KAJIAN PUSTAKA
1.1.1 Bencana
a. Pengertian Bencana
penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam atau faktor non
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis.
1. Ada peristiwa.
3. Terjadi secara tiba-tiba akan tetapi juga dapat terjadi secara perlahan.
b. Pengklasifikasian Bencana
1. Bencana alam
10
11
peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain dapat berupa gempa bumi, tsunami,
2. Bencana nonalam
peristiwa nonalam antara lain dapat berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, dan
wabah penyakit.
3. Bencana Sosial
peristiwa yang diakibatkan oleh ulah manusia meliputi konflik sosial antar
Bencana alam Geologis disebabkan oleh gaya-gaya yang berasal dari dalam
bumi atau disebabkan akibat bergeraknya lempeng bumi. Bencana alam geologis
termasuk bencana alam yang sangat banyak menelan korban jiwa, kerusakan
Bencana alam Klimatologis disebabkan oleh faktor cuaca dan iklim. Bencana
ini diakibatkan oleh perubahan iklim yang terjadi diseluruh dunia. Contohnya, yaitu
banjir, badai, puting beliung, kekeringan, kebakaran alami hutan, tanah longsor.
12
yang paling popular karena terdiri dari tahap-tahap yang jelas sehingga lebih
sebelum bencana, selama bencana terjadi, dan setelah bencana. Model ini
3. Contract-expand model. Model ini berasumsi bahwa seluruh tahap-tahap yang ada
daerah yang rawan bencana. Perbedaan pada kondisi bencana dan tidak bencana
adalah pada saat bencana tahap tertentu lebih dikembangkan (emergency dan
4. The crunch and release model. Manajemen bencana ini menekankan upaya
maka bencana akan juga kecil kemungkinannya terjadi meski hazard tetap terjadi.
bencana pada identifikasi risiko bencana baik dalam bentuk kerentanan maupun
2.1.2 Kesiapsiagaan
a. Definisi kesiapsiagaan
tepat guna dan berdaya guna (Undang-Undang No.24 Tahun 2007 pasal 1 ayat 7).
dapat terjadi guna untuk menghindari jatuhnya korban jiwa, kerugian harta benda
saat terjadi bencana, seperti tindakan proteksi selama gempa bumi, tumpahan
penting dari kegiatan pengurangan risiko bencna yang bersifat pro-aktif, sebelum
darurat.
darurat bencana.
perhatian yaitu :
penanganan situasi darurat yang tepat dan selalu diperbaharui (tidak tertinggal),
5. Pelatihan dan Kesadaran Masyarakat : perlu adanya pelatihan yang memadai dan
secara uptodate).
masyarakat dalam menghadapi ancaman bencana, terdiri dari beberapa faktor kritis,
1. Mengurangi Ancaman
3. Mengurangi Akibat
4. Menjalin Kerjasama
dana.
b) Rencana evakuasi, termasuk lokasi dan tempat evakuasi, peta, jalur dan
rambu-rambu evakuasi.
bandara).
berikut :
bencana alam.
d) Memobilisasi dana.
kesiapsiagaan bencana.
2.1.3 Kekeringan
a. Definisi Kekeringan
Kekeringan merupakan salah satu masalah serius yang sering muncul ketika
musim kemarau tiba karena berkurangnya air ( Indarto dkk, 2014). Kekeringan pada
dasarnya diakibatkan oleh kondisi hidrologi daerah dalam kondisi air yang tidak
sebagai kekurangan curah hujan dalam satu periode waktu, biasanya berupa sebuah
musim atau lebih, yang menyebabkan kekurangan air untuk kegiatan, kelompok,
atau sektor lingkungan. Selain itu, kekeringan merupakan fenomena yang merayap
kekeringan.
Kekeringan adalah suatu kejadian jenis iklim berulang yang normal, dan
(Moreira dkk, 2012). Elza Sumarini (2016) mengatakan bahwa kekeringan adalah
suatu kejadian bencana alam yang disebabkan oleh defisit curah hujan dalam
iklim yang sering terjadi dan memberikan dampak negatif serta dapat berpengaruh
terhadap aktivitas makhluk hidup. Dari aspek sosial ekonomi, bencana kekeringan
bencana alam, kekeringan berbeda dari bahaya alam lainnya. Perbedaan tersebut
luas dibandingkan dengan kerusakan yang disebabkan oleh bahaya alam lainnya.
20
curah hujan yang dapat terjadi di bawah kondisi normal dalam suatu musim.
Sangat kering : apabila curah hujan antara 50%-70% dari kondisi normal.
Amat sangat kering : apabila curah hujan di bawah 50% dari kondisi normal.
pasokan air permukaan dan air tanah. Kekeringan hidrologis diukur dari
ketinggian muka air waduk, danau dan air tanah. Ada jarak waktu antara
danau dan air tanah, sehingga kekeringan hidrologis bukan merupakan gejala awal
sebagai berikut :
Kering : apabila debit sungai mencapai periode ulang aliran di bawah periode
5 tahunan.
Sangat kering : apabila debit air sungai mencapai periode ulang aliran jauh di
Amat sangat kering : Apabila debit air sugai mencapai periode ulang aliran
tanah sehingga tanah tak mampu lagi memenuhi kebutuhan air bagi tanaman pada
Kering : apabila ¼ daun kering dimulai pada ujung daun (terkena ringan s/d
sedang).
Sangat kering : apabila ¼ - 2/3 daun kering dimulai pada bagian ujung daun
(terkena berat).
komoditi yang bernilai ekononi dari suatu kebutuhan normal sebagai akibat dari
dan < 60, air mencukupi untuk minum, memasak, mencuci alat masak/makan,
Kering langka : apabila ketersediaan air (dalam liter/orang/hari) > 10 dan < 30,
air hanya mencukupi untuk minum, memasak, dan menuci alat masak/makan,
Kering kritis : apabila ketersediaan air (dalam liter/orang/hari) <10, air hanya
mencukupi untuk minum dan memasak, sedangkan jarak dari sumber air > 3,0
km.
