Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN

SISTEM ENDOKRIN: HIPERTIROID

Dosen Pengampu :
Dawson Zulveritha, S.Kep.,Ns.,M.KM
Disusun Oleh:
KELOMPOK 7

1. Cici Windy Nababan


2. Elsaria Purba
3. Goklas K.A Sirait
4. Lima Sihol Hutauruk
5. Nella G. Tambunan
6. Putri Sihombing
7. Rezeki Lumban Gaol
8. River Winata Gultom
9. Valentina Nababan
10.Zetli Ian Simanullang

AKADEMI KEPERAWATAN PEMERNTAH KABUPATEN


TAPANULI UTARA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami sebagai penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan berkat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah
yang berjudul” ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN SISTEM
ENDOKRIN: HIPERTIROID” ini tepat pada waktunya, meskipun banyak kekurangan yang
ada.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
Dosen Dawson Zulveritha Hutauruk S.Kep.,Ns.,M.KM pada Mata Kuliah Keperawatan
Medikal Bedah II.. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem endokrin: hipertiroid yang
diperuntukkan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami sebagai penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada ibu selaku
Dosen pada mata kuliah ini. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan terkait bidang yang ditekuni oleh Mahasiswa/i. Kami sebagai penulis juga
mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan
makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun sangat berguna untuk kami demi kesempurnaan makalah ini.

Tarutung, 16 September 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah...................................................................................................... 4
C. Tujuan Penulisan........................................................................................................ 4

BAB II TINJAUAN TEORITIS


A. Tinjauan Teoritis Medis.......................................................................................... 6
1. Pengertian Hipertiroid......................................................................................... 6
2. Anatomi dan Fisiologi......................................................................................... 6
3. Etiologi ............................................................................................................... 7
4. Patofisiologi........................................................................................................ 8
5. Manifestasi Klinis...............................................................................................10
6. Komplikasi..........................................................................................................11
7. Pemeriksaan Penunjang......................................................................................11
8. Penatalaksanaan..................................................................................................12
B. Tinjauan Teoritis Keperawatan.............................................................................13
1. Pengkajian...........................................................................................................13
2. Diagnosa Keperawatan........................................................................................17
3. Intervensi Keperawatan.......................................................................................17
4. Implementasi dan Evaluasi...................................................................................28

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan................................................................................................................29
B. Saran ..........................................................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Hipertiroidisme merupakan penyakit endokrin yang dalam hal prevalensi menempati


urutan kedua sesudah Diabetes Mellitus, hipertiroid adalah satu kesatuan penyakit dengan
batasan masalah yang jelas dan penyakit Graves menjadi penyebab utamanya.
Hipertiroidisme menyerang wanita lima kali lebih sering dibandingkan laki-laki dan
insidensnya akan memuncak dalam dekade usia ketiga serta keempat, keadaan ini dapat
timbul setelah terjadi syok emosional, stress atau infeksi tetapi makna hubungan ini yang
tepat belum dipahami.
Hipertiroid adalah suatu kondisi dimana kelenjar tiroid memproduksi hormon tiroid
secara berlebihan, biasanya karena kelenjar terlalu aktif. Kondisi ini menyebabkan beberapa
perubahan baik secara mental maupun fisik seseorang, yang disebut dengan thyrotoxicosis
(Bararah, 2009). Hipertiroid adalah gangguan yang terjadi ketika kelenjar tiroid memproduksi
hormon tiroid lebih dari yang dibutuhkan tubuh. Hal ini kadang-kadang disebut
tirotoksikosis, istilah untuk hormon tiroid terlalu banyak dalam darah. Perempuan lebih
mungkin mengembangkan hipertiroidisme daripada pria.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan Hipertiroid?


2. Apa penyebab Hipertiroid?
3. Bagaimana patofisiologi dari Hipertiroid?
4. Bagaimana pathway dari hipertiroid?
5. Apa saja tanda dan gejala dari Hipertiroid?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang/diagnostik dari Hipertiroid?
7. Apa saja penatalaksanaan medis dari Hipertiroid?
8. Apa saja komplikasi dari Hipertiroid?
9. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien Hipertiroid?

C. TUJUAN PENULISAN

A. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui penyakit
Hipertiroid dan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem endokrin:
Hipertiroid.
B. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus penulisan makalah ini adalah:
1) Untuk mengetahui penyakit Hipertiroid
2) Untuk mengetahui penyebab Hipertiroid
3) Untuk mengetahui patofisiologi pada Hipertiroid
4) Untuk mengetahui pathway Hipertiroid
5) Untuk mengetahui tanda dan gejala dari Hipertiroid
6) Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang/diagnostik pada Hipertiroid
7) Untuk mengetahui penatalaksanaan medis pada Hipertiroid
8) Untuk mengetahui komplikasi dari Hipertiroid
9) Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem
endokrin: Hipertiroid
BAB II
LANDASAN TEORITIS

A. LANDASAN TEORITIS MEDIS


1. Pengertian Hipertiroid
Hipertiroidisme (hipersekresi hormon tiroid) adalah peningkatan produksi dan sekresi
hormon tiroid oleh kelenjar tiroid. (Marry:2009). Hipertiroidisme adalah keadaan
dimana terjadi peningkatan hormon tiroid lebih dari yang dibutuhkan tubuh.
Tirotoksikrosis merupakan istilah yang digunakan dalam manifestasi klinis yang terjadi
ketika jaringan tubuh distimulasi oleh peningkatan hormon tiroid (Tarwoto, dkk.2012).
Angka kejadian pada hipertiroid lebih banyak pada wanita dengan perbandingan 4:1 dan
pada usia antara 20-40 tahun (Black,2009).
Hipertiroidisme adalah Suatu sindrom yang disebabkan oleh peninggian produksi
hormon tiroid yang disebabkan antara lain karena autoimun pada penyakit graves,
hiperplasia, genetik, neoplastik atau karena penyakit sistemik akut. Faktor pencetusnya
adalah keadaan yang menegangkan seperti operasi, infeksi, trauma, penyakit akut
kardiovaskuler (P.K Sint Carolus:1995).

