KONSEP GRAVES
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Ilahi Rabbi, karena atas rahmat dan berkah-Nya lah saya dapat
menyelesaikan modul yang berjudul “Modul Keperawatan: Konsep Cedera Kepala Ringan, Sedang Blok
Neurologi Stase Keperawatan Gadar & Kritis”.
Modul yang telah saya buat ini untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah keperawatan gawat
darurat dan kritis di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan (STIKKU). Dalam menyusun modul ini,
saya mendapat bimbingan, motivasi, hingga bantuan dari semua pihak. Oleh karena itu, saya ingin
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:
1.Bapak Ns. Yana Hendriana, M.Kep, selaku koordinator departemen Keperawatan Gawat Darurat dan
Kritis
2.Bapak Ns. Moch. Didik Nugraha, S.Kep, selaku dosen pembimbing departemen Keperawatan Gawat
Darurat dan Kritis “Tiada Gading yang Tak Retak” oleh sebab itu, kritik dan saran untuk
penyempurnaan modul ini akan saya terima dengan senang hati. Mudah-mudah modul ini bisa
bermanfaat bagi pengembangan diri penulis dan pembaca.
A. Definisi ........................................................................................ 7
B. Etiologi ........................................................................................ 8
D. Klasifikasi ................................................................................... 12
F. Komplikasi .................................................................................. 17
H. Penatalaksanaan ......................................................................... 19
I. Asuhan Keperawatan................................................................... 21
1. Pengkajian .............................................................................
2. Diagnosa Keperawatan ......................................................... 30
3. Intervensi ............................................................................... 31
4. Implementasi ......................................................................... 41
5. Evaluasi ................................................................................. 41
V. Berpikir Kritis
B. Pertanyaan ..........................................................................................42
KONSEP GRAVES
1. Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan tugas modul ini mahasiswa mampu memahami dan menerapkan asuhan
keperawatan pada pasien dengan dengan “Graves”
II. Tujuan Khusus
Kelenjar tiroid merupakan kelenjar berwarna merah kecoklatan dan sangat vascular. Terletak di anterior cartilago
thyroidea di bawah laring setinggi vertebra cervicalis 5 sampai vertebra thorakalis 1. Kelenjar ini terselubungi lapisan
pretracheal dari fascia cervicalis dan terdiri atas 2 lobus, lobus dextra dan sinistra, yang dihubungkan oleh isthmus.
Beratnya kirakira 25 gr tetapi bervariasi pada tiap individu. Kelenjar tiroid sedikit lebih berat pada wanita terutama saat
menstruasi dan hamil. Lobus kelenjar tiroid seperti kerucut. Ujung apikalnya menyimpang ke lateral ke garis oblique pada
lamina cartilago thyroidea dan basisnya setinggi cartilago trachea 4-5. Setiap lobus berukutan 5x3x2 cm. Isthmus
menghubungkan bagian bawah kedua lobus, walaupun terkadang pada beberapa orang tidak ada. Panjang dan lebarnya
kira2 1,25 cm dan biasanya anterior dari cartilgo trachea walaupun terkadang lebih tinggi atau rendah karena kedudukan
dan ukurannya berubah. Kelenjar ini tersusun dari bentukan bentukan bulat dengan ukuran yang bervariasi yang disebut
thyroid follicle. Setiap thyroid follicle terdiri dari sel-sel selapis kubis pada tepinya yang disebut Sel Folikel dan
mengelilingi koloid di dalamnya. Folikel ini dikelilingi jaringan ikat tipis yang kaya dengan pembuluh darah. Sel folikel
yang mengelilingi thyroid folikel ini dapat berubah sesuai dengan aktivitas kelenjar thyroid tersebut. Ada kelenjar thyroid
yang hipoaktif, sel foikel menjadi kubis rendah, bahkan dapat menjadi pipih. Tetapi bila aktivitas kelenjar ini tinggi, sel
folikel dapat berubah menjadi silindris, dengan warna koloid yang dapat berbeda pada setiap thyroid folikel dan sering kali
terdapat Vacuola Resorbsi pada koloid tersebut.
