Anda di halaman 1dari 355

ULFA KHARISMA

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim, Puji syukur kami


persembahkan hanya kepada Allah Swt. Tuhan semesta
alam. Sholawat dan salam semoga tercurahkan kepada
Nabi besar Muhammad Saw., kepada keluarganya,
kepada sahabatnya, dan semua pengikutnya yang setia
mengikuti ajaran dan sunnahnya hingga akhir zaman.
Aamiin.
Saya dengan sukacita dan penuh rendah hati
mempersembahkan buku ini, yang berjudul “Psikologi
Kepribadian”. Buku ini merupakan hasil pemikiran dan
penelitian yang mendalam dalam upaya memperkaya
pemahaman kita tentang kepribadian individu.
Buku ini didedikasikan untuk menggali dan
memahami kompleksitas yang tersembunyi di dalam diri
manusia. Kepribadian adalah puzzle yang tiada habisnya,
dan buku ini akan membantu Anda mengupasnya.
Psikologi kepribadian adalah cabang ilmu yang
telah berkembang pesat seiring berjalannya waktu. Buku
ini akan membantu Anda memahami berbagai teori
2
kepribadian, konsep-konsep yang mendasarinya, serta
bagaimana kepribadian memengaruhi cara kita berpikir,
merasa, dan berinteraksi dengan dunia di sekitar kita.
Tidak lupa, saya ingin mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses
penulisan buku ini. Saya juga berterima kasih kepada
para pembaca yang memberikan kesempatan bagi kami
untuk berbagi pemikiran dan pengetahuan melalui
halaman-halaman buku ini. Akhir kata, semoga buku ini
dapat menjadi sumber inspirasi dan pengetahuan yang
berharga bagi kita semua.

Surabaya, 12 Desember 2023

Penulis

3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................
PENDAHULUAN.....................................................................................
BAB 1 PSIKOLOGI KEPRIBADIAN PINTU
GERBANG MENUJU MEMAHAMI PERILAKU
MANUSIA.................................................................................................
A. Pengertian Psikologi Kepribadian...............13
B. Tujuan dan Manfaat Psikologi Kepribadian 18
C. Objek Studi dan Ruang Lingkup Psikologi
Kepribadian........................................................21
D. Latar Belakang dan Sejarah Psikologi
Kepribadian........................................................23
E. Metode Penelitian Psikologi Kepribadian...30
F. Tes Kepribadian Umum yang Sering
Digunakan..........................................................34

4
BAB 2 STRATEGI KONSELING DALAM
MEMBENTUK WATAK, KARAKTER, BAKAT,
DAN KEPRIBADIAN INDIVIDU..........................................................
A. Kepribadian..................................................39
B. Watak...........................................................43
C. Karakter.......................................................44
D. Bakat............................................................47
E. Dimensi-dimensi Kepribadian.....................48
F. Sistem Kepribadian......................................51
G. Perbedaan Kepribadian, Watak, Karakter, dan
Bakat..................................................................55
BAB 3 FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK
KEPRIBADIAN MENURUT ALIRAN
EMPIRISME, NATIVISME, DAN KONVERGENSI
....................................................................................................................
A. Aliran Empirisme.........................................59
B. Aliran Nativisme..........................................61
C. Aliran Konvergensi......................................64
D. Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan
Kepribadian........................................................66

5
BAB 4 MENGENALI KEPRIBADIAN MENURUT
PSIKOANALISA SIGMUND FREUD..................................................
A. Tiga sistem kepribadian...............................78
B. Bentuk-Bentuk Kecemasan.........................84
C. Ciri Khas Insting..........................................87
D. Dinamika Kepribadian freud.......................96
E. Cara-Cara Individu Mengatasi Kecemasan
.........................................................................102
F. Tahap-Tahap Perkembangan Kepribadian 109
G. Proses Psikoterapi......................................113
BAB 5 TEORI KEPRIBADIAN MENURUT CARL
GUSTAV JUNG......................................................................................
A. Biografi Carl Gustav Jung.........................118
B. Struktur Kepribadian.................................122
C. Dinamika Kepribadian...............................128
D. Perkembangan Kepribadian.......................130
E. Teori Psikodinamika dan Kepribadian......132
F. Kausalitas dan Teleologi............................134
G. Prinsip Sinkronisasi...................................135
H. Metode Amplifikasi, Metode Rangkaian
Mimpi, dan Metode Imajinasi aktif.................136
6
BAB 6 KEBUTUHAN JIWA (ERICH FROMM)...............................
A. Biografi Erich Fromm................................140
B. 5 Kebutuhan Dasar Manusia......................143
C. 5 Karakter Sosial Manusia.........................147
D. Proporsi Hubungan Individu dengan
Masyarakat.......................................................155
E. Metode Rorschah Inkblot Method.............156
BAB 7 TEORI TRAIT DAN KEUNIKAN INDIVIDU
(PSIKOLOGI HUMANISTIK GORDON)..........................................
A. Dasar-dasar Teori TTKI............................169
B. Struktur Kepribadian TTKI.......................173
C. Perkembangan Kepribadian TTKI.............183
BAB 8 TEORI HOLISM AND HUMANISM
ABRAHAM MASLOW.........................................................................
A. Dasar-dasar Teori.......................................188
B. Motivasi.....................................................192
C. Herarki Needs............................................194
D. Aktualisasi Diri..........................................199
E. Organisasi Kepribadian.............................201

7
BAB 9 STRUKTUR KEPRIBADIAN DAN
KONSTITUSI FISIK MENURUT WILLIAM
SHELDON...............................................................................................
A. Biografi Sheldon........................................205
B. Pokok-pokok Teori Sheldon......................207
C. Analisis Tingkah Laku...............................209
D. Hubungan Antara Fisik dan Tingkah Laku
.........................................................................211
BAB 10 KEPRIBADIAN BERDASARKAN
STRUKTUR DALAM KELUARGA (ALFRED
ADLER)...................................................................................................
A. Sukses dan Superior...................................215
B. Persepsi Subyektif.....................................218
C. Unity..........................................................221
D. Kepribadian Life Style...............................223
E. Kreatifitas Diri...........................................226
F. Perkembangan Kepribadian Abnormal......229
BAB 11 FENOMENOLOGI EKSISTENSIAL
MANUSIA (CARL ROGERS DAN VICTOR
FRANKL)................................................................................................
A. Dasar-dasar Teori.......................................234
8
B. Struktur Kepribadian.................................245
C. Dinamika Kepribadian...............................248
D. Perkembangan Kepribadian.......................253
BAB 12 KEPRIBADIAN DALAM PERSPEKTIF
ISLAM.....................................................................................................
A. Konsep Fitrah dalam Islam; Dimensi-dimensi
Fitrah dalam Islam...........................................259
B. Fitrah Jasmani, Fitrah Ruhani & Fitrah
Nafsani (Qalbu, Akal & Nafsu) Sebagai Struktur
Kepribadian Islam............................................261
C. Dinamika Kepribadian dalam Islam;
Pertumbuhan & Perkembangan Kepribadian
Islam................................................................271
D. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Pertumbuhan & Perkembangan Kepribadian
Islam................................................................275
E. Tingkah Laku Abnormal dalam Islam.......280
BAB 13 POLA-POLA KEPRIBADIAN DALAM
PERSPEKTIF ISLAM...........................................................................
A. Kepribadian Menurut Perspektif Islam
(Muttaqin, Mu’min, Muslim, Muhsin)............285
9
B. Kafir, Musyrik, Munafik, Dholim, Fasik,
Murtad..............................................................312
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................

10
PENDAHULUAN

Manusia yang beradab adalah yang memahami


potensi dirinya dan mampu mewujudkan potensi yang
dimilikinya, karena potensi tersebut merupakan amanah
Allah S.W.T. Manusia dikaruniai akal, bukan sekadar
nafsu dan naluri.
Pemahaman terhadap jiwa adalah wadah
kepribadian dan upaya mensucikannya lebih penting
dibandingkan ilmu ibadah dan lain-lain. Manusia
mempunyai hati, jiwa dan pikiran yang semuanya saling
bergantung, dan saling berkaitan.
Salah satu Aspek penting dalam memahami
psikologi, yakni ada Psikologi Kepribadian. Manusia
sejati terdiri dari unsur-unsur fisik dan mental,
dilengkapi dan diberkahi dengan karunia akal, hati dan
keinginan untuk menjalani hidupnya. Dengan akal,
manusia dapat berpikir untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan dan kebudayaannya. Pikiran yang terbiasa
berpikir dapat membawa manusia pada pemahaman

11
mendalam tentang alam untuk menciptakan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Psikologi awalnya merupakan cabang metafisika
yang berkaitan dengan konsep jiwa. Perubahan tersebut
kemudian terjadi secara bertahap. Pada tahun 1830-an,
psikologi mulai digunakan untuk merujuk pada jiwa dan
keadaan pikiran, ego atau diri sendiri.
Ilmu psikologi yang berkembang pada akhir abad
ke-19 berakar pada filsafat dan fisiologi. Di antara
penelitian dan konsep psikologi yang dikembangkan
terdapat teori kepribadian atau dalam bahasa Inggris
disebut “Personality”. Pada awalnya teori kepribadian
dikembangkan oleh para praktisi di dunia medis. Pendiri
teori kepribadian (Freud, Jung, Adler dan McDougall)
yakni dokter yang mempraktikkan psikoterapi.

12
BAB 1
PSIKOLOGI KEPRIBADIAN PINTU
GERBANG MENUJU MEMAHAMI
PERILAKU MANUSIA

13
A. Pengertian Psikologi Kepribadian
Kepribadian merupakan salah satu kajian
psikologi yang lahir atas dasar pemikiran, penelitian
atau penemuan (hasil praktek penanganan kasus)
para ahli. Objek penelitian tentang kepribadian
adalah “human behavior”, tingkah laku manusia,
yang membahas apa, mengapa dan bagaimana
perilaku tersebut.1
Arti dasar kata “psikologi” berbeda dengan apa
yang lazim terdengar saat ini. Kata "psikologi"
berasal dari kata Yunani "psikologi" dan "logo".
Psyche, artinya nafas, "kehidupan (yang ditentukan
oleh kehadiran nafas) prinsip hewani dalam diri
manusia dan makhluk hidup lainnya, sumber segala

1
Mohamad Agus Kusmayadi, Profil Kepribadian Siswa Berprestasi
Unggul dan Asor Berdasarkan Program Studi Sekolah Menengah
Atas. (Studi Deskriptif Terhadap Hasil Tes EPPS Siswa Berprestasi
Unggul dan Asor Kelas XI SMA Negeri di Kabupaten Sumedang
Tahun Ajaran 2010/2011), Skripsi jurusan Psikologi Pendidikan dan
Bimbingan UPI Bandung: 2011, hlm. 1
14
aktivitas dasar, jiwa atau roh" atau "prinsip hewani
dunia secara umum, roh dunia atau anima mundi”.
Logos, berarti suatu kata atau bentuk yang
mengandung suatu asas; Dalam teologi, logos
digunakan untuk menunjukkan kata Tuhan. Jadi,
psikologi pada mulanya berarti : kata atau bentuk
yang mengungkapkan prinsip hidup, jiwa atau ruh.
Kepribadian atau psikologi yaitu mencakup
seluruh pikiran, perasaan dan perilaku, secara sadar
dan tidak sadar. Kepribadian membimbing orang
untuk beradaptasi dengan lingkungan fisik dan
lingkungan sosial. Kepribadian sejak awal kehidupan
merupakan kesatuan atau mampu membentuk
kesatuan. Dalam mengembangkan kepribadian,
seseorang harus berupaya menjaga kesatuan dan
keselarasan antar seluruh unsur kepribadian.2
Seperti yang dijelaskan Yusuf dan Nurihsan
bahwa kata kepribadian merupakan terjemahan dari
bahasa Inggris yang berarti personality. Kata

2
Alwisol, Psikologi kepribadian, (Malang: UMM Press, 2018), hlm.
39
15
personality sendiri berasal dari bahasa latin yaitu
Persona yang mengacu pada topeng yang digunakan
oleh aktor dalam suatu permainan atau pertunjukan.
Para seniman berperilaku sesuai dengan ekspresi
topeng yang dikenakannya, seolah-olah topeng
mewakili ciri kepribadian tertentu. Dengan demikian,
konsep awal pengertian personality (pada orang
awam) adalah suatu perilaku yang ditampakkan ke
lingkungan sosial, kesan terhadap diri yang
diinginkan agar dapat ditangkap oleh lingkungan
sosial.3
Menurut Alwisol, ada lima persamaan yang
menjadi ciri definisi tersebut. Yang didalamnya
terkandung pengertian kepribadian sebagai berikut:
a) Kepribadian bersifat umum: Kepribadian
mengacu pada karakteristik umum seperti
pikiran, aktivitas, dan perasaan seseorang secara
sistematis akan memengaruhi perilakunya secara
keseluruhan.