2. Anatomi dan Fisiologi


Kelenjar Tiroid adalah sejenis kelenjar endokrin yang terletak di bagian bawah depan
leher yang memproduksi hormon tiroid dan hormon calcitonin,melekat pada tulang
sebelah kanan trakea dan melekat pada dinding laring.kelenjar ini terdiri atas 2 lobus
yaitu lobus destra dan lobus sinistra yang saling berhubungan, masing- masing lobus
yang tebalnya 4 cm dan lebarnya 2,5 cm.
Kelenjar tiroid menghasilkan hormone tiroksin. Pembentukan hormone tiroid
tergantung dari jumlah iodium eksogen yang masuk ke dalam tubuh. Sumber utama
untuk menjaga keseimbangan yodium adalah yodium dalam makanan dan minuman.
Hormon-hormon tiroid diproduksi oleh kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid bertempat pada
bagian bawah leher, dibawah Adam's apple. Kelenjar membungkus sekeliling saluran
udara (trachea) dan mempunyai suatu bentuk yang menyerupai kupu-kupu yang
dibentuk oleh dua sayap (lobes) dan dilekatkan oleh suatu bagian tengah (isthmus).
Kelenjar tiroid mengambil yodium dari darah (yang kebanyakan datang dari
makanan-makanan seperti seafood, roti, dan garam) dan menggunakannya untuk
memproduksi hormon-hormon tiroid. Dua hormon-hormon tiroid yang paling penting
adalah thyroxine (T4) dan triiodothyronine (T3) mewakili 99.9% dan 0.1% dari masing-
masing hormon-hormon tiroid. Hormon yang paling aktif secara biologi (contohnya,
efek yang paling besar pada tubuh) sebenarnya adalah T3. Sekali dilepas dari kelenjar
tiroid kedalam darah, suatu jumlah yang besar dari T4 dirubah ke T3 - hormon yang
lebih aktif yang mempengaruhi metabolisme sel-sel.

Pengaturan Hormon Tiroid - Rantai Komando


Tiroid sendiri diatur oleh kelenjar lain yang berlokasi di otak, disebut pituitari. Pada
gilirannya, pituitari diatur sebagian oleh hormon tiroid yang beredar dalam darah (suatu
efek umpan balik dari hormon tiroid pada kelenjar pituitari) dan sebagian oleh kelenjar
lain yang disebut hipothalamus, juga suatu bagian dari otak. Hipothalamus melepaskan
suatu hormon yang disebut thyrotropin releasing hormone (TRH), yang mengirim sebuah
signal ke pituitari untuk melepaskan thyroid stimulating hormone (TSH). Pada
gilirannya, TSH mengirim sebuah signal ke tiroid untuk melepas hormon-hormon tiroid.
Jika aktivitas yang berlebihan dari yang mana saja dari tiga kelenjar-kelenjar ini terjadi,
suatu jumlah hormon-hormon tiroid yang berlebihan dapat dihasilkan, dengan demikian
berakibat pada hipertiroid. Angka atau kecepatan produksi hormon tiroid dikontrol oleh
kelenjar pituitari. Jika tidak ada cukup jumlah hormon tiroid yang beredar dalam tubuh
untuk mengizinkan fungsi yang normal, pelepasan TSH ditingkatkan oleh pituitari dalam
suatu usahanya untuk menstimulasi tiroid untuk memproduksi lebih banyak hormon
tiroid. Sebaliknya, ketika ada suatu jumlah berlebihan dari hormon tiroid yang beredar,
pelepasan TSH dikurangi ketika pituitari mencoba untuk mengurangi produksi hormon
tiroid (Syaifudin, 2006).

3. Etiologi
Menurut Tarwoto,dkk (2012) penyebab hipertiroid diantaranya adenoma hipofisis,
penyakit graves, modul tiroid, tiroiditis, konsumsi banyak yodium dan pengobatan
hipotiroid.
a) Adenoma Hipofisis
Penyakit ini merupakan tumor jinak kelenjar hipofisis dan jarang terjadi.
b) Penyakit Graves
Penyakit graves atau toksi goiter diffuse merupakan penyakit yang disebabkan karena
autoimun, yaitu dengan terbentuknya antibody yang disebut thyroid-stimulatin
immunoglobulin (TSI) yang melekati sel-sel tiroid. TSI meniru tindakan TSH dan
merangasang tiroid untuk membuat hormon tiroid terlalu banyak. Penyakit ini
dicirikan adanya hipertiroidisme, pembesaran kelenjar tiroid atau (goiter) dan
eksoftalmus (mata yang melotot).
c) Tiroditis
Tiroditis merupakan inflamasi kelenjar tiroid yang biasanya disebabkan oleh bakteri
seperti Streptococcus pyogenes, Staphycoccus aureus dan Pnemucoccus pneumonia.
Reaksi peradangan ini menimbulkan pembesaran pada kelenjar tiroid, kerusakan sel
dan peningkatan jumlah hormon tiroid.
Tiroditis dikelompokan menjadi tiroiditis subakut, tiroiditis postpartum, dan
tiroiditis tersembunyi. Pada tiroiditis subakut terjadi pembesaran kelenjar tiroid dan
biasanya hilang dengan sendirinya setelah beberapa bulan. Tiroiditis postpartum
terjadi sekitar 8% wanita setelah beberapa bulan melahirkan. Penyebabnya diyakini
karena autoimun. Seperti halnya dengan tiroiditis subakut, tiroiditis wanita dengan
postpartum sering mengalami hipotiroidisme sebelum kelenjar tiroid benar-benar
sembuh. Tiroiditis tersembunyi juga disebabkan juga karna autoimun dan pasien
tidak mengeluh nyeri, tetapi mungkin juga terjadi pembesaran kelenjar. Tiroiditis
tersembunyi juga dapat mengakibatkan tiroiditis permanen.
d) Konsumsi yodium yang berlebihan, yang mengakibatkan peningkatan sistesis
hormon tiroid.
e) Terapi hipertiroid, pemberian obat obatan hipotiroid untuk menstimulasi sekresi
hormon tiroid. Penggunaan yang tidak tepat menimbulkan kelebihan jumlah hormon
tiroid.

