Anda di halaman 1dari 33

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN


HIPERTIROID

Di susun Oleh :

M Ridwan (14.401.17.055)
Nur Itikavia (14.401.17.066)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA
KRIKILAN-GLENMORE-BANYUWANGI
2019
Lembar Pengesahan

Telah disetujui pada tanggal :

Yang disusun oleh : M Ridwan (14.401.17.055)


Nur Itikavia (14.401.17.066)

Mengetahui,

Pembimbing

Ns. Lina Agustiana.S.Kep.,M.Kep


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat-
Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah Hipertiroid.
Dalam menyelesaikan makalah ini penulis banyak mendapat bantuan dari
dari beberapa pihak. Untuk itu pada kesempatan ini perkenankanlah penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini sehingga berhasil terutama kepada dosen pembimbing.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak mengandung
kekurangan karena keterbatasan buku pegangan dan ilmu yang penulis miliki.
Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
kepentingan makalah penulis dimasa mendatang.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga dengan adanya makalah ini
dapat memberikan manfaat kepada pembaca pada umumnya dan khususnya pada
penulis sendiri.

Glenmore, 29 Agustus 2019

Penyusun

i
Daftar Isi

Kata Pengantar .............................................................................................. i


Daftar Isi ....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Batasan Masalah......................................................................................... 2
1.3 Rumusan Masalah ...................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Hipertiroid .................................................................................... 3
2.2 Etiologi Hipertiroid .................................................................................... 3
2.3 Manifestasi Klinis Hipertiroid....................................................................
2.4 Patofisiologi Hipertiroid ............................................................................
2.5 Klasifikasi Hipertiroid................................................................................
2.6 Komplikasi Hipertiroid ..............................................................................
1. Konsep askep Hipertiroid.............................................................................
2. Diagnosa Keperawatan.................................................................................
3. Intervensi .....................................................................................................
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ................................................................................................
3.2 Saran .......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hipertiroidisme merupakan kelainan sistem endokrin yang dapat
dicegah, kelainan ini menyerang wanita empat kali banyak dari pada laki-
laki, terutama wanita muda yang berusia antara 20 sampai 40 tahun. Disini
dapat dikarenakan dari proses menstruasi, kehamilan dan menyusui itu
sendiri menyebabkan hipermetabolisme sebagai akibat peningkatan kerja
hormon tiroid (Hipertiroid)
Hipertiroid ditemukan pada 0,8 – 1,3% pada populasi di seluruh
dunia. Prevalensi hipertiroid di indonesia berdasarkan Kemenkes RI tahun
2014 penderita hipertiroid sebesar 0,4% dari 248.422.956 penduduk
indonesia penderita hipertiroid wanita lebih banyak dibandingkan dengan
pria yaitu 5:1
Hipertiroid dapat disebabkan beberapa penyebab antara lain,
penyakit Graves (75%) adalah yang paling umum, faktor genetik dan
lingkungan ikut berperan dalam mekanismenya. Hormon tiroid
mempengaruhi seluruh sistem pada tubuh, termasuk pada pertumbuhan dan
perkembangan, fungsi kardiovaskuler berupa takikardi dan palpitasi dan
juga dapat berupa gangguan psikiatrik seperti rasa cemas berlebihan dan
emosi yang mudah berubah
Pada penyakit hipertiroid, terapi yang dapat diberikan berupa terapi
konsevasif dengan pemberian obat anti tiroid maupun terapi pengurangan
atau ablasi kelenjar tiroid dengan iodine radioaktif tiroidektomi
(pengangkatan kelenjar tiroid). Dari ketiga pilihan terapi tersebut, terapi
dengan obat anti tiroid merupakan salah satu terapi yang banyak digunkan.
Obat anti tiroid yang digunakan secara luas sebagai lini pertama dalah
golongan thionamide, yang terdiri dari propylthiouracil dan methimazole

3
1.2 Batasan Masalah
Bagaimana memahami dan mengetahui pengkajian, diagnosa, dan
intervensi pada asuhan keperawatan pasien Hipertiroid

1.3 Rumusan Masalah


Bagaimana asuhan keperwatan pasien Hipertiroid

1.4 Tujuan
1. Tujuan Umum
Memahami dan mengetahui asuhan keperawatan pasien Hipertiroid
2. Tujuan Khusus
a. Memahami dan mengetahui pengkajian keperawatan pada
pasie hipertiroid
b. Memahami dan mengetahui diagnosa keperawatan pada
pasien hipertiroid
c. Memahami dan mengetahui intervensi keperawatan pada
pasien hipertiroid

