Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

ILMU KOMUNIKASI

KOMUNIKASI KELOMPOK DAN ORGANISASI

OLEH:

ABDULLAH AZZAM (2230302203)

CAVAN RIJAL AZIZI (2230302013)

HILLIANA ARIF (2230302027)

FITRI RAHMADANI (2230302021)

FITRI AFRITA RAHMAT ( 2230302022)

DOSEN PENGAMPU:

NOVRIZON MARZAL

KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAHMUD YUNUS BATUSANGKAR

2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya kepada kita bersama, sehingga hari ini kita dapat bernafas dalam
keadaan beriman kepada Allah. Shalawat dan salam tidak lupa kita ucapkan kepada
Nabi Muhammad SAW.
Terimakasih juga kami ucapkan kepada Bapak yang telah membimbing kami
dalam kegiatan akademis dan membina kami baik dalam suka maupun duka.
Terimakasih juga kami ucapkan kepada teman-teman atas inspirasi yang luar biasa
dalam penyelesaian makalah kami ini yang berjudul,”KOMUNIKASI KELOMPOK
DAN ORGANISASI”.

Selanjutnya kami telah berusaha dalam menyajikan makalah ini dalam bentuk
yang sempurna. Namun, kami juga menyadari bahwa tidak ada kesempurnaan diatas
dunia ini. Oleh karena itu, kami sangat berharap kepada pembaca untuk memaafkan
seandainya terdapat kekeliruan dalam penulisan dan penyajian makalah kami ini.
Kami menerina seandainya jika ada kritik dan saran rasional dan kontruktif demi
perbaikan kedepannya.

Batusangkar, 8 Juni 2023


BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Komunikasi adalah penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada orang
lain dengan menggunakan lambang-lambang yang bermakna bagi kedua pihak, dalam
situasi yang tertentu komunikasi menggunakan media tertentu untuk merubah sikap atau
tingkah laku seorang atau sejumlah orang sehingga ada efek tertentu yang diharapkan
Kendala utama dalam berkomunikasi adalah kita sering mempunyai makna yang berbeda
terhadap lambang yang sama. Oleh karena itu, komunikasi seharusnya dipertimbangkan
sebagai aktifitas dimana tidak ada tindakan atau ungkapan yang diberi makna secara
penuh, kecuali jika diinterpretasikan oleh partisipan komunikasi yang terlibat
Sebagai mahkluk sosial manusia sangat memerlukan komunikasi satu dengan yang
lain. Tindakan komunikasi ini terus menerus terjadi selama proses kehidupan, melalui
komunikasi seseorang dapat membuat dirinya tidak merasa terasing atau terisolas dari
lingkungan sekaraya Proses komunist akan berhasil apabila suatu pesan yang akan
disampaikan di dalam pikiran diterim atau dapat dimengerti oleh komunikan, sebaliknya
komunikasi akan gagal bila ha yang disampaikan tidak dimengerti atau tidak di sadari.
Pada dasarnya komunikas merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia.
Tanpa adanya komunikasi manusia akan sulit untuk saling berinteraksi. Kemampuan
berkomunikasi yang baik sangat diperlukan dan penting dalam kehidupan sehari- hari.
dalam proses komunikasi bukan hanya harus mengetahui dan memahami Cara menyusun
kalimat yang benar, melainkan kita harus mampu mengucap akan kalimat dengan tepat
sesuai dengan pesan yang akan disampaikan. Dalam sebuah proses interaksi, komunikasi
merupakan suatu hal yang sama sekali tidak bisa dihilangkan salah satu bentuk dari
komunikasi adalah komunikasi kelompok
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu komunikasi kelompok?
2. Apa itu komunikasi organisasi?
3. Apa tujuan komunikasi?
4. Apa fungsi komunikasi organisasi
5. Apa perbedaan komunikasi kelompok dengan organisasi
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui komunikasi kelompok
2. Untuk mengetahui komunikasi organisasi
3. Untuk mengetahui tujuan komunikasi
4. Untuk mengetahui fungsi komunikasi organisasi
5. Untuk mengetahui perbedaan komunikasi kelompok dengan komunikasi
organisasi
BAB II