4. Patofisiologi
Pasien dengan hipertiroid menunjukan adanya sekresi hormon tiroid yang lebih
banyak, pernah berbagai faktor penyebab yang tidak dapat dikontrol melalui mekanisme
normal. Peningkatan hormon tiroid menyebabkan peningkatan metabolisme rate,
meningkatnya aktivitas saraf simpatis. Peningkatan metabolisme rate menyebabnya
peningkatan produksi panas tubuh sehingga pasien mengeluarkan banyak keringat dan
penurunan toleransi terhadap panas. Laju metabolisme yang meningkat menimbulkan
peningkatan kebutuhan metabolik, sehingga berat badan pasien akan berkurang karena
membakar cadangan energi yang tersedia. Keadaan ini menimbulkan degradasi
simpanan karbohidrat, lemak dan protein sehingga cadangan protein otot juga
berkurang.
Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat terjadi pada sistem kardiovaskuler
yaitu dengan menstimulasi peningkatan reseptor beta adrenergik, sehingga denyut
nadi lebih cepat, peningkatan kardiak output, stroke volume, aliran darah perifer serta
respon adenergik lainnya. Peningkatan hormon tiroid juga berpengaruh terhadap
sekresi dan metabolisme hipothalamus, hipofisis dalam mensekresi hormon gonad,
sehingga pada individu yang belum pubertas mengakibatkan keterlambatan dalam
fungsi seksual, sedangkan pada usia dewasa mengakibatkan penurunan libido,
infertile dan menstruasi tidak teratur. (Tarwoto, dkk.2012).
5. Manifestasi Klinis
Menurut Tarwoto,dkk (2012) gejala-gejala klinis hipertiroid berikut ini:
a. Sistem kardiovaskuler
Meningkatkan heart rate, stroke volume, kardiak oputput, peningkatan kebutuhan
oksigen otot jantung, peningkatan vaskuler perifer resisten, tekanan darah sistole
dan diastole meningkat 10-15mmhg, palpitasi, disritmia, kemungkinan gagal
jantung, edema.
b. Sistem pernafasan
Pernafasan cepat, bernafas pendek, penurunan kapasitas paru.
c. Sistem perkemihan
Retensi cairan, menurunnya otot urine.
d. Sistem gastrointestinal
Meningkatnya peristaltik usus, peningkatan nafsu makan, penurunan berat badan,
diare, peningkatan penggunaan cadangan adifose dan protein, penurunan serum
lipid, peningkatan sekresi gastrointestinal, hiponatremia, muntah, dan keram
abdomen.
e. Sistem muskuloskeletal
Keseimbangan protein negatif, kelemahan otot, kelelahan,
f. Sistem integumen
Berkeringat yang berlebihan, kulit lembab, merah, hangat, tidak toleransi panas,
kedaan rambut lurus, lembut, halus dan mungkin terjadi kerontokan rambut.
g. Sistem endokrin
Sistem endokrin biasanya terjadi pembesaran kelenjar tiroid.
h. Sistem saraf
Gugup, gelisah, emosi tidak stabil; seperti kecemasan, curiga, tegang dan
emosional.
i. Sistem reproduksi
Amenorahea, anovulasi, mens tidak teratur, menurunya libido, impoten.
j. Eksoftalmus
Eksoftalmus yaitu keadaan dimana bola mata menonjol kedepan seperti mau keluar.
Eksoftalmus terjadi karena adanya penimbunan karbohidrat kompleks yang
menahan air dibelakang mata. Retensi cairan ini mendorong bola mata kedepan
sehingga bola mata nampak menonjol keluar rongga orbita. Pada keadaan ini dapat
terjadi kesulitan dalam menutup mata secara sempurna sehingga mata menjadi
kering, iritasi atau kelainan kornea.

6. Komplikasi
Menurut Tarwoto,dkk (2012)
a. Eksoftalmus, keadaan dimana bola mata pasien menonjol benjol keluar, hal ini
disebabkan karena penumpukkan cairan pada rongga orbita bagian belakang bola
mata. Biasanya terjadi pasien dengan penyakit graves.
b. Penyakit Jantung, terutama kardioditis dan gagal jantung.
c. Stromatiroid (tirotoksikosis), pada periode akut pasien mengalami demam tinggi,
takikardia berat, derilium, dehidrasi, dan iritabilitas ekstrim. Keadaan ini
merupakan keadaan emergency sehingga penganganan lebih khusus. Faktor
presipitasi yang berhubungan dengan tiroksikosis adalah hipertiroidisme yang tidak
terdiagnosis dan tidak tertangani, infeksi, ablasitiroid, pembedahan, trauma,
miokardiak infark, overdosis obat. Penanganan pasien dengan stromatiroid adalah
dengan menghambat produksi hormon tiroid, menghambat konfersi T4 menjadi T3
dan menghambat efek hormon terhadap jaringan tubuh. Obat-obatan yang diberikan
untuk menghambat kerja hormon tersebut diantaranya sodium ioded intravena,
glococorticoid, dexamethasone, dan propylthiouracil oral. Beta-blockers diberikan
untuk menurunkan efek stimulasi saraf simpatik dan takikardia.

7. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaaan laboratorium
a) Serum T3, terjadi peningkatan (N:70-250 ng/dl atau 1,2-3,4 SI unit)
b) Serum T4, terjadi peningkatan (N:4-12 mcg/dl atau 51-154 SI unit)
c) Indeks T4 bebas,meningkat (N:0,8-2,4 ng/dl atau 10-31 SI unit)
d) T3RU meningkat (N:24-34%)
e) TRH stimulation test,menurun atau tidak ada respon TSH
f) Tiroid antibodi antiglobulin antibodi (TSH-Rab), terjadi peningkatan pada
penyakit graves
2. Test penunjang lainnya
a) CT Scan tiroid
Mengetahui posisi,ukuran dan fungsi kelenjar tiroid. Iodine radioaktif (RAI)
diberikan secara oral kemudian diukur pengambilan iodine oleh kelenjar
tiroid.normalnya tiroid akan mengambil iodine 5-35% dari dosis yang diberikan
setelah 24 jam.pada pasien Hipertiroid akan meningkat.
b) USG,untuk mengetahui ukuran dan komposisi dari kelenjar tiroid apakah massa
atau nodule.
c) ECG untuk menilai kerja jantung,mengetahui adanya takhikardia,atrial fibrilasi
dan perubahan gelombang P dan T (Tarwoto,dkk.2012).

