Di Susun Oleh :
Indah Amalia 202002T116
Shela Rindayanti 202002T120
Ana Kriswahyudi 202002T120
Mesitun Prasetyani 202002T121
Suyud Sicaksono 202002T123
Agung Prayetno 202002T126
Hary Agung Prasetyowo 202002T127
Delta Kurnia Wintara 202002T129
Azizatul Muniro 202002T131
Luvi Dwi Krisdayanti 202002T135
Nur Itikavia 202002T136
Imelda Arofah 202002T137
Anita Sugiartanti 202002T138
Srikanti 202002T133
Andini Setyaningrm 202002T134
Agung Budi Santosa 202002T139
Lasiono 202002T140
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu memahami tentang komunikasi dalam keperawatan
1.2.2 Tujuan Khsus
1. mahasiswa mampu memahami tentang komunikasi keperawatan
2. mahasiswa mampu memahami tentang tujuan komunikasi keperawatan
3. mahasiswa mampu memahami tentang prinsip-prinsip komunikasi keperawatan
4. mahasiswa mampu memahami tentang pengaruh komunikasi keperawatan
5. mahasiswa mampu memahami tentang penerapan komunikasi keperawatan di
lingkungannya
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sistem Komunikasi Kelompok
2.1.1 Pengertian Komunikasi Kelompok
Komunikasi kelompok dapat didefinisikan sebagai pertukaran informasi antara
mereka yang memiliki kesamaan dalam hal budaya, linguistik, dan/atau geografi.
Hal ini ditegaskan oleh Rakhmat (2001 :140) yang menyatakan bahwa komunikasi
kelompok digunakan untuk saling bertukar informasi, menambah pengetahuan,
memperteguh atau mengubah sikap dan perilaku, mengembangkan kesehatan jiwa,
dan meningkatkan kesadaran.
Secara Teori Komunikasi Kelompok merupakan sebuah kegiatan atau interaksi
yang dilakukan oleh beberapa orang di dalam sebuah perkumpulan seperti
pertemuan, diskusi, rapat atau berkumpul di suatu tempat dengan jumlah peserta
yang relatif kecil. Dengan kata lain, komunikasi kelompok adalah sebuah
pertukaran informasi atau pesan yang terjadi secara langsung atau bertatap muka
antara tiga orang atau lebih. Peran Komunikasi Kelompok bukan hanya sebagai
sarana atau alat pertukaran informasi saja, melainkan memiliki puluhan peran yang
sejalan dengan tujuan dari dibentuknya sebuah kelompok. Tujuan dibentuknya
sebuah kelompok secara tidak langsung sebenarnya akan menjadi tujuan dari
komunikasi kelompok itu sendiri.
2.1.2 Prinsip-Prinsip Dasar Komunikasi Kelompok
Kelompok merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan dari aktivitas kita sehari-
hari. Kelompok baik yang bersifat primer maupun sekunder, merupakan wahana bagi
setiap orang untuk dapat mewujudkan harapan dan keinginannya berbagi informasi
dalam hampir semua aspek kehidupan. Ia bias merupakan media untuk mengungkapkan
persoalan-persoalan pribadi (keluarga sebagai kelompok primer), ia dapat merupakan
sarana meningkatkan pengetahuan para anggotanya (kelompok belajar) dan ia bias pula
merupakan alat untuk memecahkan persoalan bersama yang dihadapi seluruh anggota
(kelompok pemecahan masalah). Jadi, banyak manfaat yang dapat kita petik bila kita
ikut terlibat dalam sesuatu kelompok yang sesuai dengan rasa ketertarikan (interest)
kita. Orang yang memisahkan atau mengisolasi dirinya dengan orang lain adalah orang
yang penyendiri, orang yang benci kepada orang lain (misanthrope) atau dapat
dikatakan sebagai orang yang antisosial.
2.1.3 Tujuan Komunikasi Kelompok
Dari beberapa faktor-faktor di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa setiap
kelompok akan memiliki sebuah citra yang baik di mata masyarakat jika seluruh faktor
di atas dapat dipenuhi dan digunakan atau dilakukan dengan baik. Ketika faktor-faktor
di atas sudah dilakukan dengan baik, maka tujuan dari sebuah komunikasi kelompok
akan langsung terlihat oleh setiap anggota kelompok. Tujuan komunikasi kelompok
sebenarnya akan paling dipengaruhi oleh jenis dan fungsi dari sebuah kelompok itu
sendiri. Sebagai contoh, tujuan dari komunikasi kelompok yang dilakukan oleh siswa
sekolah tentunya akan berkaitan dengan kegiatan sekolah yang mereka kerjakan secara
berkelompok. Meskipun begitu, secara garis besar komunikasi kelompok memiliki
tujuan sebagai berikut :
1. Menjalin hubungan sosial antar individu
2.4 Proses Komunikasi Kelompok Dalam Metode Pembelajaran Sentra Untuk Membentuk
Kemandirian Anak
2.4.1 Tinjauan Tentang Kemandirian Anak Pembelajaran Sentra
Pembelajaran berbasis sentra merupakan metode yang paling mutakhir yang
dilaksanakan di lingkungan pendidikan anak usia dini; dengan karakteristik utamanya
memberikan pijakan untuk membangun konsep aturan, ide, dan pengetahuan anak serta
konsep densitas dan intensitas bermain. (Mulyasa, 2012: 149). Metode pembelajaran ini
berfokus pada anak yang dalam metode pembelajarannya berpusat di sentra bermain dan
pada saat anak dalam lingkaran. Pada umumnya pijakan dalam metode ini mendukung
perkembangan anak, yaitu pijakan setelah bermain. Pijakan ini diberikan untuk mencapai
perkembangan yang lebih tinggi. Sentra bermain dilengkapi dengan seperangkat alat
bermain yang berfungsi sebagai pijakan lingkungan yang diperlukan untuk mendukung
perkembangan anak dalam tiga jenis bermain, yaitu bermain sensori motor atau fungsional,
bermain peran, dan bermain pembangunan (konstruktif, yaitu membangun pemikiran
anak).
Mursid (2012) Metode ini menekankan pada pembelajaran sistem sentra,
sementara intervensi pamong dalam pembelajaran lebih diminimalisasi. Pembelajaran
dengan metode ini mengacu pada 4 pijakan yang ada, yaitu sebagai berikut:
1. Pijakan Lingkaran Main
2. Pijakan Pengalaman Sebelum Bermain
3. Pijakan Pengalaman Main Setiap Anak
4. Pijakan Pengalaman Setelah Main. Empat pijakan tersebut merupakan pijakan yang
besifat umum yang harus dilakukan oleh pamong pendidikan anak usia dini dalam
proses pembelajaran dengan menggunakan metode sentra.
Tujuan dari Beyond Centre and Circle Time yang dimaknai sebagai sentra dan saat
lingkaran menurut Mursid dalam bukunya Pengembangan Pembelajaran PAUD adalah
sebagai berikut:
1. Metode ini ditujukan untuk merangsang seluruh aspek (kecerdasan jamak) melalui
bermain yang terarah.
2. Metode ini menciptakan setting pembelajaran anak yang merangsang anak untuk
aktif
3. kreatif, dan terus berpikir dengan menggali pengalamannya sendiri (bukan sekedar
mengikuti perintah, meniru atau menghafal).
4. Dilengkapi dengan standar operasional yang baku, yang berpusat pada sentra-sentra
kegiatan dan saat anak berada dalam lingkaran bersama pendidik sehingga mudah
diikuti. (Mursid,
2017: 35)
2.4.2 Tinjauan Tentang Kemandirian Anak
Kata kemandirian berasal dari kata dasar diri yang mendapatkan awalan “ke” dan
akhiran “an” yang kemudian membentuk suatu kata keadaan atau kata benda. Karena
kemandirian berasal dari kata dasar diri, pembahasan mengenai kemandirian tidak
dapat dilepaskan dari pembahasan mengenai perkembangan diri itu sendiri, yang dalam
konsep Carl Rogers disebut dengan istilah self oleh Brammer dan Shostrom (1982)
karena diri itu merupakan inti dari kemandirian (Ali, 2006: 109).
Kemandirian juga berasal dari kata “independence” yang diartikan sebagai suatu
kondisi dimana seseorang tidak tergantung kepada orang lain dalam menentukan
keputusan dan adanya sikap percaya diri (Chaplin, 1996: 105).
Parker juga bependapat bahwa kemandirian juga berarti adanya kepercayaan
terhadap ide-ide diri sendiri. Kemandirian berkenaan dengan menyelesaikan sesuatu hal
sampai tuntas. Kemandirian berkenaan dengan hal yang dimilikinya tingkat kompetensi
fisikal tertentu sehingga hilangnya kekuatan atau koordinasi tidak akan pernah terjadi
di tengah upaya seseorang mencapai sasaran. Kemandirian berarti tidak adanya
keraguraguan dalam menetapkan tujuan dan tidak dibatasi oleh kekuatan akan
kegagalan (Parker, 2006: 226).
Dari berbagai pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa kemandirian adalah
suatu keadaan seseorang dimana seseorang berusaha berdiri sendiri dalam arti tidak
bergantung pada orang lain dalam keputusan dan mampu melaksanakan tugas hidup
dengan penuh tanggung jawab.
2.4.3 Berdasarkan penelian
Dalam setiap proses komunikasi setidaknya melibatkan beberapa komponen
komunikasi. Proses komunikasi dibedakan menjadi dua tahap, yaitu proses komunikasi
primer dan proses komunikasi sekunder. Proses komunikasi primer merupakan proses
penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan
menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Dimana lambang sebagai media primer
dalam proses komunikasi adalah pesan verbal (bahasa), dan pesan non-verbal (gesture,
isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya) yang secara langsung dapat atau mampu
menerjemahkan pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan. Efek yang
ditimbulkan juga positif, arahan yang disampaikan dalam proses komunikasi untuk
meningkatkan kemandirian anak tercapai dengan baik, hal ini dibuktikan dari
wawancara yang telah dilakukan dengan guru dan juga orang tua murid. Informan kunci
dan informan pendukung mengatakan bahwa memang kemandirian anak terbentuk
secara perlahan dengan komunikasi yang terus dilakukan.
Proses komunikasi antara guru dan anak di TK Zaid bin Tsabit berlangsung dengan
baik dan juga menarik. Guru melakukan pendekatan secara perlahan kepada anak, guru
membuat anak nyaman ketika berada di sekolah, guru juga memberikan arahan secara
perlahan untuk membentuk kemandirian anak. Komunikasi yang terjadi dalam metode
pembelajaran sentra adalah komunikasi dua arah, karena guru tetap mengizinkan anak
untuk memeberikan pendapat meskipun terkadang anak lebih memilih diam.
Komunikasi verbal dan komunikasi non-verbal yang dilakukan memang memberikan
efek untuk membentuk kemandirian anak.
2.5 Komunikasi Kelompok Dalam Membentuk Karakter Anak Pada Kelas Pre School
2.5.1 Penerapan kounnikasi kelompok pada proses belajar mengajar di kelas pre school
1. Komunikasi kelompok secara verbal
Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan bahasa dan tulisan atau
merupakan bentuk komunikasi berupa kata-kata yang diucapkan secara lisan dan
tulisan yang umum digunakan oleh orang banyak, hal ini karena komunikasi verbal
sangat mudah dipahami oleh anak-anak kelas pre school. Dengan menggunakan
komunikasi secara verbal dalam proses belajar mengajar guru-guru dapat
memberikan pemahaman materi kepada murid-murid tersebut melalui program
belajar yang telah ditetapkan, seperti bahasa inggris, bahasa indonesia, matematika,
dan mengenal benda-benda serta lingkungan sekitarnya. Kelebihan komunikasi
dengan verbal ini, murid lebih mudah memahami dan mengetahui pesan yang
disampaikan. Tetapi apabila materi yang disampaikan melalui lisan tidak dikaji
kembali secara berulang-ulang maka hal tersebut dapat menyebabkan murid akan
lupa pada materi yang telah disampaikan. Kegiatan yang sering penulis temui, adalah
ketika guru sedang berinteraksi dengan murid serta menerangkan materi pelajaran
seperti membaca, menulis, bernyanyi, komputer, permainan dan lain-lain. Bentuk
komunikasi ini juga terlihat dengan cara guru menyikapi tingkah laku muridnya.
Pada kelas komputer si anak disuruh untuk menghidupkan
1) Bercerita
Metode cerita ini cukup efektif dan mudah dipahami oleh murid, sehingga
pesan yang disampaikan dapat langsung dicerna, dan disini guru harus
kreatif dan membuatnya menarik dalam menyampaikan ceritanya. Karena
cerita ialah suatu hal yang mengasyikkan dan menyenangkan terlebih bagi
seorang anak-anak. Dan dalam masa kanak-kanak biasanya anak-anak
mudah meniru dan meneladani tokoh ataupun seseorang yang dianggap
cocok dengan diri mereka dan itu mereka dapatkan dari cerita yang
didengarkan melalui media ataupun lewat gurunya.
2) Bernyanyi
Bernyanyi merupakan suatu metode yang digunakan oleh guru pada saat
murid mulai jenuh ataupun bosan selama mengerjakan tugasnya.
Terkadang bernyanyi digunakan ketika akan memulai pelajaran, hal
tersebut dilakukan agar suasana sebelum memulai pembelajaran menjadi
lebih riang dan anak-anak dapat mengikuti materi yang akan diberikan
dengan suka cita. Dan biasanya bernyanyi dilakukan ketika murid-murid
akan melakukan aktifitas seperti memulai makan (berdoa sebelum
makan) ataupun memulai aktifitas lainnya. Hal tersebut dilakukan pula
agar murid dapat mudah mengingat setiap doa yang telah diajarkan dan
dapat menerapkannya dikehidupan sehari-hari. Dan dengan bernyanyi,
murid-murid dapat kembali ceria serta tidak bosan untuk melakukan
aktifitas lainnya.
3) Bermain
Bermain fungsinya sama dengan bernyanyi yaitu untuk mencairkan suasana
ketika murid-murid mulai jenuh atau bosan. Di TK Harapan Ibu selain tersedia
arena tempat bermain yang letaknya diluar kelas juga disediakan ruang serba
guna yang telah tersedia alat belajar serta bermain fungsinya dapat digunakan
untuk arena belajar sambil bermain dan hal tersebut membuat murid-murid
merasa senang (fun) ketika belajar dan bermain. Dan permainan diciptakan
dari materi pelajaran, seperti pada pelajaran matematika tentang mengenal
akan persegi, persegi panjang, segitiga dan lain-lain, guru tersebut
menuangkannya dalam bentuk games dengan meletakkan alat permainan
dimeja kemudian menyuruh si anak untuk berlomba dan meletakkan benda
tersebut ditempat yang telah disediakan oleh guru tersebut dan harus sesuai
dengan kategorinya. Hal tersebut juga dimaksudkan agar memudahkan atau
mengingat pelajaran serta pengetahuan yang telah diberikan
1.3 Kesimpulan
Komunikasi sebagai praktik sudah ada seiring dengan diciptakannya manusia, dan dia
menggunakan komunikasi dalam rangka melakukan aktivitas sosialnya. Dan dengan
komunikasi manusia melakukan interaksi. Komunikasi merupakan sendi dasar terjadinya
proses interaksi sosial, karena tanpa komunikasi kehidupan manusia tidak akan berkembang
dan tidak akan menghasilkan kebudayaan yang tinggi. Dengan komunikasi manusia dapat
mengekspresikan apa yang diinginkannya. Kehidupan masyarakat yang baik tersebut dapat
dilihat dari keharmonisan warga masyarakat setelah dibentuknya kelompok pengajian
Barokah Sekumpul. Yang diikuti dengan adanya kegiatan-kegiatan positif yang membuat
semakin eratnya kehidupan masyarakat didaerah tersebut, bukan hanya dikalangan orang tua
dan dewasa, akan tetapi juga berdampak sampai dengan kehidupan anak-anak di daerah
loabakung tersebut. Penerapan komunikasi kelompok yang dipakai guru dalam proses
pembelajaran adalah dengan menggunakan intruksi komunikasi verbal, komunikasi non
verbal. Di dalam proses pembelajaran, para guru sudah mengembangkan cara
penyampaian pengajaran dengan baik. Bentuk komunikasi kelompok yang digunakan
adalah komunikasi kelmpok preskiptif (memberi petunjuk). Komunikasi verbal dan
komunikasi non-verbal yang dilakukan memang memberikan efek untuk membentuk
kemandirian anak
2.3 Saran
Diharapkan mahasiswa mampu memahami tentang makalah ini
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mohammad dan Mohammad Asrori. 2011. Psikologi Remaja. Jakarta: Bumi Aksara.
Aronson, E. Wilson,T.D. & Akert, R.M. 2007. Social Psychology. Singapore: Pearson Prantice
Hall
Departement Pendidikan dan Kebudayaan. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai
Pustaka. Hal 390
Effendy, OnongUchajhana. 2003. Ilmu Teori dan Filsafat Komnikasi. Bandung: PT. AdityaBakti.
Goldberg, Alfin A.& Carl E. Larson. 2006.Komunikasi kelompok, Proses-Proses Diskusi dan
Penerapannya. Universitas Indonesia Press.
Johnson, D.W. & Johnson, F.P. 2012. Dinamika Kelompok: Teori dan Keterampilan. Terjemahan
oleh Theresia SS. Jakarta: PT Indeks
Kartono, Kartini. 2010. Pimpinandan Kepemimpinan: Apakah Kepemimpinan Abnormal Itu?
Jakarta. Rajawali Pers.
Susanto, Phil Astrid, Komunikasi Dalam Teori dan Praktek, Bandung: Bina Cipta, 1998.
Roudhonah, Ilmu komunikasi, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN, 2007. Sendjaja, Sasa
Djuarsa, Materi Pokok Teori Komunikasi, Jakarta: Pusat Penerbitan Universtas Terbuka