Anda di halaman 1dari 33

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERTIROID

DAN HIPOTEROID

Dosen pengampu : Mahruri Saputra, S.Kep., Ns., M.Kep

Kelompok 5
Vira Adesintia (21212060)
Nurmaini (21212075)
Kasmiati (21212069)
Khairi Soffa Azzura (21212047)
Darmiliana (21212070)
Zahra Ramadani (21212050)
Zulfahmi (1912210192)

FAKULTAS SAINS TEKNOLOGI DAN ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BINA BANGSA GETSEMPENA
BANDA ACEH
2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik dan lancar hingga selesai. Tidak lupa kami
juga mengucapkan bayak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikiran.

Harapan kami semoga makalah yang membahas tentang “HIPOTIROID DAN


HIPOTEROID” dapat menabah wawasan serta pengetahuan kita mengenai
Neurosains. Kami juga menyadari bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa ada saran yang membangun.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat dipahami
dan bermanfaat bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf
apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan. .

BANDA ACEH 16 MARET 2023

PENYUSUN

ii
DAFTAR ISI

COVER......... i
KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG.........................................................................
B. RUMUSAN MASALAH......................................................................
C. TUJUAN................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. HIPOTIROID.......................................................................................

B. HIPERTIROID...................................................................................

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN.................................................................................
B. SARAN...............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional berupa pemenuhan
kebutuhan dasar yang diperlukan kepada individu baik yang sehat maupun yang
sakit, yang mengalami gangguan fisik, psikis dan agar mencapai derajat kesehatan
yang optimal. Diperlukan pendekatan komprehensif baik dari segi fisik maupun
psikologis serta bersifat individual bagi setiap pasien.

Penyakit hipertiroid adalah penyakit akibat gangguan produksi hormon, pada


penyakit ini perlu asuhan keperawatan pada hipertiroidisme atau askep hipertiroid
yang komprehensif karena disamping faktor efek penyakit itu sendiri biasanya
terdapat pula kondisi stress psikologi.

Hipertiroidisme merupakan kelainan endokrin yang dapat dicegah, seperti


kebanyakan kondisi tiroid, kelainan ini merupakan kelainan yang sangat menonjol
pada wanita. Kelainan ini menyerang wanita empat kali lebih banyak daripada
pada pria, terutama wanita muda yang berusia antara 20 dan 40 tahun. Disini
dapat dikarenakan karena dari proses menstruasi, kehamilan dan menyusui itu
sendiri menyebabkan hipermetabolisme sebagai akibat peningkatan kerja daripada
hormone tiroid .(Hotma R, 2006).

Dalam hal ini perawat dituntut untuk dapat profesional dalam menangani hal-
hal yang terkait dengan hipotirod misalnya saja dalam memberikan asuhan
keperawatan harus tepat dan cermat agar dapat meminimalkan komplikasi yang
terjadi akibat hipotiroid.

1
B. RUMUSAN MASALAH

Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :

1. Apa yang dimaksud dengan Hipertiroid dan hipotiroid?

2. Apakah epidiomiologi dari Hipertiroid dan hipotiroid?

3. Apa yang menjadi etiologi dari Hipertiroid dan hipotiroid?

4. Apa saja factor resiko dari Hipertiroid dan hipotiroid ?

5. Apa saja komplikasi dari Hipertiroid dan hipotiroid?

C. TUJUAN

a. Memahami tentang pengertian dari Hipertiroid dan hipotiroid

b. Memahami tentang epidiomiologi dari Hipertiroid dan hipotiroid

c. Memahami tentang etiologi dari Hipertiroid dan hipotiroid

d. Memahami tentang factor resiko dari Hipertiroid dan hipotiroid

e. Memahami komplikasi dari Hipertiroid dan hipotiroid

2
BAB II

PEMBAHASAN

A.Definisi

1. Definisi hipotiroidisme

Hipotiroidisme adalah merupakan keadaan yang di tandai dengan


terjadinya hipofungsi tiroid yang berjalan lambat yang di ikuti oleh
gejala- gejala kegagalan tiroid. Keadaan ini terjadi akibat kadar hormon
tiroid berada dibawah nilai optimal (Brunner & Suddarth , 2001 hal 1299)

Hipotiroidisme adalah kelenjar tiroid yang mengalami atrofi atau


tidak mempunyai kelenjar tiroid akibat pembedahan atau ablasi
radiois otop , atau akibat destruksi oleh antibodi autoimun yang
beredar dalam sirkulasi. (Price A, Sylvia , 2005 hal 1231)

Hipotiroid (hiposekresi hormon tiroid) adalah status metabolik yang


diakibatkan oleh kekurangan hormon tiroid. (Caroline, 2000)

Hipotiroidisme adalah suatu syndrome klinis akibat dari defisiensi


hormone tiroid, yang kemudian mengakibatkan perlambatan proses metabolic.
(Ari Sutjahjo, 2001)

2. Definisi hipertiroidisme

Hipertiroid adalah kelompok sindroma yang disebabkan oleh


peninggian hormone tiroksin yang tidak terikat ( bebas ) dalam sirkulasi
darah (Brunner, 2001)

Hipertiroid adalah penyakit yang disebabkan oleh autoimunitas


dimana terjadinya peningkatan kerja hormone tiroid yang dihasilkan oleh
kelenjar tiroid sehingga tampak pembesaran pada daerah tiroid
( Guytan&hall.2008.)

