Anda di halaman 1dari 48

MAKALAH

HIPERTIROID DAN HIPOTIROID

Disusun oleh:
Nurul Hasanah (720621456)
Oky Tania Aprica Hartoyo (720621507)

S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS WIRARAJA
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Hipertiroid dan
Hipotiroid”. Adapun tujuan penyusunan makalah ini untuk memenuhi tugas dalam
mata kuliah Keperawatan Dewasa Sistem EPPI.
Dalam penulisan dan penyusunan makalah ini kami dibantu, dibimbing, dan
didukung oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terimakasih kepada
pihak yang telah membantu sehingga dapat terselesaikannya makalah ini.

Sumenep, 2022

Kelompok 10

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii


DAFTAR ISI ..................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1
B. Tujuan Penulisan ............................................................................................................. 1
C. Metode penelitian............................................................................................................ 3
D. Sistematika Penulisan ...................................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN TEORITIS ........................................................................................ 4
A. Tiroid .............................................................................................................................. 4
B. Faktor Risiko Nodul Tiroid ............................................................................................. 4
C. Kelainan Fugsi Tiroid...................................................................................................... 7
1. Hipertiroidisme........................................................................................................ 7
2. Hipotiroid .............................................................................................................. 16
BAB III CASE STUDY .................................................................................................... 34
A. Kasus Hipertiroid .......................................................................................................... 34
B. Identitas Pasien ............................................................................................................. 34
C. Penanggung Jawab ........................................................................................................ 34
D. Riwayat Kesehatan ........................................................................................................ 35
E. Asuhan Keperawatan..................................................................................................... 35
BAB IV PENUTUP .......................................................................................................... 43
A. Kesimpulan ................................................................................................................... 43
B. Saran............................................................................................................................. 44
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 45

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hormon Tiroid adalah salah satu hormon paling penting dalam tubuh
karena keberadaannya memberi dampak kepada tiap sel dan semua organ. Ada dua
hormon yang diproduksi dan dilepaskan oleh kelenjar tiroid yaitu Tiroksin atau T4
dan Triiodothyronine atau T3. Karena hormon tiroid memegang peran penting
dalam tubuh, produksi berlebihan maupun terlalu sedikit akan berdampak langsung
kepada tubuh. Kelenjar tiroid dikendalikan oleh hormon penstimulasi tiroid yang
dihasilkan oleh pituitari. Beberapa gejala ini dapat muncul jika seseorang memiliki
terlalu banyak hormon tiroid seperti mengalami penurunan berat badan, tremor,
hiperaktif/ gugup, serta rentan sakit. Dan jika jumlah hormon tiroid yang terlalu
sedikit akan menimbulkan beberapa gejala seperti mudah lelah, detaak jantung
lebih lambat dan tidak bertenaga/gampang kehilangan energi.
Di Indonesia kejadian hipertiroid berkisar 44%-48% dari seluruh kelainan
kelenjar tiroid yang ditemui dan diperkirakan terdapat 12juta kasus hipertiroid.
Hasil pemeriksaan TSH pada Riskesdas 2007 mendapatkan 12,8% laki-laki dan
14,7% perempuan memiliki kadar TSH rendah yang menunjukan kecurigaan
adanya hipertiroid. Wanita adalah penderita terbanyak yang mengalami masalah
yang ditimbulkan oleh gangguan tiroid. Dalam menghadapi hal tersebut, sebagai
perawat kita dapat mengaplikasikan peran promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif seperti promotif yakni memberikan penyuluhan tentang hal-hal yang
berkaitan dengan penyakit hiper dan hipotiroid. Untuk peran preventif yakni
memberikan informasi kepada klien dan keluarga tentang upaya-upaya dalam
mencegah hiper dan hipotiroid.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
a. Agar mahasiswa/i mampu memahami tentang hipertiroid dan
hipotiroid.
2. Tujuan Khusus
a. Agar mahasisiwa/i mampu mengerti dan memahami pengertian

1
hipertiroid.
b. Agar mahasiswa/i mampu mengerti dan memahami etiologi hipertiroid.
c. Agar mahasiswa/i mampu mengerti dan memahami
patofisiologi hipertiroid.
d. Agar mahasiswa/i mampu mengerti dan memahami patoflow
hipertiroid.
e. Agar mahasiswa/i mampu mengerti dan memahami manifestasi
klinis hipertiroid.
f. Agar mahasiswa/i mampu mengerti dan memahami pemeriksaan
penunjang hipertiroid.
g. Agar mahaiswa/i mampu mengerti dan memahami penatalaksanaan
medis hipertiroid.
h. Agar mahasiswa/i mampu mengerti dan memahami komplikasi
hipertiroid.
i. Agar mahasiswa/i mampu mengerti dan memahami asuhan
keperawatanpada pasien hipertiroid.
j. Agar mahasisiwa/i mampu mengerti dan memahami pengertian
hipotiroid.
k. Agar mahasiswa/i mampu mengerti dan memahami etiologi
hipotirod.
l. Agar mahasiswa/i mampu mengerti dan memahami patofisiologi
hipotiroid.
m. Agar mahasiswa/i mampu mengerti dan memahami patoflow
hipotiroid.
n. Agar mahasiswa/i mampu mengerti dan memahami manifestasi
klinis hipotiroid..
o. Agar mahasiswa/i mampu mengerti dan memahami pemeriksaan
penunjang hipotiroid.
p. Agar mahaiswa/i mampu mengerti dan memahami penatalaksanaan

2
medis hipotiroid.
q. Agar mahasiswa/i mampu mengerti dan memahami komplikasi
hipotiroid.
r. Agar mahasiswa/i mampu mengerti dan memahami asuhan
keperawatan pada pasien hipotiroid.
C. Metode penelitian
1. Studi Kepustakaan
Dalam metode ini menggunakan buku-buku yang sesuai dengan
topik bahasan.
2. Penelusuran Melalui Internet
Bahan penulisan berupa jurnal dan artikel yang diperoleh
melalui internet.
D. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan dari makalah ini adalah Bab I
Pendahuluan yang terdiri atas latar belakang, tujuan penulisan, metode
penulisan, dan sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Teori terdiri atas
pengertian, etiologi, patofisiologi, patoflow, manifestasi klinis,
pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan medis, komplikasi, dan asuhan
keperawatan pada pasien hipertiroid dan hipotiroid. Bab III case study dan
Bab IV Penutup terdiri atas kesimpulan dan saran.

3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Tiroid
Kelenjar tiroid merupakan kelenjar yang terletak di leher dan terdiri
atas sepasang lobus di sisi kiri dan kanan. Terletak di leher dihubungkan oleh
ismus yang menutupi cincin trakea 2 dan 3. Kelenjar ini tersusun dari zat hasil
sekresi bernama koloid yang tersimpan dalam folikel tertutup yang dibatasi
oleh sel epitel kuboid. Koloid ini tersusun atas tiroglobulin yang akan dipecah
menjadi hormon tiroid (T3 dan T4) oleh enzim endopeptidase. Kemudian
hormon ini akan disekresikan ke sirkulasi darah untuk kemudian dapat berefek
pada organ target. Mekanisme sekresi hormon tiroid sendiri diatur oleh suatu
axis hipothalamushipofisis-tiroid. Hipotalamus akan mensekresikan Thyroid
Releasing Hormon (TRH) yang akan merangsang hipofisis untuk
mengeluarkan Thyroid Stimulating Hormon (TSH). Kemudian TSH
merangsang kelenjar tiroid untuk memproduksi hormon tiroid. Hormon tiroid
terutama dalam bentuk T3 dan T4. Biosintesis hormon tiroid terbagi dalam
beberapa tahap :
a. Tahap trapping;
b. Tahap oksidasi;
c. Tahap coupling;
d. Tahap penimbunan atau storage;
e. Tahap deyodinasi;
f. Tahap proteolisis;
g. Tahap sekresi.
B. Faktor Risiko Nodul Tiroid
1. Paparan Radiasi
Lingkungan menjadi faktor penting dalam munculnya nodul tiroid. Paparan

