Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

TEKNIK-TEKNIK KELOMPOK

Oleh :

1. Medinda Trianisya 2005902010016


2. Candra muliadi 2005902010112

FAKULTAS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS TEUKU UMAR
2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sebagai makhluk sosial manusia itu tidak dapat melepaskan diri dari manusia
lainnya.Antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya saling
membutuhkan dan saling berhubungan. Dalam hubungan ini akan terjadilah suatu
proses saling mempengaruhi. Dalam kaitannya dengan kelompok ,antara anggota
yang satu dengan anggota kelompok yang lain akan terjadi saling pengaruh
mempengaruhi. Proses saling mempengaruhi ini dalam kehidupan kelompok itulah
yang sebenarnya yang dijadikan landasan di selenggarakannya bibingan kelompok.
Istilah bimbingan kelompok dalam pengertian yang sederhana adalah
bimbingan yang diterapkan terhadap sekelompok individu, disamping istilah
bimbingan kelompok seringkali dikaitkan dengan bagian dari program bimbingan
dan dilaksanakan dalam rangka bimbingan belajar dari individu-individu siswa,
dengan bimbingan dari konselor atau pembimbingnya.
Tujuan dari penyelenggaraan bimbingan kelompok di sekolah tidak jauh
berbeda jika di bandingkan dengan tujuan program bimbingan pada umumnya, yaitu
membantu setiap siswa supaya dapat berkembang seoptimal mungkin sesuai dengan
potensi-potensi yang di milikinya.
Dengan bimbingan kelompok kemungkinan beberapa individu siswa dapat
memanfaatkan dinamika kelompok semaksimal mungkin dalam memecahkan
masalahnya.Maka dari itu peranan konselor atau pembimbing dalam kegiatan
kelompok sangat dibutuhkan terutama dalam mengarahkan kegiatan kelompok ke
arah yang positif sehingga klien dapat mengembangkan dirinya sendiri dalam
menanggulangi masalahnya.

B. Rumusan masalah
a. Defenisi
b. Bimbingan kelompok
c. Konseling kelompok
d. Terapi kelompok
e. Kelompok kepekaan
f. Kelompok pertemuan
g. Kelompok tugas
h. Kelompok psikoedukasi
i. Kelompok mini

C. Tujuan
Makalah ini dibuat dengan maksud untuk membahas tentang
dorongan yang menyebabkan terbentuknya kelompok sosial, faktor
pembentuk kelompok sosial, ciri-ciri kelompok sosial, proses terbentuknya
norma-norma kelompok sosial, dan arti penting hidup berkelompok dalam
kelompok sosial. Sehingga dengan pembahasan ini diharapkan mahasiswa
dapat semakin luas wawasan dan pengetahuannya, yang akan sangat
berguna ketika terjun di dalam masyarakat.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Definisi Kelompok

A. Pengertian

Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang


berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama
lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut. Kelompok
ini misalnya adalah keluarga, kelompok diskusi, kelompok pemecahan masalah, atau
suatu komite yang tengah berapat untuk mengambil suatu keputusan. Dalam
komunikasi kelompok, juga melibatkan komunikasi antarpribadi. Karena itu
kebanyakan teori komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi komunikasi kelompok.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kelompok adalah:

1. kumpulan (tt orang, binatang, dsb);


2. golongan (tt profesi, aliran, lapisan masyarakat, dsb);
3. gugusan (tt bintang, pulau, dsb);
4. Antr kumpulan manusia yg merupakan kesatuan beridentitas dng adat-
istiadat dan sistem norma yg mengatur pola-pola interaksi antara manusia
itu;
5. Pol kumpulan orang yg memiliki beberapa atribut sama atau hubungan
dng pihak yg sama; 6 Kim kuantitas zat yg akan dimasak atau diolah dl
satu waktu;

2. Bimbingan kelompok

Bimbingan kelompok merupakan bantuan terhadap individu yang


dilaksanakan dalam situasi kelompok. Bimbingan kelompok dapat berupa
penyampaian informasi ataupun aktifitas kelompok membahas masalah-masalah
pendidikan, pekerjaan, pribadi, maupun sosial.

