Anda di halaman 1dari 6

1.

TUJUAN & FUNGSI BIMBINGAN KELOMPOK

Secara umum layanan bimbingan kelompok bertujuan untuk pengembangan


kemampuan bersosialisasi, khususnya kemampuan berkomunikasi peserta layanan. Secara
lebih khusus, layanan bimbingan kelompok bertujuan untuk mendorong pengembangan
perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang menunjang perwujudan tingkah laku
yang lebih efektif, yakni peningkatan kemampuan berkomunikasi baik verbal maupun
nonverbal para siswa.1 Selain itu, tujuan khusus bimbingan kelompok ialah: Beberapa tujuan
khusus dari layanan konseling kelompok ialah membantu konseli agar menjadi lebih terbuka
dan jujur terhadap diri sendiri dan orang lain, belajar mempercayai diri sendiri dan orang
lain, berkembang untuk lebih menerima diri sendiri, belajar berkomunikasi dengan orang
lain, belajar untuk lebih akrab dengan orang lain, belajar untuk bergaul dengan sesama atau
lawan jenis, belajar untuk memberi dan menerima, menjadi peka terhadap perasaan dan
kebutuhan orang lain, dan meningkatkan kesadaran diri sehingga akan merasa lebih bebas
dan tegas dalam memilih.2

Adapun tujuan layanan bimbingan kelompok menurut beberapa para ahli. Menurut
Halena tujuan dari layanan bimbingan kelompok yaitu untuk mengembangkan langkah-
langkah bersama untuk menangani permasalahan yang dibahas di dalam kelompok, dengan
demikian dapat menumbuhkan hubungan yang baik antar anggota kelompok, kemampuan
berkomunikasi antar individu, pemahaman berbagai situasi dan kondisi lingkungan, dapat
mengembangkan sikap dan tindakan nyata untuk mencapai hal-hal yang diinginkan
sebagaimana terungkap didalam kelompok.3Menurut Dinkmeyer & J.J Muro adalah
membantu masing-masing anggota kelompok untuk memahami dan mengenal diri,
membantu dalam proses mencari identitas diri, membantu anggota mengembangkan perasaan
berkelompok dan penerimaan oleh orang lain yang memberikan rasa aman dalam
menghadapi tantangan hidup, mengembangkan keterampilan sosial dan kemampuan
interpersonal pada diri anggota yang memungkinkan mereka untuk mengatasi tugas-tugas
perkembangannya dalam bidang pribadi dan sosial, membantu anggota merumuskan tujuan-
tujuan khusus yang dapat diukur dan diamati dari segi perilaku, dan membantu mereka
membuat komitmen.4
1
Jahju Hartanti, Bimbingan Kelompok, (Tulungagung: UD. DUTA SABLON, 2022), hal. 13-14.
2
Budi Astuti, Modul Konseling Individual, ( Fakultas Ilmu Pendidikan, Program Studi Bimbingan dan Konseling
FIP UNY, 2012), hal. 6.
3
A. Hallen, Bimbingan dan Korneling. Edisi Revizi akarta: Quantum Teaching 2005).hal.73 dkutip oleh Affiyani
Pramono "Pengembangan Model Bimbingan Kelompok Melalui Teknik Prikodrama Untuk Mengembangkan
Konsep Dui Positif Jurnal Bimbingan Konseling vol.2 (Februari 20013).hal. 100. Tersedia di
http://journal.unnes.ac.id/sjw/index.php/jubk.
4
Dinkmeyer, Don & Muro James J. 1978, Group Counseling, Itasca Illionis: F.E Peacock Publishers, Inc.

.
Tujuan bimbingan kelompok menurut Prayitno agar setiap peserta mampu berbicara
di depan orang banyak, mampu mengeluarkan pendapat, ide, saran, tanggapan dan perasaan
kepada orang banyak, belajar menghargai pendapat orang lain, bertanggung jawab atas
pendapat yang dikemukakannya, mampu mengendalikan diri dan emosi, dapat bertenggang
rasa, menjadi akrab satu sama lain, dan membahas masalah atau topik-topik umum yang
dirasakan atau menjadi kepentingan bersama.5 Winkel & Hastuti juga mengemukakan bahwa
tujuan bimbingan kelompok yaitu menunjang perkembangan pribadi dan perkembangan
sosial masing- masing anggota kelompok serta meningkatkan mutu kerja sama dalam
kelompok guna aneka tujuan yang bermakna bagi para partisipan.6

Sedangkan, Layanan bimbingan kelompok memiliki beberapa fungsi. Menurut


Gadza, fungsi layanan Bimbingan kelompok adalah pengembangan, pencegahan dan
pengentasan.7

1. Pengembangan

Layanan bimbingan kelompok berfungsi untuk mengembangkan keseluruhan potensi


siswa terutama keterampilan sosialisasi dan komunikasi. Anggota kelompok diberikan
kesempatan untuk menyampaikan gagasan, pandangan ataupun pendapat terhadap
permasalahan yang dibahas, dengan demikian anggota kelompok bisa belajar dan
memperlancar komunikasi agar menjadi efektif.

