Anda di halaman 1dari 22

MODUL KEPERAWATAN

KONSEP GRAVES

STASE KEPERAWATAN GADAR DAN KRITIS


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Ilahi Rabbi, karena atas rahmat dan berkah-Nya lah saya dapat
menyelesaikan modul yang berjudul “Modul Keperawatan: Konsep Cedera Kepala Ringan, Sedang Blok
Neurologi Stase Keperawatan Gadar & Kritis”.
Modul yang telah saya buat ini untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah keperawatan gawat
darurat dan kritis di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan (STIKKU). Dalam menyusun modul ini,
saya mendapat bimbingan, motivasi, hingga bantuan dari semua pihak. Oleh karena itu, saya ingin
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1.Bapak Ns. Yana Hendriana, M.Kep, selaku koordinator departemen Keperawatan Gawat Darurat dan
Kritis

2.Bapak Ns. Moch. Didik Nugraha, S.Kep, selaku dosen pembimbing departemen Keperawatan Gawat
Darurat dan Kritis “Tiada Gading yang Tak Retak” oleh sebab itu, kritik dan saran untuk
penyempurnaan modul ini akan saya terima dengan senang hati. Mudah-mudah modul ini bisa
bermanfaat bagi pengembangan diri penulis dan pembaca.

Kuningan, Juli 2021


DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...................................................................................... i

Daftar Isi ................................................................................................ ii

I. Tujuan Umum ................................................................................... 1

II. Tujuan Khusus .................................................................................. 1

III. Anatomi Fisiologi ............................................................................. 2

IV. Konsep cedera kepala

A. Definisi ........................................................................................ 7

B. Etiologi ........................................................................................ 8

C. Manifestasi Klinis ....................................................................... 10

D. Klasifikasi ................................................................................... 12

E. Patofisiologi dan Pathway ........................................................... 14

F. Komplikasi .................................................................................. 17

G. Pemeriksaan Penunjang .............................................................. 17

H. Penatalaksanaan ......................................................................... 19

I. Asuhan Keperawatan................................................................... 21
1. Pengkajian .............................................................................
2. Diagnosa Keperawatan ......................................................... 30

3. Intervensi ............................................................................... 31

4. Implementasi ......................................................................... 41
5. Evaluasi ................................................................................. 41

V. Berpikir Kritis

A. Studi Kasus ........................................................................................41

B. Pertanyaan ..........................................................................................42

VI. Keterampilan Klinik ..........................................................................43

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................47


MODUL KEPERAWATAN

KONSEP GRAVES

STASE GADAR DAN KRITIS

1. Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan tugas modul ini mahasiswa mampu memahami dan menerapkan asuhan
keperawatan pada pasien dengan dengan “Graves”
II. Tujuan Khusus

1. Menguraikan anatomi dan fisiologi sistem Endokrin.


2. Menjelaskan konsep penyakit Graves, sedang meliputi : definisi, etiologi, manifestasi klinis,
klasifikasi, patofisiologi, komplikasi, pemeriksaan penunjang, dan penatalaksanaan.
3. Menjelaskan pengkajian pada klien dengan penyakit Graves.
4. Merumuskan diagnosa keperawatan dengan penyakit Graves.
5. Menyusun rencana asuhan keperawatan.
6. Mengimplemntasikan rencana keperawatan
7. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan
A. ANATOMI FISIOLOGI

