Oleh:
INDAH ZIAN NINGRUM
1906124524
Dosen pengampu:
Roza Yulida, S.P., M.Si.
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat,taufik,
serta hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Dan tak
lupa pula shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada keharibaan junjungan kita
Nabi Besar Muhammad SAW yang membawa kita dari zaman kegelapan menuju
zaman terang-benderang. Adapun makalah yang akan dibahas yaitu dengan judul
“Komunikasi Kelompok Kecil”.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Sikap seseorang bukan hanya dipengaruhi oleh “pembawaan” saja, tetapi juga
dipengaruhi kelompok rujukan yang identifikasi mereka. Kelompok menentukan cara
kita berbicara, berpakaian, bekerja dan juga keadaan emosi. Komunikasi kelompok
digunakan untuk bertukar informasi, menambah pengetahuan, memperteguh sikap &
perilaku, mengembangkan kesehatan jiwa dan meningkatkan kesadaran.
Adapun beberapa rumusan masalah yang terdapat dalam makalah ini sebagai berikut:
Adapun beberapa tujuan penulisan yang terdapat dalam makalah ini sebagai berikut:
4
BAB II
PAMBAHASAN
Kelompok yang baik adalah kelompok yang dapat mengatur sirkulasi tatap
muka yang intensif di antara anggota kelompok, serta tatap muka itu pula akan
mengatur sirkulasi komunikasi makna di antara mereka, sehingga mampu melahirkan
sentimen-sentimen kelompok serta kerinduan di antara mereka.
4
Kedua definisi komunikasi kelompok di atas mempunyai kesamaan, yakni
adanya komunikasi tatap muka, peserta komunikasi lebih dari dua orang, dan
memiliki susunan rencana kerja tertentu untuk mencapai tujuan kelompok.
Menurut shaw kelompok kecil adalah suatu kumpulan individu yang dapat
mempengaruhi satu sama lain ,memperoleh beberapa kepuasan satu sama lain
,berinteraksi untuk beberapa tujuan ,mengambil peranan terikat satu sama lain dan
berkomunikasi tatap muka dilakukan melalui kegiatan komunikasi.
Maka di dalam makalah ini, kami akan menjelaskan tentang kelompok dan
pengaruhnya para pelaku komunikasi yang berkaitan dengan klasifikasi kelompok
dan pengaruh kelompok pada perilaku komunikasi.
4
1. Kelompok primer dan kelompok sekunder
Kelompok primer adalah suatu kelompok dimana anggotanya merasa
sangat dekat dan merasa adanya kekeluargaan, adanya ikatan yang kuat antara
anggota kelompok. Contoh kelompok ini yaitu: keluarga, kawan sepermainan,
hubungan dengan tetangga, dan lain-lain
Sedangkan kelompok skunder adalah kebalikan dari kelompok primer,
yaitu hubungan antara anggotanya tidak akrab, tidak personal, dan tidak
menyentuh hati kita. Yang termasuk kelompok ini yaitu organisasi massa dan
serikat buruh, dan organisasi- organisasi lainnya.
4
Kelompok rujukan yaitu kelompok yang digunakan sebagai rujukan
atau standar untuk menilai diri sendiri atau menentukan sikap. Bila kelompok
rujukan dijadikan teladan untuk mengambil sikap, maka ini disebut kelompok
rujukan positif, dan bila kelompok rujukan dijadikan sebagai teladan untuk
tidak bersikap, maka ini dinamakan kelompok rujukan negative.
Menurut teori kelompok rujukan, kelompok rujukan mempunyai
beberapa fungsi :
a. Fungsi kompratif: mengambil sikap dengan menggunkan landasan,
misalnya kita menjadikan islam sebagai landasan untuk mengambil
sikap.
b. Fungsi normative : mengambil sikap sesuai denagn yang telah
ditentukan oleh tempat penagmbilan sikap (landasan), misalnya Islam
memberikan norma-norma dan aturan yang harus diikuti.
c. Fungsi perspektif: menelaah dari fungsi normative, misalnya islam
memberikan kepada kita untuk bagaimana memandang dunia, dan cara
mendefinisikan sesuatu dll.