4
radiasi atau penggunaan obat radioisotop pada daerah leher menjadi faktor
risiko kelainan tiroid. Radiasi eksternal yang digunakan untuk mengobati
kanker berat seperti tumor, limfoma Hodgkin’s mempunyai efek samping
neoplasma yang tersering pada kelenjar tiroid. Selain itu, radiasi internal
akibat asupan radioiodine 131 pada usia muda berisiko tinggi terjadinya
papillary thyroid carcinoma.
2. Jenis Kelamin
Dalam suatu studi epidemiologi menyebutkan bahwa prevalensi nodul
tiroid empat kali lebih besar terjadi pada wanita daripada laki – laki, tetapi
kecenderungan untuk menjadi keganasan lebih tinggi pada laki – laki
dibandingkan wanita. Data yang mendukung antara jenis kelamin dan
kejadian nodul tiroid masih sedikit dan tidak ada bukti kuat keterkaitan
antara estrogen dengan pertumbuhan sel tiroid.
3. Defisiensi Yodium
Defisiensi yodium menjadi pencetus utama timbulnya gondok endemik
yang diakibatkan sebagai mekanisme adaptasi alami akibat kekurangan
bahan baku pembuat hormon tiroid yang menyebabkan aktifitas berlebihan
dari kelenjar tiroid. Pada daerah dengan defisiensi yodium seperti di daerah
pegunungan menjadi tempat dengan angka kejadian gondok endemik.
Pembagian daerah gondok endemik terlihat seperti berikut :
a. Endemi grade I (derajat ringan) : ekskresi median iodium >50 µg l/g
kreatinin atau median urin 5,0-9,9 µg/dl.
b. Endemi grade II (derajat sedang) : ekskresi median iodium 25-50 µg l/g
kreatinin atau median urin 2,0-4,9 µg/dl.
c. Endemi grade III (derajat berat) : ekskresi median iodium <25 µg l/g
kreatinin atau median urin <2 µg/dl.
4. Geitrogen
Peran goitrogen sejauh ini hanya terbukti hanya pada binatang coba, secara
global hanya ada dua daerah endemis yang memiliki pengaruh goitrogen

5
yang kuat yaitu Idjwi, Zaire dan Candelaria, Columbia. Sumber goitrogen
alami yang sudah teridentifikasi di antaranya ketela, air minum dari
sedimen karang tertentu, sayur kol. Goitrogen baru dipirkan apabila pada
pemberian yodium secara adekuat akan tetapi tidak terdapat penurunan
angka kejadian yang signifikan.
5. Genetik
Faktor herediter yang bertanggung jawab terbentuknya karsinoma tiroid
sangatlah sedikit bila dibandingkan dengan kasus sporadik, kejadian ini
berhubungan dengan Medullary Thyroid Carsinoma (MTC) sel C (25%
kasus). Gen MTC tersebut ditransmisikan secara autosomal dominan dan
apabila orang tua terpengaruh dengan gen tersebut dan membawa mutasi
germ-line bersama reseptor tyrosine-protein kinase gene maka anggota
keluarga perlu diskrining terhadap mutasi tersebut.
6. Penggunaan obat amiodarin
Prevalensi nodul tiroid lebih banyak terjadi pada wanita daripada laki-laki
akan tetapi tidak ditemukan bukti yang kuat keterkaitan antara estrogen dan
pertumbuhan sel. Pada penggunaan obat gangguan jantung amiodaron telah
dilaporkan adanya efek samping tirotoksikosis yang disebut Amiodarone
Induced Thyrotoxicosis. Kejadian tirotoksikosis pada penggunaan obat
amiodaron disebabkan karena amiodaron dan metabolitnya
(desethylamiodaron) dapat menyebabkan tiroiditis destruktif.
7. Insulin
Insulin merupakan faktor yang merangsang proliferasi sel tiroid pada
kultur. Selain itu aktivitas berlebihan dari reseptor insulin menjadi faktor
pemicu awal dari pembentukan tumor. Penelitian tersebut mengindikasikan
resistensi insulin dan kadar insulin yang tinggi merupakan faktor risiko
dalam peningkatan proliferasi tiroid sehingga bermanifestasi peningkatan
volume tiroid dan terbentuknya nodul. Hal ini terjadi karena Insulin-like
Growth Factor (IGF)-1 dan reseptor insulin menyebabkan ekspresi

6
berlebihan sehingga menginduksi pertumbuhan tumor kelenjar tiroid
8. Defisiensi Vitamin D
Dalam penelitian lain menyebutkan ada hubungan antara defisiensi vitamin
D dan karsinoma tiroid. Penelitian tersebut berpendapat bahwa di dalam
kelenjar tiroid terdapat reseptor vitamin D dan vitamin D memiliki sifat
sebagai anti karsinogenesis, sehingga defisiensi vitamin D
bertanggungjawab terhadap terbentuknya karsinoma tiroid.
9. Infeksi Tuberkulosis
Infeksi tuberkulosis bisa menyebabkan penyakit tiroid walaupun dengan
angka kejadian yang jarang. Hal yang memungkinkan karena adanya
resistensi kelenjar tiroid akibat adanya sifat bakterisidal koloid, aliran
darah yang banyak di daerah kelenjar tiroid, aktivitas yodium, dan efek
antituberkulosis hormon tiroid. Kelenjar tiroid terinfeksi oleh kuman
tuberkulosis melalui rute hematogen dan limfatik walaupun kontroversial.
Kejadian yang pernah dilaporkan infeksi tersebut merupakan penyebaran
kuman secara langsung dari nodus limfatikus regional. Tuberkulosis tiroid
menjadi diagnosa banding dalam masa leher dan dapat dibedakan dengan
pemeriksaan Fine Needle Aspiration Cytology yang merupakan spesimen
yang dianalisis dengan mikroskop, kultur, dan sitologi.
C. Kelainan Fugsi Tiroid
Seperti halnya penyakit-penyakit endokrin secara umum kelenjar tiroid pun
bisa mengalami suatu kelainan fungsional seperti : Pembentukan hormon tiroid
yang berlebihan (Hipertiroidisme) dan Defisiensi hormon tiroid
(Hipotiroidisme).
1. Hipertiroidisme
a. Definisi Hipertioroid
Hipertiroid adalah kelainan patologis dimana hormon tiroid disintesis
dan disekresikan secara berlebihan oleh kelenjar tiroid. Produksi
hormon tiroid yang tinggi menyebabkan kadar hormon tiroid tinggi

7
dalam aliran darah, disebut tiroksikosis (Farwell et al., 2018).
Tiroksikosis dengan Hipertiroid atau Hipertiroid Primer adalah kadar
hormon tiroid tinggi ditandai dengan penyerapan iodium yang normal
atau tinggi. Tiroksikosis tanpa hipertiroid disebabkan oleh pelepasan
hormon tiroid-preformed ke sirkulasi darah akibat penyerapan iodium
yang rendah (De Leo et al., 2016). Hipertiroid terbagi menjadi
Hipertiroid Primer dan Subklinis. Hipertiroid Primer ditandai dengan
kadar TSH rendah dan peningkatan kadar hormon tiroid, yaitu T4, T3
atau keduanya. Hipertiroid subklinis ditandai dengan kadar TSH
rendah, tetapi kadar T4 dan T3 normal. Umumnya diagnosis hipertiroid
ditegakkan dengan tes fungsi tiroid yang terdiri dari pemeriksaan TSH,
T4, dan T3 (De Leo dkk, 2016).
b. Etiologi
1) Tiroksikosis dengan Hipertiroid
Penyebab hipertiroid utama di daerah cukup iodium adalah penyakit
Grave’s yang disebabkan berbagai faktor, antara lain gangguan
sistem imun dan terjadinya autoantibodi yang merangsang sel-sel
folikel tiroid untuk mengikat reseptor TSH sehingga kadar TSH
rendah (Hall, 2016). Berdasarkan studi Marino et al. (2015),
memberikan bukti bahwa faktor genetik memengaruhi penyakit
Graves, antara lain gen pengatur imun yaitu autoantigen tiroid
seperti gen tiroglobulin dan reseptor TSH, serta risiko penyakit
Graves 17-35% pada monozigot kembar. Faktor risiko non genetik
penyakit Graves antara lain stres psikologis, merokok, dan hormon
seks wanita (Wiersinga, 2013; Marino et al., 2015). Prevalensi
penyakit Graves pada wanita yang tinggi, disebabkan oleh hormon
seks dan faktor kromosom, seperti inaktivasi kromosom X yang
miring, diduga sebagai pemicu (Brix et al., 2012). Faktor-faktor lain
seperti infeksi bakteri Yersinia enterocolitica dimana mekanisme