3
Syamsu Yusuf dan A Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan
Konseling, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 3
16
b) Kepribadian bersifat khas. Kepribadian
digunakan untuk menggambarkan sifat-sifat
individu yang membedakannya dari orang lain,
seperti tanda tangan atau sidik jari psikologik
yang membedakan individu dengan orang lain.
c) Kepribadian jangka panjang. Kepribadian
digunakan untuk menggambarkan karakteristik
individu yang bersifat permanen dan sulit diubah
sepanjang hidupnya. Bahkan ketika ada
perubahan, biasanya terjadi secara bertahap atau
merupakan hasil dari respons terhadap peristiwa
yang tidak biasa.
d) Kepribadian bersifat kesatuan. Kepribadian
digunakan untuk memandang diri sebagai satu
kesatuan, struktur atau organisasi internal
hipotetik yang membentuk satu kesatuan yang
utuh dan konsisten.
e) Kepribadian dapat berfungsi baik atau buruk;
Kepribadian adalah cara bagaimana manusia ada
di dunia. Apakah individu tersebut dalam
keadaan yang baik, kepribadiannya yang sehat
17
dan kuat, atau dalam Keadaan yang baik yang
berarti kepribadiannya menyimpang.4
Menurut Eysenck, kepribadian adalah jumlah
total dari actual atau Potensial organisme ditentukan
oleh hereditas dan lingkungan yang berawal dan
berkembang melalui interaksi fungsional faktor-
faktor utama yang meliputi wilayah kognitif
(intelligence), wilayah konatif (character), wilayah
afeksi (temprament), dan wilayah somatic
(constitution).5
Definisi kepribadian menurut Woodworth
menyatakan bahwa tiap-tiap tindakan seseorang itu
diwarnai oleh kepribadiannya. Baginya: "kepribadian
bukan sebuah subtansi melainkan sebuah gejala,
suatu gaya hidup. Kepribadian tidak diungkapkan
melalui jenis aktivitas seperti berbicara, mengingat,
berpikir atau bercinta, namun setiap individu dapat

4
Alex Sobur, Psikologi Umum, (Bandung: Pustaka Setia, 2003), hlm.
8
5
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2007), hlm.319
18
mengungkapkan kepribadiannya melalui cara-cara
saat aktivitas tersebut dilakukan".6

B. Tujuan dan Manfaat Psikologi Kepribadian


Tujuan mempelajari psikologi kepribadian yakni
supaya masyarakat mengetahui dan memahami
konsep kepribadian, faktor pembentuk kepribadian,
struktur kepribadian, dinamika kepribadian, teori
kepribadian dan gangguan kepribadian serta
memahami gejala kepribadian dan perilaku kejiwaan
manusia.
Manfaat mempelajari psikologi kepribadian
yakni:
1) Meningkatkan kesadaran diri.
Di dalam ilmu Psikologi dapat mempelajari
tentang pikiran sadar dan bawah sadar. Belajar
memahami kesadaran sejak usia dini dapat
membantu orang menjaga mentalnya supaya
sehat. Ketika seseorang tidak bisa mengendalikan
hal-hal negatif pada dirinya, hal itu dapat
6
Calvin S Hall dan Gardner Lindzey, Psikologi Kepribadian I Teori-
teori Psikodinamik (klinis), (Yogyakarta: Kanisius, 1993), hlm. 270.
19
memperburuk kondisi mentalnya. Misalnya,
ketika seseorang yang emosinya dapat ditahan,
sadar bahwa dampak emosi tersebut dapat
mempengaruhi kesehatan fisik dan mentalnya,
seseorang yang mengalami kecemasan akan
menjadi sadar diri dengan mencari aktivitas
untuk mengurangi kecemasan, karena kecemasan
mempunyai dampak negatif mempengaruhi
pemikiran dan kesehatan mental.
2) Peningkatan kepekaan terhadap kondisi sekitar.
Mempelajari psikologi dapat membantu
seseorang peka terhadap apa yang terjadi di
sekitarnya. Psikologi mempelajari keadaan
kejiwaan dan kejiwaan seseorang, artinya orang
dapat mengamati seberapa sensitif dirinya
terhadap masalah atau gangguan jiwa yang
dihadapinya. Misalnya, ibu nifas yang mengalami
depresi pasca melahirkan membutuhkan
kepekaan suami, keluarga, dan tenaga medis
untuk mendukung mereka dalam merawat
bayinya.
20
3) Menciptakan keteraturan hidup.
Keteraturan dalam hidup dapat tercipta melalui
kebiasaan sehari-hari yang positif. Seseorang
dengan kebiasaan yang tidak teratur dapat
menyebabkan stres atau depresi yang berdampak
pada kesehatan mental. Orang yang suka
menunda-nunda, tidak mengetahui penyebab
masalahnya, tidak mengetahui cara
mencegahnya, dapat menyebabkan gangguan
kesehatan mental. Kurangnya komunikasi antar
manusia juga dapat menimbulkan konflik, itulah
sebabnya keterampilan dan komunikasi yang
efektif didorong dalam psikologi. Selain itu,
kepekaan sesama manusia juga harus ada. Tidak
adanya konflik dan komunikasi yang efektif
merupakan tanda kepekaan manusia untuk
menertibkan kehidupan.
4) Supaya bisa memahami karakteristik
perkembangan manusia.
Manusia berkembang melewati tahap-tahap yang
berbeda dalam kehidupan, mulai dari mereka bayi,
21
kanak-kanak, sampai remaja dan dewasa. Tahap
perkembangan ini mempunyai karakteristik dan
tersendiri bagi manusia.7

C. Objek Studi dan Ruang Lingkup Psikologi


Kepribadian
Objek Studi psikologi kepribadian. Psikologi
sebagai ilmu mempunyai tujuan yang jelas. Ada dua
objek, yakni material dan formal. Objek material
merupakan sesuatu yang konkrit dalam penelitian
ilmiah. Objek formal adalah pandangan yang
digunakan dalam mempelajari objek material.
Psikologi mempelajari psikologi dan proses mental
manusia, sehingga objek materialnya adalah manusia
dan objek formalnya adalah tingkah laku manusia.
Perilaku manusia itu berbeda-beda, sehingga dapat
dilakukan penelitian untuk mengetahui pendalaman
perilaku manusia. Ruang Lingkup Psikologi
Kepribadian.

7
Novita Ika Wardani, Psikologi Dasar Dan Perkembangan
Kepribadian, (Padang: PT.Global Eksekutif Teknologi, 2022) hlm. 7-9
22
Kepribadian sebagai bidang kajian empiris,
bukan menjadi dasar untuk membuat penilaian baik
atau buruk, mempunyai ruang lingkup atau batasan
yang ditetapkan oleh para ahli teori kepribadian
yaitu:
1) Kepribadian sebagai struktur atau organisasi
hipotesis, dan perilaku yang dipandang sebagai
sesuatu yang terorganisir dan terpadu oleh
kepribadian atau dengan kata lain kepribadian
adalah suatu organisasi/struktur yang
menentukan atau mempengaruhi perilaku.
2) Perlunya memahami perbedaan setiap individu.
Psikologi kepribadian mempelajari sifat atau
kumpulan karakteristik individu yang
membedakannya dengan individu lain dan
diterapkan dengan cara yang jelas atau dapat
dimengerti. Para ahli teori kepribadian
memandang kepribadian sebagai sesuatu yang
unik atau istimewa bagi setiap orang.
3) Pentingnya mempertimbangkan kepribadian dari
segi “sejarah hidup”, perkembangan dan cara
23
pandang. Menurut para ahli teori kepribadian,
kepribadian mewakili proses di mana subjek atau
individu berpartisipasi dalam pengaruh internal
dan eksternal termasuk faktor genetik atau
biologis, pengalaman sosial, atau perubahan
kepribadian, lingkungan.
Secara garis besar, ruang lingkup penelitian
psikologi kepribadian dapat dibangun meliputi:
faktor kepribadian, struktur kepribadian, proses dan
motivasi kepribadian, pembentukan dan
pengembangan kepribadian, psikopatologi,
psikoterapi dan nilai-nilai pribadi dalam kepribadian
(lingkungan) individu.8

D. Latar Belakang dan Sejarah Psikologi


Kepribadian
Usaha untuk mengembangkan teori dalam
psikologi kepribadian ini, sebagaimana telah lama
diuraikan sebelumnya yang dilakukan orang. Oleh
karena itu, sebagian dari hasil usaha tersebut, yang
8
Abdullah dan Onik Zakiyyah, Psikologi Kepribadian, (Surabaya:
Penerbit JDS, 2022), hlm. 10
24
nilai ilmiahnya masih belum memadai, dapat disebut
sebagai usaha yang masih bersifat prailmiah, dan ada
yang nilai ilmiahnya sudah memadai. Usaha yang
masih bersifat prailmiah dan di antara usaha tersebut,
yang paling terkenal adalah:
1) Chirologi
2) Astrologi
3) Grafologi
4) Phisiognomi
5) Phrenologi
6) Onychologi
1. Chirologi atau ilmu gurat-gurat/garis tangan (bahasa
Jawa: rajah)
Dasar pemikiran dari pengertian tersebut yaitu
karena gurat-gurat/garis tangan seseorang tidaklah
sama satu sama lain dan macamnya adalah sebanyak
jumlah orangnya. Andai saja orang bisa mengenali
perbedaan dan keistimewaan garis tangan, pastilah
mereka mengetahui perbedaan dan keistimewaan
orang. Namun, upaya yang biasanya dilakukan

25
masyarakat tidak sampai sejauh itu; orang hanya
memperhatikan beberapa garis saja.
2. Astrologi atau ilmu perbintangan
Pengetahuan ini disebabkan oleh pengaruh alam
semesta terhadap manusia. Ketika seseorang
dilahirkan, ia berada pada posisi tertentu dalam
hubungannya dengan benda langit; jika kita bisa
melihat perbedaannya, kita juga bisa mengenali
perbedaan dan ciri khas orang, tapi biasanya usaha
orang tidak sampai sejauh itu, dan orang secara
tradisional hanya meniru apa yang dilakukan orang
sebelumnya, padahal reliabilitas dan validitas prinsip
prinsip yang telah ada belum teruji.
3. Grafologi atau ilmu tulisan tangan
Tidak ada kesatuan pendapat di antara para ahli
tentang sejarah pengetahuan ini. Secara umum
pengetahuan ini diperkirakan berasal dari abad ke-19,
namun ada juga bukti yang telah diketahui
sebelumnya, misalnya oleh Cammilo Baldo. Karya-
karya utama di bidang ini yang berasal dari abad ke-
19 adalah: Systeme de Graphologie hasil karya Abbe
26
Michon, yang kemudian dilanjutkan dan
disempurnakan oleh Crepiaux jamin dalam A B C de
la graphologie.
Saat ini banyak sekali karangan-karangan tentang
bidang ini dan di antaranya karangan terbaik adalah
karya L. Klages yaitu Handschrift und Character.
Dasar pikiran dari grafologi tersebut adalah
sebagai berikut: setiap gerakan yang dilakukan oleh
manusia merupakan ekspresi dari kehidupan
jiwanya; Demikian pula gerakan menulis dan
upayanya menulis yang bersumber dari gerakan
menulis juga merupakan bentuk ekspresi kehidupan
jiwa. Jika seseorang dapat mengetahui dengan baik
keadaan spesifik dari tulisan seseorang, berarti ia
juga dapat mengetahui keadaan spesifik dari
kepribadian penulisnya. Saat menganalisis tulisan
tangan, hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain:
Apakah tulisan tangannya tetap lurus, naik, atau
turun kemiringan atau tegaknya tulisan,bukuran
hurufnya menulis spasi antar baris, gaya penulisan
yang tajam dan tumpul tulisan tebal atau tipis tetap
27
atau tidak nya ukuran tulisan jarak tulisan dari tepi,
dll.
Hal-hal tersebut dianalisis, dicari ciri-ciri
uniknya, dan dengan cara ini orang mencoba menarik
kesimpulan tentang kepribadian penulisnya.
4. Physiognomi atau ilmu tentang wajah
Pengetahuan ini berupaya memahami
kepribadian berdasarkan ciri-ciri keadaan wajah.
Alasan mempelajari ilmu ini karena adanya
keyakinan bahwa ada hubungan antara keadaan
wajah dan kepribadian. Apa yang tampak di wajah
bisa digunakan untuk menjelaskan apa yang
terkandung di dalam jiwa. Orang-orang yang
memanfaatkan pengetahuan ini secara luas dan
menggunakannya secara efektif adalah:
Johann Casper Lavater (1741-1801), pendeta di
Zurich. Karya Lavater di bidang ini adalah
Physiognomische Fragmente zur Beforderung der
Menchenkenntniss und Menschenliebe. Dalam buku
tersebut ia menjelaskan antara lain:

28
a. Kondisi dahi dan kening merupakan petunjuk
untuk memahami kecerdasan seseorang
b. Hidung dan pipi merupakan bagian yang dapat
menunjukkan tanda mengenai halus atau
kasarnya perasaan seseorang
c. Mulut dan dagu dapat memberikan petunjuk
tentang nafsu makan, nafsu minum, dll.
d. Mata merupakan bagian yang mencerminkan
seluruh kehidupan jiwa.
Sepanjang masa hidupnya, Lavater – sebagai
seorang pendeta yang memiliki banyak hubungan
dengan banyak orang berbeda – memang mampu
menerapkan pedoman-pedomannya dengan baik.
Namun, keberhasilannya sebagian besar bukan
disebabkan oleh pedoman baik yang ia terapkan,
melainkan karena intuisinya yang tajam; jadi jika
pedoman ini digunakan oleh orang lain, maka
hasilnya pun akan berbeda.
5. Phrenologi atau ilmu tentang tengkorak.
Ilmu ini bertujuan untuk memahami kepribadian
dari kondisi tengkorak. Usaha ini disiapkan oleh
29
Lavater dan mencapai bentuknya pada Franz Joseph
Gall (1758-1828), seorang dokter Jerman yang
bersama dengan G. Spurzheim (1776-1823), adalah
penulis buku tentang anatomi dan fisiologi otak,
yang merupakan sebuah karya penting pada zaman
itu.
Dasar pikiran mereka adalah bahwa setiap fungsi
atau keterampilan itu masing-masing mempunyai
pusat di otak. Jika satu (atau lebih) dari kemampuan
ini luar biasa, maka pusat otaknya juga akan luar
biasa. Akibatnya, bentuk tengkorak kemudian
berubah dengan bagian pusatnya yang membesar
sehingga timbul tonjolan. Dengan mengukur secara
teliti tonjolan-tonjolan ini, kesimpulan dapat ditarik
yaitu mengenai keterampilan atau sifat seseorang.
Istilah phrenologi ini dikembangkan oleh Brocca
(1824-1880) yang berhasil merumuskan teori
lokalisasi, yaitu sebuah teori yang meskipun banyak
dikritik, namun masih populer hingga saat ini.
6. Onychologi atau ilmu tentang kuku

30
Onychologi mempelajari kepribadian seseorang
dari keadaan kukunya. Kuku mempunyai hubungan
erat dengan sistem saraf, dengan cabang yang
terhalus berujung di ujung jari. Warna dan bentuk
kuku bisa dijadikan dasar untuk mengetahui
kepribadian seseorang.
Cabang ilmu pengetahuan ini baru dikembangkan pada
bagian kedua abad ini, oleh sekelompok ahli di Perancis
yang dipimpin oleh Henry Bouquet, Cartan Pierre Giram
dan Henry Mangin.9