4
Klasifikasi kelompok deskriptif berdasarkan tujuan :
Sepintas Bermain
Akhir-akhir ini para ali komunikasi membaginya menjadi 3 kelompok saja, yaitu :
4
b. Kelompok Symposium adalah serangkaian pidato pendek yang
menyajikan berbagai aspek dai sebuah topik atau posisi yang pro dan
kontra terhadap maslah yang controversial, dalam format diskusi yang
sudah dirancang sebelumnya. Symposium dimasudkan untuk
menyajikan informasi untuk dijadikan sumber rujukan khalayak dalam
mengambil keputusan pada waktu yang akan datang.
c. Kelompok Diskusi panel adalah frmat khusus yang anggota-anggota
kelompoknya berinteraksi, baik berhadap-hadapan maupun melalui
seorang mediator, diantara mereka sendiri dan hadirin, tentang
masalah yang controversial. Diskusi panel digunakan untuk
mencipatakan suasana komunikasi kelompok yang informal,
mengidentifikasikan masalah yang harus ditelaah dan diteliti,
memberikan pengertian kepada khalayak tentang bagian-bagian
permasalahan, menghimpun berbagai fakta dan pandangan dalam
kerangka diskusi.
d. Kelompok Forum adalah waktu Tanya jawab yang terjadi setelah
diskusi terbuka misalnya symposium.
e. Kelompok Kolokium adalah sejenis format diskusi yang memberikan
kesempatan kepada wakil-wakil khalayak untuk mengajukan
pertanyaan yang sudah dipersiapkan kepada seseorang atau beberapa
orang ahli.
f. Kelompok Prosedur parlementer adalah format diskusi yang secara
ketat mengatur peserta diskusi yang besar pada periode waktu yang
tertentu ketika sejumlah keputusan yang harus dibuat.
4
2.4 Pengaruhnya Kelompok pada Perilaku Komunikasi
1. Konformitas
Menurut kiesler dan kiesler (1969), konformitas adalah perubahan
perilaku atau kepercayaan menuju (normal) kelompok sebagai akibat tekanan
kelompok yang real atau yang dibayangkan.
Dari contoh diatas cukup kuat bukti bahwa kelompok memang dapat
mempengaruhi penilaian atau pendapat kelompok tentang stimulus tertentu
(misalnya, pesan komunikasi). Mungkinkah kita dapat menekan individu untuk
menerima suatu gagasan betapapu salahnya dengan “sugesti” mayoritas? Disamping
ada rasa ngeri pada kekuatan kelompok dalam “mencuci otak” anggotanya, para
psikolog melihat kelemahan pada generalisasi penelitian diatas.
4
Faktor-faktor yang mempengaruhi konformitas. Betulkah kita dapat
mempengaruhi orang bersepakat dengan memanipulasikan tekanan kelompok?
Betul, dengan mempertimbangkan beberapa persyaratan. Konformitas tidak
sederhana yang diduga orang. Dalam paradigma buku ini, konformitas adalah produk
interaksi antara faktor-faktor personal. Faktor-faktor situasional yang menetukan
konfomitas adalah kejelasan situasi, konteks situasi, cara menyampaikan penilaian,
karakteristik sumber pengaruh, ukuran kelompok, dan tingkat kesepakatan kelompok.
Pada tahun 1954, leon festinger menjelaskan gejala konformitas dengan nteori
perbandingan sosial (social comparison theory). Dalam diri kita, kata festinger, ada
dorongan untuk menilai pendapat dan kemampuan kita. Kita tidak ingin kelihatan
salah di hadapan orang banyak.
Untuk menghindari bencana sosial, kita selalu mencari bukti yang relevan.
jadi festinger menegaskan pengaruh sosial informasi. Untuk beberapa hal, bukti
mudah kita peroleh di dunia fisik. Jika anda tidak yakin apakah hari ini hari kamis,
anda dapat mengeceknya pada koran pagi. Jika anda ragu apakah anda dapat
melakukan lima belas push-up, anda dapat mencobanya dilantai. Tetapi untuk
kebanyakan pendapat, persepsi, dan kemampuan kita, tidak ada cara yang objektif
dan nonsosial untuk mnilai diri kita. Yang bisa kita lakukan ialah melihat kepada
orang lain. Jika anda tidak yakin apakah surga dan neraka ada, anda mencari apa yang
dikatakan atau telah ditulis oleh orang lain.