Hipertiroid adalah respom jaringan-jarigan tubuh terhadap pengaruh


metabolik hormon tiroid yang berlebihan. ( Sylvia A. Price,2005)Vascia
cervicalis dan terdiri dri Beratnya kirakira 25 gr tetapi bervariasi pada tiap
individu. Kelenjar tiroid sedikit lebih berat pada wanita terutama saat
menstruasi dan hamil. Lobus kelenjar tiroid seperti kerucut. Ujung apikalnya

3
menyimpang ke lateral ke garis oblique pada lamina cartilago thyroidea dan
basisnya setinggi cartilago trachea 4-5. Setiap lobus berukutan 5x3x2 cm. Isthmus
menghubungkan bagian bawah kedua lobus, walaupun terkadang pada beberapa
orang tidak ada. Panjang dan lebarnya kira2 1,25 cm dan biasanya anterior dari
cartilgo trachea walaupun terkadang lebih tinggi atau rendah karena kedudukan
dan ukurannya berubah.

B ETIOLOGI

1. Etiologi hipo tiroid

Penyebab hipotiroidisme yang paling sering ditemukan pada orang


dewasa adalah tiroiditis otoimun (Tiroiditis Hashimoto) , dimana sistem
imun menyerang kelenjar tiroid. (Tonner & Schlechte , 1993 )

Hipotiroidisme juga dapat terjadi pada pasien dengan riwayat


Hipertiroidisme yang menjalani terapi radioiodium ( Lymphocytic thyroiditis )
, Penghancuran tiroid ( dari yodium ber-radioaktif atau pembedahan ( Operasi
) , atau preparat antitiroid. Kejadian ini sering dijumpai pada wanita lanjut
usia . (Brunner & Suddarth , 2001 hal 1300)

2. Etiologi hiper tiroid

Ada beberapa etiologi, yaitu :

1. Penyakit grave

Penyakit grave adalah penyakit autoimun yang bisa mengaktifkan


aktivasi antibody yang menstimulasi kerja kelenjar tiroid , misalkan TSIg
( thyroid Stimulator Immunoglobulin), TPO (thyroid peroxidase
antibodies) dengan cara berikatan dengan reseptor TSH sehingga
menyebabkan aktivasi kerja kelenjar tiroid secara terus menerus dan tidak
terkendali ( hipertiroid )
Pencetus-pencetus untuk penyakit Grave termasuk:
 Stres 
 Merokok 
 Radiasi pada leher 
 Obat-obatan dan 
 Organisme-organisme yang menyebabkan infeksi seperti virus-virus.

4
Penyakit Graves dapat didiagnosis dengan suatu scan tiroid dengan
obat nuklir yang standar yang menunjukkan secara panjang lebar
pengambilan yang meningkat dari suatu yodium yang dilabel dengan
radioaktif. Sebagai tambahan, sebuah tes darah mungkin mengungkap
tingkat- tingkat TSI yang meningkat.

2. Functioning Adenoma dan Toxic Multinodular Goiter


Berkaitan dengan penambahan usia yang menyebabkan kelenjar
tiroid menjadi bergumpal-gumpal membentuk nodul ( benjolan ). Kemudian,
kelenjar tiroid bekerja secara otonom ( tidak merespon pengaturan TSH
dan memproduksi hormone tiroid dengan bebas ) sehingga aktivitas kelenjar
tiroid tidak terkendali dan menghasilkan hormone tiroid yang berlebihan
( hipertiroid )
Ketika ada suatu benjolan (nodule) tunggal yang memproduksi
secara bebas hormon-hormon tiroid, itu disebut suatu functioning
nodule. Jika ada lebih dari satu functioning nodule, istilah toxic
multinodular goiter (gondokan) digunakan. Functioning nodules mungkin
siap dideteksi dengan suatu thyroid scan.

3. Pemasukan hormon-hormon tiroid yang berlebihan


Konsumsi hormone tiroid yang berlebihan dalam usaha untuk
menurunkan berat badan dapat mengakibatkan aktivitas kelenjar tiroid
yang berlebihan ( hipertiroid ). Pasien-pasien ini dapat diidentifikasikan
dengan mendapatkan suatu pengambilan yodium berlabel radioaktif yang
rendah (radioiodine) pada suatu thyroid scan.
4. Pengeluaran abnormal dari TSH
Sebuah tumor didalam kelenjar pituitari mungkin
menghas ilkan suatu pengeluaran dari TS H (thyroid stimulating
hormone) yang tingginya abnormal. Ini menjurus pada tanda yang
berlebihan pada kelenjar tiroid untuk menghasilkan hormon-hormon tiroid.
Kondisi ini adalah sangat jarang dan dapat dikaitkan dengan
kelainan-kelainan lain dari kelenjar pituitari. Untuk mengidentifikasi
kekacauan ini, seorang endocrinologist melakukan tes-tes terperinci
untuk menilai pelepasan dari TSH.
5. Tiroiditis ( peradangan pada tiroid ) Peradangan pada tiroid dapat
mengakibatkan kelenjar tiroid bocor sehingga jumlah hormone yang masuk
kedalam
sirkulasi meningkat dan menyebabkan hipertiroid. Thyroiditis paling
umum terjadi setelah suatu kehamilan dan dapat terjadi sampai dengan 8 %
dari wanita-wanita setelah melahirkan. Pada kasus-kasus ini, fase hipertiroid
5
dapat berlangsung dari 4 sampai 12 minggu dan seringkali diikuti oleh suatu
fase hipotiroid (hasil tiroid yang rendah) yang dapat berlangsung
sampai 6 bulan. Tiroiditis dapat didiagnosis dengan suatu thyroid scan.
6. Pemasukan yodium yang berlebihan

