Anda di halaman 1dari 38

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Tata Kelola Keperawatan Kritis

Dosen : Dr. F. Sri Susilaningsih, MN

Di Susun Oleh : Eldessa Vava Rilla 22012011052 Maria Fujdi Hastuti 22012010504 Remita 22012010505

PROGRAM PASCA SARJANA FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmatNya, kelompok dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Tata Kelola Keperawatan dengan judul Patient Centered Care tepat pada waktunya. Makalah ini dapat diselesaikan tentunya tidak terlepas dari dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, melalui kesempatan ini menyampaikan terima kasih kepada : 1. Ibu Dr. F. Sri Susilaningsih, MN selaku pembimbing dan sekaligus pemberi materi dalam mata kuliah Tata Kelola 2. Semua anggota kelompok, terima kasih atas kekompakkan dan kerjasamanya 3. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini yang tidak bisa penulis sebutkan namanya satu-persatu. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan makalah ini sangat kami harapkan. Akhirnya, semoga makalah ini dapat berguna bagi semua pihak. Terima kasih.

Bandung, Maret 2013

Kelompok

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................................3 KATA PENGANTAR ..............................................................................................................2 BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................................4 BAB II TINJAUAN TEORITIS .............................................................................................5 BAB III PEMECAHAN MASALAH ...................................................................................26 BAB IV PENUTUP ...............................................................................................................46 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................47

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Organisasi pemberian perawatan kesehatan pada kebutuhan pasien mungkin tampak seperti sederhana dengan pendekatan yang belum jelas. Dalam sebuah sistem kompleks seperti perawatan kesehatan, namun masih sederhana. Bahkan, tiga puluh tahun yang lalu ketika gagasan perawatan berpusat pada pasien pertama muncul kembali sebagai perawatan holistik yang merupakan dari akar perawatan kesehatan, semua itu menimbulkan pro dan kontra dari berbagai pihak tenaga kesehatan dengan alasan yang dangkal dan tidak realistis. Mendefinisikan karakteristik bermitra dengan pasien dan keluarga, dari keterlibatan bahkan mendorong mereka, dan personalisasi perawatan untuk melestarikan rutinitas normal pasien sebanyak mungkin, secara luas dilihat sebagai ancaman terhadap konvensi perawatan kesehatan di mana penyedia adalah ahli, keluarga pengunjung, dan pasien adalah semua bagian yang akan diperbaiki. Memang, selama beberapa dekade, penyediaan konsumen terfokus informasi kesehatan, peluang untuk keterlibatan orang-orang tercinta dalam perawatan pasien, penyembuhan lingkungan fisik, makanan, spiritualitas, dan sebagainya sebagian besar telah banyak dikesampingkan bila dibandingkan dengan tuntutan penting dan jauh lebih mendesak dari kualitas dan keselamatan pasien. Seiring perubahan waktu perubahan konsep tentang cara perawatan pasien pun berubah perawatan kesehatan di seluruh Amerika Utara dan luar negeri semua menerapkan pendekatan berpusat pada pasien sebagai bentuk dari care giver. Lembaga Kedokteran tahun 2001 melaporkan keterpusatan perawatan pada pasien sebagai pondasi penting untuk kualitas dan keselamatan pasien.

BAB II TINJAUAN TEORITIS

1. Definisi Patient Centered Care IOM mendefinisikan pasien center care : Perawatan kesehatan yang membentuk kemitraan antara praktisi, pasien, dan keluarga pasien (bila diperlukan) untuk

memastikan bahwa keinginan pasien menghormati keputusan kebutuhan, dan preferensi dan bahwa pasien memiliki pendidikan dan dukungan yang mereka butuhkan untuk membuat keputusan dan berpartisipasi dalam perawatan mereka sendiri (2007) Dalam istilah luas, Patient Centered Care adalah perawatan yang

diselenggarakan di sekitar pasien. Ini adalah model di mana penyedia bermitra dengan pasien dan keluarga untuk mengidentifikasi dan memenuhi berbagai kebutuhan pasien dan preferensi. Tidak boleh diabaikan dalam mendefinisikan Patient Centered Care adalah fokus bersamaan pada staf. Agar berhasil, pendekatan berpusat pada pasien juga harus mengatasi pengalaman staf, sebagai kemampuan staf dan kecenderungan untuk secara efektif merawat pasien yang tidak diragukan lagi dikompromikan jika mereka tidak merasa peduli untuk diri mereka sendiri. Definisi OMA dari Patient Centered Care adalah sebagai berikut: "Sebuah

sistem Patient Centered Care adalah salah satu di mana pasien dapat bergerak bebas di sepanjang jalur perawatan tanpa memperhatikan mana dokter, lain penyedia layanan kesehatan, institusi atau komunitas sumber daya yang mereka butuhkan pada saat itu saat dalam waktu. Sistem ini merupakan salah satu yang mempertimbangkan kebutuhan individu pasien dan memperlakukan mereka dengan hormat dan bermartabat. " Patient Centered Care didefinisikan oleh lembaga kedokteran sebagai perawatan yang "menghormati dan responsif terhadap preferensi individu pasien , kebutuhan pasien , dan nilai-nilai, dan memastikan bahwa nilai-nilai pasienmembimbing semua pengambil keputusan klinis (Komite pada kualitas pelayanan kesehatan di Amerika, Institut

kedokteran, 2001.p.6) Dalam istilah luas, perawatan pasien berpusat adalah perawatan yang diselenggarakan di sekitar pasien. Ini adalah model yang bermitra dengan penyedia pasien dan keluarga untuk mengidentifikasi dan memenuhi berbagai kebutuhan pasien. Tidak boleh diabaikan dalam mendefinisikan perawatan pasien berpusat ini bersamaan dengan fokus pada staf. Agar berhasil, pendekatan berpusat pada pasien juga harus memperhatikan pengalaman dan kemampuan dari tenaga kesehatan. Walaupun pasien mungkin tidak selalu dapat secara akurat menilai kualitas klinis perawatan mereka, atau apakah proses keselamatan benar diperhatikan, keselamatan dan kualitas sangat penting untuk pendekatan berpusat pada pasien. Perawatan pasien berpusat tidak menggantikan obat hanya melengkapi keunggulan klinis dan memberikan kontribusi untuk itu diperlukan kemitraan yang efektif dan komunikasi. Dalam rangka untuk mengidentifikasi persamaan dan perbedaan di seluruh definisi yang berbeda-beda dan deskripsi dari perawatan berpusat pada pasien, Carol

Cronin, seorang konsultan independen Nasional Dewan Kesehatan pada tahun 2004, ada sembilan model perawatan berpusat pada pasien (Termasuk tiga yang akan dijelaskan di bawah). Berikut 6 elemen muncul dalam tiga atau lebih dari definisi atau deskripsi: Pendidikan dan pengetahuan bersama Keterlibatan keluarga dan teman-teman Kolaborasi dan tim manajemen Sensitivitas terhadap dimensi spiritual dan nonmedis Menghormati kebutuhan pasien dan preferensi Gratis aliran dan aksesibilitas informasi

2. Model Patient Centered Care Sebuah perawatan kesehatan berpusat pada pasien merupakan sistem yang dapat dicapai dengan kemitraan dalam berbagai cara. Beberapa model dan kerangka telah dikembangkan untuk menggambarkan perawatan pasien berpusat, dengan banyak tumpang tindih elemen. 3 model yang paling berpengaruh yang membentuk dasar pendekatan untuk perawatan pasien berpusat saat ini: A. Picker / Commonwealth dimensi B. Family Centered fokus pada Perawatan kolaboratif kemitraan C. Model Planetree.

A. Picker / Commonwealth Dimensi Istilah "perawatan pasien berpusat" pada awalnya diciptakan oleh Commonwealth Picker yaitu Program untuk Patient Centered Care, yang kemudian menjadi The Picker Institute. Program yang dilakukan pada kelompok fokus dan wawancara telepon dengan pasien dan keluarga untuk menciptakan instrumen survei yang

mengukur pengalaman perawatan pasien di delapan dimensi berikut: 1) Menghormati pasien berpusat pada nilai, preferensi, dan kebutuhan yang diungkapkan, termasuk masalah kehidupan, keterlibatan dalam pengambilan keputusan, martabat, dan perhatian terhadap kebutuhan pasien dan otonomi.

2) Koordinasi dan integrasi perawatan di klinik dukungan, pendukung, dan jasa dan dalam konteks menerima "garis depan" perawatan. 3) Informasi, komunikasi, dan pendidikan tentang status klinis, kemajuan, prognosis, dan proses perawatan untuk memfasilitasi otonomi, perawatan diri, dan promosi kesehatan. 4) Kenyamanan fisik, termasuk manajemen nyeri, membantu kegiatan pasien dan lingkungan yang bersih dan nyaman. 5) Emosional dukungan dan mengurangi ketakutan dan kecemasan tentang isu-isu seperti status klinis, prognosis, dan dampak penyakit pada pasien, keluarga dan masalah keuangan. 6) Keterlibatan keluarga dan teman-teman dalam pengambilan keputusan 7) Transisi dan kontinuitas sebagai informasi hal yang akan membantu perawatan pasien dari pengaturan klinis, dan koordinasi, perencanaan, dan dukungan untuk memudahkan transisi. 8) Akses perawatan, dengan memperhatikan waktu yang dihabiskan menunggu untuk masuk atau waktu antara penerimaan dan penempatan di sebuah kamar dalam pengaturan rawat inap, dan menunggu waktu untuk janji atau kunjungan dalam rawat jalan.

