Erik Erikson ialah seorang yang memiliki tujuan hidup untuk mencari identitas dalam
hidup dan teorinya. Pada usia 25 tahun, Erikson diminta untuk mengajar disebuah sekolah di
Wina. Saat itulah ketertarikannya terhadap pendidikan anak-anak sehingga ia mengikuti dan
tamat di sekolah pendidikan guru dengan penerapan metode Montessori.
Beranjak dari penerapan metode Montessori yang Erikson pelajari maka Erikson kembali
mendalami teori Psikoanalisis yang di prakarsai oleh Freud sehingga Erikson menemukan
identitas profesinya. Teori Erik Erikson tentang perkembangan manusia dikenal dengan teori
perkembangan psiko-sosial. Menurut Erikson, Persamaan ego merupakan element utama dalam
teori tingkatan psikososial yang diprakarsai oleh Erikson.
Persamaan ego adalah perasaan sadar yang kita kembangkan melalui interaksi sosial.
Menurut Erikson, perkembangan ego selalu berubah berdasarkan pengalaman dan informasi baru
yang kita dapatkan dalam berinteraksi dengan orang lain. Erikson juga percaya bahwa
kemampuan memotivasi sikap dan perbuatan dapat membantu perkembangan menjadi positif,
inilah alasan mengapa teori Erikson disebut sebagai teori perkembangan psikososial. Erikson
memaparkan teorinya melalui konsep polaritas yang bertingkat/bertahapan.
Menurut Erikson, terdapat delapan tahap perkembangan terbentang ketika kita
melampaui siklus kehidupan. Masing-masing tahap terdiri dari tugas perkembangan yang khas
dan mengedepankan individu dengan suatu krisis yang harus dihadapi. Bagi Erikson, krisis ini
bukanlah suatu bencana, tetapi suatu titik balik peningkatan kerentanan dan peningkatan potensi.
N Tingkatan Usia
o
1 Trust Vs Mistrust 0-1 tahun
2 Autonomy Vs Shame and doubt 1-3 tahun
3 Initiave Vs Guilt 4-5 tahun
4 Industry Vs Inferiority 6-11 tahun
5 Identity Vs Identity Confusion 12-20 tahun
6 Intimacy Vs Isolation 21-40 tahun
7 Generality Vs Stagnation 41-65 tahun
8 Integrity Vs Despair +65 tahun