8. Penatalaksanaan
Menurut Tarwoto,dkk (2012) tujuan pengobatan adalah untuk membawa tingkat
hormon tiroid keadaan normal,sehingga mencegah komplikasi jangka panjang,dan
mengurangi gejala tidak nyaman.tidak bekerja pengobatan tunggal untuk semua
orang.Tiga pilihan pemberian obat-obatan, terapi radioiod, dan pembedahan
1. Obat-obatan antitiroid
a) Propylthiouracil (PTU), merupakan obat antihipertiroid pilihan, tetapi mempunyai
efek samping agranulocitosis sehingga sebelum di berikan harus dicek sel darah
putihnya. PTU tersedia dalam bentuk tablet 50 dan 100 mg.
b) Methimozole (Tapazole), bekerja dengan cara memblok reaksi hormon tiroid
dalam tubuh.obat ini mempunyai efek samping agranulositosis, nyeri kepala, mual
muntah, diare, jaundisce, ultikaria. Obat ini tersedia dalam bentuk tablet 3 dan 20
mg.
c) Adrenargik bloker,seperti propanolol dapat diberikan untuk mengkontrol aktifitas
saraf simpatetik.
d) Pada pasien graves yang pertama kali diberikan OAT dosis tinggi PTU 300-
600mg/hari atau methimazole 40-45mg/hari.
2. Radioiod Terapi
Radio aktif iodin-131, iodium radio aktif secara bertahap akan melakukan sel-sel
yang membentuk kelenjar tiroid namun tidak akan menghentikan produksi hormon
tiroid.
3. Bedah Tiroid
Pembedahan dan pengangkatan total atau parsial (tiroidektomy). Operasi efektif
dilakukan pada pasien dengan penyakit graves. Efek samping yang mungkin terjadi
pada pembedahan adalah gangguan suara dan kelumpuhan saraf kelenjar tiroid.
4. Pemenuhan kebutuhan nutrisi dengan tinggi kalori dan tinggi protein, 3000-4000
kalori.
B. LANDASAN TERORITIS KEPERAWATAN
1.         Pengkajian

Menurut Hidayat (2004), pengkajian merupakan langkah pertama dari proses


keperawatan dengan mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui
berbagai permasalahan yang ada. Tahap pengkajian terdiri dari pengumpulan data, validasi
data dan identifikasi masalah.

Data-data yang perlu dikaji pada asuhan keperawatan dengan hipertiroid


Tarwoto,dkk. (2012) ialah sebagai berikut:

1. Data Demografi
Data demografi yang penting di kaji adalah usia dan jenis kelamin, karena merupakan
faktor yang berpengaruh terhadap hipertiroid.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat keluarga dengan faktor genetik, penyakit tiroid dan kanker
b. Riwayat kesehatan sekarang: riwayat penyakit tiroid yang dialami, riwayat
pengobatan dengan radiasi dileher, adanya tumor, adanya riwayat trauma kepala,
infeksi, riwayat penggunaaan obat-obatan seperti thionamide, lithium, amiodarone,
interferon alfa.
c. Riwayat sosial ekonomi kemampuan memelihara kesehatan, konsumsi dan pola
makan, porsi makan.
3. Keluhan Utama
a. Kaji yang berhubungan dengan hipermetabolisme
- Penurunan berat badan
- Peningkatan suhu tubuh
- Kelelahan
- Makan dengan porsi banyak atau sering
b. Kaji yang berhubungan dengan aktivitas
- Cepat Lelah
- Intoleransi aktivitas
- Tremor
- Insomnia
c. Kaji yang berhubungan dengan gangguan persarafan
- Iritabilitas
- Emosi tidak stabil seperti cemas atau mudah tersinggung
d. Kaji yang berhubungan dengan gangguan penglihatan
- Gangguan tajam penglihatan
- Pandangan ganda
e. Kaji yang berhubungan dengan gangguan seksual
- Amenorrhea, menstruasi tidak teratur
- Menurunnya infertile, resiko aborsi spontan
- Menurunnya libido
- Menurunnya perkembangan fungsi seksual
- Impoten
f. Kaji yang berhubungan dengan gangguan graves
- Eksoftalmus
- Pembesaran kelenjar tiroid

4. Pengkajian psikososial
Pasien dengan hipertiroid biasanya menampakkan suasana hati yang tidak stabil,
penurunan terhadap perhatian dan menunjukkan perilaku maniak. Sering juga didapatkan
gangguan tidur.

5. Pemeriksaan fisik
a. Observasi dan pemeriksaan kelenjar tiroid
Palpasi kelenjar tiroid dan kaji adanya massa atau pembesaran. Observasi ukuran dan
kesimetrisan pada goiter pembesaran dapat terjadi empat kali dari ukuran normal.
b. Optalmopathy (penampilan dan fungsi mata yang tidak normal)
Pada hipertiroid sering ditemukan adanya retraksi kelopak mata dan penonjolan
kelopak mata. Pada tiroksikosis kelopak mata mengalami kegagalan untuk turun
ketika klien melihat kebawah.
c. Observasi adanya bola mata yang menonjol karena edema pada otot ektraokuler dan
peningkatan jaringan dibawah mata. Penekanan pada saraf mata dapat
mengakibatkan kerusakan pandangan seperti penglihata ganda, tajam penglihatan.
Adanya iritasi mata karena kesulitan menutup mata secara sempurna perlu dilakukan
pengkajian.
d. Pemeriksaan jantung
Komplikasi yang sering timbul pada hipertiroid adalah gangguan jantung seperti
kardioditis dan gagal jantung, oleh karenanya pemeriksaan jantung perlu dilakukan
seperti tekanan darah, takikardia, distritmia, bunyi jantung.