Kelenjar tiroid menggunakan yodium untuk membuat hormon-


hormon tiroid. Suatu kelebihan yodium dapat menyebabkan hipertiroid.
Hipertiroid yang dipengaruhi/diinduksi oleh yodium biasanya terlihat pada
pasien-pasien yang telah mempunyai kelenjar tiroid abnormal yang
mendasarinya. Obat-obat tertentu, seperti amiodarone (Cordarone), yang
digunakan dalam perawatan persoalan-persoalan jantung, mengandung
suatu jumlah yodium yang besar dan mungkin berkaitan dengan kelainan-
kelainan fungsi tiroid. (sumber : http :
//therizkikeperawatan.blogspot.com.hipertiroid.html)

C. Tanda dan Gejala

Peningkatan frekuensi denyut jantung.


Peningkatan tonus otot, tremor, iritabilitas, peningkatan kepekaan
terhadap Katekolamin.
Peningkatan laju metabolisme basal, peningkatan pembentukan panas,
intoleran terhadap panas, keringat berlebihan.
Penurunan berat badan, tetapi peningkatan rasa lapar (nafsu makan
baik)
Peningkatan frekuensi buang air besar

 Peningkatan frekuensi denyut jantung.


 Peningkatan tonus otot, tremor, iritabilitas, peningkatan kepekaan
terhadap Katekolamin.
 Peningkatan laju metabolisme basal, peningkatan pembentukan panas,
intoleran terhadap panas, keringat berlebihan.
 Penurunan berat badan, tetapi peningkatan rasa lapar (nafsu makan
baik)
 Peningkatan frekuensi buang air besar

6
 Gondok (biasanya), yaitu peningkatan ukuran kelenjar tiroid
 Gangguan reproduksi
 Tidak tahan panas
 Cepat lelah
 Pembesaran kelenjar tiroid
 Mata melotot (exoptalmus). Hal ini terjadi sebagai akibat penimbunan
xat dalam orbit mata.

Proses pembentukan hormon tiroid adalah:

 Proses penjeratan ion iodida dengan mekanisme pompa iodida. Pompa


ini dapat memekatkan iodida kira-kira 30 kali konsentrasinya di dalam
darah;
 Proses pembentukan tiroglobulin. Tiroglobulin adalah glikoprotein
besar yang nantinya akan mensekresi hormon tiroid;
 Proses pengoksidasian ion iodida menjadi iodium. Proses ini dibantu
oleh enzim peroksidase dan hidrogen peroksidase.
 Proses iodinasi asam amino tirosin. Pada proses ini iodium (I) akan
menggantikan hidrogen (H) pada cincin benzena tirosin. Hal ini dapat
terjadi karena afinitas iodium terhadap oksigen (O) pada cincin benzena
lebih besar daripada hidrogen. Proses ini dibantu oleh enzim iodinase
agar lebih cepat.

Tiroditis merupakan inflamasi kelenjar tiroid yang biasanya disebabkan oleh


bakteri seperti streptococcus pyogenes, staphycoccus aureus dan pnemucoccus
pneumonia. Reaksi peradangan ini menimbulkan pembesaran pada kelenjar tiroid,
kerusakan sel dan peningkatan jumlah hormon tiroid.

4. Konsumsi yodium yang berlebihan, yang mengakibatkan peningkatan


sistesis hormon tiroid.

7
5. Terapi hipertiroid, pemberian obat obatan hipotiroid untuk menstimulasi
sekresi hormon tiroid. Penggunaan yang tidak tepat menimbulkan kelebihan
jumlah hormon tiroid.

D. Patofisiologi

Penyebab hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves, goiter toksika, dan


tiroiditis. Pada kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar
dua sampai tiga kali dari ukuran normalnya, disertai dengan banyak hiperplasia
dan lipatan-lipatan sel-sel folikel ke dalam folikel, sehingga jumlah sel-sel ini
lebih meningkat beberapa kali dibandingkan dengan pembesaran kelenjar. Juga,
setiap sel meningkatkan kecepatan sekresinya beberapa kali lipat dengan
kecepatan 5-15 kali lebih besar daripada normal

Pada hipertiroidisme, kosentrasi TSH plasma menurun, karena ada sesuatu


yang “menyerupai” TSH, Biasanya bahan – bahan ini adalah antibodi
immunoglobulin yang disebut TSI (Thyroid Stimulating Immunoglobulin), yang
berikatan dengan reseptor membran yang sama dengan reseptor yang mengikat
TSH. Bahan – bahan tersebut merangsang aktivasi cAMP dalam sel, dengan hasil
akhirnya adalah hipertiroidisme. Karena itu pada pasien hipertiroidisme kosentrasi
TSH menurun, sedangkan konsentrasi TSI meningkat. Bahan ini mempunyai efek
perangsangan yang panjang pada kelenjar tiroid, yakni selama 12 jam, berbeda
dengan efek TSH yang hanya berlangsung satu jam. Tingginya sekresi hormon
tiroid yang disebabkan oleh TSI selanjutnya juga menekan pembentukan TSH
oleh kelenjar hipofisis anterior.

Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid “dipaksa” mensekresikan hormon hingga


diluar batas, sehingga untuk memenuhi pesanan tersebut, sel-sel sekretori kelenjar
tiroid membesar.

8
E.KLASIFIKASI
1. KLASIFIKASI HIPOTIROIDISME

Klasifikasi Hipotiroid menurut penyebabnya :

Hipotiroidisme primer (tiroidal)

hipotiroidime primer (tiroidal) ini mengacu kepada difungsi


kelenjer tiroid itu sendiri. lebih dari 95% penderita hipotiroidime
mengalami hipotiroidime tipe ini.

Hipotiroidisme sentral (hipotiroidime sekunder/pituitaria)

adalah disfungsi tiroide yang disebabkan oleh kelenjer hipofisis,


hipolatamus, atau keduanya.

Hipotiroidisme tertier (hipotalamus)

ditimbulkan oleh kelainan hipotalamus yang mengakibatkan sekresi


tsh tidak adikuat aktibat penurunan stimulasi TRH. (Brunner&Suddarth :
1300)

Klasifikasi hipotiroid menurut usia :

Kretinisme (Hipotiroidisme congietal) adalah difisiensi tiroid yang


diderita sebelum atau segera sesudah lahir. pada keadaan ini, ibu mungkin
juga menderita difisiensi tiroid.

Hipotiroidisme juvenilis : Timbul sesudah usia 1 atau 2 tahun

Miksedema adalah penumpukan mukopolisakarida dalam


jaringan supkutan dan intersisial lainnya. Meskipun m ek s e de ma te rj ad i
p ad a h ip ot ir oi di m e ya ng s u da h berlangsung lama dan bera, istilah
tersebut hanya dapat digunakan untuk menyatakan gejala ekstrim pada
hipotiroidime yang berat . (Suddart, 2000)

1. Koma miksedema

Koma miksedema adalah stadium akhir dari hipotiroidisme yang tidak diobati.
Ditandai oleh kelemahan progresif, stupor, hipotermia, hipoventilasi,

9
hipoglisemia, hiponatremia, intoksikasi air, syok dan meninggal. Walaupun
jarang, ini dapat terjadi lebih sering dalam masa mendatang, dihubungkan dengan
peningkatan penggunaan radioiodin untuk terapi penyakit Graves, dengan akibat
hipotiroidisme permanen.

2. Miksedema dan Penyakit Jantung

Dahulu, terapi pasien dengan miksedema dan penyakit jantung, khususnya


penyakit arteri koronaria, sangat sukar karena penggantian levotiroksin seringkali
dihubungkan dengan eksaserbasi angina, gagal jantung, infark miokard. Namun
karena sudah ada angioplasty koronaria dan bypass arteri koronaria, pasien
dengan miksedema dan penyakit arteri koronaria dapat diterapi secara operatif dan
terapi penggantian tiroksin yang lebih cepat dapat ditolerir.

3. Hipotiroidisme dan Penyakit Neuropsikiatrik

Hipotiroidisme sering disertai depresi, yang mungkin cukup parah. Lebih


jarang lagi, pasien dapat mengalami kebingungan, paranoid, atau bahkan maniak
("myxedema madness"). Skrining perawatan psikiatrik dengan FT4 dan TSH
adalah cara efisien untuk menemukan pasien-pasien ini, yang mana seringkali
memberikan respons terhadap terapi tunggal levotrioksin atau dikombinasi dengan
obat-obat psikofarmakologik. Efektivitas terapi pada pasien hipotiroid yang
terganggu meningkatkan hipotesis bahwa penambahan T3 atau T4 pada regimen
psikoterapeutik untuk pasien depresi, mungkin membantu pasien tanpa
memperlihatkan penyakit tiroid. Penelitian lebih jauh harus dilakukan untuk
menegakkan konsep ini sebagai terapi standar.

10
Klasifikasi

Hipotiroid dapat diklasifikasikan berdasarkan waktu kejadian (kongenital atau


akuisital), disfungsi organ yang terjadi (primer atau sekunder/ sentral), jangka
waktu (transien atau permanen) atau gejala yang terjadi (bergejala/ klinis atau
tanpa gejala/ subklinis). Hipotiroid kongenital biasa dijumpai di daerah dengan
defisiensi asupan yodium endemis. Pada daerah dengan asupan yodium yang
mencukupi, hipotiroid kongenital terjadi pada 1 dari 4000 kelahiran hidup, dan
lebih banyak dijumpai pada bayi perempuan (Roberts & Ladenson, 2004).

Pada anak-anak ini hipotiroid kongenital disebabkan oleh agenesis atau


disgenesis kelenjar tiroid atau gangguan sintesis hormon tiroid. Disgenesis
kelenjar tiroid berhubungan dengan mutasi pada gen PAX8 dan thyroid
transcription factor 1 dan 2 (Gillam & Kopp, 2001).

Berdasarkan disfungsi organ yang terkena, hipotiroid dibagi dua yaitu


hipotiroid primer dan hipotiroid sentral. Hipotiroid primer berhubungan dengan
defek pada kelenjar tiroid itu sendiri yang berakibat penurunan sintesis dan sekresi
hormon tiroid, sedangkan hipotiroid sentral berhubungan dengan penyakit
penyakit yang mempengaruhi produksi hormon thyrotropin releasing hormone
(TRH) oleh hipothalamus atau produksi tirotropin(TSH) oleh hipofisis (Roberts &
Ladenson, 2004).