B. Family Centered Model Perawatan The Institute for Family Centered Care didirikan pada tahun 1992 untuk memastikan bahwa prinsip-prinsip pasien dan keluarga berpusat perawatan tercermin dalam

semua sistem menyediakan perawatan dan dukungan kepada individu dan keluarga, termasuk kesehatan, pendidikan, kesehatan mental, dan pelayanan sosial. Perawatan berpusat pada pasien dan keluarga perawatan adalah sebuah pendekatan inovatif untuk perencanaan, pengiriman, dan evaluasi pelayanan kesehatan yang didasarkan pada saling menguntungkan, kemitraan antara pasien, keluarga, dan pemberi pelayanan kesehatan. Inti konsep perawatan berpusat pada pasien dan keluarga meliputi: 1) Martabat dan Rasa Hormat.

Praktisi perawatan kesehatan mendengarkan semua keluhan pasien dan keluarga, memperhatikan pengetahuan pasien dan keluarga tentang masalah kesehatan yang sedang diderita, nilai-nilai, keyakinan, dan latar belakang budaya yang dimasukkan ke dalam perencanaan dan pengiriman perawatan. 2) Informasi/sharing Praktisi perawatan kesehatan berkomunikasi dan berbagi secara lengkap dan tidak meragukan dalam memberikan informasi atau berkomunikasi dengan pasien dan keluarga dengan cara memberikan informasi yang tepat dan akurat. Pasien dan keluarga menerima informasi yang tepat waktu, lengkap, dan akurat agar dapat berpartisipasi secara efektif dalam perawatan dan pengambilan keputusan. 3) Partisipasi Pasien dan keluarga didorong dan didukung untuk berpartisipasi perawatan dan pengambilan keputusan pada tingkat yang mereka pilih. 4) Kolaborasi Pasien dan keluarga juga disertakan secara aktif. Perawatan berkolaborasi dengan pasien dan keluarga dalam kebijakan dan program pengembangan, implementasi, dan evaluasi, dalam desain fasilitas perawatan kesehatan, dalam pendidikan profesional, dan dalam penyampaian informasi perawatan. dalam

C. The Planetree Model Planetree, didirikan pada tahun 1978, adalah untuk melayani sebagai katalis dalam pengembangan dan pelaksanaan model baru perawatan kesehatan yang

dibudidayakan untuk penyembuhan pikiran, tubuh, dan semangat, yang berpusat pada pasien, berbasis nilai, dan holistik. Model Planetree yang berpusat pada peawatan pasien model perawatan adalah:

1) Secara eksplisit mengakui pentingnya interaksi manusia dalam hal personalisasi perawatan, kebaikan, dan menjadi "hadir" dengan pasien. 2) Menginformasikan dan memberdayakan populasi pasien beragam melalui perpustakaan pasien dan pendidikan pasien. 3) Mengintegrasikan kemitraan kesehatan dengan keluarga dan teman-teman di semua aspek perawatan. 4) Memperhatikan aspek memelihara pangan dan gizi. 5) Memasukkan spiritualitas dan sumber daya batin untuk penyembuhan dalam perawatan pasien. 6) Memasukkan pijat dan sentuhan manusia. 7) Menggabungkan seni (musik, bentuk seni visual) ke dalam proses penyembuhan. 8) Mengintegrasikan praktik komplementer dan alternatif dalam perawatan konvensional. 9) Menciptakan lingkungan penyembuhan melalui arsitektur dan desain.

Planetree yang mempunyai konsep : 1) Pasien memiliki hak untuk membuka dan komunikasi yang jujur dalam kepedulian dan kehangatan lingkunganya 2) Para pasien, keluarga mereka, dan staf profesional mempunyai peran yang unik dan vital dalam tim 3) Pasien adalah bukan unit yang di isolasikan namun anggota dari keluarga, komunitas dan sebuah budaya 4) Pasien adalah seorang individu dengan hak, tanggung jawab, dan

pilihan tentang gaya hidup dan kesehatan. 5) Sebuah lingkungan yang mendukung, ramah, dan peduli adalah komponen penting yang memberikan kesehatan berkualitas tinggi. 6) Lingkungan fisik sangat penting untuk proses penyembuhan dan

harus dirancang untuk mempromosikan penyembuhan dan pembelajaran, serta Pasien dan keluarga berpartisipasi dalam perawatan (Gaeta et al., 2000).

Salah satu aplikasi dari konsep ini adalah adanya sebuah Health Resource Library di ruang rawat inap dimana keluarga pasien diberikan space untuk melakukan diskusi dengan profesional staff dan pasien itu sendiri

Sebuah studi di Bishop Clarkson Hospital di Omaha, Nebraska, studi dilakukan oleh perusahaan konsultan Booz Allen Hamilton bertujuan untuk membantu mendeskrissikan bahwa infrastruktur rumah sakit memberikan kontribusi terhadap penundaan jangka waktu pelayanan kepada pasien. penelitian ini meneliti alur kerja dari apotek, radiologi, supply makan , respiratory , dokumentasi, pasien pesanan, penerimaan, catatan medis, laboratorium, dan operasi. Sebagai hasil dari temuan, dengan

mengefisiensikan proses, menerapkan teknologi tepat dan merenovasi unit rawat inap dengan membuat konsep desentralisasikan perawatan ke samping tempat tidur pasien. Model ini menghasilkan ikatan yang kuat antara pasien dan perawat. Perawat memberikan pelayanan yang lebih berfocus, meningkatkan kinerja pelayanan, meningkatkan kepuasan pasien, mengurangi biaya operasional dan meningkatkan produktifitas dokter (Lee, 1993; Teschke, 1991). Harale, 2010 merekomendasikan hal yang sama yaitu dengan membuat desentralisasi nurse station untuk mengurangi jarak para perawat berjalan. Chesario,dkk 2010 menggunakan alat bantu software analisis efisiensi yang sering digunakan untuk menghitung efisiensi sebuah layout workspace di perusahaan untuk membantu membuat analisis efisiensi layout rumah sakit. Dengan menggunakan alat bantu ini maka dapat diketahui posisi posisi paling efisien dengan membandingkan jarak dengan jumlah pergerakan perawat dan dokter. Di peroleh hasil apabila tata letaknya di perbaharui mengikuti hasil analisis ini maka efisiensi pergerakan perawatnya akan berkurang hingga 72,56% namun untuk rumah sakit ada bagian bagian yang letaknya harus tetap misalnya UGD harus ada di bagian depan, maka dengan menggabungkan sistem analisis ini dengan standar peraturan RS 2007 efisiensinya akan berkurang menjadi 69,33%

10

3. Faktor Yang Berkontribusi Kepada Patient Centered Care Bagian sebelumnya telah didefinisikan apa yang berpusat pada perawatan pasien Ini Bagian ini merangkum tujuh faktor utama yang telah diidentifikasi melalui wawancara dan tinjauan literatur yang berkontribusi terhadap perawatan berpusat pada pasien. Faktor tersebut adalah: (1) Kepemimpinan, (2) Visi strategis dengan jelas dan terus-menerus dikomunikasikan kepada setiap anggota organisasi, (3) Keterlibatan pasien dan keluarga di beberapa tingkat, (4) Perawatan oleh perawat melalui lingkungan kerja yang mendukung, (5) Sistematik pengukuran dan umpan balik, (6) Kualitas lingkungan binaan atau fisik, dan (7) Teknologi yang mendukung 1) Kepemimpinan Faktor penting yang berpusat pada perawatan pasien, baik di rumah sakit atau di pengaturan perawatan rawat jalan, adalah komitmen dan keterlibatan kepemimpinan senior ditingkat CEO dan dewan direksi. Transformasi organisasi yang dibutuhkan untuk benar-benar mencapai pengiriman berkelanjutan dari perawatan berpusat pada pasien tidak akan terjadi tanpa dukungan dan partisipasi dari pimpinan. Dalam katakata seorang pengamat, "Tidak ada kesempatan untuk berhasil tanpa itu, dan mungkin bahkan tidak dengan itu" . Pentingnya kepemimpinan telah didokumentasikan dalam literatur pada organisasi development.Mencatat organisasi teori Edgar Schein mengidentifikasi hubungan erat antara kepemimpinan dan budaya dalam suatu organisasi, menunjukkan bahwa: Budaya organisasi yang diciptakan oleh para pemimpin, dan salah satu yang paling menentukan fungsi kepemimpinan mungkin menjadi penciptaan, manajemen Budaya dan kepemimpinan Jack Silversin dan rekannya, Mary Jane Kornacki, yang diakui secara nasional merupakan dokter ahli budaya, telah menerapkan konsep-konsep khusus

11

untuk organisasi perawatan kesehatan melalui model perubahan organisasi yang berfokus pada unsur pimpinan, berbagi visi, budaya, dan konsep eksplisit "kompak" antara manajemen dan medis dan pengawasan staff. Menurut Gary Kaplan, MD, CEO of Virginia Mason Medical Center di Seattle, Washington, pemimpin harus menjadi "manajer perubahan" bahwa tradisional implisit antara dokter dan organisasi dari satu didasarkan pada "hak, perlindungan, dan otonomi" satu focus sepenuhnya pada "menempatkan pasien pertama." Dalam kasus Virginia Mason, Dr Kaplan menerapkan Silversin ini dalm kerangka kerja untuk membuat kompak kepemimpinan dan dokter, kekompakan yang jelas menggambarkan tanggung jawab bersama dan harapan mengenai patient centered care 2) Visi Strategis Kepemimpinan yang berkomitmen, dalam organisasi perlu mengembangkan visi dan rencana strategis yang jelas untuk bagaimana perawatan berpusat pada pasien akan masuk ke dalam prioritas dan proses secara operasional sehari-hari. Pentingnya pernyataan visi dan misi dengan jelas, unsur-unsur sederhana yang dapat dengan mudah diulang dan tertanam dalam kegiatan rutin bahwa semua anggota staf melaksanakan tugasnya dengan baik. Menerjemahkan visi ke dalam cara orang berperilaku. Semua organisasi yang sukses melakukan hal ini.