1. Anatomi Kelenjar Tiroid

Kelenjar tiroid merupakan kelenjar berwarna merah kecoklatan dan sangat vascular. Terletak di anterior cartilago
thyroidea di bawah laring setinggi vertebra cervicalis 5 sampai vertebra thorakalis 1. Kelenjar ini terselubungi lapisan
pretracheal dari fascia cervicalis dan terdiri atas 2 lobus, lobus dextra dan sinistra, yang dihubungkan oleh isthmus.
Beratnya kirakira 25 gr tetapi bervariasi pada tiap individu. Kelenjar tiroid sedikit lebih berat pada wanita terutama saat
menstruasi dan hamil. Lobus kelenjar tiroid seperti kerucut. Ujung apikalnya menyimpang ke lateral ke garis oblique pada
lamina cartilago thyroidea dan basisnya setinggi cartilago trachea 4-5. Setiap lobus berukutan 5x3x2 cm. Isthmus
menghubungkan bagian bawah kedua lobus, walaupun terkadang pada beberapa orang tidak ada. Panjang dan lebarnya
kira2 1,25 cm dan biasanya anterior dari cartilgo trachea walaupun terkadang lebih tinggi atau rendah karena kedudukan
dan ukurannya berubah. Kelenjar ini tersusun dari bentukan bentukan bulat dengan ukuran yang bervariasi yang disebut
thyroid follicle. Setiap thyroid follicle terdiri dari sel-sel selapis kubis pada tepinya yang disebut Sel Folikel dan
mengelilingi koloid di dalamnya. Folikel ini dikelilingi jaringan ikat tipis yang kaya dengan pembuluh darah. Sel folikel
yang mengelilingi thyroid folikel ini dapat berubah sesuai dengan aktivitas kelenjar thyroid tersebut. Ada kelenjar thyroid
yang hipoaktif, sel foikel menjadi kubis rendah, bahkan dapat menjadi pipih. Tetapi bila aktivitas kelenjar ini tinggi, sel
folikel dapat berubah menjadi silindris, dengan warna koloid yang dapat berbeda pada setiap thyroid folikel dan sering kali
terdapat Vacuola Resorbsi pada koloid tersebut.
2. Fisiologi Kelenjar Tiroid
Hormon tiroid dihasilkan oleh kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid memiliki dua buah lobus, dihubungkan oleh isthmus, terletak
di kartilago krokoidea di leher pada cincin trakea ke dua dan tiga. Kelenjar tiroid berfungsi untuk pertumbuhan dan
mempercepat metabolisme. Kelenjar tiroid menghasilkan dua hormon yang penting yaitu tiroksin (T4) dan triiodotironin
(T3). Karakteristik triioditironin adalah berjumlah lebih sedikit dalam serum karena reseptornya lebih sedikit dalam protein
pengikat plasma di serum tetapi ia lebih kuat karena memiliki banyak resptor pada jaringan. Tiroksin memiliki banyak
reseptor pada protein pengikat plasma di serum yang mengakibatkan banyaknya jumlah hormon ini di serum, tetapi ia
kurang kuat berikatan pada jaringan karena jumlah reseptornya sedikit.
Proses pembentukan hormon tiroid adalah
- Proses penjeratan ion iodida dengan mekanisme pompa iodida.
Pompa ini dapat memekatkan iodida kira-kira 30 kali konsentrasinya di dalam darah
- Proses pembentukan tiroglobulin.
Tiroglobulin adalah glikoprotein besar yang nantinya akan mensekresi hormon tiroid
- Proses pengoksidasian ion iodida menjadi iodium. Proses ini dibantu oleh enzim peroksidase dan hidrogen peroksidase.
- Proses iodinasi asam amino tirosin.
Pada proses ini iodium (I) akan menggantikan hidrogen (H) pada cincin benzena tirosin. Hal ini dapat terjadi karena
afinitas iodium terhadap oksigen (O) pada cincin benzena lebih besar daripada hidrogen. Proses ini dibantu oleh enzim
iodinase agar lebih cepat.
-Proses organifikasi tiroid.
Pada proses ini tirosin yang sudah teriodinasi (jika teriodinasi oleh satu unsur I dinamakan monoiodotirosin dan jika dua
unsur I menjadi diiodotirosin)
-Proses coupling (penggandengan tirosin yang sudah teriodinasi).
Jika monoiodotirosin bergabung dengan diiodotirosin maka akan menjadi triiodotironin. Jika dua diiodotirosin bergabung
akan menjadi tetraiodotironin atau yang lebih sering disebut tiroksin. Hormon tiroid tidak larut dalam air jadi untuk
diedarkan dalam darah harus dibungkus oleh senyawa lain, dalam hal ini tiroglobulin. Tiroglobulin ini juga sering disebut
protein pengikat plasma. Ikatan protein pengikat plasma dengan hormon tiroid terutama tiroksin sangat kuat jadi tiroksin
lama keluar dari protein ini. Sedangkan triiodotironin lebih mudah dilepas karena ikatannya lebih lemah.
3. GRAVES
 Definisi
Penyakit Graves adalah penyakit autoimun yang menyebabkan tubuh menghasilkan hormon tiroid secara berlebihan
(hipertiroidisme). Penyakit ini dapat menimbulkan beragam gejala, di antaranya jantung berdebar, penurunan berat
badan, serta tangan gemetar.