11
F.Pencegahan

Berikut pencegahan terjadinya hipertiroid :

1. Berhenti merokok

Hal ini terjadi karena rokok mengandung zat kimia berbahaya yang bisa
menghambat kinerja organ dan jaringan, termasuk kelenjar tiroid. Zat kimia rokok
dapat menganggu penyerapan yodium yang pada akhirnya meningkatkan risiko
terjadinya orbitopathy graves atau dikenal dengan kelainan mata menonjol akibat
hipertiroid.

2. Berhenti mengkonsumsi alkohol

3. Konsumsi makanan yang menyehatkan tiroid

Untuk menjaga kesehatan kelenjar tiroid, kacang kedelai menjadi salah satu
makanan yang direkomendasi yang berupa tempe, tahu, atau susu kedelai. Selain
itu mengkomsumsi asupan selenium seperti udang, salmon, kepiting, ayam, telur,
bayam, jamur shitake, dan beras merah.

4. Cek kesehatan tiroid

Untuk mencegah terjadinya hipertiroid adalah melakukan pemeriksaan kelenjar


tiroid secara berkala, tes ini dilakukan dengan mendeteksi adanya benjolan atau
pembengkakan sekitar leher. Apabila tidak ada benjolan tetapi ada gejal-gejala
tiroid, seperti mudah berkeringat, lebih sensitif dengan panas, siklus menstruasi
dan nafsu makan berubah, segera periksakan diri ke dokter.

12
G. PATWAY

13
Pemeriksaan Diagnostik

Untuk mendiagnosis hipotiroidisme primer, kebanyakan dokter hanya


mengukur jumlah TSH (Thyroid-stimulating hormone) yang dihasilkan oleh kel.
hipofisis.

a. Level TSH yang tinggi menunjukkan kelenjar tiroid tidak menghasilkan


hormon tiroid yg adekuat (terutama tiroksin(T4) dan sedikit triiodotironin(fT3).

b. Tetapi untuk mendiagnosis hipotiroidisme sekunder dan tertier tidak dapat


dgn hanya mengukur level TSH.

c. Oleh itu, uji darah yang perlu dilakukan (jika TSH normal dan
hipotiroidisme masih disuspek), sbb:

 free triiodothyronine (fT3)


 free levothyroxine (fT4)
 total T3
 total T4
 24 hour urine free T3

ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian

a. Data Subjektif

 Pengalaman perubahan status sosial/ mental


 Mengalami sakit dada atau palpitasi
 Mengalami dispnea ketika melakukan aktivitas atau istirahat
 Riwayat perubahan pada kuku, rambut, kulit, dan banyak keringat
 Mengeluh gangguan penglihatan dan mata cepat lelah
 Perubahan asupan makanan dan berat badan
 Perubahan eliminasi feses, frekuensi dan banyaknya
14
 Intoleransi terhadap cuaca panas

b. Data Objektif

 Status Mental : Perhatian pendek, emosi labil, tremor, hiperkinesia


 Perubahan Kardiovaskular : Tekanan darah sistolik meningkat, tekanan
diastolik menurun, takikardi a walaupun waktu istirahat, disritmia dan
murmur
 Perubahan pada Kulit : Hangat, kemerahan dan basah
 Perubahan pada Rambut : Halus dan menipis
 Perubahan pada Mata : Lidlag, glovelag, diplopia, dan penglihatan
kabur

Diagnosa Keperawatan

 Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi


 Penurunan curah jantung berhubungan dengan volume sekuncup akibat
brakikardi
 Konstipasi berhubungan dengan penurunan gastrointestinal
 Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh s.d. peningkatan
kecepatan metabolisme
 Perubahan suhu tubuh berhubungan dengan produksi kalor menurun

No SDKI SLKI SIKI


1 Setelah dilakukan perawatan 1. Atur interfal 1. Mendorong
selama 2x24 jam pasien waktu antar- aktivitas sambil
mengalami peningkatan aktivitas memberikan
toleransi aktivitas. Dengan untuk kesempatan untuk
KH: meningkatkan mendapatkan

15
- Beraktivitas dalam istirahat dan istirahat yang
perawatan mandiri latiha yang adikuat
- Melaporkan penurunana dapat ditolerir
2. Memberi
tingkat kelelahan 2. Bantu
kesempatan pada
- Memperlihatkan aktivitas
pasien untuk
perhatian dan kesadaran perawatan
berpartisipasi
pada lingkungan mandiri
dalam aktivitas
- Berpartisipasi dalam ketika pasien
perawatan-mandiri
aktivitas dan berbagai berada dalam
kejadian dalam keadaan lelah
3. Meningkatkan
lingkungan 3. Berikan
perhatian tanpa
- Berpartisipasi dalam stimulasi
terlalu menibulkan
peristiwa dan aktivitas melalui
stress pada pasien
keluarga percakapan
- Melaporkan tidak adanya dan aktivitas
rasa nyeri dada, yang tidak
peningkatan kelelahan menimbulkan
4. Menjaga pasien
atau gejala sesak napas stress
agar tidak
yang menyertai 4. Pantau respon
melakukan
peningkatan aktivitas pasien
aktivitas yang
terhadap
berlebihan atau
peningkatan
kurang
aktivitas

2 Setelah dilakukan perawatan 1. Pantau 1. Mengidentifikasi


selama 2x24 jam, perbaikan frekuensi, hasil
sttus respiratorius dan kedalaman, pemeriksaan
pemeliharaan pola nafas pola dasar untuk
yang normal. Dengan KH: pernafasan; memantau
- Memperlihatkan oksimetri perubahan
perbaikan status denyut nadi selanjutnya dan