Jika anda tidak yakin kemampuan anda bernyanyi, anda mintak orang lain
mendengarkan anda dan memberikan umoan balik. Karena kita sangat bergantung
pada respons orang lain, kenyataan sosial menjadi sama pentingnya, kadang-kadang
lebih penting dari kenyataan fisikal. Bila orang dihadapkan pada norma yang terus
berubah dalam masyarakat yang kompleks, mereka menengok kepada orang
disekitarnya untuk mentukan bagaimana mereka memberikan respons.
4
ukurannya, semakin tinggi tingkat konformitas. Ada ukuran tertentu yang memadai
untuk mempengaruhi konformitas. Lebih dari itu, orang tidak terpengaruh lagi. Lagi
pula, siapa yang menyatakan penilaian juga harus dipertimbangkan. Anda sendirian
memeprtahankan keyakinan anda dalam sebuah rapat.
2. Fasilitas social
Pada tahun 1924, floyd alport menemukan bahwa fasilitas sosial tidak selalu
memudahkan pekerjaan. Kehadiran kelompok bersifat fasilitatif bila pekerjaan yang
dilakukan berupa pekerjaan yang dilakukan berupa pekerjaan keteampilan yang
4
sederhana. Sebaliknya, kelompok mempersukar pekerjaan bila pkerjaan itu berkenaan
dengan nalar dan peniliaian. Lagi pula, allport dibungkan oleh adanya banyak orang
yang secara konstan mengalami penurunan prestasi bila bekerja ditengah-tengah
kelompok.
Robert zajonc (19650 meninjau kembali berbagai penelitian ini dan mencoba
menjelaskan hasil yang tidak konsisten ini dengan teori “drive” menurut teori ini
kehadiran orang lain diaggap menimbulkan efek pembangkit energi pada perolaku
individu. Efek ini terjadi pada berbagai situasi sosial, bukan hanya didepan orang
yang menggairahkan kita. Energi yang meningkat akan mempertinggi kemungkinan
dikeluarkannya respons yang dominan.
Respon dominan adalah perilaku yang kita kuasai. Bila respon yang dominan
itu adalah respon yang benar, terjadi peningkatan prestasi. Bila respon dominan itu
adalah respon yang salah, terjadi penurunan prestasi. Untuk pekerjaan yang mudah,
respon dominan adalah respon yang benar; karena itu peneliti-peneliti terdahulu
melihat kelompok memeprtinggi kualitas kerja individu. Untuk menghafal pelajaran
baru, respon dominan adalah respon yang salah. Kareana itu, kelompok dapat
mengurangi kualitas kerja individu.
Seperti sudah diduga, fasilitas sosial terjadi pada situasi ketiga. Banyak
peneliti menyimpulkan dengan menunjukkan situasi tambahan: subjek diberitahu
bahwa perilakunya bukan saja diawasi, tetapi juga dinilai oleh kelompok. Ternyata,
disinipun, pretasi pekerjaan subjek meningkat. Kenyataan inilah yang mampu
menjelaskan mengapa pidato seseorang lebih baik setelah tau bahwa diantara hadirin
ada kekasihnya.
4
3. Polarisasi
Risky shift atau geseran resiko adalah geseran menuju polarisasi. Yang terjadi
dalam kelompok sebenarnya begini, bila sebelum diskusi kelompok para anggota
mempunyai sikap agak mendukung tindakan tertentu, setelaj diskusi mereka akan
lebih kuat lagi mendukung tindakan itu. Sebaliknya, bila sebelum diskusi para
anggota kelompok agak menentang tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan
menentang lebih keras lagi. Jadi, yang ada dimaksud polarisasi adalah kecendrungan
kearah posisi yang ekstrim.
4
e. Menjadi perangsang untuk mendapatkan kepuasan kelompok.
f. Menjadi arah yang tetap dalam menjalankan tugas kelompok.