8
molekulernya meniru reseptor TSH, defisiensi vitamin D dan
selenium, kerusakan kelenjar tiroid, dan imunomodulasi (Marino et
al., 2015). Penyebab hipertiroid utama lainnya adalah toxic
multinodular goiter dan solitary toxic adenoma yang lebih sering
terjadi pada lansia. Nodul tiroid memproduksi hormon tiroid secara
berlebih karena sinyal dari TSH atau antibodi reseptor TSH.
Penyebab lainnya termasuk hormon tirotropin yang menyebabkan
tiroksikosis dan tumor tropoblastik, dimana reseptor TSH
distimulasi oleh kadar TSH yang berlebih dan chorionic
gonadotropin (Beck-Peccoz et al., 2013; Hershman, 2013).
2) Tiroksikosis tanpa Hipertiroid
Penyebab Penyakit
Inflamasi dan pelepasan hormon
a) Autoimun kelenjar tiroid
b) Infeksi virus Silent thyroiditis, post-
c) Efek keracunan obat partum thyroiditis
Tiroiditis subakut
Obat yang menyebabkan
d) Infeksi bakteri atau tiroiditis (amiodarone,
jamur litium, interferon α)
e) Radiasi Acute suppurative thyroiditis

Tiroiditis radiasi
Ekstra sumber hormone:
a) Asupan berlebih hormon Hormon tiroid eksogen
tiroid berlebih (iatrogenic atau
factitious)
b) Hipertiroid ektopik Struma ovarii, metastase
(produksi hormon tiroid kanker tiroid

9
diluar kelenjar tiroid)
c) Konsumsi makanan Tiroksikosis hamburg
terkontaminasi

Paparan iodium berlebih: Efek Iodium menginduksi


Jod-Basedow hipertiroid (iodium, obat-
obatan mengandung iodium,
agen radiografik)

c. Manifestasi Klinis
1) Tanda dan Gejala Tiroksikosis
Sistem Organ Gejala Tanda
Konstitusional Penurunan berat Penurunan berat
badan meskipun badan
nafsu makan
meningkat;
intoleransi panas,
berkeringat, dan
polydipsia
Neuromuskular Tremor, gugup, Tremor
gelisah, kelelahan, ekstremitas,
tidur terganggu, hiperaktif,
konsentrasi rendah hiperfleksia,
kelemahan pada
otot panggul
Kardiovaskular Palpitasi Takikardia,
hipertensi sistolik,
detak jantung tida
Paru-paru Dispnea, nafas Takipena

10
pendek
Gastrointestinal Hiperdefekasi, Nyeri perut
mual, muntah
Kulit Kulit hangat dan Kulit meningkat
lembab
Reproduksi Gangguan
menstruasi
Mata Diplopia, iritasi Proptosis, retraksi
pada mata, kelopak kelopak mata,
mata bengkak, edema periorbital,
nyeri pada retro- infeksi konjungtiva
orbital dan kemosis,
oftalmoplegia
2) Tanda dan Gejala Spesifik Hipertiroid
Tanda dan gejala termasuk oftalmopati, tiroid dermopati, sensasi
globus, disfagia, atau ortoponea karena kompresi esofagus pada
nodular gondok; dan nyeri leher pada kelenjar tiroid (Fatourechi,
2012). Hampir semua pasien hipertiroid memiliki oftalmopati. Lesi
oftalmopati ditandai dengan kulit menebal yang sedikit berpigmen,
terutama pada area pretibial sehingga mata terlihat menonjol dan
kelopak mata membengkak (Bartalena et al., 2014).
d. Patofisiologi
Hipertiroidisme pada penyakit graves disertai dengan
eksoftalamus (Oftalmopati). Hal ini disebabkan karena otot-otot
ekstraokuler mengalami edema karena peningkatan produksi dari
hidrofilik Glycosaminologlycans (GAGs) pada jaringanorbita. Terjadi
juga infiltrasi dari sel-sel imunokompeten (yang didominasikan oleh
limfosit T, makrofag, dan limfosit B), yakni golongan limfosit T
tersering adala CD4 (Tes darah), limfosit T akan mengenali antigen

11
yang dikeluarkan oleh tiroid dan orbita, lalu melakukan infiltrasi pada
jaringan orbita dan perimisium otot-otot ekstraokuler. Proses ini
difasilitasi oleh Adhesion Molecules dan berhubungan dengan aktivitas
dari penyakit. Setelah infiltrasi dari limfosit T, maka reseptor limfosit
T pada CD4 akan mengenali antigen dan menyekresi sitokinin yang
akan memperkuat reaksi imun yang terjadi yang terjadi dengan
mengaktifkan limfosit TCD4 dan memproduksi antibody sel B.
Sitokinin sendiri merangsang terbentuknya molekul-molekul
major histocompability complex class II (MHC class II) dan heat shock
protein 72 (HSP 72) yang berperan penting pada pengenalan antigen.
Sitokinin juga meransang fibroblast untuk membentuk yang akan
menarik cairan menuju ke ruang retro-orbita, sehingga terjadi
pembengkakan periprbita, proptosis, dan pembengkakan otot-otot
ekstraouler. Fibroblast di orbita menyebabkan reaksiimun ini berjalan
terus dengan jalan melindungi sel T yang menginfiltrasi orbita dari
terjadinya opoptosis. Sel-sel preadiposit yang merupakan bagian dari
fibroblast orbita ini dibawah pengaruh hormone akan mengalami
diferensiasi menjadi sel-sel adiposit dan menyebabkan peningkatan
volume jaringan lemak retro-orbita. Gejala pada oftalmopati Graves
adalah perubahan pada kelopak mata (retraksi pada kelompok mata
atas) dapat terjadi oleh karena beberapa mekanisme, diantaranya
overaction dari otot levator, inflamasi pada jaringan lunak mata
(epifora, fotofobia, nyeri retroorbita), proptosis (eksoftalmus>2mm),
gangguan pada kornea dan disfungsi nervusoptikus (Yogianto,
D.dkk.,2006). Hormon yang dihasilkan disfungsi hipertiroid dapat
dilihat pada tabel berikut:

12
Penyebab TRH TSH ( tyroid T3 Goiter
(tirotropin stimulaing (Triodothyro
releasing hormone) nin) dan T4
hormone) (Tiroksin)
Penyakit Graves Rendah Rendah Tinggi Ada
Sekresi yang Tinggi Tinggi Tinggi Ada
berlebihandari
hipotalamus atau
hipofisis anterior
Tumor Rendah Rendah Tinggi Tidak Ada
e. Komplikasi
1) Penyakit jantung
2) Gagal ginjal kronis
3) Fraktur
4) Krisis tiroid. (Andra, Saferi, 2008)
f. Penatalaksanaan Hipertiroid
1) Pengobatan jangka panjang dengan obat-obatan antitiroid seperti
propiltiourasil atau metimazol yang diberikan paling sedikit
selama satu tahun. Obat-obatan ini menghambat sintesis dan
pelepasan tiroksin
2) Pembedahan tiroideksomi sub total sesudah terapi propiltiourasil
prabedah
3) Pengobatan dengan yodium radioaktif (Andra, Saferi, 2008).