Kelenjar tiroid bertugas untuk memproduksi hormon yang mengatur beberapa fungsi tubuh, seperti sistem saraf,
perkembangan otak, serta suhu tubuh. Pada penderita penyakit Graves, kelenjar tiroid memproduksi hormon lebih
banyak dari yang dibutuhkan.

 Etiologi
Hipertiroidisme dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus. Peningkatan TSH akibat
malfungsi kelenjar tiroid akan disertai penurunan TSH dan TRF karena umpan balik negatif HT terhadap
pelepasan keduanya. Hipertiroidisme akibat malfungsi hipofisis memberikan gambamn kadar HT dan TSH yang
finggi. TRF akan Tendah karena uinpan balik negatif dari HT dan TSH. Hipertiroidisme akibat malfungsi
hipotalamus akan memperlihatkan HT yang finggi disertai TSH dan TRH yang berlebihan. Menurut Tarwoto,dkk
(2012) penyebab hipertiroid diantaranya adenoma hipofisis, penyakit graves, modul tiroid, tiroiditis, konsumsi
banyak yodium dan pengobatan hipotiroid.
1. Adenoma hipofisis Penyakit ini merupakan tumor jinak kelenjar hipofisis dan jarang terjadi
2. Penyakit graves Penyakit graves atau toksi goiter diffuse merupakan penyakit yang disebabkan karena
autoimun, yaitu dengan terbentuknya antibody yang disebut thyroid-stimulatin immunoglobulin (TSI) yang
melekati sel-sel tiroid. TSI merinu tindakan TSH dan merangasang tiroid untuk membuat hormon tiroid terlalu
banyak. Penyakit ini dicirikan adanya hipertiroidisme, pembesaran kelenjar tiroid atau (goiter) dan eksoftalmus
(mata yang melotot).
3. Tiroditis Tiroditis merupakan inflamasi kelenjar tiroid yang biasanya disebabkan oleh bakteri seperti
streptococcus pyogenes, staphycoccus aureus dan pnemucoccus pneumonia. Reaksi peradangan ini menimbulkan
pembesaran pada kelenjar tiroid, kerusakan sel dan peningkatan jumlah hormon tiroid. Tiroditis dikelompokan
menjadi tiroiditis subakut, tiroiditis posetpartum, dan tiroiditis tersembunyi. Pada tiroiditis subakut terjadi
pembesaran kelenjar tiroid dan biasanya hilang dengan sendirinya setelah beberapa bulan. Tiroiditis pesetpartum
terjadi sekitar 8% wanita setelah beberapa bulan melahirkan. Penyebabnya diyakini karena autoimun. Seperti
halnya dengan tiroiditis subakut, tiroiditis wanita dengan posetpartum sering mengalami hipotiroidisme sebelum
kelenjar tiroid benar-benar sembuh. Tiroiditis tersembunyi juga disebabkan juga karna autoimun dan pasien tidak
mengeluh nyeri, tetapi mungkin juga terjadi pembesaran kelenjar. Tiroiditis tersembunyi juga dapat
mengakibatkan tiroiditis permanen.
4. Konsumsi yodium yang berlebihan, yang mengakibatkan peningkatan sistesis hormon tiroid.
5. Terapi hipertiroid, pemberian obat obatan hipotiroid untuk menstimulasi sekresi hormon tiroid. Penggunaan
yang tidak tepat menimbulkan kelebihan jumlah hormon tiroid.
 Manifestasi Klinik
1. Peningkatan frekuensi denyut jantung.
2. Peningkatan tonus otot, tremor, iritabilitas, peningkatan kepekaan terhadap Katekolamin.
3. Peningkatan laju metabolisme basal, peningkatan pembentukan panas, intoleran terhadap panas, keringat
berlebihan.
4. Penurunan berat badan, tetapi peningkatan rasa lapar (nafsu makan baik).
5. Peningkatan frekuensi buang air besar.
6. Gondok (biasanya), yaitu peningkatan ukuran kelenjar tiroid
7. Gangguan reproduksi
8. Tidak tahan panas.
9. Cepat lelah
 Pathway