PEMBAHASAN

A. KOMUNIKASI KELOMPOK
1. Pengertian Komunikasi Kelompok
Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang
berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama
lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut Kelompok
ini misalnya adalah keluarga, kelompok diskusi, kelompok pemecahan masalah, atau
suatu komite yang tengah berapat untuk mengambil suatu keputusan. Menurut
Walgito Komunikasi kelompok tediri dari dua kata komunikasi dan kelompok,
komunikasi dalam bahasa inggris Communication berasal dari kata latin
communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama, yakni
maksudnya menyamakan suatu makna. Sedangkan kelompok, kelompok dapat
dipandang dari segi presepsi, motivasi, dan tujuan, interdependensi, dan juga dari
segi interaksi. Berarti komunikasi kelompok adalah menyamakan suatu makna
didalam suatu kelompok. Pengertian kelompok berdasarkan diatas dapat diartikan
atas dasar:
a. Motivasi dikemukakan Bass, menyatakan bahwa kelompok adalah kumpulan
individu yang keberadaanya sebagai kumpulan memberikan reward kepada
individu-individu.
b. Atas dasar tujuan yang dikemukakan oleh mills, kelompok dipandang Mills adalah
suatu kesatun yang terdiri atas dua orang atau lebih yang melakukan kontak
hubungan untuk suatu tujuan tertentu.
c. Segi interdependensi, Fiedler Mengatakan bahwa kelompok adalah sekumpulan
orang yang saling bergantung satu dengan yang lainya. Pengertian yang sama juga
dikemukakan olej Cartwright dan Zander (1968), bahwa kelompok adalah
kumpulan beberapa orang orang yang berhubungan satu dengan yang lainya dan
membuat mereka saling ketergantungan.
d. Dasar interaksi yang dikemukakan oleh Bouner, menyatakan bahwa kelompok
adalah dua orang atau lebih yang berinteraksi satu dengan yang lain dan saling
mempengaruhi.

2. Proses Komunikasi Kelompok


Proses komunikasi kelompok dalam pembahasan ini dimaksudkan sebagai
upaya untuk membatasi pada ruang tertentu terjadinya komunikasi kelompok. Hal
ini disebabkan adanya problem yang sangat kompleks jika membahas ruang
lingkup proses komunikasi kelompok. Sesungguhnya proses komunikasi
kelompok terjadi pada dimensi dan sudut pandang apa saja yang tidak terbatas dan
ini tidak tergantung peristiwa komunikasi kelompok itu sendiri. Suatu kelompok
yang sedang melakukan diskusi atau komunikasi antara satu dengan yang lain
selalu memiliki tema-tema yang berbeda antara kelompok satu dengan yang
lainnya. Tema-tema ini dapat diteliti dan menghasilkan kecenderungan kelompok
yang sedang berkomunikasi tersebut dengan tema-tema yang dibicarakannya.
Berg (1967) dalam Goldberg dan Larson telah melakukan penelitian
tentang kecenderungan tema-tema dalam diskusi kelompok yang dilakukan oleh
orang-orang. Hasil penelitian Berg tersebut adalah sebagai berikut :
a. Tema substantif (substantive themes) yaitu tema yang topiknya ada kaitannya
dengan tugas kelompok.
b. Tema prosedural (procedural themes) yaitu tema yang memberi perhatian pada
bagaimana diskusi harus berkembang, diatur, diubah, atau dikoreksi.
c. Tema yang tidak relevan (irrelevant themes) yaitu tema yang tidak ada kaitannya
baik secara substantif maupun prosedural dengan tugas kelompok.
d. Gangguan-gangguan (disruptions) yaitu kejadian-kejadian yang mengganggu
tema-tema yang sedang didiskusikan, misalnya kalau dua angota atau lebih
berbicara pada saat yang bersamaan.