e. Muskuloskeletal
Biasanya ditemukan adanya kelemahan otot, hipeeraktif pada reflex tendon dan
tremor, iritabilitas.
Hal-hal yang dikaji pada klien dengan hipertiroid meliputi (Carpenito, 2007):
1. Aktivitas atau istirahat

Gejala : Imsomnia, sensitivitas meningkat, Otot lemah,gangguan koordinasi,

kelelahan berat

Tanda : Atrofi otot

2. Sirkulasi

Gejala : Palpitasi, nyeri dada (angina)

Tanda : Distritmia (vibrilasi atrium), irama gallop, murmur, peningkatan tekanan

darah dengan tekanan nada yang berat. Takikardia saat istirahat, sirkulasi kolaps,

syok (krisis tirotoksikosis)

3. Eliminasi

Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria, nocturia), rasa nyeri/terbakar, kesulitan

berkemih (infeksi), infeksi saluran kemih berulang, nyeri tekan abdomen, diare,

urine encer, pucat, kuning, poliuria (dapat berkembang menjadi oliguria atau anuria

jika terjadi hipovolemia berat), urine berkabut, bau busuk (infeksi), bising usus

lemah dan menurun, hiperaktif (diare).

4. Integritas / Ego
Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang berhubungan
dengan kondisi.
Tanda : Ansietas peka rangsang
5. Makanan / Cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, mual atau muntah, tidak mengikuti diet, peningkatan
masukan glukosa atau karbohidrat, penurunan berat badan lebih dari periode
beberapa hari/minggu, haus, penggunaan diuretik (tiazid)
Tanda : Kulit kering atau bersisik, muntah, pembesaran thyroid (peningkatan
kebutuhan metabolisme dengan pengingkatan gula darah), bau halitosis atau manis,
bau buah (napas aseton).
6. Neurosensori

Gejala : Pusing atau pening, sakit kepala kesemutan, kelemahan pada otot parasetia,

gangguan penglihatan.

Tanda : Disorientasi, mengantuk, lethargi, stupor atau koma (tahap lanjut),

gangguan memori  baru masa lalu ) kacau mental. Refleks tendon dalam (RTD

menurun;koma), aktivitas kejang ( tahap lanjut dari DKA).

7. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang atau nyeri (sedang / berat), wajah meringis dengan
palpitasi, tampak sangat berhati-hati.
8. Pernapasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan / tanpa sputum purulen
(tergantung adanya infeksi atau tidak)
Tanda : sesak napas, batuk dengan atau tanpa sputum purulen (infeksi), frekuensi
pernapasan meningkat
9. Keamanan
Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit
Tanda : Demam, diaforesis, kulit rusak, lesi atau ulserasi, menurunnya kekuatan
umum/rentang gerak, parastesia atau paralysis otot termasuk otot pernapasan (jika
kadar kalium menurun dengan cukup tajam)
10. Seksualitas
Gejala : Rabas wanita ( cenderung infeksi ), masalah impotent pada pria.
Tanda : Glukosa darah meningkat 100-200 mg/ dl atau lebih, aseton plasma positif
secara mencolok, asam lemak bebas kadar lipid dengan kolosterol meningkat.
2. Diagnosa Keperawatan

Menurut Carpenito dan Moyet (2007) diagnosa keperawatan adalah suatu

pernyataan klinik yang menjelaskan tentang respons individu, keluarga, atau

masyarakat terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan baik aktual atau potensial.

Diagnosis keperawatan merupakan dasar pemilihan intervensi dalam mencapai tujuan

yang telah ditetapkan oleh perawat yang bertanggung jawab.Adapun diagnosa

keperawatan yang sering muncul pada klien dengan hipertiroid  adalah sebagai

berikut (Carpenito, 2007):

1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan gangguan


metabolik
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan metabolism
3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid tidak terkontrol dan
peningkatan aktifitas saraf simpatik
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembesaran kelenjar tiroid
5. Risiko ketidakseimbangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan
metabolism
6. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolik
7. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan energy dengan
kebutuhan tubuh
8. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan produksi panas meningkat
9. Disfungsi seksual berhubungan dengan gangguan hormonal dan perubahan fungsi
tubuh
10. Ganguan pola tidur berhubungan dengan kurang control tidur dan peningkatan
metabolisme

3. Perencanaan
Menurut Hidayat (2004), perencanaan keperawatan merukan suatu proses
penyususnan bebrabagia intervensi keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah,
menurunkan atau mengurangi masalah-masalah klien. Adapun proses perencanaan
keperawatan pada klien dengan hipertiroid adalah:

1. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan gangguan


metabolisme
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
keseimbangan nutrisi kembali normal.
Kriteria Hasil: Berat badan stabil, malnutrisi (-), kebutuhan metabolisme
terpenuhi.

Intervensi Rasional

Mandiri: Mandiri:

1.Hindari makanan yang dapat 1. Peningkatan multilitas saluran cerna


meningkatkan peristaltik usus. dapat mengakibatkan diare dan ganguan
absorpsi nutris yang diperlukan.

Kolaborasi:
2. Mungkin memerlukan bantuan untuk
2. Konsultasi dengan ahli gizi menjamin pemasukan zat-zat makanan yang
untuk memberikan diet kalori adekuat dan mengidentifikasi makanan
tinggi. pengganti yang paling sesuai.
Observasi: Observasi:
3. Auskultasi bising usus 3. Bising usus hiperaktif mencerminkan
peningkatkan motilitas lambung yang
menurunkan atau mengubah fungsi
absorpsi.
4. Pantau masukan makanan 4. Penurunan berat badan terus menerus
setiap hari dan timbang berat dalam keadaan masukan kalori yang cukup
badan tiap hari. merupakan indikasi kegagalan terhadap
terapi antitiriod.