13
g. Pathway

Tiroiditis Penyakit graves (antibody reseptor Nodul Tiroid Toksik


TSH merangsang aktivitas tiroid)

Sekresi Hormon tiroid yang berlebihan

Hipertiroid

Aktivitas Simpatik berlebihan


Hipermatoblisme meningkat Gerakan kelopak mata relative
lambat terhadap bola mata
Perubahan Konduksi Listrik jantung

Infiltrasi limfosit, sel mast ke


Ketidakseimbangan energi jaringan orbital dan otot mata
Berat Badan menurun dengan kebutuhan tubuh
Beban kerja
jantung meningkat
Eksoftalmus
Kurang informasi Kelelahan

Artimia,
Resiko kerusakan
Perubahan nutrisi pada takikardi
Kurang pengetahuan integritas
tubuh

Resiko penurunan
curah jantung

14
h. Konsep Asuhan Keperawatan
1) Pengkajian
a) Keluhan utama :
Biasanya pasin dating ke RS dengan keluhan badan terasa lemas,
seringgemetaran, keringan berlebih dan jantung terasa berdetak
cepat.
b) Riwayat kesehatan sekarang :

Biasanya pada saat dilakukan pengkajian pasien mengeluh


gemetar,badan terasa lemas, mual, muntah, tidak nafsu makan,
tidak bisa tidur.
c) Riwayat kesehatan keluarga :
Biasanya penyakit bukan merupakan penyakit keturunan, dan
bias juga ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang
sama seperti yang dialami oleh pasien.
d) Riwayat kesehatan dahulu :
Biasanya penyakit hipertiroid ini gejalanya timbul dalam waktu
yang lama dan belum di rasakan oleh pasien, dan merupakan
penyakit yang susah di sembuhkan dan membutuhkan
pengobatan yang kontinu.
2) Pemeriksaan Fisik
Data Obyektif:
a) Pembesaran tiroid, golter
b) Edema non pitting terutama daerah pretibial
Sensori Neural Data obyektif
a) Bicara cepat dan parau
b) Gangguan status mental dan perilaku seperti bingung,
gelisah,pekarangsang, delirium, koma

15
c) Tremor halus pada tangan, tanpa tujun, beberapa bagian
tersentak-sentak
Respirasi Tanda :
a) Frekuensi pernapasan meningkat, takipnea
b) Dispnea
Seksual Data obyektif:
a) Penurunan libido, hipomenorea, aenorea, dan impoten
2. Hipotiroid
a. Pengertian hipotiroid
Hipotiroid merupakan suatu sindroma klinis akibat penurunan produksi
dan sekresi hormon tiroid atau kelainan aktivitas reseptor hormon
tiroid. Hal tersebut akan mengakibatkan penurunan laju metabolisme
tubuh (Soewondo & Cahyanur, 2008).
b. Etiologi hipotiroid
Hipotiroid dapat diklasifikasikan menjadi hipotiroidisme primer,
sekunder serta tersier. Hipotiroid primer disebabkan oleh tiroid gagal
dalam memproduksi hormon tiroid, sedangkan hipotiroid sekunder
diakibatkan oleh defisiensi hormon TSH yang dihasilkan oleh hipofisis.
Hipotiroid tersier disebabkan oleh defisiensi TRH yang dihasilkan oleh
hipotalamus. Penyebab terbanyak hipotiroid adalah akibat kegagalan
produksi hormon tiroid oleh tiroid (hipotiroid primer) (Mansjoer,
2007).
c. Manifestasi Klinis
Spektrum gambaran klinik hipotiroidisme sangat lebar, mulai dari
keluhan cepat lelah atau mudah lupa sampai gangguan kesadaran berat
(koma miksedema). Namun akhir-akhir ini sangat jarang ditemukan
kasus-kasus dengan koma miksedema (Djokomoeljanto et al., 2009).
Kekurangan hormon tiroid mengakibatkan perlambatan proses
metabolik di dalam tubuh manusia.

16
Organ/sistem organ Keluhan/gejala/kelainan
Kardiovaskuler Bradikardia
Gangguan kontraktilitas
Penurunan Curah jantung
Kardiomegali (paling banyak
disebabkan oleh efusi perikard)
Respirasi Sesak dengan aktivitas
Gangguan respon ventilasi
terhadap hiperkapnia dan hipoksia
Hipoventilasi
Sleep apnea
Efusi Pleura
Gastrointestinal Anoreksia Penurunan peristaltik
usus  konstipasi kronik, impaksi
feses dan ileus
Ginjal Penurunan laju filtrasi ginjal
Penurunan kemampuan ekskresi
kelebihan cairan  intoksikasi
cairan dan hiponatremia
Hematologi Anemia, disebabkan: Gangguan
sintesis hemoglobin karena
defisiensi tiroksin Defisiensi besi
karena hilangnya besi pada
menoragia dan gangguan absorbsi
besi Defisiensi asam folat karena
gangguan absorbsi asam folat
Anemia pernisiosa
Neuromuskular Kelemahan otot proksimal

17
Berkurangnya refleks Gerakan
otot melambat Kesemutan
Psikiatri Depresi Gangguan memori
Gangguan kepribadian
Endokrin Gangguan pembentukan estrogen 
gangguan ekskresi FSH dan LH,
siklus anovulatoar, infertilitas,
menoragia

d. Patofisiologi

Sekresi hormonal tiroid (T3 dan T4) dipengaruhi oleh TSH dan TRH.
Bila terjadi penurunan kadar hormon tiroid (T3 dan T4 turun), maka
tidak akan ada umpan balik. negatif dari kelenjar tiroid ke TSH.
Akibatnya TSH akan tetap diproduksi dalam jumlah berlebih dan
kelenjar tiroid bekerja keras untuk mengatasi kekurangan T3 dan T4.
Sehingga akhirnya terjadi hipertrofi atau pembesaran kelenjar tiroid.
Penurunan hormon tiroid akan berdampak pada seluruh proses
metabolisme tubuh.

Hipotiroidisme dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar tiroid,


hipofisis atau hipotalamus. Apabila disebabkan oleh malfungsi kelenjar
tiroid, maka kadar Hormon Tiroid (HT) yang rendah akan disertai oleh
peningkatan kadar Thyroid Stimulating Hormone (TSH) karena tidak
adanya umpan balik negatif oleh HT pada hipofisis anterior dan
hipotalamus. Apabila hipotiroidisme terjadi akibat malfungsi hipofisis,
maka kadar HT yang rendah disebabkan oleh rendahnya kadar TSH.
TRH dari hipotalamus tinggi karenatidak adanya umpan balik negatif
baik dari TSH maupun HT. Hipotiroidisme yang disebabkan oleh
malfungsi hipotalamus akan menyebabkan rendahnya kadar HT, TSH,
dan TRH. Lebih jelasnya dapat dilihat pada table ini :

18
Penyebab TRH TSH (tyroid T3 Goiter
(tirotropin stimulating (triodotironin)
releasing hormone) dan T4
hormone) (Tiroksin)
Tidak ada
Hipotalamus Rendah Rendah Rendah
(karena
kelenjar
tiroid
tidak

Distimulasi

Hipofisis anterior Tinggi Rendah Rendah

Kelenjar tiroid Tinggi Tinggi Rendah Ada

Kurang yodium Tinggi Tinggi Rendah Ada

e. Komplikasi

Menurut Berber, E dan K.M Rehan (2013) ada beberapa komplikasi


hipotiroid sebagai berikut :
1) Cacat pada bayi baru lahir
Ibu hamil dengan hipotiroid yang tidak diobati akan
menyebabkan bayi lahir cacat mental dan mengalami gangguan
perkembangan fisik karena hormon tiroid sangat berperan dalam
perkembangan otak.
2) Koma miksedema
Yaitu stadium akhir dari hipotiroidisme yang tidak diobati.
3) Gagal jantung

19
Hipotiroidisme dapat meningkatkan kolesterol dan tekanan darah,
memengaruhi kontraksi jantung, serta menyebabkan efusi
perikardium yang membuat jantung harus bekerja lebih keras untuk
memompa darah. Jika kadar hormon tiroid terlalu rendah, maka
akan memengaruhi ovulasi dan menyebabkan wanita sulit hamil.
Meskipun diterapi dengan penggantian hormon, hal ini tidak akan
menjamin wanita fertil kembali.
4) Neurologis
Hipotiroid dapat menyebabkan depresi dan demensia.