3) Keterlibatan Pasien dan Keluarga Dalam perawatan berpusat pada pasien, jika pasien harus benar-benar terlibat, maka harus melibatkan keluarga mereka. Ini secara luas dipahami sebagai teman dekat dan orang lain yang signifikan, bukan hanya kerabat keluarga, yang dapat memberikan dukungan penting dan informasi selama proses perawatan. Menurut Bev Johnson, presiden Institute for Pasien-dan Family Care-Centered, pasien dan keluarga harus terlibat dalam perawatan di beberapa tingkatan, sesuai dengan rekomendasi IOM dalam laporan jurang Kualitas Crossing. Tingkat pertama adalah titik pemberian perawatan, di mana pasien dan keluarga dapat memberikan kontribusi pada proses pengumpulan informasi tentang persepsi perawatan dan membantu dalam menganalisis dan menanggapi strategi pengobatan . Tingkat kedua adalah Microsystem klinis, di mana pasien dan penasihat keluarga harus berpartisipasi sebagai anggota penuh dari peningkatan kualitas dan tim desain ulang, berpartisipasi dari awal dalam perencanaan, pelaksanaan, dan mengevaluasi perubahan. Tingkat ketiga adalah kepemimpinan organisasi, di mana perspektif dan suara pasien dan keluarga sangat penting untuk peningkatan kualitas, perencanaan, dan kebijakan dan program pembangunan. Pasien dan keluarga harus berpartisipasi dalam komite kunci berurusan dengan isu-isu seperti keselamatan pasien, desain fasilitas, peningkatan kualitas, pasien / pendidikan keluarga, etika, dan penelitian. Salah satu contoh dari pasien dan keluarga Keterlibatan pada tingkat ini adalah pasien dan keluarga dewan penasehat. Seperti dewan menciptakan kesempatan bagi pasien dan keluarga yang mewakili konstituen yang dilayani oleh organisasi untuk menjadi anggota sebuah

12

kelompok permanen yang bertemu secara teratur dengan senior leaders. Sementara mereka dapat memainkan peran penting dalam pemecahan masalah, karena mereka sering mengidentifikasi peluang atau solusi . Akhirnya, pada tingkat keempat, perspektif pasien dan keluarga sangat penting untuk pengembangan lokal, negara bagian, dan kebijakan nasional, mempengaruhi keuangan dan pengiriman perawatan

4) Memperhatikan Lingkungan Sebagai Perawatan Jika organisasi perawatan kesehatan ingin menjadi berpusat pada pasien, mereka harus membuat dan memelihara suatu lingkungan di mana tenaga kerja yang terpenting merupakan aset yang dihargai dan diperlakukan dengan tingkat yang sama martabat dan rasa hormat bahwa organisasi mengharapkan nya karyawan untuk memberikan pelayanan kepada pasien dan keluarga. Menekankan pentingnya perekrutan, pelatihan, evaluasi, kompensasi, dan mendukung tenaga kerja berkomitmen untuk perawatan berpusat pada pasien. Sebuah cara penting untuk mencapai komitmen dan keterlibatan adalah melibatkan karyawan secara langsung dalam desain dan proses implementasi berpusat pada pasien Menurut Peter Coughlan, transformasi praktik pemimpin di IDEO, salah satu dari soughtafter dunia yang paling penting pada perusahaan konsultan desain, organisasi perawatan kesehatan harus berusaha untuk "humancentered", tidak hanya berpusat pada pasien, yang berarti bahwa semua stakeholder (termasuk manajer, staf medis, perawat, dan staf lain pada garis depan) harus terlibat dalam menciptakan efektif, responsif dalam sistem perawatan. Dalam nada yang sama, Erie Chapman, Presiden dan CEO dari Nashville berbasis Baptis Penyembuhan menunjukkan bahwa tanggung jawab "tenaga terbesar adalah perawat untuk mengurus orang sakit . Dia menggambarkan sebuah teori gelombang perilaku yang dapat berkontribusi terhadap budaya kerja yang positif, didasarkan pada premis bahwa sebagian besar orang di sebuah organisasi atau pada model tim perilaku mereka sendiri sesuai dengan orang di sekitar perilaku positif dimodelkan oleh pemimpin tim akan mendorong perilaku serupa dalam anggota tim lainnya, yang pada gilirannya akan memberikan kontribusi pada kemampuan seluruh tim untuk memberikan responsif, berorientasi layanan perawatan untuk pasien dan keluarga mereka.

13

5) Pengukuran Sistematis dan Tanggapan

14

Sebuah aksioma yang sering digunakan dalam peningkatan kualitas kesehatan adalah, "Anda tidak bisa mengelola apa yang Anda tidak dapat ukur " ini faktor utama yang berkontribusi terhadap perawatan berpusat pada pasien. Kehadiran kapasitas pelanggan mendengarkan kuat yang memungkinkan organisasi untuk sistematis mengukur dan memantau kinerjanya. Menurut Kate Goonan, seperti mendengarkan kapasitas harus terdiri dari "balanced scorecard" yang mencakup beberapa pengukuran kinerja, seperti survei pengalaman pasien, keluhan. Penting

mendengarkan proses di mana anggota staf memainkan peran pasien dan mengalami layanan atau prosedur dengan cara yang sama bahwa pasien dan keluarga dalam Pelaksanaan pasien dan dewan penasehat keluarga, dijelaskan di atas, menyediakan cara lain untuk mengumpulkan umpan balik yang sistematis dari pasien. Nilai pengukuran dan umpan balik tersebut menggunakan mereka untuk merancang dan menerapkan intervensi tertentu atau proses untuk meningkatkan pengalaman pasien. 6) Kualitas Lingkungan Salah satu faktor terpenting yang berkontribusi pada perawatan berpusat pada pasien adalah kualitas lingkungan fisik di mana perawatan disediakan. Sejak didirikan pada tahun 1978, Planetree telah merintis pendekatan baru untuk arsitektur dan desain yang mengenali hubungan penting antara ruang fisik dan proses penyembuhan. The Planetree Pendekatan ke fasilitas kesehatan desain mendorong pengaturan yang: Selamat datang keluarga pasien dan teman-teman. Nilai manusia melalui teknologi. Aktifkan pasien untuk sepenuhnya berpartisipasi sebagai mitra dalam perawatan mereka. Memberikan fleksibilitas untuk personalisasi perawatan setiap pasien. Mendorong pengasuh untuk bersikap responsif terhadap pasien. Foster berhubungan dengan alam dan keindahan.

7) Mendukung Teknologi Faktor yang berkontribusi akhir menyerap hampir semua elemen di atas adalah mendukung teknologi, khususnya teknologi informasi kesehatan (HIT) yang melibatkan pasien dan keluarga secara langsung dalam proses perawatan dengan memfasilitasi komunikasi dengan pengasuh mereka dan dengan menyediakan akses yang memadai terhadap informasi yang dibutuhkan dan alat pendukung keputusan. Banyak sekali aplikasi teknologi informasi kesehatan telah muncul dalam beberapa tahun terakhir, dari yang sederhana e-mail komunikasi antara pasien dan dokter melalui Web yang lebih canggih portal yang memungkinkan pasien untuk berinteraksi dengan catatan elektronik dokter mereka 'medis. Aplikasi ini berkisar luas dalam kompleksitas maupun biaya. Kunci kesuksesan adalah untuk membuat adopsi mudah bagi kedua pasien dan dokter, dan untuk mengimplementasikan aplikasi secara bertahap untuk menghindari

15

kekhawatiran bahwa teknologi baru akan tiba-tiba merusak kualitas interaksi pasien dan perawat.

4. Tujuan Patient Centred Care: Perawatan disampaikan secara tepat waktu, aman dan tepat

cara sesuai dengan standar profesi, persyaratan hukum undangan. Keperawatan pengiriman rawat inap

medis dan perundang-

akan

mencerminkan

pasien ketajaman dan tingkat keterampilan staf. Perawatan adalah co-terkoordinasi untuk memastikan yang terbaik mungkin hasil bagi pasien.