E. Metode Penelitian Psikologi Kepribadian


Jenis metode penelitian dalam psikologi
kepribadian:
1. Metode cross-sectional.
Metode cross-sectional terutama
digunakan sebagai metode survei pada tingkatan
atau kelompok umur tertentu. Cara ini berguna
ketika mencari subjek pada kelompok umur
tertentu agar hasilnya juga lebih spesifik.
9
Sumadi Suryabrata, Psikologi Kepribadian, (Jakarta: Rajawali Pers,
2016), hlm. 6-11
31
Seorang peneliti akan mengumpulkan
sekelompok subjek dengan kriteria usia tertentu.
Tugas pengembangan kemudian ditinjau
untuk menentukan apakah sudah sesuai. Waktu
yang digunakan untuk melakukan penelitian
dengan metode ini relatif singkat.
2. Metode longitudinal.
Metode longitudinal merupakan metode
penelitian yang digunakan untuk memahami
perkembangan psikologis anak dalam jangka
waktu yang lama.
Proses ini akan melibatkan satu atau lebih
subjek yang sama selama bertahun-tahun.
Fungsinya tentu saja untuk melihat bagaimana
proses gambaran perkembangan individu itu
berlangsung.
Cara ini akan sangat membantu terutama
dalam memberikan gambaran yang lebih lengkap
dan rinci mengenai tugas-tugas perkembangan
anak.
3. Metode sequential.
32
“Metode sekuensial merupakan gabungan
antara metode cross sectional dan longitudinal.
Dalam metode ini, penelitian terlebih dahulu
melibatkan beberapa subjek dalam jangka waktu
tertentu, dan dilaksanakan dalam waktu singkat.
Subjek kemudian diuji ulang dalam jangka waktu
yang lebih lama untuk melihat apakah ada
perubahan dalam perkembangannya
dibandingkan dengan penelitian terakhir yang
dilakukan. Perubahan ini kemudian dikaji
menggunakan model cross-sectional untuk
melihat apakah terdapat perubahan yang
signifikan. Peneliti akan kembali melakukan
penelitian dalam waktu yang lebih lama untuk
melihat proses perubahannya.
4. Metode Cross - Culture
Metode ini disebut juga dengan metode
lintas budaya. Dalam pendekatan ini, pendekatan
yang digunakan mencakup pertimbangan faktor
budaya dan lingkungan yang mungkin
mempengaruhi tumbuh kembang anak.
33
Pendekatan metode penelitian ini digunakan
untuk mengeksplorasi persamaan dan perbedaan
pengaruh budaya yang berbeda terhadap
perkembangan anak. Cakupannya sungguh luas,
sehingga metode ini termasuk dalam kategori
metode penelitian yang tidak spesifik pada
psikologi perkembangan.
5. Metode observasi
Metode observasi merupakan metode
yang lebih spesifik dalam meneliti tugas-tugas
perkembangan anak. Perilaku individu akan
diamati secara langsung untuk memperoleh data
berupa perkembangan psikologis anak pada masa
proses pertumbuhan. Metode ini sepertinya lebih
mudah diterapkan, waktu menelitinya juga bebas
ditentukan oleh peneliti.
6. Metode Klinis
Metode Klinis adalah metode yang
digunakan khusus untuk anak dengan cara
mengamati, mengajak bercakap-cakap, dan tanya
jawab. Cara ini digunakan terutama mengingat
34
anak belum tentu mampu menjawab pertanyaan
dengan lancar. Di satu sisi, metode ini benar-
benar menjadi landasan bagi evolusi metode
observasi. Kami tidak hanya mengamati, tapi
juga berinteraksi langsung dengan anak.
Psikologi konseling kemungkinan besar akan
serupa dengan pendekatan ini.
7. Metode Test
Dalam metode ini test menjadi alat yang
diberikan kepada objek penelitian. Tes tersebut
akan berbentuk pertanyaan atau perintah yang
perlu dilakukan. Hasil atau tanggapan subjek
penelitian selanjutnya akan dirinci oleh peneliti
untuk menarik kesimpulan dari data yang
diperoleh.
8. Metode Pengumpulan Data.
Metode pengumpulan data adalah suatu
metode penelitian yang berupaya mengumpulkan
informasi sebanyak-banyaknya tentang seseorang
untuk mengetahui perkembangannya. Metode ini
dapat dilakukan dengan tiga jenis metode, yaitu
35
metode angket, metode biografi, dan metode
buku harian. Intinya, semua ini digunakan untuk
mendapatkan lebih banyak data tentang tugas-
tugas psikologis mulai dari perkembangan anak
usia dini hingga usia selanjutnya.10
F. Tes Kepribadian Umum yang Sering Digunakan
1. IGPF (Indonesia Personality Guided Factor):
 IGPF adalah tes kepribadian yang
dikembangkan di Indonesia untuk mengukur
karakteristik individu dalam konteks budaya
Indonesia.
 Tes ini dirancang untuk memahami aspek-
aspek seperti ekstraversi, introversi,
neurotisisme, keterbukaan, ketidakstabilan
emosional, dan lain-lain dalam budaya
Indonesia.
2. MMPI (Minnesota Multiphasic Personality
Inventory):

10
Lynn Wilcox, Psikologi Kepribadian Menyelami Misteri
Kepribadian Manusia, ( Yogyakarta : IRCiSoD, 2018), hlm. 60 - 63
36
 MMPI adalah salah satu tes kepribadian yang
paling banyak digunakan di dunia.
 Ini digunakan untuk menilai berbagai aspek
kepribadian dan masalah psikologis seperti
depresi, paranoia, histeria, dan lain-lain.
 MMPI memiliki versi yang disesuaikan
dengan budaya tertentu dan digunakan oleh
profesional psikologi dalam diagnosis dan
perawatan.
3. PAI (Personality Assessment Inventory):
 PAI adalah tes kepribadian yang mengukur
berbagai aspek kepribadian seperti emosi,
interpersonal, dan masalah mental.
 Tes ini sering digunakan untuk evaluasi
psikologis dalam konteks klinis dan forensik.
4. JPI (Jackson Personality Inventory):
 JPI adalah tes yang dirancang untuk
mengukur berbagai dimensi kepribadian
seperti extroversion, neuroticism, dan kontrol
diri.

37
 Ini digunakan dalam berbagai konteks
psikologis seperti penelitian dan penilaian
klinis.
5. PRF (Personal Reaction Blank):
 PRF adalah tes yang mengukur reaksi
individu terhadap berbagai situasi dan
peristiwa.
 Ini digunakan untuk mendapatkan
pemahaman lebih dalam tentang bagaimana
seseorang merespon lingkungannya.
6. Rorschach Inkblot Test:
 Rorshach adalah tes proyektif yang
menggunakan serangkaian tinta yang diacak
untuk mengungkapkan aspek-aspek
kepribadian yang tidak terlihat.
 Tes ini meminta individu untuk
menginterpretasikan gambar tinta dan
digunakan untuk mengungkapkan perasaan,
konflik, dan pola pikir yang mungkin tidak
disadari.

38
Setiap tes memiliki pendekatan dan tujuan yang
berbeda dalam mengukur dan memahami kepribadian
individu. Profesional psikologi akan memilih tes yang
sesuai dengan kebutuhan dan tujuan penilaian mereka.

BAB 2
STRATEGI KONSELING DALAM
MEMBENTUK WATAK, KARAKTER,
BAKAT, DAN KEPRIBADIAN INDIVIDU

39
A. Kepribadian
Kata ‘’kepribadian’’ (personality) sesungguhnya
berasal dari bahasa Latin, persona. Pada mulanya
kata persona ini menunjuk pada topeng yang biasa
digunakan oleh pemain sandiwara pada zaman
Romawi dalam memainkan peranannya masing-
masing sesuai dengan topeng yang dikenakannya.
Lambat laun, kata persona (personality) berubah
menjadi satu istilah yang mengacu pada gambaran
sosial tertentu yang diterima oleh individu dari
kelompok atau masyarakatnya, kemudian individu
tersebut diharapkan bertingkah laku berdasarkan atau
sesuai dengan gambaran sosial (peran) yang
diterimanya.11

11
Koswara, Teori-teori Kepribadian, (Bandung: Eresco, 1991), hlm.
10.
40
Kepribadian merupakan kebiasaan, sikap, sifat
yang di miliki seseorang yang berkembang ketika
seseorang berhubungan dengan
orang lain. Ada banyak definisi kepribadian menurut
para ahli, di antaranya:
1. Koswara menegaskan bahwa definisi kepribadian
(personality) adalah suatu istilah yang mengacu
pada gambaran-gambaran sosial tertentu yang
diterima oleh individu dari kelompoknya atau
masyarakat, kemudian individu tersebut
diharapakan bertingkah laku berdasarkan atau
sesuai dengan gambaran sosial (peran) yang di
terimanya itu. Kepribadian juga sering diartikan
atau dihubungkan dengan cirri tertentu yang
menonjol pada diri individu. Oleh karena itu,
definisi kepribadian menurut pengertian sehari-
hari menunjuk pada bagaimana individu tampil
atau menimbulkan kesan bagi individu-individu
lainnya.12

12
Koswara, Teori Kepribadian Edisi II. (Bandung: PT. Eresco, 2005),
hlm. 35.
41
2. Menurut Feist kepribadian adalah pola sifat
(watak) dan sebuah karakter unik, yang
memberikan konsisten sekaligus individualitas
bagi perilaku seseorang.
3. Phares mendefinisikan kepribadian sebagai pola
yang khas dari pikiran, perasaan dan tingkah laku
yang membedakan orang yang satu dengan yang
lain dan tidak berubah lintas waktu dan situasi.13
4. Laster D Crow dan Alice Crow menyatakan
bahwa kepribadian adalah sinonim dengan ide
berfungsinya seluruh individu secara oragnisme
meliputi semua aspek yang secara verbal
terpisah-pisah, seperti intelegensi, watak,
dorongan, sikap yang meliputi oleh emosi, minat
kesediaan untuk bergaul dengan orang lain dan
penampilan pribadinya terhadap oranng lain.
Begitu juga efektivitas sosial pada umumnya.
5. Stren mendefinisikan kepribadian adalah
kehidupan seseorang secara keseluruhan,

13
Alwisol, Psikologi Kepribadian, (Malang: UMM Press, 2009), hlm.
7-8.
42
individual, unik, kemampuannya bertahan,
membuka, serta memperoleh pengalaman.
6. Gordon Allport mendefinisikan kepribadian
sebagai individu sebagaimana adanya (an
individual really is), “sesuatu” yang internal yang
memandu dan mengarahkan seluruh aktifitas
manusia.
7. Allport mendefinisikan Kepribadian adalah
organisasi dinamik dalam sistem psikofisiologik
seseorang dalam menentukan model
penyesuaiannya yang unik dengan lingkungannya
8. H.J. Eysencek membuat definisi kepribadian
sebagai berikut. “personality is the sum-total of
actual or potential behavior patterns of the
organism as determines by heredity and
environment; it originatesand develops through
the functial interaction of the four main sectors
into which these behavior patterns are organized
the cognitive sector (intelligence), the conative
sector (character), and affective sector
(temperament) and the somative sector
43
(constitution)”. “Kepribadian adalah jumlah total
bentuk tingkah laku yang aktual atau potensial
pada organisme sebagai suatu tingkah laku
individu, baik itu yang tampil maupun yang
berbentuk potensi, dipengaruhi hereditas dan
lingkungan atau hasil belajar dan berkembang
melalui interaksi fungsional antara aspek-aspek
pembentuknya, yaitu aspek kognitif, afektif,
konatif, dan somatif”.
Penjelasan definisi-definisi di atas, semakin jelas
bahwa konsep tentang kepribadian memiliki
gambaran yang berbeda. Kepribadian tidak
sederhana untuk mendefiniskannya, karena
mendefinisi pribadi seseorang yang sangat kompleks.
Dari uraian deskriptif yang kompleks dari individu
sehingga nampak didalam tingkah laku yang unik.14
B. Watak
Watak adalah sifat batin manusia yang
mempengaruhi seluruh pikiran dan tingkah laku

14
Agus Sujanto, Psikologi Kepribadian, (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2014), hlm. 15
44
(tabiat) manusia, sedangkan perwatakan adalah
segala sesuatu yang berhubungan dengan watak.
Pengertian tentang watak oleh beberapa ahli
memberikan konsep dengan gaya bahasa yang
berbeda tapi intinya sama. Watak yang dalam bahasa
Inggrisnya charater artinya karakter atau sifat yang
dimilki seseorang.15
Allport mengatakan bahwa watak (character)
bersinonim dengan personaliti menyatakan suatu
aturan tingkah laku yang berhubungan dengan
pemikiran orang seperti baik atau jelek. 16Arifin
mengatakan bahwa watak adalah sifat-sifat kejiwaan
seperti akhlak, tabiat dan budi pekerti yang
membedakan seseorang dengan orang lain.17
C. Karakter
Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau
kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil

15
Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta:
Gramedia, 2000), hlm. 107.
16
Alwisol, Psikologi Kepribadian Edisi Revisi, (Malang: UMM Press,
2004), hlm. 274.
17
Arifin, Syamsir, Kamus Sastra Indonesia: Angkasa Raya, 1991, hlm.
62.
45
internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang
diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara
pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak.
Kebajikan terdiri atas sejumlah nilai, moral, dan
norma, seperti jujur, berani bertindak, dapat
dipercaya, dan hormat
kepada orang lain.18
Sedangkan pengertian karakter dalam Kamus
Lengkap Bahasa Indonesia didefinisikan sebagai
tabiat; sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti
yang membedakan seseorang dengan yang lain.
Secara terminologi, karakter adalah sikap pribadi
yang stabil dan hasil proses konsolidasi secara
progresif dan dinamis, integrasi pernyataan dan
tindakan.19
Karakter atau identitas diri berpangkal pada
“Culture matters”. Untuk membangun karakter