16
pernafasan dan dan gas mengevaluasi
pemeliharaan pola darah arterial efektivitas
pernafasan yang normal intervensi
- Menunjukan frekuensi, 2. Dorong 2. Mencegah
kedalaman dan pola pasien untuk atelektasis dan
respirasi yang normal nafas dalam meningkatkan
- Menarik nafas dalam dan dan batuk pernafasan yang
batuk ketika dianjurkan adekuat
3. Berikan obat
- Menunjukan suara nafas 3. Pasien
(Hipnotik
yang normal tanpa bising hipotiroidisme
dan Sedatif)
tambahan pada sangat rentang
dengan hati-
auskultasi terhadap
hati
- Menjelaskan rasional gangguan
penggunaan obat yang pernafasan akibat
berhati-hati penggunaan obat
- Berpartisipasi pada saat golongan
4. Pelihara
dilakukan pengisapan Hipnotik-Sedatif
saluran nafas
dan ventilasi 4. Penggunaan
pasien
saluran nafas
dengan
Artisifisial dan
maelakukan
dukungan
pengisapan
ventilasi
dan
mungkin
dukungan
diperlukan jika
ventilasi jika
terjadi depresi
diperlukan
pernafasan

17
Intervensi Keperawatan

1. Diagnosa I : Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi


Tujuan : Perbaikan status respiratorius dan pemeliharaan pola napas yang normal.

Intervensi Rasional
1. Observasi frekuensi; kedalaman, 1. Mengidentifikasi hasil pemeriksaan
pola pernapasan; oksimetri denyut dasar untuk memantau perubahan
nadi selanjutnya dan mengevaluasi
efektifitas intervensi.
2. Pelihara saluran napas pasien
dengan melakukan pengisapan dan 2. Penggunaan saluran napas artifisial
dukungan ventilasi jika diperlukan dan dukungan ventilasi mungkin
diperlukan jika terjadi depresi
3. Dorong dan ajarkan pasien untuk
pernapasan
napas dalam dan batuk
3. Mencegah aktifitas dan
4. Berikan obat (hipnotik dan sedatip)
meningkatkan pernapasan yang
dengan hati-hati
adekuat

4. Pasien hipotiroidisme sangat rentan


terhadap gangguan pernapasan akibat
gangguan obat golongan hipnotik-
sedatif.

18
2. Diagnosa II : Penurunan curah jantung berhubungan dengan volume
sekuncup akibat brakikardi

Intervensi Rasional
1. Catat warna kulit dan kaji kualitas 1. Sirkulasi perifer turun jika curah
nadi jantung turun. Membuat kulit pucat
atau warna abu-abu dan menurunnya
2. Auskultasi suara nafas dan Catat
kekuatan nadi

3. Dampingi pasien pada saat


2. S3,S4 dan creackles terjadi karena
melakukan aktivitas
dekompensasi jantung atau beberapa
obat(penyekat beta).
4. Lakukan pengukuran tekanan darah
(bandingkan kedua lengan pada posisi
3. Penghematan energy membantu
berdiri, duduk dan tiduran jika
menurunkan beban jantung
memungkinkan).
4. Takikardi dapat terjadi karena
5. Kolaborasi dalam: pemeriksaan
nyeri, cemas, hipoksemia dan
serial ECG, foto thorax, pemberian
menurunnya curah jantung.
obat-obatan anti disritmia
Perubahan juga terjadi pada TD
(hipo/hiper) karena respon jantung

5. Untuk hasil penunjang dan


pengobatan lebih lanjut

19
3. Diagnosa III : Konstipasi berhubungan dengan penurunan gastrointestinal
Tujuan : Pemulihan fungsi usus yang norma

Intervensi Rasional
1. Auskultasi bisisng Usus 1. mengetahui berapa frekuensi
bising usus klien
2. Pantau fungsi usus
2. Memungkinkan deteksi konstipasi
3. Berikan makanan yang kaya akan
dan pemulihan kepada pola defekasi
serat
yang normal.

4. Dorong klien untuk meningkatkan


3. Meningkatkan massa feses dan
mobilisasi dalam batas-batas toleransi
frekuensi buang air besar
latihan
4. Meningkatkan evakuasi feses
5. Ajarkan kepada klien, tentang jenis
-jenis makanan yang banyak 5. Untuk peningkatan asupan cairan
mengandung air kepada pasien agar . feses tidak keras

6. Kolaborasi : untuk pemberian obat 6. Untuk mengencerkan fees.


pecahar dan enema bila diperlukan

20
Diagnosa Keperawatan

No SDKI SLKI SIKI


1. Hipertemi Setelah 1.      Berikan kompres air hangat
b/d proses dilakukan tindakan sesuai kebutuhan
jalannya keperawatan 3 x 242.      Anjurkan klien menggunakan
penyakit jam suhu tubuh baju yang dapat
kembali normal menyebabkan keringat
dengan KH: 3.      Pertahankan lingkungan yang
1.    Tidak ada tanda – sejuk
tanda infeksi
2.    Mukosa bibir
lembab 4.      Kolaborasi dengan tim medis
3.    S:37oC dalam pemberian obat

