Anda di halaman 1dari 29

PESAN YANG BERTEPUK SEBELAH TANGAN

Disusun oleh :

1. Ceriana Genastati (362016126)


2. Mariani Pabetteng (362016132)
3. Setyo Ningsih (362016134)

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi

Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga

2017
Abstrak

Komunikasi kelompok merupakan interaksi secara tatap muka antar 3 orang atau
lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti informasi, pemecahan masalah, yang
anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota lain secara tepat. Broadcastivity
merupakan bentuk komunikasi kelompok yang bertujuan memberikan wawasan dan
praktek seputar dunia broadcasting. Dalam kelompok kepanitian Broadcastivity terdapat
permasalahan yang mengakibatkan hasil dari pelaksanaan acara mereka kurang
memuaskan. Makalah ini dibuat bertujuan untuk mengetahui penyebab mengapa acara
broadcativity tidak berjalan dengan maksimal. Teknik yang digunakan untuk membuat
makalah ini dengan cara observasi, wawancara, dan studi pustaka. Dari hasil penelitian
diketahui bahwa kelompok kepanitian Broadcastivity mengalami masalah internal yaitu
terjadinya misscomunication dalam masalah kendala bahasa yang sebagian anggota menjadi
gagal paham karena tidak mengerti akan bahasa tersebut. Ketua kepanitian tersebut juga
kurang bisa merangkul para anggotanya sehingga membuat anggota kurang saling akrab
satu sama lain. Selain itu anggota kelompok kepanitian broadcastivity dinilai kurang
mengerti akan acara tersebut yang membuat para partisipannya kebingungan untuk
melakukan tindakan. Oleh sebab itu, keberhasilan suatu kelompok dalam mewujudkan
suatu tujuan adalah adanya kerja sama tim yang bersifat terbuka dan kekeluargaan yang
mengakibatkan proses penyampaian pesan atau informasi dapat diterima dengan mudah.

Abstract

Communications group is a face- to-face interaction among three people or more,


with the goal that has been known, such as information, problem solving, whose members
can remember the personal characteristics of the other members appropriately.
Broadcastivity is a form of group communication that aims to provide insights and practices
around the world of broadcasting. In Broadcastivity kepanitian group there are problems
resulting from the implementation of their event results are unsatisfactory. The paper builds
aims to determine the cause of why the event does not run with the maximum
broadcativity. The technique used to make this paper by observation, interview, and
literature. The survey results revealed that the group kepanitian Broadcastivity encountered
an internal problem that is the problem of language barriers misscomunication in which
some members to fail to understand because they do not understand the language. The
kepanitian Chairman also can not embrace all of its members so as to make members less
familiar with each other mutually. In addition broadcastivity rated kepanitian group
members lack understanding of the events that make the participants confusion for action.
Therefore, the success of a group in achieving a goal is the teamwork that is open and
familial resulting in the process of delivering the message or information can be received
easily.
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pada umumnya manusia tidak bisa hidup sendiri bahwa manusia itu adalah
makhluk sosial. Pada kehidupan sosial ini, manusia tidak bisa lepas dengan adanya
komunikasi, dimana manusia saling berinteraksi satu dengan yang lainnya untuk
memenuhi kebutuhan masing-masing. Komunikasi itu sendiri ada dimana-mana,
seperti di rumah, di kampus, di kantor dan di semua tempat melakukan sosialisasi.

Artinya hampir seluruh kegiatan manusia selalu melakukan komunikasi.

Berkomunikasi tidak hanya dilakukan antar individu saja melainkan manusia juga
dapat berkomunikasi dengan suatu komunitas atau kelompok. Dalam ilmu
komunikasi terdapat bentuk bentuk komunikasi guna untuk membedakan proses
komunikasi dan memudahkan menganalisis efektivitas pesan yang disampaikan.
Bentuk bentuk komunikasi antara lain yaitu, komunikasi intrapersonal, komunikasi
interpersonal, komunikasi kelompok, dan komunikasi massa. Komunikasi merupakan
ilmu yang dapat menembus banyak disiplin ilmu, maksudnya ilmu komunikasi dapat
dikaitkan dengan ilmu lainnya. Salah satu ilmu tersebut adalah ilmu psikologi, Ilmu
psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa atau gejala gejala jiwa seperti
perilaku manusia. Sedangkan komunikasi adalah proses penyampaian pesan yang
dilakukan oleh komunikator kepada komunikan. Sehingga kaitan ilmu psikologi dan
ilmu komunikasi merupakan ilmu yang mempelajari respon terhadap perilaku
manusia dengan lingkungannya.
Komunikasi kelompok merupakan interaksi secara tatap muka antar 3 orang
atau lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti informasi, pemecahan
masalah, yang anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota lain secara
tepat (Wiryanto, 2005). Setiap himpunan orang dapat dikatakan kelompok apabila
memiliki tujuan yang jelas dan terorganisir. Dalam sebuah kelompok, komunikasi
merupakan salah satu syarat yang harus terjadi di dalamnya. Tanpa adanya
komunikasi, sebuah kelompok tidak akan berjalan dengan baik dan sesuai dengan
tujuan yang diharapkan. Sebuah kelompok juga tidak bisa dipisahkan dari komunikasi
antar anggotanya. Ada 2 tanda psikologis dalam kelompok. Pertama, anggota
anggota kelompok merasa terikat dengan kelompok (sense of belonging) yang tidak
dimiliki oleh orang diluar kelompok. Maksudnya setiap anggota kelompok
menganggap dirinya penting bagi kelompok tersebut. Kedua, nasib nasib anggota
saling bergantung sehingga hasil setiap orang terkait dalam cara tertentu dengan
hasil yang lain. Maksudnya hasil baik buruknya kelompok itu dipengaruhi oleh
masing-masing kinerja anggota kelompok.
UKSW (Universitas Kristen Satya Wacana) mempunyai banyak himpunan
kelompok seperti di FISKOM (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu komunikasi) juga
mempunyai himpunan kelompok contohnya Broadcastivity. Broadcastivity
merupakan kelompok yang berasal dari FISKOM yang berada dibawah naungan
HIMAKOM yang dibentuk dengan tujuan menyelenggarakan sebuah acara workshop
untuk memberikan wawasan dan memberi kesempatan terjun langsung untuk
melakukan praktek seputar dunia broadcasting. Dalam penyenglenggaran
broadcastivity pada saat itu, orang orang yang turut berpatisipasi sebagai peserta
menganggap bahwa acara tersebut terkesan tidak teratur. Dalam kepanitian sendiri
juga menganggap kinerja mereka kurang maksimal seperti apa yang diperkirakan
oleh peserta yang berpatisipasi. Permasalahan timbul akibat adanya masalah
internal dalam kelompok berupa ketidakjelasan informasi atau terjadi miss
communication, pesan yang disampaikan tidak sepenuhnya diterima atau salah
pengertian oleh tiap anggota dalam kelompok broadcastivity sehingga membuat
kelompok tersebut tidak kompak dan acara yang mereka hasilkan kurang maksimal.
Maka dari pemaparan di atas makalah ini akan membahas tentang penting
memahami sistem komunikasi kelompok yang ada dalam kelompok kepanitian
Broadcastivity.
B. PERMASALAHAN
1. Bagaimana sistem komunikasi kelompok yang terjadi didalam kepanitiaan
Broadcastivity ?
2. Bagaimana pengaruh kelompok kepanitian broadcastivity terhadap anggota
kelompok ?
3. Seperti apa komunikasi psikologi yang terjalin antara komunikator dan
komunikan dalam kelompok kepanitian Broadcastivity ?