Edukasi: Edukasi:

5. Dorong klien makan dan 5. Membantu menjaga pemasukan kalori


meningkatkan jumlah makan. cukup tinggi untuk menambah kalori tetap
tinggi.
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan metabolisme
Tujuan : setelah diberikan tindakan keperawatan 1x24 jam pola nafas
efektif
Kriteria hasil :
- Frekuensi pernafasan 16-20x/menit
- Tidak menggunakan otot bantu tambahan pernafasan
Intervensi Rasional

1. Auskultasi bunyi nafas dan 1. Bunyi nafas menurun / tak ada bila
catat adanya bunyi nafas jalan nafas obstruksi sekunder terhadap
adventisius, seperti krekels, perdarahan, bekuan atau kolaps jalan
mengi, gesekan pleural. nafas kecil (atelektasis). Ronki dan
mengi menyertai obstruksi jalan nafas /
kegagalan pernafasan.
2. Tinggikan kepala dan bantu 2. Duduk tinggi memungkinkan ekspansi
mengubah posisi. Bangunkan paru dan memudahkan pernafasan.
klien turun tempat tidur dan
ambulasi sesegera mungkin.
3. Dorong / bantu klien dalam 3. Dapat meningkatkan / banyaknya
nafas dalam dan latihan batuk. sputum dimana gangguan ventilasi dan
Penghisapan per oral atau ditambah ketidaknyamanan upaya
nasotrakeal bila diindikasikan. bernafas.
4. Berikan oksigen tambahan. 4. Memaksimalkan bernafas dan
menurunkan kerja nafas.

5. Observasi frekuensi, kedalaman 5. Kecepatan biasanya meningkat.


pernafasan dan ekspansi dada. Dispnea dan terjadi peningkatan kerja
Catat upaya pernafasan, termasuk nafas.
penggunaan otot bantu / pelebaran
nasal.

6. Observsi pola batuk dan


karakter sekret. 6. Kongesti alveolar mengakibatkan batuk
kering / iritasi.

3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid tidak terkontrol dan


peningkatan aktifitas saraf simpatik
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan 2x24 jam curah jantung
menjadi adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Kriteria Hasil : Tanda vital stabil, denyut nadi perifer normal, pengisian
kapiler < 3 detik, tidak ada distritnea.
Intervensi Rasional

1. Catat atau perhatikan kecepatan 1.Takirkardi mungkin merupakan


irama jantung dan adanya cerminan langsung stimulasi otot jantung
distrirnea. oleh hormone tiroid distritnea sering kali
terjadi dan dapat membahnyakan fungsi
jantung atau curah jantung.

2. Auskultasi suara jantung,


2. S1 dan mumur yang menonjol yang
perhatikan adanya bunyi jantung
berhubungan dengan curah jantung
tambahan, adanya orama gallop
meningakat pada keadaan metabolic.
dan mumur sistolik.
Adanya S3 sebagai tanda kemungkinan
gagal jantung.

3. Berikan cairan IV sesuai indikasi. 3. Pemberian cauiran melalui IV dengan


cepat untuk memperbaiki volume
sirkulasi
4. Berikan sesuai indikasi.
4. Mempertahankan curah jantung yang
adekuat.
5. Observasi tanda dan gejala haus
5. Hidrasi yang cepat dapat terjadi yang
yang hebat, mukosa membran kering
akan menurunkan volum sirkulasi dan
yang lemah.
menurunkan curah jantung.
6. Observasi nadi atau denyut jantung
6.Memberikan hasil pengkajian yang
pada pasien saat tidur.
lebih akurat untuk menentukan takikardi.
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembesaran kelenjar tiroid
Tujuan: setelah diberikan tindakan keperawatan 3x24 jam citra tubuh klien tidak
terganggu
Kriteria Hasil :
- Klien menyatakan perasaan positif terhadap dirinya sendiri.
- Klien berpartisipasi dalam berbagai aspek perawatan dan dalam pengambilan
keputusan tentang perawatan

Intervensi Rasional

1. Terima persepsi diri klien dan 1. Untuk memvalidasi perasaannya.


berikan jaminan bahwa klien dapat
mengatasi krisis ini.
2. Kaji kesiapan kemudian 2. Keterlibatan dapat memberikan rasa
klien
libatkan klien dalam mengambil kontrol dan meningkatkan harga diri.

keputusan tentang keperawatan, bila


memungkinkan.
3. Untuk meningkatkan rasa
3. Dorong klien melakukan perawatan
kemandirian dan kontrol.
diri.
4. Kedukaan harus mendahului
4. Dorong klien untuk mengungkapkan
penerimaan.
kedukaan tentang kehilangan.
5. Catatan tertulis dapat membantu
5. Dorong klien untuk tetap menuliskan
menunjukkan kemajuan klien.
perasaan, tujuan, keluhan, dan
kemajuan yang terjadi pada dirinya.
6. Untuk meningkatkan sikap positif.
6. Diskusikan kemajuan klien dan
tunjukan bagaimana kondisinya telah
meningkat.
7. Untuk membantu mendapatkan
7. Dorong klien untuk berpartisipasi
dukungan dan pemahaman atau
dalam kelompok pendukung, bila
konseling tambahan.
perlu, membuat suatu perjanjian
dengan profesi kesehatan mental.
8. Untuk meningkatkan harga diri dan
8. Dorong klien untuk menggambarkan
untuk mendemontrasikan bagaimana
perkembangan klien melalu
klien telah beradaptasi terhadap
hospitalisasi. perubahan citra tubuh.
9. Ajarkan dan dorong strategi koping 9. Untuk membantu klien mengatasi
yang sehat. perilaku yang tidak produktif.

5.Risiko ketidakseimbangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan


metabolisme
Tujuan : Setelah diberi tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam risiko
ketidakseimbangan volume cairan tidak terjadi
Kriteria Hasil :
- Asupan dan haluaran cairan tetap pada kadar yang tepat sesuai usia dan kondisi
fisik.
- Klien mempunyai tugor kulit yang normal.
- Klien mempertahankan kadar elektrolit dalam batas normal.
Intervensi Rasional

1. Timbang berat badan klien setiap 1. Untuk membantu mendeteksi


hari sebelum sarapan. perubahan keseimbangan cairan.
2. Tentukan cairan apa yang disukai 2. Untuk meningkatkan asupan.
klien dan simpan cairan tersebut
disamping tempat tidur klien.
3. Berikan cairan parenteral sesuai 3. Untuk membantu mempertahankan

intruksi. keseimbangan cairan.