18
Kementerian Pendidikan Nasional, Badan Penelitian Dan
Pengembangan, Pusat Kurikulum, Pengembangan Pendidikan
Budaya dan Karakter Bangsa, (Jakarta: Pedoman Sekolah, 2010),
hlm. 3.
19
Endin Mujahidin, Seminar Pendidikan Karakter Dalam Perspektif
Pendidikan Islam, (Bogor: STAI Al Hidayah Bogor, 11 Maret 2012).
46
diperlukan sikap dan orientasi nilai-nilai yang
kondusif, diantaranya adalah: Sikap, orientasi dan
praksis saling percaya (trust bukan prasangka),
disiplin kerja keras (jangan hanya menyalahkan
pihak lain), juga intropeksi, hemat cermat,
mengutamakan pendidikan, berlakunya rule of law,
menimba secara kritis konstruktif sikap hidup
bersama, dan identitas kita bersama sebagai suata
bangsa.
Karakter merupakan standar-standar batin yang
terimplementasi dalam berbagai bentuk kualitas diri.
Karakter diri dilandasi nilai-nilai serta cara berpikir
berdasarkan nilai-nilai tersebut dan terwujud di
dalam perilaku. Sementara itu, Indonesia Heritage
Foundation yang dikutip Hasanah merumuskan
beberapa bentuk karakter yang harus ada dalam
setiap individu bangsa Indonesia di antaranya; cinta
kepada Allah dan alam semesta beserta isinya,
tanggung jawab, disiplin dan mandiri, jujur, hormat
dan santun, kasih sayang, peduli, dan kerja sama,
percaya diri, kreatif, kerja keras dan pantang
47
menyerah, keadilan dan kepemimpinan, baik dan
rendah hati, dan toleransi, cinta damai dan persatuan.
Sementara itu, character counts di Amerika
mengidentifikasikan bahwa karakter-karakter yang
menjadi pilar adalah; dapat dipercaya (trust
zoorthiness), rasa hormat dan perhatian (respect),
tanggung jawab (responsibility), jujur (fairness),
peduli (caring), kewarganegaraan (citizenship),
ketulusan (honesty), berani (courage), tekun
(diligence) dan integritas.20
D. Bakat
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, bakat
berarti dasar (kepandaian, sifat, dan pembawaan)
yang dibawa dari lahir.21 Menurut Munandar, bakat
adalah kemampuan bawaan sebagai potensi yang
masih perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat
terwujud. Seorang yang berbakat mampu memberi
prestasi yang tinggi atas kemampuan dan potensi

20
Aan Hasanah, Pendidikan Berbasis Karakter, (Jakarta Barat: Media
Indonesia, 2009), hlm. 232.
21
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), (Jakarta: Balai Pustaka,
1990), hlm. 81.
48
yang dimiliki.22 Menurut Rath bakat merupakan pola
pikir, perasaan dan perilaku yang berulang-ulang dan
dapat meningkatkan produktivitas. Jika hal-hal pola
pikir, perasaan dan perilaku yang berulang-ulang
dipupuk dan dikembangkan ke arah yang lebihpositif
dan berkualitas, inilah yang akan menjadi kekuatan
atau keahlian seseorang dalam suatu bidang.23
E. Dimensi-dimensi Kepribadian
Kepribadian adalah aspek integral dari diri kita
yang memengaruhi bagaimana kita berperilaku,
berinteraksi dengan orang lain, dan menanggapi
situasi-situasi tertentu. Untuk memahami perbedaan
dalam kepribadian individu, para psikolog telah
mengembangkan berbagai model dimensi
kepribadian yang memberikan kerangka kerja untuk
menggambarkan variasi kepribadian manusia. Salah
satu model yang paling dikenal adalah Model Lima
Besar, juga dikenal sebagai model OCEAN. Model
22
Munandar, S. C., Mengembangkan bakat dan kreativitas anak
sekolah (Petunjuk Bagi Para Guru dan Orang Tua), (Jakarta:
Gramedia Widiasarana Indonesia, 1992), hlm. 17.
23
Tom Rath, Now Discover your Strength. Strength Finder 2.0., (New
York: Gallup Press, 2007), hlm. 64.
49
ini mengidentifikasi lima dimensi utama kepribadian
yang mencakup:
a. Openness (Keterbukaan): Dimensi ini
menggambarkan sejauh mana seseorang terbuka
terhadap pengalaman baru, pemikiran kreatif, dan
perubahan. Orang yang memiliki skor tinggi
dalam keterbukaan cenderung lebih terbuka
terhadap ide-ide baru.24
b. Conscientiousness (Kewaspadaan): Kewaspadaan
mencerminkan sejauh mana seseorang adalah
teratur, terorganisir, dan memiliki kendali diri.
Individu dengan kewaspadaan tinggi cenderung
lebih terorganisir dan bertanggung jawab.25
c. Extraversion (Ekstraversi): Dimensi ini merujuk
pada tingkat energi dan sikap sosial seseorang.
Orang yang ekstrovert cenderung lebih terbuka

24
Costa, P. T., & Mc Crae, R. R., Revised NEO Personality Inventory
(NEO-PI-R) and NEO FiveFactor Inventory (NEO-FFI) professional
manual, Psychological Assessment Resources, (1992).
25
John, O. P., & Srivastava, S., The Big Five trait taxonomy: History,
measurement, and theoretical perspectives. Handbook of
personality: Theory and research, 2, 1992, hlm. 102-138.
50
terhadap interaksi sosial dan memiliki tingkat
energi yang tinggi.26
d. Agreeableness (Kesantunan): Kesantunan
menggambarkan sejauh mana seseorang adalah
kooperatif, baik hati, dan bersahabat. Orang yang
memiliki tingkat kesantunan yang tinggi
cenderung lebih empatik dan mudah
bekerjasama.27
e. Neuroticism (Neurotisisme): Dimensi ini
mengukur tingkat stabilitas emosi seseorang.
Individu dengan neurotisisme yang tinggi
cenderung lebih rentan terhadap stres,
kecemasan, dan perubahan suasana hati yang
ekstrem.28
Pemahaman tentang dimensi-dimensi ini
membantu kita menggambarkan dan menganalisis
kepribadian seseorang secara lebih rinci. Namun,

26
Eysenck, H. J., The biological basis of personality, (Charles C
Thomas Publisher, 1967).
27
Digman, J. M. Personality structure: Emergence of the five-factor
model. Annual review of psychology, 41(1), 1990, hlm. 417-440.
28
Barlow, D., Anxiety and its disorders: The nature and treatment of
anxiety and panic. Guilford press, 2002.
51
penting untuk diingat bahwa kepribadian adalah
konsep yang kompleks, dan individu dapat memiliki
kombinasi yang unik dari karakteristik dari masing-
masing dimensi ini. Analisis dimensi kepribadian
dapat membantu kita lebih baik memahami diri
sendiri dan orang lain, serta dapat berguna dalam
berbagai konteks seperti seleksi pekerjaan,
penanganan stres, dan pengembangan diri.
F. Sistem Kepribadian
Dalam teori kepribadian Freud bahwa manusia
terdiri dari tiga sistem/struktur/kepribadian, yaitu Id
(Das Es), Ego (Das Ich), dan Super Ego (Das ueber
Ich). Setiap struktur kepribadian itu mempunyai
fungsi, sifat, komponen, prinsip kerja, dan dinamisasi
serta mekanisme tersendiri. Tetapi diantara
komponen-komponen itu saling berinteraksi pada
diri individu, sehingga sulit untuk memisah atau
menentukan pengaruhnya terhadap tingkah laku
manusia. Sistematika / Struktur kepribadian individu
adalah sebagai berikut :
1. Id (Das Es)
52
Id adalah sifat bawaan manusia sejak lahir,
sebagai sistem ia mempunyai fungsi untuk
menunaikan prinsip-prinsip kehidupan secara
menyeluruh atau dikenal dengan dorongan
naluriah. Menurut Sumadi, bahwa Id adalah
aspek biologis yang merupakan sistem original di
dalam kerpibadian. Freud memberi istilah
sebagai realitas psikis yang sebenar-benarnya
(the true psychic reality), karena Id merupakan
perasaan dalam diri individu (emosi) atau
perasaan subyektif dari manusia, dan tidak
mempunyai hubungan dengan kehidupan dunia
yang bersifat obyektif. Justru itu Id berisikan
sifat-sifat yang ada atau dibawa sejak kelahiran,
termasuk insting-insting sebagai reservior
sebagai energi psikis yang menggerakan Ego dan
Superego.29
Id berkehendak untuk segera tersalurnya
kumpulan-kumpulan energi atau ketegangan-

29
Sumadi Suryabrata, Psikologi Kepribadian, (Jakarta: PT.
Rajagrafindo Persada, 1995), hlm. 125.
53
ketegangan dan rangsanganrasangan yang dapat
dalam dirinya, baik datangnya dari dalam
maupun dari luar. Id bekerja dan beroperasi
berdasarkan ”Prinsip Kesenangan (pleaure
prinsiple)” dengan tujuan menghilangkan atau
mengurangi ketengagan untuk mencapai
kenikmatan atau kesenangan.30 Dengan demikian
Id merupakan sifat dasar yang dibawa manusia
sejak kelahirnya dan tidak menghirau rintangan
dan halangan-halangan untuk mencapai
tujuannya, bagi Id yang pasti kepuasannya dapat
terpenuhi.
2. Ego (Das Ich)
Ego merupakan sistem yang berfungsi
menyalurkan dorongan id ke keadaan yang nyata.
Freud menamakan misi yang diemban oleh ego
sebagai prinsip kenyataan (objective/reality
principle). Segala bentuk dorongan naluri dasar
dari id hanya dapat direalisasi dalam bentuk

30
Calviin S. Hall, Libido Kekuasaan Sigmund Freud, Terj. Tasrif,
(Jogyakarta: Tarawang Press, 2000), hlm. 18.
54
nyata melalui bantuan ego. Ego adalah aspek
psikologis daripada kepribadian dan timbul
karena kebutuhan organisme untuk dapat
berhubungan secara baik dengan dunia nyata
(reality).
Orang yang lapar membutuhkan makan untuk
menghilangkan ketegangan yang ada dalam
dirinya. Ini berarti bahwa organisme harus dapat
membedakan antara khayalan dan khayalan
tentang makanan.31 Tugas Ego adalah mengatur
penyesuaian antara dorongan, keingnan dengan
tuntutan realitas atau norma sosial yang berlaku
dengan jalan mengendalikan konflik atau
masalah yang tercipta dari dorongan yang
berusaha mencari pemuasannya.32
Fungsi Ego adalah mencoba memperingatkan
tindakan-tindakan Id yang tidak sesuai dengan
kenyataan yang terdapat dalam masyakarat agar

31
Sumadi Surybrata, Psikologi Kepribadian, (Jakarta: Rajawali.1990),
hlm. 126.
32
Rifat Syauqy Namawi, (Ed), Metodologi Psikologi Islami,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000), hlm. 42.
55
dijauhi atau ditinggalkan. Ego mencoba
menetralisir keinginan-keinginan Id yang tidak
sesuai dengan kenyataan yang ada.
3. Superego (das Ueber Ich).
Suatu sistem yang memiliki unsur moral dan
keadilan, maka sebagian besar super ego
mewakili alam ideal. Tujuan super ego adalah
membawa individu ke arah kesempurnaan sesuai
dengan pertimbangan keadilan dan moral. Super
ego merupakan kode modal seseorang dan
berfungsi pula sebagai pengawastindakan yang
dilakukan oleh ego. Jika tindakan iti sesuai
dengan pertimbangan moral moral dan keadilan,
maka ego mendapat ganjaran berupa rasa puas
atau senang. Sebaliknya, jika bertentangan, maka
ego menerima hukuman berupa rasa gelisa
dancemas. Super ego menentang ukuran baik
buruk id ataupun ego, dan membuat dunia
menuntut gambarannya sendiri yang tidak

56
rasional bahkan menunda dan merintangi
pemuasan insting.33
G. Perbedaan Kepribadian, Watak, Karakter, dan
Bakat
1. Pribadi (Personality)
a) Pribadi merujuk pada kombinasi sifat-sifat
intrinsik dan ekstrinsik yang membentuk
identitas seseorang.
b) Ini mencakup aspek-aspek seperti
kecenderungan emosional, introversi atau
ekstroversi, dan bagaimana seseorang
berinteraksi dengan dunia sekitarnya.
c) Pribadi adalah gambaran yang lebih umum
dan luas tentang siapa seseorang sebagai
individu.
2. Watak (Character)
a) Watak adalah bagian dari pribadi yang
mencakup sifat-sifat bawaan yang lebih
konsisten dari waktu ke waktu.

33
Sumadi Suryabrata, Psikologi Kepribadian. (Jakarta: Rajawali,
1990), hlm. 149.
57
b) Ini melibatkan nilai-nilai, etika, dan prinsip-
prinsip moral yang menjadi dasar tindakan
seseorang.
c) Watak mencerminkan aspek yang lebih
dalam dari kepribadian seseorang.
3. Karakter (Character)
a) Karakter merujuk pada sifat-sifat, perilaku,
dan tindakan yang ditampilkan oleh
seseorang dalam situasi tertentu atau dalam
konteks sebuah cerita.
b) Ini lebih berkaitan dengan bagaimana
seseorang berperilaku dan merespon dalam
situasi konkret atau dalam narasi.
Dalam dunia sastra atau seni pertunjukan,
karakter adalah tokoh-tokoh dalam cerita.
4. Bakat (Talent)
a) Bakat adalah kemampuan alami atau potensi
yang dimiliki seseorang untuk melakukan
sesuatu dengan baik.
b) Ini dapat mencakup kemampuan dalam seni,
olahraga, atau bidang lainnya.
58
c) Bakat dapat berkembang dan ditingkatkan
melalui latihan dan pengalaman.
Sementara pribadi dan watak adalah komponen
internal yang mencerminkan siapa seseorang,
karakter lebih bersifat eksternal dalam hal bagaimana
seseorang berperilaku dalam konteks tertentu. Bakat,
di sisi lain, adalah kemampuan khusus yang dapat
dimiliki seseorang untuk mencapai keunggulan
dalam suatu bidang tertentu. Semua elemen ini
bersama-sama membentuk identitas dan perilaku
seseorang.