3. Bentuk Komunikasi Kelompok


Bentuk komunikasi kelompok terbagi kedalam dua kategori : deskriptif
dan preskriptif
a. Komunikasi kelompok deskriptif
1). Kelompok Tugas.
Aubrey Fisher meneliti tindak komunikasi kelompok tugas dan menemukan bahwa
kelompok melewati empat tahap: orientasi, konflik, pemunculan dan peneguhan. Pada
tahap pertama, setiap anggota berusaha saling mengenal, saling menangkap perasaan
yang lain mencoba menemukan peranan dalam status. Ini adalah tahap pemetaan
masalah. Tindak komunikasi pada tahap ini umumnya menunjukkan persetujuan,
mempersoalkan pernyataan dan berusaha memperjelas informasi, anggota kelompok
cenderung tidak seragam dalam menafsirkan usulan. Pada tahap kedua konflik, terjadi
peningkatan perbedaan diantara anggota. Masing-masing berusaha mempertahankan
posisinya. Terjadi polarisasi dan kontroversi di antara anggota kelompok. Tindak
komunikasi pada tahap ini kebanyakan berupa pernyataan tidak setuju, dukungan pada
pendirian masing-masing dan biasanya menghubungkan diri dengan pihak yang pro atau
kontra. Pada tahap ketiga pemunculan, orang mengurangi tingkat polarisasi dan
perbedaan pendapat. Di sini anggota yang menentang usulan tertentu menjadi bersikap
tidak jelas. Tindak komunikasi umunya berupa usulan-usulan yang ambigu. Pada tahap
keempat peneguhan, para anggota memperteguh konsensus kelompok. Mereka mulai
memberikan komentar tentang kerjasama yang baik dalam kelompok dan memperkuat
keputusan yang diambil oleh kelompok, pernyataan umumnya bersifat positif dan
melepaskan ketegangan.
2). Kelompok Pertemuan Kelompok pertemuan oleh para psikolog digunakan untuk melatih
pasien menemukan dirinya sendiri. Carl Roger melihat manfaat kelompok pertemuan
untuk pengembangan diri. Pada tahun 1970-an para peneliti menemukan bahwa
kelompok pertemuan bukan saja dapat membantu pertumbuhan diri, tetapi juga
mempercepat penghancuran diri. Beberapa peneliti mencatat adanya kerusakan psikis
akibat kepemimpinan kelompok yang merusak. Seperti kita ketahui, orang memasuki
kelompok pertemuan untuk mempelajari diri mereka dan mengetahui bagaimana mereka
dipersepsikan oleh anggota yang lain.
3). Kelompok Penyadar Kelompok penyadar ini digunakan untuk menimbulkan kesadaran
pada anggota-anggota kelompoknya. Untuk menimbulkan kesadaran diri pada orang-
orang yang berkumpul di dalam kelompok harus terdiri dari orang-orang yang mempunyai
karakteristik yang menjadi dasar pembentukan kelompok.
b. Komunikasi Kelompok Preskriptif (Pemberi Petunjuk)
Komunikasi kelompok dapat dipergunakan untuk menyelesaikan tugas,
memecahkan persoalan, membuat keputusan, atau melahirkan gagasan kreatif,
membantu pertumbuhan kepribadian seperti dalam kelompok pertemuan atau
membangkitkan kesadara sosial politik. Tidak terlalu salah kalau kita katakan
komunikasi kelompok berfungsi sebagai katup pelepas perasaan tidak enak
sampai pembuat gerakan revolusioner, sejak sekadar pengisi waktu sampai basis
perubahan sosial. Berbagai komunikasi kelompok ini menurut formatnya dapat
diklasifikasikan pada dua kelompok besar: privat dan publik (terbatas dan
terbuka). Kelompok pertemuan (kelompok terapi), kelompok belajar, panitia,
konferensi (rapat) adalah kelompok privat. Panel, wawancara terbuka (publik
interview), forum, symposium termasuk kelompok publik.

B. KOMUNIKASI ORGANISASI

1. PENGERTIAN KOMUNIKASI ORGANISASI


Pemahaman terhadap komunikasi organisasi tidak terlepas dari kaitannya dengan
berbagai aspek lainnya dari perilaku organisasi secara keseluruhan, maupun bila
dilihat secara lebih luas lagi yaitu dalam kaitannya dengan pengkajian antar disiplin
ilmu, khususnya ilmu komunikasi. Perilaku organisasi bertalian dengan bagaimana
dan mengapa orang-orang berindak, berpikir dan merasa dalam suatu peraturan
organisasi. Untuk dapat lebih memahami komunikasi organisasi. Kita harus merujuk
kepada berbagai pengertian komunikasi dan organisasi yang akan di uraikan dalam
bagian berikut :