16

Tidak ada duplikasi perawatan pasien Suatu distribusi yang adil dari pekerjaan Sebuah pendekatan multidisiplin untuk pemberian perawatan Untuk memastikan pendekatan holistik dalam pelayanan keperawatan yang mencerminkan praktek profesional saat ini. Mengembangkan dan menerapkan "Model Care" bahwa di bawah pin nilai-nilai dan pengetahuan. o Komunikasi Akurat & tepat waktu dalam dokumentasi o Profesional, keterampilan, pendidikan, pengasuhan, loyalitas, komitmen, keunggulan o Respek diri, budaya, satu sama lain, pasien, organisasi o Positive sikap o Rahasia / Privasi o Quality-pasien advokat, pengiriman perawatan, sumber daya, tenaga kerja dan bahan o Acknowledgement/Recognition/Valued o Beban kerja waktu, sumber daya, tenaga kerja, material, dan ekuitas campuran keterampilan o Honesty o Satisfaction-pemberdayaan

Model saat ini perawatan yang digunakan pada setiap lingkungan. o Pasien adalah pusat. o Sumber daya dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan perawatan kesehatan pasien o Sebuah hubungan membangun dengan pasien yaitu perawat memperkenalkan diri, membahas rencana perawatan (lihat kebijakan discharge), meminta pasien mereka perlu apa-apa sebelum meninggalkan ruangan, meminta pasien ada sesuatu yang pasien diharapkan terjadi atau tidak berharap terjadi terjadi hari dll

17

5. JURNAL TERKAIT PATIENT CENTERED CARE Dari beberapa jurnal ada beberapa issue terkait dengan patient center care 1. PATIENT-CENTERED CARE:WHAT DOES IT TAKE? Dale Shaller, Shaller Consulting October 2007 ABSTRAK: Patient-centered care telah menjadi, tujuan utama bagi sistem kesehatan bangsa, namun survei hasil pengalaman pasien menunjukkan bahwa sistem ini jauh dari harapan . Berdasarkan wawancara dengan pemimpin Patient-centered care pada pasien organisasi dan inisiatif, laporan ini mengidentifikasi tujuh faktor kunci

untuk mencapai perawatan Patient-centered care pada level organisasi: 1) keterlibatan pimpinan puncak, 2) visi strategis dengan jelas dan terus-menerus dikomunikasikan kepada setiap anggota organisasi, 3) keterlibatan pasien dan keluarga di berbagai tingkat, 4) lingkungan yang mendukung kerja untuk semua karyawan, 5) sistematis pengukuran dan umpan balik, 6) kualitas lingkungan binaan, dan 7) teknologi informasi yang mendukung. Laporan ini menggambarkan bagaimana faktor-faktor ini dapat berhasil dilaksanakan melalui contoh-contoh kasus dua organisasi, Sistem Kesehatan MCG di Georgia dan Bronson Methodist Hospital di Michigan. Laporan ini diakhiri dengan diskusi tentang strategi di organisasi dan tingkat sistem yang dapat membantu pelaksanaan memanfaatkan luas patientcentered perawatan.

2. Patient Centered Care - A Conceptual Model and Review of the State of the Art Ravishankar Jayadevappa*,1 and Sumedha Chhatre2 1Department of Medicine, Leonard Davis Institute of Health Economic, University of Pennsylvania, 224, Ralston-Penn Center, 3615 Chestnut Street, Philadelphia PA 19104-2676, USA 2Department of Psychiatry, 4051, 3535 Market Street, Philadelphia, PA 19104, USA Abstrak: Latar Belakang Patient-centered care Patient-centered care yang mencakup pengambilan keputusan dapat meningkatkan pilihan pengobatan, kualitas pelayanan dan hasil. Patient-centered care mengakui perlunya perubahan besar dalam proses perawatan yang mengatur sistem perawatan kesehatan di sekitar pasien.

Tujuan: Tujuan studi ini adalah untuk mengevaluasi dan membahas interaksi komponen Patient-centered care oleh mengembangkan model konseptual dari Patient-centered care. Metode: kajian literatur komprehensif dilakukan dengan menggunakan Medline, CINAHL, dan database Cochrane. Termasuk Studi bahasa Inggris yang menangani isuisu yang berkaitan dengan berpusat pada pasien-pasien perawatan dan hasil yang dilaporkan. Hasil: Meskipun konsep Patient-centered care muncul di awal 50-an, itu meledak dalam penelitian kesehatan Kebijakan arena eksponensial di akhir tahun sembilan puluhan. Model konseptual yang dijelaskan di sini dapat membantu secara obyektif dan subyektif evaluasi Patient-centered care. Seperti yang kita berusaha untuk meningkatkan kualitas pelayanan, Patient-centered care dapat memainkan

berperan penting dalam proses ini. Namun ini memerlukan perubahan dalam sistem

18

kesehatan kita sehingga dapat meningkatkan kualitas keseluruhan oleh perawatan meminimalkan konsumsi sumber daya kesehatan yang boros.

Kesimpulan: Dengan biaya kesehatan diproyeksikan untuk melanjutkan peningkatan pesat mereka, paradigma kesehatan saat ini tidak berkelanjutan. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengeksplorasi berbagai atribut perawatan, penerimaan, dan komparatif efektivitas dalam arena kesehatan. 3. Facilitating a Culture of Safety and Patient-Centered Care Through Use of a Clinical Assessment Tool in Undergraduate Nursing Education Diana Girdley, MS, RN; Christine Johnsen, MS, RN; and Kristine Kwekkeboom, PhD, RN ABSTRAK Meskipun pengiriman yang aman perawatan, Patient-Centered Care pada pasien telah lama menjadi prioritas di kalangan pendidik keperawatan, mahasiswa keperawatan mungkin tidak mampu menerjemahkan konsep-konsep yang tidak memadai dipelajari dalam kelas dalam praktek keperawatan. Pendidik perawat harus mengembangkan strategi pengajaran untuk memberikan mahasiswa keperawatan dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan untuk memberikan perawatan pasien berkualitas. Dalam Mutu dan Pendidikan Keselamatan untuk proyek Perawat, seperangkat kompetensi keperawatan kunci didirikan. Artikel ini menjelaskan pengembangan dan penggunaan alat penilaian klinis dalam sarjana keperawatan klinis untuk meningkatkan penguasaan dua dari kompetensi keperawatan kunci: keselamatan dan perawatan pasien berpusat.

4. Developing Patient-Centered Care Competencies Among Prelicensure Nursing Students Using Simulation Leslie M. McKeon, PhD; Tommie Norris, DNS; Brittany Cardell, MSN, CNL; and Teresa Britt, MSN abstrak Peningkatan kesehatan perawatan memerlukan kolaborasi antara akademisi dan praktek untuk menjembatani kesenjangan dalam pendidikan perawat dan pencapaian hasil berkualitas. Kualitas dan Pendidikan Keselamatan untuk Perawat mengidentifikasi enam domain, termasuk Patient-Centered Care, yang harus ditangani selama pendidikan prelicensure. Simulasi adalah strategi yang direkomendasikan untuk mengajar praktek klinis yang aman, namun, biaya, ruang, dan sumber daya fakultas merupakan hambatan untuk penggunaannya. Komputer berbasis simulasi sosial kurang sumber daya intensif dan efektif dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis. Sebuah studi percontohan dilakukan untuk membandingkan sumber daya yang diperlukan dan hasil belajar siswa untuk simulasi tradisional versus berbasis komputer. Mahasiswa keperawatan lima puluh tiga sarjana muda berpartisipasi dalam penelitian ini, 34 menyelesaikan simulasi berbasis

19

komputer dan 31 menyelesaikan simulasi tradisional. Skor kelompok perawatan pasien berpusat kompetensi membaik sama (p <0,001), meskipun jam fakultas lebih sedikit diperlukan untuk mengelola intervensi berbasis komputer. Temuan menunjukkan berbasis komputer simulasi merupakan strategi pembelajaran yang efisien dan efektif untuk mengembangkan berpusat pada pasien perawatan kompetensi.

20

BAB III PEMECAHAN MASALAH 1. Latar Belakang

Salah satu alat kepemimpinan yang efektif bagi seorang pemimpin adalah kemampuan untuk memecahkan masalah. Pemecahan masalah dan pengambilan keputusan merupakan ketrampilan penting dalam kehidupan. Pemecahan masalah seringkali melibatkan pengambilan keputusan dan pengambilan keputusan sangat penting bagi manajemen dan kepemimpinan. Ada proses dan tehnik untuk meningkatkan pengambilan keputusan dan kualitas keputusan. Pengambilan keputusan lebih alami untuk kepribadian tertentu, sehingga orang-orang ini harus lebih focus pada peningkatan kualitas dari keputusan mereka. Orang yang kurang alami pembuat keputusan seringkali mampu membuat penilaian kualitas tetapi kemudian harus lebih tegas dalam bertindak atas penilaian yang dibuat. Pemecahan masalah dan pengambilan keputusan terkait erat dan masing-masing membutuhkan kreatifitas dalam mengidentifikasi dan mengembangkan pilihan, dimana

brainstorming adalah tehnik yang sangat berguna. Pengambilan keputusan yang baik memerlukan campuran ketrampilan: pengembangan kreatif dan identifikasi opsi, kejelasan penilaian, keteguhan keputusan, dan pelaksanaan yang efektif. 2. PROBLEM SOLVING a. Definisi Pemecahan Masalah Pemecahan masalah adalah Proses penanggulangan suatu rintangan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Proses penyelesaian masalah terdiri dari identifikasi masalah, analisis masalah,penilaian pemecahan, pemilihan dan pelaksanaan solusi masalah yang terbaik. Masalah adalah adanya kesenjangan antara das sollen / teori dengan das sein / fakta empiris ; antara yang ditetapkan sebagai kebijakan dengan kenyataan implementasi kebijakan ( Masalah : Kesenjangan apa yang terjadi dengan apa yang dikehendaki ). Pemecahan masalah adalah keterampilan yang bisa dipelajari, dan karenanya staf perawat dapat belajar dengan mengamati para pemimpin mereka, keputusan yang baik oleh pemimpin adalah keputusan yang dapat melakukan lebih dari memecahkan masalah langsung, tetapi lebih penting adalah untuk jangka panjang.