BAB 3

59
FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK
KEPRIBADIAN MENURUT ALIRAN
EMPIRISME, NATIVISME, DAN
KONVERGENSI

A. Aliran Empirisme
Kata empirisme secara etimologis berasal dari
bahasa Inggris empiricism dan experience, kata ini
berasal dari bahasa Yunani empeiria dan experietia
yang artinya “berpengalaman dalam”. Kemudian
secara terminologis pengertian empirisme ialah
dokrin atau paham yang meyakini bahwa sumber
seluruh pengetahuan harus berdasarkan pengalaman
60
indera, ide hanya abstraksi yang dibentuk terhadap
apa yang dialami, dan pengalaman indrawi ialah
satu-satunya sumber pengetahuan.
Aliran Empirisme biasa dinamakan juga sebagai
aliran Environmentalisme, yaitu suatu aliran yang
mengutamakan pendapatnya pada pengaruh
lingkungan sebagai penyebab adanya tingkah laku.
Aliran ini awalnya dipelopori oleh filosof yang
berasal dari Inggris, yaitu John Locke (1632-1704).
Argumen psikologis yang mendasari aliran ini adalah
bahwa manusia terlahir dalam keadaan netral, tidak
memiliki sifat atau karakter pembawaan apa pun. Ia
bagaikan kertas putih bersih yang dapat ditulisi apa
saja yang dikehendaki. Perwujudan kepribadian
ditentukan oleh sekitar atau sekeliling diri yang
dinamakan dengan lingkungan.
Lingkungan merupakan suatu tempat individu
tumbuh dan beraktivitas secara sosial. Orang orang
disekelilingnya juga berperan dalam pembentukan
karakter atau kepribadian seseorang. Setiap orang
juga memiliki ciri khas, karakter, kepribadian
61
misalnya bisa dilihat dari cara berbicara, cara
bersikap, cara berjalan, cara berfikir, emosi atau
lainnya yang cenderung memiliki kemiripan dengan
saudara se genetiknya.
Aliran Empirisme disebut juga dengan aliran
yang optimistik dan positivistik. Hal itu disebabkan
oleh pandangannya bahwa suatu kepribadian menjadi
lebih baik apabila dirangsang oleh usaha-usaha nyata
pada dirinya. Usaha konkret yang disumbangkan
oleh aliran ini adalah menciptakan teori-teori belajar
untuk mengubah tingkah laku manusia menuju
kepribadian yang ideal. Yaitu dengan melalui teori
belajar, semua kepribadian individu dapat
dimodifikasi dan dibentuk sesuai dengan yang
diinginkan.
Aliran empirisme atau behaviorisme dari John
Lock (1632-1704) mengatakan bahwa pikiran
manusia atau peserta didik itu merupakan Tabula
Rasa (papan tulis kosong). Segala pengetahuan yang
ada berasal dari perwujudan kesan dan pandangan
yang diperoleh dari panca indra(sense perception),
62
atau sebagai gelas kosong yang dapat diisi apa saja
oleh pemiliknya. Peserta didik dipandang pasif
seperti robot yang patuh dan tunduk terhadap
pemiliknya. Peserta didik ibarat kertas putih yang
kosong yang dapat ditulis apa saja oleh pemiliknya.
Menurut aliran yang ekstrem luar (eksternal) ini,
bahwa watak dan karakter peserta didik ditentukan
oleh faktor dari luar yang disalurkan oleh pendidik.
B. Aliran Nativisme
Aliran nativisme bertolak dari leibnitzian
tradition yang menekankan kemampuan dalam diri
setiap pribadi sehingga faktor lingkungan, termasuk
faktor pendidikan, kurang berpengaruh terhadap
kepribadian. Aliran nativisme berpandangan bahwa
segala sesuatunya ditentukan oleh faktor-faktor yang
dibawa sejak lahir. Jadi, perkembangan individu itu
semata-mata dimungkinkan dan ditentukan oleh
dasar turunan. Misalnya, jika orangtuanya
berkepribadian muslim, kemungkinan besar anaknya
juga berkepribadian muslim. Aliran nativisme
memandang hereditas (heredity) sebagai penentu
63
kepribadian. Hereditas adalah totalitas sifat-sifat
karakteristik yang dibawa atau dipindahkan dari
orang tua ke anak keturunannya.
Asumsi yang mendasari aliran nativisme ini,
adalah bahwa pada kepribadian anak dan orang tua
terdapat banyak kesamaan, baik dalam aspek fisik
maupun psikis. Setiap manusia memiliki gen, dan
gen orangtua ini yang berpindah kepada anak.
Dengan demikian, para penganut aliran nativisme
berpandangan bahwa bayi itu lahir sudah dengan
pembawaar baik dan pembawaan buruk berdasarkan
gen orangtuanya.
Kepribadian ditentukan oleh pembawaan yang
sudah dibawa sejak lahir. Berdasarkan pandangan
ini, baik dan buruknya kepribadian seseorang
ditentukan oleh pembawaan. Bagi aliran nativisme,
lingkungan sekitar tidak ada artinya sebab
lingkungan tidak akan berdaya dalam memengaruhi
kepribadiari seseorang. Kepribadian buruk dan baik
tidak dapat diubah oleh kekuatan lingkungan.

64
Ajaran aliran nativisme ini bersifat passimisme
karena para penganutnya menunjukkan sifat
pesimistis terhadap kemampuan manusia dalam
mengembangkan kepribadiannya yang dibawa sejak
lahir. Dengan kata lain, kepribadian anak seluruhnya
ditentukan oleh hukum-hukum pewarisan.
Adapun tokoh utama (pelopor) aliran nativisme
adalah Arthur Schopenhaur (Jerman 1788-1860).
Tokoh yang lain seperti J.J. Rousseau seorang ahli
filsafat dan pendidikan dari Prancis. Kedua tokoh ini
berpendapat betapa pentingnya “inti” privasi atau
jati” di kepribadian manusia.
Dengan begitu aliran ini hampir mirip dengan
keyakinan agama budaya yang menyatakan bahwa
arwah serta pembawaan nenek moyang dapat
kembali pada garis keturunannya (reinkarnasi).
Arwah yang baik mereinkarnasi pada keturunannya
untuk memberikan petunjuk kepada manusia yang
hidup. Berdasarkan uraian di atas, aliran nativisme
pada dasarnya terlepas dari konsep fitrah karena
melepaskan diri dari ikatan agama yang transedental.
65
Menurut aliran ini, manusia seakan-akan
menuhankan orangtua dan nenek moyang karena
dialah sumber utama pewarisan kepribadian.
C. Aliran Konvergensi
Aliran Konvergensi (Convergence Theory)
adalah salah satu teori dalam psikologi yang
menjelaskan bahwa kepribadian manusia dipengaruhi
oleh faktor-faktor lingkungan dan genetik. Teori ini
berpendapat bahwa kepribadian manusia adalah hasil
dari interaksi antara faktor genetik dan lingkungan,
yang saling mempengaruhi dan membentuk
kepribadian seseorang.
Lebih lanjut, aliran konvergensi menyatakan
bahwa genetik dan lingkungan saling berinteraksi
dalam membentuk kepribadian, daripada hanya
mempengaruhi atau menentukan saja. Dalam konsep
ini, keduanya dianggap saling memperkuat atau
menghilangkan pengaruh satu sama lain dalam
membentuk kepribadian yang unik pada individu.
Misalnya, seorang anak yang memiliki
kecenderungan genetik untuk memiliki temperamen
66
yang sulit atau mudah marah mungkin akan
menunjukkan perilaku lain saat dibesarkan di dalam
keluarga atau lingkungan yang mendukung
pengendalian diri dalam menghadapi emosi.
Sebaliknya, faktor lingkungan yang tidak
mendukung seperti lingkungan yang keras atau tidak
memadai, akan memperburuk temperamen yang
sudah dimiliki dan dapat menyebabkan masalah
perilaku pada anak.
Dalam pandangan aliran konvergensi, faktor-
faktor yang mempengaruhi pembentukan kepribadian
tidak dapat dipisahkan atau diisolasi satu sama lain
karena unsur-unsur tersebut saling berinteraksi dan
berdampak pada kepribadian manusia secara
keseluruhan. Oleh karena itu, penelitian tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan
kepribadian harus mempertimbangkan interaksi
antara faktor genetik, lingkungan, faktor kepribadian,
pengalaman hidup, dan faktor budaya yang ada.
D. Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan
Kepribadian
67
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
pembentukan kepribadian, antara lain:
1. Faktor Genetik
Faktor genetik merupakan faktor yang
paling mendasar dalam membentuk kepribadian
seseorang. Kepribadian seseorang dipengaruhi
oleh gen-gennya yang diwarisi dari orangtua.
Gen yang diwarisi akan menentukan ciri-ciri fisik
dan psikologis yang dimiliki oleh seseorang.
Misalnya, seseorang yang memiliki gen dengan
kemampuan berbicara yang baik biasanya
memiliki kepribadian yang lebih ekspresif dan
mudah bergaul dengan orang lain.
Meskipun faktor genetik memang sangat
berpengaruh dalam membentuk kepribadian
seseorang, namun tidak ada gen tunggal yang
dapat menentukan kepribadian secara
keseluruhan. Kepribadian manusia jauh lebih
kompleks dan dipengaruhi oleh banyak faktor
dalam lingkungan yang mempengaruhi ekspresi
genetik tersebut. Selain itu, perkembangan
68
kepribadian juga dipengaruhi oleh faktor sosial,
kultural, dan ekonomi.
Sebagai contoh, seseorang yang memiliki
kemampuan berbicara yang baik dalam keluarga
atau lingkungan yang kurang mendukung atau
mengembangkan kemampuan tersebut, mungkin
tidak akan memiliki kepribadian yang lebih
ekspresif atau mudah bergaul dengan orang lain.
Begitu pula sebaliknya, seseorang yang tidak
memiliki kemampuan berbicara yang baik tetapi
tumbuh dalam lingkungan yang mendukung
pengembangan kemampuan komunikasi,
mungkin dapat mengembangkan kepribadian
yang lebih ekspresif dan mudah bergaul.
Karenanya, hubungan antara genetik dan
kepribadian tidak bersifat linier dan memerlukan
interaksi yang sangat kompleks dengan faktor
lingkungan dan sosial lainnya dalam membentuk
kepribadian seseorang.
2. Faktor Lingkungan

69
Faktor lingkungan juga sangat
berpengaruh dalam membentuk kepribadian
seseorang. Lingkungan tempat seseorang
dibesarkan, seperti keluarga, sekolah, dan
lingkungan sosial lainnya, akan membentuk pola
pikir seseorang dan cara berperilaku yang diakui
oleh masyarakat. Misalnya, seseorang yang
dibesarkan dalam keluarga yang agamis
cenderung memiliki sikap yang religius, dan
berperilaku sesuai dengan norma yang berlaku di
agamanya.
Benar, faktor lingkungan memang
memiliki peran yang sangat penting dalam
membentuk kepribadian seseorang. Seperti yang
telah disebutkan sebelumnya, interaksi antara
faktor genetik dan lingkungan yang saling
mempengaruhi inilah yang membentuk
kompleksitas kepribadian manusia.
Faktor lingkungan yang terdiri dari
keluarga, teman, pengalaman hidup, dan budaya
yang dihadapi, dapat memengaruhi bagaimana
70
individu bereaksi pada stimulus tertentu dan
memengaruhi perkembangan kepribadian
mereka. Misalnya, individu yang tumbuh dalam
keluarga yang menjadi sumber dukungan dan
merangsang perkembangan keterampilan mereka,
cenderung lebih percaya diri, mandiri dan
berkembang secara sosial dibandingkan dengan
individu yang tumbuh dalam keluarga yang
mudah menyerah pada permasalahan atau
memberikan keterbatasan pada anak mereka.
Oleh karena itu, aliran konvergensi
mengatakan bahwa faktor lingkungan dan
genetik saling berinteraksi dalam membentuk
kepribadian seseorang. Keduanya harus
diperhatikan dalam studi kepribadian manusia
yang lengkap.
3. Faktor Kepribadian
Faktor kepribadian seseorang juga
mempengaruhi pembentukan kepribadian. Faktor
ini terutama berkaitan dengan ciri-ciri bawaan
yang dimiliki oleh seseorang, seperti sifat
71
pemalu, percaya diri, empati, dan sebagainya.
Sifat-sifat ini akan membentuk pola pikir dan
perilaku seseorang, yang kemudian akan
menghasilkan kepribadian yang unik.
Benar, faktor kepribadian bawaan juga
sangat berpengaruh dalam membentuk
kepribadian seseorang. Setiap individu memiliki
sifat-sifat bawaan yang unik, yang kemudian
membentuk pola pikir dan perilakunya. Sifat-sifat
ini memengaruhi bagaimana individu merespon
lingkungan dan dampaknya dalam membentuk
kepribadian mereka.
Misalnya, sifat pemalu seseorang
memengaruhi bagaimana dia berinteraksi dengan
orang lain dan merespon situasi sosial. Hal ini
akan mempengaruhi cara individu
berkomunikasi, membangun hubungan, dan
bergaul dengan orang lain dalam kehidupan
sehari-hari. Begitu pula dengan sifat percaya diri,
empati, dan karakter lainnya, akan memengaruhi
kepribadian yang terbentuk.
72
Namun, perlu diingat bahwa faktor
kepribadian bawaan tidak bersifat statis dan dapat
berubah seiring dengan perkembangan seseorang.
Lingkungan, pengalaman hidup, dan faktor
lainnya dapat memengaruhi perubahan dan
perkembangan kepribadian seseorang seiring
waktu.
4. Faktor Pengalaman Hidup
Pengalaman hidup seseorang juga sangat
berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian.
Pengalaman yang dialami oleh seseorang dalam
kehidupannya akan membentuk cara berpikir dan
bertindak seseorang. Misalnya, seseorang yang
pernah mengalami kekerasan dalam rumah
tangga cenderung lebih sulit untuk mempercayai
orang lain dan memiliki rasa ketakutan dalam
hubungan sosial.
Pengalaman hidup yang dimiliki oleh
seorang individu dapat memberikan pengaruh
besar dalam membentuk kepribadian seseorang.
Pengalaman traumatis seperti kekerasan,
73
penyalahgunaan, atau kehilangan orang yang
dicintai dapat memberikan dampak permanen
pada kepribadian seseorang, seperti kecemasan,
depresi atau ketidakpercayaan pada orang lain.
Sebaliknya, pengalaman positif seperti
memiliki keluarga yang hangat, membangun
hubungan yang erat dengan teman atau mentor,
atau meraih prestasi dapat membentuk ketahanan
emosional dan percaya diri seseorang.
Pengalaman hidup juga dapat memengaruhi
attitude seseorang, seperti memiliki pola pikir
optimis atau pesimis, serta kemampuan dalam
mengatasi tantangan dan frustrasi.
Oleh karena itu, penting bagi individu
untuk memperhatikan pengalaman hidup mereka
dan memanfaatkannya untuk membentuk
karakter positif yang sesuai dengan kepribadian
mereka. Terkadang, pengalaman hidup juga
dapat memengaruhi individu untuk mencari
bantuan profesional dalam mengatasi atau
memperbaiki kepribadian mereka.
74
5. Faktor Budaya
Budaya tempat seseorang hidup juga
mempengaruhi pembentukan kepribadiannya.
Budaya yang berbeda-beda memiliki nilai dan
norma yang berbeda, yang kemudian
mempengaruhi cara berpikir dan bertindak
seseorang. Misalnya, di Indonesia, nilai gotong
royong sangat dihargai dan menjadi bagian dari
kehidupan sehari-hari. Orang Indonesia
umumnya lebih terbuka terhadap orang lain dan
lebih suka menyelesaikan masalah secara
bersama-sama.
Benar, budaya tempat tinggal seseorang
memainkan peran penting dalam pembentukan
kepribadian seseorang. Setiap budaya memiliki
nilai, norma, dan keyakinan yang unik, yang
dapat memengaruhi cara seseorang berpikir,
bersikap, dan bertindak dalam kehidupan sehari-
hari.
Misalnya, budaya yang memprioritaskan
kemandirian dan individualisme cenderung
75
membuat seseorang lebih mandiri dan percaya
diri dalam mengambil keputusan, sedangkan
budaya yang memprioritaskan hubungan dan
kolaborasi cenderung membuat seseorang lebih
terbuka dan kooperatif dalam berinteraksi dengan
orang lain.
Budaya juga memengaruhi cara seseorang
berkomunikasi, mengekspresikan diri, dan
menyelesaikan masalah. Sebagai contoh,
beberapa budaya cenderung menggunakan
bahasa langsung dan tegas, sedangkan budaya
lain lebih suka menggunakan bahasa halus dan
tidak menghadapi konflik secara langsung.
Penting bagi individu untuk memahami
budaya tempat mereka tinggal dan bagaimana
budaya tersebut memengaruhi kepribadian
mereka. Hal ini dapat membantu mereka untuk
lebih menyesuaikan diri dengan lingkungan serta
dapat menerima keanekaragaman budaya dan
membangun hubungan yang lebih baik dengan
orang lain dari latar belakang yang berbeda.
76
Faktor-faktor tersebut saling berhubungan
dan mempengaruhi satu sama lain dalam
membentuk kepribadian seseorang. Tidak ada
satu faktor saja yang bisa menentukan
pembentukan kepribadian seseorang. Semua
faktor harus dipertimbangkan dengan baik, agar
dapat membuat evaluasi yang akurat tentang
kepribadian seseorang.
Tidak ada satu faktor tunggal yang dapat
menentukan pembentukan kepribadian seseorang.
Oleh karena itu, penting bagi individu untuk
memperhatikan semua faktor yang
mempengaruhi pembentukan kepribadian
mereka, seperti pengalaman hidup, budaya,
lingkungan, dan faktor genetik.
Dengan memperhatikan semua faktor
tersebut, individu dapat memahami lebih dalam
tentang diri mereka sendiri serta memiliki
kesadaran diri yang lebih baik. Selain itu, dengan
pemahaman yang baik terhadap faktor-faktor
pembentuk kepribadian, individu dapat mengasah
77
dan memperbaiki kepribadian mereka menjadi
lebih positif dan berkelanjutan.

