keadaan emosional
dan transisi pasien ↑
 Koordinasi i. Kepatuhan obat ↑
pelayanan j. Pemberdayaan
 Akses pelayanan pasien ↑ k.Tingkat
keparahan gejala ↓
 Melibatkan
k. Biaya perawatan ↓
keluarga dan
teman Konsep
6. Kerangka

State Anxiety Trait Anxiety


Inventory Inventory

Kecemasan
Pasien

Pasien pasca Patient


Cesarean Centered Care
Section
Kepuasan
Pasien
 Lama
bekerja
 Kebijakan
RS  Reliability
 BPJS/umu  Responsive
 Kebudayaan  Assurance
 Beban kerja  Emphaty
 Tangibles
7. Hipotesis
a) H1 : Terdapat perbedaan tingkat kecemasan pada pasien pasca operasi Cesarean Section
antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi (PCC).
b) H2 : Terdapat perbedaan tingkat kepuasan pada pasien pasca operasi Cesarean Section
antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi (PCC).

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Patient Centered Care (PCC) adalah inovasi pendekatan dalam perencanaan, pelayanan, dan
evalusasi perawatan kesehatan yang berdasarkan pada kemitraan yang saling
menguntungkan antara penyedia pelayanan kesehatan, pasien, dan keluarga.

3.2 Saran
1. Rumah sakit sebagai fasilitas pelayanan kesehatan harus menerapkan patient centered
care . Pada prinsipnya pola hubungan pantient centered care merupakan model
perawatan kesehatan yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan pasien, sehingga
setiap transaksi terapeutik yang dilakukan tidak terjadi penyimpangan penyimpangan
yang tidak sesuai dengan standar profesi maupun standar operasional.
2. Para tenaga medis dalam melayani pasien, sudah saatnya membangun komunikasi
secara interaktif collegial dengan tetap menjunjung tinggi etika kedokteran.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai