Dosen Pengampu :
Dawson Zulveritha, S.Kep.,Ns.,M.KM
Disusun Oleh:
KELOMPOK 7
Puji syukur kami sebagai penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan berkat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah
yang berjudul” ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN SISTEM
ENDOKRIN: HIPERTIROID” ini tepat pada waktunya, meskipun banyak kekurangan yang
ada.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
Dosen Dawson Zulveritha Hutauruk S.Kep.,Ns.,M.KM pada Mata Kuliah Keperawatan
Medikal Bedah II.. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem endokrin: hipertiroid yang
diperuntukkan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami sebagai penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada ibu selaku
Dosen pada mata kuliah ini. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan terkait bidang yang ditekuni oleh Mahasiswa/i. Kami sebagai penulis juga
mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan
makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun sangat berguna untuk kami demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah...................................................................................................... 4
C. Tujuan Penulisan........................................................................................................ 4
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENULISAN
A. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui penyakit
Hipertiroid dan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem endokrin:
Hipertiroid.
B. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus penulisan makalah ini adalah:
1) Untuk mengetahui penyakit Hipertiroid
2) Untuk mengetahui penyebab Hipertiroid
3) Untuk mengetahui patofisiologi pada Hipertiroid
4) Untuk mengetahui pathway Hipertiroid
5) Untuk mengetahui tanda dan gejala dari Hipertiroid
6) Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang/diagnostik pada Hipertiroid
7) Untuk mengetahui penatalaksanaan medis pada Hipertiroid
8) Untuk mengetahui komplikasi dari Hipertiroid
9) Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem
endokrin: Hipertiroid
BAB II
LANDASAN TEORITIS
3. Etiologi
Menurut Tarwoto,dkk (2012) penyebab hipertiroid diantaranya adenoma hipofisis,
penyakit graves, modul tiroid, tiroiditis, konsumsi banyak yodium dan pengobatan
hipotiroid.
a) Adenoma Hipofisis
Penyakit ini merupakan tumor jinak kelenjar hipofisis dan jarang terjadi.
b) Penyakit Graves
Penyakit graves atau toksi goiter diffuse merupakan penyakit yang disebabkan karena
autoimun, yaitu dengan terbentuknya antibody yang disebut thyroid-stimulatin
immunoglobulin (TSI) yang melekati sel-sel tiroid. TSI meniru tindakan TSH dan
merangasang tiroid untuk membuat hormon tiroid terlalu banyak. Penyakit ini
dicirikan adanya hipertiroidisme, pembesaran kelenjar tiroid atau (goiter) dan
eksoftalmus (mata yang melotot).
c) Tiroditis
Tiroditis merupakan inflamasi kelenjar tiroid yang biasanya disebabkan oleh bakteri
seperti Streptococcus pyogenes, Staphycoccus aureus dan Pnemucoccus pneumonia.
Reaksi peradangan ini menimbulkan pembesaran pada kelenjar tiroid, kerusakan sel
dan peningkatan jumlah hormon tiroid.
Tiroditis dikelompokan menjadi tiroiditis subakut, tiroiditis postpartum, dan
tiroiditis tersembunyi. Pada tiroiditis subakut terjadi pembesaran kelenjar tiroid dan
biasanya hilang dengan sendirinya setelah beberapa bulan. Tiroiditis postpartum
terjadi sekitar 8% wanita setelah beberapa bulan melahirkan. Penyebabnya diyakini
karena autoimun. Seperti halnya dengan tiroiditis subakut, tiroiditis wanita dengan
postpartum sering mengalami hipotiroidisme sebelum kelenjar tiroid benar-benar
sembuh. Tiroiditis tersembunyi juga disebabkan juga karna autoimun dan pasien
tidak mengeluh nyeri, tetapi mungkin juga terjadi pembesaran kelenjar. Tiroiditis
tersembunyi juga dapat mengakibatkan tiroiditis permanen.
d) Konsumsi yodium yang berlebihan, yang mengakibatkan peningkatan sistesis
hormon tiroid.
e) Terapi hipertiroid, pemberian obat obatan hipotiroid untuk menstimulasi sekresi
hormon tiroid. Penggunaan yang tidak tepat menimbulkan kelebihan jumlah hormon
tiroid.
4. Patofisiologi
Pasien dengan hipertiroid menunjukan adanya sekresi hormon tiroid yang lebih
banyak, pernah berbagai faktor penyebab yang tidak dapat dikontrol melalui mekanisme
normal. Peningkatan hormon tiroid menyebabkan peningkatan metabolisme rate,
meningkatnya aktivitas saraf simpatis. Peningkatan metabolisme rate menyebabnya
peningkatan produksi panas tubuh sehingga pasien mengeluarkan banyak keringat dan
penurunan toleransi terhadap panas. Laju metabolisme yang meningkat menimbulkan
peningkatan kebutuhan metabolik, sehingga berat badan pasien akan berkurang karena
membakar cadangan energi yang tersedia. Keadaan ini menimbulkan degradasi
simpanan karbohidrat, lemak dan protein sehingga cadangan protein otot juga
berkurang.
Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat terjadi pada sistem kardiovaskuler
yaitu dengan menstimulasi peningkatan reseptor beta adrenergik, sehingga denyut
nadi lebih cepat, peningkatan kardiak output, stroke volume, aliran darah perifer serta
respon adenergik lainnya. Peningkatan hormon tiroid juga berpengaruh terhadap
sekresi dan metabolisme hipothalamus, hipofisis dalam mensekresi hormon gonad,
sehingga pada individu yang belum pubertas mengakibatkan keterlambatan dalam
fungsi seksual, sedangkan pada usia dewasa mengakibatkan penurunan libido,
infertile dan menstruasi tidak teratur. (Tarwoto, dkk.2012).
5. Manifestasi Klinis
Menurut Tarwoto,dkk (2012) gejala-gejala klinis hipertiroid berikut ini:
a. Sistem kardiovaskuler
Meningkatkan heart rate, stroke volume, kardiak oputput, peningkatan kebutuhan
oksigen otot jantung, peningkatan vaskuler perifer resisten, tekanan darah sistole
dan diastole meningkat 10-15mmhg, palpitasi, disritmia, kemungkinan gagal
jantung, edema.
b. Sistem pernafasan
Pernafasan cepat, bernafas pendek, penurunan kapasitas paru.
c. Sistem perkemihan
Retensi cairan, menurunnya otot urine.
d. Sistem gastrointestinal
Meningkatnya peristaltik usus, peningkatan nafsu makan, penurunan berat badan,
diare, peningkatan penggunaan cadangan adifose dan protein, penurunan serum
lipid, peningkatan sekresi gastrointestinal, hiponatremia, muntah, dan keram
abdomen.
e. Sistem muskuloskeletal
Keseimbangan protein negatif, kelemahan otot, kelelahan,
f. Sistem integumen
Berkeringat yang berlebihan, kulit lembab, merah, hangat, tidak toleransi panas,
kedaan rambut lurus, lembut, halus dan mungkin terjadi kerontokan rambut.
g. Sistem endokrin
Sistem endokrin biasanya terjadi pembesaran kelenjar tiroid.
h. Sistem saraf
Gugup, gelisah, emosi tidak stabil; seperti kecemasan, curiga, tegang dan
emosional.
i. Sistem reproduksi
Amenorahea, anovulasi, mens tidak teratur, menurunya libido, impoten.
j. Eksoftalmus
Eksoftalmus yaitu keadaan dimana bola mata menonjol kedepan seperti mau keluar.
Eksoftalmus terjadi karena adanya penimbunan karbohidrat kompleks yang
menahan air dibelakang mata. Retensi cairan ini mendorong bola mata kedepan
sehingga bola mata nampak menonjol keluar rongga orbita. Pada keadaan ini dapat
terjadi kesulitan dalam menutup mata secara sempurna sehingga mata menjadi
kering, iritasi atau kelainan kornea.
6. Komplikasi
Menurut Tarwoto,dkk (2012)
a. Eksoftalmus, keadaan dimana bola mata pasien menonjol benjol keluar, hal ini
disebabkan karena penumpukkan cairan pada rongga orbita bagian belakang bola
mata. Biasanya terjadi pasien dengan penyakit graves.
b. Penyakit Jantung, terutama kardioditis dan gagal jantung.
c. Stromatiroid (tirotoksikosis), pada periode akut pasien mengalami demam tinggi,
takikardia berat, derilium, dehidrasi, dan iritabilitas ekstrim. Keadaan ini
merupakan keadaan emergency sehingga penganganan lebih khusus. Faktor
presipitasi yang berhubungan dengan tiroksikosis adalah hipertiroidisme yang tidak
terdiagnosis dan tidak tertangani, infeksi, ablasitiroid, pembedahan, trauma,
miokardiak infark, overdosis obat. Penanganan pasien dengan stromatiroid adalah
dengan menghambat produksi hormon tiroid, menghambat konfersi T4 menjadi T3
dan menghambat efek hormon terhadap jaringan tubuh. Obat-obatan yang diberikan
untuk menghambat kerja hormon tersebut diantaranya sodium ioded intravena,
glococorticoid, dexamethasone, dan propylthiouracil oral. Beta-blockers diberikan
untuk menurunkan efek stimulasi saraf simpatik dan takikardia.
7. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaaan laboratorium
a) Serum T3, terjadi peningkatan (N:70-250 ng/dl atau 1,2-3,4 SI unit)
b) Serum T4, terjadi peningkatan (N:4-12 mcg/dl atau 51-154 SI unit)
c) Indeks T4 bebas,meningkat (N:0,8-2,4 ng/dl atau 10-31 SI unit)
d) T3RU meningkat (N:24-34%)
e) TRH stimulation test,menurun atau tidak ada respon TSH
f) Tiroid antibodi antiglobulin antibodi (TSH-Rab), terjadi peningkatan pada
penyakit graves
2. Test penunjang lainnya
a) CT Scan tiroid
Mengetahui posisi,ukuran dan fungsi kelenjar tiroid. Iodine radioaktif (RAI)
diberikan secara oral kemudian diukur pengambilan iodine oleh kelenjar
tiroid.normalnya tiroid akan mengambil iodine 5-35% dari dosis yang diberikan
setelah 24 jam.pada pasien Hipertiroid akan meningkat.
b) USG,untuk mengetahui ukuran dan komposisi dari kelenjar tiroid apakah massa
atau nodule.
c) ECG untuk menilai kerja jantung,mengetahui adanya takhikardia,atrial fibrilasi
dan perubahan gelombang P dan T (Tarwoto,dkk.2012).
8. Penatalaksanaan
Menurut Tarwoto,dkk (2012) tujuan pengobatan adalah untuk membawa tingkat
hormon tiroid keadaan normal,sehingga mencegah komplikasi jangka panjang,dan
mengurangi gejala tidak nyaman.tidak bekerja pengobatan tunggal untuk semua
orang.Tiga pilihan pemberian obat-obatan, terapi radioiod, dan pembedahan
1. Obat-obatan antitiroid
a) Propylthiouracil (PTU), merupakan obat antihipertiroid pilihan, tetapi mempunyai
efek samping agranulocitosis sehingga sebelum di berikan harus dicek sel darah
putihnya. PTU tersedia dalam bentuk tablet 50 dan 100 mg.
b) Methimozole (Tapazole), bekerja dengan cara memblok reaksi hormon tiroid
dalam tubuh.obat ini mempunyai efek samping agranulositosis, nyeri kepala, mual
muntah, diare, jaundisce, ultikaria. Obat ini tersedia dalam bentuk tablet 3 dan 20
mg.
c) Adrenargik bloker,seperti propanolol dapat diberikan untuk mengkontrol aktifitas
saraf simpatetik.
d) Pada pasien graves yang pertama kali diberikan OAT dosis tinggi PTU 300-
600mg/hari atau methimazole 40-45mg/hari.
2. Radioiod Terapi
Radio aktif iodin-131, iodium radio aktif secara bertahap akan melakukan sel-sel
yang membentuk kelenjar tiroid namun tidak akan menghentikan produksi hormon
tiroid.