2 Ketidaksei Setelah di 1.  Awasi pemasukan diet


mbangan lakukan tindakan 2.  Anjurkan klien makan sedikit
nutrisi kurang keperawatan tapi sering
dari selama 3x24 jam di 3.  Berikan Ht tentang
kebutuhan harapkan nutrisi pentingnya nutrisi bagi tubuh
tubuh klien tercukupi 4.  Kolaborasi dengan tim medis
dengan KH: dalam pemberian obat
1.  Porsi makan
kembali normal
2.  Bb normal
3.  Tidak
menunjukkan tanda
– tanda malnutrisi

3. Intoleransi Setelah 1.    Observasi TTV


aktivitas b/d dilakukan tindakan
kelemahan keperawatan
fisik selama 3x24 jam 2.    Bantu dan latih klien untuk
diharapkan klien melakukan aktivitas / gerakan
dapat melakukan 3.    Atur posis secara periodik,
aktivitas dengan sesuai kondisi klien
KH: 4.    Memahami klien untuk
-    Klien dapat melakukan latihan
melakukan aktifitas
sendirian
4 Kurangny Setelah 1.  Kaji tingkat pengetahuan
a dilakukan tindakan keluarga
21
pengetahuan keperawatan 3x24
b/d kurang jam keluarga klien 2.  Memberikan penyuluhan
terpaparnya mulai mengerti kesehatan tentang penyakit
informasi tentang penyakit hipertiroid
tentang Hipertiroid dengan 3.  Gali sumber-sumber
penyakit. K.H: dukungan yang ada
klien tidak
bingung lagi
Informasi sudah
didapat

Diagnosa Keperawatan

 Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan


gangguan metabolik
 Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid tidak
terkontrol dan peningkatan aktifitas saraf simpatik
 Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan energy
dengan kebutuhan tubuh
 Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan produksi panas
meningkat
 Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi

Pemeriksaan fisik

a. Observasi dan pemeriksaan kelenjar tiroid

Palpasi kelenjar tiroid dan kaji adanya massa atau pembesaran. Observasi
ukuran dan kesimetrisan pada goiter pembesaran dapat terjadi empat kali dari
ukuran normal.

b. Optalmopathy (penampilan dan fungsi mata yang tidak normal)

22
Pada hipertiroid sering ditemukan adanya retraksi kelopak mata dan
penonjolan kelopak mata. Pada tiroksikosis kelopak mata mengalami kegagalan
untuk turun ketika klien melihat kebawah.

c. Observasi

adanya bola mata yang menonjol karena edema pada otot ektraokuler dan
peningkatan jaringan dibawah mata. Penekanan pada saraf mata dapat
mengakibatkan kerusakan pandangan seperti penglihata ganda, tajam penglihatan.
Adanya iritasi mata karena kesulitan menutup mata secara sempurna perlu
dilakukan pengkajian.

d. Pemeriksaan jantung

Komplikasi yang sering timbul pada hipertiroid adalah gangguan jantung


seperti kardioditis dan gagal jantung, oleh karenanya pemeriksaan jantung perlu
dilakukan seperti tekanan darah, takikardia, distritmia, bunyi jantung.

e. Muskuloskeletal

Biasanya ditemukan adanya kelemahan otot, hipeeraktif pada reflex tendon dan
tremor, iritabilitas.

Intervensi Keperawatan

1. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan


gangguan metabolisme

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam


keseimbangan nutrisi kembali normal

23
Kriteria Hasil : Berat badan stabil, malnutrisi (-), kebutuhan metabolisme
terpenuhi

Intervensi Rasional
1. Hindari makanan yang dapat 1. Penigkatan multilitas saluran cerna
meningkatkan peristaltic dapat mengakibatkan diare dan usus

1. Penigkatan multilitas saluran cerna 2. Auskultasi bising usus


dapat mengakibatkan diare dan usus
3. Pantau masukan makanan setiap
2. Auskultasi bising usus hari dan timbang berat badan tiap
hari.
3. Pantau masukan makanan setiap
hari dan timbang berat badan tiap hari. 4. Dorong klien makan dan
meningkatkan jumlah makan
4. Dorong klien makan dan
meningkatkan jumlah makan 5. Konsultasi dengan ahli gizi untuk
memberikan diet kalori tinggi
5. Konsultasi dengan ahli gizi untuk
ganguan absorpsi nutris yang
memberikan diet kalori tinggi
diperlukan.

2. Bising usu hiperaktif


mencerminkan peningkatkan
motilitas lambung yang menurnkan
atau mengubah fungsi absorpsi.

4. Penurunan berat badan terus


menerus dalam keadaan masukan
kalori yang cukup merupakan
indikasi kegagalan terhadap terapi
antitiriod

5. Membantu menjaga pemasukan

24
kalori cukup tinggi untuk menambah
kalori tetap tinggi

6. Mungkin memerlukan bantuan


untuk menjamin pemasukan zat-zat
makanan yang adekuat dan
mengidentifikasi makanan pengganti
yang paling sesuai

2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid tidak terkontrol dan


peningkatan aktifitas saraf simpatik

Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan 2x24 jam curah jantung


menjadi adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh.