Bimbingan kelompok dilaksanakan dalam tiga kelompok, yaitu: kelompok


kecil (2-6 orang), kelompok sedang (7-12 orang), dan kelompok besar (13-20 orang)
ataupun kelas (20-40 orang). Diberikan informasi dalam bimbingan kelompok
terutama dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman tentang kenytaan, aturan-
aturan dalam kehidupan, dan cara-cara yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan
tugas-tugas, serta meraih masa depan dalam studi, karir, ataupun kehidupan.
Asktifitas kelompok diarahkan untuk memperbaiki dan mengembangkan pemahaman
diri dan pemahaman lingkungan, penyesuaian diri, serta pengembangan diri.

Pada umumnya aktivitas kelompok menggunakan prinsip dan proses dinamika


kelompok, seperti dalam kegiatan diskusi, sosiodrama, bermain peran, simulasi dan
lain-lain. Bimbingan melalui aktifitas kmelompok lebih efektif karena selain peran
individu lebih aktif, juga memungkinkan terjadinya pertukaran pemikiran,
pengalaman, rencana, dan penyelesaian masalah.

3. Konseling Kelompok

Konseling kelompok adalah suatu bentuk layanan atau bantuan oleh seorang
konselor kepada individu yang membutuhkan untuk menyelesaikan masalah yang
sedang dihadapi yang dilaksanakan dalam situasi kelompok dengan melibatkan
fungsi saling mempercayai, saling pengertian, saling menerima dan saling
mendukung.

Konseling kelompok adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan


melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada beberapa
individu yang tergabung dalam suatu kelompok kecil dengan mempunyai
permasalahan yang sama (disebut klien) dan membutuhkan bantuan yang bermuara
pada terselesaikannya masalah yang sedang dihadapi oleh segenap anggota
kelompok.

Konseling kelompok merupakan pemberian bantuan dengan memanfaatkan dinamika


kelompok untuk mengetahui konsep diri masing-masing anggota. Konseling
kelompok biasanya dilakukan untuk jangka waktu pendek atau menengah. Melalui
konseling kelompok memungkinkan terjadinya komunikasi antar pribadi dimana
dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pemahaman dan penerimaan diri terhadap
nilai-nilai kehidupan dan segala tujuan hidup serta untuk belajar perilaku tertentu ke
arah yang lebih baik dari sebelumnya.

a. Pengertian Konseling Kelompok

Berikut definisi dan pengertian konseling kelompok dari beberapa sumber buku:

Menurut Kurnanto (2014), konseling kelompok adalah suatu bantuan kepada


individu dalam situasi kelompok yang bersifat pencegahan dan penyembuhan, serta
diarahkan pada pemberian kemudahan dalam perkembangan dan pertumbuhan.

Menurut Lumongga (2011), konseling kelompok adalah suatu proses antar pribadi
yang dinamis dan terfokus pada pikiran dan tingkah laku yang disadari serta dibina
dalam suatu kelompok yang dimanfaatkan untuk meningkatkan pemahaman dan
penerimaan diri menuju perilaku yang lebih baik dari sebelumnya.

Menurut Winkel dan Hastuti (2004), konseling kelompok adalah layanan konseling
perorangan yang dilaksanakan dalam suasana kelompok, dalam prosesnya hubungan
konseling diusahakan dalam suasananya hangat, terbuka, permisif, dan penuh
keakraban.

Menurut Adhiputra (2015), konseling kelompok adalah suatu proses antara pribadi
yang dinamis, terpusat pada pemikiran dan perilaku yang sadar dan melibatkan
fungsi-fungsi seperti berorientasi pada kenyataan, saling mempercayai, saling
pengertian, saling menerima, dan saling mendukung.

Menurut Prayitno (2017), konseling kelompok adalah usaha pemberian bantuan yang
diberikan oleh seorang konselor kepada orang-orang yang membutuhkan untuk
mengentaskan masalah yang sedang dihadapinya dalam suasana kelompok.

b. Tujuan Konseling Kelompok

Menurut Prayitno (2017), kelebihan dari konseling kelompok adalah berkembangnya


kemampuan sosialisasi seseorang, khususnya kemampuan berkomunikasinya.
Melalui konseling kelompok, hal-hal yang dapat menghambat atau mengganggu
sosialisasi dan komunikasi diungkap dan didinamikakan melalui berbagai teknik,
sehingga kemampuan sosialisasi dan komunikasi seseorang berkembang secara
optimal.