78
BAB 4
MENGENALI KEPRIBADIAN MENURUT
PSIKOANALISA SIGMUND FREUD

79
A. Tiga sistem kepribadian klasik
Pengguna Tiga sistem kepribadian klasik
menurut sigmund freud, bericara mengenai teori
psikoanalisis klasik, artinya kita harus mengenal
Sigmund Freud. Beliau adalah orang pertama yang
memunculkan istilah psikoanalisis. Psikolog asal
Wina Austria ini lahir pada 6 Mei 1856, merupakan
putra pasangan Amalia dan Jacob Freud. Tokoh
psikoloanalisis klasik ini wafat pada usia 83 tahun di
London, pada 23 September 1939. Dan terkenal
karena mengembangkan Psikologi Kepribadian.
Freud mengambil jurusan kedokteran di
Universitas Wina pada tahun 1973. Masa mudanya ia
isi dengan banyak melakukan observasi dan
penelitian. Kajiannya banyak membahas tentang
kejiwaan dan kesesuaian pendirian. Baru pada tahun
1980-an, ia menjadikan ilmu psikologi sebagai
bagian dari hidupnya. Sejak saat itu, ia terus
mengembangkan teori psikoanalisis pikiran manusia.
Teori psikoanalisis klasik merujuk pada istilah yang
dipopulerkan oleh Freud. Secara garis besar, teori ini
80
menyatakan bahwa “ketidaksadaran” pada individu
memiliki peran yang utama dalam diri seseorang.
Dengan landasan teori ini, Freud melakukan
pengobatan mereka yang menderita gangguan psikis.
Teori Psikoanalisis Freud telah menjadi teori
yang paling banyak digunakan dan dikembangkan
hingga saat ini. Konsep teori ini digunakan untuk
meneliti kepribadian seseorang terhadap proses
psikis yang tidak terjangkau oleh hal yang bersifat
ilmiah. Dengan metode psikoanalisis, Freud
bermaksud mengembalikan struktur kepribadian
pasien dengan cara memunculkan kesadaran yang
tidak ia sadari sebelumnya. Adapun proses terapi ini
berfokus pada pendalaman pengalaman yang dialami
pasien saat masih kanak-kanak.
Keseluruhan kepribadian sebagaimana
dipahami Freud terdiri dari tiga sistem besar.
Semuanya itu disebut id, ego, dan super-ego. Dalam
diri orang yang sehat, ketiga sistem ini membentuk
suatu organisasi yang padu dan harmonis secara
mental. Dengan bekerja bersama secara kooperatif,
81
ketiganya membuat individu mampu menjalankan
transaksi-transaksi yang memuaskan dan efisien
dengan lingkungannya. Tujuan transaksi-transaksi
ini adalah pemenuhan kebutuhan dan hasrat dasar
manusia. Sebalik nya, jika ketiga sistem kepribadian
ini berlawanan satu sama lain, orang tersebut akan
dikatakan sebagai tak bisa menyesuaikan diri. Dia
akan merasa tidak puas pada dirinya dan juga merasa
tidak puas pada dunia, dan efisiensi yang dimilikinya
pun mengalami reduksi. Sigmund Freud
mengembangkan tiga struktur kepribadian klasik
dalam teori psikoanalisisnya, yaitu:
1. Id
Ini adalah bagian dari kepribadian yang
beroperasi berdasarkan prinsip kesenangan. Id
mengandung insting dan dorongan dasar, seperti
nafsu seks dan agresi. Ini berfungsi tanpa
peraturan atau moralitas dan berusaha untuk
memenuhi keinginan segera. Kepribadian ini
disebut Freud sebagai kepribadian bawaan lahir.
Didalamnya terdapat dorongan yang didasari
82
pemenuhan biologis guna kepuasan bagi dirinya
sendiri. Karakter khas pada aspek ini adalah tidak
adanya pertimbangan logis dan etika sebagai
prinsip pengambilan keputusan. Lebih sederhana,
id berwujud pada gambaran nafsu, hasrat seksual
dan perasaan superior (ingin berkuasa).34
2. Ego
Ego berfungsi sebagai perantara antara id, realitas
luaran, dan prinsip moralitas. Ego berusaha untuk
memenuhi keinginan id secara realistik dan
sesuai dengan norma sosial yang berlaku. Ini
berperanan dalam mengendalikan impuls dan
mencari penyelesaian yang mencukupi untuk
konflik antara id dan realitas. Dua proses melalui
mana id melepaskan ketegangan, yaitu, aktivitas
motor impulsif dan pembentukan citra
(pemenuhan keinginan), tidaklah mencukupi
dalam meraih tujuan-tujuan revolusioner
reproduksi dan survival. Refleks-refleks maupun
34
Muhimmatul Hasanah, Dinamika Kepribadian Menurut Psikologi
Islami, Ummul Qura Jurnal Institut Pesantren Sunan Drajat
(INSUD) Lamongan, Vol.11, No.2, (2018), hlm.113.
83
keinginan-keinginan tidak akan memberikan
makanan bagi orang yang lapar, juga tidak akan
memberikan lawan jenis bagi orang yang
terangsang secara seksual. Pada kenyataannya,
perilaku impulsif bisa menghasilkan
meningkatnya ketegangan (rasa sakit) dengan
memunculkan hukuman yang datang dari dunia
eksternal. Kecuali dia memiliki pengasuh yang
permanen, seperti yang dia punyai ketika masa
kanak, maka manusia harus mencari dan
mendapatkan makanan, pasangan seks, dan
banyak objek-tujuan lainnya yang diperlukan
dalam hidup. Penangguhan tindakan berarti
bahwa ego harus mampu mentolelir tensi atau
ketegangan sampai ketegang- an itu bisa
dilepaskan melalui bentuk perilaku yang sesuai.
Pendirian prinsip realitas tidaklah berarti prinsip
kenikmatan ditinggalkan. Prinsip itu hanya secara
temporer ditangguhkan demi kepentingan prinsip
realitas. Pada akhirnya, prinsip realitas membawa
pada kenikmatan, meski orang harus mengalami
84
beberapa ketidaknyamanan sewaktu dia mencari
realitas.35
3. Superego
Superego ialah bagian daripada kepribadian yang
menginternalisasikan peraturan dan norma-norma
moral yang dilaksanakan oleh masyarakat. Ini
berperanan dalam menilai tingkah laku dan
membuat individu merasa bersalah jika
melanggar norma moral. Superego bertentangan
dengan id dan berfungsi untuk mengendalikan
dorongan-dorongan yang mungkin tidak sesuai
dengan nilai-nilai moral. superego memiliki
peran penting untuk menjadi penengah antara id
an ego. Ia menjadi penyekat dari sinyal yang
dikirimkan aspek id serta memotivasi ego untuk
melakukan hal yang menjunjung moralitas.
Timbulnya super ego ini bersumber dari suara
hati (conscience) sehingga fungsinya:

35
Calvin S. Hall Psikologi Freud: Bacaan awal; penerjemah, Cep
Subhan KM; Editor, Tia Setiadi-Cet. 1 (Yogyakarta: IRCiSoD 2019)
hlm. 47-49.
85
a. Merintangi impuls-impuls id, terutama
impuls-impuls seksual dan agresif yang
aktualisasinya sangat ditentang masyarakat.
b. Mendorong ego untuk lebih mengejar hal-hal
yang moralitas daripada realistik.
c. Mengejar kesempurnaan, jadi super ego
menentang ukuran baik buruk id ataupun ego,
dan membuat dunia menuntut gambarannya
sendiri yang tidak rasional bahkan menunda
dan merintangi pemuasan insting.36
Ketiga sistem ini, menurut Freud, saling
berinteraksi dalam membentuk kepribadian
seseorang dan sering mengalami konflik dalaman
yang dapat mempengaruhi tingkah laku dan
individu.
B. Bentuk-Bentuk Kecemasan
Kecemasan (anxiety) adalah variabel penting
dari hampir semua teori kepribadian. Kecemasan
36
Muhimmatul Hasanah, DINAMIKA KEPRIBADIAN MENURUT
PSIKOLOGI ISLAMI, Jurnal Ummul Qura, Vol VI, No 2, September
2015, hlm.115.

86
sebagai dampak dari konflik yang menjadi bagian
kehidupan yang tak terhindarkan, dipandang sebagai
komponen dinamika kepribadian yang utama.
Kecemasan adalah fungsi ego untuk memperingatkan
individu tentang kemungkinan datangnya suatu
bahaya, sehingga dapat disiapkan reaksi adaptif yang
sesuai. Biasanya reaksi individu terhadap ancaman
ketidaksenangan dan perusakan yang belum
dihadapinya ialah menjadi cemas atau takut.
Kecemasan berfungsi sebagai mekanisme yang
mengamankan ego karena memberi sinyal ada
bahaya di depan mata.
Kecemasan akan timbul manakala orang
tidak siap menghadapi ancaman. Hanya ego yang
bisa memproduksi atau merasakan kecemasan. Akan
tetapi, baik id, superego, maupun dunia luar terkait
dalam salah satu dari tiga jenis kecemasan: realistis,
neurosis, dan moral. Ketergantungan ego pada id
menyebabkan munculnya kecemasan neurosis,
sedangkan ketergantungan ego pada superego
memunculkan kecemasan moral, dan
87
ketergantungannya pada dunia luar mengakibatkan
kecemasan realistis.
1. Kecemasan Realistis (Realistic Anxiety) Adalah
takut kepada bahaya yang nyata yang ada di
dunia luar. Kecemasan ini menjadi asal muasal
timbulnya kecemasan neurosis dan kecemasan
moral.
2. Kecemasan Neurosis (Neurotic Anxiety) Adalah
ketakutan terhadap hukuman yang bakal diterima
dari orang tua atau figur penguasa lainnya
kalauseseorang memuaskan insting dengan
caranya sendiri, yang diyakininya bakal menuai
hukuman. Hukuman belum tentu diterimanya,
karena orang tua belum tentu mengetahui
pelanggaran yang dilakukannya, dan misalnya
orang tua mengetahui juga belum tentu
menjatuhkan hukuman. Jadi, hukuman dan figur
pemberi hukuman dalam kecemasan neurosis
bersifat khayalan.
3. Kecemasan Moral (Moral Anxiety)

88
Adalah kecemasan kata hati, kecemasan ini
timbul ketika orang melanggar standar nilai
orang tua. Kecemasan moral dan kecemasan
neurosis tampak mirip, tetapi memiliki perbedaan
prinsip yakni tingkat kontrol ego. pada
kecemasan moral orang tetap rasional dalam
memikirkan masalahnya, sedangkan pada
kecemasan neurosis orang dalam keadaan distres
terkadang panik sehingga mereka tidak bisa
berfikir dengan jelas.37
4. Kecemasan Fobi
Adalah Kecemasan yang berkaitan dengan objek
atau situasi tertentu, seperti fobia terhadap
ketinggian atau kucing.
5. Kecemasan Pribadi
Adalah Kecemasan yang timbul daripada konflik
dalaman dan ketidaksepakatan antara bahagian-
bahagian ego individu.
C. Ciri Khas Insting

