PENDAHULUAN
pelayanan kesehatan secara lebih merata. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
informasi, sehingga mereka akan memilih dan menuntut untuk memperoleh pelayanan
prima perlu mendapat perhatian dari segala pihak secara multidisiplin. Fasilitas
pelayanan kesehatan yang sering dipergunakan oleh masyarakat adalah rumah sakit
untuk melayani pasien dengan fasilitas yang lengkap serta pelayanan yang cepat dan
tepat. Untuk mencapai hal tersebut pengaturan manajemen rumah sakit harus
dilaksanakan dengan benar. Rumah sakit juga merupakan salah satu lembaga pemberi
pelayanan di bidang klinik, sehingga dalam pemberian pelayanannya rumah sakit harus
Mutu klinik merupakan penampilan kerja para professional rumah sakit yang
dapat menentukan baik buruknya pelayanan rumah sakit. Oleh karena itu, dibutuhkan
sebuah standar untuk pengembangan pelayanan yang sesuai dan merata. Demi
mempertahankan mutu yang baik, maka saat ini dikembangkan sistem clinical
governance atau governance di klinik. Clinical governance terbagi atas tujuh pilar.
Kandungan dalam pilar mendeskripsikan unsur- unsur penopang yang berguna untuk
menciptakan sistem pelayanan kesehatan yang paripurn. Pilar clinical governance terdiri
atas service user, carer and public involvement; risk management; clinical audit; staffing
and staff management; education and training; clinical effectiveness; dan clinical
information.
dikembangkan hanya dengan mengandalkan medical approach. Namun, saat ini sudah
melibatkan beberapa disiplin ilmu. Oleh karena itu, seluruh anggota tim dalam case
center care dengan pendekatan case management, serta mengerti dan memahami
sebagai suatu bentuk pelayanan kesehatan yang menciptakan hubungan kerjasama yang
baik antara praktisi kesehatan, pasien, dan keluarganya dengan tujuan untuk menjamin
keputusan dan berpartisipasi dalam perawatan mereka sendiri secara mandiri (Shaller,
2007).
Patient centered care merupakan tujuan sekaligus alat yang digunakan untuk
meningkatkan hasil kesehatan. Penerapan konsep PCC dalam pemberian pelayanan tidak
hanya dengan berkomunikasi dengan pasien, tetapi memberikan informasi dan edukasi
memberikan dukungan emosional dan memberikan kenyamanan fisik, mulai dari masuk
rumah sakit sampai dengan perawatan lanjutan yang diperlukan (Cheraghi, Esmaeili, &
Salsali 2017).
Inti dalam penerapan patient centered care adalah memandang pasien sebagai
pribadi yang unik, menghargai nilai, dan keyakinan pasien dan merespon secara
fleksibel akan kebutuhan serta pilihan pasien (McCormack 2003; Mead and Bower
2000). Pada penerapan PCC tenaga perawatan kesehatan menilai karakteristik pasien,
kebutuhan, dan pilihan pasien lalu mendiskusikan dengan pasien tentang kondisi
kesehatan mereka dan rencana perawatan serta mendorong partisipasi pasien dalam
keputusan yang terkait untuk pengobatan dan menerapkan pilihan pengobatan yang
sesuai dengan kebutuhan pasien (Lauver et al. 2002; Schoot et al. 2005). Penerapan PCC
meningkatkan kualitas perawatan pada pasien, karena fokus perawatan tidak lagi terletak
untuk meningkatkan, mengubah, dan mendesain ulang sistem perawatan kesehatan serta
mengkaji hambatan - hambatan yang ada dalam melakukan komunikasi (Wolf, 2007).
ataupun hak pasien dalam menentukan pilihan perawatan sesuai kebutuhan dan harapan
mereka. Case management dipimpin oleh seorang case manager yang bekerja sangat
dekat dengan pasien sehingga secara bersama-sama membuat perencanaan perawatan
agar sesuai dengan keinginan dan kebutuhan pasien (Morales & Asencio et al, 2010).
kesehatan. Case management diartikan sebagai suatu metode yang mengatur ketentuan
rencana perawatan yang akan diberikan kepada pasien dengan high cost medication.
Tujuan dari metode ini adalah untuk mengkoordinasikan seluruh perawatan sehingga
dihasilkan perawatan yang berkesinambungan dengan biaya yang lebih terjangkau atau
rendah. Fokus dari case management adalah menyediakan layanan personal pasien untuk
sumber daya yang mendukung tercapainya hasil efektif dan efisien (Mullahy, 2014).
1.2. TUJUAN
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis
konsep, issue, serta solusi patient centered care dan case management pada tatanan
2.2.1. Definisi
mempertimbangkan dari semua nilai – nilai yang diinginkan pasien. (Bleich MR.,
2015)
keseahtan yang memposisikan pasien sebagai pusat dari pelayanan. Konsep dari
PCC disebut juga pelayanan yang berusat pada seesorang, berpusat pada klien,
dan kepercayaan diri (Fulford, 1996), Selain itu, karena pasien sebagai centre dalam
peningkatan kesehatan pasien (Robinson, 2008). Patient center care juga bertujuan
dijembatani oleh perbedaan demografi, sosial dan ekonomi antara petugas kesehatan
dan pasien. Melalui cara ini juga petugas kesehatan menghargai kondisi pasien, nilai
pasien, harapan yang ingin dicapai oleh pasien berdasarkan kondisi klien.
Beberapa organisasi telah mencantumkan filosofi PCC dalam misi organisasi. Satu
perjalanan yang masih panjang. Setiap hari dapat memberikan kesuksesan, akan
PCC menekankan bahwa pengelola rumah sakit perlu melihat dari perspektif
pasien atau membayangkan diri sendiri menjadi pasien untuk dapat memahami
kebutuhan pasien dan menjadi rumah sakit yang fokus pada pasien. Seluruh
komponen rumah sakit, termasuk klinisi harus menerapkan konsep PCC dan pola
pikir bahwa pasien adalah satu – satunya pasien yang ada sehingga benar – benar
fokus, serta tidak membuat keputusan tanpa melibatkan pasien ( no decision for me
2.2.2. Tujuan
PCC adalah penting bagi profesi perawatan kesehatan dan dapat memberikan
wawasan berharga yang membantu menumbuhkan kemitraan kerja yang lebih baik
Penyedia layanan kesehatan harus segera mengakui prinsip etika utama untuk
dengan PCC dan menunjukkan hasil bahwa PCC (dalam kombinasi dengan praktik
perawatan kesehatan berbasis bukti) dapat memberikan manfaat bagi pasien dan
penyedia pelayanan kesehatan. Manfaat ini memiliki aliran penting pada efek untuk
kembali) dan individu (mis., Memengaruhi perubahan gaya hidup positif). Jadi,
informasi ini dengan tepat untuk mengelola kesehatan mereka dengan lebih baik dan
dan keamanan perawatan, dan hasil perawat tenaga kerja. Lebih khusus, rumah sakit
dengan lingkungan kerja yang baik dan staf perawat telah meningkatkan hasil bagi
pasien dan perawat sama (Linda, et all, 2012). Patient Centered care telah
didefinisikan oleh banyak orang. Namun, sebagian besar pihak berwenang akan
menerima definisi yaitu beberapa petugas kesehatan dari berbagai latar belakang
profesional bekerja sama dengan pasien, keluarga, perawat, dan masyarakat untuk
1. Perawatan diberikan secara tepat waktu, aman dan tepat sesuai dengan standar
d. Sikap positif
e. Privasi
Dari berbagai jurnal penelitian mengenai PCC yang penulis dapatkan, PCC
memiliki manfaat sebagai berikut (Shaller 2007; Hudon et al. 2011; Ells, Hunt, and
Chambers-Evans 2011; Suhonen, Välimäki, and Leino- Kilpi, n.d.; Sidani 2008) :
Care dapat di tinjau dari 3 Faktor dalam Sistem yaitu Struktur, Proses dan Outcome.
1) Kemampuan profesional
2) Kemampuan interpersonal
3) Komitmen
4) Karakteristik perorangan
b. Aspek Organisasi :
1) Waktu
4) Mix skill
5) Pembagian wewenang
c. Karakteristik Pasien:
5) Budaya
c. Peningkatan kesehatan
d. Kesejahteraan
maka outcome dari Patient Centered Care dapat terealisasi di rumah sakit.
2.2.4. Model
Model Sistem dari Patient Centered Care, Flarey, 1995 yaitu ,Lingkungan dari
Patient Centered Care adalah terbentuknya Nilai-nilai yang baik untuk patient,
rekruitmen atau Retention dari SDM yang tidak sesuai dengan capabilitas Rumah
sakit dan 3) Rumah sakit sesalu menjaga image untuk dapat memberikan
dengan adanya Kolaborasi antar Profesi dalam menangani pasien, ada Koordinasi
yang baik diantara team pemberi pelayanan kepada pasien yang paling penting
komunikasi tertulis yang tertuang dalam Rekam medis pasien dan Komunikasi
Verbal yang terlihat dari pertemuan antar profesi dalam memberikan asuhan
kepada pasien
2.2.5. Dimensi
Dalam pelaksanaannya, PCC (Patient Centered Care) terdiri dari 8 dimensi yaitu :
mereka adalah individu dengan nilai dan preferensi unik mereka sendiri. Rawat
pasien dengan bermartabat, hormat, dan sensitif terhadap nilai-nilai budaya dan
otonomi mereka.
tepat dapat mengurangi perasaan itu. Pasien mengidentifikasi tiga area di mana
Untuk mengatasi ketakutan ini, rumah sakit dapat fokus pada tiga jenis
komunikasi:
kesehatan
d. Kenyamanan fisik
signifikan pada pengalaman mereka. Tiga area dilaporkan sangat penting bagi
pasien:
1) Manajemen nyeri
2) Kecemasan akan dampak penyakit pada diri mereka sendiri dan keluarga
2) Ketersediaan transportasi
referensi.
berpusat dan bermitra dengan pasien. Pasien dan keluarga diibatkan dan di-support
untuk ikut serta dalam keperawatan dan pembuatan keputusan. Pasien bukan
sebagai obyek saja, tetapi sebagai center of care yang dilibatkan dalam perawatan
dan decision making. Perawat bertanggung jawab untuk memberikan proses yang
menghargai sebagai individu yang unik dengan berbagai karakter. Setiap pasien
dijelaskan tentang hak-hak & tentang jawab mereka dengan cara dan bahasa
nilai yang dianut, dan background budaya pasien ikut berperan penting selama
pasien.
yang berbeda. Tiap individu memiliki kebutuhan privasi yang berbeda dan
harus dipenuhi oleh perawat. Perawat dididik tentang peran mereka dalam
privasi pasien
2.2.6. Perbedaan Model Tradisional dengan Patient Centered Care
Pada model tradisional pelayanan kesehatan, pasien dan keluarga diharapkan dapat
lebih patuh tanpa syarat apapun pada petugas kesehatan. Sedangkan Model Patient
Centered Care (PCC), lebih memberlakukan kemitraan yang setara. Model PCC
ini menjadikan semua pemberi pelayanan kesehatan menjadi lebih dekat dengan
keahlian membuat data yang sesuai dengan kondisi pasien, kemampuan membuat
(Lipkin, 1984; Roter, 2004; Tongue, 2005; Beach, 2006). Selain itu, mampu
McCormack, 2003; Halloran, 2005; Price, 2006; Booth, 2007). Berikut tabel
care :
Model perawatan Pasien Center Care berpusat dengan pasien yang dijadikan
sebagai pusat dari layanan kesehatan, sehingga dapat menciptakan pekerjaan yang
tepat dan efektif. PCC meningkatkan kolaborasi perawatan yang terintegrasi antar
petugas kesehatan, dengan meminimalkan pergerakan pasien didalam rumah sakit,
pendekatan antar staff kesehatan, dan mempelajari dan membagi kemampuan antara
Teory Mc Cormack dan Mc Cane, 2006 menjelaskan bahwa Patient Centered Care
adalah :
1) Kemampuanprofesional
2) Kemampuan interpersonal
3) Komitmen
4) Karakteristik perorangan
Aspek Organisasi :
1) Waktu
5) Pembagian wewenang
Karakteristik Pasien:
4) Kooperatif
5) Budaya
3) Peningkatan kesehatan
4) Kesejahteraan
a. Leadership (Pemimpin)
Faktor yang penting pada PCC (Patient Centered Care) yaitu adanya komitmen
Centered Care) tidak akan terjadi tanpa dukungan dan partisipasi dari
pimpinan.
visi secara realistis, sehingga tujuannya dapat tercapai. Seorang pemimpin yang
yang jelas untuk mengatur bagaimana PCC (Patient Centered Care) agar masuk
dan misi yang jelas, unsur-unsur yang sederhana dapat dengan mudah diulang
baik. Mengartikan visi ke dalam cara berperilaku yang merupakan kunci sukses
dalam organisasi.
Care) jika pasien terlibat, maka keluarga juga terlibat. Memberikan dukungan
dan informasi selama proses perawatan pasien, tidak hanya dilakukan oleh
keluarga namun juga teman dekat dan orang lain yang berpengaruh. Menurut
Bev Johnson Presiden Institute for Patient and Family Centered Care, pasien
Suatu organisasi yang berorientasi pada PCC harus membuat dan memelihara
suatu lingkungan dimana tenaga kerja merupakan aset yang dihargai dan
diperlakukan pada tingkat yang sama, martabat dan rasa hormat bahwa
Care)
Pengukuran yang sistematik dan adanya umpan balik harus dipantau secara
terus menerus agar berdampak pada perubahan intervensi dan memiliki strategi
yang lebih baik. Evaluasi yang dilakukan dapat meliputi mengukur kinerja,
kesehatan adalah pedoman organisasi yang tidak dapat mengelola apa yang
memainkan peran pasien dan mengalami layanan atau prosedur dengan cara
yang sama bahwa pasien dan keluarga memberikan umpan balik pada pemberi
pelayanan.
Salah satu faktor terpenting yang berkontribusi pada PCC adalah kualitas
g. Supportive technology
perawat, atau portal web pasien yang memungkinkan pasien untuk berinteraksi
terakhir, dari yang sederhana email komunikasi antara pasien dan dokter
melalui Web.
Ada 4 konsep inti yang ada dalam konsep PCC dalam PFCC 2012, Benchmarking
Project, Executive Summary and Strategy Map yaitu: martabat dan respek, berbagi
background budaya pasien ikut berperan penting selama perawatan pasien dan
keluarganya (Thamrin, 2012). Aspek martabat dan respek dalam konsep patient
orang lain, memberi perhatian dan mempelajari kesukaan seseorang serta cara
b. Berbagi Informasi
Komunikasi dalam menginformasikan sesuatu kepada konsumen seharusnya
yang berkaitan dengan pasien, maupun program perawatan dan intervensi yang
c. Partisipasi
Pasien dan keluarga perlu dilibatkan dan didukung untuk ikut serta dalam
d. Kolaborasi
Planetree yaitu seorang pemimpin patient centered care yang diakui secara
2012).
hambatan yang mungkin timbul dalam mencapai PCC (Silow, et al., 2006) adalah
sebagai berikut:
5. Kendala finansial
6. Kebiasaan lama dari staf yang tidak mau merubah paradigma lama sebagai
penyedia layanan atau relasi dengan pasien dan budaya serta faktor sosial
ekonomi.
untuk menjamin tercapainya PCC. Kebijakan di keluarkan oleh pihak yang memiliki
otoritas dalam hal ini pemerintah yang harus di dukung oleh penetapan standar yang
sesuai dengan kepentingan pasien. Namun, hingga saat ini pemerintah belum
mengeluarkan sistem kebijakan yang spesifik terkait PCC, sehingga setiap unit
Penyusunan SOP di sesuaikan dengan kondisi dan karakteristik unit penyedia jasa
dengan metode SERQUAL yang telah dimodifikasi, seperti pada tabel dibawah ini:
Jawaban:
SM : Sangat Memuaskan
M : Memuaskan
CM : Cukup Memuaskan
TM : Tidak Memuaskan
No Pernyataan SM M CM TM STM
1 Tenaga medis memberikan
pelayanan teliti dan tepat waktu
2 Tenaga medis dan petugas
lainnya membantu jika ada
permasalahan pasien
3 Dokter dan tenaga kesehatan
lainnya memberi informasi jenis
penyakit secara jelas, cara
perawatan dan cara minum obat
4 Tenaga medis memberikan
informasi kepada pasien
sebelum pelayanan diberikan
5 Tenaga medis bersedia
menanggapi keluhan pasien
Responsiveness
6 Perawat tanggap menangani
pasien
7 Tenaga medis menerima dan
melayani dengan baik
8 Tenaga medis melakukan
tindakan secara cepat dan tepat
9 Tenaga medis melakukan
tindakan sesuai dengan
prosedur
Assurance
10 Dokter mempunyai kemampuan
dan pengetahuan dalam
menentukan diagnosa penyakit
dengan cukup baik serta mampu
menjawab pertanyaan pasien
secara meyakinkan
11 Tenaga kesehatan menyediakan
obatobatan dna alat medis yang
lengkap
12 Tenaga medis medis bekerja
cekatan serta menghargai pasien
13 Dokter melayani dengan sikap
meyakinkan sehingga pasien
merasa aman
14 Tenaga medis mempunyai
catatan medis pasien
Emphaty
15 Dokter memberi waktu yang
cukup pada pasien
16 Perawat memberi pelayanan
yang sesuai dengan keinginan
dan kebutuhan pasien
17 Perawat memperhatikan pasien
dengan sungguh-sungguh
18 Dokter mendengarkan keluhan
penyakit pasien serta memberi
solusi dalam konsultasi
19 Perawat bersikap ramah dan
sopan
Tangible
20 Penampilan tenaga medis rapih
dan bersih
2.2.14. Penerapan Standar Akreditasi yang Berkaitan dengan Patient Centered Care
Pengukuran indikator penerapan Patient Centered Care dalam standar
akreditasi Rumah sakit terdapat pada 7 standar yaitu (1) Akses ke Pelayanan dan
Kontinuitas Pelayanan (APK); (2) Hak Pasien dan Keluarga (HPK); (3) Assesmen
Pasien (AP); (4) Pelayanan Pasien (PP); (5) Pelayanan Anestesi dan Bedah (PAB);
(6) Manajemen Penggunaan Obat (MPO); dan (7) Pendidikan Pasien dan Keluarga
(PPK).
Centered Care menggunakan Format telaah telusur rekam medis tertutup meliputi
7 Standar akreditasi Rumah Sakit versi 2012, yang merupakan kelompok standar
1. Akses Pelayanan dan Kontuinitas Pelayanan (APK) yang mencakup APK 1.1.3
alasan dirawat dan diagnosis, temuan fisik penting, tindakan diagnostik dan
prosedur yang dilakukan, obat yang diberikan termasuk obat setelah pulang,
2. Hak Pasien dan Keluarga (HPK) yang mencakup HPK 6.3 Persetujuan umum,
HPK 6.4 Persetujuan operasi dan tindakan invasif, anestesi dan sedasi, transfusi
3. Assesmen Pasien (AP) yang mencakup AP 1.3 Kebutuhan medis pasien dan
diupdate jika umur lebih dari 30 hari, AP 1.5 Assesmen terdokumentasi dalam
sebelum operasi, AP 1.6 Assesmen gizi dan status fungsional, AP 1.7 Assesmen
nyeri saat masuk, AP 1.11 Assesmen awal untuk rencana keluar dari RS, AP 2
Assesmen setiap hari pada pasien akut (SOAP), AP 2.1 Assesmen awal masuk
RS.
kebutuhan pendidikan pasien dan keluarga, PPK 2.1 Assesmen yang meliputi
budaya pasien dan keluarga, tingkat pendidikan dan bahasa, kendala emosional,
5. Pelayanan Anestesi dan Bedah (PAB) yang mencakup PAB 5.1 Risiko,
selama sedasi, kriteria sadar kembali, PAB 4 pengkajian pra anestesi dan pra
Induksi.
6. Manajemen Penggunaan Obat (MPO) yang meliputi: MPO 4 Daftar obat yang
diminum sebelum dirawat, MPO 4.3 Jenis obat yang diresepkan dicatat di
dalam RS yang bekerja secara kolaboratif dengan PPA, memastikan bahwa pasien dirawat
serta ditransisikan ke tingkat asuhan yang tepat, dalam perencanaan asuhan yang efektif dan
menerima pengobatan yang ditentukan, serta didukung pelayanan dan perencanaan yang
dibutuhkan selama maupun sesudah perawatan RS. Case management yang bertugas disebut
kesinambungan pelayanan pasien atau pada fase pelayanan tertentu teridentifikasi dengan
jelas. Staf yang dimaksud adalah Manajer Pelayanan Pasien (case manager) yang dapat
seorang dokter atau tenaga keperawatan yang kompeten. Nama staff (manajer pelayanan
pasien) ini tercantum didalam rekam medis pasien atau dengan cara lain dikenalkan kepada
semua staf rumah sakit, serta sangat diperlukan apalagi bagi pasien-pasien tertentu yang
kompleks dan pasien lain yang ditentukan rumah sakit. Manajer Pelayanan Pasien perlu
meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien di rumah sakit sesuai dengan prioritas
kebutuhan pasien. Bahwa pelayanan kesehatan yang bermutu dan memuaskan harus
yang komprehensif, efektif, efisien dan menjamin keberlangsungan pelayanan maka perlu
a. Communication (komunikasi)
f. Penghubung pasien/keluarga dengan dokter utama atau bidang lain di Rumah Sakit
pelaksanaan terapi yang telah ditentukan agar pelayanan kepada ppasien diberikan dengan
c. Memberikan KIE tentang hal hal umum yang berkaitan dengan kondisi pasien dan
a. Komunikatif
b. Sabar
c. Ramah
d. Dapat bekerjasama
e. Memiliki jiwa pemimpin
f. Managerial skill
g. Berwawasan luas
i. Customer Oriented
c. Mengurangi keluhan
e. Pemantauan pelyanan sejak pasien masuk sampai dengan keluar dari rumah sakit
Keberhasilan kinerja RSUD dr. Slamet dapat diukur dengan indikator yang telah
ditetapkan guna mendukung Visi Kabupaten Garut yaitu: “Terwujudnya Kabupaten Garut
yang Bermartabat, Nyaman dan sejahtera”. Mengacu kepada Visi Kabupaten Garut, maka
RSUD dr. Slamet menetapkan Visi, yaitu: “RSUD dr. Slamet menjadi Kebanggaan
Masyarakat Garut yang Dipercaya, Aman, Nyaman dan Terjangkau”.
Adapun penjelasan makna Visi RSUD dr. Slamet adalah sebagai berikut:
a. Rumah Sakit yang menjadi kebanggaan masyarakat Garut berarti dalam melaksanakan
pelayanan selalu didukung dengan sumber daya sesuai dengan standar dan profesional
yang siap untuk berkompetisi dengan lembaga layanan kesehatan lainnya;
b. Rumah Sakit yang dipercaya berarti rumah sakit selalu membangun kepercayaan
masyarakat atas pelayanan yang dilaksanakan dan merupakan kegiatan yang harus
dilakukan seiring dengan harapan dan tuntutan untuk meningkatkan kepuasan
masyarakat;
c. Rumah Sakit yang aman berarti rumah sakit yang bebas dari bahaya atau resiko medis
dan non medis serta bebas dari tindakan pelayanan yang tidak profesional / kesewenang-
wenangan;
d. Rumah Sakit yang nyaman berarti rumah sakit yang memiliki suasana yang tenang,
damai dan sejuk, sehingga pelayanan dapat dilaksanakan sesuai dengan harapan;
e. Rumah Sakit yang terjangkau berarti setiap jenis pelayanan dilakukan secara cepat,
mudah dan dapat diakses oleh setiap pengguna pelayanan.
3.2.7 Informasi
Perawat dan petugas lainnya sudah memberikan komunikasi, informasi dan
edukasi yang dibutuhkan oleh pasien dan keluarga. Misalnya diruang rawat inap,
pasien dan keluarga biasanya diajarkan edukasi tentang cara cuci tangan 6 langkah
atau sebelum pulang Perawatan pasien dan keluarga diberikan edukasi tentang obat,
waktu control dan edukasi lain yang dibutuhkan.
6. DATA PSIKOLOGIS
Tentukan Skor: Nyatakanlah besarnya bobot masing-masing item SWOT yang dimiliki
dengan menggunakan skala 1 (sangat kecil), 2(kecil), 3(cukup), 4 (besar), 5(sangat besar).
Kwadran SWOT
O
3,75
3,5
W S S
3,57
3,4
Kesimpulan:
Berdasarkan kajian analisis SWOT (PCC), penyebaran aspek real yg digunakan
lebih condong mengarah pada peluang dan kekuatan, sehingga bentuk strategi yg
digunakan adalah stragegi progresif.
4.4.5 STEP 5: Komunikasikan Temuan Kepada Pemangku Kepentingan
Hasil temuan kajian analisis SWOT (PCC), penyebaran aspek real yg
digunakan lebih condong mengarah pada peluang dan kekuatan, sehingga bentuk
strategi yg digunakan adalah stragegi progresif. Temuan harus di komunikasikan
kepada pemangku kepentingan agar temuan yang didapatkan bisa di tindak
lanjuti, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengkomunikasikan
temuan kajian situasi terhadap pemangku kepentingan diantaranya :
a. Identifikasi pemangku kepentingan
Disini kita akan mengidentifikasi siapa saja yang akan berpengaruh dalam
kajian situasi ini, dalam hal kajin ini maka yang paling berpengaruh adalah
Direktur, wakil direktur, Kabid keperawatan, Kabid Medis, Komite PMKP,
pokja HPK, Kabag SDM.
b. Prioritaskan Pemangku Kepentingan
kita komunikasikan terlebih dahulu dengan pemegang program yaitu pokja
hak pasien dan keluarga (HPK) dan selanjutnya baru kita komunikasikan
temuan kita kepada direktur bersama dengan pemegang program, dan
mengkomunikasikan dengan pemangku kepentingan lainnya. Disini kami
akan menyajikan hasil temuan didapat.
3. Pengumpulan Data
Pengumpulan data tentang hal-hal yang akan di kaji adalah sebagai berikut :
a. Kelompok yang akan dilakukan analisa adalah perawat yang bertugas di
IGD yang melakukan tindakan/ asuhan keperawatan selama pasien
dirawat di IGD.
b. Profesional kesehatan yang termasuk pemberi pelayanan yang ditunjuk
sebagai case manager keperawatan
4. Membandingkan Hasil Pengumpulan Data dengan Standar
Pada tahap ini akan dilakukan analisis, berdasarkan hasil pengumpulan data
terkait dengan upaya penerapan NEWS di IGD oleh perawat yang bertugas di
IGD.
Cheraghi, Mohammad Ali, Maryam Esmaeili, and Mahvash Salsali. 2017. “Seeking
Humanizing Care in Patient-Centered Care Process: A Grounded Theory Study.”
Holistic Nursing Practice 31 (6): 359–68.
https://doi.org/10.1097/HNP.0000000000000233.
Lauver, Diane R., Sandra E. Ward, Susan M. Heidrich, Mary L. Keller, Barbara J. Bowers,
Patricia Flatley Brennan, Karin T. Kirchhoff, and Thelma J. Wells. 2002. “Patient-
Centered Interventions.” Research in Nursing & Health 25 (4): 246–55.
https://doi.org/10.1002/nur.10044.
Mead, Nicola, and Peter Bower. 2000. “Patient-Centredness: A Conceptual Framework and
Review of the Empirical Literature.” Social Science & Medicine 51 (7): 1087–1110.
Morales & Asencio, J. M., et all. (2010). Design of a case management model for people
with chronic disease (Heart Failure and COPD). BMC Health Services Research, 10,
324. http://doi.org/10.1186/1472-6963- 10-324
Moreau, Alain, Laurent Carol, Marie Cécile Dedianne, Christian Dupraz, Corinne Perdrix,
Xavier Lainé, and Gilbert Souweine. 2012. “What Perceptions Do Patients Have of
Decision Making (DM)? Toward an Integrative Patient-Centered Care Model. A
Qualitative Study Using Focus-Group Interviews.” Patient Education and Counseling
87 (2): 206–11. https://doi.org/10.1016/j.pec.2011.08.010.
Mullahy, C. (2014). Practice Settings and Models of Care. Jones & Bartlett Learning, LCC.
Schoot, Tineke, Ireen Proot, Ruud Ter Meulen, and Luc de Witte. 2005. “Actual Interaction
and Client Centeredness in Home Care.” Clinical Nursing Research 14 (4): 370–93.
https://doi. org/10.1177/1054773805280093.
Shaller, Dale. 2007. “Patient-Centered Care: What Does It Take?” Common Wealth Fund,
no. 1067: 34–34. www.commonwealthfund.org.