Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

KETUBAN PECAH DINI

Disusun oleh : Kelompok 6

1. Virgi Anggraini 14.401.17.085


2. Vivi Emilatin Maulidiyah 14.401.17.086
3. Wahyu Wirayusika 14.401.17.087
4. Winarti 14.401.17.088
5. Wisnu Catur Sasongko 14.401.17.089
6. Yudistira Nglaras 14.401.17.090
7. Yuli Sulistiawati 14.401.17.091
8. Yuni Kurniawati 14.401.17.092

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA


PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
2016/2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya
sehingga kami dapa menyelesaikan makalah ini yang berjudul “KETUBAN PECAH DINI
(KPD)” dapat saya selesaikan dengan baik sebagai tugas mahasiswa D III Keperawatan di
Akademi Kesehatan Rustida. Makalah ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak, baik materi, moral maupun spiritual. Maka pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih kepada:

1. Semua Dosen Program Studi D III Keperawatan Akademi Kesehatan Rustida yang telah
mengajar kami dari yang belum mengerti menjadi mengerti.
2. Kedua orang tua dan seluruh keluarga yang telah mendukung dan membiayai kami untuk
menuntut ilmu di D III KEPERAWATAN RUSTIDA.
3. Dan kepada teman-teman kami yang telah bekerja sama untuk menyusun makalah ini
dengan selesai.

Kami menyadari karna makalah kami belum sempurna dan masih banyak kekurangan. Untuk
itu kami mohon untuk saran dan kritikannya. Semoga makalah ini bermanfaat kepada
penulis dan pembaca. Serta kepada ilmu perkembangan keperawatan yang ada.

Krikilan, 17 September 2019


BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ketuban pecah dini adalah keluarnya cairan dari jalan lahir/vagina sebelum
proses kelahiran. (Fadlun & achmad,2011)
Ketuban pecah premature yaitu pecahnya membrane khorio-amniotik sebelum
onset persalinan atau disebut juga premature rupture of membrane/prelabour rupture
of membrane/PROM. (Fadlun & achmad,2011)
Ketuban peccah premature pada petern yaitu pecahnya membrane chorio-
amniotik sebelum onset persalinan pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu atau
disebut juga peterm premature of membrane/ peterm prelabour rupture of membrane .
(Fadlun & achmad,2011).
Angka insiden dari PROM adalah 6-19% kehamilan, sedangkan PROM adalah
2%. Penyebab dari KPD tidak atau masih belum diketahui secara jelas sehingga
usaha preventif tidak dapat dilakukan, kecuali usaha menekan infeksi.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Menjelaskan Tentang Ketuban Pecah Dini
2. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan Ketuban Pecah Dini

C. TUJUAN
1. Dapat Memahami Secara Teori Tentang Ketuban Pecah Dini

D. MANFAAT
Mahasiswa diharapkan mampu :
1. Mengerti pengertian Ketuban Pecah Dini
2. Memahami etiologi Ketuban Pecah Dini
3. Mengerti Manifestasi klinis Ketuban Pecah Dini
4. Mengerti patofisiologi Ketuban Pecah Dini
5. Mengerti factor predisposisi dan presipitasi Ketuban Pecah Dini
6. Mengerti tentang komlikasi Ketuban Pecah Dini
7. Pemeriksaan penunjang Ketuban Pecah Dini
8. Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP MEDIS
1. Definisi
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu
bila pembukaan pada primi kurang dari 5cm (prawirohardjo, 2008).
Ketuban pecah dini adalah keluarnya cairan berupa air dari vagina setelah
kehamilan berusia 22 minggu sebelum proses persalinan berlangsung dan dapat
terjadi pada kehamilan preterm sebelum kehamilan 37 minggu maupun kehamilan
aterm. (saifudin, 2006).
Ketuban pecah dini adalah ketuban yang pecah spontan yang terjadi pada
sembarang usia kehamilan sebelum persalinan dimulai (William,2001)
ketuban pecah dini didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya
melahirkan. Hal ini dapat terjaddi paa akhir kehamilan maupun jauh sebelum
waktunya melahirkan. KPD preterm adalah KPD sebelum kehamilan 37 minggu.
KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum
waktunya melahirkan. (Rukiyah dan Yuliati 2010)
ketuban dinyatakan pecah dini bila terjadi sebelum proses persalinan
berlangsung. Ketuban pecah dini disebabkan oleh berkurangnya kekuatan
membrane atau meningkatnya tekanan intra uterin atau oleh kedua faktor tersebut.
Berkurangnya kekuatan membrane disebabkan adanya infeksi yang dapat berasal
dari vagina serviks. (Prawiroharjo, 2002)