21

b. Dasar Pemecahan Masalah Prinsip pemecahan masalah oleh seorang manajerial adalah sebagai berikut: 1. Memastikan perhatian kepada masalah yang memiliki pengaruh tinggi pada efisiensi organisasi, Manajer harus memisahkan masalah besar dan masalah kecil. Mengikuti kebijakan untuk menyelesaikan masalah yang lebih kecil 2. Memelihara waktu manajerial yang mahal untuk menangani masalah yang utama 3. Manajer sebaiknya memberikan masalah yang lebih kecil pada bawahan, dengan demikian memperkuat identifikasi dan meningkatkan otonomi pekerjaan. 4. Dalam pemecahan masalah operasional yang sulit manajer sebaiknya minta nasehat dari ahli dari dalam atau luar lembaga sehingga cara

penyelesaian masalah berdasarkan pada praktek dan pengetahuan yang mutakhir. 5. Kualitas solusi masalah meninggi bila manajer santai dalam mendekati masalah, menolak menyelesaikan masalah dibawah tekanan, dan

menghindari keputusan kritis untuk memberikan prioritas pada orang lain. 6. Dalam menyelesaikan masalah besar, manajer sebaiknya mengakui

bahwa tidak mungkin untuk mengantisipasi semua masalah, maka tidak mungkin untuk mengharapkan ketelitian 100% dalam mendiagnosa dan memecahkan seluruh masalah keperawatan. Sekali solusi telah ditetapkan , manajer sebaiknya menerima solusi tersebut sebagai yang terbaik,

kemudian mengalihkan perhatiannya pada masalah lain. c. Langkah Pemecahan Masalah : i. Identifikasi, pilih dan definisikan masalahnya, lalu jelaskan hasil yang dikehendaki.Kenali hal-hal yang berpotensi menjadi masalah dan kaji situasi dimana staf mungkin dapat memperbaikinya. Tentukan kriteria untuk memilih masalah yang paling penting. Defenisikan secara operasional masalah yang dipilih, misalnya bagaimana staff mengetahui bahwa masalahsudah terpecahkan, dengan cara menentukan criteria keberhasilan pemecahan masalah. Ini tidak sama dengan mendefenisikan solusi atas masalah. Langkah pertama , bentuk sebuah tim kerja untuk memperjelas criteria masalah tersebut. ii. Pelajari secara seksama proses yang terjadi dari segala aspek.Tentukan dimana dan kapan masalh muncul. Pahami proses terjadinya masalah.

22

iii. Tentukan penyebab terjadinya masalah dan bagaimana proses terjadinya. Tentukan faktor-faktor yang menimbulkan masalah dan keterkaitannya dengan masalah. Gunakan metode untuk mengetes dugaan/hipotesis tentang sebab-sebab yang mungkin menimbulkan masalah tersebut.. Kumpulkan

data untuk mengetes dugaan tersebut dan untuk menentukan faktor penyebab yang paling dominan. iv. Identifikasi semua cara pemecahan. Berpikir secara kreatif untuk menangani sebab-sebab masalah yang mungkin dapat diatasi. v. Pilih solusi yang dapat dilaksanakan. Analisislah cara-cara pemecahan yang mungkin dilaksanakan, dikaji dari aspek criteria keberhasilan memecahkan masalah, biaya yang diperlukan, kemungkinan solusi dapat dilaksanakannya, atau criteria lainnya. vi. Uji cobalah solusi itu dan evaluasi efektifitasnya., Ini merupakan sebuah siklus. Rencanakan-Kerjakan-Cek-Bertindaklah ( PDCA = Plan,

Do,Check,Action). Siklus ini terdiri dari perencanaan langkah-langkah pemecahannya termasuk mengatasi sikap yang menolak perubahan, mengerjakannya yaitu melaksanakan pemecahan masalah, memantau hasil atau akibat baru yang muncul, mengambil tindakan terhadap hal-hal yang terjadi, misalnya dengan memodifikasi solusi, menerapkan solusi yang lain atau memperluas cakupan penerapan solusi. Jenis jenis masalah Masalah dibedakan kedalam tiga kategori Masalah sederhana Masalah kerumitan tidak teratur Masalah kerumitan teratur.

Membangkitkan solusi Langkah membangkitkan solusi yang mungkin dilakukan untuk suatu masalah adalah langkah untuk mengadakan kreatifitasnyang terbaik. Sebelum melihat solusi yang mungkin dilakukan untuk menutup jurang antara apa dan apa yang sebaiknya, manajer sebaiknya meninjau tingkatan organisasi yang lebih tinggi dan tujuan jangka panjang, karena membatasi waktu, uang atau personil yang dibutuhkan untuk menetapkan solusi tertentu. Untuk

meningkatkan kualitas pilihan solusi, manajer sebaiknya merangsang pemikiran kreatif dari isi pemecahan masalah melalui penggunaan : Periksa diri adalah rangkaian standar pertanyaan dirancang untuk mendatangkan proses pemikiran yang tidak biasa, dan tidak nyata serta kombinasi ide mengenai elemen masalah.

23

Psiko drama : sering bermanfaat dalam membangkitkan solusi yang mungkin dilakukan terhadap masalah psikologi atau social yang

dihahadapi kelompok. Bertukar pikiran/brainstorming, Sinektis, adalah teknik pemikiran berdasarkan mataforis yang

dikembangkan oleh Wiliam J. Gordon. Metode tersebut yang didasarkan atas perlawanan satuan menggunakan analogi langsung, pribadi dan khalayak untuk merangsang pemecahan masalah yang kreatif Analisa pareto , Langkah pertama mengidentifikasi masalah, mencari sebab-sebab masalah kemudian disusun dalam suatu histogram dan dicari solusi terhadap masalah tersebut. Memilih suatu solusi Kriteria bagi solusi yang berhasil untuk masalah dapat sebagai berikut: i. Metode penugasan sebaiknya memastikan kelangsungan perawatan setiap pasien selama rawat inap ii. Sebaiknya memelihara identitas dan integritas kelompok kerja utama dalam setiap unit keperawatan iii. Sebaiknya menekan pergantian anggota staf keperawatan iv. Sebaiknya mampu menerapkan tanpa memberhentikan anggota staf yang ada v. Sebaiknya mensyaratkan pengeluaran keuangan yang yang sedikit

d. Karakteristik pemecahan masalah yang terampil Dalam pemecahan masalah klinis, manajer perawat sebaiknya

menyerahkan tanggung jawab pemecahan masalah kepada seorang bawahan dengan kecakapan yang handal dalam menyelesaikan masalah. Solusi paling kreatif ditimbulkan oleh seorang dengan keahlian suatu subyek disiplin ilmu, memperhatikan pengaruh jangka pendek dan jangka panjang masalah. Dalam memilih seorang manajer berdasarkan kemampuan dalam pemecahan masalah, manajer eksekutif keperawatan sebaiknya tahu bahwa

pendekatan dalam menangani masalah berbeda-beda bagi setiap orang. Ada yang mengurutkan sesuai dengan kepentingan dan menanganinya sesuai prioritas

mungkin ada juga yang menyelesaikan masalah bedasarkan diagnose dengan kegiatan penelitian dan menangani penyelesaian berhubungan sekaligus. beberapa masalah yang

24

3. DECISION MAKING a. Definisi Pengambilan Keputusan Pengambilan keputusan (desicion making) adalah melakukan penilaian dan menjatuhkan pilihan. Keputusan ini diambil setelah melalui beberapa perhitungan dan pertimbangan alternatif. Secara umum, pengertian pengambilan keputusan telah dikemukakan oleh banyak ahli, diantaranya adalah : G. R. Terry : Mengemukakan bahwa pengambilan keputusan adalah sebagai pemilihan yang didasarkan kriteria tertentu atas dua atau lebih alternatif yang mungkin. Claude S. Goerge, Jr : Mengatakan proses pengambilan keputusan itu dikerjakan oleh kebanyakan manajer berupa suatu kesadaran, kegiatan pemikiran yang termasuk pertimbangan, penilaian dan pemilihan diantara sejumlah alternatif. Horold dan Cyril ODonnell : Mereka mengatakan bahwa pengambilan keputusan adalah pemilihan diantara alternatif mengenai suatu cara bertindak yaitu inti dari perencanaan, suatu rencana tidak dapat dikatakan tidak ada jika tidak ada keputusan, suatu sumber yang dapat dipercaya, petunjuk atau reputasi yang telah dibuat. P. Siagian : Pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan sistematis terhadap suatu masalah, pengumpulan fakta dan data, penelitian yang matang atas alternatif dan tindakan. Pengambilan keputusan, proses memilih salah satu tindakan dari alternatif, merupakan tanggung jawab terus-menerus dari manajer perawat. dia dihadapkan dengan berbagai situasi. Rumah sakit atau lembaga kebijakan memberikan panduan untuk menangani situasi rutin. Kasus luar biasa bisa membuat keputusan yang lebih sulit dan mungkin memerlukan rasa matang dari segi hukum. Keputusan makin bergantung pada proses pemecahan masalah ilmiah antara lain mengidentifikasi masalah, menganalisis situasi, mengeksplorasi alternatif dan mempertimbangkan konsekuensinya, memilih alternatif yang paling diinginkan, pelaksanaan keputusan, dan mengevaluasi hasilnya. Pengambilan keputusan merupakan suatu tugas yang sulit. Dalam situasi yang beresiko tinggi kebanyakan pengambil keputusan menderita konflik, karena akan adanya kemungkinan kerugian atau kegagalan.