2. Fisiologi Kelenjar Tiroid
Hormon tiroid dihasilkan oleh kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid memiliki dua buah lobus, dihubungkan oleh isthmus, terletak
di kartilago krokoidea di leher pada cincin trakea ke dua dan tiga. Kelenjar tiroid berfungsi untuk pertumbuhan dan
mempercepat metabolisme. Kelenjar tiroid menghasilkan dua hormon yang penting yaitu tiroksin (T4) dan triiodotironin
(T3). Karakteristik triioditironin adalah berjumlah lebih sedikit dalam serum karena reseptornya lebih sedikit dalam protein
pengikat plasma di serum tetapi ia lebih kuat karena memiliki banyak resptor pada jaringan. Tiroksin memiliki banyak
reseptor pada protein pengikat plasma di serum yang mengakibatkan banyaknya jumlah hormon ini di serum, tetapi ia
kurang kuat berikatan pada jaringan karena jumlah reseptornya sedikit.
Proses pembentukan hormon tiroid adalah
- Proses penjeratan ion iodida dengan mekanisme pompa iodida.
Pompa ini dapat memekatkan iodida kira-kira 30 kali konsentrasinya di dalam darah
- Proses pembentukan tiroglobulin.
Tiroglobulin adalah glikoprotein besar yang nantinya akan mensekresi hormon tiroid
- Proses pengoksidasian ion iodida menjadi iodium. Proses ini dibantu oleh enzim peroksidase dan hidrogen peroksidase.
- Proses iodinasi asam amino tirosin.
Pada proses ini iodium (I) akan menggantikan hidrogen (H) pada cincin benzena tirosin. Hal ini dapat terjadi karena
afinitas iodium terhadap oksigen (O) pada cincin benzena lebih besar daripada hidrogen. Proses ini dibantu oleh enzim
iodinase agar lebih cepat.
-Proses organifikasi tiroid.
Pada proses ini tirosin yang sudah teriodinasi (jika teriodinasi oleh satu unsur I dinamakan monoiodotirosin dan jika dua
unsur I menjadi diiodotirosin)
-Proses coupling (penggandengan tirosin yang sudah teriodinasi).
Jika monoiodotirosin bergabung dengan diiodotirosin maka akan menjadi triiodotironin. Jika dua diiodotirosin bergabung
akan menjadi tetraiodotironin atau yang lebih sering disebut tiroksin. Hormon tiroid tidak larut dalam air jadi untuk
diedarkan dalam darah harus dibungkus oleh senyawa lain, dalam hal ini tiroglobulin. Tiroglobulin ini juga sering disebut
protein pengikat plasma. Ikatan protein pengikat plasma dengan hormon tiroid terutama tiroksin sangat kuat jadi tiroksin
lama keluar dari protein ini. Sedangkan triiodotironin lebih mudah dilepas karena ikatannya lebih lemah.
3. GRAVES
Definisi
Penyakit Graves adalah penyakit autoimun yang menyebabkan tubuh menghasilkan hormon tiroid secara berlebihan
(hipertiroidisme). Penyakit ini dapat menimbulkan beragam gejala, di antaranya jantung berdebar, penurunan berat
badan, serta tangan gemetar.
Kelenjar tiroid bertugas untuk memproduksi hormon yang mengatur beberapa fungsi tubuh, seperti sistem saraf,
perkembangan otak, serta suhu tubuh. Pada penderita penyakit Graves, kelenjar tiroid memproduksi hormon lebih
banyak dari yang dibutuhkan.
Etiologi
Hipertiroidisme dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus. Peningkatan TSH akibat
malfungsi kelenjar tiroid akan disertai penurunan TSH dan TRF karena umpan balik negatif HT terhadap
pelepasan keduanya. Hipertiroidisme akibat malfungsi hipofisis memberikan gambamn kadar HT dan TSH yang
finggi. TRF akan Tendah karena uinpan balik negatif dari HT dan TSH. Hipertiroidisme akibat malfungsi
hipotalamus akan memperlihatkan HT yang finggi disertai TSH dan TRH yang berlebihan. Menurut Tarwoto,dkk
(2012) penyebab hipertiroid diantaranya adenoma hipofisis, penyakit graves, modul tiroid, tiroiditis, konsumsi
banyak yodium dan pengobatan hipotiroid.