Komunikasi Istilah komunikasi mengandung makna yang bersal dari basa latin
communication‖ yang berarti pemberitahuan, pemberian bagian, pertukaran, dimana
si pembicara mengharapkan pertimbangan atau jawqaban dari pendengarnya. Kata
sifatnya adala communis yang artinya bersifat umum atau bersama-sama. Kata
kerjanya adalah communicare artinya berdialog, berunding atau bermusyawarah.
Komunikasi merupakan proses yang secara umumdigunakan manusia dalam
melakukan interaksi social
Organisasi Salah satu hal terpenting dalam memahami komunikasi organisasi
adalah bahwa kita seyogianya memahami pendekatanpendekatan yang
mempengaruhi cara berfikir atau cara pandang terhadap organisasi. Organisasi
menurut Robbins diartikan sebagai suatu unit sosial yang dikoordinasikan dengan
sadar, yang terdiri dari dua orang atau lebih, yang berfungsi atas dasar yang relative
terus menerus untuk mencapai suatu tujuan atau serangkaian tujuan bersama. Pace &
Faules mengemukakan bahwa terdapat dua pendekatan dalam memahami organisasi,
pendekatan objektif dan pendekatan subjektif. Makna Objektif‖ dalam konsep ini
merujuk kepada pandangan bahwa objek-objek, perilaku-perilaku, dan peristiwa-
peristiwa eksis di dunia nyata dan terlepas dari pengamatannya, sedangakan
subjektif‖ merujuk bahwa realitas itu sendiri adalah konstruksi sosial, realitas sebagai
suatu proses kreatif yang memungkinkan orang menciptakan apa yang ada di
luarsana‖.
bersama laki-laki dari kelompoknya maka perempuan itu meawarisi
dengan ashabah bersama dengan laki-laki fari kelompoknya itu. Yaitu, laki-
laki mendapatkan bagian dua kali perempuan. Jika kelompok perempuan itu
tidak bersama dengan laki-laki maka dia mewarisi dengan al-fardh. Saudara –
saudara perempuan sekandung dan seayah mendapatkan warisan ashabah
dengan anak-anak perempuan.
Kadang-kadang orang mewarisi dengan al-fardh, kadang-kadang
dengan ashabah, mendapatkan keduanya. Mereka ada dua orang: ayah dan
kakek. Masing-masing dari keduanya mewarisi bagiannya. Ketika setelah
dibagikan pada orang-orang yang mendapatkan bagian masih tersisa maka
masing-masing dari dua orang itu mengambil sisa itu dengan ashabah.
Adapun warisan dengan kekerabatan rahim, mnurut hafiyyah dan hanabilah
adalah perolehan hak ketika tidak adanya ahli waris ashabah dan fardh.
Hanabilah mengecualikan suami istri dari ahli waris yang mendapatkan fardh.
Mereka mengatakan, kerabat rahim mewarisi ketika tidak ada ahli waris
ashabah dan fardh selain suami istri.
Pendapat yg masyhur menurut malikiyah dan pendapat asli mazhab
syafi’i adalah bahwa dzawil arham tidak mewarisi, tidak pula diberikan
kepada ahli waris yang mendapatkan al-faradh, tetapi harta itu diberikan
kepada baitu mal. Ulama belakangan dari mazhab syafi’iyah berfatwa, jika
baitul mal belum dibentuk, maka di berikan kepada ahli waris yang
mendapatkan al-fardh selain suami istri, sisa bagian mereka dengan
pembagian berdasarkan persentase. Jika meraka tidak ada diberikan kepada
dzawil arham (Wahbah Azzuhaili, 2011)

1. Cara Pembagian Warisan


Pembagian Warisan Menurut Islam' karya Muhammad Ali Ash-Shabuni, cara
pembagian harta warisan berdasarkan Al-Quran surat An-Nisa, persentasenya terdiri dari
setengah (1/2), seperempat (1/4), seperdelapan (1/8), dua pertiga (2/3), sepertiga (1/3),
dan seperenam (1/6).
1. Setengah (1/2)
Ashhabul furudh yang berhak mendapatkan setengah (1/2) adalah satu
kelompok laki-laki dan empat perempuan. Di antaranya suami, anak perempuan, cucu
perempuan dari keturunan anak laki-laki, saudara kandung perempuan, dan saudara
perempuan sebapak.
2. Seperempat (1/4)
Ahli waris yang berhak mendapatkan seperempat dari harta pewaris hanyalah dua
orang, yaitu suami atau istri.
3. Seperdelapan (1/8)
Ahli waris yang berhak mendapatkan bagian warisan seperdelapan adalah istri.
Istri yang mendapatkan waris dari peninggalan suaminya, baik itu memiliki anak atau
cucu dari rahimnya atau rahim istri yang lain.
4. Duapertiga (2/3)
Ahli waris yang berhak mendapatkan dua pertiga warisan terdiri dari empat
perempuan. Ahli waris ini, antara lain anak perempuan kandung, cucu perempuan dari
anak laki-laki, saudara perempuan kandung, dan saudara perempuan sebapak.
5. Sepertiga (1/3)
Ahli waris yang berhak mendapatkan sepertiga warisan hanya dua, yaitu ibu dan
dua saudara baik laki-laki atau perempuan dari satu ibu.
6. Seperenam (1/6)
Ahli waris yang berhak mendapatkan bagian seperenam warisan ada 7 orang,
yakni bapak, kakek, ibu, cucu perempuan, keturunan anak laki-laki, saudara perempuan
sebapak, nenek, dan saudara laki-laki dan perempuan satu ibu.
Dalam hukum Islam, ada beberapa hal yang menyebabkan hak waris seseorang menjadi
gugur. Di antaranya: (Wahbah Azzuhaili, 2011)

- Budak
Seseorang yang berstatus budak tidak mempunyai hak untuk mewarisi sekalipun
dari saudaranya. Sebab, segala sesuatu yang dimiliki budak, secara langsung menjadi
milik tuannya.
- Pembunuhan
Apabila seorang ahli waris membunuh pewaris (misalnya: seorang anak
membunuh ayahnya), maka ia tidak berhak mendapatkan warisan. Hal ini berdasarkan
sabda Rasulullah SAW:
"Tidaklah seorang pembunuh berhak mewarisi harta orang yang dibunuhnya."
- Perbedaan Agama
Seorang muslim tidak dapat mewarisi ataupun diwarisi oleh orang nonmuslim,
apapun agamanya. Hal ini telah diterangkan Rasulullah SAW dalam sabdanya:
"Tidaklah berhak seorang muslim mewarisi orang kafir dan tidak pula orang kafir
mewarisi muslim." (HR. Bukhari dan Muslim).
Demikian penjelasan mengenai hukum dan tata cara pembagian harta warisan menurut
Islam ke ahli waris. (Wahbah Azzuhaili, 2011)

2. ‘Aul dan Rad


1. Pengertian ‘Aul
‘Aul menurut bahasa ada beberapa macam, diantaranya adalah cendrung kepada
perbuatan aniaya dan menyimpang.
Arti ini ditunjukkan dalam firman Allah SWT.:
‫ٰذ ِلَك َاْد ٰٓنى َااَّل َتُعْو ُلْو ۗا‬
Artinya:
“ Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.”
Adapun menurut ulama faradiyun, ‘aul artinya bertambahnya jumlah bagian
zawil furud atau berkurangnya kadar penerimaan warisan mereka. Hal ini dapat terjadi
apabila terdapat banyak ahli waris yang berhak memperoleh warisan, sehingga
menghabiskan harta warisan, tetapi masih ada ahli waris lainnya yang belum
mendapatkan bagian. (Drs. Dian Khairul Umam, 1999) Untuk mengatasi hal tersebut
asal masalah terpaksa ditambah sehingga memungkinkan ahli waris yang belum
memperoleh warisan akan mendapat bagian.
Dalam kitab Al-Mawarits di Syari’atil Islamiyyah, hasanain muhammad makhluf
mendafenisikan bahwa ‘aul dalam pembagian pusaka adalah adanya kelebihan dalam
saham ahli waris dari besarnya asal masalah dan adanya penyusunan dalam kadar
penerimaan mereka, dikarenakan asal masalahnya tidak cukup untuk memenuhi fard-
fard dari ashabul furud.
Dengan demikian ‘aul berarti mengurangi bagian masing-masing ahli waris.
Mereka tidak terhalang menerima warisan akibat penambahan pokok masalah,
melainkan bagian harta warisannya saja yang berkurang.
2. Beberapa cara menyelesaikan masalah ‘aul
Untuk menyelesaikan masalah ‘aul,dapat ditempuh beberapa jalan,yaitu sebagai
berikut :
1) Jalan yang dipilih oleh para ulama faraid :
a) Mencari asal masalahnya setelah mengetahui fard dari masing – masing ashabul
furud.
b) .Mencari saham-saham dari masing-masing ashabul furud
c) Menjumlahkan saham ashabul furud
d) Asal masalah yang semula tidak dipakai lagi dan diganti dengan asal masalah
baru,yaitu jumlah saham yang diterima oleh para ahli waris.
2) Jumlah sisa kurang dari peninggalan yang terbagi ditanggung oleh ashabul furud
dengan jalan mengurangi penerimaan masing-masing menurut perbamndingan furud
atau saham mereka masing-masing.
3) Jalan menurut ilmu hitung,yaitu dengan mengadakan perbandingan furud saham mereka
satu sama lain kemudian menjumlahkan saham mereka dijumlah. Jumlah ini dipakai
untuk membagi harta pusaka untuk mengetahui harga tiap-tiap bagian.Setelah harga tiap-
tiap bagian diketahui,bagian mereka masing-masing akan diketahui pula. (Drs. Dian
Khairul Umam, 1999)