Menurut Winkel dan Hastuti (2004), tujuan konseling kelompok adalah sebagai
berikut:

1. Masing-masing anggota kelompok memahami dirinya dengan baik dan


menemukan dirinya sendiri. Berdasarkan pemahaman diri itu dia lebih rela
menerima dirinya sendiri dan lebih terbuka terhadap aspek-aspek positif
dalam kepribadiannya.

2. Para anggota kelompok mengembangkan kemampuan berkomunikasi satu


sama lain sehingga mereka dapat saling memberikan bantuan dalam
menyelesaikan tugas-tugas perkembangan yang khas pada fase
perkembangan mereka.

3. Para anggota kelompok memperoleh kemampuan pengatur dirinya sendiri


dan mengarahkan hidupnya sendiri, mula-mula dalam kontra antar pribadi di
dalam kelompok dan kemudian juga dalam kehidupan sehari-hari di luar
kehidupan kelompoknya.

4. Para anggota kelompok menjadi lebih peka terhadap kebutuhan orang lain
dan lebih mampu menghayati perasaan orang lain. Kepekaan dan
penghayatan ini akan lebih membuat mereka lebih sensitif juga terhadap
kebutuhan-kebutuhan dan perasaan-perasaan sendiri.
5. Masing-masing anggota kelompok menetapkan suatu sasaran yang ingin
mereka capai, yang diwujudkan dalam sikap dan perilaku yang lebih
konstruktif.

6. Para anggota kelompok lebih berani melangkah maju dan menerima risiko
yang wajar dalam bertindak, dari pada tinggal diam dan tidak berbuat apa-
apa.

7. Para anggota kelompok lebih menyadari dan menghayati makna dan


kehidupan manusia sebagai kehidupan bersama, yang mengandung tuntutan
menerima orang lain dan harapan akan diterima orang.

8. Masing-masing anggota kelompok semakin menyadari bahwa hal-hal yang


memprihatinkan bagi dirinya sendiri kerap juga menimbulkan rasa prihatin
dalam hati orang lain. Dengan demikian dia tidak merasa terisolir, atau
seolah-olah hanya dialah yang mengalami ini dan itu.

9. Para anggota kelompok belajar berkomunikasi dengan anggota-anggota yang


lain secara terbuka, dengan saling menghargai dan menaruh perhatian.
Pengalaman bahwa komunikasi demikian dimungkinkan akan membawa
dampak positif dalam kehidupan dengan orang-orang yang dekat di kemudian
hari.

4. terapi kelompok

a. Pengertian Terapi Kelompok

Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompok


pasien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau
diarahkan oleh seorang therapist atau petugas kesehatan jiwa yang telah terlatih
(Pedoman Rehabilitasi Pasien Mental Rumah Sakit Jiwa di Indonesia dalam Yosep,
2007). Terapi kelompok adalah terapi psikologi yang dilakukan secara kelompok
untuk memberikan stimulasi bagi pasien dengan gangguan interpersonal (Yosep,
2008).

b. Tahapan Terapi Kelompok


Tahap-tahap Dalam Terapi Kelompok Menurut (Yosep, 2007) ada tiga tahap yaitu:

1. Tahap ini dimana therapist membentuk hubungan kerja dengan para anggota
kelompok. Tujuannya ialah agar para anggota saling mengenal, mengetahui
tujuan serta membiasakan diri untuk melakukan diskusi kelompok.
2. Terutama tercapainya tranference dan perkembangan identitas kelompok.
Tranferece ialah suatu perilaku atau keinginan seorang pasien (misalnya si A)
yang seharusnya ditujukan kepada seseorang lain (misalnya si B) tetapi
dialihkan kepada orang lain lagi (si C, misalnya therapist) contoh: perilaku
seorang lansia seharusnya ditujukan kepada orang tuanya tetapi didalam
kenyataanya dialihkan kepada therapist. Perkembangan identitas kelompok
ialah tercapainya suatu “sense of belonging” atau rasa menyatu dan
berdasarkan kesatuan itu mereka merasa mempunyai kesamaan dalam
problem atau kesamaan dalam konflik ini makin memberikan ikatan di antara
kelompok.
3. Disebut tahap mutualisis (saling menganalisa), yaitu setiap orang akan
mendapatkan informasi atau reaksi atas apa yang sudah dikemukakan.
Dengan mendapat reaksi yang macam-macam, maka kelompok juga dapat 13
mengambil kesimpulan reaksi mana yang benar. Dengan demikian setiap
orang akan mendapat koreksi atau kesan kelompok secara umum atau tingkah
lakunya.