C. TEORI
- Teori analisis proses interaksi
Kelompok kepanitiaan Broadcastivity akan dijelaskan dalam makalah
ini menggunakan Teori Analisis Proses Interaksi. Teori ini dicetuskan oleh
Robert Bales (1950), Teori analisis interaksi merupakan teori yang
menjelaskan mengenai jeni-jenis pesan yang saling dipertukarkan dalam
kelompok, bagaimana pesan-pesan itu membentuk peran dan kepribadian
anggota kelompok serta bagaimana pesan tersebut mempengaruhi karakter
atau sifat kelompok secara keseluruhan. Jenis-jenis pesan dalam komunikasi
kelompok terdiri dari 4 yaitu; tindakan positive; upaya menjawab; pertanyaan
dan tindakan negatif. Tindakan positive dalam kelompok ini dapat berupa
saling berbagi informasi, apabila hal tersebut tidak dapat dilakukan maka
kelompok akan mengalami masalah komunikasi. Upaya jawaban merupakan
upaya menjawab informasi yang disampaikan dalam kelompok berupa
tanggapan, saat informasi tidak ditanggapi maka akan menimbulkan masalah.
Pertanyaan yang dimaksud disini adalah saling meminta informasi atau
meminta pendapat kepada anggota yang lain, jika anggota kelompok tidak
saling memberi saran maka kelompok tidak memiliki elemen pengawasan
karena tidak ada anggota yang memberi instruksi tentang apa yang harus
dilakukan oleh orang lain. Sedangkan tindakan negatif adalah keadaan
dimana setiap anggota kelompok pasti memiliki perbedaan pandangan
ataupun pendapat sehingga terdapat banyak konflik, pada tindakan negatif
ini beberapa anggota dari kelompok tidak setuju dengan ide dari anggota lain
sehingga muncul ketegangan yang mengakibatkan pengambilan keputusan
menjadi terhambat atau bisa juga kelompok tidak mampu mengambil
keputusan sama sekali.
Pada teori ini juga menjelaskan adanya Dramatisasi merupakan salah
satu proses dalam interaksi yang bertujuan untuk melepaskan ketegangan
dengan cara menyampaikan cerita dan berbagi pengalaman dengan orang
lain dalam bentuk gurauan atau lelucon. Dramatisasi juga disampaikan secara
berulang-ulang dalam kelompok agar apabila terjadi ketegangan, hal ini tidak
akan semakin memburuk dan berlangsung lama.
Selain itu teori ini juga berfokus pada kepemimpinan dalam
kelompok, Bales menjelaskan bahwa kepemimpinan terbagi menjadi 2 yaitu,
pemimpin pekerjaan dan pemimpin sosioemosional. Pemimpin pekerjaan
adalah anggota kelompok yang memfasilitasi dan mengkoordinasikan
berbagai pandangan atau komentar anggota yang terkait dengan pekerjaan
dan mengarahkan energi dan upaya bersama untuk menyelesaikan
pekerjaan, maksudnya pemimpin jugas lebih mementingkan pembagian
tugas guna tercapainya suatu tujuan dari pada hubungan antar anggota.
Sedangkan pemimpin sosioemosional adalah anggota kelompok yang bekerja
untuk memperbaiki hubungan dalam kelompok, pemimpin memfokuskan
perhatiannya pada interaksi dalam sektor positif dan negatif. Maksudnya
pemimpin memberikan perhatian terhadap hubungan dalam kelompok,
pemimpin selalu memberikan semangat kepada anggota lainnya, berupaya
meredakan konflik dan ketegangan, memuji keberhasilan seseorang dan
pemimpin mampu mendorong terciptanya hubungan yang baik terhadap
anggota.
- Teori Groupthink
Teori groupthink merupakan salah satu teori komunikasi yang
diterapkan dalam pembuatan makalah ini. Groupthink merupakan pemikiran
kelompok yang muncul dari anggota kelompok yang berusaha keras untuk
mencapai kata mufakat (adanya kebulatan suara) saat merumuskan satu
keputusan di dalam kelompok, dimana anggotanya merasa bahwa tujuan
mereka dapat tercapai dalam kelompok tersebut. Namun mereka lebih
mementingkan pada kesepakatan daripada mengevaluasi fakta fakta yang
muncul dalam situasi yang dipikirkan. Hal ini bisa saja terjadi karena
kelompok devensive avoidance, yaitu kelompok yang mencoba menghindari
informasi yang mungkin menyebabkan kecemasan. Maksudnya bila suatu
kelompok telah membuat keputusan, mereka akan membatasi informasi dari
luar yang masuk agar tidak menggoyahkan statement atau keputusan yang
mereka buat.
Teori ini dicetuskan pertama kali oleh Irvin Janis di tahun 1930.
Groupthink ini digunakan untuk menunjukkan suatu pemikiran sekelompok
orang yang sifatnya kohesif (terpadu) ketika usaha usaha keras yang
dilakukan oleh anggota anggota kelompok untuk mencapai kata mufakat
dalam mengesampingkan pendapat anggota lain yang secara realistis.
Perbedaan latar belakang dan budaya pada tiap anggota
menyebabkan pengambilan keputusan yang sulit. Dalam hal ini untuk dapat
menyatukan pendapat tersebut, dibutuhkan kerjasama kelompok. Oleh
karena itu setiap anggota harus saling terbuka kepada anggota lainnya.
Salah satu gejala-gejala Groupthink menurut Irvin Janis adalah
tekanan untuk mencapai keseragaman. Dalam hal ini, kelompok lebih
memikirkan suara mayoritas yang mengakibatkan tekanan pada minoritas
dan membuat anggota lain tidak berani mengungkapkan pendapatnya
sehingga mereka memilih diam.
Faktor terbentuknya Groupthink:
1. Kohesifitas kelompok
Dalam pemikiran kelompok ini, pada dasarnya membuat suatu
kelompok menjadi lebih kompak dan terpadu, namun di sisi lain hal ini
memberatkan anggota yang lain karena mereka harus mengikuti suara
mayoritas.
2. Faktor struktural
Merujuk keinginan kelompok untuk tidak terpengaruh oleh pihak
diluar kelompok, kurangnya pemimpin yang bertanggung jawab sehingga
mengakibatkan opini yang merugikan rencana kelompok, kegagalan
untuk memiliki norma yang telah disepakati, latar belakang sosial, dan
pengalaman yang berbeda dari tiap anggota akan mempersulit sebuah
kelompok untuk mendebatkan masalah yang penting.
3. Tekanan kelompok
Tekanan kelompok bisa berasal dari internal maupun eksternal, dalam
keadaan seperti ini kelompok dapat mengambil keputusan tanpa
memikirkan dampak dari keputusan tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Karakteristik kelompok
Para ahli psikologi telah mengembangkan berbagai cara untuk
mengklasifikasikan kelompok. Terdapat empat dikotomi kelompok : primer-
sekunder, ingroup-outgroup, rujukan keanggotaaan, deskriptif-prespektif. Kelompok
Broadcastivity termasuk ke dalam klasifikasi dikotomi kelompok sekunder yang
artinya hubungan antar anggota satu dengan lainnya tidak akrab, tidak personal, dan
tidak menyentuh hati. Pada kelompok sekunder, komunikasi bersifat dangkal dan
terbatas. Kelompok Broadcastivity ini terbentuk dengan suatu tujuan untuk
menyelenggarakan sebuah acara workshop untuk memberikan wawasan dan
memberi kesempatan terjun langsung untuk melakukan praktek seputar dunia
broadcasting. Kelompok ini terdiri dari individu yang berbeda-beda dalam hal usia,
gender, budaya, dan lain-lain. Dalam kelompok ini keanggotaan Ada yang saling
mengenal satu sama lain maupun ada yang tidak kenal sama sekali pada setiap
anggota dalam kelompok. Setiap anggota hanya mengetahui sekilas info tentang
anggota lainnya seperti nama, prodi kuliah dan lain sebagainya, karena mereka tidak
dalam lingkup lingkungan yang sama dalam sebuah kelompok. Info-info mengenai
nama, prodi dan lain sebagainya yang ditangkap bukanlah informasi pribadi sehingga
dengan penjabaran diatas menjelaskan bahwa hubungan pada kelompok
Broadcastivity tidaklah akrab. Jadi hubungan yang terjalin dalam kelompok
kepanitian Broadcastivity ini hanya terjadi pada saat itu saja, setelah tujuan
dibentuknya kepanitian ini tercapai maka pada saat itu hubungan kelompok itu
berakhir juga.
Sebuah kelompok dapat mempengaruhi perilaku komunikasi anggotanya. Bila
sejumlah orang dalam kelompok mengatakan atau melakukan sesuatu, ada
kecenderungan anggota untuk mengatakan dan melakukan hal yang sama. Seperti
misalnya dari data dalam makalah ini menjelaskan bahwa ada anggota dalam
kepanitian menyikapi permasalahan dengan hanya berdiam saja sehingga ada
beberapa anggota lain yang mengikuti sikap tersebut hal inilah yang disebut dengan
adanya konformitas.
Adapun fasilitas sosial pada dasarnya menjelaskan suatu pekerjaan lebih
mudah dilakukan bersama sama atau berkelompok daripada dilakukan perorangan.
Namun, pada kenyataannya pekerjaan bersama sama tidak selalu berjalan dengan
mudah. Seperti pada broadcastivity bahwa dalam kelompok pekerjaan yang
dilakukan secara bersama tidak selalu mempermuda pekerjaan tetapi juga dapat
menimbulkan masalah seperti terjadi misscomunication yang membuat tiap
anggotanya tidak saling akrab sehingga menghambat pekerjaan mereka.