2. Interaksi
4
kegiatan yang divergen (seperti memhasilkan gagasan berbagai gagasan kreatif),
diperlukan jumlah anggota kelompok yang lebih besar.
Dalam hubungan dengan kepuasan, Hare dan Slater (dalam Rakmat, 2004)
menunjukkan bahwa makin besar ukuran kelompok makin berkurang kepuasan
anggota-anggotanya. Slater menyarankan lima orang sebagai batas optimal untuk
mengatasi masalah hubungan manusia. Kelompok yang lebih dari lima orang
cenderung dianggap kacau, dan kegiatannya dianggap menghambur-hamburkan
waktu oleh anggota-anggota kelompok.
b. Jaringan komunikasi.
c. Kohesi kelompok.
Kohesi kelompok, yaitu kekuatan yang mendorong anggota kelompok untuk tetap
tinggal dalam kelompok dan mencegahnya meninggalkan kelompok (Collins &
Raven, 1964)
d. Kepemimpinan
4
Kepemimpinan → yaitu komunikasi yang secara positif mempengaruhi
kelompok untuk bergerak ke arah tujuan kelompok (Cragan & Wright, 1980).
Kepemimpinan adalah faktor yang paling menentukan kefektifan komunikasi
kelompok. Klasifikasi gaya kepemimpinan yang klasik dilakukan oleh White
danLippit (1960). Mereka mengklasifikasikan tiga gaya kepemimpinan: otoriter;
demokratis; dan laissez faire. Kepemimpinan otoriter ditandai dengan keputusan dan
kebijakan yang seluruhnya ditentukan oleh pemimpin. Kepemimpinan demokratis
menampilkan pemimpin yang mendorong dan membantu anggota kelompok untuk
membicarakan dan memutuskan semua kebijakan. Kepemimpinan laissez faire
memberikan kebebasan penuh bagi kelompok untuk mengambil keputusan individual
dengan partisipasi dengan partisipasi pemimpin yang minimal.
b. Tindak komunikasi
c. Peranan
4
2004: 171) meyakini peranan-peranan anggota-anggota kelompok terkategorikan
sebagai berikut:
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Komunikasi kelompok kecil (small group communication) merupakan
komunikasi yang berlangsung secara tatap muka karena komunikator dan komunikan
berada dalam situasi saling berhadapan dan saling melihat. Para anggotanya saling
berinteraksi satu sama lain dan lebih intens.
Ronald B. Adler dan George Rodman dalam bukunya Understanding Human
Communication, membagi kelompok kecil dalam tiga tipe, yaitu: Kelompok Belajar
4
(Learning Group), Kelompok Petumbuhan (Growth Group), dan Kelompok
Pemecahan Masalah (Problem Solving Group).
Dinamika kelompok menjadi proses yang bertujuan untuk meningkatkan
nilai-nilai kerjasama diantara kelompok. Artinya metode dan proses dinamika
kelompok ini berusaha menumbuhkan dan membangun kelompok tersebut, yang
semula hanya terdiri dari kumpulan individuindividu yang belum saling mengenal
satu sama lain, dan kemudian menjadi satu kesatuan kelompok dengan satu tujuan,
satu norma dan satu cara pencapaian tujuan yang telah berusaha untuk disepakati
bersama di dalam kelompok tersebut. Adapun yang mempengaruhi dinamika
kelompok terdiri dari tujuan kelompok dan interaksi kelompok.
Dalam sebuah kelompok kerja terdapat struktur yang membentuk perilaku
anggotanya dan memungkinkan untuk menjelaskan dan meramalkan sebagian besar
perilaku individu di dalam kelompok maupun kinerja kelompok itu sendiri. Adapun
variable-variabel sebuah kelompok adalah, kepemimpinan formal, peran dan norma.
4
DAFTAR PUSTAKA
Bradley, Jean C. 1990. Communication in The Nursing Context Third Edition. United
State of America: Appleton & Lange.
Tamsuri, Anas. 2005. Buku Saku Komunikasi dalam Keperawatan. Jakarta: EGC
Uchjana, Onong. 2001. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja
Rosdatarya.