3. Pengertian Radd
Kata radd menurut bahasa artinya i’adah, yaitu mengembalikan.Kata radd
juga berarti sharafun (memulangkan kembali).Dalam Al-Qur’an banyak
disebutkan kata radd, misalnya QS. Al-Ahzab: 25

‫َو َر َّد ُهّٰللا اَّلِذ ْيَن َك َفُرْو ا ِبَغْيِظ ِهْم َلْم َيَناُلْو ا َخ ْيًرا َۗو َك َفى ُهّٰللا اْلُم ْؤ ِمِنْيَن اْلِقَتاَل‬
‫َۗو َك اَن ُهّٰللا َق ًّيا َع ْيًز ۚا‬
‫ِو ِز‬
Artinya:
“Dan Allah menghalau orang-orang yang kafir itu yang keadaan mereka penuh
kejengkelan, (lagi) mereka tidak memperoleh keuntungan apapun.”
Dengan demikian, secara definitif, yang dimaksud radd menurut ulama
faradiyun adalah pengembalian bagian yang tersisa dari bagian zawul furud
nasabiyah kepada mereka, sesuai dengan besar kecilnya bagian masin-masing
bila tidak ada lagi orang yang berhak menerimanya.
4. Rukun-rukun Radd
Radd terjadi bila memenuhi 3 rukun sebagai berikut :
a. adanya ashabul furud
b. Badanya kelebihan harta peninggalan setelah dibagikan kepada masing-
masing ahli waris asabah.
c. tidak ada ahli waris asabah.

5. Ahli waris yang berhak mendapat radd


a. Anak perempuan.
b. Anak perempuan dari anak laki-laki.
c. Saudara perempuan seayah dan seibu (saudara kandung).
d. Saudari perempuan seayah
e. Ibu nenek sahihah
f. Saudara perempuan seibu (Drs. Dian Khairul Umam, 1999)
g. Saudara laki-laki seibu
6. Pembagian radd
a. Ahli waris yang memiliki bagian tertentu hanya seorang dan bukan salah
seorang dari suami atau istri
b. Ahli waris atas lebih dari seorang ashabul furud bukan suami atau istri
c. Para ahli waris yang mempunyanyi bagian tetap terdiri atas satu jenis dengan
disertai adanya suami atau istri
d. Para ahli waris memiliki bagian tetap dan berbeda serta disertai dengan
adanya salah satu diantara suami atau istri. (Drs. Dian Khairul Umam, 1999)
3. Pengertian Jinayah
Adapun jinayah menurut bahasa (etimilogi) merupakan bentuk verbal noun (masdar)
dari kata jana yajni jinayatan yang berarti berbuat dosa (jarimah). Secara garis besar,
pembahasan hukum pidana Islam dapat dibedakan menjadi dua. Ada yang menyebutnya
fiqh jinayah1 dan ada pula yang menjadikan fiqh jinayah sebagai subbagian yang terdapat
di bagian akhir isi sebuah kitab fiqh atau kitab hadis yang corak pemaparannya seperti
kitab fiqh. Kitab yang secara khusus dinamakan sebagai fiqh jinayah memiliki sistematika
pembahasan yang lebih terperinci, aktual, dan akomodatif. Ditinjau dari unsur-unsur
jarimah atau tindak pidana, objek utama kajian
fiqh jinayah dapat dibedakan menjadi tiga bagian,yaitu:
1). al-rukn al-syar‘î atau unsur formil,
2). al-rukn al-mâdî atau unsur materiil, dan
3). al-rukn al-ada atau unsur mori
Al-rukn al-syar‘î atau unsur formil ialah unsur yang menyatakan bahwa
seseorang dapat dinyatakan sebagai pelaku jarimah jika ada undang-undang
yang secara tegas melarang dan menjatuhkan sanksi kepada pelaku tindak
pidana.
Al-rukn al-mâdî atau unsur materiil ialah unsur yang menyatakan bahwa
seseorang dapat dijatuhkan pidana jika ia benar-benar terbukti melakukan
sebuah jarimah, baik yang bersifat positif (aktif dalam melakukan sesuatu)
maupun yang bersifat negatif (pasif dalam melakukan sesuatu).
Al-rukn al-adabî atau unsur moril ialah unsur yang menyatakan bahwa
seseorang dapat dipersalahkan jika ia bukan orang gila, anak di bawah umur,
atau sedang berada di bawah ancaman.
Itulah objek utama kajian fiqh jinayah jika dikaitkan dengan unsur-unsur
tindak pidana atau arkân al-jarîmah. Sementara itu, jika dikaitkan dengan
materi pembahasan, di mana hal ini erat hubungannya dengan unsur materiil
atau al-rukn al-mâdî, maka objek utama kajian fiqh jinayah meliputi tiga
masalah pokok, yaitu sebagai berikut:
1. Jarimah qishash yang terdiri atas:
a. Jarimah pembunuhan
b. Jarimah penganiayaan
2. Jarimah hudud
a. Jarimah zina
b. Jarimah qadzf (menuduh muslimah baik-baik beerbuat zina)
c. Jarimah syurb al- khamr ( meminum minuman keras).
d. Jarimah al-baghyu (pemberontakan).
e. Jarimah al-riddah (murtad).
f. Jarimah al-sariqah (pencurian).
g. Jariamah al-hirabah (perampokan).