 Komplikasi
Menurut Tarwoto,dkk (2012) :
1. Eksoftalmus, keadaan dimana bola mata pasien menonjol benjol keluar, hal ini disebabkan karena
penumpukkan cairan pada rongga orbita bagian belakang bola mata. Biasanya terjadi pasien dengan penyakit
graves.
2. Penyakit Jantung, terutama kardioditis dan gagal jantung.
3. Stromatiroid (tirotoksikosis), pada periode akut pasien mengalami demam tinggi, takikardia berat, derilium,
dehidrasi, dan iritabilitas ekstrim. Keadaan ini merupakan keadaan emergency sehingga penganganan lebih
khusus. Faktor presipitasi yang berhubungan dengan tiroksikosis adalah hipertiroidisme yang tidak
terdiagnosis dan tidak tertangani, infeksi, ablasitiroid, pembedahan, trauma, miokardiak infark, overdosis obat.
Penanganan pasien dengan stromatiroid adalah dengan menghambat produksi hormon tiroid, menghambat
konfersi T4 menjadi T3 dan menghambat efek hormon terhadap jaringan tubuh. Obat-obatan yang diberikan
untuk menghambat kerja hormon tersebut diantaranya sodium ioded intravena, glococorticoid, dexamethasone,
dan propylthiouracil oral. Beta-blockers diberikan untuk menurunkan efek stimulasi saraf simpatik dan
takikardia.

 Pemeriksaan Penunjang
Diagnosa bergantung kepada beberapa hormon berikut ini:
1. Pemeriksaan darah yang mengukur kadar HT (T3 dan T4), TSH, dan TRH akan memastikan diagnosis keadaan dan
lokalisasi masalah di tingkat susunan saraf pusat atau kelenjar tiroid.
2. TSH (Tiroid Stimulating Hormone)
3. Bebas T4 (tiroksin)
4. Bebas T3 (triiodotironin)
5. Diagnosa juga boleh dibuat menggunakan ultrasound untuk memastikan pembesaran kelenjar tiroid
6. Hipertiroidisme dapat disertai penurunan kadar lemak serum
7. Penurunan kepekaan terhadap insulin, yang dapat menyebabkan hiperglikemia.
Test penunjang lainnya :
a. CT Scan tiroid Mengetahui posisi,ukuran dan fungsi kelenjar tiroid. Iodine radioaktif (RAI) diberikan secara oral
kemudian diukur pengambilan iodine oleh kelenjar tiroid.normalnya tiroid akan mengambil iodine 5-35% dari
dosis yang diberikan setelah 24 jam, pada pasien Hipertiroid akan meningkat.
b. USG, untuk mengetahui ukuran dan komposisi dari kelenjar tiroid apakah massa atau nodule.
c. ECG untuk menilai kerja jantung, mengetahui adanya takhikardia, atrial fibrilasi dan perubahan gelombang P dan
T (Tarwoto,dkk.2012)
 Penatalaksanaan
Menurut Tarwoto,dkk (2012) :
Tujuan pengobatan adalah untuk membawa tingkat hormon tiroid keadaan normal, sehingga mencegah komplikasi jangka
panjang, dan mengurangi gejala tidak nyaman. Tiga pilihan pemberian obat-obatan, terapi radioiod, dan pembedahan.
1. Obat-obatan antitiroid
a) Propylthiouracil (PTU), merupakan obat antihipertiroid pilihan, tetapi mempunyai efek samping agranulocitosis
sehingga sebelum di berikan harus dicek sel darah putihnya. PTU tersedia dalam bentuk tablet 50 dan 100 mg.
b) Methimozole (Tapazole), bekerja dengan cara memblok reaksi hormon tiroid dalam tubuh. Obat ini mempunyai efek
samping agranulositosis, nyeri kepala, mual muntah, diare, jaundisce, ultikaria. Obat ini tersedia dalam bentuk tablet 3 dan
20 mg.
c) Adrenargik bloker, seperti propanolol dapat diberikan untuk mengkontrol aktifitas saraf simpatetik. Pada pasien graves
yang pertama kali diberikan OAT dosis tinggi PTU 300-600mg/hari atau methimazole 40-45mg/hari.
2. Radioiod Terapi Radio aktif iodin-131, iodium radio aktif secara bertahap akan melakukan sel-sel yang membentuk
kelenjar tiroid namun tidak akan menghentikan produksi hormon tiroid.
3. Bedah Tiroid Pembedahan dan pengangkatan total atau parsial (tiroidektomy). Operasi efektif dilakukan pada pasien
dengan penyakit graves. Efek samping yang mungkin terjadi pada pembedahan adalah gangguan suara dan kelumpuhan
saraf kelenjar tiroid.
 Asuhan Keperawatan