Kelompok dibentuk untuk saling bertukar informasi agar tercapai tujuan yang
diinginkan. Berkaitan dengan pernyataan tersebut maka komunikasi kelompok
hendaknya efektif. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keefektifan kelompok
antara lain yaitu faktor situasional dan faktor personal. Faktor situasional adalah
faktor eksternal dalam lingkungan komunikasi kelompok, seperti pada ukuran
kelompok. Semakin besar suatu kelompok, makin besar kemungkinan sebagian besar
anggota tidak mendapat kesempatan mengutarakan pendapat. Hal ini tercemin pada
kepanitian Broadcastivity kelompok yang berisikan banyak orang, masing masing
anggota memiliki permasalahan dan pendapat yang ingin disampaikan namun pada
kenyataannya beberapa orang lebih memilih diam.
Pada kelompok Broadcastivity memiliki susunan sosial yang diciptakan oleh
komunikasi antar individu dan kelompok yang disebut jaringan komunikasi. Dalam
buku psikologi komunikasi karanga Jalaludin menjelaskan jaringan komunikasi terdiri
dari 5 macam, antara lain yaitu jarindan roda, rantai, Y, lingkaran, dan bintang.
Broadcastivity sendiri menerapkan jaringan yang berbentuk bintang. Jaringan
bintang adalah suatu jaringan komunikasi yang dapat memungkinkan setiap
anggotanya dapat berkomunikasi tidak berpusat pada satu orang pemimpin dan juga
jaringan ini dapat memberikan kepuasan kepada setiap anggota. Dalam kelompok
kepanitian ini juga merupakan kepanitian yang bersifat desantralistik maksudnya
kelompok ini dapat memperoleh informasi dari setiap anggota sehingga dalam
penentuan keputusan siapapun berhak berbicara. Setiap anggota dapat berbicara
kepada ketua tanpa harus melalui perantara atau mengikuti struktur kepanitian
tersebut.
Faktor situsional lainnya yaitu kohesif kelompok. Dimana suatu kelompok
mengalami hubungan yang erat antara anggota sehingga menimbulkan kepuasan
akan adanya kelompok kepanitian tersebut. Semakin kohesif suatu kelompok maka
anggota semakin merasa aman dan terlindungi karena komunikasi yang dijalin lebih
bebas, lebih terbuka, dan lebih sering. Kelompok Broadcastivity dalam hasil
wawancaranya menyatakan bahwa banyak dari anggota mengatakan mereka merasa
kurang akan rasa solidaritas antar tiap anggotanya. Pada saat pelaksanaan acara pun
para partisipan juga dapat melihat kurangnya kekompakkan kelompok kepanitian
Broadcastivity. Hal ini yang membuat tercapainya tujuan kelompok ini kurang
maksimal.
Adapun faktor lain yang mempengaruhi keefektifan kelompok yaitu faktor
personal. Faktor personal adalah faktor internal yang ada dalam setiap individu.
Salah satu faktornya yaitu kebutuhan interpersonal, ialah faktor yang menjelaskan
bahwa setiap orang memasuki kelompok didorong oleh 3 kebutuhan seperti
kebutuhan ingin masuk; kebutuhan ingin menjadi bagian suatu kelompok; ingin
mengendalikan orang lain dalam suatu tatanan hirarki; dan ingin memperoleh
keakraban emosional dari anggota lain.
Setiap menjadi anggota dalam pembagian kelompok, pastilah setiap anggota
mempunyai peran masing masing untuk dijalankan agar tercapainya sebuah tujuan
kelompok yang sudah ditetapkan. Peranan yang dimiliki anggota juga berfungsi
sebagai kontrol emosional yang baik karena apabila anggota melaksanakan perannya
dengan baik maka lingkungan suasana pada kelompok akan menjadi baik pula.
Dalam Broadcastivity anggotanya juga mempunyai peran masing masing seperti
misalnya anggota yang berperan sebagai ketua, sekretaris, bendahara, seksi-seksi
dan lain sebagainya. Dalam kepanitian ini menurut hasil wawancara menyatakan
bahwa ada beberapa anggota kepanitian yang kurang bertanggung jawab sehingga
mengakibatkan acara mereka tidak teratur.
Tindak komunikasi adalah setiap perilaku atau tindakan anggota yang
berusaha untuk menyampaikan atau menerima informasi secara verbal atau
nonverbal. Tindakan komunikasi berkaitan dengan teori analisis proses interaksi.
Dimana dalam teori menjelaskan bahwa pesan yang disampaikan dapat membentuk
peran dan kepribadian kelompok. Tindakan komunikasi ini dapat berupa pernyataan,
pertanyaan, pendapat, maupun isyarat, sama halnya dengan teori analisis proses
interaksi. Dalam kepanitiaan Broadcastivity seperti yang dijabarkan sebelumnya
bahwa anggotanya terdiri dari banyak orang yang berbeda baik itu suku maupun
budaya namun mayoritas merupakan orang yang berkebudayaan jawa . Tidak bisa
dipungkiri dalam pelaksanaanya kelompok ini mengalami masalah berupa kendala
bahasa, karena mayoritas anggotanya merupakan orang jawa maka mereka
melakukan komunikasinya kebanyakan menggunakan bahasa jawa baik dalam
penyampaian dan permintaan informasi, disinilah kelompok mengalami masalah
komunikasi. Oleh sebab itu, beberapa anggota mengalami ketidak pahaman akan
informasi, sebaliknya orang yang mengerti dengan bahasa jawa mereka tidak
mengalami kesulitan dalam menerima informasi. Masalah-masalah yang terjadi
dalam kelompok kepanitiaan Broadcastivity kebanyakan anggota memilih
menyikapinya dengan hanya diam saja. Hal tersebut membuat kelompok tidak
berkembang dan saat pelaksanaan ancara yang mereka rencanakan menjadi tidak
teratur terbukti dalam hasil wawancara.
Selain itu teori analisis proses interaksi juga menjelaskan tentang
kepemimpinan, bila diterapkan pada kepanitiaan Broadcastivity maka kepemimpinan
yang dianut adalah kepemimpinan pekerjaan. Dalam kepanitiaan Broadcastivity
permasalahan yang terjadi adalah pemimpin yang kurang bisa merangkul
anggotanya sehingga membuat anggotanya tidak begitu akrab dan membuat
anggota lebih mementingkan peranan apa yang dia dapat.
Kelompok kepanitian Broadcastivity juga dapat dianalisis menggunakan teori
komunikasi salah satu teorinya yaitu teori groupthink. Dalam kepanitiaan
berdasarkan bukti wawancara menyatakan bahwa kelompok ini tidak terpadu.
Ketidakperpaduan ini bukan berarti tidak menjelaskan bahwa teori goupthink tidak
bisa diterapkan disini, melainkan ada komponen yang memenuhi syarat terjadi
groupthink. Dalam kelompok kepanitian Broadcastivity ini anggota lebih memilih
diam dan kediaman ini juga bukan hanya terjadi pada satu orang saja melainkan
sebagian besar dari mereka memang lebih memilih untuk diam. Disinilah munculnya
groupthink dengan adanya sebagian besar anggota yang diam mereka tidak
mengklarifikasi sebuah masalah jadi dianggap menjadi suatu persetujuan dan
membuat suatu keputusan itu hanya berdasarkan argumen yang berasal dari
beberapa orang saja sehingga mengkibatkan keputusan yang diambil kurang teruji
atau terjadinya masalah evaluasi dan pengawasan dalam sebuah keputusan. Pada
akhirnya saat pelaksanaan kepanitian sendiri dinilai kurang kompak, beberapa
anggotanya juga dinilai kurang bertanggung jawab, dan kurang memahami acara
yang mereka buat sendiri.