20
f. Pathway

Virus hahimoto Malfungsi hipotalamus Malfunsgi Hipofisis

Tioriditis TRH dan TSH TRSH dan TSH

TRH dan TSH Hormon Tiroid Hormon Tiroid

Hormon Tiroid
Laju metabolisme

Fungsi ATP dan ADP Fungsi sistem pencernaan suplai dan alat reproduksi

Suplai O2 ke Otot
Peristaltik usus Kerja Organ Reproduksi
otak kekurangan O2

Konstipasi Libido
Sinkope Proses oksidasi
anaerob

Gangguan Pemenuhan Impoten


Ketidakefektifan Asam laktat Kebutuhan Eliminasi
perfusi jaringan serebral
Gangguan disfungsi seksual
Myalgia

Gangguan Rasa Nyaman Nyeri

21
g. Asuhan Keperawatan
1) Pengkajian

Pasien hipotiroidisme pada saat dilakukan pengkajian akan


ditemukan tanda- tanda seperti berikut ini (Greenspan, Es. dan
D.G. GARDNER, 2004; Anwar, Ruswana, 2005; Kowalak, J.P.,
dkk., 2011; Khandelwal, D. dan N. Tandon, 2012).
a) Pada kreatinisme didapatkan tanda dan gejala seperti retardasi
mental, tubuh pendek, bentuk wajah dan tangan
bengkak/gemuk akibat infiltrasi kulit dengan air dan molekul
karbohidrat. Sementara pada bayi dengan hipotiroidisme
ditemukan kelemahan otot sehingga bayi tidak bisa duduk
tanpa bantuan, perut membesar, hernia umbilikus, kesulitan
bernafas, sianosis, jaundis, tidak mau menyusu, dan suara
tangisan serak.
b) Sistem neurologis
ada sistem neurlogis didapati tanda-tanda letargi, bicara
lambat, suara kasara dan parau, menonton, bicara tidak jelas,
kerusakan memori, kognisi lambat, perubahan kepribadian
(puas dengan diri sendiri, tumpul, apatis), mudah tersinggung,
tremor, ataksia, parestesia, somnolen dan sinkop.
c) Sistem muskuloskeletal
Otot kaku/sakit, nyeri sendi, kelemahan otot, kram, letih, cepat
lelah ( karena penurunan basal metabolic rate [BMR])
biasanya sering dijumpai sebagai tanda-tanda kelainan pada
sistem muskuloskeletal.
d) Sistem kardiovaskuler
Pada sistem kardiovaskuler didapati adanya intoleransi
terhadap dingin, keringat kurang, tekanan darah-nadi dan suhu

22
rendah, tekanan nadi menyempit, bunyi jantung berkurang,
pembesaran janung hipotensi, disritmia, dan penurunan curah
jantung.
e) Sistem pernapasan

Suara serak dan sesak napas saat melakukan aktivitas


merupakan gejala kelainan sistem pernafasan yang banyak
dijumpai.
f) Sistem gastrointestinal
Peningkatan berat badan yang tidak jelas penyebabnya, atau
anoreksia, konstipasi, distensi abdomen, asites, lidah besar dan
tebal.
g) Sitem reproduksi
Pada sistem reproduksi akan dijumpai tanda-tanda seperti
menoragia, netroragia, amenore (tidak menstrusi), penurunan
libido, penurunan fertilitas, aborsi spontan dan impotensi.
h) Sistem integuen
Kulit penderita hipotiroidisme sering terlihat pucat, dingin,
kering, kasar, dan bersisik. Sering juga ditemui adanya edema
non-pitting (tangan, kaki, preorbital), rambut kasar dan tipis,
kuku yang rapuh, tumbuh lambat, dan tebal, kebas pada jari-jari
tangan, serta sindrom carpal tunel
i) Pada hopotiroid berat diserta miksedema
Hipotiroid berat yang diserta miksedema akan ditemui tanda
seperti kulit menjadi tebal karena penumpukan
mukopolisakarida, berat badan naiktanpa peningkatan asupan
makan, wajah tanpa ekspresi dan mirip topeng, muka-tangan
dan kaki sembap, kulit kasar-kering, edema periorbital, rambut
kering tipis, kuku tebal dan rapuh, mengeluh dingin walaupun
dalam lingkungan hangat, peningkatan kolestrol, aterosklerosis,

23
penurunan frekusiensi denyut jantung, pembesaran jantung
(jantung miksedema), serta penurunan curah jantung dan
anemia.
j) Pada hipotiroid lanjut terjadi demensia atau gangguan kognitif,
gangguan kepribadian, kelemahan otot pernapasan, bicara
lambat, koma, depresi, danemosi labil.
k) Anemia
Ada empat mekanisme yang menyebabkan anemia pada
hipotiroidisme, yaitu (a) gangguan sintesis hemoglobin akibat
defisiensi T4 (tiroksin); (b) defisiensi besi akibat gangguan
absorpsi zat besi oleh usus, kehilangan zat besi akibat
menoragia; (c) defisiensi folat akibat gangguan absopsi folat
oleh
2) Diagnosa keperawatan
a) Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
afterload,perubahan frekuensi jantung, perubahan proload.
b) Intoleransi aktivitas berhubungan dnegan ketidakseimbangan
antara suplaidan kebutuhan oksigen.
c) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis.
d) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan sindrom
hipoventilasi.
e) Keletihan berhubungan dengan fisiologis (status penyakit),
peningkatankelelahan fisik.
f) Konstipasi berhubungan dengan penurunan traktus
gastrointestinal.

24
3) Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
1. Penurunan curah jantung Setelah dilakukan tindakan a. Pantau pasien secara
berhubunga dengan : keperawatan, pompa jantung rutin, baik fisik dan
a. Perubahan afterload efektif dengan kriteria hasil psikologis
b. Perubahan frekuensi sebagai berikut : b. Pastikan tingkat aktivitas
jantung a. Tekanan darah sistolik yang tidak memberatkan
c. Perubahan preload dalam batas normal curah jantung atau
b. Tekanan darah diastolik mempengaruhi kerja
dalam batas normal jantung
c. Denyut jantung apikal c. Dorong peningkatan
dalam batas normal aktivitas secara bertahap
d. Denyut jantung perifer pada kondisi fisik stabil
dalam batas normal

25
e. Ukuran jantung dalam d. Anjurkan pasien untuk
batas normal segara melaporkan jika
f. Keluaran urine dalam terjadi ketidaknyamanan
batas normal di dada
g. Terjadi keseimbangan e. Evaluasi nyeri dada
masukan dan pengeluaran (intensitas, lokasi,
dalam 24 jam radiasi, durasi dan
h. Tekanan sentral vena pengendapan, serta
dalam batas normal faktor yang mengurangi
i. Tidak terdapat distensi nyeri dada)
vena leher f. Pantau EKG akan adanya
j. Tidak terdapat disritmia perubahan ST
k. Tidak terdapat suara g. Lakukan penilaian yang
jantung abnormal komprehensif pada
l. Tidak terdapat angina sirkulasi perifer
m. Tidak terdapat edema (memeriksa denyut
perifer perifer, edema, pengisian
n. Tidak terdapat edema kapiler, warna dan suhu
pulmonal ekstremitas)
o. Tidak terdapat diaforasis h. Pantau tanda-tanda vital
p. Tidak terdapat mual i. Pantau status
q. Tidak terdapat kelelahan kardiovaskuler
r. Tidak terdapat dispnea j. Pantau adanya disritmia
saat istirahat pada jantung termasuk
s. Tidak terdapat asites gangguan dari kdua
t. Tidak terdapat irama dan konduksi
hepatomegali

26
u. Tidak terdapat kerusakan k. Dokumentasikan jika
kognitif detak jantung tak
v. Tidak terdapat intoleransi berurutan
aktivitas l. Catat tanda dan gejala
w. Tidak terdapat pallor dari dari penurunan curha
x. Tidak terdapat sianosis jantung
m. Pantau status pernapasan
yang merupakan tanda
dan gejaladari gagal
jantung
n. Pantau keseimbangan
cairan
o. Pantau nilai labolatorium
yang sesuai (encim
jantung dan kadar
elektrolit)
p. Evaluasi perubahan
tekanan darah
q. Evaluasi respon pasien
terhadap ektopi atau
disritmia
r. Kolaborasi dengan
dokter jika pasien
membutuhkan pemberian
terapi antiaritmia (obat
aritmia, cardioversion,
atau defibrilasi)

27
s. Pantau respon
pasieterhadap obat-
obatan antiaritmia
t. Intruksikan pasien dan
keluarga untuk
melakukan terapi
modalitas
u. Atur latihan dan waktu
istirahat menghindari
keletihan
v. Hentikan kebiasan
merokok
w. Pantau toleransi aktivitas
pada pasien
x. Pantau adanya dispnea,
keletihan, takipnea, dan
ortopnea
y. Bangun hubungan yang
saling mendukung
dengan pasien dan
keluarga
z. Identifikasi metode
pasien dalam mengurangi
stress
2. Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan tindakan Perawatan jantung :
berhubungan dengan keperawatan pasien dapat rehabilitatif
ketidakseimbangan antara menoleransi aktivitas dengan a. Pantau toleransi terhadap
kriteria hasil sebagai berikut : aktivitas pasien

28
suplai dan kebutuhan a. Saturasi oksigen saat b. Buat jadwal unntuk
oksigen beraktivitas dalam batas ambulasi
normal c. Anjurkan pada
b. Denyut nadi saat pasien/keluarga untuk
beraktivitas dalam batas memiliki harapan yang
normal realistis sesuai dengan
c. Rata-rata pernapasan saat penyakit yang di
beraktivitas dalam batas alaminya
normal d. Intruksikan pada pasien
d. Kemudahan dalam dan keluarga untuk
bernapas saat beraktivitas menghentikan kebiasaan
dalam batas normal merokok, melakukan diet
e. Tekanan darah sistolik sesuai dengan kondisi
saat beraktivitas dalam jantungnya, dan latihan
batas normal aktivitas sesuai dengan
f. Tekanan darah diastolik kemampuan jantungnya
saat beraktivitas dalam e. Intruksikan pada pasien
batas normal untuk melaporkan pada
g. Hasil EKG dalam batas tenaga kesehatan saat
normal nyeri dada
h. Warna kulit dalam batas f. Intruksikan pada pasien
normal dan keluarga untuk
i. Pasien dapat melangkah latihan aktivitas secara
saat berjalan teratur meliputi (berlatih
j. Jarak berjalan bertambah pemanasan, ketahanan
jauh dan pendinginan)
g. Intruksikan pada pasien
dan keluarga untuk

29
k. Pasien dapat menoleransi membatasi aktivitas
keseimbangan agar tidak mengangkat beban berat
terjatuh dilantai h. Intruksikan pada
l. Kekuatan tubuh bagian keluarga untuk
atas meningkat memperhatikan pasien
m. Kekuatan tubuh bagian secara khusus dalam
bawah meningkat melakukan aktivitas
n. Pasien mampu hidup sehari-hari
melaksanakan aktivitas i. Intruksikan pada pasien
hidup sehari-hari dan keluarga untuk ikut
o. Mampu berbicara ketika serta dalam proses
sedang beraktivitas perawatan baik dirumah
sakit maupun dirumah
j. Anjurkan pasien untuk
mengatur pola diet dan
melaukan terapi fisik
k. Hindarkan pasien dari
kecemasan dan depresi
Terapi latihan : Ambulasi
a. Komsultasikan pada
dokter dan fisioterapis
tentang rencana ambulasi
yang akan dilakukan
b. Anjurkan pasien untuk
memakai pakaian yang
tidak ketat
c. Bantu pasien untuk
menggunakan alas kaki

30
untuk latihan berjalan
agar terbebas dari cidera
d. Turunkan tempat tidur
pasien
e. Posisikan tempat tidur
pasien agar mudah
digunakan untuk
berpindah
f. Bantu pasien untuk
duduk di sisi terluar
tempat tidur untuk
memfasilitasi berdiri.
g. Intruksikan pada pasien
cara memposisikan
dirinya saat akan
melakukan proses
berpindah
h. Bantu pasien saat pindah.
i. Gunakan alat bantu untuk
ambulasi (tongkat, alat
bantu berjalan / walker,
atau kursi roda).
j. Intruksikan pada pasien
bagaimana tehnik
berpindah dan ambulasi
secara aman.
k. Pantau pasien dalam
menggunakan alat bantu.

31
l. Bantu pasien saat belajar
berdiri dan berpindah.
m. Bantu pasien
menentukan jarak untuk
ambulasi.
n. Anjurkan pasien untuk
tidak bergantung saat
ambulasi dan
melakukannya secara
aman.
3. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri (paint
dengan agen cidera biologis keperawatan nyeri terkontrol manajement)
dengan kriteria hasil sebagai a. Kaji nyeri secara
berikut: komprehensif meliputi
a. Mengenali faktor (lokasi, karakteristik, dan
penyebab onset, durasi, frekuensi,
b. Mengenali onset kualitas, intensitas nyeri,
(lamanya sakit) dan faktor penyebab
c. Menggunakan metode nyeri).
pencegahan untuk b. Observasi respon non
mengurangi nyeri verbal klien yang
d. Menggunakan metode menunjukkan rasa
non analgetik untuk ketidaknyamanan
mengurangi nyeri c. Yakinkan pasien dengan
e. Menggunakan analgesik penuh perhatian bahwa
sesuai dengan kebutuhan dia akan dilakukan
f. Mencari bantuan tenaga perawatan untuk
Kesehatan mengurangi nyeri

32
g. Melaporkan gejala pada d. Gunakan komunikasi
petugas kesehatan teraupetik untuk
h. Mengenali gejala-gejala mengkaji pengalaman
nyeri nyeri dan perhatikan
i. Melaporkan nyeri yang respon nyeri pasien
sudah terkontrol e. Gali pengetahuan pasien
dan kepercayaan tentang
nyeri
f. Perhatikan faktor budaya
pasien dalam merespon
nyeri
g. Kaji efek dari nyeri
terhadap pola tidur, nafsu
makan, aktivitas, kognisi,
mood, dan hubungan
h. Kaji faktor yang dapat
memperburuk nyeri yang
dialami pasien.

33
BAB III
CASE STUDY
A. Kasus Hipertiroid
Ny. x dibawah ke RS Bhayangkara Surabaya pada hari minggu 14 April 2022
jam 02:30 WIB. Pasien mengatakan mengalami sesak nafas, Pembengkakan
dan rasa nyeri pada leher, bradikardi,disritmia, pembesaran jantung, RR :
28x/menit, DO : Pasien terlihat sesak nafas, dan suara parau. Pasien sulit
menelan makananan, terjadi Pembengkakan dan rasa nyeri pada leher, Pasien
mengatakan mengkonsumsi makanan yang kadar yodiumnya rendah, dan nafsu
makan menurun, tidak suka makanan asinan.
B. Identitas Pasien
Nama Pasien : Ny. x
No. RM : 14072022
Tempat Tanggal Lahir : surabaya, 14 september 1998
Umur : 24 tahun
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Pendidikan : Tamat SMA
Alamat : surabaya
Pekerjaan : Wiraswasta
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku : -
Diagnosa Medis : Hipertiroid
Tanggal Masuk RS : 14 April 2022
Tanggal Pengkajian : 14 April 2022
Sumber Informasi : Keluarga
C. Penanggung Jawab
Nama : Ny. R.M
Tempat Tanggal Lahir : Surabaya, 2 januari 1975

34
Umur : 47
Agama : Islam
Alamat : Surabaya
Pekerjaan : Petani
Jenis Kelamin : Perempuan
Hubungan dengan Pasien : Ibu kandung
D. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama: Pembengkakan pada leher disertai rasa nyeri
2. Riwayat Penyakit sekarang: Terdapat pembengkakan pada leher yang
disertai rasa nyeri, badan gemetar, terasa lemas, mual, muntah, tidak
nafsu makan, tidak bisa tidur
3. Riwayat penyakit dahulu: Ny. x pernah menderita nyeri pada leher dan
terjadi pmebengkakan kecil pada leher seperti saat ini sejak tahun lalu
namun sudah diperiksakan ke puskesmas dan di beri pengobatan dan
sembuh. Namun pada 2 hari lalu nyeri yang di rasakan timbul lagi dan
pembengkakan pada leher semakin membesar, sehingga Ny. x datang
memeriksakan kesehatan di RS. Bhayangkara Surabaya.
4. Riwayat penyakit keluarga: Keluarga tidak mempunyai riwayat penyakit
atau keluhan yang sama dengan pasien
E. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
b. Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Pasien mengatakan tidak menyukai makanan asin, pasien juga senang
dengan masakan dari ibu, pasien makan menggunakan piring dan
sendok dan alat – alat makan lainnya.
c. Pola Nutrisi
Makan
Sebelum sakit : Pasien mengatakan makan 2-3 kali dalam sehari dengan
lauk dan pasien makan menggunakan piring dan sendok.

35
Selama sakit : Pasien mengatakan 1-2 kali dalam sehari, mengeluh tidak
nafsu makan dan mual.
Minum
Sebelum sakit: pasien mengatakan minum 6-8 gelas dalam sehari
sekitar 2000 cc.
Selama sakit: pasien mengatakan minum 5-6 gelas dalam sehari sekitar
1500 cc. 3.
d. Pola Eliminasi
BAB
- Sebelum sakit : Pasien biasanya BAK 1 kali dalam sehari warna
kekuningan.
- Selama sakit : Pasien BAB 2 kali dalam sehari berwarna hitam.
BAK
- Sebelum sakit: Pasien mengatakan BAK sebanyak 5 kali dalam sehari
berwarna kuling tidak pekat.
- Selama sakit: Pasien melalui kateter berwarna kuning pekat
e. Tidur dan istrirahat
- Sebelum sakit : Pasien mengatakan biasanya tidur siang mulai dari
jam 14.00 siang sampai 16.00 sore dan jam tidur malam mulai dari jam
21.00 malam sampai 05.00 pagi.
- Selama sakit : Pasien mengatakan terasa sulit tidur dan tidurnya
menjadi tidak nyenyak karena akibat nyeri di bagian perut kanan atas.
f. Sensori, Persepsi dan Kognitif
Pasien mengatakan bahwa penyakitnya adalah ujian dari Allah SWT,
pasier berharap agar cepat sembuh dan bisa berkumpul kembali dengan
keluarga.
g. Konsep diri
1) Identitas Diri : Pasien adalah perempuan berusia 24 tahun. Pasien
mengatakan bahwa di tengah masyarakat pasien dkenal sebagai

36
orang yang suka menolong sesama. Pasien mengatakan semoga
segera diberikan keturunan.
2) Ideal Diri : Pasien mengatakan menyukai apa yang ada dalam
dirinya dan selalu bersyukur atas nikmat yang di berikan Allah
SWT, terhadap dirinya.
3) Harga Diri : Pasien merasa di sayangi oleh keluarganya karena
mendapatkan support dari keluarga agar cepat sembuh.
4) Peran Diri : Pasien sebagai ibu rumah tangga dan juga bekrja
sebagai wirasuwasta.
g) Sexual dan Reproduksi
- Sebelum sakit : Normal tidak ada penyimpangan orientasi seksual.
- Selama sakit : Normal tidak ada penyimpangan orientasi seksual.
h) Pola Peran Hubungan
Sebelum sakit : Nornal mampu bersosialisasi di tengah keluarga dan
masyarakat.
Selama sakit : Nornal mampu bersosialisasi di tengah keluarga dan
masyarakat.
i) Manajemen Koping Stress
- Sebelum Sakit : Pasien mengatakan tidak pernah mengeluh sakit
kepada keuarga.
- Selama sakit : Pasien mengatakan mengeluh gejala sakit nyeri
dibagian perutnya di perut kanan atas.
j) Sistem Nilai dan Keyakinan
- Sebelum sakit : Sstem nilai dan keyakinan pasien kuat dan mematuhi
norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Pasien beribadah dan
shalat 5 waktu.
- Selama sakit : Pasien saat ini merasa lemas dan tidak mampu
melakukan aktivitas fisik sehingga pasien dibantu oleh keluarga dalam
melakuka ibadah.

37
2. Pemeriksan Fisik
h. Tingkat Kesadaran : Composmentis (Normal)
i. TTV (Tanda Tanda Vital) :
S : 38,2°C N : 98X/mnt
TD : 100/90 mmHg
RR : 28 X/mnt
j. Kepala : Tak tampak kelainan (Normosefali)
k. Mata : Konjungtiva anemis, sclera putih
l. Hidung: Tidak ada sekret
m. Telinga: Tampak bersih, tidak ada gangguan pendengaran, tidak ada
serumen, tidak ada nyeri tekan pada telinga
n. Mulut : Mukosa mulut lembab
o. Leher : kaku kuduk,ada pembesaran limfe
p. Dada/Thoraks :
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis ICS IV MCL sinistra, kuat angkat (-)
Perkusi : Batas jantung normal auskultasi
Auskultasi : S1S2 normal, regular, murmur (-)
q. Abdomen
Inspeksi : Distensi (-)
Auskultasi : Bising usus (+) menurun
Palpasi : Heper-line tidak teraba, nyeri tekan (+) epigastrik dan
hipokonriak kiri
Perkusi : Timpani
r. Genetalia : Genetalia besh dan terpasang kateter
s. Ekstremitas : Pergerakan sendi bebas, pasien berjalan normal,
kekuatan otot normal, tidak terdapat faktur
t. Kulit : Warna kulit tampak pucat

38
E. Pemeriksaan Penunjang
i. T3 (Triodothyronin) dan T4 (Tiroksin) serum : meningkat
ii. T3 (Triodothyronin) dan T4 (Tiroksin) bebas serum :
meningkat
iii. TSH ( tyroid stimulaing hormone) : tertekan dan tidak berespon pada TRH
(Tiroid Releasing Hormon)
iv. Tiroglobulin : meningkat
v. Stimulasi tiroid : dikatakan hipertiroid jika TRH dari tidak ada sampai
meningkat setelah pemberian TRH
vi. Ambilan tiroid 131 : meningkat
vii. Ikatan protein sodium : meningkat
viii. Gula darah : meningkat (adrenal)
ix. Kortisol plasma : turun (menurunnya pengeluaran oleh adrenal)
x. Pemeriksaan fungsi hepar : abnormal
xi. Elektrolit : hponatremi akibat respon adrenal atau efek delusi terapi
cairan,
xii. Kateklamin serum : menurun
xiii. Kreatinin serum : meningkat
F. Analisa Data
Hari/Tanggal/Jam Data Etilologi Masalah
Jumat, 13 Mei 2022 DS: Defisiensi iodium Ketidakefektifan
Pasien mengatakan pola nafas
sesak nafas, Penekanan berhubungan
Pembengkakan dan produksi H.Tyroid penurunan tenaga/
rasa nyeri pada kelelahan,
leher, TSH merangsang ekspansi paru
bradikardi,disritmia, kelenjar tiroid yang menurun,
pembesaran jantung untuk mensekresi dispnea
RR : 28x/menit
Kelenjar tyroid

39
DO : membesar
Pasien terlihat
sesak nafas, dan Akumulasi
suara parau proteoglikan
hidrophilik di
rongga interstisial

Akumulasi cairan
dirongga pleura

Penurunan
ekspansi paru

Sesak nafas

Pola nafas tidak


efektif
DS : Defisiensi iodium Perubahan nutrisi
Sulit menelan kurang dari
Pembengkakan dan rasa Penekanan kebutuhan tubuh
nyeri pada leher, Pasien produksi H.Tyroid berhubungan
mengatakan penurunan
mengkonsumsi TSH merangsang kebutuhan
makanan yang kadar kelenjar tiroid metabolisme, dan
yodiumnya rendah, dan untuk mensekresi nafsu makan yang
nafsu makan menurun, menurun, dan
tidak suka makanan Kelenjar tyroid pasien kesulitan
asinan membesar untuk menelan.
Do :
Pasien nampak gelisah Akumulasi
Pasien tidak nafsu proteoglikan

40
makan hidrophilik di
rongga interstisial
penurunan
keutuhan
metobolisme

napsu makan
menurun

G. Diagnosa Keperawatan
i. Pola nafas tidak efektif
ii. Defisit nutrisi
iii. Intoleransi aktivitas

Rencana Intervensi Keperawatan


Diagnosa Keperawatan SLKI Intervensi
Pola nafas tidak efektif b.d Setela dilakukan Manajemen jalan nafas:
hambatan upaya nafas d.d tindakan keperawatan Monitor pola nafas,
penurunan tenaga / kelelahan, selama 3x24 jam Posisikan semi-fowler atau
ekspansi paru yang menurun, masala pola nafas fowler, Berikan minuman
Dispnea. membaik dengan hangat, Berikan
kriteria hasil : oksigen,jika perlu, Ajukan
Frekuensi nafas asupan cairan
membaik penggunaan 2000ml/hari. jika tidak
O2 pasien sudah kontraindikasi
menurunan O2:5 liter
menjadi 3 liter,
Dispnea menurun,
kapasitas vital
meningkat

41
Defisit nutrisi b.d ketidak Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi:
mampuan mengabsorbsi tindakan keperawatan Identifikasi status nutrisi,
nutrient d.d penurunan selama 3x24jam, Identifikasi kebutuhan
kebutuhan metabolisme, nafsu asupan nutrisi kalori dan jenis nutrien
makan yang menurun, dan membaik dengan monitor asupan makanan,
pasien kesulitan untuk kriteria hasil : Monitor pemeriksaan
menelan. Kekuatan otot laboratorium, Kolaborasi
menelan meningkat, dengan ahli gizi untuk
Nafsu makan menentukan jumlah kalori
membaik, Porsi dan jenis nutrient yang
makan yang dibutuhkan jika perlu
Intoleransi aktivitas b.d Setelah dilakukan Manajemen energi:
kelemahan d.d kelemahan tindakan keperawatan Monitor kelelahan fisik
umum (penyakit selama 3x24jam. dan emosional, Monitor
hipotiroidisme) toleransi aktivitas lokasi dan ketidak
meningkat dengan nyamanan selama
KH: malakukan aktivitas,
kemudahan dalam Lakukan latihan rentang
melakukan aktivitas gerak pasif atau aktif,
sehari-hari Ajukan melakukan
meningkat, kekuatan aktivitas secara bertahap.
tubuh bagian atas
meningkat, kekuatan
tubuh bagian bawah
meningkat.

42
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hipertiroidisme merupakan keadaan atau sindrom klinis karena adanya
kelainan- kelainan atau perubahan-perubahan fisiologi dan biokimia yang
kompleks dari jaringan, sebagai alat kenaikan kadar hormone tiroid dalam
sirkulasi. Sedangkan hipotiroidisme adalah suatu keadaan klinis yang
diakibatkan karena kekurangan hormon tiroid apapun sebabnya dan
berdampak padaperlambatan semua proses metabolisme. Disfungsi tiroid yang
disebabkan oleh kegagalan kelenjar hipofisis dan hipotalamus disebut
hipotiroidisme sentral. Penyebab dari hipertiroid bisa disebabkan oleh herediter,
toksik adenoma, tumorkelenjar hipofise, tiroiditis sub akut, kanker tiroid, terapi
hormon tiroid berlebihan. Sedangkan pada hipotiroid penyebabnya adalah
tiroiditis hashimoto/tiroiditis autoimun, penyebab kedua tersering adalah
pengobatan terhadap hipertiroid, gondok/goiter/struma, dan terapi karsinoma
tiroid.
Pada klien dengan hipertiroid akan muncul tanda dan gejalanya yaitu
keringat berlebihan, ketidaktoleran panas, pergerakan-pergerakan usus besar
yang meningkat, gemeteran, kegelisahan, agitasi, denyut jantung yang cepat,
kehilanganberat badan, kelelahan, konsentrasi yang berkurang, dan pada klien
dengan hipotiroid akan muncul tanda dan gejalanya seperti kulit kering, pecah-
pecah, bersisik, dan menebal, pembengkakan tangan, mata, dan wajah, rambut
rontok, kering, dan pertumbuhannya buruk, kejang otot dan kaku, dan pada
perempuan terjadi perubahan menstruasi seperti amenore. Untuk memastikan
lebih lanjut klienmenderita hipertiroid atau tidak perlu dilakukan pemeriksaan
lebih lanjut seperti T3 dan T4 serum : meningkat, T3 dan T4 bebas serum :
meningkat, TSH : tertekan dan tidak berespon pada TRH (Tiroid Releasing
Hormon), Tiroglobulin : meningkat, gula darah : meningkat (adrenal), kortisol

43
plasma : turun (menurunnya pengeluaran oleh adrenal), pemeriksaan fungsi
hepar : abnormal, elektrolit : hponatremi akibat respon adrenal atau efek delusi
terapi cairan, hypokalemia akibat dari diuresis dan kehilangan GI, kateklamin
serum : menurun, kreatinin serum : meningkat.
Pada klien yang menderita hipertiroid dan hipotiroid bila tidak diobati
akan memiliki komplikasi seperti penyakit jantung, gagal ginjal kronis, fraktur,
krisis tiroid, cacat pada bayi baru lahir. Sehingga akan muncul masalah
keperawatan seperti penurunan curah jantung, intoleransi aktivitas, nyeri akut,
pola nafas tidak efektif, dan keletihan.
B. Saran
1. Institusi
Dapat membantu dalam mendukung dan mengembangkan pengetahuan
tentanghiper dan hipotiroid dengan cara memperbanyak referensi buku yang
ada dan mengadakan seminar untuk menambah wawasan.
2. Mahasiswa/i
Kami berharap mahasiswa/i dapat mengerti dan memahami penyakit
hiper dan hipotiroid. Serta, mahasiswa/i menjadi lebih tertarik untuk
mempelajari penyakit lain karena perawat sebagai ilmu dan profesi harus
didukung oleh teori-teori yang kuat agar pelayanan yang diberikan semakin
profesional.

44
DAFTAR PUSTAKA
Manurung, R. (2017). Asuhan Keperawatan Sistem Endokrin Dilengkapi Mind
Mapping dan Asuhan Keperawatan NANDA NIC NOC. Yogyakarta:
Deepublish.
Martha, N. A. (2016). Asuhan Keperawatan pada Sistem Endokrin. Salemba Medika:
Jakarta.
Wijaya, A. S. (2013). Keperawatan Medikal Bedah (Keperawatan Dewasa).
Yogyakarta: Nuha Medika.

45

Anda mungkin juga menyukai