c. Manfaat Terapi Kelompok

Dapat membantu remaja memenuhi kebutuhan dan tugas


perkembangan secara positif. Kegiatan dalam terapi aktivitas kelompok
menciptakan kesempatan remaja untuk belajar bekerjasama dalam
menghadapi masalah seperti konflik, kecemburuan, agresi serta dapat
membandingkan perilaku dan pemikiran antar remaja. Pembelajaran melalui
terapi kelompok adalah tindakan terbaik bagi remaja karena pada masa
tersebut adalah masa dimana meningkatnya resiko masalah psikososial.

d. Penerapan Terapi Kelompok

Berbagai terapi juga bisa diberikan sesuai dengan tahap


perkembangan anak, seperti, terapi bermain, terapi kelompok, terapi
lingkungan (Hamid, 2010). Salah satu terapi kelompok yang diberikan untuk
mengoptimalkan perkembangan anak adalah Terapi Kelompok Terapeutik
(TKT). Terapi kelompok terapeutik membantu anggotanya mencegah
masalah kesehatan, mendidik dan mengembangkan potensi anggota
kelompok dan meningkatan kualitas antar anggota kelompok untuk mengatasi
masalah dalam kehidupan (Keliat & Akemat, 2004). Terapi ini diberikan pada
semua tingkat usia sesuai dengan tahap tumbuh kembangnya dan dapat
dilakukan secara berkelompok maupun indvidu bertujuan menstimulasi
perkembangan secara individu.

5. Kelompok kepekaan

KELOMPOK KEPEKAAN (Sensitivity Groups), kelompok kepekaan bukan


lain adalah sebentuk kelompok-T yang difokuskan ke problem-problem pribadi
dan antar pribadi-pribadi, dan pertumbuhan pribadi anggota-anggotanya.
a. KELOMPOK PERTEMUAN (Encounter Groups), Istilah kelompok
pertemuanjuga termasuk dalam keluarga kelompok-T, namun lebih
berorientasi terapi.
b. KELOMPOK TUGAS (Task Groups), Istilah kelompok tugasmengacu pada
kelompok yang diorganisasikan untuk memenuhi kebutuhan keorganisasian
melalui pengerjaan gugus tugas keorganisasian atau aktivitas-aktivitas sosial.
c. KELOMPOK PSIKOEDUKASI (Psychoeducation Groups), Istilah kelompok
psikoedukasimenitikberatkan pengembangan keterampilan kgnitif dan
perilaku dikelompok-kelompok yang distrukturkan sedemikian rupa untuk
mengajarkan keterampilan dan pengetahuan ini.
d. KELOMPOK MINI (Mini Groups),Istilah ini mengacu pada kelompok
konseling yang skalanya lebih kecil ketimbang lazimnya, terdiri atas satu
konselor dan maksimum empat klien.

Sebagai konselor penting untuk menyadari adanya sifat mudah tersinggung


pada diri klien dan konselor. Klien pada umumnya tidak menyadari masalah
sebenarnya, bahkan tidak tahu dirinya bermasalah karena tertutup perilaku
pertahanan dirinya. Konselor yang sensitif mampu mengungkap/menganalisi
masalah sebenarnya yang dihadapi klien.

Konselor yang sensitif memiliki kualitas pribadi:

1. Sensitif terhadap reaksi dirinya sendiri


2. Mengetahui kapan, dimana, dan berapa lama mengungkap masalah
klien (probing)
3. Mengajukan pertanyaan tentang persepsi klien tentang masalah yang
dihadapinya
4. Sensitif terhadap sifat yang mudah tersinggung pada dirinya

6. Kelompok pertemuan
Kelompok pertemuan adalah kelompok orang yang menjadikan diri mereka
sebagai acara pokok. Kelompok terapi di rumah sakit jiwa adalah contoh kelompok
pertemuan. Kelompok penyadar mempunyai tugas utama menciptakan identitas
sosial politik yang baru.