37
Nur Fatwikiningsih, Teori Psikologi Kepribadian Manusia,
(Yogyakarta: CV. Andi Offset), hlm. 31-35.
89
Insting didefinisikan sebagai perwujudan
psikologis dari suatu sumber rangsangan somatik
yang dibawa sejak lahir. Perwujudan psikologisnya
disebut hasrat, sedangkan rangsangan jasmaniahnya
tempat hasrat itu muncul disebut kebutuhan. Hasrat
berfungsi sebagai motif bagi tingkah laku, sehingga
orang yang lapar mencari makanan, Karena itu,
insting dilihat berbagai faktor pendorong
kepribadian. Insting tidak hanya mendorong tingkah
laku tetapi juga menentukan arah tingkah laku.
Dengan kata lain, insting menjalankan kontrol
selektif terhadap tingkah laku dengan meningkatkan
kepekaan orang terhadap jenis-jenis stimulus
tertentu. Orang yang lapar lebih peka terhadap
stimulus makanan, dan orang yang terangsang secara
seksual memiliki kemungkinan lebih besar dalam
merespons stimulus-stimulus erotis.
Insting mempunyai empat ciri khas, yaitu
sumber, tujuan, obyek, dan impetus. Sumber
didefinisikan sebagai kondisi jasmaniah atau
kebutuhan. Tujuannya ialah menghilangkan
90
perangsangan jasmaniah. Tujuan insting lapar,
misalnya menghilangkan kekurangan makanan yang
tentu saja terpenuhi dengan memakan makanan.
Seluruh kegiatan yang menjembatani antara
munculnya hasrat dan pemenuhannya termasuk
dalam obyek. Jadi, obyek tidak hanya terbatas pada
benda atau kondisi tertentu yang akan memuaskan
kebutuhan, tapi juga seluruh tingkah laku yang
berfungsi untuk mendapatkan benda, atau kondisi
yang diperlukan. Misalnya, jika seseorang lapar, ia
biasa melakukan sejumlah kegiatan sebelum
mencapai tujuan, yaitu makan. Impetus insting
adalah daya atau kekuatan yang ditentukan oleh
intensitas kebutuhan yang mendasarinya. Manakala
kekurangan makanan menjadi lebih besar, sampai
pada titik di mana fisik menjadi lemah. maka
kekuatan insting menjadi lebih besar.
Implikasi dari konseptualisasi insting seperti
di atas, Freud menggunakan model reduksi tegangan.
Tingkah laku seseorang diaktifkan oleh perangsang
dari dalam dan menjadi reda segera setelah terjadi
91
tindakan yang tepat untuk menghilangkan atau
mengurangi perangsang itu. Ini berarti bahwa tujuan
insting pada dasarnya bersifat regresif karena ia
mengembalikan seseorang pada keadaan semula,
yakni keadaan sebelum timbulnya insting yang
merupakan keadaan yang relatif tenang.
Insting juga disebut konservatif karena
tujuannya adalah mempertahankan keseimbangan
organisme dengan menghilangkan perangsangan
yang mengganggu. Jadi, insting dapat digambarkan
sebagai proses yang berulang-ulang, yang muncul
sebagai suatu siklus peristiwa dimulai dengan
perangsangan dan diakhiri dengan keadaan tenang
dan ini disebut kompulasi repetisi (repetition
compulsion). Kepribadian dipakai terus-menerus,
mengulang siklus yang tidak terelakkan dari
perangsangan ke keadaan tenang. Sumber dan tujuan
insting akan tetap konstan selama hidup.
kecuali jika sumber itu diubah atau
dihilangkan sebagai akibat dari pematangan fisik.
Insting-insting baru dapat muncul dengan
92
berkembangnya kebutuhan jasmaniah baru.
Berlawanan dengan konstansi sumber dan tujuan ini.
Obyek atau cara orang berusaha memuaskan
kebutuhan memang berubah-ubah selama hidup.
Adanya variasi dalam pemilihan obyek ini mungkin
akibat dari energi psikis dapat dipindahkan
(displaceable). Ia dapat digunakan dengan berbagai
cara. Jika suatu obyek tidak tersedia, karena tidak
ada atau karena rintangan dalam kepribadian, maka
energi dapat diarahkan ke obyek lain sampai tersedia
obyek yang cocok.38
Freud mengatakan bahwa insting atau
dorongan-dorongan psikologis yang muncul tanpa
disadari adalah sumber utama energy psikis. Dari
mana datangnya energi psikologis ini? Tubuh
manusia memiliki insting tertentu (dorongan
biologis) yang membuat tuntutan pada pikiran.
Insting berasal dari kebutuhan-kebutuhan biologis
dan proses-proses metabolisme. Freud
38
Enjang, AS, Komunikasi Konseling Wawancara, Seni mendengar
hingga Soal Kepribadian (Bandung: Nuansa Cendekia, Februari
2018) hlm. 214-216.
93
mengemukakan dua insting dasar eros dan tanatos.
Eros (seks, reservasi diri, cinta, kekuatan hidup,
berjuang menuju persatuan) dan insting destruktif
(agresi, hubungan yang terputus, insting kematian,
kebencian). Eros merupakan insting terkuat terkait
dengan penciptaan dan kelangsungan hidup.
Insting seksual merupakan insting kehidupan
yang paling pokok, insting ini berbeda dari insting
lainnya (seperti insting lapar dan pembuangan
kotoran dari dalam tubuh). Insting seksual
dibutuhkan untuk kelangsungan hidup sepsis,
sedangkan pemenuhan insting lainnya diperlukan
untuk kelangsungan hidup individu. Insting thanatos
juga termasuk kuat. Insting-insting kehidupan dijaga
keberlangsungannya dan terus berkembang melalui
bentuk khusus energy yang disebut libido.
Insting memiliki dua ciri khas, yaitu: ciri
konservatif (pelestarian) dan ciri repetitive
(perulangan). Insting selalu menggunakan sesedikit
mungkin jumlah energy yang diperlukan untuk
melaksanakan aktivitas tertentu dan kemudian
94
mengembalikan organisme kepada keadaan yang
semula, dan hal tersebut terjadi secara berulang-
ulang. Insting bertindak sebagai perangsang pikiran,
mendorong individu untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan tertentu.
Tujuan utama perilaku instingtual pertama
adalah untuk mengurangi atau meredakan
ketegangan (ketidaknyamanan), yang diperoleh
melalui kenikmatan organ. Contoh pengurangan
ketegangan ketegangan antara lain pengisian perut
kosong dengan makanan dan pengosongan perut
yang sudah penuh. Bagi anak-anak yang masih kecil,
pemenuhan insting bisa diwujudkan dengan mudah
dan secara langsung. Secara bertahap, ketika individu
semakin berumur, penyaluran energy insting semakin
lama beralih menjadi energy-energi yang terkait
dengan pengalaman-pengalaman hidup yang lebih
kompleks. Meski demikian, energy tertentu menurut
Freud berwujud berupa energy id dan energy psikis
lainnya yang selalu berubah- ubah bentuk menjadi
energy id kembali.
95
Insting melibatkan rangsangan di beberapa
bagian tubuh, khususnya area oral, anal, dan genital
untuk dorongan seks. Perubahan tempat rangsangan
mendasari pergerakan dari tahap ke tahap.
Kegembiraan internal ini merangsang pikiran dan
menciptakan "kebutuhan". Jadi, energi psikis berasal
dari energi biologis. Freud berpendapat bahwa
"pikiran" dan "tubuh" memiliki interaksi yang
konstan: Insting adalah "sebuah konsep di perbatasan
antara mentaydan somatik".39
Dalam sistem Freud, insting bertindak
sebagai perangsang pikiran, mendorong individu
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tertentu.
Insting juga bisa dipandang sebagai gambaran
psikologis dari proses biologis yang berlangsung.
Sebagai contoh, kebanyakan energi psikis pada diri
anak-anak disalurkan untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan biologis seperti makan, membuang
kotoran dari dalam tubuh, dan perangsangan anggota

39
Ana Fitriani, Psikologi Perkembangan (Padang: PT. Global
Eksekutif Teknologi 2022) hlm. 163-164.
96
tubuh. Tujuan fundamental perilaku instingtual yang
pertama adalah untuk mengurangi atau meredakan
ketegangan (ketidaknyamanan), yang diperoleh
melalui kenikmatan organ (organ pleasure).
Contoh-contoh pengurangan ketegangan
semacam itu antara lain pengisian perut yang kosong
dengan makanan dan pengosongan perut yang sudah
penuh. Bagi anak-anak yang masih kecil, pemenuhan
instingtual bisa diwujudkan dengan mudah dan
secara langsung. Secara bertahap. ketika individu
semakin berumur, penyaluran energi instingtual
semakin lama beralih menjadi energi-energi yang
terkait dengan pengalaman-pengalaman hidup yang
lebih kompleks. Meskipun begitu, menurut Freud,
energi tertentu selalu mengambil wujud berupa
energi id dan energi psikis lainnya yang selalu bisa
berubah bentuk menjadi energi id kembali (lebih
jauh mengenai id akan dibahas nanti).40
D. Dinamika Kepribadian freud
40
Neil J. Salkind, Teori-teori Perkembangan Manusia, sejarah
kemunculan, konsep dasar, analisis komparatif dan aplikasi,
(Bandung: Penerbit Nusa Media, Agustus 2019) hlm. 154.
97
Freud berpendapat bahwa manusia
merupakan sistem yang kompleks menggunakan
energi untuk berbagai tujuan seperti bernafas,
bergerak, mengamati, dan mengingat. Kegiatan
secara psikologis yang dilakukan oleh seseorang juga
membutuhkan energi yang disebut sebagai energi
psikis, yaitu energi yang yang ditransformasi dari
energi fisik melalui id beserta insting-Instingnya. Hal
ini sesuai dengan kaidah dalam ilmu fisika, bahwa
energi tidak dapat hilang tatapi dapat pindah dan
berubah bentuk.
Model struktural jiwa adalah salah satu
kontribusi Freud yang paling signifikan terhadap
psikologi. Dalam model ini, Freud mengusulkan
bahwa jiwa manusia dapat dibagi menjadi tiga
bagian: id, ego, dan superego. Menurut Freud, id
adalah bagianbjiwa yang naluriah, irasional, dan
impulsif yang bertanggung jawab atas dorongan dan
keinginan dasar kita. Ego adalah bagian sadar dari
jiwa yang menengahi antara id dan realitas,
membantu kita mengendalikan impuls kita dan
98
membuat keputusan yang rasional. Superego adalah
komponen moral dan etis dari jiwa yang bertanggung
jawab atas nilai, keyakinan, dan rasa benar dan salah
kita.
Interaksi antara ketiga komponen jiwa inilah
yang menentukan dinamika kepribadian dan perilaku
kita. Menurut Freud, id, ego, dan superego selalu
berkonflik satu sama lain, dan keseimbangan di
antara keduanya sangat penting untuk kesejahteraan
dan kebahagiaan kita. Misalnya, jika id terlalu kuat,
kita mungkin bertindak impulsif dan tidak rasional,
yang mengarah pada perilaku merusak diri sendiri.
Di sisi lain, jika superego terlalu kuat, kita mungkin
menjadi terlalu kaku dan dogmatis secara moral,
menyebabkan rasa bersalah dan kecemasan.
Aspek penting lainnya dari teori Freud
tentang dinamika kepribadian adalah konsep
ketidaksadaran. Menurut Freud, pikiran bawah sadar
adalah gudang keinginan, ingatan, dan emosi yang
ditekan yang telah didorong keluar dari kesadaran.
Namun, pikiran dan perasaan bawah sadar ini masih
99
dapat memengaruhi perilaku dan emosi kita, yang
menyebabkan tekanan dan konflik psikologis.
Misalnya, Freud percaya bahwa pikiran bawah sadar
kita dapat menyebabkan kita melakukan perilaku
tertentu yang tidak sesuai dengan tujuan dan
keinginan sadar kita. Misalnya, kita mungkin terlibat
dalam perilaku kompulsif, seperti makan berlebihan
atau sepenuhnya sadar akan motivasi dan keinginan
mereka sendiri, dan membuka cara berpikir baru
tentang pikiran dan perilaku manusia.
Salah satu cara di mana dinamika kepribadian
Freud berdampak adalah melalui pengembangan
psikoanalisis. Metode penjelajahan pikiran dan
perilaku manusia ini melibatkan bekerja dengan
pasien untuk mengungkap pikiran dan perasaan
bawah sadar mereka. Freud percaya bahwa pikiran
dan perasaan bawah sadar manusia adalah akar
penyebab tekanan mental dan emosional mereka, dan
mengeksplorasi pikiran dan perasaan bawah sadar ini
adalah kunci penyembuhan. Teknik yang dia
kembangkan, seperti asosiasi bebas dan analisis
100
mimpi, telah diadopsi secara luas dan terus
digunakan oleh para psikoanalis hingga saat ini.
Cara lain di mana dinamika kepribadian
Freud berdampak adalah melalui pengembangan
teori perkembangan kepribadian, Menurut Freud,
kepribadian manusia berkembang melalui
serangkaian tahapan, yang masing-masing ditandai
dengan serangkaian kebutuhan dan dorongan
psikologis yang berbeda. Teori ini memiliki
pengaruh besar pada pemahaman kita tentang
perkembangan manusia dan masih banyak digunakan
dalam psikologi saat ini.
Selain dampak yang lebih langsung ini,
dinamika kepribadian Freud juga memiliki pengaruh
yang lebih tidak langsung terhadap psikologi
modern. Misalnya, penekanannya pada pentingnya
pengalaman masa kanak-kanak telah menyebabkan
fokus yang lebih besar pada pentingnya
perkembangan anak usia dini di baru, melainkan

101
mempertahankan nilai yang lama dengan mengenal
lawan-lawannya atau kebalikannya.41
Dalam dinamika kepribadian Freud
membahas berbagai hal seperi energi rohaniah,
naluri,penyebaran dan penyisiran energi, baik secara
id, ego dan superego dan Cathexis dan anti-
Catheixpada bagian ini membahas tentang
psikoanalisis secara rinci yakni memberikan posisi
pada berbagai susunan kepribadian mengenai
konteks psikoanalisis dan susunan kepribadian saling
mempengaruhi satu dengan yang lain. Energi
rohaniah adalah energi yang mengatu kegiatan sistem
kepribadian. Perubahan energy rohaniah menurut
Freud berlangsung terus-menerus. Dalam buku
tersebut Freud mengambil bahwa energi-energi yang
terbangun dalam kepribadian memiliki hubungan
yang saling mempengaruhi seperti instinkatau naluri
yakni suatu keadaan pembawaan yang menentukan

41
Muhammad Ferdiansyah, Teori Psikoanalisis Hakikat Kepribadian
Manusia, (N.p: Mafy Media Literasi Indonesia, 2023), hlm. 41-44.
102
arah proses rohaniah mengamati, mengingat-ingat
kearah tercapainya hubungan seksual.
Naluri sendiri memiliki maksud sumber dan
tujuan. Sumber-sumber terpenting dari energi
naluriah adalah keperluan jasmaniah atau gerakan
hati. Freud mengarahkan konsep naluri dalam diri
manusia sebagaimana sama dengan diri binatang,
naluri hanya menitik beratkan pada insting seksual.
Tidak semata-mata instinc atau naluri harus selalu
pada hasrat seksual. Perlu dikaji lebih mendalam
mengenai konsep naluri dari Freud karena pada
umumnya saat ini manusia juga memiliki naluri yang
tidak berpusat pada naluri kebinatangan namun ada
naluri yang diatur secara rohaniah. Pada bagian yang
lain Freud mengeluarkan konsep chateix dan anti-
chateix sebagai tenaga atau energi pendorong dan
energi penolak dari susunan kepribadian. Dalam
memahami hal tersebut diperlukan pemahaman
bahwa fungsi dari kedu konsep ini adalah sebagai
peredaan keadaan ketegangan.