2. Etiologi
Menurut (Rukiyah dan Yuliati 2010) Menjelang usia kehamilan cukup bulan
kelemahan fokal terjadi pada selaput janin diatas serviks internal yang memicu
robekan dilokasi ini. Beberapa proses patologis (termasuk perdarahan dan infeksi)
dapat menyebabkan terjadinya KPD. Menurut Maryunani dan Eka puspita, 2013
1) Pengantar
a) Tidak diketahui atau masih belum jelas, maka preventif tidak dapat
dilakukan, kecuali dalam usaha menekan infeksi.
b) Dapat dihubungkan dengan hidramnion, kehamilan multiple, persalinan
preterm, inkompeten servikal, trauma dan amnionitis.
c) Beberapa laporan menyebutkan faktor-faktor yang berhubungan erat
dengan KPD, namun faktor-faktor mana yang lebih berperan sulit
diketahui.
2) Kemungkinan yang menjadi faktor predisposisi adalah
a) Infeksi: infeksi yang terjadi secara lansung pada selaput ketuban maupun
asendern dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan
terjadinya KPD.
b) Serviks yang inkompetensial, kanalis servikalis yang selalu terbuka oleh
karena kelainan pada serviks uteri (akibat persalinan, curetage).
c) Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan
(overdistensi uterus) misalnya trauma, hidramnion, gemelli. Trauma oleh
beberapa ahli disepakati sebagai faktor predisposisi atau penyebab
terjadinya KPD trauma yang didapat misalnya hubungan seksual,
pemeriksaan dalam, maupun amnosintesis menyebabkan terjadinya KPD
karena biasanya disertai infeksi.
d) Kelainan letak, misalnya sungsang , sehingga tidak ada bagian terendah
yang menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan
terhadap membare bagian bawah.
e) Keadaan sosial ekonomi
3) Faktor lain:
a) Faktor golongan darah. Akibat golongan darah ibu dan anak yang tidak
sesuai dapat menimbulkan kelemahan bawaan termasuk kelemahan
jaringan kulit ketuban.
b) Faktor disproporsi antar kepala janin dan panggul ibu
c) Faktor multi graviditas, merokok dan pendarahan antepartum.
d) Defisiensi gizi dari tembaga atau asam askorbat (vitamin C)

3. Manifestasi klinis
Menurut Maryunani dan Eka puspita, 2013
a) Tanda yang terjadi adalah keluarnya air ketuban merembes melalui vagina.
b) Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan
tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna
darah.
c) Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai
kelahiran.. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung
janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.

4. Patofisiologi
Menurut (Sukarni, 2014) mekanisme terjadinya ketuban pecah dini dapat
berlangsung sebagai berikut:
a) Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan
vaskularisasi.
b) Bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangan lemah dan
mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban.
c) Ascending infection, pecahnya ketuban menyebabkan ada hubungan langsung
antara ruang intraamnion dengan dunia luar.
d) Infeksi intraamnion bisa terjadi langsung pada ruang amnion, atau dengan
penjalaran infeksi melalui dinding uterus, selaput janin, kemudian keruang
intraamnion.
e) Mungkin juga jika ibu mengalami infeksi sistemik, infeksi intrauterine
menjalar melalui plasenta (sirkulasi fetomaternal).
f) Kuman yang sering ditemukan. Streptococcus, Staphylococcus (gram positif),
Bacteroides, Peptococcus (anaerob).

5. Faktor Predisposisi Dan Presipitasi


Faktor resiko ketuban pecah dini persalinan preterm
1. Kehamilan multiple: kembar dua (50%), kembar 3 (90%)
2. Riwayat persalinan preterm sebelumnya
3. Perdarahan pervagina
4. PH vagina diatas 4,5
5. Kelainan atau kerusakan selaput ketuban
6. Flora vagina abnormal
7. Fibronectin > 50mg/ml
8. Kadar CRH (corticotropin releasing hormone) maternal tinggi misalnya pada
stress psikologis, dsb, dapat menjadi stimulasi persalinan oreterm
9. Inkompetensi serviks (leher Rahim)
10. Polihidramnion (cairan ketuban berlebih)
11. Riwayat ketuban pecah dini sebelumnya
12. Trauma
13. Serviks tipis/ kurang dari 39mm, serviks yang pendek <25mm pada usia
kehamilan 23 minggu
14. Infeksi pada kehamilan seperti bacterial vaginosis
(Sukarni, 2014)

6. Komplikasi
Menurut (James R Scott. 2002)
a) Ibu
a. Infeksi maternal: korioamnionitis (demam > 38°C, takikardi, leukositosis,
nyeri uterus, cairan vagina berbau busuk atau bernanah, DJJ meningkat),
endometriatis, infeksi intra partum (korioamnionitis) ascendens dari vagina
ke intrauterine.
b. Persalinan preterm, jika terjadi pada usia kehamilan preterm.
c. Prolaps tali pusat, bisa sampai gawat janin dan kematian janin akibat
hipoksia (sering terjadi pada presentasi bokong atau letak lintang)
d. Oligohidramnion, bahkan sering partus kering (dry labor) karena air
ketuban habis.
e. Komplikasi infeksi intrapartum.
f. Komplikasi ibu: endometriatis, penurunan aktivitas myometrium
(dystonia, atonia), sepsis cepat (karena daerah uterus dan intamnion
memiliki vaskularisasi sangat banyak), dapat terjadi syok septik sampai
kematian ibu.
b) Komplikasi pada anak
a. Penekanan tali pusat (prolapsus): gawat janin, asfiksia janin, sepsis
perinatal sampai kematian janin
b. Trauma pada waktu lahir
c. Premature

7. Pemeriksaan Penunjang
a) Hitung darah lengkap dengan apusan darah:
Leukositosis digabung dengan peningkatan bentuk batang pada apusan tepi
menunjukkan infeksi intrauterine
b) Diagnosis banding:
a. Diagnosis banding hams mencangkup kemungkinan inkontenensia urin
b. Karena urin biasanya asam, perbandingan PH urin dan PH vagina
membantu dalam membedakan.
c) Ultrasonografi
a. Pengukuran diameter biparietal, sirkumferensia tubuh janin, dan
panjangnya lendir, memberikan perkiraan umur kehamilan.
b. Diameter biparietal lebih besar dari 9,2 cm pada pasien non diabetes atau
plasenta tingkat III biasanya berhubungan dengan maturitas paru janin.
c. Sonografi dapat mengidentifikasi kehamilan ganda, anomaly janin, atau
melokalisasi kantong cairan amnion pada aminosentesis.
d) Amniosentesis
a. Cairan amnion dapat dikirim kelaboratorium untuk evaluasi kematangan
paru janin
b. Pewarnaan gram dan hitting koloni kuantitatif membuktikan adanya
infeksi intrauterine.
e) Pemantauan janin. Membantu dalam evaluasi janin
f) Protein C-reaktif: peningkatan protein C-reaktif serum menunjukkan
peringatan awal korioamnionitis.

8. Penatalaksanaan
a) Konservatif
1. Rawat rumah sakit dengan tirah baring
2. Tidak ada tanda-tanda infeksidan gawat janin
3. Umur kehamilan kurang 37 minggu
4. Antibiotic profilaksis dengan amoksisilin 3 x 500 mg selama 5 hari
5. Memberikan tokolitik bila ada kontraksi uterus dan memberikan
kortikostiroid untuk mematangkan fungsi paru janin
6. Jangan melakukan pemeriksaan dalam vagina kecuali ada tanda-tanda
persalinan
7. Melakukan terminasi kehamilan bila ada tanda-tanda infeksi atau gawat
janin
8. Bila dalam 3 x 24 jam tidak ada pelepasan air dan tidak ada kontraksi
uterus maka lakukan mobilisasi bertahap. Apabila pelepasan air
berlangsung terus, lakukan terminasi kehamilan.
b) Aktif:
1. Bila dididapatkan infeksi berat maka berikan antibiotic dosis tinggi. Bila
ditemukan tanda-tanda impartu, infeksi dan gawat janin maka lakukan
terminasi kehamilan.
2. Induksi atau akselerasi persalinan.
3. Lakukan seksiosesaria bila induksi atau akselerasi persalinan mengalami
kegagalan.
4. Lakuka seksio histerektomi bila tanda-tanda infeksi uterus berat ditemukan
c) Hal-hal yang harus diperhatikan saat terjadi pecah ketuban
Hal yang harus segera dilakukan
1. Pakai pembalut tipe keluar banyak atau handuk yang bersih
2. Tenangkan diri jangan bergerak terlalu banyak
3. Ambil nafas
Hal yang tidak boleh dilakukan
1. Tidak boleh berendam dala bath tub, karena bayi ada resiko terinfeksi
kuman
2. Jangan bergerak mondar mandir atau berlari kesana-kemari karena air
3. Ketuban akan terus keluar. Berbaringlah dengan pinggang diganjal supaya
lebih tinggi.
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang
sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam, 2008).
1) Biodata klien
Biodata klien berisi tentang : Nama, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Suku,
Agama, Alamat, No. Medical Record, Nama Suami, Umur, Pendidikan,
Pekerjaan , Suku, Agama, Alamat, Tanggal Pengkajian.
2) Keluhan utama
keluar cairan warna putih, keruh, jernih, kuning, hijau atau kecoklatan sedikit
atau banyak, pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah
kering, inspeksikula tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak
ada dan air ketuban sudah kering.
3) Riwayat menstruasi
Umur menarchi pertama kali, lama haid, jumlah darah yang keluar,
konsistensi, siklus haid, hari pertama haid dan terakhir, perkiraan tanggal
partus.
4) Riwayat Obstetris
Berapa kali dilakukan pemeriksaan ANC, hasil laboraturium : USG , darah,
urine, keluhan selama kehamilan termasuk situasi emosional dan impresi,
upaya mengatasi keluhan, tindakan dan pengobatan yang diperoleh
5) Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang pernah di diderita pada masa lalu, bagaimana cara pengobatan
yang dijalani nya, dimana mendapat pertolongan, apakah penyakit tersebut
diderita sampai saat ini atau kambuh berulang – ulang
6) Riwayat kesehatan keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang diturunkan secara
genetic seperti panggul sempit, apakah keluarga ada yg menderita penyakit
menular, kelainan congenital atau gangguan kejiwaan yang pernah di derita
oleh keluarga.
7) Data biologis
a. Bernapas
Tanyakan kesulitan dalam bernapas terutama setelah pembedahan.
b. Makan dan Minum
Tanyakan bagaimana kebisaan makan dan minum pasien apakah telah
mengandung zat gizi.
c. Eliminasi
Tanyakan kebiasaan dan kesulitan atau masalah dalam BAB dan BAK.
d. Istirahat dan Tidur
Perlu ditanyakan bagaimana kebiasaan dan masalah apa yang dapat
menganggu istirahat dan tidur pasien.
e. Gerak dan Aktifitas
Observasi hal-hal yang dapat dilakukan oleh pasien sebelum dan setelah
aktifitas.
f. Kebersihan Diri
Observasi kebersihan diri terutama payudara dan vulva.
g. Berpakaian
Tanyakan kebiasaan mengganti pakaian .
h. Pengaturan Suhu Tubuh
Tanyakan apakah pasien selama hamil dan pasca pembedahan
mengalami peninggkatan suhu tubuh dan penurunan suhu tubuh.
i. Seksualitas
Tanyakan pola seksualitas dan frekuensi sebelum,saat dan setelah hamil
serta keluhan saat melakukan hubungan seksual.
j. Data Psikologis
a) Rasa nyaman
Tanyakan ketidak nyamanan yang dirasakan pasca melahirkan.
b) Rasa aman
Kaji hal-hal yang berkaitan dengan kecemasan pasien.
8) Data Sosial
a. Sosial
Tanyakan tentang interaksi atau tingkat ketergantungan pasien terhadap
orang lain.
b. Konsep Diri
1. Identitas Diri
Tanyakan pada pasien apakah sudah merasa sudah menjadi seorang
ibu.
2. Harga Diri
Tanyakan pada pasien apakah merasa minder atau senang dengan
kehadiran anaknya.
3. Ideal Diri
Tanyakan pada pasien apakah ada cita-cita untuk merawat anaknya.
4. Gambaran Diri
Tanyakan pendapat tentang dirinya.
5. Peran Diri
Tanyakan pada pasien sadarkah pada perannya sekarang setelah
memiliki anak.
6. Bermain dan Berekreasi
Tanyakan pada kebiasaan pengisian waktu luang.
7. Prestasi
Kaji hal-hal yang membanggakan dari pasien yang ada hubungan
dengan kondisinya.
8. Belajar
Kaji tingkat pengetahuan pasien dengan sectio caesarea meliputi
perawatan lika,perawatan payudara,kebersihan vulva atau cara
cebok yang benar,nutrisi KB,seksual serta hal-hal yang perlu
ditanyakan tentang perawatan bayi yang ,merawat tali pusat dan cara
meneteki yang benar.
9) Data Spritual
Kaji kepercayaan pasien terhadap tuhan.
10) Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Observasi kesadaran, bangun tubuh, postur tubuh dan keadaan kulit
b. Gejala Kardinal
Observasi vital sign seperti suhu, tekanan darah, nadi dan respirasi
c. Ukuran ukuran lain
Kaji berat badan sebelum, saat hamil, saat pengkajian dan tinggi badan.
d. Keadaan fisik
1. Kepala
Observasi kulit kepala, kebersihan, adanya nyeri tekan
2. Muka
Pucat, koloasma gravidarum, adanya nyeri tekan, adanya odema
3. Mata
Observasi pergerakan bola mata, adanya nyeri tekan, konjungtiva
pucat atau tidak
4. Hidung
Observasi kesimetrisan, adanya sekret, adanya nyeri tekan,
pernafasan cuping hidung
5. Telinga
Observasi kesimetrisan, adanya nyeri tekan, kebersihan,
pendengaran
6. Mulut
Observasi membran mukosa, lidah, stomatis, adanya pembesaran
tonsil, kebiruan dan karies.
7. Leher
Bendungan vena jugularis, pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar
limfe.
8. Torak
Observasi pergerakan otot dada saat bernafas, retraksi otot dada,
adanya wheezing, rhonci dan bunyi jantung
9. Payudara
Bentuk simetris atau tidak, kebersihan, keadaaan puting susu,
hiperpigmentasi aerola mamae, lecet/luka, pembengkakan buah
dada, pengeluaran (kolostrum, asi, nanah)
10. Abdomen
Kontraksi uterus, tinggi fundus uteri, keadaan luka post operasi,
distensi kandung kemih, bising usus, terdapat strie
11. Ekstremitas
Kemampuan pergerakan, cianocis dan odema
12. Genetalia
Kebersihan, pengeluaran rochea (jumlah, warna, bau, konsistensi)
haemoroid
13. Datapenunjang
Mencakup semua pemeriksaan yang menunjang keadaan pasien
seperti data laboratorium.

2. DIAGNOSA
1) resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif, pecah ketuban,
kerusakan kulit, penurunan hemoglobin, pemajanan pada pathogen
2) Nyeri akut : nyeri berhubungan dengan terjadi nya ketegangan otot Rahim
3) Ansietas berhubungan dengan kurang nya pengetahuan atau konfirmasi
tentang Penyakit
4) Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya nyeri, peningkatan HIS
5) Intoleransi aktifitas b.d. kelemahan fisik
(Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia, 2016)

3. INTERVENSI
1) Risiko infeksi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan risiko infeksi dapat teratasi
Kriteria hasil:
d) Tidak ada tanda-tanda infeksi di daerahluka
e) Tanda-tanda vital dalam batas normal : Tekanan darah
120/80mmHg, Nadi 80-100x/menit, Pernapasan 18-

24x/menit, Suhu36,5-37,5oC
Intervensi :
1. Ajarkan pasien dan keluarga mengenai tanda dan gejala infeksi dan kapan
harus melaporkannya kepada penyedia perawatan kesehatan
Rasional : Agar keluarga pasien dapat melaporkan tanda infeksin segera
2. Ganti peralatan perawatan per pasien sesuai protocol institusi Rasional :
Untuk mencegah infeksi
3. Ajarkan cara cuci tangan
Rasional : Untuk mengajarkan cara cuci tangan yang benar
2. Pastikan teknik perawatan luka yangtepat
Rasional : Agar luka cepat sembuh dan tidak terjadi infeksi
2) Nyeri akut
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri
berkurang atau hilang.
Kriteria Hasil :
(a) Pasien mengatakan nyeri hilang atau berkurang dengan skala 0 –3.
(b) Ekspresi wajahrileks
(c) Tanda-tanda vital dalam batas normal : Tekanan darah 120/80mmHg,

Nadi 80-100x/menit, Pernapasan 18- 24x/menit, Suhu36,5-37,5oC.


Intervensi :
3. Mengkaji karakteristiknyeri
Rasional : Mengetahui karakteristik nyeri
4. Berikan kesempatan waktu istirahat bila terasa nyeri dan berikan posisi
yangnyaman
Rasional : Memberikan kenyamanan pada pasien
5. Kolaborasikan dengan dokter dalam pemberian analgetik
Rasional : Untuk memberi terapi yang tepat
3) Ansietas
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama diharapkan
kecemasan hilang atauberkurang.
Kriteria Hasil:
(a) Pasien mengatakan perasaan cemasnya berkurang atauhilang.
(b) Terciptanya lingkungan yang aman dan nyaman bagipasien.
(c) Pasien tampakrileks.
(d) Tanda – tanda vital dalam batas normal : Tekanan darah 120/80 mmHg,

Nadi 80-100x/menit, Pernapasan 18- 24x/menit, Suhu36,5-37oC


(e) Keluarga atau orang terdekat dapat mengenal dan
mengklarifikasi rasatakut.
(f) Pasien mendapat informasi yang akurat, serta prognosis dan
pengobatan dan klien mendapat dukungan dari keluarga
terdekat.
Intervensi:
1. Gunakan pendekatan yang tenang dan menyakinkan
Rasional : Agar tercipta hubungan saling percaya
2. Berikan informasi factual terkait diagnosis, perawatan dan
prognosis
Rasional:Memberikaninformasiterkait diagnosis,
perawatan danprognosis
3. Dorong keluarga untuk mendampingi klien dengan cara
yangtepat
Rasional : Agar tidak terjadi kecemasan yang berlanjut
4. Atur penggunaan obat-obatan untuk mengurangi
kecemasan secara tepat
Rasional : Memberikan obat yang tepat untuk mengurangi
kecemasan
4) Intolerasi aktivitas
Tujuan :
Contoh menggunakan bahasa NOC
a. Menoleransi aktivitas yang biasa dilakukan, yang dibutikan oleh :
toleransi aktivitas,ketahanan dan penghematan energi
b. Mendomenstrasikan penghematan energi, yang dibuktikanoleh
indikator sebagai berikut ( yaitu, tidak pernah, jarang, kadang kadang,
sering, atau selalu ditunjukan )
c. Menyadari keterbatasan energi
d. Menyeimbangkan aktivitas dan istirahat
e. Melaporkan tingkat ketahanan yang kuat untuk aktifitas
Pasien akan :
a. Mengidentifikasi aktivitas atau situasi yang menimbulkan kecemasan
yang dapat mengakibatkan intoleran aktivitas
b. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik yang dibutuhkan dengan
peningkatan normal denyut jantung, frekuensi pernapasan, dan tekanan
darah serta memantau pola tersebut dalam batas normal
c. Melaporkan bebas dan dispnea, kesulitan bernafas, dan keletihan
melakukan aktivitas sehari hari
d. Melakukan perubahan yang hidup yang diperlukan untuk penghematan
enrgi.
Aktivitas Keperawatan
Pengkajian
a. Tentukan pengetahan dan pemahaman terhadap keterbatasan energi
oleh klien dan orang terdekat
b. Pantau tingkat energi dan toleransi pasien terhadap aktivitas
c. Identifikasi kendala untuk beraktivitas
d. Rujuk pada diagnosis itoleran aktivitas, untuk pengkajian yang lain
Penyuluhan untuk pasien
a. Susun rencana yang realistis untuk proses adaptasi terhadap
keterbatasan pasien
b. Gali bersama pasien dampak spesifik ketidakaktifan
c. Instruksikan pasien dan keluarga untuk memberitahu penyedia layanan
primer jika keletihan terys menerus terjadi
d. Manajemen Energi (NIC)
Ajarkan pasien dan orang terdekat pasien tentang teknik keperawatan
diri lain yang terdapat minimalkan konsumsi oksigen (misal,
pemantauan mandiri, dan teknik langkah untuk melakukan aktifitas
kehidupan sehari hari)
Ajarkan pengaturan aktivitas dan teknik manajemen waktu untuk
mencegah keletihan.
Aktivitas Lain
a. Dapatkan bantuan dari keluarga dalam usaha mendukung dan
mendorong pasien untukmenyelesaikan aktivitas
Berikan dukungan dalam pengambilan keputusan (dan lainnya) selama
periode penyakit atau stres yang tinggi. (Wilkinson, 2014)
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpilan
ketuban pecah dini didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya
melahirkan. Hal ini dapat terjaddi paa akhir kehamilan maupun jauh sebelum
waktunya melahirkan. KPD preterm adalah KPD sebelum kehamilan 37 minggu.
KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya
melahirkan.

B. Saran
Semoga dengan adanya makalah ini yang membahas tentang konsep asuhan
keperawatan pada “KETUBAN PECAH DINI” bias bermanfaat. Kritikan dan saran
sangat bermanfaat untuk menjadikan makalah ini lebih sempurna.
DAFTAR PUSTAKA

Bibliography

Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. (2016). Jakarta Selatan: PPNI.

Candranita Maunaba, d. (2009). Buku Ajar Patologi Obsterti. Jakarta: EGC.

Prawiroharjo. (2008). Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT.Bina Pustaka .

Saifuddin. (2006). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternitas dan Neonatal.
Jakarta: YBP-SP.

Sukarni, I. (2014). Patologi : kehamilan, persalinan, nifas dan neonatus resiko tinggi.
Yogyakarta: Nuha Medika.

Wilkinson, J. M. (2014). Diagnosis Keperawatan. Jakarta: penerbit buku kedokteran.EGC.

Anda mungkin juga menyukai