Kelompok adalah sekumpulan orang yang memiliki tujuan bersama yang


berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lain,
dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut (Deddy Mulyana,
2005).

Kelompok ini misalnya adalah keluarga, kelompok diskusi, kelompok


pemecahan masalah, atau suatu komite yang berada di tengah-tengah untuk
mengambil suatu keputusan. Dalam komunikasi kelompok, juga melibatkan
komunikasi antarpribadi.

Karena kebanyakan teori komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi


komunikasi kelompok.Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung
antara beberapa orang dalam suatu kelompok “kecil” seperti dalam rapat, pertemuan,
konperensi dan sebagainya (Anwar Arifin, 1984).

Michael Burgoon (dalam Wiryanto, 2005) mendefinisikan komunikasi


kelompok sebagai interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan
tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri, memecahkan
masalah, yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi
anggota-anggota yang lain secara tepat.

Kedua definisi komunikasi kelompok di atas memiliki kenyamanan, yakni


adanya komunikasi tatap muka, peserta komunikasi lebih dari dua orang, dan
memiliki susunan rencana kerja tertentu untuk mencapai tujuan kelompok.

Dan B. Curtis, James J.Floyd, dan Jerril L. Winsor (2005, h.149) menyatakan
komunikasi kelompok terjani ketika tiga orang atau lebih bertatap muka, biasanya di
bawah pengarahan seorang pemimpin untuk mencapai tujuan atau sasaran bersama
dan mempengaruhi satu sama lain. Lebih mendalam ketiga ilmuwan tersebut
menjabarkan sifat-sifat komunikasi kelompok sebagai berikut:

1. Kelompok berkomunikasi melalui tatap muka;


2. Kelompok memiliki sedikit partisipan;
3. Kelompok bekerja di bawah arah seseorang pemimpin;
4. Kelompok membagi tujuan atau sasaran bersama;
5. Anggota kelompok memiliki pengaruh atas satu sama lain.

7. Kelompok tugas
Kelompok tugas atau Group dapat didefinisikan sebagai dua individu atau
lebih yang saling berinteraksi dan saling tergantung antara satu sama lainnya dan
saling bergabung untuk mencapai Tujuan tertentu. Ciri-ciri Kelompok diantaranya
adalah saling berinteraksinya anggota kelompok sehingga tindakan seseorang
akan mempengaruhi atau dipengaruhi oleh orang lain dan menyakini adanya
kemungkinan untuk bekerjasama dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Individu-individu yang bergabung kedalam Kelompok pada dasarnya mempunyai


tujuan dan alasan masing-masing. Berikut ini adalah beberapa tujuan ataupun alasan
seseorang bergabung menjadi anggota kelompok.
1. Keamanan (Security)
Seseorang yang bergabung kedalam kelompok merasa lebih aman karena tidak
sendirian dalam menghadapi masalah ataupun ancaman. Orang tersebut akan
merasa lebih percaya diri dan lebih kuat.
2. Status
Adanya pengakuan dari masyarakat jika bergabung dengan kelompok tertentu
yang memiliki reputasi baik di mata masyarakat. Status mereka akan
meningkat di masyarakat.
3. Harga Diri (Self Esteem)
Merasa dihargai jika diterima sebagai anggota kelompok terutama pada
kelompok-kelompok yang bergengsi tinggi.
4. Afiliasi (Affiliation)
Berafiliasi dengan Kelompok dapat memenuhi kebutuhan seseorang akan
persahabatan dan hubungan sosial.
5. Power (Kekuatan)
Sesuatu yang tidak dapat dicapai oleh sendiri dapat dengan mudah dicapai
berkat kekuatan kelompok dan juga kekuatan untuk melindungi diri dari
permintaan-permintaan yang tidak wajar atau permintaan yang tidak masuk
akal.
6. Goal Achievement (Pencapaian Tujuan)