3. Jarimah ta’zir, yaitu semua jenis tindak pidana yang tidak secara tegas
diatur oleh Alquran atau hadis. Aturan teknis, jenis, dan pelaksanaannya
ditentukan oleh penguasa setempat. Bentuk jarimah ini sangat banyak
dan tidak terbatas, sesuai dengan kejahatan yang dilakukan akibat godaan
setan dalam diri manusia.
4. Tujuan dan Ruang Lingkup Jinayah
A. Tujuan Jinayah
1.Menjamin keamanan al-maqshid al-syari’ah al-khamsah (lima tujuan syari’ah) yang
bersifat primer (daruryyat) yaitu:
a. Hifzh al din (memelihara agama)
b. Hifzh al nafsi (memelihara jiwa)
c. Hifzh al mal (memelihara harta)
d. Hifzh al nasli (memelihara keturunan)
e. Hifzh al aqli (memelihara akal pikiran)
2. Menjamin keperluan-keperluan mereka yang bersifat sekunder (hajiyat) yaitu keperluan-
keperluan yang dapat menyingkirkan kesulitan –kesulitan dari masyarakat dan dapat
membuat hidup mereka lebih mudah.
3.Membuat perbaikan-perbaikan, yaitu mengarahkan manusia kepada urusan-urusan hidup
yang lebih baik atau biasa disebut tahsinat. (Islamul Haq, 2020)
B. Rusng Lingkup
Perkara jinayah adalah perkara pidana..Perkara jinayah ada 3 yaitu:
1).Hudud yang meliputi: zina, menuduh berzina (qadhaf), mencuri, merampok,minuman
keras dan napza, murtad, pemberontaka (bughaat)
2).Qisas/diat yang meliputi: pembunuhan, penganiayaan.
3).Ta’zir yaitu hukuman yang dijatuhkan kepada orang yang melakukan pelanggaran
syariat selain hudud dan qisas/diat seperti: maisir(perjudian), penipuan, pemalsuan,
khalwat, meninggalkan shalat fardhu dan puasa ramadhan. (Dr. Mardani, 2022)