Kriteria Hasil : Tanda vital stabil, denyut nadi perifer normal, pengisian kapiler
< 3 detik, tidak ada distritnea

Intervensi Rasional
1. Catat atau perhatikan kecepatan 1. Takirkar di mungkin merupakan
irama jantung dan adanya disritmia cerminan langsung stimulasi otot
jantung oleh hormone tiroid
2. Auskultasi suara jantung, perhatikan
distritnea sering kali terjadi dan
adanya bunyi jantung tambahan,
dapat membahnyakan fungsi jantung
adanya orama gallop dan mumur
atau curah jantung
sistolik
2. S1 dan mumur yang menonjol
3. Observasi tanda dan gejala haus
yang berhubungan dengan curah
yang hebat, mukosa membran kering
jantung meningakat pada keadaan
yang lemah
metabolic. adanya S3 sebagai tanda

25
4. Observasi nadi atau denyut jantung kemungkinan gagal jantung
pada pada pasien saat tidur
3. Hidrasi yang cepat dapat terjadi
5. Berikan cairan IV sesuai indikasi yang akan menurunkan volume
sirkulasi dan menurunkan curah
jantung

4. Memberikan hasil pengkajian


yang lebih akurat untuk menentukan
takikardi

5. pemberian cauiran melalui IV


dengan Cepat untuk memperbaiki
volume sirkulasi

3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan energi dengan


kebutuhan tubuh

Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3x24 jam klien dapat
beraktivitas

Kriteria hasil : Menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartipasi dalam


melakukan aktivitas

Intervensi Rasional
1. Pantau tanda vital dan catat nadi 1. Nadi meningkat dan bahkan pada
baik pada istirahat dan melakukan istirahat (Takikardi)
aktivitas
2. Dapat menurunkan energy dalam
2. Berikan sentuhan atau message, Saraf yang selanjutnya
bedak yang sejuk meningkatkan relaksasi
26
3. Catat perkembangan takipneu, 3. Kebutuhan dan konsumsi oksigen
dispneu, pucat dan sianosis akan ditingkatkan pada keadaan
hipemetabolik
4. Sarankan klien untuk mengurangi
aktivitas dan meningkatkan istirahat 4. Membantu melawan pengaruh dari
peningkatan metabolisme
5. Berikan obat sesuai indikasi
5. Untuk mengurangi kelelahan dan
meningkatkan energi

Implementasi

Implementasi merupakan tahap keempat dalam tahap proses keperawatan


dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan)yang
telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan (Hidayat, 2004). Dalam
tahap ini perawat harus mengetahui berbagai hal seperti bahaya fisik dan
perlindungan pada klien, tehnik komunikasi, kemampuan dalam prosesdur
tindakan, pemahaman tentang hak-hak pasien serta memahami tingkat
perkembangan pasien.

Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara


melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau
tidak (Hidayat, 2004).

27
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Penyebab dari hipertiroidisme yaitu adanya Gangguan homeostatic yang


disebabkan oleh produksi TSH yang berlebihan atau adanya perubahan autonomic
kelenjar tiroid menjadi hiperfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus.
Ada banyak gejala pada penderita penyakit ini yakni gemetar, palpitasi, gelisah,
penurunan berat badan yang drastic,nafsu makan meningkat,emosional,dsb.

Hipotiroid adalah suatu kondisi yang di karakteristikan oleh produksi hormon


tiroid yang abnormal rendahnya.Ada banyak kekacauan-kekacauan yang berkaitan
padaHipotiroid.Kekacauan-kekacauan ini mungkin langsung atau tidak langsung
melibatkan kelenjar tiroid.Karena hormon tiroid mempengaruhi pertumbuhan.

Hormon-hormon tiroid di produsikan oleh kelenjar tiroid.Kelenjar tiroid


bertempat pada bagian bawah leher,Kelenjar membungkus sekeliling saluran
udara(Trakea)dan mempunyai suatu bentuk yang menyerupai kupu-kupu yang di
bentuk oleh dua sayap dan di lekatkan oleh suatu bagian tengah.

B. SARAN

Setelah membaca makalah ini, penulis berharap agar kita senantiasa memiliki
gaya hidup yang sehat. Dan juga bagi perawat yang kelak bekerja di rumah sakit
agar dapat mengetahui seluk beluk dari penyakit hipertiroid dan Hipotiroid yang
pada akhirnya dapat memberikan pelayanan yang terbaik apabila menemukan
pasien yang menderita penyakit ini pada khususnya.

28
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC

Guyton. 1996. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta: EGC

Irianto, Kus. 2004. Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia untuk Paramedis.
Bandung:

Brunner & Suddarth: 2010, Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta : EGC\

https://www.google.com/search?
q=pemnatalaksanaan+keperawatan+hipertiroid&oq=pemnatalaksanaan

keperawatan+hipertiroid&aqs=chrome..69i57j0.21741j0j7&sourceid=chrome
&ie=UTF-8

https://id.scribd.com/doc/306011972/Makalah-Hipotiroidisme

http://dwi-rohmawati.blogspot.com/2014/04/makalah-hipotiroid.html

Black dan jane.2014.Keperawatan Medikal Bedah.Jakart:Salemba Medika

Baradero, Mary,dkk.2009.Klien Gangguan Endokrin:Seri Asuahan


Keperawatan. Jakarta:EGC.

https://pspk.fkunissula.ac.id/sites/default/files/2017_Hormon_HIPERTIROID
%20patofisiologi.pdf

https://www.academia.edu/31971832/MAKALAH_HIPERTIROIDISME

https://www.academia.edu/10967350/hipertiroid

https://id.scribd.com/doc/241403663/makalah-hipertiroid

Black dan jane.2014.Keperawatan Medikal Bedah.Jakart:Salemba Medika


29
30

Anda mungkin juga menyukai