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP PEYAKIT
2.1 Definisi
Hipertiroid adalah penyaakit yang disebabkan oleh penyakit
Graves yaitu jenis masalah autoimun yang menyebabkan kelenjar
tiroid untuk memproduksi terlalu banyak hormon tiroid (Price &
Wilsom, 2006).
Hipertiroidisme adalah suatu kondisi dimana kelenjar tiroid
terlalu aktif dan membuat berlebihan hormon tiroid. Ketika kelenjar
tiroid yang terlalu aktif (hipertiroidisme) proses tubuh mempercepat
dan mungkin mengalami kegelisahan, kecemasan, denyut jantung
yang cepat, keringat berlebihan (Doenges, 2002).
Hipertiroid atau hipertiroidisme adalah suatu keadaan atau
gambaran klinis akibat produksi hormon tiroid yang berlebihan oleh
kelenjer tiroid yang terlalu aktif. Karena tiroid memproduksi hormon
tiroksin dari iodium, maka iodium radiaktif dalam dosis kecil dapat
digunakan untuk mengobatinya (mengurangi intensitas fungsinya)
(Nurarif & Kusuma, 2016, hal. 324)

2.2 Etiologi
Beberapa penyakit yang menyebabkan Hipertiroid menurut (Nurarif
& Kusuma, 2016, hal. 324) yaitu :
1. Penyakit Graves
Penyakit ini disebabkan oleh kelenjar tiroid yang overaktif
dan merupakan penyebab hipertiroid yang paling sering dijumpai.
Penyakit ini biasanya turunan. Wanita 5 kali lebih sering daripada
laki-laki. Diduga penyebabnya adalah penyakit autoimun, dimana
antibody yang ditemukan dalam peredaran darah yaitu tyroid
stimulating.

5
Immunogirobulin (TSI antibodies), Tyroid peroksidase
antibodies ( TPO ) dan TSH Receptor antibodies ( TRAB ).
Pencetus kelainan ini adalah stress, merokok, radiasi, kelainan
mata dan kulit, penglihatan kabur, sensitif terhadap sinar, terasa
seperti ada pasir dimata, mata dapat menonjol keluar hingga
double vision.
2. Toxic Nodular Goiter
Benjolan leher akibat pembesaran tiroid yang berbentuk biji
padat, bisa satu atau banyak. Kata toxic berarti hipertiroid,
sedangkan nodule atau biji itu tidak terkontrol oleh TSH sehingga
memproduksi hormon tyroid yang berlebihan.
3. Produksi TSH abnormal
Produksi TSH kelenjar hipofisis dapat memproduksi TSH
berlebihan sehingga merangsang tiroid mengeluarkan T3 dan T4
yang banyak.
4. Tiroiditis (Radang Kelenjar Tiroid)
Tiroiditis sering terjadi pada ibu setelah melahirkan, disebut
tiroiditis persalinan, dimana pada fase awal timbul keluhan
hipertiroid, 2-3 bulan kemudian keluar gelaja hipertiroid
5. Minum obat Hormon Tiroid berlebihan
Keadaan demikian tidak jarang terjadi, karena periksa
laboratorium dan kontrol ke dokter yang tidak teratur. Sehingga
pasien terus minum obat tyroid, adapula orang yang minum
hormon tyroid dengan tujuan menurunkan bada hingga timbul
efek samping.

2.3 Manifestasi Klinis


1. Kelenjar tirioid (goiter) membesar
2. Penonjolan bola mata (exophthalmos) akibat dari penimbunan zat
di dalam orbit mata.
3. Berkeringat, kelebihan hormon tiroid menaikkan tingkat
metabolisme.

6
4. Nafsu makan naik karena metabolisme meningkat.
5. Kecemasan akibat tingginya kadar hormon tiroid.
6. Berat badan menurun karena metabolisme meningkat.
7. Perubahan siklus haid karena naiknya kadar hormon tiroid
(Jackson, 2014, hal. 233).

2.4 Patofisiologi
Penyebab hipertieoidisme biasanya adalah penyakit graves,
goiter toksika. Kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid
membesar dan samapi tiga kali dari ukuran normalnya, disertai
dengan banyak hiperplasia dan lipatan-lipatan sel-sel folikel ke
dalam folikel, sehingga jumlah sel-sel ini lebih meningkat beberapa
kali dibandingkan dengan pembesarn kelenjar, setiap sel
meningkatkan kecepatan sekresinya beberapa kali lipat dengan
kecepatan lebih besar daripada normal.

Pada hipertiroidisme, kosentrasi TSH plasma menurun, karena


biasanya ini adalah antibodi immunoglobin yang disebut TSI
(Thyroid Stimulating Immunoglobin), yang berikatan dengan
reseptor membran yang sama dengan reseptor yang mengikat TSH,
dan merangsang aktivasi cAMP dalam sel, dengan hasil akhirnya
adalah hipertiroidisme. Karena kosentrasi TSH menurun sedangkan
kosentrasi TSI meningkat .

Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid dipaksa mensekresikan


hormon hingga diluar batas, sehingga sel-sel sekretori kelenjar tiroid
membesar. Gejala klinis yang sering berkeringat dan suka hawa
dingin termasuk akibat dari sifat hormon tiroid yang kalorigenik,
akibat peningkatan metabolisme tubuh yang diatas normal bahkan
akibat proses metabolisme yang menyimpang ini, terkadang
penderita hipertirodisme mengalami kesulitan tidur. Efek dari
kepekaan sinaps saraf yang mengandung tonus otot sebagai akibat
dari hipertiroidisme ini menyebabkan terjadinya tremor otot yang

7
halus dengan frekuensi 10-15x/detik, sehingga pengalami gemetaran
tangan yang abnormal. Nadi yang takikardi atau diatas normal
merupakan salah satu efek hormon tiroid pada sistem kardiovaskuler.
Ekspothalamus yang terjadi merupakan reaksi inflamasi autoimun
yang mengenai daerah jaringan periorbital dan otot-otot
ekstraokuler, akibatnya bola mata terdesak keluar.

8
Pathway
Konsumsi iodum Adenome Tiroiditis
tinggi

Hiperfungsi kelenjar tiroid G3 fungsi kelenjar


Kerja tiroid
meningkat

Hipersekresi hormon

Tiroksin (T4) Kalsitonim meningkat


Triodotironim (T3)

Pertahanan laju Ca dalam darah menurun


Peningkatan
metabolisme metabolisme
Otot kekurangan Ca

hipermetabolisme Penurunan kerja otot

kardiovaskuler Kelemahan otot,fatique, g3


koordinasi dan tremor
-Takikardia&aritmia
-TD, Nadi meningkat
Keletihan
-Angina
-Gagal Jantung

Penurunan Curah Peningkatan suhu


Jantung tubuh
Masukan nutrisi
berkurang Hipertermi

Berat badan
menururn

Defisit Nutrisi

(Miskiyah Tiflani Iskandar, 2017)

9
2.5 Klasifikasi
Dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
1. Hipertiroid Primer : Terjadinya hipertiroid karena berasal dari
kelenjar tiroid itu sendiri, contohnya :
a. Penyakit grave
b. Functioning adenoma
c. Toxic multinodular goiter
d. Tiroiditis
2. Hipertiroid Sekunder : jika penyebab hipertiroid berasal dari luar
kelenjar tiroid, contohnya :
a. Tumor hipofisis
b. Pemberian hormone tiroid dalam jumlah besar
c. Pemasukan iodium berlebihan
2.6 Komplikasi
Menurut (Wartunah, 2006)
1. Eksoftalmus, keadaan dimana bola mata pasien menonjol benjol
keluar, hal ini disebabkan karena penumpukkan cairan pada
rongga orbita bagian belakang bola mata. Biasanya terjadi pasien
dengan penyakit graves.
2. Penyakit Jantung, terutama kardioditis dan gagal jantung.
3. Stromatiroid (tirotoksikosis), pada periode akut pasien mengalami
demam tinggi, takikardia berat, derilium, dehidrasi, dan
iritabilitas ekstrim. Keadaan ini merupakan keadaan emergency
sehingga penganganan lebih khusus. Faktor presipitasi yang
berhubungan dengan tiroksikosis adalah hipertiroidisme yang
tidak terdiagnosis dan tidak tertangani, infeksi, ablasitiroid,
pembedahan, trauma, miokardiak infark, overdosis obat.
Penanganan pasien dengan stromatiroid adalah dengan
menghambat produksi hormon tiroid, menghambat konfersi T4
menjadi T3 dan menghambat efek hormon terhadap jaringan
tubuh. Obat-obatan yang diberikan untuk menghambat kerja
hormon tersebut diantaranya sodium ioded intravena,

10
glococorticoid, dexamethasone, dan propylthiouracil oral. Beta-
blockers diberikan untuk menurunkan efek stimulasi saraf
simpatik dan takikardia.

