Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MAKALAH KOMUNIKASI KELOMPOK

Di Susun Oleh :
Indah Amalia 202002T116
Shela Rindayanti 202002T120
Ana Kriswahyudi 202002T120
Mesitun Prasetyani 202002T121
Suyud Sicaksono 202002T123
Agung Prayetno 202002T126
Hary Agung Prasetyowo 202002T127
Delta Kurnia Wintara 202002T129
Azizatul Muniro 202002T131
Luvi Dwi Krisdayanti 202002T135
Nur Itikavia 202002T136
Imelda Arofah 202002T137
Anita Sugiartanti 202002T138
Srikanti 202002T133
Andini Setyaningrm 202002T134
Agung Budi Santosa 202002T139
Lasiono 202002T140

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN NON REGULER KELAS


GRAHA MEDIKA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BANYUWANGI TAHUN AKADEMIK 2020/2021
BAB I
LATAR BELAKANG

1.1 Latar belakang masalah


Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa berhubungan dengan manusia
lainnya. Karena manusia mempunyai rasa ingin tahu akan lingkungan sekitarnya, bahkan
ingin mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya. Melalui rasa ingin tahu ini memaksa
manusia perlu melakukan komunikasi. Sebagai makhluk sosial setiap manusia akan saling
berhubungan dengan manusia lainnya. Untuk menjalin hubungan tersebut maka harus
melakukan komunikasi. Komunikasi itu sendiri ada dimana-mana, seperti dirumah,
disekolah, di kantor dan di semua tempat melakukan sosialisasi. Artinya hampir seluruh
kegiatan manusia selalu tersentuh komunikasi.Komunikasi bukanlah sesuatu yang statis
(diam), segala sesuatu dalam komunikasi bersifat akumulatif. Komunikasi merupakan
proses yang dinamis maka berarti itu semua elemen komunikasi (sumber, pesan, saluran,
khalayak) secara tetap saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain.
Komunikasi sebagai praktik sudah ada seiring dengan diciptakannya manusia, dan
dia menggunakan komunikasi dalam rangka melakukan aktivitas sosialnya. Dan dengan
komunikasi manusia melakukan interaksi. Komunikasi merupakan sendi dasar terjadinya
proses interaksi sosial, karena tanpa komunikasi kehidupan manusia tidak akan
berkembang dan tidak akan menghasilkan kebudayaan yang tinggi. Dengan komunikasi
manusia dapat mengekspresikan apa yang diinginkannya.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu memahami tentang komunikasi dalam keperawatan
1.2.2 Tujuan Khsus
1. mahasiswa mampu memahami tentang komunikasi keperawatan
2. mahasiswa mampu memahami tentang tujuan komunikasi keperawatan
3. mahasiswa mampu memahami tentang prinsip-prinsip komunikasi keperawatan
4. mahasiswa mampu memahami tentang pengaruh komunikasi keperawatan
5. mahasiswa mampu memahami tentang penerapan komunikasi keperawatan di
lingkungannya

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sistem Komunikasi Kelompok
2.1.1 Pengertian Komunikasi Kelompok
Komunikasi kelompok dapat didefinisikan sebagai pertukaran informasi antara
mereka yang memiliki kesamaan dalam hal budaya, linguistik, dan/atau geografi.
Hal ini ditegaskan oleh Rakhmat (2001 :140) yang menyatakan bahwa komunikasi
kelompok digunakan untuk saling bertukar informasi, menambah pengetahuan,
memperteguh atau mengubah sikap dan perilaku, mengembangkan kesehatan jiwa,
dan meningkatkan kesadaran.
Secara Teori Komunikasi Kelompok merupakan sebuah kegiatan atau interaksi
yang dilakukan oleh beberapa orang di dalam sebuah perkumpulan seperti
pertemuan, diskusi, rapat atau berkumpul di suatu tempat dengan jumlah peserta
yang relatif kecil. Dengan kata lain, komunikasi kelompok adalah sebuah
pertukaran informasi atau pesan yang terjadi secara langsung atau bertatap muka
antara tiga orang atau lebih. Peran Komunikasi Kelompok bukan hanya sebagai
sarana atau alat pertukaran informasi saja, melainkan memiliki puluhan peran yang
sejalan dengan tujuan dari dibentuknya sebuah kelompok. Tujuan dibentuknya
sebuah kelompok secara tidak langsung sebenarnya akan menjadi tujuan dari
komunikasi kelompok itu sendiri.
2.1.2 Prinsip-Prinsip Dasar Komunikasi Kelompok
Kelompok merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan dari aktivitas kita sehari-
hari. Kelompok baik yang bersifat primer maupun sekunder, merupakan wahana bagi
setiap orang untuk dapat mewujudkan harapan dan keinginannya berbagi informasi
dalam hampir semua aspek kehidupan. Ia bias merupakan media untuk mengungkapkan
persoalan-persoalan pribadi (keluarga sebagai kelompok primer), ia dapat merupakan
sarana meningkatkan pengetahuan para anggotanya (kelompok belajar) dan ia bias pula
merupakan alat untuk memecahkan persoalan bersama yang dihadapi seluruh anggota
(kelompok pemecahan masalah). Jadi, banyak manfaat yang dapat kita petik bila kita
ikut terlibat dalam sesuatu kelompok yang sesuai dengan rasa ketertarikan (interest)
kita. Orang yang memisahkan atau mengisolasi dirinya dengan orang lain adalah orang
yang penyendiri, orang yang benci kepada orang lain (misanthrope) atau dapat
dikatakan sebagai orang yang antisosial.
2.1.3 Tujuan Komunikasi Kelompok
Dari beberapa faktor-faktor di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa setiap
kelompok akan memiliki sebuah citra yang baik di mata masyarakat jika seluruh faktor
di atas dapat dipenuhi dan digunakan atau dilakukan dengan baik. Ketika faktor-faktor
di atas sudah dilakukan dengan baik, maka tujuan dari sebuah komunikasi kelompok
akan langsung terlihat oleh setiap anggota kelompok. Tujuan komunikasi kelompok
sebenarnya akan paling dipengaruhi oleh jenis dan fungsi dari sebuah kelompok itu
sendiri. Sebagai contoh, tujuan dari komunikasi kelompok yang dilakukan oleh siswa
sekolah tentunya akan berkaitan dengan kegiatan sekolah yang mereka kerjakan secara
berkelompok. Meskipun begitu, secara garis besar komunikasi kelompok memiliki
tujuan sebagai berikut :
1. Menjalin hubungan sosial antar individu

2. Menyalurkan ide, pikiran, gagasan, saran hingga kritik

3. Menjadi sarana atau alat terapi diri

4. Sarana untuk belajar dan meningkatkan pengetahuan

5. Membuat sebuah keputusan

6. Menghasilkan sebuah solusi

7. Menjadi media penghubung antar pihak

8. Menyusun rencana atau kegiatan kelompok

9. Memecahkan masalah yang dihadapi

10. Mengembangkan kelompok kecil menjadi kelompok besar

2.2 Pengaruh Kelompok pada Perilaku Komunikasi


Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi Kelompok dalam perilaku komunikasi, yaitu:
Konformitas, Fasilitasi sosial, dan Polarisasi
1. Konformitas adalah perubahan perilaku atau kepercayaan menuju norma kelompok
sebagai akibat tekanan kelompok, baik yang nyata maupun yang dibayangkan (Kiesler
dan Kiesler dalam Rakhmat, 2001 : 150). Konformitas dipengaruhi oleh faktor
situasional dan faktor personal. Yang termasuk dalam faktor situasional yang
mempengaruhi konformitas kelompok adalah berbagai karakteristik kelompok seperti
kejelasan situasi, konteks situasi, cara menyampaikan penilaian, karakteristik sumber
pengaruh, ukuran kelompok, dan tingkat kesepakatan kelompok. Sementara itu, faktor
personal yang mempengaruhi konformitas mencakup berbagai karakteristik personal
seperti usia, jenis kelamin, stabilitas emosional, otoritarianisme, kecerdasan, motivasi,
dan harga diri. Jadi, kalau anda merencanakan untuk menjadi ketua kelompok,
aturlah rekan-rekan anda untuk menyebar dalam kelompok. Ketika anda meminta
persetujuan anggota, usahakan rekan-rekan anda secara persetujuan mereka.
Tumbuhkan seakan-akan seluruh anggota kelompok sudah setuju. Besar kemungkinan
anggota-anggota berikutnya untuk setuju juga.
2. Fasilitas Sosial
Fasilitasi (dari kata Prancis facile, artinya mudah) menunjukkan kelancaran atau
peningkatan kualitas kerja karena ditonton kelompok. Menurut Allport, yang
dimaksud dengan fasilitasi sosial adalah prestasi individu yang meningkat karena
disaksikan kelompok. Inti dari fasilitasi sosial adalah kehadiran kelompok dapat
mempermudah pekerjaan yang dilakukan. Kelompok mempengaruhi pekerjaan
sehingga menjadi lebih mudah. Robert Zajonz (1965) menjelaskan bahwa kehadiran
orang lain-dianggap-menimbulkan efek pembangkit energi pada perilaku individu.
Efek ini terjadi pada berbagai situasi sosial, bukan hanya didepan orang yang
menggairahkan kita. Energi yang meningkat akan mempertingi kemungkinan
dikeluarkannya respon yang dominan. Respon dominan adalah perilaku yang kita
kuasai. Bila respon yang dominan itu adalah yang benar, terjadi peningkatan prestasi.
Bila respon dominan itu adalah yang salah, terjadi penurunan prestasi. Untuk
pekerjaan yang mudah, respon yang dominan adalah respon yang banar; karena itu,
peneliti-peneliti melihat melihat kelompok mempertinggi kualitas kerja individu.
3. Polarisasi
Polarisasi adalah kecenderungan ke arah posisi yang ekstrem. Bila sebelum diskusi
kelompok para anggota mempunyai sikap agak mendukung tindakan tertentu, setelah
diskusi mereka akan lebih kuat lagi mendukung tindakan itu. Sebaliknya, bila
sebelum diskusi para anggota kelompok agak menentang tindakan tertentu, setelah
diskusi mereka akan menentang lebih keras. Polarisasi mengandung beberapa
implikasi yang negatif, di antaranya adalah:
1) Kecenderungan ke arah ekstremisme menyebabkan peserta komunikasi menjadi
lebih jauh dari dunia nyata yang menciptakan peluang bagi mereka untuk berbuat
kesalahan
2) Polarisasi akan mendorong ekstremisme dalam kelompok gerakan sosial atau
politik.
2.3 Peranan Komunikasi Kelompok Dalam Menciptakan Keharmonisan Antar
Anggota Komunitas Pengajian
2.3.1 Teori pembentukan kelompok
Proses pembentukan kelompok menurut Sudjarwo(2011) dapat di lihat dari
sejumlah teori yang menjelaskan mengapa atau alasan apa seseorang memasuki
kelompok. Namun penulis disini memilih teori berikut karena dianggap lebih relevan
dalam keadaan dilapangan
Social Exchange Theory (Teori Pertukaran Sosial), Teori ini sering di terjemahkan
menjadi teori pertukaran. Dasar teori ini ialah, interaksi itu terjadi karena adanya reward
dan cost (imbalan dan pengorbanan). Reward tidak harus berwujud benda, namun dapat
berbentuk tingkat kepuasan atau dalam bentuk immaterial lainnya. Demikian juga dengan
cost yang dapat berupa kepatuhan akan sesuatu. Dalam buku mereka yang berjudul The
Social Phychology of Group, Thibaut dan Kelley memusatkan perhatian terutama pada
kelompok yang terdiri dari 2 orang atau lebih. Mereka merasa yakin bahwa usaha
memahami tingkah laku yang kompleks dari kelompok-kelompok besar mungkin dapat di
peroleh dengan cara menggali pola hubungan diadis (dua Orang). Meskipun penjelasan
mereka tantang pola tingkah laku diadis bukan sekedar suatu pembahasan tentang
proseskomunikasi dalam kelompok dua anggota, beberapa rumusan mereka mempunyai
relevansi langsung dengan studi tentang komunikasi kelompok. Teori ini pertama kali
dikembangkan oleh Homans yang kemudian di populerkan oleh Thibaut dan Kelly.
Terakhir dikembangkan oleh Peter Blaw yang mengemukakan jika seseorang memasuki
kelompok, maka dalam diri mereka akan selalu muncul perhitungan aspek keuntungan
dalam setiap alternatif pilihannya (comparison level of alternative). Sedangkan
pengalaman masa lalu selalu dijadikan rujukan untuk memutuskan apa yang akan
diperbuat.
2.3.2 Komunikasi kelompok
Komunikasi kelompok berarti komunikasi yang berlangsung antara seorang
komunikator dengan sekelompok orang yang jumlahnya lebih dari dua orang.
Sekelompok orang yang menjadi komunikan itu bisa sedikit, bisa banyak. Apabila
jumlah orang yang dalam kelompok itu sedikit yang berarti kelompok itu kecil,
komunikasi yang berlangsung disebut komunikasi kelompok kecil (Small group
communication); jika jumlahnya banyak yang berarti kelompoknya besar dinamakan
komuniasi kelompok besar (large group communication). Sehubungan dengan itu
sering muncul pertanyaan, yang termasuk komunikasi kecil itu jumlah komunikannya
berapa orang, demikian pula komunikasi kelompok besar. Apakah 100 orang atau 200
orang itu termasuk komunikasi kecil atau besar ? Secara teoritis dalam ilmu
komunikasi untuk membedakan komunikasi kelompok kecil atau komunikasi kelompok
besar tidak di dasar kan pada jumlah komunikasn dalam hitungan secara matematika,
melainkan pada kualitas proses komunikasi.
1. Kelompok Kecil
Komunikasi kelompok kecil (Small group communication) adalah komunikasi yang:
a. Ditujukan kepada kognisi komunikan
b. Prosesnya berlangsung secara dialogis
Dalam komunikasi kelompok kecil komunikator menunjukan pesannya kepada
benak atau pikiran komunikan, misalnya kuliah, ceramah, diskusi, seminar, rapat,
dan lainnya. Dalam situasi seperti itu logika berperan penting. Komunikasn akan
dapat menilai logis tidaknya uraian komunikator.
2. Komunikasi Kelompok Besar
Sebagai kebalikan dari komunikasi kelompok kecil, komunikasi kelompok besar
(large group communication) adalah komunikasi yang:
a. Dijujukan kepada afeksi kominikan
b. Prosesnya berlangsung secara linier
Pesan yang disampaikan oleh komunitor dalam situasi komunikasi kelompok besar,
ditujuakan kepada afeksi komunikan,kepada hatinya atau kepada perasaannya.
Contoh komunikasi kelompok besar rapat raksasa di sebuah lapangan, kampanye di
sebuah lapangan dan lain-lain. Jika komunikan pada komunikasi kelompok kecil
umumnya bersifat homogen (antara lain yang sama jenis kelaminnya, sama
pendidikannya, sama umurnya,sama status sosialnya), maka komunikan pada
komunikasi kelompok besar umumnya bersifat heterogen atau berbagai macam
jenisnya.
Mereka yang heterogen dalam jumlahnya yang relative sangat banyak itu mereka
tidak sempat berfikir logis terhadap pesan komunikator, karena kerena pikiran
mereka di dominasi oleh perasaan, maka dalam situasi kelompok besar terjadi apa
yang dinamakan “Contagion mentale” yang berarti wabah mental. Seperti halnya
wabah yang cepat menjalar, maka dalam situasi komunikasi seperti itu jika satu
orang menyatakan sesuatu maka akan segera diikuti oleh anggota kelompok lainnya,
secara serentak dan serempak.
2.3.2 Berdasarkan penelian
Berdasarkan penelian penulis tentang peran komunikasi terhadap kelompok pengajian
Barokah Sekumpul yang berdiri di Mushola Ar-Raudah yang terletak di daerah Loa
Bakung Kota Samarinda, yang dikaitkan dengan teori Social Exchange Theory (Teori
Pertukaran Sosial) yaitu tentang teori pertukaran,Yang didasari oleh interaksi yang terjadi
karena adanya reward dan cost (imbalan dan pengorbanan), dapat disimpulkan bahwa
peran komunikasi tersebut menjadikan kehidupan masyarakat menjadi lebih baik.
Walaupun ada pengorbanan yang dilakukan, akan tetapi pengorbana tersebut dapat
tertutupi dengan adanya segala bentuk hal positif yang menjadi suatu bentuk kepuasan dan
kebahagiaan yang dirasakan oelh semua masyarakat yang berkaitan dengan kelompok
tersebut. Kehidupan masyarakat yang baik tersebut dapat dilihat dari keharmonisan warga
masyarakat setelah dibentuknya kelompok pengajian Barokah Sekumpul. Yang diikuti
dengan adanya kegiatan-kegiatan positif yang membuat semakin eratnya kehidupan
masyarakat didaerah tersebut, bukan hanya dikalangan orang tua dan dewasa, akan tetapi
juga berdampak sampai dengan kehidupan anak-anak di daerah loabakung tersebut.

2.4 Proses Komunikasi Kelompok Dalam Metode Pembelajaran Sentra Untuk Membentuk
Kemandirian Anak
2.4.1 Tinjauan Tentang Kemandirian Anak Pembelajaran Sentra
Pembelajaran berbasis sentra merupakan metode yang paling mutakhir yang
dilaksanakan di lingkungan pendidikan anak usia dini; dengan karakteristik utamanya
memberikan pijakan untuk membangun konsep aturan, ide, dan pengetahuan anak serta
konsep densitas dan intensitas bermain. (Mulyasa, 2012: 149). Metode pembelajaran ini
berfokus pada anak yang dalam metode pembelajarannya berpusat di sentra bermain dan
pada saat anak dalam lingkaran. Pada umumnya pijakan dalam metode ini mendukung
perkembangan anak, yaitu pijakan setelah bermain. Pijakan ini diberikan untuk mencapai
perkembangan yang lebih tinggi. Sentra bermain dilengkapi dengan seperangkat alat
bermain yang berfungsi sebagai pijakan lingkungan yang diperlukan untuk mendukung
perkembangan anak dalam tiga jenis bermain, yaitu bermain sensori motor atau fungsional,
bermain peran, dan bermain pembangunan (konstruktif, yaitu membangun pemikiran
anak).
Mursid (2012) Metode ini menekankan pada pembelajaran sistem sentra,
sementara intervensi pamong dalam pembelajaran lebih diminimalisasi. Pembelajaran
dengan metode ini mengacu pada 4 pijakan yang ada, yaitu sebagai berikut:
1. Pijakan Lingkaran Main
2. Pijakan Pengalaman Sebelum Bermain
3. Pijakan Pengalaman Main Setiap Anak
4. Pijakan Pengalaman Setelah Main. Empat pijakan tersebut merupakan pijakan yang
besifat umum yang harus dilakukan oleh pamong pendidikan anak usia dini dalam
proses pembelajaran dengan menggunakan metode sentra.
Tujuan dari Beyond Centre and Circle Time yang dimaknai sebagai sentra dan saat
lingkaran menurut Mursid dalam bukunya Pengembangan Pembelajaran PAUD adalah
sebagai berikut:
1. Metode ini ditujukan untuk merangsang seluruh aspek (kecerdasan jamak) melalui
bermain yang terarah.
2. Metode ini menciptakan setting pembelajaran anak yang merangsang anak untuk
aktif
3. kreatif, dan terus berpikir dengan menggali pengalamannya sendiri (bukan sekedar
mengikuti perintah, meniru atau menghafal).
4. Dilengkapi dengan standar operasional yang baku, yang berpusat pada sentra-sentra
kegiatan dan saat anak berada dalam lingkaran bersama pendidik sehingga mudah
diikuti. (Mursid,
2017: 35)
2.4.2 Tinjauan Tentang Kemandirian Anak
Kata kemandirian berasal dari kata dasar diri yang mendapatkan awalan “ke” dan
akhiran “an” yang kemudian membentuk suatu kata keadaan atau kata benda. Karena
kemandirian berasal dari kata dasar diri, pembahasan mengenai kemandirian tidak
dapat dilepaskan dari pembahasan mengenai perkembangan diri itu sendiri, yang dalam
konsep Carl Rogers disebut dengan istilah self oleh Brammer dan Shostrom (1982)
karena diri itu merupakan inti dari kemandirian (Ali, 2006: 109).
Kemandirian juga berasal dari kata “independence” yang diartikan sebagai suatu
kondisi dimana seseorang tidak tergantung kepada orang lain dalam menentukan
keputusan dan adanya sikap percaya diri (Chaplin, 1996: 105).
Parker juga bependapat bahwa kemandirian juga berarti adanya kepercayaan
terhadap ide-ide diri sendiri. Kemandirian berkenaan dengan menyelesaikan sesuatu hal
sampai tuntas. Kemandirian berkenaan dengan hal yang dimilikinya tingkat kompetensi
fisikal tertentu sehingga hilangnya kekuatan atau koordinasi tidak akan pernah terjadi
di tengah upaya seseorang mencapai sasaran. Kemandirian berarti tidak adanya
keraguraguan dalam menetapkan tujuan dan tidak dibatasi oleh kekuatan akan
kegagalan (Parker, 2006: 226).
Dari berbagai pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa kemandirian adalah
suatu keadaan seseorang dimana seseorang berusaha berdiri sendiri dalam arti tidak
bergantung pada orang lain dalam keputusan dan mampu melaksanakan tugas hidup
dengan penuh tanggung jawab.
2.4.3 Berdasarkan penelian
Dalam setiap proses komunikasi setidaknya melibatkan beberapa komponen
komunikasi. Proses komunikasi dibedakan menjadi dua tahap, yaitu proses komunikasi
primer dan proses komunikasi sekunder. Proses komunikasi primer merupakan proses
penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan
menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Dimana lambang sebagai media primer
dalam proses komunikasi adalah pesan verbal (bahasa), dan pesan non-verbal (gesture,
isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya) yang secara langsung dapat atau mampu
menerjemahkan pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan. Efek yang
ditimbulkan juga positif, arahan yang disampaikan dalam proses komunikasi untuk
meningkatkan kemandirian anak tercapai dengan baik, hal ini dibuktikan dari
wawancara yang telah dilakukan dengan guru dan juga orang tua murid. Informan kunci
dan informan pendukung mengatakan bahwa memang kemandirian anak terbentuk
secara perlahan dengan komunikasi yang terus dilakukan.
Proses komunikasi antara guru dan anak di TK Zaid bin Tsabit berlangsung dengan
baik dan juga menarik. Guru melakukan pendekatan secara perlahan kepada anak, guru
membuat anak nyaman ketika berada di sekolah, guru juga memberikan arahan secara
perlahan untuk membentuk kemandirian anak. Komunikasi yang terjadi dalam metode
pembelajaran sentra adalah komunikasi dua arah, karena guru tetap mengizinkan anak
untuk memeberikan pendapat meskipun terkadang anak lebih memilih diam.
Komunikasi verbal dan komunikasi non-verbal yang dilakukan memang memberikan
efek untuk membentuk kemandirian anak.

2.5 Komunikasi Kelompok Dalam Membentuk Karakter Anak Pada Kelas Pre School
2.5.1 Penerapan kounnikasi kelompok pada proses belajar mengajar di kelas pre school
1. Komunikasi kelompok secara verbal
Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan bahasa dan tulisan atau
merupakan bentuk komunikasi berupa kata-kata yang diucapkan secara lisan dan
tulisan yang umum digunakan oleh orang banyak, hal ini karena komunikasi verbal
sangat mudah dipahami oleh anak-anak kelas pre school. Dengan menggunakan
komunikasi secara verbal dalam proses belajar mengajar guru-guru dapat
memberikan pemahaman materi kepada murid-murid tersebut melalui program
belajar yang telah ditetapkan, seperti bahasa inggris, bahasa indonesia, matematika,
dan mengenal benda-benda serta lingkungan sekitarnya. Kelebihan komunikasi
dengan verbal ini, murid lebih mudah memahami dan mengetahui pesan yang
disampaikan. Tetapi apabila materi yang disampaikan melalui lisan tidak dikaji
kembali secara berulang-ulang maka hal tersebut dapat menyebabkan murid akan
lupa pada materi yang telah disampaikan. Kegiatan yang sering penulis temui, adalah
ketika guru sedang berinteraksi dengan murid serta menerangkan materi pelajaran
seperti membaca, menulis, bernyanyi, komputer, permainan dan lain-lain. Bentuk
komunikasi ini juga terlihat dengan cara guru menyikapi tingkah laku muridnya.
Pada kelas komputer si anak disuruh untuk menghidupkan
1) Bercerita
Metode cerita ini cukup efektif dan mudah dipahami oleh murid, sehingga
pesan yang disampaikan dapat langsung dicerna, dan disini guru harus
kreatif dan membuatnya menarik dalam menyampaikan ceritanya. Karena
cerita ialah suatu hal yang mengasyikkan dan menyenangkan terlebih bagi
seorang anak-anak. Dan dalam masa kanak-kanak biasanya anak-anak
mudah meniru dan meneladani tokoh ataupun seseorang yang dianggap
cocok dengan diri mereka dan itu mereka dapatkan dari cerita yang
didengarkan melalui media ataupun lewat gurunya.
2) Bernyanyi
Bernyanyi merupakan suatu metode yang digunakan oleh guru pada saat
murid mulai jenuh ataupun bosan selama mengerjakan tugasnya.
Terkadang bernyanyi digunakan ketika akan memulai pelajaran, hal
tersebut dilakukan agar suasana sebelum memulai pembelajaran menjadi
lebih riang dan anak-anak dapat mengikuti materi yang akan diberikan
dengan suka cita. Dan biasanya bernyanyi dilakukan ketika murid-murid
akan melakukan aktifitas seperti memulai makan (berdoa sebelum
makan) ataupun memulai aktifitas lainnya. Hal tersebut dilakukan pula
agar murid dapat mudah mengingat setiap doa yang telah diajarkan dan
dapat menerapkannya dikehidupan sehari-hari. Dan dengan bernyanyi,
murid-murid dapat kembali ceria serta tidak bosan untuk melakukan
aktifitas lainnya.
3) Bermain
Bermain fungsinya sama dengan bernyanyi yaitu untuk mencairkan suasana
ketika murid-murid mulai jenuh atau bosan. Di TK Harapan Ibu selain tersedia
arena tempat bermain yang letaknya diluar kelas juga disediakan ruang serba
guna yang telah tersedia alat belajar serta bermain fungsinya dapat digunakan
untuk arena belajar sambil bermain dan hal tersebut membuat murid-murid
merasa senang (fun) ketika belajar dan bermain. Dan permainan diciptakan
dari materi pelajaran, seperti pada pelajaran matematika tentang mengenal
akan persegi, persegi panjang, segitiga dan lain-lain, guru tersebut
menuangkannya dalam bentuk games dengan meletakkan alat permainan
dimeja kemudian menyuruh si anak untuk berlomba dan meletakkan benda
tersebut ditempat yang telah disediakan oleh guru tersebut dan harus sesuai
dengan kategorinya. Hal tersebut juga dimaksudkan agar memudahkan atau
mengingat pelajaran serta pengetahuan yang telah diberikan

2. Komunikasi kelompok secara non verbal


Selain menggunakan komunikasi bentuk verbal, komunikasi non verbal (bahasa
isyarat) juga selalu digunakan oleh manusia. Karena komunikasi non verbal termasuk
pendukung dari komunikasi verbal. Bentuk kedua komunikasi tersebut selalu
digunakan pada saat proses belajar mengajar di TK Harapan Ibu, hal ini penulis lihat
pada saat:
b. Guru bercerita tentang menggosok gigi dengan visualisasi gambar harimau
(binatang). Agar lebih menarik serta anak-anak dapat memahami isi cerita dan
merekapun menjadi senang, maka guru menggunakan ekspresi wajah, kontak
mata, sikap tubuh sehingga perhatian murid-murid dapat terfokus pada apa yang
disampaikan dan mereka dapat menerima pesan atau materi yang diberikan tanpa
merasa tertekan (paksaan).
c. Kegiatan bernyanyi seperti guru dan murid bertepuk tangan sambil
menggerakkan tubuh ataupun mengangkat tangan ketika akan berdo’a untuk
menghidupkan suasana dan itu dapat membuat anak tidak merasa bosan ketika
belajar.
d. Guru mendisiplinkan anak agar tidak berisik ataupun mengganggu temannya
dikelas dengan cara menempelkan jari telunjuknya dibibir (tanda agar mereka
diam) sambil berbicara dengan tegas kepada anak. Kemudian jika anak tidak
menghiraukan teguran tersebut maka guru akan menghampirinya sambil
memegang kepala serta memberi teguran yang tegas dan memperingatkan
bahwa yang dilakukan itu salah dan mengganggu teman yang lain.
2.5.2Bentuk Komunikasi Kelompok Pada kelas Pre School
Komunikasi kelompok adalah sekumpulan individu yang dapat mempengaruhi
satu sama lain, memperoleh beberapa kepuasan, berinteraksi untuk beberapa tujuan,
mengambil peranan, terikat dan berkomunikasi tatap muka. Pada TK (taman kanak-
kanak) ataupun playgroup (kelompok bermain/KB) komunikasi kelompok selalu
terbentuk atau dilakukan baik didalam kelas ataupun luar kelas. Untuk kelas playgroup
terdiri dari sepuluh orang murid dengan didampingi oleh dua orang guru dan untuk kelas
TK (taman kanak-kanak) masing-masing kelas terdiri dari dua puluh orang murid dan
didampingi oleh dua orang guru/pengajar. Untuk kelas playgroup memang tidak
menerima siswa (murid) lebih dari sepuluh orang, hal itu dikarenakan anak usia
playgroup adalah masa dimana mereka baru mulai belajar berinteraksi dengan teman-
teman dan lingkungannya. Dan agar sistem pembelajaran lebih optimal maka kelas
playgroup memang dibatasi kapasitas jumlah muridnya dan didampingi oleh dua orang
guru.
Dengan adanya dua guru atau pengajar pada tiap kelas (kelompok belajar),
mempunyai maksud dan tujuan yang dikehendaki seperti mengajarkan pelajaran atau
memberi pendidikan bukan hanya tentang pengetahuan tetapi juga menerapkan kehidupan
yang bernuansa islami dan berusaha menciptakan terbentuknya akhlakul karimah sedini
mungkin. Serta berusaha membentuk para murid (anak-anak) agar menjadi masyarakat
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,
memiliki pengetahuan, keterampilan, mempunyai wawasan yang luas dan sesuai dengan
perkembangan ilmu dan teknologi. Serta membiasakan para murid untuk berbicara
dengan bahasa inggris, karena dalam pendidikan par guru memang selalu menerapkan
memberi materi belajar dengan menggunakan bahasa inggris. Setiap akan memulai
mengerjakan sesuatu dalam kelompok (kelas) dibentuk (buat posisi) duduk
membundar jadi para murid (anak-anak) duduk bersampingan dengan guru, hal itu
dimaksudkan agar suasana dalam kelas lebih nyaman dan anak-anak mau
mendengarkan dan paham pada setiap materi yang diberikan oleh guru. Dan setiap
akan memulai mengerjakan sesuatu anak-anak selalu diajarkan untuk membaca do’a.
BAB III
PENUTUP

1.3 Kesimpulan
Komunikasi sebagai praktik sudah ada seiring dengan diciptakannya manusia, dan dia
menggunakan komunikasi dalam rangka melakukan aktivitas sosialnya. Dan dengan
komunikasi manusia melakukan interaksi. Komunikasi merupakan sendi dasar terjadinya
proses interaksi sosial, karena tanpa komunikasi kehidupan manusia tidak akan berkembang
dan tidak akan menghasilkan kebudayaan yang tinggi. Dengan komunikasi manusia dapat
mengekspresikan apa yang diinginkannya. Kehidupan masyarakat yang baik tersebut dapat
dilihat dari keharmonisan warga masyarakat setelah dibentuknya kelompok pengajian
Barokah Sekumpul. Yang diikuti dengan adanya kegiatan-kegiatan positif yang membuat
semakin eratnya kehidupan masyarakat didaerah tersebut, bukan hanya dikalangan orang tua
dan dewasa, akan tetapi juga berdampak sampai dengan kehidupan anak-anak di daerah
loabakung tersebut. Penerapan komunikasi kelompok yang dipakai guru dalam proses
pembelajaran adalah dengan menggunakan intruksi komunikasi verbal, komunikasi non
verbal. Di dalam proses pembelajaran, para guru sudah mengembangkan cara
penyampaian pengajaran dengan baik. Bentuk komunikasi kelompok yang digunakan
adalah komunikasi kelmpok preskiptif (memberi petunjuk). Komunikasi verbal dan
komunikasi non-verbal yang dilakukan memang memberikan efek untuk membentuk
kemandirian anak

2.3 Saran
Diharapkan mahasiswa mampu memahami tentang makalah ini
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohammad dan Mohammad Asrori. 2011. Psikologi Remaja. Jakarta: Bumi Aksara.

Arifin, Bambang Syamsul. 2015. Dinamika Kelompok. Bandung: CV Pustaka Setia


Chaplin. 1996. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Rajawali Press.
Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktik. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

Aronson, E. Wilson,T.D. & Akert, R.M. 2007. Social Psychology. Singapore: Pearson Prantice
Hall
Departement Pendidikan dan Kebudayaan. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai
Pustaka. Hal 390
Effendy, OnongUchajhana. 2003. Ilmu Teori dan Filsafat Komnikasi. Bandung: PT. AdityaBakti.
Goldberg, Alfin A.& Carl E. Larson. 2006.Komunikasi kelompok, Proses-Proses Diskusi dan
Penerapannya. Universitas Indonesia Press.
Johnson, D.W. & Johnson, F.P. 2012. Dinamika Kelompok: Teori dan Keterampilan. Terjemahan
oleh Theresia SS. Jakarta: PT Indeks
Kartono, Kartini. 2010. Pimpinandan Kepemimpinan: Apakah Kepemimpinan Abnormal Itu?
Jakarta. Rajawali Pers.
Susanto, Phil Astrid, Komunikasi Dalam Teori dan Praktek, Bandung: Bina Cipta, 1998.

Suprapto, Tommy, Pengantar Teori Komunikasi, Yogyakarta: Media Pressindo, 2006.

Rakhmat, Jalaludin, Psikologi Komunikasi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007.

Roudhonah, Ilmu komunikasi, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN, 2007. Sendjaja, Sasa
Djuarsa, Materi Pokok Teori Komunikasi, Jakarta: Pusat Penerbitan Universtas Terbuka

Anda mungkin juga menyukai