5. Azaz dan Hikmah Jinayah


1. Azaz Hikmah
Asas-Asas Fiqih Jinayah Asas mempunyai beberapa pengertian, salah satu
diantaranya adalah kebenaran yang menjadi tumpuan berpikir atau berpendapat. Selain
itu juga menjadi alas keterangan atau landasan. Asas hukum berarti kebenaran yang
dipergunakan sebagai tumpuan berpikir dan alasan dalam mengemukaan suatu
argumentasi, terutama dalam penegakan dan pelaksanaan hukum. Asas hukum
islam berasal dari Alqur’an dan Sunnah Nabi Muhammad saw, baik bersifat rinci
maupun yang bersifat umum.25 Asas-asas hukum pidana islam adalah asas-
asashukum yang mendasari pelaksanaan hukum pidana islam diantaranya :
a. Asas Legalitas
Asas legalitas adalah tiada delik tiada hukuman sebelum ada ketentuan
terlebih dahulu. Asas ini merupakan suatu jaminan dasar bagi kebebasan individu
dengan memberi batas aktivitas apa yang dilarang secara tepat dan jelas. Asas ini
melindungi dari penyalahgunaan kekuasaan atau kesewenangan-wenangan hakim,
menjamin keamanan indivdu dengan informasi yang boleh dan yang dilarang.
Setiap orang harus diberi peringatan sebelumnya tentang perbuatan-perbuatan
illegal hukumnya. Jadi berdasarkan asas ini, Asas legalitas adalah suatu asas yang
menyatakan bahwa tidak ada pelanggaran dan tidak ada hukuman sebelum ada
nash
(ketentuan) yang melarang perbuatan tersebut dan mengancamnya dengan
hukuman.
b. Asas Tidak Berlaku Surut Dalam Hukum Pidana Islam
Asas tidak berlaku surut merupakan kelanjutan dari asas legalitas dalam
hukum pidana Islam. Dalam asas ini, mengandung arti bahwa setiap aturan pidana
yang dibuat terkemudian tida dapat menjerat perbuatan pidana yang dilakukan
sebelum aturan itu dibuat28 Asas ini melarang berlakunya hukum pidana
kebelakang kepada perbuatan yang belum ada peraturanya. Hukum pidana harus
berjalan kedepan. Pelanggaran terhadap asa ini mengakibatkan pelanggaran
terhadap hak asasi manusia
c. Asas Praduga Tak Bersalah
Suatu konsekuensi yang tidak bisa dihindarkan dari asas legalitas adalah
asas praduga tidak bersalah ( principle of lawfulness ). Menurut asas ini, semua
perbuatan dianggap boleh kecuali dinyatakan sebaliknya oleh suatau nash hokum.
Jadi asas praduga tak bersalah yaitu asas yang mendasari bahwa seseorang yang
dituduh melakukan suatau kejahatan harus dianggap tidak bersalah sebelum hakim
dengan bukti-bukti yang meyakinkan menyatakan degan tegas kesalahan tersebut.
d. Asas Kesalahan
Seseorang yang dikenai pidana dalam hukum islam adalah orang yang telah
terbukti melalui pembuktian, telah melakukan suatau tindakan yang dilarang syar’i.
Terpidana adalah orang yang benar-benar memiliki kesalahan, dan kesalahan itu
bukan sekedar praduga , tetapi harus dibuktikan sehingga tidak ada lagi keraguan.
Keraguan hakim terhadap kasus yang dihadapinya dapat berakibat pada
keputusannya. Para sarjana muslim sepakat bahwa hakim tidak boleh menjatuhkan
hukuman had dan qisas ada keraguan, tetapi mereka berdeda dalam kejahatan
ta’zir. Pandangan mayoritas adalah asas ini tidak meliputi kejahatan-kejahatan
ta’zir.34
e. Asas Kesamaan di Hadapan Hukum
Prinsip kesamaan telah dikenal sejak 14 abad silam, jauh sebelum bangsa
barat mengadopsi menjadi asas “ equality before the law “. Hukum modern baru
mengenal asas ini pada akhir abad ke 18, itu pun dalam bentuk yang kurang lengap.
Bukti dari ketidak lengkapan asas persamaan di hadapan hukum yang dianut oleh
system hukum modern adalah adanya keistimewaan terhadap orang-orang tertentu.
Sistem hukum modern dan hukum pidana islam sangat berbeda, hal ini dibuktikan
2. Hikmah Jinayah
a. Menjaga dan menyelamatkan kelangsungan hidup manusia
b. Menempatkan kedudukan manusia sebagai makhluk yang mulia
c. Membatasi kemauan manusia untuk berbuat semena-mena terhadap jiwa
manusia
d. Menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan
e. Mengangkat dan menolong orang yang teraniaya
f. Menunjukkan sikap patuh terhadap hukuman allah
g. Menciptakan kehidupan yang damai sepanjang masa. (Islamul Haq, 2020)
BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Bagian-bagian ahli waris dan cara perhitungan harta warisan tertanya ada banyak dan
cangkupannya sangat luas, dan orang-yang berhak menerima warisan tersebut tidak semua
orang, ada orang yang bisa menerima ada yang tidak bisa menerima.

Jinayah adalah perbuatan dosa, yang dimana perbuatan ini juga memiliki banyak jenis
yang dimana semuanya tidak ada pahalanya sama sekali melainkan mendapatkan dosa yang
amat banyak

B.Saran

Kami sebagai penulis ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu kami mengharapkan
saran dari para pembaca. Penulis meminta maaf atas kesalahan kata-kata dalam penulisan
masalah kami.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Dr. Mardani. (2022). Hukum Acara Jinayat. Jakarta: KENCANA.

Drs. Dian Khairul Umam. (1999). Fiqih Mawaris. Bandung: CV PUSTAKA SETIA.

Islamul Haq. (2020). FIQH JINAYAH. Parepare: nusantara press.

Wahbah Azzuhaili. (2011). Fiqih Islam Wa Adillatuhu. Jakarta: Gema Insani.

Anda mungkin juga menyukai