25

b. Teknik Pengambilan Keputusan i. Kelembanan yang tidak bertentangan ii. Perubahan yang tidak bertentangan terhadap jalannya tindakan baru iii. Penghindaran pertahanan iv. Kewaspadaan yang berlebihan Tehnik - tehnik pengambilan keputusan yang lain : Operation riset; yaitu dengan menggunakan metode-metode scientific (yang meliputi tehnik-tehnik matematis) dalam analisis dan pemecahan suatu masalah tertentupenerapan tehnik ini adalah usaha inventarisasi. Linear programming; yaitu dengan menggunakan rumus-rumus matematik yang disebut juga factor analysis. Gaming war games; yaitu dengan teori yang biasanya digunakan untuk menentukan strategi. Probability; yaitu dengan teori kemungkinan yang dapat diterapkan pada kalkulasi rasional atas hal-hal yang tidak normal, mengenai sebuah keputusan yang dipertimbangkan dan diperhitungkan. Ranking and statistical weighting; yaitu dengan cara : 1. melokalisasi berbagai factor yang akan mempengaruhi keputusan terakhir. 2. menimbang factor-faktor yang dapat dibandingkan dan yang tercakup didalam setiap alternative.

c. Proses Pengambilan Keputusan Proses pengambilan keputusan berdasarkan scientific managemen menurut pendapat Drs. H. Malayu S. P. Hasibuan, yaitu : 1. Decision maker (manajer) harus mengetahui secara jelas masalah (problem) yang akan diputuskan dengan merumuskan dan menganalisisnya secara cermat. 2. Mengumpulkan data, informasi, dan fakta yang ada relevansinya dengan masalah yang akan diputuskan. 3. Mengevaluasi dan menganalisis data, informasi, dan fakta yang telah dikumpulkan. 4. Menetapkan sejumlah alternative keputusan yang akan diambil. 5. Mengembangkan dan mengimplementasikan alternative pilihan yang ada. 6. Memilih keputusan yang terbaik dari alternative-alternatif itu. 7. Menetapkan suatu keputusan, menjadi tindakan yang paling efektif dan efesien.

26

8. Keputusan harus diinformasikan untuk ditaati dan dilaksanakan menjadi tindakan nyata dan mengikat bagi semua karyawan. Proses pengambilan keputusan berdasarkan scientific managemen menurut pendapat R. Terry, yaitu : 1. Merumuskan problem yang bersangkutan 2. Menganalisis problem tersebut. 3. Menetapkan sejumlah alternative. 4. Mengevaluasi masing-masing alternative. 5. Memilih alternative yang akan menjadi keputusan dan yang akan dilaksanakan. Proses pengambilan keputusan berdasarkan scientific managemen menurut pendapat Peter F. Drucker, yaitu : 1. menetapkan masalah. 2. menganalisis masalah. 3. mengembangkan alternative-alternatif pilihan. 4. mengambil keputusan yang tepat. 5. mengambil keputusan menjadi tindakan yang efektif. Prosedur pengambilan keputusan harus dilakukan dengan baik dan cermat, supaya resiko keputusan itu relative kecil. Harus dihayati bahwa setiap keputusan selalu menghadapi resiko, dan resiko ini menjadi tanggung jawab decision maker. Aspek-aspek yang mempengaruhi pengambilan keputusan, yaitu : 1. pribadi dan kepribadian decision maker 2. sifat masalah yang dihadapi. 3. Pandangan dan kecakapan factual decision maker terhadap masalah yang dihadapi. 4. Kondisi institusional (lembaga) bersangkutan. 5. Situasi umum yang menjadi lingkungan sekitar.

Faktor-faktor penolong pengambilan keputusan adalah sebagai berikut: 1. harus diperhatikan emosi dan aturan-aturan 2. setiap keputusan harus mendorong tercapainya tujuan 3. suatu keputusan tidak selalu memuaskan semua pihak 4. hanya ada satu pilihan yang paling memuaskan atau terbaik 5. pengambilan keputusan adalah mental action dan harus di transfer ke dalam physical action 6. pengambilan keputusan yang efektip memerlukan waktu,dana,data

informasi dan fakta yang cukup 7. membuat keputusan dalam prakteknya,membutuhkan kecakapan,

pengalaman, dan imajinasi

27

8. pengambilan keputusan merupakan awal dan mata rantai aktivitas 9. setiap keputusan harus dilaksanakan

d. Proses Kreatif Dalam Pengambilan Keputusan. Pengambilan keputusan menekankan pilihan solusi, sedangkan proses kreatif menekankan keunikan dari solusi. Kreativitas adalah kualitas laten, diaktifkan ketika seseorang menjadi termotivasi oleh kebutuhan untuk ekspresi diri atau oleh stimulasi masalah. Tahap pertama dari proses kreatif adalah kebutuhan yang dirasakan. Demikian pula, ketika seorang pembuat keputusan adalah dihadapkan dengan masalah, ia mulai mencari solusi. Tahap kedua pemecahan masalah secara kreatif adalah tahap persiapan, dari mana ide kreatif muncul. Dengan mengeksplorasi hubungan antara solusi yang mungkin muncul, seseorang dapat mengidentifikasi solusi tambahan. Inkubasi, fase ketiga, adalah masa untuk merenungkan situasi. Pengulangan pikiran yang sama, tanpa ide-ide baru atau interpretasi, adalah tanda kelelahan dan menunjukkan bahwa itu adalah waktu yang baik untuk memulai masa inkubasi. seseorang butuh memberikan perhatian istirahat yang diperlukan, namun pikiran bawah sadar terus menangani masalah ini. Waktu harus ditetapkan untuk menguji kembali situasi dan meninjau data yang dikumpulkan selama tahap persiapan. Iluminasi, fase ke empat adalah penemuan solusi. Ini mungkin datang ke pikiran di tengah malam atau selama kinerja tugas lain. Disarankan bahwa ide ditulis detail sehingga dapat dilestarikan. Verifikasi, tahap kelima dan terakhir pengambilan keputusan kreatif, adalah masa percobaan ketika ide ditingkatkan melalui modifikasi dan perbaikan. e. Jenis Keputusan Jenis-jenis keputusan diklasifikasikan dalam 2 kategori, yaitu keputusan yang direncanakan/ diprogram dan keputusan yang tidak direncanakan/ tidak terprogram. 1. Keputusan yang deprogram Keputusan yang diprogram merupakan keputusan yang bersifat rutin dan dilakukan secara berulang-ulang sehingga dapat dikembangkan suatu prosedur tertentu. Keputusan yang diprogram terjadi jika permasalahan terstruktur dengan baik dan orang-orang tahu bagaimana mencapainya. Permasalahan ini umumnya agak sederhana dan solusinya relatif mudah. (Gitosudarmo, 1997).

28

2. Keputusan yang tidak deprogram Keputusan yang tidak diprogram adalah keputusan baru, tidak terstrutur dan tidak dapat diperkirakan sebelumnya. Tidak dapat dikembangkan prosedur tertentu untuk menangani suatu masalah, apakah karena permasalahannya belum pernah terjadi atau karena permasalahannya sangat kompleks dan penting. Keputusan yang tidak diprogram dan tidak terstruktur dengan baik, apakah karena kondisi saat itu tidak jelas,metode untuk mencapai hasil yang diinginkan tidak diketahui,atau adanya ketidaksamaan tentang hasil yang diinginkan (Wijono,1999). Keputusan yang tidak diprogram memerlukan penanganan yang khusus dan proses pemecahan masalah dengan intuisi dan kreatifitas. Tehnik pengambilan keputusan kelompok biasanya dilakukan untuk keputusan yang tidak diprogram. Hal ini disebabkan oleh karena keputusan yang tidak diprogram biasanya bersifat unik dan kompleks, dan tanpa kriteria yang jelas, dan umumnya dilingkari oleh kontroversi dan manuver politik (Wijono, 1999). Gillies (1996), menyebutkan bahwa keputusan yang tidak diprogram adalah keputusan kreatif yang tidak tersusun, bersifat baru, dan dibuat untuk menangani suatu situasi dimana strategi/ prosedur yang ditetapkan belum dikembangkan. f. Pendekatan Dalam Pembuatan Keputusan Pendekatan akar dan cabang terhadap pembuatan keputusan. Leavitt dan Pondy menggambarkan dua pendekatan umum terhadap pembuatan keputusan : 1. Pendekatan rasional komperhensif 2. Pendekatan perbandingan tambahan atau cabang Dalam pendekatan akar terhadap pembuatan keputusan manajer mulai dengan persoalan mendasar-tujuan kelembagaan serta prioritasnya, analisa masalah, criteria pemecahan, dan teori keputusan. Dalam pendekatan yang lebih bijaksana manajer yang merasakan adanya ancaman atau tantangan mengabaikan tugas kelembagaan, criteria pemecahan, dan teori ilmiah serta mengembangkan keputusan manajemennya dengan membuat tahap demi tahap rangkaian perubahan tambahan kecil. Dalam metode cabang pembuatan keputusan dilakukan dengan berbagai macam cara dengan menggunakan beberapa model pengambilan keputusan, sehingga di peroleh hasil yang maksimal

29

g. Bantuan Terhadap Pembuatan Keputusan (Tools) Kebanyakan ketidakpastian. keputusan biasanya melibatkan berbagai tingkat