Proses keperawatan adalah penerapan pemecahan masalah


keperawatan secara ilmiah yang digunakan untuk mengidentifikasi
masalah- masalah pasien, merencanakan secara sistematis dan
melaksanakannya serta mengevaluasi hasil tindakan keperawatan yang
telah dilaksanakan (Nasrul Effendy dalam Andra, dkk. 2013).
Menurut Rendi dan Margareth (2012), asuhan keperawatan pada
pasien dengan Graves meliputi:
1. Pengkajian

i. Identitas pasien
Berisi biodata pasien yaitu nama, umur, jenis kelamin,
tempat tanggal lahir, golongan darah, pendidikan terakhir,
agama, suku, status perkawinan, pekerjaan, TB/BB,
alamat.

ii. Identitas penanggung jawab

Berisikan biodata penangguang jawab pasien yaitu nama,


umur, jenis kelamin, agama, suku, hubungan dengan klien,
pendidikan terakhir, pekerjaan, alamat.
iii. Keluhan utama
Keluhan yang sering menjadi alasan klien untuk memnita
pertolongan kesehatan tergantung seberapa parahnya.
iv. Riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
Berisikan keluhan yang dirasakan sekarang oleh pasien,misalnya
tenggorokan sakit,membengkak,atau tidak bisa menelan makanan.
2. Riwayat kesehatan dahulu
Berisikan data pasien pernah mangalami penyakit
system neurologi atau tidak.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Berisikan data ada tidaknya riwayat penyakit
menurun dari keluarga seperti hipertensi, diabetes
mellitus, dan lain sebagainya.
v. Permeriksaan fisik
1. Tingkat kesadaran
Kuantitatif dengan GCS (Glasgow Coma Scale)
No Komponen Nilai Hasil
1 Verbal 1 Hasil berespon
2 Suara tidak dapat
dimengerti,ritihan
3 Bicara ngawur/ tidak
nyambung
4 Bicara membingungkan
5 Orientasi baik
2 Motorik 1 Tidak berespon
2 Ekstensi abnormal
3 Fleksi abnormal
4 Menghindari area nyeri
5 Melokalisasi nyeri
6 Ikut perintah
3 Reaksi 1 Tidak berespon
membuka 2 Dengan rangsangan
mata (Eye) 3 nyeri
4 Dengan perintah (sentuh)
Spontan
Sumber: Nurarif, AH & Kusuma, H (2015)