3. Bedah Tiroid
Pembedahan dan pengangkatan total atau parsial (tiroidektomy). Operasi efektif
dilakukan pada pasien dengan penyakit graves. Efek samping yang mungkin terjadi
pada pembedahan adalah gangguan suara dan kelumpuhan saraf kelenjar tiroid.
4. Pemenuhan kebutuhan nutrisi dengan tinggi kalori dan tinggi protein, 3000-4000
kalori.
B. LANDASAN TERORITIS KEPERAWATAN
1. Pengkajian
1. Data Demografi
Data demografi yang penting di kaji adalah usia dan jenis kelamin, karena merupakan
faktor yang berpengaruh terhadap hipertiroid.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat keluarga dengan faktor genetik, penyakit tiroid dan kanker
b. Riwayat kesehatan sekarang: riwayat penyakit tiroid yang dialami, riwayat
pengobatan dengan radiasi dileher, adanya tumor, adanya riwayat trauma kepala,
infeksi, riwayat penggunaaan obat-obatan seperti thionamide, lithium, amiodarone,
interferon alfa.
c. Riwayat sosial ekonomi kemampuan memelihara kesehatan, konsumsi dan pola
makan, porsi makan.
3. Keluhan Utama
a. Kaji yang berhubungan dengan hipermetabolisme
- Penurunan berat badan
- Peningkatan suhu tubuh
- Kelelahan
- Makan dengan porsi banyak atau sering
b. Kaji yang berhubungan dengan aktivitas
- Cepat Lelah
- Intoleransi aktivitas
- Tremor
- Insomnia
c. Kaji yang berhubungan dengan gangguan persarafan
- Iritabilitas
- Emosi tidak stabil seperti cemas atau mudah tersinggung
d. Kaji yang berhubungan dengan gangguan penglihatan
- Gangguan tajam penglihatan
- Pandangan ganda
e. Kaji yang berhubungan dengan gangguan seksual
- Amenorrhea, menstruasi tidak teratur
- Menurunnya infertile, resiko aborsi spontan
- Menurunnya libido
- Menurunnya perkembangan fungsi seksual
- Impoten
f. Kaji yang berhubungan dengan gangguan graves
- Eksoftalmus
- Pembesaran kelenjar tiroid
4. Pengkajian psikososial
Pasien dengan hipertiroid biasanya menampakkan suasana hati yang tidak stabil,
penurunan terhadap perhatian dan menunjukkan perilaku maniak. Sering juga didapatkan
gangguan tidur.
5. Pemeriksaan fisik
a. Observasi dan pemeriksaan kelenjar tiroid
Palpasi kelenjar tiroid dan kaji adanya massa atau pembesaran. Observasi ukuran dan
kesimetrisan pada goiter pembesaran dapat terjadi empat kali dari ukuran normal.
b. Optalmopathy (penampilan dan fungsi mata yang tidak normal)
Pada hipertiroid sering ditemukan adanya retraksi kelopak mata dan penonjolan
kelopak mata. Pada tiroksikosis kelopak mata mengalami kegagalan untuk turun
ketika klien melihat kebawah.
c. Observasi adanya bola mata yang menonjol karena edema pada otot ektraokuler dan
peningkatan jaringan dibawah mata. Penekanan pada saraf mata dapat
mengakibatkan kerusakan pandangan seperti penglihata ganda, tajam penglihatan.
Adanya iritasi mata karena kesulitan menutup mata secara sempurna perlu dilakukan
pengkajian.
d. Pemeriksaan jantung
Komplikasi yang sering timbul pada hipertiroid adalah gangguan jantung seperti
kardioditis dan gagal jantung, oleh karenanya pemeriksaan jantung perlu dilakukan
seperti tekanan darah, takikardia, distritmia, bunyi jantung.
e. Muskuloskeletal
Biasanya ditemukan adanya kelemahan otot, hipeeraktif pada reflex tendon dan
tremor, iritabilitas.