4. Periksa membran mukosa mulut 4. Membran mukosa kering merupakan

setiap hari. suatu indikasi dehidrasi.

5. Pantau kadar elektrolit serum. 5. Perubahan niali elektrolit dapat


menandakan ketidakseimbangan
6. Ukur asupan cairan dan haluaran cairan.
urine untuk mendapatkan status 6. Penurunan asupan atau peningkatan
cairan. haluaran mengakibatkan defisit cairan
7. Dorong klien untuk mematuhi diet dan mengakibatkan kelebihan cairan
yang diinstrusikan. 7. Untuk membantu mencapai
8. Ajarkan klien dan anggota
keluarga cara mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
asupan cairan yang tepat, 8. Tindakan ini mendorong klien dan
termasuk mencatat berat badan pemberian asuhan untuk berpartisipasi
setiap hari, mengukur asupan dan dalam perawatan, sehingga
haluaran, dan mengenal tanda- meningkatkan kontrol.
tanda ketidakseimbangan cairan.

6. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme


Tujuan : setelah diberikan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam
suhu tubuh klien kembali normal
Kriteria hasil :
- Suhu tetap normal 36,50C-370C
- Keseimbangan cairan tetap stabil

INTERVENSI RASIONAL

1. Monitor suhu tubuh setiap 4 jam 1. Meyakinkan perbandingan data


yang akurat
2. Berikan antipiretik sesuai indikasi 2. Dapat menurunkan demam.
3. Pantau dan catat denyut dan irama 3. Peningkatan deyut nadi, penurun
nadi, tekanan vena sentral, tekanan tekanan vena sentral dan penurunan
darah, frekuensi nafas, tingkat tekanan darah dapat
responsivitas, dan suhu kulit setiap mengindikasikan hipovollemia yang
4 jam. mengarah penurunan perfusi
jaringan.
4. Observasi adanya konfusi 4. Perubahan tingkat kesadaran dapat
disorientasi merupakan akibat dari hipoksia
jaringan
5. Anjurkan klien untuk minum 5. Asupan cairan berlebih dapat
sebayak mungkin air jika tidak mengakibatkan kelebihan cairan
dikontraindikasikan atau dekompensasi jantung yang
dapat memperburuk kondisi pasien
7. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan energi dengan
kebutuhan tubuh
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3x24 jam klien dapat
beraktivitas
Kriteria hasil : Menunjukkan perbaikan kemampuan utnuk berpartipasi dalam
melakukan aktivitas.
Intervensi Rasional

1. Pantau tanda vital dan catat nadi 1. Nadi meningkat dan bahkan pada
baik pada istirahat dan istirahat (Takikardi ).
melakukan aktivitas.
2. Berikan sentuhan atau message, 2. Dapat menurunkan energy dalam
bedak yang sejuk. saraf yang selanjutnya
meningkatkan relaksasi.
3. Berikan obat sesuai indikasi 3. Untuk mengurangi kelelahan dan
meningkatkan energi.
4. Catat perkembangan takipneu, 4. Kebutuhan dan konsumsi oksigen
dispneu, pucat dan sianosis. akan ditingkatkan pada keadaan
hipemetabolik.
5. Sarankan klien untuk mengurangi 5. Membantu melawan pengaruh dari
aktivitas dan meningkatkan peningkatan metabolisme.
istirahat.

8. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan produksi panas meningkat


Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam tidak ada
resiko kerusakan integritas kulit
Kriteria Hasil : Mampu mengidentifikasi tindakan untuk membrikan perlindungan
pada mata dan pencegahan komplikasi.
Intervensi Rasional
1. Bagian kepala tempat tidur 1. Menurunkan edema jaringan bila
ditinggikan dan batasi ada komplikasi seperti GJK yang
pemasukan garam jika ada mana dapat memperberat
indikasi. esoftalmus.
2. Berikan obat sesuai indikasi 2. Untuk tindakan pengobatan medis.
3. Evaluasi ketajaman mata. 3. Oftalmolpati infiltraftif akibat dari
penigkatan jaringan retroorbits yang
menciptakan eksoftalmus.
4. Observasi edema periobital, 4. Manifestasi umum dari stimulasi
gangguan Penutupan kelopak aderenergik yang berlebihan dengan
mata. berhubungan dengan tirotoksikosis
yang memerlukan intervensi
pendukung sampe resolusi krisis
dapat menghilangkan
simtomatologis.

5. Anjurkan klien menggunakan


5. Melindungi kerusakan kornea jika
kacamata gelap ketika terbangun
pasien tidak dapat menutup mata
dan tutup dengan penutup mata
dengan sempurna karena edema atau
selama tidur sesuai dengan
fibrosis bantalan lemak.
kebutuhan.

9. Disfungsi seksual berhubungan dengan gangguan hormonal dan perubahan fungsi


tubuh
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan 3x24 jam fungsi seksual
kembali normal
Kriteria hasil :
- Klien mengakui adanya masalah atau kemungkinan masalah dalam fungsi
seksual.
- Klien mengungkapkan pemahaman mengenai penyebab disfungsi seksual
- Klien mengungkapkan keinginan untuk mendapatkan konseling.
- Klien menghidupkan kembali aktivitas seksual seperti sebelum sakit.

Intervensi Rasional

Mandiri: Mandiri :
1. Sediakan lingkungan yang tidak 1. Tindakan ini mendorong klien untuk
mengancam, dan dorong klien bertanya tentang hal khusus yang
untuk bertanya tentang seksualitas berkaitan dengan keadaan saat ini.
pribadi.
2. Berikan kesempatan klien untuk 2. Tindakan ini meningkatkan
mengungkapkan perasaan secara komunikasi dan pemahaman
terbuka dalam lingkungan yang diantara klien dan beri asuhan.
tidak mengancam.
3. Anjurkan klien untuk 3. Sediakan waktu dan lingkungan

mendiskusikan keluhannya dengan yang kondusif untuk komunikasi

suami atau istri atau pasangan. antara klien dan suami atau istri atau
pasangan untuk berbagi keluhan dan
memperkuat hubungan
4. Sarankan rujukan ke konselor 4. Untuk memberikan sumber-sumber
seksual atau profesi terkait lainnya penunjang lanjutan terapi bagi klien.
dalam mendapatkan panduan
selanjutnya.