Kualitatif
a. Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar
sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang
keadaan sekelilingnya, nilai GCS: 15 - 14.
b. Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk
berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh, nilai
GCS: 13 - 12.
c. Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu),
memberontak, berteriak- teriak, berhalusinasi, kadang berhayal,
nilai GCS: 11-10.
d. Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun,
respon psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun
kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan)
tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal, nilai
GCS: 9 – 7.
e. Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap,
tetapi ada respon terhadap nyeri, nilai GCS: 6 – 4.
f. Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada
respon terhadap rangsangan apapun (tidak ada respon kornea
maupun reflek muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil
terhadap cahaya), nilai GCS:
≤ 3 (Satyanegara, 2010).
2. Fungsi motorik
Setiap ekstermitas diperiksa dan dinilai dengan skala
berikut ini yang digunakan secara internasional:
Respon Skala
Kekuatan normal 5
Kelemahan sedang, Bisa terangkat, bisa 4
melawangravitasi, namun tidak mampu
melawan tahananpemeriksa, gerakan
tidak terkoordinasi
Kelemahan berat, Terangkat sedikit 3
<450, tidak mampu melawan gravitasi
Kelemahan berat, Dapat digerakkan, 2
mampu terangkat sedikit
Gerakan trace/ Tidak dapat digerakkan, 1
tonus otot ada
Tidak ada gerakan 0

3. Pemeriksaan reflek fisiologis


a. Reflek bisep
Caranya: pemeriksaan dilakukan dengan posisi
pasien duduk, dengan membiarkan lengan
untuk beristirahat di pangkuan pasien, atau
membentuk sudut sedikit lebih dari 90° di
siku, minta pasien memflexikan di siku
sementara pemeriksa mengamati dan meraba
fossa antecubital, tendon akan terlihat dan
terasa seperti tali tebal, ketukan pada jari
pemeriksa yang ditempatkan pada tendon
m.biceps brachii, posisi lengan setengah
diketuk pada sendi siku, normalnya terjadi
fleksi lengan pada sendi siku.
b. Reflek trisep
Caranya: pemeriksaan dilakukan dengan posisi
pasien duduk, secara perlahan tarik lengan
keluar dari tubuh pasien, sehingga membentuk
sudut kanan di bahu atau lengan bawah harus
menjuntai ke bawah langsung di siku, ketukan
pada tendon otot triceps, posisi lengan fleksi
pada sendi siku dan sedikit pronasi, normalnya
terjadi ekstensi lengan bawah pada sendi siku.
c. Reflek patella
Caranya: pemeriksaan dilakukan dengan posisi
duduk atau berbaring terlentang, ketukan pada
tendon patella, respon: plantar fleksi kaki
karena kontraksi m.quadrisep femoris.
d. Reflek achiles
Caranya: pemeriksaan dilakukan dengan posisi
pasien duduk, kaki menggantung di tepi meja
ujian atau dengan berbaring terlentang dengan
posisi kaki melintasi diatas kaki di atas yang
lain atau mengatur kaki dalam posisi tipe
katak, identifikasi tendon mintalah pasien
untuk plantar flexi, ketukan hammer pada
tendon achilles. Respon: plantar fleksi kaki
krena kontraksi m.gastroenemius (Muttaqin,
A, 2010).
4. Reflek Patologis
Bila dijumpai adanya kelumpuhan ekstremitas pada
kasus-kasus tertentu.
a. Reflek babynski
Pesien diposisikan berbaring supinasi dengan
kedua kaki diluruskan, tangan kiri pemeriksa
memegang pergelangan kaki pasien agar kaki
tetap pada tempatnya, lakukan penggoresan
telapak kaki bagian lateral dari posterior ke
anterior, respon: positif apabila terdapat
gerakan dorsofleksi ibu jari kaki dan
pengembangan jari kaki lainnya.
b. Reflek chaddok
Penggoresan kulit dorsum pedis bagian lateral
sekitar maleolus lateralis dari posterior ke
anterior, amati ada tidaknya gerakan
dorsofleksi ibu jari, disertai mekarnya
(fanning) jari-jari kaki lainnya.
c. Reflek oppenheim
Pengurutan dengan cepat krista anterior tibia
dari proksiml ke distal, amati ada tidaknya
gerakan dorso fleksi ibu jari kaki, disertai
mekarnya (fanning) jari-jari kaki lainnya.
d. Reflek Gordon
Menekan pada musculus gastrocnemius (otot
betis), amati ada tidaknya gerakan dorsofleksi
ibu jari kaki, disertai mekarnya (fanning) jari-
jari kaki lainnya.
e. Reflek hofmen tromen
Melakukan petikan pada kuku jari, perhatikan
jari yang lain. Normalnya jari-jari lain tidak
bergerak (Muttaqin, A. 2010).
vi. Aspek neurologis