Hal-hal yang dikaji pada klien dengan hipertiroid meliputi (Carpenito, 2007):
1. Aktivitas atau istirahat
kelelahan berat
2. Sirkulasi
darah dengan tekanan nada yang berat. Takikardia saat istirahat, sirkulasi kolaps,
3. Eliminasi
berkemih (infeksi), infeksi saluran kemih berulang, nyeri tekan abdomen, diare,
urine encer, pucat, kuning, poliuria (dapat berkembang menjadi oliguria atau anuria
jika terjadi hipovolemia berat), urine berkabut, bau busuk (infeksi), bising usus
4. Integritas / Ego
Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang berhubungan
dengan kondisi.
Tanda : Ansietas peka rangsang
5. Makanan / Cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, mual atau muntah, tidak mengikuti diet, peningkatan
masukan glukosa atau karbohidrat, penurunan berat badan lebih dari periode
beberapa hari/minggu, haus, penggunaan diuretik (tiazid)
Tanda : Kulit kering atau bersisik, muntah, pembesaran thyroid (peningkatan
kebutuhan metabolisme dengan pengingkatan gula darah), bau halitosis atau manis,
bau buah (napas aseton).
6. Neurosensori
Gejala : Pusing atau pening, sakit kepala kesemutan, kelemahan pada otot parasetia,
gangguan penglihatan.
gangguan memori baru masa lalu ) kacau mental. Refleks tendon dalam (RTD
7. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang atau nyeri (sedang / berat), wajah meringis dengan
palpitasi, tampak sangat berhati-hati.
8. Pernapasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan / tanpa sputum purulen
(tergantung adanya infeksi atau tidak)
Tanda : sesak napas, batuk dengan atau tanpa sputum purulen (infeksi), frekuensi
pernapasan meningkat
9. Keamanan
Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit
Tanda : Demam, diaforesis, kulit rusak, lesi atau ulserasi, menurunnya kekuatan
umum/rentang gerak, parastesia atau paralysis otot termasuk otot pernapasan (jika
kadar kalium menurun dengan cukup tajam)
10. Seksualitas
Gejala : Rabas wanita ( cenderung infeksi ), masalah impotent pada pria.
Tanda : Glukosa darah meningkat 100-200 mg/ dl atau lebih, aseton plasma positif
secara mencolok, asam lemak bebas kadar lipid dengan kolosterol meningkat.
2. Diagnosa Keperawatan
keperawatan yang sering muncul pada klien dengan hipertiroid adalah sebagai
3. Perencanaan
Menurut Hidayat (2004), perencanaan keperawatan merukan suatu proses
penyususnan bebrabagia intervensi keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah,
menurunkan atau mengurangi masalah-masalah klien. Adapun proses perencanaan
keperawatan pada klien dengan hipertiroid adalah:
Intervensi Rasional
Mandiri: Mandiri:
Kolaborasi:
2. Mungkin memerlukan bantuan untuk
2. Konsultasi dengan ahli gizi menjamin pemasukan zat-zat makanan yang
untuk memberikan diet kalori adekuat dan mengidentifikasi makanan
tinggi. pengganti yang paling sesuai.
Observasi: Observasi:
3. Auskultasi bising usus 3. Bising usus hiperaktif mencerminkan
peningkatkan motilitas lambung yang
menurunkan atau mengubah fungsi
absorpsi.
4. Pantau masukan makanan 4. Penurunan berat badan terus menerus
setiap hari dan timbang berat dalam keadaan masukan kalori yang cukup
badan tiap hari. merupakan indikasi kegagalan terhadap
terapi antitiriod.
Edukasi: Edukasi:
1. Auskultasi bunyi nafas dan 1. Bunyi nafas menurun / tak ada bila
catat adanya bunyi nafas jalan nafas obstruksi sekunder terhadap
adventisius, seperti krekels, perdarahan, bekuan atau kolaps jalan
mengi, gesekan pleural. nafas kecil (atelektasis). Ronki dan
mengi menyertai obstruksi jalan nafas /
kegagalan pernafasan.
2. Tinggikan kepala dan bantu 2. Duduk tinggi memungkinkan ekspansi
mengubah posisi. Bangunkan paru dan memudahkan pernafasan.
klien turun tempat tidur dan
ambulasi sesegera mungkin.