2. Pencegahan

Melalui layanan bimbingan kelompok dimaksudkan untuk mencegah timbulnya


permasalahan pada anggota kelompok. Pembahasan mengenai permasalahan hingga didapati
penyelesaian dari masalah akan memberikan pengalaman kepada anggota kelompok dalam
bertindak khususnya berkaitan dengan bidang permasalahan yang dibahas.

3. Pengentasan

Sesuai dengan tujuan layanan bimbingan kelompok yakni untuk mengentaskan


permasalahan. Semua bentuk tindakan dalam kelompok akan bermuara pada penyelesaian
suatu permasalahan denganmemanfaatkan dinamika kelompok.

4. Fungsi layanan kuratif, yaitu layanan yang diarahkan untuk mengatasi persoalanyang
dialami individu.

5
Priyanto, layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok, ( Padang: Ghalia Indonesia, 1995), hal. 175.
6
Winkel, W.S & Sri Hastuti, Bimbingan Dan Konseling Di Institusi Pendidikan, (Yogyakarta: Media Abadi, 2004),
hal. 31..
7
Ibid, hal. 20
Jadi, Tujuan dan fungsi layanan bimbingan kelompok adalah agar setiap anggota
mampu berbicara di muka orang banyak, mampu mengeluarkan pendapat, ide, saran,
tanggapan, perasaan kepada banyak orang, bertanggung jawab atas pendapat yang
dikemukakannya, mampu mengendalikan diri dan menahan emosi (gejolak kejiwaan yang
bersifat negative).8

2. FAKTOR-FAKTOR APA SAJA YANG MEMPENGARUHI PROSES


BIMBINGAN DAN KONSELING KELOMPOK

Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam penyelenggaraan konseling


kelompok sebagaimana diungkapkan Aryatmi Siswohardjono yang dikutip Dewa Ketut
Sukardi, yaitu:

a) Pemimpin harus betul-betul menyadari tujuan dan membawa diskusi ke arah tujuan tanpa
memaksa proses kelompok.

b) Anggota kelompok perlu dipilih dengan teliti dengan menyisihkan orang yang menderita
maladjusment yang berat.

c) Anggota perlu betul-betul dipersiapkan sebelumnya, supaya mereka siap bertindak


sebagai anggota yang mau share dan menolong anggota lain dalam kelompok, peka
terhadap dan menyesuaikan diri dengan pribadi lain.9

Untuk mencapai tujuan dalam konseling kelompok, maka konselor perlu


memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi konseling kelompok sebagaimana
berikut:10

a) Membina harapan.

Harapan akan menimbulkan perasaan optimis pada diri konseli untuk dapat
menyelesaikan masalahnya. Melalui harapan, konseli akan belajar memahami dan
mengembangkan kemampuan/ potensi yang dimilikinya. Adanya keterlibatan dalam
kelompok juga akan menguatkan semangat konseli untuk saling membantu mewujudkan
tujuan bersama yang ingin dicapai.

b) Universalitas (tidak merasa kesepian).

8
Eka Sari Setianingsih, Anwar Sutoyo, Edy Purwanto, PENGEMBANGAN MODEL BIMBINGAN KELOMPOK
TEKNIK PEMECAHAN MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KETERBUKAAN DIRI SISWA, Jurnal
Bimbingan Konseling 3 (2) (2014)
9
Ibid, hal. 179-180.
10
Namora Lumongga Lubis, Memahami Bimbingan dan Konseling, (Jakarta Kencana, 2014), hal. 207-209.
Universalitas akan mengurangi tingkat kecemasan konseli karena mengetahui bahwa
bukan hanya dirinya yang memiliki masalah. Teman-teman satu kelompoknya juga
memiliki masalah walaupun dalam dimensi yang berbeda. Untuk hal inilah memberikan
pemahaman pada diri konseli bahwa permasalahan adalah hal yang wajar dalam
kehidupan sangat diperlukan agar konseli tertantang untuk mengatasi masalahnya.

c) Pemberian informasi

Informasi dapat diperoleh melalui pimpinan kelompok (konselor) maupun dari anggota
kelompok lain. Informasi ini meliputi pengalaman dari anggota kelompok, pemecahan
masalah yang ditawarkan oleh konselor atau anggota kelompok dan hal yang bermakna
bagi kehidupan konseli.

d) Altruisme (mementingkan kepentingan orang lain).