B. Analisis Intrapersonal
Dalam sebuah kelompok tentu saja terdiri dari individu-individu yang
mulanya sendiri sendiri lalu bergabung menjadi satu kesatuan untuk mewujudkan
suatu tujuan yang ingin dicapai. Hal tersebut berhubungan bahwa dalam komunikasi
kelompok juga terhadap komunikasi intrapersonal pada pribadi setiap anggota
kelompoknya. Ada 4 komponen yang terjadi dalam proses penyampaian pesan
dalam komunikasi intrapersonal.

Sensasi Presepsi Memori Berpikir


\

- Sensasi
Sensasi merupakan tahap awal penerimaan pesan atau informasi yang
diterima oleh sensor atau alat indera seseorang. Berkenaan dengan hal tersebut
munculah pertanyaan untuk kelompok kepanitian Broadcastivity Permasalahan
seperti apa yang kamu alami selama berada di panitia tersebut ?. Dari hasil
wawancara setiap anggota menjawab bahwa masing masing dari mereka
mempunyai permasalah permasalahan yang berbeda beda. Mayoritas mengatakan
sensasi yang mereka rasakan saat bergabung dalam kelompok kepanitian adalah
dalam kekelompokan ini kurang adanya kekompakan antara anggota satu dengan
lainnnya.
- Presepsi
Proses dimana sensasi yang telah diterima pada seseorang dipilih atau
dipilah. Presepsi terjadi karena dipengaruhi terhadap beberapa faktor.
Perhatian
Faktor eksternal adanya gerakan gerakan atau tindakan sesorang dan
informasi akan hal hal baru yang membuat orang tertarik. Adapun faktor
internal yaitu faktor biologis seperti minat, kebiasaan maupun sikap
Faktor fungsional
Terbentuk dari kebutuhan, pengalaman masa lalu.
Faktor struktural
Terbentuk dari konsep berpikir suatu kelompok
Dari konsep diatas pertanyaan yang berkaitan untuk kelompok kepanitian
Broadcastivity adalah Bagaimana kamu menanggapi permasalahan tersebut ?.
Berdasarkan dari sensasi dan konsep berpikir yang mereka miliki. Setiap anggota
mempunyai cara tersendiri untuk menyikapi adanya permasalahan yang terjadi pada
kelompok tersebut. Mayoritas memilih untuk diam, selain itu juga ada dari mereka
bersikap santai.