11
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
Paling sering terjadi pada wanita pada usia 20-40 tahun.
b. Status kesehatan saat ini
1) Keluhan Utama
Biasanya pasien datang ke RS dengan keluhan, badan terasa
lemas, sering gemeteran, keringat berlebih dan jantung terasa
berdetak lebih cepat.
2) Alasan Masuk Rumah Sakit
Biasanya pasien merasakan lemas, mual muntah, tidak nafsu
makan.
3) Riwayat penyakit sekarang (PQRST)
Biasanya pada saat dilakukan pengkajian pasien mengeluh
gemeteran, badan terasa lemas, mual, muntah, tidak nafsu
makan.
c. Riwayat kesehatan terdahulu
1) Riwayat Penyakit Sebelumnya
Biasanya penyakit hipertiroid ini gejalanya timbul dalam waktu
yang lama dan belum dirasakan oleh pasien, dan merupakan
penyakit yang susah di sembuhkan dan membutuhkan
pengobatan yang kontinu
2) Riwayat penyakit keluarga
Biasanya penyakit ini bukan merupakan penyakit keturunan,
dan bisa juga ada anggota keluarga yang menderita penyakit
yang sama seperti yang di alami oleh pasien.
3) Riwayat pengobatan
Biasanya pasien tidak pernah berobat karena kurangnya
pengetahuan

d. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
a) Kesadaran

12
Biasanya pada penyakit ini kesadaran Composmentis
dengan GCS 3:4:5.
b) Tanda-tanda vital
Biasanya tekanan darah sistole dan diastole meningkat 10-
15 mmHg, frekuensi pernafasan meningkat, nadi cepat.
2) Body system
a) Sistem pernafasan
Pernafasan cepat, bernafas pendek, penurunan kapasitas
paru.
b) Sistem kardiovaskuler
Meningkatnya head rate, stroke volume, kardiak output,
peningkatan kebutuhan oksigen otot jantung, peningkatan
vaskuler perifer resisten, tekanan darah sistole dan diastole
meningkat 10-15 mmHg, palpitasi, disritmia,
kemungkinanan gagal jantung, edema.
c) Sistem persyarafan
Gugup, gelisah, emosi tidak stabil : seperti kecemasan,
curiga, tegang dan emosional.
d) Sistem perkemihan
Retensi cairan menurunnya otot urin.
e) Sistem pencernaan
Nafsu makan menurun, mual atau muntah, peningatan
masukan glukosa atau karbohidrat, penurunan berat badan
lebih dari periode beberapa hari atau minggu, haus.
f) Sistem integument
Berkeringat yang berlebihan, kulit lembab, merah, hangat,
tidak toleransi panas.
g) Sistem muskuloskeletal
Keseimbangan protein negatif, kelmahan otot, kelelahan.
h) Sistem endokrin
Biasanya terjadi pembesaran kelenjar tiroid
i) Sistem reproduksi

13
Amenorahea, anovulasi, mens tidak teratur, menurunnya
libido, impoten.
j) Sitem pengindraan
Gangguan tajam penglihatan, Pandangan mata ganda.
k) Sistem imun

e. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan labolatorium
a) Serum T3, terjadi peningkatan (N: 70 – 250 ng/dl atau 1,2 –
3,4 SI unit). T3 serum mengukur kandungan T3 bebas dan
terikat, atau total T3 total, dalam serum. Sekresinya terjadi
sebagai respon terhadap sekresi TSH dan T4. Meskipun
kadar T3 dan T4 serum umumnya meningkat atau menurun
secara bersama-sama, namun kadar T4 tampaknya
merupakan tanda yang akurat untuk menunjukan adanya
hipertiroidisme, yang menyebabkan kenaikan kadar T4
lebih besar daripada kadar T3.
b) Serum T4, terjadi peningkatan (N: 4 – 12 mcg/dl atau 51 –
154 SI unit). Tes yang paling sering dilakukan adalah
penentuan T4serum dengan teknik radioimmunoassay atau
peningkatan kompetitif. T4terikat terutama dengan TBG
dan prealbumin : T3 terikat lebih longgar. T4 normalnya
terikat dengan protein. Setiap factor yang mengubah protein
pangikat ini juga akan mengubah kadar T4.
c) Indeks T4 bebas, meningkat (N: 0,8 – 2,4 ng/dl atau 10 –
31 SI unit).
d) TRH Stimulating test, menurun atau tidak ada respon TSH.
Tes Stimulasi TRH merupakan cara langsung untuk
memeriksa cadangan TSH di hipofisis dan akan sangat
berguna apabila hasil tes T3 dan T4 tidak dapat dianalisa.
Pasien diminta berpuasa pada malam harinya. Tiga puluh

14
menit sebelum dan sesudah penyuntikan TRH secara
intravena, sampel darah diambil untuk mengukur kadar
TSH. Sebelum tes dilakukan, kepada pasien harus
diingatkan bahwa penyuntikan TRH secara intravena dapat
menyebabkan kemerahan pasa wajah yang bersifat
temporer, mual, atau keinginan untuk buang air kecil.
e) Tiroid antibodi antiglobulin antibodi, titer antiglobulin
antibodi tinggi (N: titer < 1 : 100)
f) Ambilan Iodium Radioaktif
g) Tes ambilan iodium radioaktif dilakukan untuk mengukur
kecepatan pengambilan iodium oleh kelenjar tiroid. Kepada
pasien disuntikan atau radionuklida lainnya dengan dosis
tracer, dan pengukuran pada tiroid dilakukan dengan alat
pencacah skintilas (scintillation counter) yang akan
mendeteksi serta menghitung sinar gamma yang dilepaskan
dari hasil penguraian dalam kelenjar tiroid.
h) Tes ini mengukur proporsi dosis iodium radioaktif yang
diberikan yang terdapat dalam kelenjar tiroid pada waktu
tertentu sesudah pemberiannya. Tes ambilan iodium-
radioaktif merupakan pemeriksaan sederhana dan
memberikan hasil yang dapat diandalkan.Penderita
hipertiroidisme akan mengalami penumpukan dalam
proporsi yang tinggi (mencapai 90% pada sebagian pasien).
2) CT Scan tiroid, mengetahui posisi, ukuran dan fungsi kelenjar
tiroid. Iodine radioaktif (RAI) diberikan secara oral kemudian
diukur pengambilan iodine oleh kelenjat tiroid. Normalnya
tiroid akan mengambil iodine 5 – 35 % dari dosis yang
diberikan setelah 24 jam. Pada pasien hipertiroid akan
meningkat.
3) USG, untuk mengetahui ukuran dan komposisi dari kelenjar
tiroid apakah massa atau nodule. Pemeriksaan ini dapat
membantu membedakan kelainan kistik atau solid pada tiroid.

15
Kelainan solid lebih sering disebabkan keganasan dibanding
dengan kelainan kistik. Tetapi kelainan kistikpun dapat
disebabkan keganasan meskipun kemungkinannya lebih kecil.

16
f. Penatalaksanaan
1) Obat-obatan antitiroid
a) Propylthiouracil (PTU),merupakan obat antihipertiroid
pilihan, tetapi mempunyai efek samping agranulocitosis
sehingga sebelum di berikan harus dicek sel darah putihnya.
PTU tersedia dalam bentuk tablet 50 dan 100 mg.
b) Methimozole (Tapazole), bekerja dengan cara memblok
reaksi hormon tiroid dalam tubuh.obat ini mempunyai efek
samping agranulositosis, nyeri kepala, mual muntah, diare,
jaundisce, ultikaria.obat ini tersedia dalam bentuk tablet 3
dan 20 mg.
c) Adrenargik bloker,seperti propanolol dapat diberikan untuk
mengkontrol aktifitas saraf simpatetik.
d) Pada pasien graves yang pertama kali diberikan OAT dosis
tinggi PTU 300-600mg/hari atau methimazole 40-
45mg/hari.
2) Radioiod Terapi
Radio aktif iodin-131, iodium radio aktif secara bertahap
akan melakukan sel-sel yang membentuk kelenjar tiroid namun
tidak akan menghentikan produksi hormon tiroid.
3) Bedah Tiroid
Pembedahan dan pengangkatan total atau parsial
(tiroidektomy). Operasi efektif dilakukan pada pasien dengan
penyakit graves. Efek samping yang mungkin terjadi pada
pembedahan adalah gangguan suara dan kelumpuhan saraf
kelenjar tiroid.
4) Pemenuhan kebutuhan nutrisi dengan tinggi kalori dan tinggi
protein, 3000-4000 kalori.

17
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut (PPNI, 2016) diagnosa keperawatan Hipertiroid
a. Hipertermia
Definisi : Suhu tubuh meningkat di atas rentang normal tubuh.
Penyebab :
1) Dehidrasi
2) Terpapar lingkungan panas
3) Ketidakssuaian pakaian dengan suhu lingkungan
4) Peningkatan laju metabolisme
5) Proses penyakit (mis. Infeksi, kanker)
6) Respon trauma
7) Aktivitas berlebih
8) Penggunaan inkubator
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif :
(tidak tersedia)
Objektif :
1) Suhu tubuh diatas nilai normal
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif :
(tidak tersedia)
Objektif :
1) Kulit merah
2) Kejang
3) Takikardia
4) Takipnea
5) Kulit terasa hangat
Kondisi Klinis Terkait :
Proses Infeksi, Hipertiroid, Stroke, Dehidrasi, Trauma,
Prematuritas (PPNI, 2016, hal. 284)

18
b. Keletihan
Definisi : penurunan kapasitas kerja fisik dan mental yang tidak
pulih dengan istirahat.
Penyebab :
1) Gangguan tidur
2) Gaya hidup monoton
3) Program perawatan/pengobatan jangka panjang
4) Peristiwa hidup negatif
5) Stres berlebihan
6) Depresi
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif :
1) Merasa energi kurang tidak pulih walaupun telah tidur
2) Merasa kurang tenaga
3) Menegluh lelah
Objektif :
1) Tidak mampu mempertahankan aktivitas
2) Tampak lesu
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif :
1) Merasa bersalah akibat tidak mampu menjalankan tanggung
jawab
2) Libido menurun
Objektif :
1) Kebutuhan istirahat meningkat
Kondisi Klinis Terkait : Anemia, Kanker, Hipotiroidisme,
Hipertiroidisme, AIDS, Depresi,
Menopause (PPNI, 2016, hal. 130)

19
c. Penurunan Curah Jantung
Definisi : Ketidakadekuat jantung memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh.
Penyebab :
1) Perubahan irama jantung
2) Perubahan frengkuensi jantung
3) Perubahan kontraktilitas
4) Perubahan preload
5) Perubahan afterload
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
1) Perubahan irama jantung
a) Palpitasi
2) Perubahan preload jantung
a) Lelah
3) Perubahan afterload
a) Dipsnea
4) Perubahan kontraktilitas
a) Paroxysmal nocturnal dyspnea (PDS)
b) Ortopnea
c) Batuk
Objektif
1) Penurunan irama jantung
a) Bradikardia/takikardia
b) Gambaran EKG aritmia atau konduksi
2) Perubahan preload
a) Edema
b) Distensi vena jugularis
c) Central venous pressure (CVP) meningkat menurun
d) Hepatomegali
3) Perubahan after load
a) Tekanan darah meningkat/menurun

20
b) Nadi perifer terasa lemah
c) Capillary refill time > 3 detik
d) Oliguria
e) Warna kulit pucat dan /sinopsis
4) Perubahan kontraktilitas
a) Terdengar suara jantung S3/S4
b) Enjection fraction (EF) menurun
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
1) Perubahan preload
(tidak tersedia)
2) Perubahan afterload
(tidak tersedia)
3) Perubahan kontraktilitas
(tidak tersedia)
4) Perilaku atau emosional
a) Cemas
b) Gelisah
Objektif
1) Perubahan preload
a) Murmur jantung
b) Berat badan bertambah
c) Pulmonary artery wedge pressure (PAWS) menurun
2) Perubahan afterload
a) Pulmonary vascular resistence (PVR) meningkat atau
menurun
b) Systemic vascular resistance (SVR) meningkat atau menurun
3) Perubahan kontraktilitas
a) Cardiac index (CI) menurun
b) Left ventrikuler strok work indeks (LVSWI) menurun
c) Stroke volume indeks (SVI) menurun
d) Perilaku atau emosional

21
(tidak tersedia)
Kondisi klinis terkait : Gagal jantung kongestif, Sindrom kororner
akut, Stenosis mitral , Regurgitasi mitral,
Stenosis aorta, Regurgitasi aorta, Stenosis
triskupidal, Regurgitasi triskkupidal,
Stenosis triskupidal , Regurgitasi pulmonal,
Aritmia , Penyakit jantung bawaan (PPNI,
2017, hal. 34).
d. Devisit Nutrisi
Devinisi
Asupan utrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme.
Penyebab
1. Ketidakmapuan menelan makanan
2. Ketidakmampuan mencerna makanan
3. Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
4. Peningkatan kebutuhan metabolisme
5. Fakteor ekonomi (mis. finansial tidak mencukupi)
6. Faktor psikologis (mis. stress, keengganan untuk makan)
Gejala dan tanda mayor
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
a) Bising usus hiperaktif
b) Otot pengunyah lemah
c) Otot menelan lemah
d) Membran mukosa pucat
e) Sariawan
f) Serum albumin turun
g) Rambut rontok berlebihan
h) Diare
Kondisi klinis terkait

22
1. Stroke
2. Parkinson
3. Mobius syndrome
4. Cerebral palsy
5. Cleft lip
6. Cleft palate
7. Amyotropic lateral sclerosis
8. Kerusakan neuromoskular
9. Luka bakar
10. Kanker
11. Infeksi
12. AIDS
13. Penyakit Crohn’s (PPNI, 2016, hal. 56).

23
3. Intervensi
a. Hipertermi
a) Tujuan
Pasien akan menunjukkan termoregulasi, yang dibuktikan
oleh indikator gangguan sebagai berikut( sebutkan 1-5 :
gangguan ekstrim, berat, sedang, ringan atau tidak ada
gangguan)
b) Kriteria hasil
a. Menunjukkan metode yang tepat untuk mengukur suhu
b. Menjelaskan tindakan untuk mencegah atau
meminimalkan peningkatan suhu tubu
c. Melaporkan tanda dan gejala dini hipertermia
Bayi akan :
a. Tidak mengalami gawat nafas, gelisah, atau letargi
b. Menggunakan sikap tubuh yang tidak dapat mengurangi
panas
c) Intervensi
Aktivitas keperawatan
a. Pantau aktivitas kejang
b. Pantau hidrasi (mis ; turgor kulit, kelembapan membran
mukosa)
c. Pantau tekanan darah, denyut nadi, dan frekuensi
pernafasan
d. Kaji ketetapan jenis pakaian yang digunakan, sesuai
dengan suhu lingkungan
Penyuluhan untuk pasien / keluarga
a. Ajarkan pasien atau keluarga dalam mengukur suhu
untuk mencegah dan mengenali secara dini
hipertermia(mis : stroke bahang dan keletihan akibat
panas)
b. Regulasi suhu (NIC) : ajarkan indikasi keletihan akibat
panas dan tindakan kedaruratan, jika perlu

24
Aktivitas kolaboratif
a. Regulasi (NIC) berikan obat antipiretik, jika perlu.
Gunakan matras dingin dan mandi air hangat untuk
mengatasi gangguan suhu tubuh, jika perlu
Aktivitas lain
a. Lepaskan pakaian yang berlebihan dan tutupi pasien
dengan selimut saja
b. Gunakan waslap dingin (atau kantong es yang dibalut
dengan kain) diaxsila, kening, tengkuk, dan lipat paha
c. Anjurkan asupan cairan oral, sedikitnya 20 liter sehari,
dengan tambahan cairan selama aktivitas yang
berlebihan atau aktivitas sedang dalam cuaca panas
d. Gunakan kipas yang berputar diruang pasien
e. Gunakan selimut pendingin (Judith M. Wilkinson, 2016,
hal. 216-218)
b. Keletihan
Kelelahan berhubungan dengan hipermetabolik dengan
peningkatan kebutuhan energi
Tujuan : Klien akan mengungkapkan secara verbal tentang
peningkatan tingkat energi
Intervensi :
a. Pantau tanda vital dan catat nadi baik istirahat maupun saat
aktivitas.
Rasional : Nadi secara luas meningkat dan bahkan istirahat ,
takikardia mungkin ditemukan
b. Ciptakan lingkungan yang tenang
Rasional : Menurunkan stimulasi yang kemungkinan besar
dapat menimbul- kan agitasi, hiperaktif, dan imsomnia
c. Sarankan pasien untuk mengurangi aktivitas
Rasional : Membantu melawan pengaruh dari peningkatan
metabolisme

25
d. Berikan tindakan yang membuat pasien merasa nyaman
seperti massage
Rasional : Meningkatkan relaksasi

c. Penurunan curah jantung


1) Tujuan: penurunan curah jantung tidak sensitif terhadap isu
keperawatan. Oleh karena itu, perawat sebaiknya tidak
bertindak secara mandiri untuk melakukannya upaya
kaloboratif perlu dan penting dilakukan.
2) Kriteria hasil :
a) Klien mempunyai indeks jantung dan fraksi ejeksi dalam
batas normal
b) Klien mempunyai haluaran urine, berat jenis urine, blood
urea nitrogen (BUN) dan kreatinin plasma dalam batas
normal
c) Klien mempunyai warna kulit yang normal
d) Menujukan peningkatan toleransi terhadap aktifitas fisik
(misalnya : tidak mengalami dispnea, nyeri dada, atau
sinkope)
e) Klien menggambarkan diet, obat, aktifitas, dan batasan
yang di perlukan (misalnya : untuk penyakit jantung)
f) Klien mengidentifikasi tanda dan gejala perburukan
kondisi yang dapat di laporkan.
3) Intervensi NIC
a) Reduksi pendarahan : membatasi kehilangan volume
darah selama episode perdarahan.
b) Perawatan jantung akut : membatasi komplikasi jantung
akibat ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen miokard yang mengakibatkan kerusakan fungsi
jantung
c) Promosi perfusi serebral : meningkatkan perfusi yang
adekuat dan membatasi komplikasi untuk pasien yang

26
mengalami atau beresiko mengalami keadekuatan perfusi
serebral
d) Perawatan sirkulasi : insufisiensi arteri : meningkatkan
sirkulasi arteri
e) Perawatan sirkulasi : alat bantu mekanis:memberi
dukungan temporer sirkulasi melalui penggunaan alat
atau pompa mekanis
f) Perawatan sirkulasi : insufisensi vena : meningkatkan
sirkulasi vena
g) Perawatan embolus : perifer : membatasi komplikasi
untuk pasien yang mengalami, atau berisiko mengalami
sumbatan sirkulasi perifer
h) Perawatan embolus : paru : membatasi komplikasi untuk
pasien yang mengalami, atau resiko mengalami sumbatan
sirkulasi paru
i) regulasi hemodinamik : mengoptimalkan frekuensi
jantung, preload, after load, dan kontraktilitas
j) Pengedalian hemoragi : menurunkan atau meniadakan
kehilangan darah yang cepat dalam jumblah banyak
k) Terapi intravena (IV) : memberi dan memantau cairan dan
obat intravena (IV)
l) Pemantuan neurologis : mengumpulkan dan menganalisis
data pasien untuk mencegah atau mminimalkan
komplikasi neurologis
m) Menejemen syok : jantung : meningkatkan keadekuatan
perfusi jaringan untuk pasien yang mengalami gangguan
fungsi pompa jantung
n) Menejemen syok : volume meningkatkan ke adekuatan
perfungsi jaringan untuk pasien yang mengalami
gangguan volume intravaskular berat

27
o) Pemantuan tanda vital : mengumpulkan dan menganalisis
data kardiovaskular, dan suhu tubuh untuk menentukan
dan mencegah komplikasi ( Wilkison, 2015, hal. 108)
d. Devisit nutrisi
Tujuan/Kreteria hasil
Memperlihatkan status nutrisi yang dibuktikanoleh indikator
sebagai berikut:
a. Asupan gizi
b. Asupan makanan
c. Asupan cairan
d. Energi
Contoh: menjelaskan komponen diet bergizi
adekuat(M.Wilkinson, 2016, hal. 284)
Contoh lain
Pasien akan:
a. Mempertahankan berat badan
b. Menjelaskan komponen diet begizi adekuat
c. Mengungkapkan tekad untuk mematuhi diet
d. Menoleransi diet yang dianjurkan
e. Mempertahankan massa tubuh dan berat badan dalam batas
normal
f. Memiliki nilai laboratorium misal transferin, albumin, dan
elektrolit dalam batas normal
g. Melaporkan tingkat energi yang adekuat (M.Wilkinson,
2016, hal. 284)
Aktivitas keperawatan
Pengkajian
a. Tentukan motivasi paasien untuk mengebuah kebiasaan
makan
b. Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhn
nutrisi

28
c. Pantau nilai laboratorium, khusunya transferin, albumin,
dan elektrolik
d. Manajeman nutrisi (NIC):
Mengetahui makanan kesukaan pasien
Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan
Timbang pasien pada interval yang tepat(M.Wilkinson,
2016, hal. 284)
Penyuluhan untuk pasien/ keluarga
a. Ajarkan metode untuk perencanaan makanan
b. Ajarkan pasien atau keluarga tentang makanan yng bergizi
dan tidak mahal
c. Berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan
bagaimana memenuhinya(M.Wilkinson, 2016, hal. 284)
Aktivitas kalaboratif
a. diskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuan
protein pasien yang mengalami ketidak adekuatan asupan
protein atau kehilangan protein
b. diskusikan dengan dokter kebutuhan stimulasi nafsu
makan, makan lengkap, pemberian makanan malalui siang,
dan nutrisi paraenta total asupan kalori yang adekuat dapat
dipertahankan
c. rujukan kepada dokter untuk menentukan penyebab
gangguan nutrisi(M.Wilkinson, 2016, hal. 285)
Aktivitas lain
a. buatlah perencanaan makanan dengan pasien yang
masuk dalam jadwal makan, lingkungan makan,
kesukaan dan ketidaksukaan pasien, serta suhu tubu
b. dukung anggota keluarga untuk membawa makanan
kesukaan pasien dari rumah
c. bantua pasien untuk menulias tujuan mingguan yang
realistis untuk latihan fisik dan asupan makanan

29
d. anjurkan pasien untuk menampilkan tujuan makanan dan
latihan fisik dilokasi yang terlihat jelas dan kaji ulang
setiap hari
e. tawarkan makanan porsi besar disinag hari ketika nafsu
makan tinggi (M.Wilkinson, 2016, hal. 285)

30
Daftar Pustaka
Wilkison. (2015). buku saku diagnosis keperawatan. Jakarta: EGC.
Doenges, M. B. (2002). Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC.
Jackson, M. D. (2014). Keperawatan Medikal bedah. Yogyakarta: Rapha
Publishing.
Judith M. Wilkinson, P. A. (2016). Diagnosa Keperawatan. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
M.Wilkinson, J. (2016). Dignosa Keperawatan Edisi 10. Jakarta: EGC.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis Edisi Jilid 2.
Yogyakarta: Mediaction.
PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta selatan: PPNI.
Wartunah, T. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia Proses Keperawtaan. Jakarta:
Salemba Medika.

31

Anda mungkin juga menyukai