1. Disorientasi tempat/waktu
2. Reflek patologis dan fisiologis
3. Perubahan status mental
4. Nervus Cranial XII (sensasi, pola bicara abnormal)
5. Perubahan pupil/penglihatan kabur, diplopia,
fotophobia, kehilangan sebagian lapang pandang.
6. Perubagan tanda-tanda vital
7. Gangguan pengecapan dan penciuman, serta
pendengaran.
8. Tanda-tanda peningkatan TIK
a. Penurunan kesadaran
b. Gelisah letargi
c. Sakit kepala
d. Muntah proyektil
e. Pupil edema
f. Pelambatan nadi
g. Pelebaran tekanan nadi
h. Peningkatan tekanan darah systole
vii. Aspek kardiovaskuler
1. Peubahan tekanan darah (menurun/meningkat)
2. Denyut nadi (bradikardi, tachi kardi, irama tidak teratur)
3. TD naik, TIK naik
viii. System pernafasan
1. Perubahan poa nafas (apnea yang diselingi oleh hiperventilasi), nafas
berbunyi stridor, tersedak.
2. Irama, frekuensi, kedalaman, bunyi nafas.
3. Ronki, mengi positif.
ix. Kebutuhan dasar
1. Eliminasi : perubahan pada BAB/BAK
(inkontinensia, obstipasi, hematuri).
2. Nutrisi : mual, muntah, gangguan
pencernaan/menelan makanan, kaji bising usus.
3. Istirahat : kelemahan, mobilisasi, kelelahan,
tidur kurang.
x. Pengkajian psikologis
1. Gangguan emosi/apatis, delirium.
2. Perubahan tingkah laku atau kepribadian.
xi. Pengkajian social
1. Hubungan dengan orang terdekat.
2. Kemampuan komunikasi, afasia motorik
atau sensorik, bicara tanpa arti, disartria,
anomia.
xii. Nyeri/kenyamanan
1. Sakit tenggorokan dengan intensitas dan lokasi berbeda.

 Diagnosa Keperawatan

1. Resiko Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan beban kerja jantung ditandai
dengan Respirasi Rate meningkat/Takikardi.
2. Kelelahan berhubungan dengan hipermetabolisme meningkat ditandai dengan
ketidakseimbangan energy dengan kebutuhan tubuh.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
hipermetabolisme meningkat ditandai dengan kurangnya nafsu makan/berat badan
menurun.
 Intervensi Keperawatan

1. Resiko Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan beban kerja jantung


ditandai dengan Respirasi Rate meningkat/Takikardi.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan,Curah
Jantung Meningkat dengan kriteria hasil: Curah Jantung (L.02008)

- Kekuatan nadi perifer meningkat


- Takikardi menurun
- Kelelahan menurun
- Edema menurun
- Tekanan Darah membaik
- Berat Badan membaik
- CVP (Central Venous Pressure) membaik
Intervensi Keperawatan :
 Perawatan Jantung
Observasi :
- Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah
jantung(meliputi
dipsneu,kelelahan,edema,ortopnea,peningkatan CVP)
- Identifikasi tanda/gejala sekunder penurunan curah
jantung(meliputi peningkatan berat badan,distensi vena
jugularis,palpitasi)
- Monitor tekanan darah
- Monitor intake dan output cairan
- Monitor berat badan setiap harinya pada waktu yang sama
- Monitor saturasi oksigen
- Monitor keluhan nyeri dada(mis.intensitas,lokasi,radiasi,dan
durasi)
- Monitor EKG 12 sadapan.
- Monitor aritmia(kelainan irama dan frekuensi)
Terapeutik :
- Posisikan pasien Semi-Fowler atau Fowler dengan kaki
kebawah atau posisi nyaman.
- Berikan diet jantung yang sesuai(mis.batasi asupan
kafein,natrium,kolesterol,dan makanan tinggi lemak)
- Fasilitasi pasien dan keluarga untuk modifikasi gaya hidup
sehat.
- Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stress,jika perlu.
- Beri dukungan emosional dan spiritual.
- Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen
>94%.
Edukasi :
- Anjurkan beraktifitas fisik sesuai toleransi.
- Anjurkan beraktifitas fisik secara bertahap.
- Anjurkan berhenti merokok.
- Ajarkan pasien dan keluarga mengukur berat badan harian.
- Ajarkan pasien dan keluarga mengukur intake dan output
cairan harian
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian antiaritmia,jika perlu.
- Rujuk ke program rehabilitasi jantung.
2. Kelelahan berhubungan dengan hipermetabolisme meningkat
ditandai dengan ketidakseimbangan energy dengan kebutuhan
tubuh.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam
diharapkan,Tingkat Keletihan Menurun dengan kriteria
hasil: Curah Jantung (L.02008)