Manajer sebagai pembuat keputusan biasanya menggunakan

berbagai macam penelitian untuk meminimalkan ketidakpastian pada keputusan yang diambil. Beberapa bantuan yang digunakan dalam pembuatan keputusan yaitu : Teori probabilitas Teori probabilitas dapat diterapkan apabila terdapat resiko atau ketidakpastian dalam pembuatan keputusan. Teori ini dilakukan dengan asumsi bahwa faktorfaktor yang terjadi sesuai dengan pola yang dapat diprediksi. Contohnya jika orang melemparkan koin 200 kali, maka dapat diprediksi bahwa kepala akan muncul 100 kali dan ekor 100 kali. Deviasi dapat diatur pada batasan yang dapat diprediksi. Terdapat tiga kriteria yang menganggap bahwa pengalaman sebelumnya sangatlah diperlukan dalam pengambilan keputusan dengan menggunakan teori probabilitas. Pada maximax kriteria, manajer memaksimumkan kemungkinan yang dapat dicapai. Manajer sangat optimis terhadap faktor-faktor yang

mempengaruhi keputusannya dan memilih kemungkinan-kemungkinan dimana dia dapat mencapai hasil terbaik. Hal ini merupakan kriteria yang berbahaya karena tidak menyadari adanya kemungkinan komplikasi keputusan. Ketika menggunakan kriteria miximin, manajer terlihat sangat pesimis dan mengharapkan kemungkinan terjadinya kemungkinan terburuk. memilih opsi yang membuatnya memaksimalkan hasil yang Manajer paling

menguntungkan. Manajer menyadari komplikasi apa yang dapat terjadi dari setiap keputusan, menganggap bahwa segala yang salah akan menjadi salah, dan memilih alternatife yang menawarkan hasil terbaik ketika segalanya kemungkinan salah. Kriteria minimax dapat diterapkan apabila manajer Sesuatu yang tak terduga mencegah

membuat keputusan yang ia sesalkan.

manjer dalam pencapaian hasil yang paling menguntungkan, manajer lalu mengurangi komplikasi dari pencapaian hasil yang paling menguntungkan dan mencoba menimimalkan penyesalannya. Simulasi, model, dan game Simulasi merupakan suatu cara yang menggunakan model dan permainan untuk menyederhanakan masalah melalui identifikasi komponen-komponen dasar dengan menggunakan trial dan error untuk menentukan pemecahan. Suatu model menggambarkan hal yang lain, biasanya mengenai objek, kegiatan, proses, atau sistem. Model merupakan suatu teknik yang abstraksi dan

penyederhanaan untuk mempelajari sesuatu dengan kondisi yang bervariasi. Model dibuat untuk menggambarkan, menjelaskan, dan memprediksi fenomena. Elemen kritis dari pembuatan model adalah konsep.

30

Teori permainan adalah sebuah simulasi operasi sistem. Para pemain mencoba untuk membangun strategi yang akan memaksimalkan pencapaian dan meminimalkan kehilangan, tanpa memperhatikan apa yang dilakukan oleh kompetitor. Chart Gantt Gannt charts merupakan pengembangan jadwal yang mengijinkan seseorang untuk memperlihatkan tugas multiple yang telah dilakukan. Gannt chart terdiri dari kolom yang terdiri dari tugas, penanggung jawab, dan batasan waktu bisa dalam menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun, atau dekade, tergantung dari lamanya projek. Tugas Mengumpulkan informasi Jenis laporan Perbaikan laporan Menyerahkan laporan Pohon keputusan Merupakan metode graphik yang dapat membantu manajer memperlihatkan kmungkinan-kemungkinan alternative, outcome, resiko, dan informasi-nformasi yang diperlukan untuk masalah tertentu dalam suatu periode. Pohon keputusan ini membantu manajer melihat kemungkinan arah setiap aksi yang diambil dari setiap point keputusan dan mengevaluasi konsekuensi-konsekuensi dari rangkaian keputusan. Prosesnya mulai dari keputusan primer yang setidaknya memiliki dua alternatif. Kemudian dilakukan prediksi outcome dari setiap keputusan. Me X Me X Responsible Me Senin Selasa Rabu Kamis Jumat

Me

A1 A2

Keputusan I

A3 A4 Alternatif Kesempatan Kemungkinan Konsukuensi

31

Program evaluasi dan teknik review (PETR) PETR merupakan suatu model system jaringan untuk merencanakan dan mengontrol kondisi tertentu. Hal ini melibatkan aktifitas kunci dalam projek, menggambarkan aktifitas dalam suatu alur diagram, dan menandai durasi pada setiap fase kerja. PERT mengingatkan bahwa tugas tertentu harus selesai sebelum projek keseluruhan dan diselesaikan, lebih jauh lagi, tugas-tugas kecil harus selesai terlebih dahulu sebelum memulai tugas yang lainnya.

Metode critical path (MCP) Hampir sama dengan PETR, memperhitungkan kebutuhan waktu untuk tiap-tiap aktifitas.MCP dapat digunakan dimana cost merupakan factor yang signifikan dan pengalaman penyedia merupakan suatu dasar untuk menentukan waktu dan cost.

Teori mengantri Teori mengantri berkesinambungan. berhubungan dengan garis tunggu atau pelayanan masalah Merupakan teknik matematika untuk menentukan yang

paling efisien dari factor yang berhubungan dengan pelayanan berkelanjutan. Hal ini dapat diterapkan bila unit penerima pelayanan datang secara acak, tetapi waktu yang dibutuhkan untuk memberikan pelayanan dapat diperkirakan.

h. Aspek Etika dalam Pengambilan Keputusan Etika adalah filsafat moral, ilmu yang menilai hubungan, pengendalian perilaku manusia sehingga mereka akan melayani manusia secara kemanusian sampai akhir hayat. Ketika ada konflik/masalah disana ada sebuah pilihan diantara alternativ terhadap masalah. Pilihan tersebut dipengaruhi oleh nilai-nilai.. Nilai-nilai pertama dipelajari dari orang dewasa. Nilai dapat mengalami modifikasi dan memperkuat seseorang dalam proses kehidupan seumur hidup. Nilai adalah disadari berharga dan dihargai, bebas dipilih dari alternatif dan bertindak dalam berbagai cara. Pilihan etis juga harus memperhatikan keinginan, kebutuhan, dan hak-hak orang lain. Ada beberapa model etik yang dapat dipakai antara lain: Model Priestly Manajer adalah sebagai paternalistik dan membuat keputusan tanpa

memperhitungkan nilai lain atau mencari masukan dari orang lain. Meskipun perawat mungkin memiliki keahlian yang memenuhi syarat untuk membuat keputusan tertentu, mereka tidak memiliki hak untuk membuat keputusan moral untuk mempengaruhi orang lain. Contoh model ini adalah Autokratik leadership.

32

The Engineering model Model ini menunjukkan bahwa satu orang menyajikan fakta lain dan menyiapkan kode etik untuk melakukan apa yang orang lain inginkan: staf yang bekerja sesuai dengan garis komando adalah contoh dari model ini. The contractual model Model ini menyediakan kontrak yang mengidentifikasi kewajiban umum dan manfaat untuk dua orang lebih. Ini berkaitan dengan moral kedua belah pihak dan sesuai untuk hubungan antara atasan-bawahan. The Collegial Model Model ini menggambarkan individu berbagi tujuan bersama dan mencapai keputusan melalui diskusi dan konsensus. Bila ada nilai-nilai bersama, model ini membantu membangun tim dan meminimalkan konflik. ( Robert Veacths Models for etichal medicine are discussed in Aroskar MA: Ethics of nurse-patient relationship, Nurse Educ 5:18, 1980 ) Untuk membuat satu keputusan etik, yang pertama harus mempertimbangkan apa yang diinginkan untuk menjadi tujuan akhir dan kemudian menentukan apa yang baik atau buruk dalam pencapain tujuan akhir. Jika suatu keburukan terjadi pada akhirnya, itu adalah juga keputusan etis. Jika konsekuensi dari keputusan memungkinkan, namun tidak berkehendak sebagai alat atau pengakhiran tujuan, ada beberapa faktor yang patut dipertimbangkan: baik atau buruk dari setiap alternatif harus dievaluasi. Ethics Committees Masalah etika kompleks mengenai perawatan pasien dan kebijakan harus diatasi. Kelembagaan komite etika menghadapi pertanyaan-pertanyaan etis yang sering membutuhkan pilihan menyakitkan bagi pasien, terutama untuk bayi dan orang dewasa lanjut usia yang memungkinkan untuk membuat keputusan sendiri. Isu-isu berikut ini harus dibahas dalam filosofi institusi, baik ketika membentuk, komite etika institusional dan melalui studi yang berkelanjutan dan evaluasi komite yang ada: tanggung jawab, akuntabilitas, biaya ekonomi, keberhasilan, peran komite dalam pengambilan keputusan perawatan pasien, privasi untuk pasien dan keluarga: dan komposisi komite, struktur, pertemuan dan akses dari komite etik. Keperawatan harus di hadirkan keberadaannya dalam komite. 4. PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KONTEKS PELAYANAN KEPERAWATAN KRITIS a. Pemecahan Masalah Dalam Pelayanan Keperawatan Kritis. Dalam memecahkan masalah dan mengambil keputusan dalam pelayanan klinik khusus pelayanan keperawatan kritis, banyak tantangan yang dihadapi manager/pemimpin meliputi permasalahan staff, administrasi dan juga kebijakan RS, pasien dan keluarga. Dalam memecahkan masalah dan pengambilan