8. Kelompok Psikoedukasi

Kelompok psikoedukasi menurut De LuciaWaack, menjelaskan bahwa


kelompok psikoedukasi merupakan kelompok yang berfokus pada pengembangan
keterampilan hidup dan strategi pencegahan permasalahan psikologis, yang
mempengaruhi tingkah laku dan menggunakan kerangka kerja kognitif-behavioral
(DeLucia-Waack, 2006 : 11). Kemudian, Menurut Winzelberg, kelompok
psikoedukasi, adalah kelompok yang dibentuk atas program yang di dalamnya
terdapat isu psikologis serta berisikan informasi struktur tingkah laku untuk
memahami lingkungan permasalahan anggota, mengidentifikasi, dan mengubah
sikap dan tingkah laku, agar menjadi sadar akan kemungkinan konsekuensi jika
tidak mengubah tingkah laku yang tidak diinginkan (Cash & Pruzinsky, 2002 :
487). Tujuan dari kelompok psikoedukasi adalah untuk mempersiapkan pencegahan
dari kurangnya pendidikan dan permasalahan psikologis.
Dalam kelompok psikoedukasi terdapat struktur sesi yang menjadi acuan
pelaksanaan kegiatan, yaitu 1) Sesi Permulaan (Initial Session), Sesi permulaan
kelompok psikoedukasi harus menjadi awal dari terbentuknya peraturan dan tujuan
kelompok, memperkenalkan masing-masing anggota, dan menjelaskan maksud
terbentuknya kelompok; 2) Sesi Pertengahan (Middle Session), anggota kelompok
mempelajari tingkah laku baru dan mencobanya, menggunakan proses kelompok
untuk menyarankan berbagai alternatif permasalahan yang lebih luas, mempelajari
situasi yang berbeda, dan menerima feedback dari berbagai perspektif; 3) Sesi
Akhir (Termi- nation Session), anggota kelompok akan menyimpulkan apa yang
telah dilakukan dalam kelompok, mengekpresikan perasaan dalam kelompok, dan
mendiskusikan bagaimana anggota mempraktikkan apa yang dipelajari dalam
kelompok di kehidupan sehari-hari.

9. Kelompok mini
Besar kecilnya suatu kelompok ditentukan oleh kriteria tugastugas sosial dan
jumlah anggotanya. Suatu kelompok disebut besar apabila bobot tugas yang
ditangani atau tugas-tugas sosial yang dilaksanakan nya penting dan universal.

Kelompok kecil (Small Group) adalah kelompok yang jumlah anggotanya


relatif kecil (paling sedikit dua orang) dan dibentuk atas dasar kebutuhan atau
kepentingan kecil dan spesifik.
Kelompok-kelompok kecil selalu timbul atau pasti akan timbul di dalam
kelompok yang lebih besar dan luas. Hal ini terjadi karena manusia mempunyai
kepentingan yang berbeda.
Manusia memerlukan bantuan dan perlindungan dari sesamanya. Manusia
mempunyai kemampuan yang terbatas dan sebagainya. Keadaan yang demikian
menyebabkan timbulnya kelompok kecil (small group).
Contohnya, kelompok belajar dan kelompok diskusi merupakan kelompok
kecil dari suatu kelompok pendidikan (sekolah).

Kelompok kecil mempunyai peranan yang sangat penting bagi kelompok


besar sebab memiliki beberapa alasan, yaitu sebagai berikut.

1. Kelompok kecil mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap masyarakat


dan perilaku setiap individu. Kelompok kecil, dimana seseorang menjadi
anggota, tidak saja merupakan sumber simpati, tetapi juga sebagai sumber
ketegangan, tekanan, dan kekecewaan.
2. Dalam kelompok kecil, pertemuan antara kepentingan sosial dengan
kepentingan individu berlangsung secara tajam dan jelas.
3. Kelompok kecil pada hakikatnya merupakan sel yang menggerakkan suatu
organisme yang dinamakan masyarakat.
4. Kelompok-kelompok kecil merupakan bentuk khusus dalam kerangka sosial
secara keseluruhan. Kelompok kecil seolah-olah miniatur masyarakat yang
mempunyai pembagian kerja, kode etik, pemerintahan, prestise, ideologi, dan
sebagainya
DAFTAR PUSTAKA

Ismawati, Esti.2012 Ilmu Sosial Budaya Dasar, Yogyakarta : Penerbit Ombak

Saptono, Bambang S. 2006 SOSIOLOGI JILID 2 SMA KELAS XI, Jakarta: PT.
Phibeta Aneka Gama

Subakti, A. Ramlan dkk. 2011 Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan, Jakarta:
Prenada Media Group

http:\\id.wikipedia.com\kelompok-sosial\

Anda mungkin juga menyukai