1. Verbalisasi kepulihan energen meningkat


2. Tenaga meningkat
3. Kemampuan melakukan aktivitas rutin meningkat
4. Motivasi meningkat
5. Verbalisasi lelah menurun
6. Lesu menurun gangguan konsentrasi menurun
7. Sakit kepala menurun
8. Sakit tenggorokan menurun
9. Gelisah menurun
10. Nafsu makan membaik
11. Pola nafas membaik
12. Pola istirahat membaik
Intervensi Keperawatan :
 Edukasi Aktifitas/Istirahat
Observasi :
13. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
informasi.
Terapeutik :
14. Sediakan materi dan media pengaturan aktivitas dan
istirahat.
15. Jadwalkan pemberian pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan
16. Berikan kesempatan pada pasien dan keluarga untuk
bertanya
Edukasi :
17. Jelaskan pentingnya melakukan aktivitas fisik/olahraga
secara rutin.
18. Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok,aktivitas
bermain/aktvitas lainnya.
19. Ajarkan cara mengidentifikasi kebutuhan
istirahat(misalnya kelelahan)
3.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
hipermetabolisme meningkat ditandai dengan kurangnya nafsu makan/berat
badan menurun.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan,
Status Nutrisi Membaik dengan kriteria hasil: Status Nutrisi
(L.03030)

1. Porsi makanan yang dihabiskan meningkat


2. Kekuatan otot menelan meningkat
3. Perasaan cepet kenyang menurun
4. Nyeri abdomen menurun
5. Diare menurun
6. Berat badan membaik
7. Frekuensi makan membaik
8. IMT membaik
9. Nafsu makan membaik
10. Bising usus membaik
Intervensi Keperawatan :
1. Manajemen Nutrisi
Observasi
- Identifikasi status nutrisi
- Identifikasi alergi da intoleransi makanan
- Identifikasi makanan yang disukai
- Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrisi
- Monitor asupan makanan
- Monitor berat badan
Teurapetik :
- Lakukan oral hygiene sebelum makan,jika perlu
- Fasilitasi menentukan pedoman diet(mis.piramida makanan)
- Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
- Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
- Berikan makanan tinggi protein dan tinggi kalori
- Berikan suplemen,jika perlu.
Edukasi
- Ajarkan posisi duduk,jika mampu
- Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi :
- Kolaborasikan pemberian medikasi sebelum makan(mis.pereda
nyeri,antiemetik)
- Kolaborasikan dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan,jika perlu.

 Implementasi
Implementasi adalah suatu serangkaian tindakan yang dilakukan oleh perawat
untukmembantu klien dari masalah status kesehatan yang di hadapi kedalam
suatu kasus kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil
yang diharapkan (Potter & Perry, 2012).

 Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang
kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan
dengan cara berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga
dan tenaga kesehatan lainnya.

Daftar Isi

http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/32019/BAB%20II.pdf?
sequence=6&isAllowed=y#:~:text=1.-,Anatomi%20Kelenjar%20Tiroid,20%20gram%20pada%20orang
%20dewasa.

http://repository.uki.ac.id/2750/1/fmodulKMB2.pdf

https://www.alodokter.com/penyakit-graves

Anda mungkin juga menyukai