Altruisme mengacu kepada proses memberi dan menerima. Konseli yang merasa bahwa
kelompoknya telah memberikan banyak masukan dan kebaikan pada dirinya selama
menjalani proses konseling, akan melakukan hal yang sama terhadap anggota
kelompoknya. Hal ini akan mendorong terjadinya umpan balik antar anggota

e) Pengulangan korektif keluarga primer

Pengulangan korektif keluarga primer dimaksudkan untuk menjalin kedekatan emosional


antar anggota dan konselor. Masing-masing konseli diharapkan dapat merasa sebagai satu
keluarga yang saling mendukung dan memberi perhatian layaknya hubungan saudara.
Hal ini akan lambat laun akan dipelajari oleh anggota kelompok sehingga dapat mencoba
perilaku baru dalam berhubungan dengan orang lain

f) Peniruan tingkah laku

Tingkah laku yang diperoleh dari pengalaman atau hasil identifikasi anggota kelompok
yang dianggap layak untuk ditiru. Mendapatkan model positif yang dapat ditiru akan
sangat menguntungkan anggota karena memudahkannya dalam mempelajari tingkah laku
baru yang lebih positif.

g) Pengembangan teknik sosialisasi

Berhubungan dengan cara anggota kelompok menjalin hubungan interpersonal Masing-


masing anggota belajar untuk dapat mengkomunikasikan teknik keinginannya dengan
tepat, memberikan perhatian dan dapat memahami orang lain. Hal ini juga meliputi
bagaimana kesiapan suatu anggota memperoleh umpan balik dari kelompok yang
ditujukan untuk dirinya.

h) Belajar menjalin hubungan interpersonal (belajar dan anggota lain)


Anggota kelompok diharapkan dapat saling belajar menjalin hubungan interpersonal
dengan kelompoknya. Beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain; berani
mengekspresikan dirinya di hadapan kelompok, merespon apa yang disampaikan anggota
kelompok serta meningkatkan sensitivitas terhadap masalah anggota kelompoknya.

i) Kohesivitas kelompok (merasakan koneksi atau hubungan dengan orang lain).

Kohesivitas tidak terjadi mulai saja. bentuk penerimaan yang hangat dari masing- masing
anggota serta keinginan untuk terus menjalin hubungan interpersonal yang akrab. Jika
kohesivitas telah terbentuk, masing-masing anggota akan dapat berinteraksi secara
optimal dan tanpa keraguan memberikan umpan balik demi kemajuan anggota kelompok.

j) Kataris (melepaskan perasaan-perasaan dan emosi-emosi).

Anggota kelompok diharapkan dapat melepaskan katar yang dimilikinya melalui


perasaan baik secara positif maupun negatif. Ekspresi perasaan tersebut dapat berupa
marah. cinta, sedih, kecewa, atau kesulitan yang tidak dapatditemukan. Katarsis ini dapat
disebabkan pengalaman masa lalu atau masa kini yang dialami anggota. Melalui katarsis,
anggota kelompok dapat menyadari emosinya dan membuangnya ke alam sadar sehingga
tidak ada tindakan represi yang dapat berakibat fatal.

k) Faktor-faktor Eksistensial ( mendatangkan pemahaman akan pasang surutnya


kehidupanj).

Faktor-faktor eksistensial yang perlu dibicarakan dan bahan diskusi bagi anggota
kelompok. Hal ini penting untuk memberikan pemahaman pada kelompok bahwa banyak
hal yang harus dicapai dalam hidup. Untuk itu, anggota kelompok dapat termotivasi
mengatasi masalah untuk mencapai kehidupan yang lebih banyak Menanamkan tanggung
jawab pada klien juga bagian dari faktor eksistensial yang harus dimainkan. Dengan
mengetahui faktor-faktor yang telah dijelaskan di atas tujuan maka konselor dapat
menyelaraskan kelompoknya dengan yang ingin membantu konseling. Karena keduanya
adalah aspek yang saling mendukung dan mendukung proses konseling.11

DAFTAR PUSTAKA

Izzati Wahyuningtyas,dll, Pelayanan Konseling Kelompok Dalam Menangani Kasus Bullying, Counseling As
11

Syamil, Vol. 1, No.01, 2021. hal. 34-47.


Hartanti, Jahju. (2022). Bimbingan Kelompok. Tulungagung: UD. DUTA SABLON.

Astuti, Budi. (2012). Modul Konseling Individual. Fakultas Ilmu Pendidikan, Program
Studi Bimbingan dan Konseling FIP UNY.

Masdudi. (2015). Bimbingan dan Konseling Perspektif Sekolah. Cirebon: Nurhayati


PRESS.

Priyanto. (1995). layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok. Padang: Ghalia


Indonesia.

Winkel, W.S & Sri Hastuti. (2004). Bimbingan Dan Konseling Di Institusi Pendidikan.
Yogyakarta: Media Abadi.
Hasanah liwatun., dkk. (2022). BIMBINGAN KELOMPOK; Teori dan Praktik. Duta media publishing.
,

Setianingsih, Eka Sari., Anwar Sutoyo, Edy Purwanto. (2014). PENGEMBANGAN


MODEL BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK PEMECAHAN MASALAH
UNTUK MENINGKATKAN KETERBUKAAN DIRI SISWA. Jurnal
Bimbingan Konseling 3 (2).

Siregar, Siti Wahyuni. (2018). Konsep Dasar Konseling Kelompok. HIKMAH. Volume
12 Nomor 1. hal. 78-97.

Wahyuningtyas, Izzati.,dll. (2021). Pelayanan Konseling Kelompok Dalam Menangani


Kasus Bullying, Counseling As Syamil. Vol. 1, No.01. hal. 34-47.

Anda mungkin juga menyukai