1. Adenoma hipofisis Penyakit ini merupakan tumor jinak kelenjar hipofisis dan jarang terjadi
2. Penyakit graves Penyakit graves atau toksi goiter diffuse merupakan penyakit yang disebabkan karena
autoimun, yaitu dengan terbentuknya antibody yang disebut thyroid-stimulatin immunoglobulin (TSI) yang
melekati sel-sel tiroid. TSI merinu tindakan TSH dan merangasang tiroid untuk membuat hormon tiroid terlalu
banyak. Penyakit ini dicirikan adanya hipertiroidisme, pembesaran kelenjar tiroid atau (goiter) dan eksoftalmus
(mata yang melotot).
3. Tiroditis Tiroditis merupakan inflamasi kelenjar tiroid yang biasanya disebabkan oleh bakteri seperti
streptococcus pyogenes, staphycoccus aureus dan pnemucoccus pneumonia. Reaksi peradangan ini menimbulkan
pembesaran pada kelenjar tiroid, kerusakan sel dan peningkatan jumlah hormon tiroid. Tiroditis dikelompokan
menjadi tiroiditis subakut, tiroiditis posetpartum, dan tiroiditis tersembunyi. Pada tiroiditis subakut terjadi
pembesaran kelenjar tiroid dan biasanya hilang dengan sendirinya setelah beberapa bulan. Tiroiditis pesetpartum
terjadi sekitar 8% wanita setelah beberapa bulan melahirkan. Penyebabnya diyakini karena autoimun. Seperti
halnya dengan tiroiditis subakut, tiroiditis wanita dengan posetpartum sering mengalami hipotiroidisme sebelum
kelenjar tiroid benar-benar sembuh. Tiroiditis tersembunyi juga disebabkan juga karna autoimun dan pasien tidak
mengeluh nyeri, tetapi mungkin juga terjadi pembesaran kelenjar. Tiroiditis tersembunyi juga dapat
mengakibatkan tiroiditis permanen.
4. Konsumsi yodium yang berlebihan, yang mengakibatkan peningkatan sistesis hormon tiroid.
5. Terapi hipertiroid, pemberian obat obatan hipotiroid untuk menstimulasi sekresi hormon tiroid. Penggunaan
yang tidak tepat menimbulkan kelebihan jumlah hormon tiroid.
Manifestasi Klinik
1. Peningkatan frekuensi denyut jantung.
2. Peningkatan tonus otot, tremor, iritabilitas, peningkatan kepekaan terhadap Katekolamin.
3. Peningkatan laju metabolisme basal, peningkatan pembentukan panas, intoleran terhadap panas, keringat
berlebihan.
4. Penurunan berat badan, tetapi peningkatan rasa lapar (nafsu makan baik).
5. Peningkatan frekuensi buang air besar.
6. Gondok (biasanya), yaitu peningkatan ukuran kelenjar tiroid
7. Gangguan reproduksi
8. Tidak tahan panas.
9. Cepat lelah
Pathway
Komplikasi
Menurut Tarwoto,dkk (2012) :
1. Eksoftalmus, keadaan dimana bola mata pasien menonjol benjol keluar, hal ini disebabkan karena
penumpukkan cairan pada rongga orbita bagian belakang bola mata. Biasanya terjadi pasien dengan penyakit
graves.
2. Penyakit Jantung, terutama kardioditis dan gagal jantung.
3. Stromatiroid (tirotoksikosis), pada periode akut pasien mengalami demam tinggi, takikardia berat, derilium,
dehidrasi, dan iritabilitas ekstrim. Keadaan ini merupakan keadaan emergency sehingga penganganan lebih
khusus. Faktor presipitasi yang berhubungan dengan tiroksikosis adalah hipertiroidisme yang tidak
terdiagnosis dan tidak tertangani, infeksi, ablasitiroid, pembedahan, trauma, miokardiak infark, overdosis obat.
Penanganan pasien dengan stromatiroid adalah dengan menghambat produksi hormon tiroid, menghambat
konfersi T4 menjadi T3 dan menghambat efek hormon terhadap jaringan tubuh. Obat-obatan yang diberikan
untuk menghambat kerja hormon tersebut diantaranya sodium ioded intravena, glococorticoid, dexamethasone,
dan propylthiouracil oral. Beta-blockers diberikan untuk menurunkan efek stimulasi saraf simpatik dan
takikardia.
Pemeriksaan Penunjang
Diagnosa bergantung kepada beberapa hormon berikut ini:
1. Pemeriksaan darah yang mengukur kadar HT (T3 dan T4), TSH, dan TRH akan memastikan diagnosis keadaan dan
lokalisasi masalah di tingkat susunan saraf pusat atau kelenjar tiroid.
2. TSH (Tiroid Stimulating Hormone)
3. Bebas T4 (tiroksin)
4. Bebas T3 (triiodotironin)
5. Diagnosa juga boleh dibuat menggunakan ultrasound untuk memastikan pembesaran kelenjar tiroid
6. Hipertiroidisme dapat disertai penurunan kadar lemak serum
7. Penurunan kepekaan terhadap insulin, yang dapat menyebabkan hiperglikemia.
Test penunjang lainnya :
a. CT Scan tiroid Mengetahui posisi,ukuran dan fungsi kelenjar tiroid. Iodine radioaktif (RAI) diberikan secara oral
kemudian diukur pengambilan iodine oleh kelenjar tiroid.normalnya tiroid akan mengambil iodine 5-35% dari
dosis yang diberikan setelah 24 jam, pada pasien Hipertiroid akan meningkat.
b. USG, untuk mengetahui ukuran dan komposisi dari kelenjar tiroid apakah massa atau nodule.
c. ECG untuk menilai kerja jantung, mengetahui adanya takhikardia, atrial fibrilasi dan perubahan gelombang P dan
T (Tarwoto,dkk.2012)
Penatalaksanaan
Menurut Tarwoto,dkk (2012) :
Tujuan pengobatan adalah untuk membawa tingkat hormon tiroid keadaan normal, sehingga mencegah komplikasi jangka
panjang, dan mengurangi gejala tidak nyaman. Tiga pilihan pemberian obat-obatan, terapi radioiod, dan pembedahan.
1. Obat-obatan antitiroid
a) Propylthiouracil (PTU), merupakan obat antihipertiroid pilihan, tetapi mempunyai efek samping agranulocitosis
sehingga sebelum di berikan harus dicek sel darah putihnya. PTU tersedia dalam bentuk tablet 50 dan 100 mg.
b) Methimozole (Tapazole), bekerja dengan cara memblok reaksi hormon tiroid dalam tubuh. Obat ini mempunyai efek
samping agranulositosis, nyeri kepala, mual muntah, diare, jaundisce, ultikaria. Obat ini tersedia dalam bentuk tablet 3 dan
20 mg.
c) Adrenargik bloker, seperti propanolol dapat diberikan untuk mengkontrol aktifitas saraf simpatetik. Pada pasien graves
yang pertama kali diberikan OAT dosis tinggi PTU 300-600mg/hari atau methimazole 40-45mg/hari.
2. Radioiod Terapi Radio aktif iodin-131, iodium radio aktif secara bertahap akan melakukan sel-sel yang membentuk
kelenjar tiroid namun tidak akan menghentikan produksi hormon tiroid.
3. Bedah Tiroid Pembedahan dan pengangkatan total atau parsial (tiroidektomy). Operasi efektif dilakukan pada pasien
dengan penyakit graves. Efek samping yang mungkin terjadi pada pembedahan adalah gangguan suara dan kelumpuhan
saraf kelenjar tiroid.
Asuhan Keperawatan
i. Identitas pasien
Berisi biodata pasien yaitu nama, umur, jenis kelamin,
tempat tanggal lahir, golongan darah, pendidikan terakhir,
agama, suku, status perkawinan, pekerjaan, TB/BB,
alamat.
Kualitatif
a. Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar
sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang
keadaan sekelilingnya, nilai GCS: 15 - 14.
b. Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk
berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh, nilai
GCS: 13 - 12.
c. Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu),
memberontak, berteriak- teriak, berhalusinasi, kadang berhayal,
nilai GCS: 11-10.
d. Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun,
respon psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun
kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan)
tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal, nilai
GCS: 9 – 7.
e. Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap,
tetapi ada respon terhadap nyeri, nilai GCS: 6 – 4.
f. Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada
respon terhadap rangsangan apapun (tidak ada respon kornea
maupun reflek muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil
terhadap cahaya), nilai GCS:
≤ 3 (Satyanegara, 2010).
2. Fungsi motorik
Setiap ekstermitas diperiksa dan dinilai dengan skala
berikut ini yang digunakan secara internasional:
Respon Skala
Kekuatan normal 5
Kelemahan sedang, Bisa terangkat, bisa 4
melawangravitasi, namun tidak mampu
melawan tahananpemeriksa, gerakan
tidak terkoordinasi
Kelemahan berat, Terangkat sedikit 3
<450, tidak mampu melawan gravitasi
Kelemahan berat, Dapat digerakkan, 2
mampu terangkat sedikit
Gerakan trace/ Tidak dapat digerakkan, 1
tonus otot ada
Tidak ada gerakan 0
1. Disorientasi tempat/waktu
2. Reflek patologis dan fisiologis
3. Perubahan status mental
4. Nervus Cranial XII (sensasi, pola bicara abnormal)
5. Perubahan pupil/penglihatan kabur, diplopia,
fotophobia, kehilangan sebagian lapang pandang.
6. Perubagan tanda-tanda vital
7. Gangguan pengecapan dan penciuman, serta
pendengaran.
8. Tanda-tanda peningkatan TIK
a. Penurunan kesadaran
b. Gelisah letargi
c. Sakit kepala
d. Muntah proyektil
e. Pupil edema
f. Pelambatan nadi
g. Pelebaran tekanan nadi
h. Peningkatan tekanan darah systole
vii. Aspek kardiovaskuler
1. Peubahan tekanan darah (menurun/meningkat)
2. Denyut nadi (bradikardi, tachi kardi, irama tidak teratur)
3. TD naik, TIK naik
viii. System pernafasan
1. Perubahan poa nafas (apnea yang diselingi oleh hiperventilasi), nafas
berbunyi stridor, tersedak.
2. Irama, frekuensi, kedalaman, bunyi nafas.
3. Ronki, mengi positif.
ix. Kebutuhan dasar
1. Eliminasi : perubahan pada BAB/BAK
(inkontinensia, obstipasi, hematuri).
2. Nutrisi : mual, muntah, gangguan
pencernaan/menelan makanan, kaji bising usus.
3. Istirahat : kelemahan, mobilisasi, kelelahan,
tidur kurang.
x. Pengkajian psikologis
1. Gangguan emosi/apatis, delirium.
2. Perubahan tingkah laku atau kepribadian.
xi. Pengkajian social
1. Hubungan dengan orang terdekat.
2. Kemampuan komunikasi, afasia motorik
atau sensorik, bicara tanpa arti, disartria,
anomia.
xii. Nyeri/kenyamanan
1. Sakit tenggorokan dengan intensitas dan lokasi berbeda.
Diagnosa Keperawatan
1. Resiko Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan beban kerja jantung ditandai
dengan Respirasi Rate meningkat/Takikardi.
2. Kelelahan berhubungan dengan hipermetabolisme meningkat ditandai dengan
ketidakseimbangan energy dengan kebutuhan tubuh.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
hipermetabolisme meningkat ditandai dengan kurangnya nafsu makan/berat badan
menurun.
Intervensi Keperawatan
Implementasi
Implementasi adalah suatu serangkaian tindakan yang dilakukan oleh perawat
untukmembantu klien dari masalah status kesehatan yang di hadapi kedalam
suatu kasus kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil
yang diharapkan (Potter & Perry, 2012).
Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang
kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan
dengan cara berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga
dan tenaga kesehatan lainnya.
Daftar Isi
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/32019/BAB%20II.pdf?
sequence=6&isAllowed=y#:~:text=1.-,Anatomi%20Kelenjar%20Tiroid,20%20gram%20pada%20orang
%20dewasa.
http://repository.uki.ac.id/2750/1/fmodulKMB2.pdf
https://www.alodokter.com/penyakit-graves