3. Dorong / bantu klien dalam 3. Dapat meningkatkan / banyaknya
nafas dalam dan latihan batuk. sputum dimana gangguan ventilasi dan
Penghisapan per oral atau ditambah ketidaknyamanan upaya
nasotrakeal bila diindikasikan. bernafas.
4. Berikan oksigen tambahan. 4. Memaksimalkan bernafas dan
menurunkan kerja nafas.
Intervensi Rasional
INTERVENSI RASIONAL
1. Pantau tanda vital dan catat nadi 1. Nadi meningkat dan bahkan pada
baik pada istirahat dan istirahat (Takikardi ).
melakukan aktivitas.
2. Berikan sentuhan atau message, 2. Dapat menurunkan energy dalam
bedak yang sejuk. saraf yang selanjutnya
meningkatkan relaksasi.
3. Berikan obat sesuai indikasi 3. Untuk mengurangi kelelahan dan
meningkatkan energi.
4. Catat perkembangan takipneu, 4. Kebutuhan dan konsumsi oksigen
dispneu, pucat dan sianosis. akan ditingkatkan pada keadaan
hipemetabolik.
5. Sarankan klien untuk mengurangi 5. Membantu melawan pengaruh dari
aktivitas dan meningkatkan peningkatan metabolisme.
istirahat.
Intervensi Rasional
Mandiri: Mandiri :
1. Sediakan lingkungan yang tidak 1. Tindakan ini mendorong klien untuk
mengancam, dan dorong klien bertanya tentang hal khusus yang
untuk bertanya tentang seksualitas berkaitan dengan keadaan saat ini.
pribadi.
2. Berikan kesempatan klien untuk 2. Tindakan ini meningkatkan
mengungkapkan perasaan secara komunikasi dan pemahaman
terbuka dalam lingkungan yang diantara klien dan beri asuhan.
tidak mengancam.
3. Anjurkan klien untuk 3. Sediakan waktu dan lingkungan
suami atau istri atau pasangan. antara klien dan suami atau istri atau
pasangan untuk berbagi keluhan dan
memperkuat hubungan
4. Sarankan rujukan ke konselor 4. Untuk memberikan sumber-sumber
seksual atau profesi terkait lainnya penunjang lanjutan terapi bagi klien.
dalam mendapatkan panduan
selanjutnya.
10. Ganguan pola tidur berhubungan dengan kurang control tidur dan
peningkatan metabolisme
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam
gangguan pola tidur dapat di atasi
Kriteria hasil : klien mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat menghalangi
atau mengganggu tidur.klien tidur 5-6 jam dimalam hari
Intervensi Rasional
1. Berikan bantuan tidur kepada klien, 1. Susu dan beberapa kudapan
seperti bantal, mandi sebelum tidur, tinggi protein, seperti keju dan
makanan atau minuman dan bahan kacang, mengandung L-
bacaan. trytophan, yang dapat
mempermudah tidur. Higiene
pribadi secara rutin dapat
mempermudah tidur bagi
sejumlah klien.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau
tidak (Hidayat ,2004). Evaluasi yang digunakan mencakup 2 bagian yaitu evaluasi
formatif yang disebut juga evaluasi proses dan evaluasi jangka pendek adalah
evaluasi yang dilaksanakan secara terus menerus terhadap tindakan yang telah
dilakukan. Sedangkan evaluasi sumatif yang disebut juga evaluasi akhir adalah
evaluasi tindakan secara keseluruhan untuk menilai keberhasilan tindakan yang
dilakukan dan menggambarkan perkembangan dalam mencapai sasaran yang telah
ditentukan. Bentuk evaluasi ini lazimnya menggunakan format “SOAP”. Tujuan
evaluasi adalah untuk mendapatkan kembali umpan balik rencana keperawatan,
nilai serta meningkatkan mutu asuhan keperawatan melalui hasil perbandingan
standar yang telah ditentukan sebelumnya (Nursalam 2008).
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
Kami sebagai penulis berharap makalah ini dapat menambah wawasan bagi
para pembaca. Dan kami juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
perbaikan makalah ini kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA