0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
56 tayangan5 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang manajemen penanggulangan bencana dan peran perawat dalam manajemen tersebut. Manajemen penanggulangan bencana meliputi tiga tahap yaitu pra bencana, saat bencana, dan pasca bencana. Peran perawat sangat dibutuhkan dalam setiap tahapan tersebut karena perawat berperan sebagai tenaga kesehatan yang tergabung dalam sistem penanggulangan bencana. Kompetensi khusus dip
Dokumen tersebut membahas tentang manajemen penanggulangan bencana dan peran perawat dalam manajemen tersebut. Manajemen penanggulangan bencana meliputi tiga tahap yaitu pra bencana, saat bencana, dan pasca bencana. Peran perawat sangat dibutuhkan dalam setiap tahapan tersebut karena perawat berperan sebagai tenaga kesehatan yang tergabung dalam sistem penanggulangan bencana. Kompetensi khusus dip
Dokumen tersebut membahas tentang manajemen penanggulangan bencana dan peran perawat dalam manajemen tersebut. Manajemen penanggulangan bencana meliputi tiga tahap yaitu pra bencana, saat bencana, dan pasca bencana. Peran perawat sangat dibutuhkan dalam setiap tahapan tersebut karena perawat berperan sebagai tenaga kesehatan yang tergabung dalam sistem penanggulangan bencana. Kompetensi khusus dip
Manajemen penanggulangan bencana adalah pengelolaan penggunaan sumber daya yang ada untuk menghadapi ancaman bencana dengan melakukan perencanaan, penyiapan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi di setiap tahap penanggulangan bencana yaitu pra, saat dan pasca bencana. Terdapat kemiripan manajemen penanggulangan bencana dengan sifat-sifat manajemen lainnya secara umum, tetapi terdapat beberapa perbedaan, meliputi: 1Nyawa dan kesehatan masyarakat merupakan masalah utama; 2Waktu untuk bereaksi yang sangat singkat; 3Risiko dan konsekuensi kesalahan atau penundaan keputusan dapat berakibat fatal; 4Situasi dan kondisi yang tidak pasti; 5Petugas mengalami stres yang tinggi; 6Informasi yang selalu berubah (Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana, 2011). Dalam penanganan bencana terdapat beberapa siklus manajemen bencana 1 yang terdiri dari tiga tahap yaitu prabencana (kesiapsiagaan, mitigasi dan pencegahan), 2bencana (tanggap darurat) dan 3pasca bencana (rekonstruksi dan pemulihan) (Depkes RI, 2007). Upaya penanggulangan bencana terdiri dari tiga tahap antara lain : 1)Tahap prabencana, meliputi a. Situasi tidak terjadi bencana,( kegiatannya adalah pencegahan dan mitigasi) dan b.Situasi potensi terjadi bencana, 2) (kegiatannya berupa kesiapsiagaan), Tahap saat bencana (kegiatannya adalah 3) tanggap darurat dan pemulihan darurat), Tahap pasca bencana (kegiatannya adalah rehabilitasi dan rekonstruksi) (Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana, 2011). Setiap tahap penanggulangan tersebut tidak dapat dibatasi secara tegas. Dalam pengertian bahwa upaya prabencana harus terlebih dahulu diselesaikan sebelum melangkah pada tahap tanggap darurat dan dilanjutkan ke tahap berikutnya, yakni pemulihan. Siklus ini harus dipahami bahwa pada setiap waktu, semua tahapan dapat dilaksanakan secara bersama‐sama pada satu tahapan tertentu dengan porsi yang berbeda. Misalnya, tahap pemulihan kegiatan utamanya adalah pemulihan tetapi kegiatan pencegahan dan mitigasi dapat juga dilakukan untuk mengantisipasi bencana yang akan datang. Berbagai upaya penanggulangan bencana yang dapat dilakukan pada setiap tahap dalam siklus bencana antara lain pada fase prabencana meliputi : a. Pencegahan dan mitigasi Upaya ini bertujuan menghindari terjadinya bencana dan mengurangi risiko dampak bencana. Upaya‐upaya yang dilakukan antara lain: 1) penyusunan kebijakan, peraturan perundangan, pedoman dan standar; 2) pembuatan peta rawan bencana dan pemetaan masalah kesehatan 3) pembuatan brosur/leaflet/poster 4) analisis risiko bencana pembentukan tim penanggulangan bencana 6) pelatihan dasar kebencanaan 7) membangun sistem penanggulangan krisis kesehatan berbasis masyarakat. b. Kesiapsiagaan Upaya kesiapsiagaan dilaksanakan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya bencana. Upaya kesiapsiagaan dilakukan pada saat bencana mulai teridentifikasi 1) akan terjadi. Upaya‐upaya yang dapat dilakukan antara lain: penyusunan 2) 3) rencana kontinjensi; simulasi/ gladi/ pelatihan siaga; penyiapan dukungan sumber daya dan 4). Penyiapan sistem informasi dan komunikasi. Upaya penanggulangan bencana pada tahap tanggap darurat bidang kesehatan dilakukan untuk menyelamatkan nyawa dan mencegah kecacatan. Upaya tersebut meliputi: 1). penilaian cepat kesehatan (rapid health assessment); 2).pertolongan pertama korban bencana dan evakuasi ke sarana kesehatan; 3). pemenuhan kebutuhan dasar kesehatan; 4). perlindungan terhadap kelompok risiko tinggi kesehatan. Sedangkan penanggulangan bencana pada tahap pemulihan meliputi rehabilitasi dan rekonstruksi. Upaya rehabilitasi bertujuan mengembalikan kondisi daerah yang terkena bencana yang serba tidak menentu ke kondisi normal yang lebih baik. Upaya rekonstruksi bertujuan membangun kembali sarana dan prasarana yang rusak akibat bencana secara lebih baik dan sempurna. Upaya‐upaya yang dilakukan antara lain: 1). perbaikan lingkungan dan sanitasi; 2). perbaikan fasilitas pelayanan kesehatan; 3). pemulihan psiko‐sosial; 4). peningkatan fungsi pelayanan kesehatan (Ardia Putra, dkk. 2015). Menurut BNPB 2008, tindakan penanggulangan bencana pada tahap pra bencana meliputi : pencegahan dan mitigasi, kesiapsiagaan. upaya kegiatan pencegahan dan mitigasi bertujuan untuk menghindari terjadinya bencana serta mengurangi risiko yang ditimbulkan oleh bencana. tindakan mitigasi dilihat dari sifatnya dapat digolongkan menjadi 2 (dua) bagian, yaitu mitigasi pasif dan 1 mitigasi aktif. tindakan mitigasi pasif meliputi: penyusunan peraturan perundang-undangan.; 2pembuatan peta rawan bencana dan pemetaan masalah.; 3 4 pembuatan pedoman/standar/prosedur; pembuatan brosur/leaflet/poster; 5 penelitian / pengkajian karakteristik bencana; 6pengkajian / analisis risiko 7 8 bencana; internalisasi pb dalam muatan lokal pendidikan; pembentukan organisasi atau satuan gugus tugas bencana; 9perkuatan unit-unit sosial dalam 10 masyarakat, seperti forum; pengarus-utamaan PB dalam perencanaan pembangunan. Sedangkan tindakan pencegahan yang tergolong dalam mitigasi aktif 1 antara lain: pembuatan dan penempatan tanda-tanda peringatan, bahaya, 2 larangan memasuki daerah rawan bencana dsb; pengawasan terhadap pelaksanaan berbagai peraturan tentang penataan ruang, ijin mendirikan bangunan (IMB), dan peraturan lain yang berkaitan dengan pencegahan 3 bencana. pelatihan dasar kebencanaan bagi aparat dan masyarakat; 4 pemindahan penduduk dari daerah yang rawan bencana ke daerah yang lebih aman. 5penyuluhan dan peningkatan kewaspadaan masyarakat; 6perencanaan daerah penampungan sementara dan jalur-jalur evakuasi jika terjadi bencana. 7 pembuatan bangunan struktur yang berfungsi untuk mencegah, mengamankan dan mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh bencana, seperti: tanggul, DAM, penahan erosi pantai, bangunan tahan gempa dan sejenisnya. Tindakan kesiapsiagaan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya bencana guna menghindari jatuhnya korban jiwa, kerugian harta benda dan berubahnya tata kehidupan masyarakat. Upaya kesiapsiagaan dilakukan pada saat bencana mulai teridentifikasi akan terjadi, kegiatan yang dilakukan antara lain: 1pengaktifan pos-pos siaga bencana dengan segenap unsur pendukungnya; 2 pelatihan siaga / simulasi / gladi / teknis bagi setiap sektor penanggulangan bencana (SAR, sosial, kesehatan, prasarana dan pekerjaan umum); 3inventarisasi sumber daya pendukung kedaruratan; 4penyiapan dukungan dan mobilisasi sumberdaya/logistik; 5penyiapan sistem informasi dan komunikasi yang cepat dan terpadu guna mendukung tugas kebencanaan; 6penyiapan dan pemasangan 7 instrumen sistem peringatan dini (early warning); penyusunan rencana 8 kontinjensi (contingency plan); mobilisasi sumber daya (personil dan prasarana/sarana peralatan) (BNPB, 2008).