22
karena kebutuhan air lebih besar dari pasokan yang direncanakan sebagai akibat
kawasan tangkapan air, sumber air sebagai akibat dari perbuatan manusia.
permukaan dan air tanah. Kekeringan ini diukur berdasarkan elevasi muka air
tanaman tertentu pada periode waktu tertentu ada wilayah yang luas yang
yang lama dan disebabkan oleh interaksi atmosfer dan laut serta akibat
fenomena El Nino.
2. Kekeringan dapat juga disebabkan oleh berbagai faktor yang bersifat alamiah
penentuan pola tanam setempat, dengan memilih jenis tanaman yang kurang
(Banowati, 2013:235)
yaitu penanganan jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang (Adi ,
2011).
adalah :
a. Kuantitas sumber air kurang untuk menyuplai air bersih bagi masyarakat di
musim kemarau.
b. Sarana dan prasarana penyedia air bersih, sehingga layanan air bersih bagi
pantek, sumur air tanah dalam, penampungan air hujan (PAH), Terminal air
sumber air.
b. Kualitas lingkungan hidup sekitar sumber mata air dan waduk yang rusak.
Penelitian terdahulu oleh Widdy Reynaldi, Puji Hardati, dan Satyanta Parman
dengan judul Distribusi keruangan daerah terkena bencana kekeringan dan adaptasi
Bringin Kabupaten Semarang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
yang terkena bencana kekeringan, dan adaptasi kesiapsiagaan rumah tangga dalam
Hasil dari penelitian ini adalah sebaran keruangan desa terkena kekeringan terdiri
dari tiga kategori yaitu rendah, sedang, dan tinggi karena dipengaruhi oleh kondisi
adaptasi kesiapsiagaan rumah tangga di Desa Truko termasuk kategori siap, rumah
tangga di Desa Wiru cukup siap, sedangkan rumah tangga di Desa Rembes (
Reynaldi, 2017).
Kecamatan Trucuk Kabupaten Klaten. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk
Hasil dari penelitian ini yaitu pengetahuan masyarakat di Desa Sumber, Kecamatan
Trucuk, Kabupaten Klaten tentang bencana sudah sangat baik dengan nilai indeks
85,75 dan dapat dikatakan sangat siap dalam menghadapi bencana. Selain itu,
Klaten terhadap bencana gempa bumi sudah baik dengan nilai indeks 72,22 dan
Parman dengan judul Deteksi Potensi kekeringan berbasis penginderaan jauh dan
system informasi geografis di Kabupaten Klaten. Tujuan dari penelitian ini yaitu
penginderaan jauh dan SIG dalam mendeteksi derah yang berpotensi kekeringan
dengan menggunakan teknik analisis interpretasi digital. Hasil dari penelitian ini
yaitu daerah yang berpotensi kekeringan tertinggi terdapat pada kabupaten klaten
bagian selatan yaitu pada kecamatan bayat, cawa, dan sekitarnya serta pada
kabupaten klaten bagian tengah yaitu Kecamatan Klaten, Jogonalan dan sekitarnya
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengalisis metodologi perhitungan index
cukup baik pada keadaan lahan tertutup oleh vegetasi. Saat keadaan tanpa vegetasi,
secara efektif. Namun, sementara itu indeks presipitasi yang diturunkan dari data
Bencana Gempa Bumi dan Tsunami.” penelitian ini bertujuan mengetahui adaptasi
bahaya bencana gempa bumi dan tsunami yang digambarkan melalui sikap dan
terhadap bencana gempa bumi dan tsunami berada dalam kondisi tidak siap jika
dilihat dari parameter pengetahuan dan sikap, kebijakan, rencana tanggap darurat,
sistem peringatan bencana, dan mobilisasi sumber daya. Tidak siapnya masyarakat
dalam menghadapi ancaman bencana ini antara lain disebabkan banyak masyarakat
Chatarina Muryani, Sarwono dan Dwi Hastuti (2016) dalam penelitian yang
dilakukan dengan pemenuhan sumur dalam dan pembuatan bak tampungan air,
sebab dengan adanya beberapa penelitian tersebut yang telah dilakukan oleh
peneliti di kawasan masing – masing. Peneliti disini akan meneliti tentang adaptasi
kebutuhan yang sering digunakan adalah air. Air merupakan komponen lingkungan
hidup yang penting bagi kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya
Bencana alam merupakan salah satu bencana yang diakibatkan oleh peristiwa
alam. Salah satunya adalah kekeringan. Menurut data dari BPBD Kabupaten
Rembang, Kecamatan Sedan merupakan salah satu kecamatan yang terkena rawan
Sedan, menurut BPBD Kabupaten Rembang yang paling parah yaitu Desa Dadapan
yang kemudian disusul Desa Lemahputih. Pasalnya dua desa itu yang hampir tiap
tahun selalu mengajukan bantuan air bersih. Bencana Kekeringan yang terjadi di
Desa Dadapan dan Desa Lemahputih tidak terlepas dari dampak yang ditimbulkan,
masyarakat.
Oleh karena itu, maka perlu adanya upaya pencegahan untuk melindungi
bahaya dari kekeringan. Upaya yang dilakukan dalam proses pencegahan yaitu
melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna
(Undang-Undang No.24 Tahun 2007 pasal 1 ayat 7). Setelah adaptasi kesiapsiagaan
e) Mobilisasi Sumberdaya
33