- Memori
Penyimpanan pesan dalam otak yang merekam fakta dan menggunakan
pengetahuan tersebut untuk membimbing perilaku seseorang. Adanya memori ini
dapat mempengaruhi presepsi dan berpikir sesorang. Berkenaan dengan hal
tersebut munculah pertanyaan untuk kelompok kepanitian Broadcastivity yaitu
Apakah dulu kamu mengikuti kepanitian juga mengalami permasalahan yang sama
?. Dari hasil pengalaman pengalaman mereka berkelompok ada yang menganggap
permasalahan yang terjadi pada kelompok kepanitian Broadcastivity memiliki
permasalahan yang parah daripada pada kelompok sebelumnya yang mereka ikuti.
Adapun yang menganggap bahwa permasalahan kelompok kepanitian Broadcastivity
lebih mendingan daripada kelompok sebelumnya karena sebelumnya kelompok yang
mereka dulu ikuti pernah sampai adu fisik.

- Berpikir
Proses terakhir dimana seseorang dapat mengambil sebuah keputusan untuk
menentukan perilaku apa yang akan dilakukan. Berkenaan dengan hal tersebut
munculah pertanyaan untuk kelompok kepanitian Broadcastivity Apakah setelah
mengikuti panitia ini kamu akan tetap lanjut mengikuti kepanitian lainnya ?
Berdasarkan pengalaman yang mereka lalui, sebagian dari anggota kelompok
Broadcastivity memutuskan tidak mau mengikuti kepanitian lagi, adapun yang lain
menjawab kemungkinan iya atau tidak tergantung ketertarikan mereka pada tujuan
suatu kelompok tersebut. Adapun juga yang menjawab bahwa pengalaman yang
mereka dapatkan di kelompok kepanitian Broadcastivity ini dijadikan sebuah
tantangan agar dirinya lebih berkembang dari sebelumnya dan permasalah yang
terjadi dijadikan pembelajaran agar saat mengikuti kelompok lain bisa menyikapi
dengan benar bila terjadi permasalahan yang sama.

C. Analisis komunikator
Ketika kita melakukan komunikasi pasti ada pihak yang akan menjadi
komunikator dan juga komunikan, dalam komunikasi kelompokpun demikian.
sehingga pada kepanitian Broadcastivity pastilah ada yang berperan sebagai
komunkator dan komunikan dalam menyampaikan pesan. Kepanitian Broadcastivity
memiliki permasalahan berupa misscomunication dalam penyampaian pesan dari
komunikator ke komunikan yang mengakibatkan pelaksanaan tujuan diadakan acara
ini kurang maksimal, dalam hal ini yang menjadi komunikator adalah seksi acara yang
menghendel jalanya acara Broadcastivity dan yang menjadi komunikan adalah
anggota lain yang berada dalam kepanitiaan tersebut. Sehingga dalam makalah ini
akan membahas tentang faktor psikologi apa saja yang mempengaruhi komunikator
dan komunikan yang menjadi akar permasalahan.
Psikologi komunikator melihat seorang komunikator dalam 3 karakteristik
yaitu ethos, logo, dan pathos. Ethos adalah daya tarik, logos adalah pengetahuan
dasar yang dimiliki setiap orang, dan pathos adalah bagaimana cara komunikator
mengemas dan membangkitkan emosi komunikan. Komunikator dalam
Broadcastivity merupakan Seksi acara yang menjadi fokus disini adalah koordinator
yang berstatus mahasiswa komunikasi angkatan 2015 konsentrasi Broadcasting. jika
komunikator disini ditelaah satu persatu mengenai faktor psikologis komunikasinya,
maka seksi acara ini akan memenuhi karakteristik komunikator. Koordinator seksi
acara disini telah memenuhi karakteristik ethos, ethos merupakan ilmu yang
komunikator miliki. Dalam ethos juga terdapat berbagai macam dimensi, antara lain

yaitu dimensi kredibilitas, atraksi, dan kekuasaan. Kredibilitas merupakan


persepsi komunikan terhadap sifat-sifat komunikator, maksudnya komunikan sudah
mempresepsikan atau memperkirakan bahwa komunikator memiliki sifat sifat sesuai
ekspektasinya. Sehingga jika dilihat dari profil atau status yang komunikator miliki
sekarang menjelaskan bahwa komunikator lebih mengetahui tentang dunia
broadcasting dan lebih paham akan hal-hal apa saja yang harus dilakukan anggota
lain untuk kepentingan acara. Selain kredibilitas ada juga kekuasaan, kekuasaan
merupakan kemampuan komunikator membuat komunikan tunduk, bila kita kaitkan
pada komunikator dalam Broadcastivity maka komunikator tersebut telah
memenuhi dimensi ini dilihat dari status kepanitiaanya yang merupakan koordinasi
seksi acara.
Komunikator dalam kepanitian Broadcastivity juga telah memenuhi
karakteristik logos, karena dilihat dari hasil wawancara makalah ini peserta yang
berpartisipasi memiliki latar belakang yang sama yaitu mahasiswa komunikasi
sehingga antara komunikan dan komunikator memiliki pengetahuan dasar yang
sama dalam bidang ilmu komunikasi.
Dan karakteristik yang terakhir adalah pathos. Pathos dapat diartikan sebagai
cara komunikator untuk membangkitkan emosi dalam diri komunikan. Dalam kasus
kepanitian Broadcastivity menjelaskan bahwa komunikator tidak memiliki pathos
karena berdasarkan bukti wawancara menjelaskan bahwa ada beberapa anggota
yang kurang bertanggung jawab saat pelaksanaan acara sehingga dapat dikatakan
bahwa apa yang dikatakan oleh koordinasi seksi acara tidak sepenuhnya sampai
kepada anggota karena komunikator tidak dapat mengemas emosi dalam pesan
yang disampaikan.

D. Analisis Komunikan
Perilaku komunikan dipengaruhi oleh komunikator melalui pesan yang
diberikan kepada komunikan sebagai respon dari pesan yang dari pada komunikator.
Psikologi komunikan memiliki empat konsep pendekatan psikologi tentang manusia
yaitu Psikoanalisis, Behaviorisme, Humanistis, dan kognitif. Pada konsep Psikoanalisis
mempelajari tentang alam bawah sadar seseorang, dimana manusia dikendalikan
oleh keinginan terpendam di dalam dirinya. Yang terjadi dalam kepanitiaan
Broadcastivity anggota sebagai Komunikan ada yang memiliki ide lain atau perasaan
yang terpendam dan tidak dapat diutarakan oleh komunikan. Konsep Behaviorisme
menekankan tigkah laku yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya pada
kepanitiaan broadcastivity ada salah satu anggota yang berperilaku atau tingkah
lakunya jadi terpengaruhi oleh tingkah laku panitia lain yang lebih mendominasi
salah satu panitia setiap kali datang rapat on time tetapi panitia lainnya datang
molor atau tidak on time, ini berlangsung secara terus menerus sehingga ini
membuat salah satu anggota panitia mengikuti lingkungan sekitar dengan datang
tidak tepat pada waktu yang sudah ditentukan. Teori Kognitif manusia sebagai
makhluk hidup yang berusaha untuk memahami lingkungan, makhluk hidup yang
selalu berpikir kritis. Manusia berusaha untuk berpikir atau ingin mendapat
intelektual yang baik. Makhluk yang aktif mengorganisasikan dan mengolah setiap
stimuli dan pesan yang muncul pada suatu lingkungan. Pada anggota Broadcastivity
satu anggota mengkritisi kelompok agar berbahasa yang benar dan dapat atau
mudah dipahami oleh anggota yang lain bukan hanya dapat dipahami oleh sebagian
dari anggota Broadcastivity yaitu menggunakan bahasa Indonesia yaitu bahasa
nasional karena tiap-tiap anggota kelompok memiliki budaya budaya atau suku yang
berbeda . Konsep Humanistis, ialah kebutuhan dasar manusia. Anggota yang masuk
dalam kelompok adalah anggota yang ingin menjadi seorang yang terikat dalam
suatu kelompok. Setiap manusia hidup dalam pengalaman yang bersifat pribadi
dimana dia menjadi pusat. Kebutuhan ingin menjadikan suatu kelompok untuk
mengendalikan orang lain dalam suatu tatanan hirarki dan ingin memperoleh
keakraban emosional dengan anggota yang lain. Anggota yang masuk dalam
kelompok Broadcastivity ingin membangun relasi dengan anggota lain dalam satu
rumpun sehingga ini menjadi suatu kebutuhan dasar dan ingin membangun
kebutuhan tersebut dalam berkehiduan sosial.
Dalam psikologi komunikan dipengaruhi faktor personal dan faktor
situasional. Pada faktor personal terdapat faktor sosiopsikologis, pada faktor ini
karakteristik mempengaruhi perilaku manusia dalam berkehidupan sosial. Pada
faktor personal Sosiopsikologis dipengaruhi akibat dari proses sosial yang dapat
membentuk karakter manusia, pada faktor sosiopsikologis setiap manusia memiliki
komponen-komponen dalam dirinya untuk melakukan proses sosial. Ada terdapat
komponen Afektif, komponen Kognitif, dan juga komponen Konatif. Komponen
Afektif yang terdiri atas motif sosiogenis, sikap dan emosi. Motif sosiogenis terdapat
berbagai motif yang dimana bersangkutan dengan anggota broadcastivity. Pada
faktor situasional juga memengaruhi perilaku manusia yang dipengaruhi dari
beberapa aspek yaitu aspek Objektif dari lingkungan, lingkungan psikososial dan
stimulus yang mendorong atau memperteguh perilaku.
Motif sosiogenis terdapat motif Ingin tahu yang sebagian dari anggota
kelompok panitia Broadcastivity ingin mengetahui bagaimana menjadi seorang
panitia dalam acara workshop yang ada sehingga ini dapat menjadi bekal atau
pegalaman sehingga pegetahuan mereka bertambah. Selain motif ingin tahu juga
terdapat motif kompetensi, dimana setiap anggota ingin memperlihatkan bahwa
mereka mampu bersaing dengan yang lain dalam menjadi anggota kelompok,
sehingga mereka yang terpilih menjadi anggota yang ingin dipuji atau diakui sebagai
anggota yang berkompeten. Terdapat juga motif Cinta, yang dimaksudkan motif
cinta adalah seseorang ingin dapat diterima oleh kelompok dengan suka rela dan
ingin merasakan penerimaan diri terhadap orang lain sehingga dalam kelompok
terdapat saling menghargai. Setiap anggota dalam kelompok sangat
menginginkankan adanya penerimaan yang baik dari pengurus inti maupun dari
anggota lain untuk saling menghargai ketulusan dalam persahabatan sehingga
kelompok ini dapat berjalan dengan lancar tanpa adanya konflik di depan para
peserta Broadcastivity. Motif harga diri dan kebutuhan untuk mencari identitas diri.
Pada motif ini setiap anggota ingin memperlihatkan kemampuan dan memperoleh
suatu persahabatan. Setiap anggota ingin kehadirannya itu juga bisa diperhitungkan
dalam kompetensi yang dimiliki untuk memnunjukkan identitas dirinya sebagai
anggota kelompok yang memiliki nilai yang baik dalam membentuk harga diri.
Anggota kelompok Broadcastivity ingin bahwa kehadirannya itu berfungsi dan
bermanfaat bagi anggota yang lain dan juga bagi peserta. Jika hilangnya identitas
diri dapat menimbulkan sikap tidak percaya diri terhadap individu anggota sehingga
membuat anggota hanya mengikuti atau hanya iya dalam setiap keputusan atau
dalam perbincangan.
Sikap mempunyai daya pendorong atau motivasi. Sikap dapat menentukan
kita pro atau kontra terhadap suatu stimulus yang berupa pendapat. Sikap timbul
dari pengalaman, sikap dapat diubah kapan saja jika ada suatu pemikiran positif
untuk mengubah atau menjadikan sikap dalam dirinya lebih baik dalam
kehidupannya untuk mendapat relasi yang baik dengan orang lain. Pada kelompok
Broadcastivity sikap ego masing-masing anggota harus disingkirkan untuk mencapai
suatu kompetensi dan mencapai tujuan bersama dalam penyelenggaraan workshop
Broadcast. Dalam wawancara banyak anggota mengatakan adanya kelompok dalam
kelompok yaitu adanya anggota yang memilih untuk menggerombol sendiri. Mereka
mementingkan ego mereka masing masing padahal ada anggota yang sudah
mengingatkan tetapi masih tetap menggerombol sehingga anggota tersebut memilih
diam karena suaranya tidak didengar.
Emosi yang terjadi dalam kelompok Broadastivity yaitu emosi adalah
pembangkit energi dalam diri manusia, emosi membangkitkan energi kita untuk
melakukan suatu tindakan, hal ini terjadi pada keanggotaan panitia Broadcastivity
mereka merasa bahwa setelah selesai dari kepanitia-an ini, anggota ingin mengikuti
kelompok kepanitia-an lain untuk menambah pengalaman sebagian dari anggota.
Anggota merasa kurang puas dalam pelayanan terhadap acara yang diselanggarakan,
sehingga ini memicu anggota untuk mengikuti kelompok kepanitia-an lain-Nya dalam
memperbaiki kesalahan-kesalahan yang terjadi.
Dalam faktor komunikan juga ada faktor situasional, lingkungan Psikososial
mengenai persepsi sejauh mana lingkungan dapat mempengaruhi perilaku
seseorang. Pada faktor situasionnal kepanitiaan Broadcastivity yang terdiri dari
berbagai angkatan dapat mempengaruhi suatu angkatan lain yang masih baru dalam
kelompok kepanitiaan saat menjadi seorang mahasiswa. Dalam hal ini yang lebih
mempengaruhi terjadinya perubahan perilaku yaitu saat rapat atau kegiatan USDA
ngamen anggota broadcastivity datang lebih lambat dari jam yang sudah ditentukan
(tidak tepat waktu). Ini dapat mempengaruhi sikap anggota lain yang selalu datang
tepat waktu, hal seperti ini dapat mempengaruhi pola pikir dan perilaku anggota
tersebut. Sehingga anggota tersebut merasa bahwa datang rapat atau USDA tepat
waktu menjadi kesia-siaan atau membuang-buang waktu untuk menunggu anggota
yang dominasi datang-Nya tidak tepat waktu. Anggota tersebut dapat mengubah
sikap dan perilakunya terhadap lingkungan yang sudah mempengaruhi pola pikir dan
perilakunya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Komunikasi kelompok merupakan interaksi secara tatap muka antar 3 orang atau
lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti informasi, pemecahan masalah, yang
anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota lain secara tepat.
Bahwasannya kelompok memang terdiri dari pribadi pribadi yang banyak dan berbeda
beda dalam hal berbagai latar belakang maupun pendapat. Oleh sebab itu, karena
perbedaan ini setiap anggota kelompok dituntut atau wajib lebih mengenal satu sama
lain agar terciptanya keakraban antar anggota. Apabila hal ini tidak dapat tercapai maka
tak jarang sebuah kelompok mengalami permasalahan komunikasi yang mengakibatkan
suatu kelompok kurang bisa memenuhi tujuannya dengan maksimal. Dalam sebuah
kelompok, komunikasi merupakan salah satu syarat penting yang harus terjadi di
dalamnya. Sebuah kelompok juga tidak bisa dipisahkan dari komunikasi antar
anggotanya.
Dari hasil penelitian dan pembahasan mengenai komunikasi kelompok kepanitian
Broadcastivity dapat disimpulkan bahwa :
1. Kelompok kepanitian Broadcastivity dalam proses penyampaian informasinya
kepada anggota kurang bersifat terbuka karena saat ada permasalahan mereka
lebih memilih diam sehingga kelompok ini mengalami masalah dalam
pengambilan keputusan yang membuat keputusan tersebut tidak dapat teruji
keberhasilannya.
2. Kelompok kepanitian Broadcastivity merupakan kelompok sekunder dimana
hubungan keanggotaan yang terjalin dalam kelompok kepanitian Broadcastivity
ini hanya terjadi pada saat itu saja, setelah tujuan dibentuknya kepanitian ini
tercapai maka pada saat itu hubungan kelompok itu berakhir juga.
3. Kepemimpinan yang dianut dalam kelompok broadcastivity adalah
kepemimpinan tugas. Dimana ketua dalam kelompok ini lebih mementingkan
pembagiaan tugas untuk tercapainya tujuan daripada relasi terhadap sesama
anggota.
4. Kelompok yang terdiri dari beberapa orang berlatar belakang yang berbeda
seperti perbedaan budaya membuat kesulitan dalam berkomunikasi, kesulitan ini
berupa penggunaan bahasa daerah yang dominan (bahasa Jawa) sehingga
mengakibatkan anggota yang bukan berasal dari pulau jawa mengalami gagal
paham dan kesulitan dalam memahami pesan yang disampaikan.
5. Kelompok Broadcastivity juga dapat mempengaruhi perilaku anggotanya seperti
yang dijelaskan dalam analisis situasional komunikan yaitu lingkungan psikososial
menyatakan bahwa lingkungan mempengaruhi prilaku seseorang. Dalam
permasalahan kelompok ini lingkungan yang terbentuk berupa ketidak tepatan
waktu saat pertemuan yang dilakukan oleh beberapa orang dan berdampak atau
mempengaruhi anggota lain yang datang tepat waktu.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis memiliki beberapa saran yang berkaitan
dengan komunikasi kelompok kepanitiaan Broadcastivity yang diharapkan dapat
bermanfaat. Saran yang penulis sampaikan antara lain yaitu :
1. Dalam sebuah kelompok tercapainya tujuan dengan mengutamakan tugas dan
tanggung jawab masing masing memang penting, tetapi relasi atau hubungan
antar anggota juga tidak semata mata dikesampingkan. Apabila relasi atau
hubungan antar sesama anggota berjalan dengan baik dan menimbulkan kesan
keakraban satu dengan yang lain maka dalam pecapaian tujuan kelompok pasti
akan lebih memuaskan.
2. Kesadaran individu dalam sebuah kelompok juga menjadi faktor penting, karena
apabila masing masing anggota tidak menyadari akan tanggung jawabnya maka
itu juga akan menjadi penghambat dalam tercapainya tujuan.
3. Anggota kelompok kepanitian diharapkan dapat membuka diri untuk
membangan relasi yang baik dengan sesame anggota sehingga kelompok tidak
lagi saling tertutup dalam mengkoreksi dan juga kiranya hubungan atau relasi
yang dibangun dalam kelompok tidak hanya pada saat dalam kelompok
kepanitian tetapi juga diluar kepanitian, hubungan anggota tersebut terus
berjalan.
DAFTAR PUSTAKA

Morissan. 2013. Psikologi Komunikasi. Bogor :Ghalia Indonesia

Suryanto. 2015. Pengantar Ilmu Komunikasi. Bandung : Pustaka Setia

Littlejhon. 2009. Teori Komunikasi. Jakarta : Salemba Humanika

Rahmat, Jalaluddin. 2013. Psikologi Komunikasi. Bandung : Remaja Rosdakarya

West, Richard, dan Lynn H. turner. 2012. Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi. Jakarta :
Salemba Humanika
LAMPIRAN

KEPANITIAAN BROADCASTIVITY

Broadcastivity merupakan organisasi berasal dari FISKOM yang berada dibawah


naungan HIMAKOM yang dibentuk dengan tujuan menyelenggarakan sebuah acara
workshop untuk memberikan wawasan dan memberi kesempatan terjun langsung untuk
melakukan praktek seputar dunia broadcasting. Selain itu, acara ini juga diperuntukan bagi
makasiswa ILKOM (Ilmu Komunikasi) kususnya angkatan 2016 yang masih belum
mengetahui passion atau masih bimbang dalam memilih konsentrasi mana yang akan
diambil dalam program studi ilmu komunikasi. Broadcastivity memiliki keanggotaan terdiri
dari angkatan 2014, 2015, dan 2016 berjumlah 23 orang yang cara perekrutannya melalui
seleksi wawancara.

Antar anggota belum saling mengenal satu sama lain sehingga di awal pertemuan
rapat diadakan perkenalan masing-masing anggota di depan kelompok sehingga masing-
masing saling mengenal antarpribadi, seiring berjalannya waktu konflik-konflik dalam
kelompok ini mulai timbul dan juga semakin betambah. Masalah utama dalam kelompok
adalah terjadinya misscomunication atau kesalah pahaman antar anggota kelompok.

Terjadinya misscomunication ini mengakibatkan banyak konflik terjadi yang tidak


dapat dihindari. Hasil dari wawancara membuktikan bahwa pada kelompok broadcastivity
sendiri kurang adanya solidaritas pada tiap-tiap anggotanya. Setiap anggota merasa
kurangnya komunikasi dan koordinasi menjadi kendala utama. Masalah lainya yaitu kendala
bahasa, bahwa pada kelompok tersebut terdiri dari banyak individu yang mempunyai
budaya yang berbeda beda. Pada dasarnya UKSW (Universitas Kristen Satya Wacana)
merupakan universitas yang berada di pulau Jawa (Jawa Tengah) yang mayoritas
mahasiswanya juga merupakan orang jawa pula. Sehingga tidak bisa dipungkiri jika
kelompok kepanitian broadcastivity mayoritas anggotanya merupakan orang jawa.
Beberapa anggota yang bukan orang jawa mengalami misscomunication karena mereka
tidak memahami bahasa mayoritas di Jawa. Beberapa anggota lebih suka menggerombol
sendiri sendiri yang membuat adanya kelompok dalam kelompok. Beberapa anggota
kelompok lebih memilih untuk diam karena kurang percaya diri dengan apa yang akan
mereka sampaikan dan mereka memilih diam karena mereka tidak ingin terjadi adanya adu
mulut sehingga mereka membicarakan dibelakang setelah forum selesai.

Sehingga dari berbagai masalah diatas yang terjadi dalam kepanitiaan Broadcastivity
mengakibatkan kelompok ini mengalami kesulitan dalam mencapai tujuan kelompok
tersebut. Hal ini juga diperkuat dengan hasil wawancara dari peserta yang mengikuti acara
tersebut, mereka mayoritas beranggapan bahwa pelaksanaan acaranya tidak sesuai dengan
jadwal acara, dan mereka beranggapan bahwa panitia dalam acara Broadcastivity kurang
begitu kompak.

Hasil Wawancara
Daftar Pertanyaan Panitia
Permasalahan Bagaimana kamu Apakah dulu kamu Apakah setelah
seperti apa yang menanggapi mengikuti mengikuti
Nama kamu alami selama permasalahan kepanitian juga panitia ini kamu
Anggota berada di panitia tersebut ? mengalami akan tetap lanjut
tersebut ? permasalahan mengikuti
yang sama ? kepanitian
lainnya ?
Grace Misscom soal Bertanya soal Tidak, kepanitian Masih tetap
(Ketua) bahasa, beberapa bahasa, ngingetin lainnya ada yang mau mengikuti
Broadcast/2015 anggota memilih agar tidak lebih parah kepanitian
untuk membuat karena
mennggerombol grombolan tentangan untuk
diri sendiri
Erlinda Kurangnya adanya Lebih friendly, Tidak Kemungkinan
(Sekertaris) solidaritas ngajakin semua akan tetap mau
2016 anggota ngobrol ikut kepanitian
lain
Rapat molor Malas jadi kumpul
(kegiatan usda,
kegiatan ngamen)
Tata Kurangnya adanya Diam saja Pernah tapi Gamau ikut lagi
(Bendahara) solidaritas enggak separah ini
Broadcast/2015
Yorasta Kurangnya adanya ngingetin agar Pernah tapi Gamau ikut lagi
(Koor Acara) solidaritas tidak membuat enggak separah ini
Broadcast/2015 buat grombol

Reni Kepanitian yang Melakukan Pertama kali Kemungkinan


(Acara) semrawut komunikasi yang iya
2016 lebih
Ketua kurang bisa
merangkul anggota
Libby Kurangnya Diam saja Ya dan hampir Tetap mau
(Acara) kerjasama dalam sama mengikuti
2016 kelompok, ada kepantiaan lagi
beberapa orang
yang tidak
bertanggung jawab
Joshua Kurangnya adanya Melakukan Pernah dan sama Tidak berminat
(Akpertrans) solidaritas komunikasi yang
2016 lebih

Denda Hutang
George Kurangnya adanya Diam saja Tidak Mau tidak mau
(Akpertrans) solidaritas
2016
Satria Kurangnya adanya Diam saja Tidak, Mau tidak mau
(Pukdekdok) solidaritas
Broadcast/2015
Dio Perbedaan Mengalah dan Baru pertama kali Kemungkinan
(Pukdekdok) pendapat lebih memilih iya
2016 untuk diam
daripada terjadi
adu mulut dan fisik
Sherly Kurangnya Santai aja Enggak Kemungkinan
(Konsumsi) koordinasi yang iya
2016 baik antar anggota
lainnya

Beberapa anggota Malas jadi kumpul


memilih untuk
mennggerombol

Rapat molor
(kegiatan usda,
kegiatan ngamen)
Glo Misscom soal Bertanya soal Tidak, kepanitian Masih tetap
(Usda) bahasa, beberapa bahasa, ngingetin lainnya ada yang mau mengikuti
Broadcast/2015 anggota memilih ngingetin agar lebih parah kepanitian
untuk tidak membuat karena
mennggerombol grombolan tentangan untuk
diri sendiri.
Gladys Kurangnya Usaha selalu Enggak Gakmau ikut lagi
(Usda) komunikasi antar berkomunikasi,
2016 anggota lainnya tapi tetep aja
misscom
Daftar pertanyaan peserta
Nama
Bagaimana koreksi anda tentang acara broadcastivity ?
Vania - Acaranya molor
- Panitianya kurang kompak
- Acaranya kurang menarik
Bayu - Acaranya molor
- Durasi pelatihannya terlalu singkat dan kurang mendetail
- Panitia kurang bertanggung jawab
Irene - Acaranya molor
Alfani - Acaranya tidak teratur yang membuat saya bingung mau ngapain
Rini - Kurang koordinasi antara satu anggota panitia dengan lainnya
- Dalam kepanitian ada yang membuat kelompok sendiri
- Acaranya molor
Desi - Acaranya molor
- Panitia kurang bertanggung jawab
- Dalam kepanitian ada yang membuat kelompok sendiri
Theo - Acaranya molor
Hana - Acaranya molor
- Kurang koordinasi antara satu anggota panitia dengan lainnya
Rika - Panitia kurang memahami acara mereka buat sendiri sehingga membuat
para partisipannya menjadi bingung.

Anda mungkin juga menyukai