103
Pada psikoanalisis Freud menekan pada
kesadaran segala sesuatu yang nyata adalah terjadi
secara sadar. Naluri–naluri dibahas secara teknis dan
mengenai kecemasan yang sangat dakat dengan ego
individu seperti kecemasan tentang kenyataan,
kecemasan neurotis (Syaraf) kecemasan moral.
Berbagai hal tersebut sebenarnya merupakan
dinamika yang mengatur susunan kepribadian
manusia selain otak manusia sebagai pengontrol
aktivitas manusia. Secara teori psikoanalisis dinilai
sebagai teori Freud untuk mengendalikan
kepribadian sesorang, jadi apapun yang tampak dan
terjadi dalam pribadi seseorang tergantung dari pada
dinamika yang terjadi dalam pribadinya.42
E. Cara-Cara Individu Mengatasi Kecemasan
Tingkatan kehidupan mental dan bidang pikiran
merujuk pada struktur atau komposisi kepribadian,
namun kepribadian itu sendiri juga berfungsi. Oleh
karena itu, Freud mengusulkan istilah dorongan atau

42
Stefanus Rodrick Juraman, Naluri Kekuasaan Sigmund Freud,
Jurnal Studi Komunikasi Vol. 1 November 2017, hlm. 283-284.
104
prinsip motivasi untuk menjelaskan kekuatan-
kekuatan yang mendorong tindakan manusia.
Menurut Freud, manusia mendapat motivasi untuk
mencari kesenangan, mengurangi stres dan
kecemasan. Dorongan ini berasal dari energi psikis
dan fisik yang dipicu oleh dorongan dasar yang
dimilikinya.43
Sigmund Freud menyebutkan biasanya individu
akan menggunakan beberapa mekanisme pertahanan
pada satu saat yang bersamaan. Ada dua karakteristik
penting dari mekanisme pertahanan, pertama adalah
bahwa mereka merupakan bentuk penolakan atau
gangguan terhadap realitas, kedua adalah bahwa
mekanisme pertahanan berlangsung tanpa disadari.
Kita sebenarnya membohongi diri sendiri namun kita
tidak sadar sedang melakukannya, tentu saja, jika
kita tahu kita berbohong, mekanisme pertahanan kita
tidak lagi efektif. Jika mekanisme pertahanan bekerja
dengan baik, maka kita tidak akan merasakan adanya

43
Mohamad Tohirin, Studi Komparatif Toeri Kepribadian menurut
Al-Ghazali, dan Sigmund Freud, UIN Semarang, 2018, hlm.37.
105
ancaman. Akibatnya, kita tidak mengetahui
kebenaran tentang diri kita sendiri. Kita telah
terpecah oleh gambaran keinginan, ketakutan,
kekayaan, dan segala hal lainnya. Beberapa
mekanisme perlindungan digunakan untuk melawan
kecemasan meliputi:
1. Respirasi
Represi adalah pelepasan sesuatu dari
kesadaran secara tidak disengaja. Intinya, ini
adalah upaya yang secara tidak sadar menolak
sesuatu yang membuat individu tidak nyaman.
Konsep represi merupakan landasan sistem
kepribadian Freud dan dikaitkan dengan semua
perilaku neurosis.
2. Reaksi Formasi
Reaksi formasi yaitu mengubah sesuatu yang
mengancam, tidak pantas, dan tidak dapat
diterima dalam kaitannya dengan norma-norma
sosial ke dalam bentuk yang lebih dapat diterima.
Misalnya, seseorang dengan hasrat seksual yang
kuat akan menjadi penentang keras pornografi.
106
Lain halnya, misalnya seseorang yang
berkepribadian agresif akan menjadi pribadi yang
ramah dan sangat simpatik
3. Proyeksi
Proyeksi adalah mekanisme pertahanan individu
yang menganggap impuls buruk, agresif, dan
tidak dapat diterima bukan sebagai miliknya
tetapi sebagai milik orang lain. Misalnya ada
yang bilang “Aku tidak membencinya, dia yang
membenciku.”
4. Regresi
Regresi merupakan mekanisme pertahanan
dimana individu kembali ke masa awal
kehidupan yang lebih menyenangkan dan bebas
dari rasa frustasi dan kecemasan yang sedang
dihadapinya. Regresi sering dikaitkan dengan
kembalinya individu ketahap perkembangan
psikoseksual. Individu kembali ke masa ketika
mereka merasa lebih aman dalam hidupnya dan
hal ini tercermin dalam perilaku mereka pada saat

107
itu, seperti sifat kekanak-kanakan dan perilaku
ketergantungan.
5. Rasionalisasi
Rasionalisasi adalah mekanisme pertahanan yang
melibatkan penafsiran ulang perilaku kita, agar
lebih masuk akal dan dapat diterima oleh kita.
Kita berusaha memaafkan atau
mempertimbangkan suatu pemikiran atau
tindakan yang mengancam kita dengan
meyakinkan diri kita sendiri bahwa ada alasan
yang rasional dibalik pikiran dan tindakan itu.
Misalnya seorang yang dipecat dari pekerjaan
mengatakan bahwa pekerjaannya itu memang
tidak terlalu bagus untuknya. Jika sedang
bermain sepak bola dan kalah maka anda akan
menyalahkan bola dengan cara menedangnya
dengan kuat dan jauh daripada anda menyalahkan
diri anda sendiri, karena telah bermain buruk.
6. Pemindahan
Mekanisme tersebut melindungi dengan cara
mentransmisikan impuls ke objek lain karena
108
tidak ada objek yang mampu merespon Id.
Misalnya, seorang anak sedang kesal dan marah
kepada orang tuanya karena takut menghadapi
mereka. Kekesalan dan kemarahannya disalahkan
pada adiknya. Dalam mekanisme ini, pengganti
merupakan objek yang dianggap individu bukan
sebagai ancaman.
7. Sublimasi
Sublimasi berarti perubahan atau penggantian
kunci id. Energi secara naluriah beralih ke bentuk
ekspresi lain, yaitu tidak hanya diterima tetapi
juga dipuji. Misalnya Energi seksual berubah
menjadi perilaku kreatif artistik.
8. Isolasi
Isolasi adalah cara kita menghindari perasaan
yang tidak dapat diterima untuk melepaskan
mereka dari peristiwa-peristiwa yang melekat,
menekannya, dan bereaksi tanpa emosi. Hal ini
sering terjadi dalam psikoterapi. Misalnya
konseli ingin berbicara dengan konselor tentang
perasaannya tetapi tidak ingin berkonfrontasi
109
dengan emosinya, maka konseli akan melakukan
hubungkan perasaan tersebut dengan cara yang
tenang untuk melepaskan diri, meski ada
keinginan yang nyata untuk mengeksplorasi lebih
jauh.
9. Undoing
Undoing merupakan proses individu akan
menerima perilaku atau pemikiran ritualistik
untuk mencoba menekan atau mencegah susuatu
yang tidak dapat diterima. Misalnya pada pasien
dengan gangguan obsesif kompulsif, yang
dicegah dengan cuci tangan terus menerus untuk
melepaskan pikiran seksual yang terlintas.
10. Intelektualisasi
Individu memperoleh jarak yang lebih jauh dari
emosinya dan menyembunyikan sesuatu dengan
analisis intelektual yang abstrak dari dirinya
sendiri. Misalnya ketika seseorang baru saja
kehilangan pekerjaannya, dia tidak sedih dan

110
meratapi nasibnya, justru dia segera mencari
lowongan pekerjaan yang baru.44
F. Tahap-Tahap Perkembangan Kepribadian
Menurut Freud, kepribadian individu terbentuk
pada akhir tahun kelima, dan perkembangan yang
selanjutnya sebagian besar hanyalah perbaikan
struktur dasar, kemudian Freud menyebutkan bahwa
perkembangan kepribadian terjadi dalam lima tahap,
yang berkaitan dengan kepekaan zona sensitif
seksual atau bagian tubuh tertentu yang sensitif
terhadap rangsangan.45
1. Tahap Oral
Tahap ini dimulai pada tahun pertama kehidupan
seorang anak setelah lahir. Sumber kebahagiaan
utama anak pada usia ini adalah ASI, sehingga
hasrat seksual anak pada masa ini adalah

44
Andri, dan Yenni Dewi.P, Teori Kecemasan Berdasarkan
Psikoanalisis Klasik dan Berbagai Mekanisme Pertahanan terhadap
Kecemasan, Maj Kedokt Indon, Vol.57, No.7, Juli 2007, hlm.236-
238.
45
Helaluddin, dan Syahrul Syawal, Psikoanalisis Sigmund Freud dan
Implikasinya dalam Pendidikan, UIN Sultan Maulana Hassanudin,
2018, hlm.7.
111
payudara ibunya. Namun kemudian bayi belajar
menikmati kenikmatan dengan memberikan
rangsangan pada mulutnya, seperti menghisap
jari atau menyentuh benda. Menurutnya,
kepuasan yang tidak tepat (terlalu sedikit atau
terlalu banyak) dapat menimbulkan kepribadian
verbal.
2. Tahap Anal
Tahap ini dimulai dari tahun kedua hingga ketiga.
Akumulasi sisa makanan di usus menyebabkan
ketidaknyamanan dengan rasa sakit, sedangkan
membuangnya menyebabkan perasaan nyaman.
Area anus menurutnya semakin penting karena
menjadi sumber utama kesenangan. Pada tahap
ini, kepuasan berpindah dari mulut ke anus.
Tahap ini juga terjadi bersamaan dengan bayi
yang belajar menggunakan toilet. Anak mungkin
buang air besar atau menahan fases, kondisi
seperti ini umumnya tidak sesuai dengan
keinginan orang tua. Konflik yang timbul pada
masa ini dapat berupa orang dewasa yang
112
ekspulsif secara anal, contohnya berkepribadian
jorok, dan kotor, atau orang dewasa yang rapi dan
bersih.
3. Tahap Phallic (Oedipus)
Tahap ini dimulai pada tahun ketiga hingga
kelima, dimana alat kelamin menjadi sumber
kenikmatan utama. Fred mengambil inspirasi dari
legenda Yunani, yang menyatakan bahwa, pada
tahap ini, anak laki-laki melewati Oedipus
Complex, dan anak perempuan melewati Electra
Complex. Dalam Oedipus Complex, seorang
anak laki-laki mencintai ibunya dan merasakan
kebencian serta kecemburuan terhadap ayahnya,
dan bersaing dengannya untuk mencintai ibunya.
Sebaliknya, seorang anak perempuan mencintai
ayahnya, dan membenci ibunya karena ia
bersaing memperebutkan cinta ayahnya dengan
ibunya. Bagi Freud, anak menjadi tertarik secara
seksual kepada orang tua lawan jenisnya. Di sisi
lain, ia juga takut dengan orang tuanya yang
berjenis kelamin sama, yang ia anggap sebagai
113
rival. Freud bahkan mengklaim bahwa
pandangannya tentang Oedipus Complex
didasarkan pada pengalaman masa kecilnya
sendiri.
4. Fase Laten
Tahap ini dimulai sekitar umur enam atau
delapan hingga dua belas, ketika anak-anak
menekan orientasi seksualnya dari orang tuanya
dan aktivitasnya diarahkan pada hal-hal non-
seksual. Pada masa ini, anak-anak membatasi
minat dan kecenderungan seksual apa pun,
karena sebenarnya mereka lebih tertarik untuk
mengembangkan keterampilan sosial dan
intelektualnya. Tentu saja kegiatan ini
menyalurkan banyak energi ke berbagai area
keamanan emosional dan membantu anak
melupakan konflik fase phallic. Pada titik ini,
Freud dengan jelas menganggap manusia adalah
makhluk yang penuh nafsu, seolah-olah manusia
diciptakan semata-mata untuk mencari
kenikmatan seksual. Faktanya, keterampilan
114
sosial dan intelektual seorang anak merupakan
aspek independen dari kualitas manusia dan
bukan merupakan gangguan dari hasrat seksual.
5. Tahap Genital (Kelamin)
Tahap ini dimulai pada masa remaja, ketika
muncul orientasi seksual terhadap lawan jenis.
Dengan demikian, pubertas menandai
kebangkitan tujuan seksual dan dimulainya fase
genital. Pada masa pubertas, kehidupan seksual
seorang anak memasuki tahap berikutnya, sangat
berbeda dengan tahap masa kanak-kanak. Pada
tahap terakhir ini, Freud menunjuk tahapan
kematangan seksual pada seseorang dengan tahap
genital, karena pada tahap inilah seseorang mulai
memiliki orientasi seksual yang ditandai dengan
matangnya organ reproduksi.46
G. Proses Psikoterapi
1. Asosiasi Bebas

46
Husna Hisaba Kholid, Rekonstruksi Konsep Psikoseksual Sigmund
Freud; Satu Tinjauan Islamisasi, