Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PSIKOLOGI KOMUNIKASI

“SISTEM KOMUNIKASI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG


MEMPENGARUHINYA”

Dosen Mata Kuliah :

Siti Khodijah, M.Sos., M.Si

Nama Anggota Kelompok:

Najwa Millah Hanifah 41183507220039

Nazwa Syifa Kusnadi 41183507220042

Nisa Anianti 41183507220056

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM “45” BEKASI

2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhanallahu Wa Ta’ala, atas segala rahmat dan
nikmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu sesuai
yang telah ditentukan. Shalawat dan salam taku lupa kami curahkan kepada junjungan
kita Nabi Muhammada SAW. yang telah membawa kita dari zaman kebodohan hinga ke
zaman yang ceria ini. Dalam makalah ini kami akan membahas tentang “Sistem
Komunikasi dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya”. Makalah ini dibuat dalam
rangka memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Komunikasi.

Sebelumnya, kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Siti


Khodijah M.Sos., M.Si., selaku dosen pengampu yang telah memberikan dan membekali
kami informasi-informasi untuk menyelesaikan tugas ini. Kami juga mengucapkan
terimakasih kepada pihak-pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan baik.

Kami menyadari bahwasannya makalah ini masih jauh dari kata sempurna karena
keterbatasan waktu dan kemampuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun senantiasa kami terima guna memperbaiki makalah ini. Semoga
makalah ini dapat berguna bagi kami dan para pembaca.

Bekasi, 26 Juni 2023

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iii

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN....................................................................................................1

1.1 Latar Belakang...........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah......................................................................................1

1.3 Tujuan........................................................................................................1

BAB II......................................................................................................................2

PEMBAHASAN......................................................................................................2

2.1 Pengertian Komunikasi Kelompok............................................................2

2.2 Klasifikasi Kelompok................................................................................3

2.3 Pengaruh pada Perilaku Komunikasi.........................................................4

2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keefektifan Kelompok......................5

2.5 Tujuan Komunikasi kelompok................................................................11

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komunikasi kelompok terjadi dalam konteks komunikasi
interpersonal, dan sudah melewati tahapan komunikasi intrapersonal.
Prinsip komunikasi kelompok dengan prinsip komunikasi interpersonal
hampir mirip, yakni pesan yang disampaikan kepada individu yang lainya
dibalas juga dengan suatu pesan yang telah di interpretasikan oleh si
penerima pesan tersebut sebelum disampaikan sebagai balasan pesan yang
dikirimkan.
Komunikasi sendiri diterjemakan sebagai pengiriman pesan dari
komunikator ke komunikan (penerima pesan) melalui suatu media,
dibalas oleh komunikan dengan suatu pesan kembali atau yang disebut
dengan umpan balik, dan dipengaruhi oleh ganguan-ganguan yang terjadi.
Didalam komunikasi kelompok adalah tujuan kelompok yang hendak
dicapai. Kelompok membutuhkan komunikasi untuk menunjang
kekompakan dalam suatu kelompok.
komunikasi kelompok penting didalam kehidupan manusia, hal ini
dikarenakan kelompok merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan
dari aktivitas seharihari kita. Disamping itu Kelompok memungikinkan
kita dapat berbagi informasi, pengalaman, pengetahuan kita dengan
anggota lainnya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Pengertian dari komunikasi kelompok?
2. Bagaimana Klasifikasi Kelompok?
3. Apa Saja Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keefektifan Kelompok?
4. Apa Saja Pengaruh pada Perilaku Komunikasi?
5. Apa Tujuan dari Komunikasi Kelompok?

1.3 Tujuan
1. Memahami Pengertian dari Komunikasi Kelompok
2. Mengetahui Macam-macam Klasifikasi Kelompok
3. Mengetahui Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keefektifan
Kelompok
4. Mengetahui Pengaruh pada Perilaku Komunikasi
5. Mengetahui Tujuan dari Komunikasi Kelompok

iv
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Komunikasi Kelompok


Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara
seorang komunikator dengan sekelompok orang yang jumlahnya lebih dari
dua orang. Apabila jumlah orang dalam kelompok itu sedikit yang berarti
kelompok itu kecil, komunikasi yang berlangsung disebut komunikasi
kelompok kecil. Namun apabila jumlahnya banyak berarti kelompoknya
dinamakan komunikasi kelompok besar (Effendy, 2003, p.75-76). Kelompok
menentukan cara berkata, berpakaian, bekerja juga keadaan suka duka emosi.
Karena itu, komunikasi kelompok telah digunakan untuk saling bertukar
informasi, menambah pengetahuan, memperteguh atau mengubah sikap dan
perilaku, mengembangkan Kesehatan jiwa dan meningkatkan kesadaran.
Pengertian komunikasi kelompok juga dinyatakan sebagai sekumpulan
orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain
untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya dan memandang
mereka sebagai bagian dari kelompok tesebut (Mulyana, 2005, p.177). Pada
dasarnya komunikasi kelompok mempelajari pola-pola interaksi antar
individu dengan titik berat tertentu, misalnya pengambilan keputusan. Hal ini
bisa terjadi karena adanya keyakinan bahwa pengambilan keputusan pribadi
berbeda dengan pengambilan keputusan yang harus dibuat secara bersama-
sama dalam suatu kelompok. (Pawito, 2007, p.7)
Di antara semua definisi yang menjabarkan definisi komunikasi
kelompok, peneliti memilih persepektif yang dikemukakan oleh Deddy
Mulyana bahwa komunikasi kelompok adalah sekumpulan orang yang
mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai
tujuan bersama, mengenal satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama,
mengenal satu sama lainnya dan memandang mereka sebagai bagian dari
kelompok tersebut. Hal ini sesuai dengan fenomena yang terjadi saat
komunitas Enlightened Surabaya melakukan sosialisasi tentang “Fun Ingress”
kepada para anggota komunitasnya. Meskipun anggota tersebut merupakan

v
anggota baru, namun para anggota lain tetap menganggap bahwa anggota
tersebut merupakan anggota kelompok tanpa memandang lamanya dia
bergabung dalam kelompok komunitas.
2.2 Klasifikasi Kelompok
Tidak semua himpunan orang disebut kelompok. Orang-orang yang
berkumpul di terminal bus, yang antri di depan loket bioskop, yang
berbelanja di pasar, semuanya disebut agregat bukan kelompok. Supaya
agregat menjadi kelompok diperlukan kesadaran pada anggota-anggotanya
akan ikatan yang sama yang mempersatukan mereka. Kelompok mempunyai
tujuan dan organisasi (tidak selalu formal) dan melibatkan interaksi diantara
anggota-anggotanya. Jadi, dengan perkataan lain, kelompok mempunyai dua
tanda psikologis. Pertama, anggota-anggota kelompok merasa terikat dengan
kelompok. Kedua, nasib anggota-anggota kelompok saling bergantung
sehingga hasil setiap orang terkait dalam cara tertentu dengan hasil yang lain
(Baron dan Byrne, 1979).
Para ahli psikologi juga ahli sosiologi telah mengembangkan berbagai
cara untuk mengklasifikasikan kelompok yaitu sebagai berikut:
1. Kelompok primer dan kelompok sekunder.
Kelompok primer adalah suatu kelompok yang anggota-anggotanya
berhubungan akrab, personal, dan menyentuh hati dalam asosiasi dan
kerja sama. Sedangkan kelompok sekunder adalah kelompok yang
anggotaanggotanya berhubungan tidak akrab, tidak personal, dan tidak
menyentuh hati kita.
Kita dapat melihat perbedaan utama antara kedua kelompok ini dari
karakteristik komunikasinya, yaitu: pertama, kualitas komunikasi pada
kelompok primer bersifat dalam dan meluas. Dalam, artinya menembus
kepribadian kita yang paling tersembunyi, menyingkapkan unsur-unsur
backstage (perilaku yang hanya kita tampakkan dalam suasana privat
saja). Meluas, artinya sedikit sekali kendala yang menentukan rentangan
dan cara berkomunikasi. Pada kelompok sekunder, komunikasi bersifat
dangkal (hanya menembus bagian luar dari kepribadian kita) dan terbatas
(hanya berkenaan dengan hal-hal tertentu saja).
Kedua, komunikasi pada kelompok primer bersifat personal. Dalam
kelompok primer, yang penting buat kita ialah siapa dia, bukan apa dia.
Kita mengkomunikasikan seluruh pribadi kita. Hubungan kita denga
naggota kelompok primer bersifat unik dan tidak dapat dipindahkan.
Hubungan personal yang baru dapat dibuat, yang lama dapat dibuang,
motif utama yang merintis hubungan lama dapat memberi tempat pada
motif yang lain, tetapi seorang individu tidak dapat digantikan dengan
individu yang lain dalam hubungan yang sama.

vi
Ketiga, pada kelompok primer, komunikasi lebih menekankan aspek
hubungan daripada aspek isi. Komunikasi dilakukan untuk memelihara
hubungan baik, dan isi komunikasi bukan hal yang sangat penting.
2. Ingroup dan Outgroup.
Ingroup adalah kelompok kita dan outgroup adalah kelompok
mereka. Ingroup berupa kelompok primer maupun sekunder. Keluarga
kita adalah ingroup yang kelompok primer. Fakultas kita adalah ingroup
yang kelompok sekunder. Perasaan ingroup diungkapkan dengan
kesetiaan, solidaritas, kesenangan, dan kerja sama. Untuk membedakan
ingroup dan outgroup, kita membuat batas (boundaries), yang
menentukan siapa yang termasuk orang dalam dan siapa orang luar.
3. Kelompok keanggotaan dan kelompok rujukan.
Kelompok keanggotaan adalah kelompok yang anggota-anggotanya
secara administratif dan fisik menjadi anggota kelompok itu. Sedangkan
kelompok rujukan adalah kelompok yang digunakan sebagai alat ukur
(standard) untuk menilai diri sendiri atau untuk membentuk sikap.
Kelompok rujukan sebagai kelompok yang digunakan sebagai alat
ukur untuk menilai diri sendiri atau untuk membentuk sikap. Jika kita
menggunakan kelompok itu sebagai teladan bagaimana kita bersikap,
kelompok itu menjadi kelompok rujukan positif dan jika kita
menggunakannya sebagai teladan bagaimana harusnya kita tidak
bersikap, kelompok itu menjadi kelompok rujukan negatif.
4. Kelompok deskriptif dan kelompok preskriptif.
Kategori deskriptif menunjukkan klasifikasi kelompok dengan
melihat proses pembentukannya secara alamiah. Kelompok preskriptif,
mengacu pada langkah-langkah yang harus ditempuh anggota kelompok
dalam mencapai tujuan kelompok.

2.3 Pengaruh pada Perilaku Komunikasi


Kelompok memiliki pengaruh yang signifikan pada perilaku komunikasi
anggota kelompok. Berikut adalah beberapa efek atau pengaruh kelompok
pada perilaku komunikasi:
1. Konformitas
Anggota kelompok cenderung untuk mengikuti atau menyesuaikan
perilaku komunikasi mereka dengan apa yang dianggap "benar" atau
"normal" oleh kelompok. Hal ini disebabkan oleh dorongan untuk
diterima dan diakui oleh kelompok. Anggota dapat mengadopsi gaya
komunikasi yang umum di antara anggota kelompok atau menghindari
penyimpangan dari norma kelompok.
Bila sejumlah orang dalam kelompok mengatakan atau melakukan
sesuatu, ada kecenderungan para anggota untuk mengatakan dan
melakukan hal yang sama. Menurut Kiesler (1969), konformitas adalah

vii
perubahan perilaku atau kepercayaan menuju (norma) kelompok sebagai
akibat tekanan kelompok yang nyata atau dibayangkan.
Konformitas tidak selalu jelek, juga tidak selalu baik. Untuk nilai-
nilai sosial yang dipegang teguh oleh sistem sosial, konformitas
diperlukan. Tetapi untuk perkembangan pemikiran, untuk menghasilkan
hal-hal yang baru dan kreatif, konformitas merugikan. Sederhananya
bukan nonkonformitas (selalu tidak setuju), melainkan kemandirian.
Mandiri bukan menentang kelompok, melainkan bersedia untuk berbeda
pendapat. Inilah ¬freedom to be different!
2. Fasilitasi Sosial
Prestasi individu yang meninglat karena disaksikan kelompok
disebut oleh Allport sebagai fasilitasi sosial. Fasilitasi (dari bahasa prancis
facile, artinya mudah) menunjukan kelancaran atau peningkatan kualitas
kerja karena ditonton kelompok. Kelompok mempengaruhi pekerjaan
sehingga terasa menjadi lebih “mudah”.
Pada tahun 1924, Floyd Alport menemukan bahwa fasilitas sosial
tidak selalu memudahkan pekerjaan. Kehadiran kelompok bersifat
fasilitatif bila pekerjaan yang dilakukan berupa pekerjaan keterampilan
yang sederhana. Sebaliknya, kelompok mempersukar pekerjaan bila
pekerjaan itu berkenaan dengan nalar dan penilaian.
3. Polarisasi
Polarisasi mengandung beberapa implikasi yang negatif. Pertama,
kecenderungan ke arah ekstremisme menyebabkan peserta komunikasi
menjadi lebih jauh dari dunia nyata; karena itu, makin besar peluang bagi
mereka untuk berbuat kesalahan. Produktivitas kelompok tentu menurun.
Gejala ini disebut oleh Irving Janis sebagai groupthink. Groupthink, yaitu
proses pengambilan keputusan yang terjadi pada kelompok yang sangat
kohesif dimana anggota-anggota berusaha mempertahankan konsensus
kelompok sehingga kemampuan kritisnya menjadi tidak efektif lagi.
Kedua, polarisasi akan mendorong ekstrenisme dalam kelompok
gerakan sosialatau politik. Kelompok seperti ini biasanya menarik
anggota-anggota yang memiliki pandangan yang sama. Ketika mereka
berdiskusi, pandangan yang sama ini makin dipertegas sehingga mereka
makin yakin akan kebenaran. Keyakinan ini disusul dengan merasa benar
sendiri dan menyalahkan kelompok lain. Proses yang sama terjaid pada
kelompok saingannya. Terjadilah polarisasi yang menakutkan di antara
kelompok dan di dalam masing-masing kelompok (Myers dan Bishop,
1970).

2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keefektifan Kelompok

Keektifan kelompok adalah anggota-anggota kelompok bekerja sama


untuk mencapai tujuan: melaksanakan tugas kelompok dan memelihara moral

viii
anggota-anggotanya. Tujuan pertama diukur dari hasil kerja kelompok
disebut prestasi. Tujuan kedua diketahui dari tingkat kepuasan. Jalaluddin
Rakhmat (2004) meyakini bahwa faktor-faktor keefektifan kelompok dapat
dilacak pada karakteristik kelompok, yaitu:

1. Faktor situasional karakteristik kelompok:


a. Ukuran kelompok
Hubungan antara ukuran kelompok dengan prestasi krja kelompok
bergantung pada jenis tugas yang harus diselesaikan oleh kelompok.
Tugas kelompok dapat dibedakan dua macam, yaitu tugas koaktif dan
interaktif. Faktor lain yang mempengaruhi hubungan antara prestasi dan
ukuran kelompok ialah tujuan kelompok. Bila tujuan kelompok
memerlukan kegiatan yang konvergen (mencapai satu pemecahan yang
benar), hanya diperlukan kelompok kecil supaya sangat produktif. Bila
memerlukan tugas yang divergen (seperti menghasilkan berbagai
gagasan kreatif), diperlukan jumalah anggota kelompok lebih besar.
Lebih banyak kepala, lebih baik (McDavis dan Harari, 1974).
Hasil kelompok juga ditentukan oleh distribusi partisipasi anggota-
anggotanya. Namun, makin banyak jumlah anggota kelompok, makin
sedikit peluang untuk berinteraksi dengan berinteraksi dengan anggota
lainnya dalam jarak waktu tertentyu. Akibatnya, sejumlah orang tidak
mendapat kesempatan berinteraksi. Pada kelompok besar ada beberapa
orang yang dominan, sebagian besar membisu. Pada kelompok kecil,
tingkat partisipasi setiap anggota relatif sama.
b. Jaringan komunikasi
Terdapat beberapa tipe jaringan komunikasi, diantaranya adalah
sebagai berikut: roda, rantai, Y, lingkaran, dan bintang. Dalam
hubungan dengan prestasi kelompok, tipe roda menghasilkan produk
kelompok tercepat dan terorganisir.

Pada roda, seseorang (biasanya pemimpin) menjadi fokus


perhatian. Ia dapat berhubungan dengan semua anggota kelompok,
tetapi setiap anggota kelompok hanya tertentu yang bisa berhubungan
dengan pemimpinnya. Pada Rantai, A dapat berkomunikasi dengan B,
B dengan C, C dengan D, dan begitu seterusnya. Pada Y, tiga orang
anggota dapat berhubungan dengan orang-orang disampingnya seperti
pada pola rantai, tetapi ada dua orang yang hanya dapat berkomunikasi
dengan seseorang di sampingnya saja. Pada Lingkaran, setiap orang

ix
hanya dapat berkomunikasi dengan dua orang (samping kiri dan
kanannya) disini tidak ada pemimpin. Pada Bintang, -disebut juga
semua saluran- setiap anggota dapat berkomunikasi dengan semua
anggota kelompok lain. Yang terakhir ini disebut juga comcom. Semua
saluran komunikasi terbuka.
c. Kohesi kelompok
Kohesi kelompok didefinisikan sebagai kekuatan yang mendorong
anggota kelompok untuk tetap tinggal dalam kelompok, dan
mencegahnya meninggalkan kelompok. McDavid dan Harari (dalam
Jalaluddin Rakmat, 2004) menyarankam bahwa kohesi diukur dari
beberapa faktor sebagai berikut: (1) ketertarikan anggota secara
interpersonal pada satu sama lain, (2) ketertarikan anggota pada
kegiatan dan fungsi kelompok, (3) sejauh mana anggota tertarik pada
kelompok sebagai alat untuk memuaskan kebutuhan personal.
Karena kelompok kohesif para anggota terikat kuat dengan
kelompoknya, maka mereka menjadi mudah melakukan konformitas.
Kohesif sebuah kelompok, makin mudah anggota-anggotanya tunduk
pada norma kelompok, dan makin tidak toleran pada anggota yang
devian.
d. Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah komunikasi yang secara positif
mempengaruhi kelompok untuk bergerak ke arah tujuan kelompok.
Kepemimpinan adalah faktor yang paling menentukan kefektifan
komunikasi kelompok. Klasifikasi gaya kepemoimpinan yang klasik
dilakukan oleh White dan Lippit (1960). Mereka menyebutkan tiga
gaya kepemimpinan: otoriter, demokratis, dan laissez faire.
Kepemimpinan otoriter ditandai dengan keputusan dan kebijakan
yang seluruhnya ditentukan oleh pemimpin. Kepemimpinan demokratis
menampilkan pemimpin yang mendorong dan membantu anggota
kelompok untuk membicarakan dan memutuskan semua kebijakan.
Kepemimpinan laissez faire memberikan kebebasan penuh bagi
kelompok untuk mengambil keputusan individual dengan partisipasi
npemimpin yang minimal.

2. Faktor personal karakteristik kelompok:


a. Kebutuhan interpersonal
William C. Schultz (1966) merumuskan Teori FIRO (Fundamental
Interpersonal Relations Orientatation), menurutnya orang menjadi
anggota kelompok karena didorong oleh tiga kebutuhan intepersonal
sebagai berikut:
1) Inclution: Ingin masuk menjadi bagian kelompok
Kontinuum Inklusi

x
Undersocial Social Oversosial

(berkekurangan) (Ideal) (Berlebihan)

Inklusi: ketika kita pertama kali memasuki kelompok,


biasanya kita cemas bagaimana seharusnya kita menyesuaikan diri.
Kita takut diabaikan; kita cemas bagaimana kita harus melibatkan
diri dengan kelompok danberhubungan dengan anggota kelompok
lain; artinya, sejauh mana kita harus melakukan interaksi sosial.
Pada satu segi, kita ingin memasuki kegiatan; tetapi pada segi lain,
kita tidak ingin terlalu jauh terlibat dengan orang-orang yang tidak
kita kenal dengan baik. Dalam situasi seperti ini, banyak diantara
kita yang bereaksai berlebihan atau berkekurangan.
Bila bereaksi berlebihan, kita mendominasi percakapan
dengan kisah tentang diri kita dan terus menerus mengisi
kesempatan dengan guyonan atau hal-hal klise yang terlintas dalam
pikiran kita. Bila kita kurang bereaksi pada iklusi sosial dalam
kelompok, kita biasanya menarik diri dari percakapan, menjentik-
jentik cangkir kopi, atau mencoret-coret catatan kita.
2) Control: Ingin mengendalikan orang lain dalam tatanan
hierakis.
Kontinuum Kontrol

Abdikrat Demokrat Otokrat

(berkekurangan) (Ideal) (Berlebihan)

Kontrol: pembagian kerja yang harus dilakukan agar


kelompok tugas produktif menimbulkan perlunya kontrol.
Sebagian orang sangat kompetitif, menonjol, dan percaya diri
dalam menstruktur berbagai tuga individu. Schultz menyebut
individu yang mempunyai kecenderungan untuk mendominasi
sebagai otokrat, orang-orang seperti ini sangat ingin menciptakan
hierarki kekuasaan, dengan diri mereka di atas puncaknya.
Diujung kontinuum ada abdikrat, orang ini menyerahkan
semua kekuasaan dan tanggung jawab dalam perilaku
interpersonal. Orang ini selalu ikut dengan kelompok dan bersedia
ditempatkan pada posisi bawah. Ditengah-tengah ada demokrat

xi
yang cukup kuat dengan kemampuannya, mampu memikul atau
tidak memikul tanggung jawab, dan berusaha menghasilkan
keputusan kelompok secara kritis.
3) Affection: Ingin memperoleh keakraban emosional dari
anggota kelompok yang lain.
Kontinuum Afeksi

Underpersonal Personal Overpersonal

(berkekurangan) (Ideal) (Berlebihan)

Afeksi: Kebutuhan akan kasih sayang adalah dimensi


emosional kelompok. Kata Schultz, sebagian orang adalah
underpersonal. Orang-orang itu membuat jarak dari semua orang,
tampak menolak atau tidak memerlukan kontak personal untuk
menyelesaikan pekerjaannya. Pada ujung yang lain ada orang yang
overpersonal dan tampaknya tidak dapat menyelesaikan pekerjaan
kalau tidak ada kasih sayang yang kuat yang menghubungkan
mereka dengan anggota-anggota kelompok. Mereka harus merasa
dekat dahulu dengan orang lain sebelum dapat bekerja sama.
b. Tindak komunikasi
Mana kala kelompok bertemu, terjadilah pertukaran informasi.
Setiap anggota berusaha menyampaiakan atau menerima informasi
(secara verbal maupun nonverbal). Robert Bales (1950)
mengembangkan sistem kategori untuk menganalisis tindak
komunikasi, yang kemudian dikenal sebagai Interaction Process
Analysis (IPA).

c. Peranan
Seperti tindak komunikasi, peranan yang dimainkan oleh anggota
kelompok dapat membantu penyelesaian tugas kelompok, memelihara
suasana emosional yang lebih baik, atau hanya menampilkan
kepentingan individu saja (yang tidak jarang menghambat kemajuan
kelompok). Beal, Bohlen, dan audabaugh (dalam Rakhmat, 2004: 171)
meyakini peranan-peranan anggota-anggota kelompok terkategorikan
sebagai berikut:
1) Peranan Tugas Kelompok.
Tugas kelompok adalah memecahkan masalah atau melahirkan
gagasan-gagasan baru. Tugas kelompok ialah memecahkan
masalah atau melahirkan gagasan-gagasan baru. Peranan tugas
berhubungan dengan upaya memudahkan dan mengkoordinasi

xii
kegiatan yang menunjang tercapainya tujuan kelompok. Setiap
anggota boleh saja menjalankan lebih dari satu peranan dalam
komunikasi kelompok.
a. Intitator-contributor mengusulkan kepada kelompok gagasan-
gagasan baru atau cara baru yang berkenaan dengan masalah
atau tujuan kelompok.
b. Information seeker (pencari informasi) meminta penjelasan
saran yang diajukan ditinjau dari kecermatannya, otoritasnya,
dan fakta yang berkenaan dengan masalah yang dibicarakan
c. Opinion seeker (pencari pendapat) bukan hanya menanyakan
fakta suatu kasus, tetapi juga penjelasan mengenai nilai yang
relevan dengan nilai-nilai yang mendasari saran alternatif.
d. Information giver (pemberi informasi) menghubungkan
pengalamannya sendiri dengan masalah kelompok.
e. Opinion giver (pemberi pendapat) menyatakan pendapatnya
yang relevan dengan saran yang diajukan.
2) Peranan Pemiliharaan Kelompok.
Pemeliharaan kelompok berkenaan dengan usaha-usaha untuk
memelihara emosional anggota-anggota kelompok. Di bawah ini
adalah daftar peranan yang dimaksudkan untuk memelihara
hubungan emosional di antara para anggota:
a. Encourager (penggalak) memuji, menyetujui dan menerima
kontribusi anggota lain. Ia menunjukkan kehnagatan dan
kesetiakawanan dalam sikapnya terhadapa anggota lain.
b. Harmonizer (wasit) melerai pertikaian di antara anggota-
anggota yang lain, mengurangi ketegangan pada situasi
konflik-melalui lelucon atau kata-kata yang menetramkan.
c. Compromiser (kompromis) bekerja dari dalam konflik yang
melibatkan gagasan, ia mungkin menawarkan kompromi
dengan merendah atau memilih sikap tengah-tengah dalam
menghadapi kelompok.
d. Gatekeeper and expediter (penjaga gawang) berusaha
membuka saluran komunikasi dengan mendorong partisipasi
yang lain.
e. Standard setter (pembuat aturan) menetapkan kriteria
kelompok dalam menjalankan fungsinya.
3) Peranan individual
Berkenaan dengan usahan anggota kelompokuntuk
memuaskan kebutuhan individual yang tidak relevan
dengantugas kelompok. Usaha anggota kelompok untuk
memuaskan kebutuhan individual yang tidak relevan dengan tugas
kelompok, yang “berpusat pada individu” disebut peranan
individu.

xiii
a. Agresor berbuat macam-macam dengan merendahkan status
yang lain, menolak nilai, Tindakan atau perasaan yang lain.
b. Blocker (penghambat) cenderung bersikap negative dan secara
kepala batu selalu menolak, membantah dan menentang tanpa
alasan yang kuat.
c. Recognition seeker (pencari muka) berusaha dengan berbagai
cara menarik perhatian orang, sering dengan membual,
melaporkan kehebatan pribadinya dan seterusnya.
d. Seld confessor (pengungkap diri) menggunakan kesempatan
yang disediakan oleh kelompok untuk mengungkapkan
“perasaan”, “wawasan”, “ideologi” yang bersifat pribadi dan
tidak ada sangkut pautnya dengan kelompok.
e. Playboy menunjukkan ketidakacuhannya terhadap proses
kelompok dengan sikap sinisme, bermain-main, acuh tak acuh,
perilaku lain yang tidak layak.

2.5 Tujuan Komunikasi kelompok


Tujuan komunikasi kelompok dapat bervariasi tergantung pada konteks
dan tujuan kelompok itu sendiri. Namun, beberapa tujuan umum komunikasi
kelompok adalah sebagai berikut:
1. Pertukaran informasi: Salah satu tujuan utama komunikasi kelompok
adalah untuk menukar informasi antara anggota kelompok. Ini termasuk
berbagi pengetahuan, data, ide, pandangan, dan hasil riset terkait dengan
topik atau proyek yang sedang dikerjakan.
2. Pengambilan keputusan: Komunikasi kelompok juga berfungsi untuk
membantu dalam pengambilan keputusan. Melalui diskusi, debat, dan
pertukaran sudut pandang, anggota kelompok dapat mencapai pemahaman
yang lebih baik tentang situasi atau masalah yang dihadapi, dan kemudian
membuat keputusan yang lebih baik secara kolektif.
3. Perencanaan dan koordinasi: Komunikasi kelompok digunakan untuk
merencanakan kegiatan, mengatur tugas dan tanggung jawab, serta
mengoordinasikan upaya anggota kelompok. Hal ini penting untuk
memastikan bahwa semua orang memiliki pemahaman yang jelas tentang
apa yang perlu dilakukan dan bagaimana itu akan dilakukan.
4. Membangun hubungan dan memperkuat kerja tim: Komunikasi kelompok
juga berperan penting dalam membangun hubungan yang kuat antara
anggota kelompok. Melalui interaksi yang terbuka dan saling
mendengarkan, anggota kelompok dapat memperkuat ikatan sosial,
membangun kepercayaan, dan meningkatkan kerja tim.
5. Memecahkan masalah: Komunikasi kelompok dapat membantu dalam
memecahkan masalah yang kompleks atau konflik yang mungkin timbul
dalam kelompok. Dengan berbagi sudut pandang, mendengarkan dengan

xiv
empati, dan mencari solusi bersama, kelompok dapat menemukan resolusi
yang memadai.
6. Mendorong kreativitas dan inovasi: Komunikasi kelompok yang efektif
dapat merangsang kreativitas dan inovasi. Dengan memfasilitasi diskusi
terbuka, pertukaran ide, dan dukungan saling, kelompok dapat
menghasilkan gagasan-gagasan baru yang kreatif dan solusi inovatif untuk
tantangan yang dihadapi.
Dalam praktiknya, tujuan komunikasi kelompok dapat saling terkait dan
tumpang tindih. Penting untuk menjaga komunikasi yang efektif dan terbuka
agar kelompok dapat mencapai tujuan-tujuan ini dengan baik.

xv
DAFTAR PUSTAKA

Rakhmat, Jalaluddin. (2015). Psikologi Komunikasi. Edisi ke-23. Bandung: PT


REMAJA ROSDAKARYA.
Soyomukti, Nurani. (2010). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Erlangga.
Tutiasri, Ririn Puspita. Komunikasi Dalam Komunikasi Kelompok. Channel
4.1(2016):81-90.

xvi

Anda mungkin juga menyukai