33

keputusan sebaiknya mempertimbangkan segi etik dan tujuan kebaikan bersama. Langkah-langkah dalam proses diatas dapat dimulai dengan mempertimbangkan kajian situasi dalam pelayanan kritis seperti jenis pasien, karakteristik pekerjaan dimana membutuhkan kecepatan dan kesigapan bertindak, sarana dan prasarana dalam pelayanan kritis. Seringkali pengambil keputusan haruslah seseorang yang memiliki kualifikasi atau kompetensi yang sangat mahir dalam memikirkan solusi serta mantap dalam mengambil keputusan. 1. Jenis masalah Jenis masalah yang sering dihadapi dalam kontek pelayanan keperawatan kritis antara lain adalah masalah kerumitan teratur dan tidak teratur, termasuk masalah sederhana. 2. Dasar pemecahan masalah Seorang manajerial memastikan perhatian kepada masalah yang memiliki pengaruh yang tinggi misalnya terhadap kebutuhan darurat pasien dan keluarga. Selain itu manajerial harus melibatkan bawahan dalam

mengidentifikasi masalah. Dalam pemecahan masalah operasional yang berat sebaiknya meminta nasehat dari tenaga ahli yang berkompeten dalam penanganan masalah tersebut. 3. Memilih suatu solusi Kriteria bagi solusi yang berhasil untuk masalah dalam konteks pelayanan keperawatan kritis dapat sebagai berikut: Metode penugasan sebaiknya memastikan kelangsungan perawatan setiap pasien selama rawat inap sehingga masalah yang timbul selama perawatan dapat teridentifikasi dengan jelas dan secepatnya dapat dicarikan solusi yang tepat. Sebaiknya memelihara identitas dan integritas kelompok kerja utama dalam setiap unit keperawatan. Sebaiknya menekankan pergantian anggota staf keperawatan. Dapat meningkatkan pengalaman dalam mencari solusi yang baik bagi masalah yang mungkin timbul pada saat setiap staf melakukan tugasnya. 4. Karakteristik pemecahan masalah yang terampil dalam pelayanan

keperawatan kritis Dalam pemecahan masalah klinis, manajer perawat sebaiknya menyerahkan tanggung jawab pemecahan masalah kepada seorang bawahan dengan kecakapan yang handal dalam menyelesaikan masalah. Seorang manajerial harus mengenali karakteristik kompetensi yang dimiliki perawat bawahannya. Solusi paling kreatif ditimbulkan oleh seorang dengan keahlian suatu subyek disiplin ilmu, memperhatikan pengaruh jangka pendek dan jangka panjang masalah.

34

Dalam memilih seorang manajer berdasarkan kemampuan dalam pemecahan masalah, manajer eksekutif keperawatan atau perawat yang memimpin suatu ruangan khususnya dalam pelayanan kritis sebaiknya tahu bahwa pendekatan dalam menangani masalah berbeda-beda bagi setiap orang. Ada yang

mengurutkan sesuai dengan kepentingan dan menanganinya sesuai prioritas mungkin ada juga yang menyelesaikan masalah bedasarkan diagnosa dengan kegiatan penelitian dan menangani penyelesaian berhubungan sekaligus. 5. Langkah Pemecahan masalah dalam konteks pelayanan keperawatan kritis hampir sama dengan langkah pemecahan masalah secara manajerial. beberapa masalah yang

b. Pengambilan Keputusan Dalam Pelayanan Keperawatan Kritis. Pengambilan keputusan, proses memilih salah satu tindakan dari alternatif, merupakan tanggung jawab terus-menerus dari manajer perawat. dia dihadapkan dengan berbagai situasi..Rumah sakit atau lembaga kebijakan memberikan panduan untuk menangani situasi rutin. Kasus luar biasa bisa membuat keputusan yang lebih sulit dan mungkin memerlukan rasa matang dari segi hukum. Keputusan makin bergantung pada proses pemecahan masalah ilmiah antara lain mengidentifikasi masalah, menganalisis situasi, mengeksplorasi alternatif dan mempertimbangkan konsekuensinya, memilih alternatif yang paling diinginkan, pelaksanaan keputusan, dan mengevaluasi hasilnya. Proses pengambilan keputusan dalam kontek pelayanan kritis pada umumnya mengikuti proses pengambilan keputusan pada umumnya yaitu : 1. Menetapkan masalah. 2. Menganalisis masalah. 3. Mengembangkan alternative-alternatif pilihan. 4. Mengambil keputusan yang tepat. 5. Mengambil keputusan menjadi tindakan yang efektif.

Prosedur pengambilan keputusan harus dilakukan dengan baik dan cermat, Supaya resiko keputusan itu relative kecil. Harus dihayati bahwa setiap keputusan selalu menghadapi resiko, dan resiko ini menjadi tanggung jawab decision maker. Faktor-faktor penolong pengambilan keputusan adalah sebagai berikut : Harus diperhatikan emosi dan aturan-aturan Institusi Setiap keputusan harus mendorong tercapainya tujuan Suatu keputusan tidak selalu memuaskan semua pihak Hanya ada satu pilihan yang paling memuaskan atau terbaik

35

Pengambilan keputusan adalah mental action dan harus di transfer ke dalam physical action Pengambilan keputusan yang efektip memerlukan waktu,dana,data informasi dan fakta yang cukup Membuat keputusan dalam prakteknya,membutuhkan kecakapan,

pengalaman, dan imajinasi Pengambilan keputusan merupakan awal dan mata rantai aktivitas Setiap keputusan harus dilaksanakan sebaiknya.

Jenis keputusan Jenis keputusan yang dilakukan di pelayanan keperawatan kritis lebih banyak jenis keputusan yang diprogram daripada yang tidak di program. Pendekatan dalam pembuatan keputusan dalam konteks pelayanan kritis Pendekatan yang biasa dipakai antara lain adalah pendekatan rasional komperhensif. Permasalahan yang timbul biasanya berkaitan dengan kebutuhan perawatan pasien dan keluarga sehingga pendekatan dalam pembuatan keputusan harus holistic, komprehensif dan rasional.

36

BAB IV PENUTUP Kesimpulan Patient Centered Care adalah perawatan yang diselenggarakan di sekitar pasien. Ini adalah model di mana penyedia bermitra dengan pasien dan keluarga untuk mengidentifikasi dan memenuhi berbagai kebutuhan pasien dan preferensi. Tidak boleh diabaikan dalam mendefinisikan Patient Centered Care adalah

fokus bersamaan pada staf. Agar berhasil, pendekatan berpusat pada pasien juga harus mengatasi pengalaman staf, sebagai kemampuan staf dan kecenderungan untuk secara efektif merawat pasien yang tidak diragukan lagi dikompromikan jika mereka tidak merasa peduli untuk diri mereka sendiri. Pemecahan masalah dan pengambilan keputusan merupakan ketrampilan penting dalam kehidupan terutama dalam pemberian pelayanan keperawatan kritis. Pemecahan masalah seringkali melibatkan pengambilan keputusan dan pengambilan keputusan sangat penting bagi manajemen dan kepemimpinan. Pengambilan keputusan (desicion making) adalah melakukan penilaian dan menjatuhkan pilihan. Keputusan ini diambil setelah melalui beberapa perhitungan dan pertimbangan alternatif. Faktor yang mempengaruhi Pemecahan masalah dan Pengambilan Keputusan adalah : Experiences, Knowledge, Negative attitudes, self-censorship, lack of confidence, lack of effort, habits, conformity, policy, and reliance on authority all block creativity. Proses penyelesaian masalah terdiri dari identifikasi masalah, analisis masalah,penilaian pemecahan, pemilihan dan pelaksanaan solusi masalah yang terbaik. Proses pengambilan keputusan antara lain menetapkan masalah, menganalisis masalah, mengembangkan alternative-alternatif pilihan, mengambil keputusan yang tepat, mengambil keputusan menjadi tindakan yang efektif.

37

DAFTAR PUSTAKA

Mariner, Tomey. (1992). Guide in nursing management. Ed 4th. USA-Mosby Year Book. Frampton, 2008. Patient-centered care Improvement guide . USA Marquis, Huston. (2006). Leaders hip role and management functions in nursing : theory and application. Ed 5th. Philadelpia : Lipincott Williams and Wilkins. Munibjaya, A.A. (2004). Manajemen kesehatan. Edisi 2. Jakarta : EGC. Terry, George R. 2003. Prinsip-prinsip manajemen. Alih bahasa : J. Smith D.E.M. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
ABOUT THE PATIENT-CENTERED CARE IMPROVEMENT GUIDE http://www.patientcenteredcare.net/

http://search.proquest.com/docview/211037228/fulltextPDF/13CF06C8320830BB26/1?accounti d=148614Outcomes in a Nursing Home Transition Case-Management Program Targeting New Admissions http://search.proquest.com/docview/216533979/fulltextPDF/13CF06C8320830BB26/5?accounti d=148614Nursing Case Management in the 21st Century http://search.proquest.com/docview/199433637/fulltextPDF/13CF06C8320830BB26/2?accounti d=148614Using visual inquiry to reveal differences in nursing students' perception of case management http://search.proquest.com/docview/231396292/fulltextPDF/13CF06C8320830BB26/10?account id=148614 http://search.proquest.com/docview/203966277/fulltextPDF/13CF077227217565F59/2?accounti d=148614Facilitating a Culture of Safety and Patient-Centered Care T http://search.proquest.com/docview/203935530/fulltextPDF/13CF077227217565F59/4?accounti d=148614 http://search.proquest.com/docview/230754127/fulltextPDF/13CF077227217565F59/1?accounti d=148614 http://search.proquest.com/docview/1034993535/fulltextPDF/13CF077227217565F59/6?account id=148614 Patient-centered care. www.wikipedia.com

38

Anda mungkin juga menyukai