10. Ganguan pola tidur berhubungan dengan kurang control tidur dan
peningkatan metabolisme
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam
gangguan pola tidur dapat di atasi
Kriteria hasil : klien mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat menghalangi
atau mengganggu tidur.klien tidur 5-6 jam dimalam hari
Intervensi Rasional
1. Berikan bantuan tidur kepada klien, 1. Susu dan beberapa kudapan
seperti bantal, mandi sebelum tidur, tinggi protein, seperti keju dan
makanan atau minuman dan bahan kacang, mengandung L-
bacaan. trytophan, yang dapat
mempermudah tidur. Higiene
pribadi secara rutin dapat
mempermudah tidur bagi
sejumlah klien.

2. Ciptakan lingkungan tenang yang 2. Tindakan ini dapat mendorong


kondusif untuk tidur contohnya, istirahat dan tidur klien.
tutup gorden, sesuaikan
pencahayaan atau tutup pintu.
3. Berikan pengobatan yang 3. Agenhipnotik memicu tidur: obat
diprogramkan untuk meningkatkan penenang menurunkan ansietas
pola tidur normal klien. Pantau dan
catat reaksi yang tidak diharapkan.
4. Catat lamanya tidur klien 4. Mengetahui perubahan
presentase pola tidur
5. Berikan pendidikan kesehatan 5. Upaya relaksasi yang bertujuan
kepada klien tentang teknik biasanya dapat membantu
relaksasi seperti imajinasi meningkatkan tidur
terbimbing, relaksasi otot progresif,
dan meditasi.
4. Pelaksanaan
Implementasi merupakan tahap keempat dalam tahap proses keperawatan
dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang
telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan (Hidayat, 2004). Dalam
tahap ini perawat harus mengetahui berbagai hal seperti bahaya fisik dan
perlindungan pada klien, teknik komunikasi, kemampuan dalam prosesdur
tindakan, pemahaman tentang hak-hak pasien serta memahami tingkat
perkembangan pasien. Pelaksanaan mencakup melakukan, membantu atau
mengarahkan kinerja aktivitas sehari-hari. Setelah dilakukan, validasi, penguasaan
keterampilan interpersonal, intelektual dan tehnik intervensi harus dilakukan
dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologi
dilindungi dan dokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan
(Nursalam, 2008).

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau
tidak (Hidayat ,2004). Evaluasi yang digunakan mencakup 2 bagian yaitu evaluasi
formatif yang disebut juga evaluasi proses dan evaluasi jangka pendek adalah
evaluasi yang dilaksanakan secara terus menerus terhadap tindakan yang telah
dilakukan. Sedangkan evaluasi sumatif yang disebut juga evaluasi akhir adalah
evaluasi tindakan secara keseluruhan untuk menilai keberhasilan tindakan yang
dilakukan dan menggambarkan perkembangan dalam mencapai sasaran yang telah
ditentukan. Bentuk evaluasi ini lazimnya menggunakan format “SOAP”. Tujuan
evaluasi adalah untuk mendapatkan kembali umpan balik rencana keperawatan,
nilai serta meningkatkan mutu asuhan keperawatan melalui hasil perbandingan
standar yang telah ditentukan sebelumnya (Nursalam 2008).
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Hipertiroidisme (hipersekresi hormon tiroid) adalah peningkatan produksi dan


sekresi hormon tiroid oleh kelenjar tiroid. (Marry:2009). Hipertiroidisme adalah
keadaan dimana terjadi peningkatan hormon tiroid lebih dari yang dibutuhkan tubuh.
Tirotoksikrosis merupakan istilah yang digunakan dalam manifestasi klinkis yang
terjadi ketika jaringan tubuh distimulasi oleh peningkatan hormone tiroid
(Tarwoto,dkk.2012). Angka kejadian pada hipertiroid lebih banyak pada wanita
dengan perbandingan 4:1 dan pada usia antara 20-40 tahun (Black,2009).
Menurut Tarwoto, dkk.2012 penyebab hipertiroid diantaranya adenoma
hipofisis, penyakit graves, modul tiroid, tiroiditis, konsumsi banyak yodium dan
pengobatan hipotiroid. Pasien dengan hipertiroid menunjukan adanya sekresi hormon
tiroid yang lebih banyak, pernah berbagai faktor penyebab yang tidak dapat dikontrol
melalui mekanisme normal. Peningkatan hormon tiroid menyebabkan peningkatan
metabolisme rate, meningkatnya aktivitas saraf simpatis. Komplikasi Hipertiroid
adalah Eksoftalmus, Penyakit Jantung, terutama kardioditis dan gagal jantung,
Stromatiroid (tirotoksikosis)

3.2 SARAN

Kami sebagai penulis berharap makalah ini dapat menambah wawasan bagi
para pembaca. Dan kami juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
perbaikan makalah ini kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

Baradero, Mary,dkk.2009.Klien Gangguan Endokrin:Seri Asuahan Keperawatan.


Jakarta:EGC.
Carolus, P.K.Sint.1995.Standar Asuhan Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta: Panitia S.A.K
Komisi Keperawatan.
Cynthia,M. Taylor.2010.Diagnosa keperawatan : Dengan rencana penulisan.Jakarta:EGC
Rumorbo, Hotman.2012.Asuahan Keperawatan dengan Gangguan Sistem
Endokrin.Jakarta:EGC.
Heater,Herdman,T.2012.Diagnosa keperawatan definisi dan klasifikasi 2012-2014 Jakarta:
EGC
Marilym,E.Doengoes.1999.Rencana asuhan keperawatan.edisi 3 Jakarta:EGC
Tarwoto,dkk.2012.Keperawatan Medikal Bedah gangguan system endokrin.Jakarta: CV
Trans Info Media.

Anda mungkin juga menyukai