2. Peran Perawat dalam management bencana
Peran perawat sangat di butuhkan dalam setiap tahapan siklus bencana, karena perawat sebagai tenaga kesehatan merupakan bagian dari sistem di lembaga-lembaga penanggulangan bencana yang ada, baik pada tingkat lokal maupun nasional. Disamping itu, peran perawat juga bisa berada di lembaga swasta baik tergabung dalam Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) maupun Organisasi Masyarakat (Ormas). Menurut Amelia (2007) menjelaskan, untuk menjadi perawat bencana harus mempunyai kompetensi khusus sesuai posisinya. Bila dalam posisi manajer keperawatan, maka seorang perawat bencana harus mempunyai kompetensi: mampu membuat keputusan cepat dalam rangka mengatasi masalah bencana, misalnya menentukan staf (SDM) yang dilibatkan dalam penanganan bencana, memenuhi alat dan obat-obatan yang harus disiapkan, dan mampu memenuhi kebutuhan logistik penanganan bencana serta mampu melakukan koordinasi dengan baik pada saat terjadi bencana. Sedangkan sebagai pelaksana keperawatan, kompetensi yang harus dimiliki adalah mampu: a).melakukan triage darurat bencana; b).melaksanakan penyelamatan kehidupan dasar dan lanjutan; c).melaksanakan tindakan keperawatan gawat; d).memenuhi kebutuhan klien gawat darurat; e).melaksanakan pengawasan; f).membuat dokumentasi setiap tindakan, g).menangani kepanikan klien dan keluarga, dan h). menangani sukarelawan. Menurut International Council of Nurses, 2006, dalam Zukhri, 2017 aktivitas keperawatan Pada Fase Pre Impact meliputi : 1) Berpartisipasi dalam penyusunan rencana pengurangan resiko bencana (PRB) 2) Berpartisipasi dalam pengkajian risiko bencana dengan menganalisis bahaya, pembuatan peta bahaya dan analisis kerentanan 3) Menginisiasi upaya pencegahan meliputi: upaya pencegahan/penghilangan bahaya, pemindahan kelompok risiko, melakukan kampanye kesadaran masyarakat, pengembangan Early Warning System. 4) Melakukan simulasi 5) Mengidentifikasi kebutuhan pendidikan dan pelatihan untuk semua perawat 6) Pengembangan data base keperawatan bencana 7) Mengembangkan evaluasi terhadap perencanaan yg meliputi semua aspek disaster Menurut Sinaga, 2015 peran perawat pada tahap pra bencana meliputi: 1. Perawat mengikuti pedidikan dan pelatihan bagi tenaga keseahatan dalam penanggulangan ancaman bencana untuk tiap fasenya (preimpact, impact, postimpact). Materi pelatihan mencakup berbagai tindakan dalam penanggulangan ancaman dan dampak bencana. Misalnya mengenai intruksi ancaman bahaya, mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan saat fase darurat (makanan, air, obat-obatan, pakaian, selimut, tenda dsb) dan mengikuti pelatihan penanganan pertama korban bencana (PPGD) 2. Perawat ikut terlibat dalam berbagai tim kesehatan, baik dari dinas kesehatan pemerintah, organisasi lingkungan, Palang Merah Nasional, maupun LSM dalam memberikan penyuluhan dan simulasi dalam menghadapi ancaman bencana kepada masyarakat. Penyuluhan atau pendidikan kesehatan kepada masyarakat harus meliputi: 3. Usaha pertolongan diri sendiri (masyarakat korban) keluarga atau kelompok 1) Pelatihan pertolongan pertama pada anggota keluarga, misalnya menolong anggota keluarga dengan kecurigaan fraktur, perdarahan dan pertolongan luka bakar. Pelatihan ini akan lebih baik bila keluarga juga dikenalkan mengenai perlengkapan kesehatan (first aid kit) seperti obat penurun panas (parasetamol), tablet antasida, antidiare, antiseptik, laksatif, termometer, perban, plester, bidai. 2) Pembekalan informasi tentang bagaimana menyimpan dan membawa persediaan makanan, penggunaan air yang aman dan sehat 3) Perawat juga dapat memberikat beberapa alamat dan nomor telepon darurat seperti dinas kebakaran, rumah sakit dan ambulans. 4) Memberikan tempat alternatif penampungan atau posko bencana. 5) Memberikan informasi tentang perlengkapan yang dapat dibawa (misal pakaian seperlunya, portable radio, senter dan baterai).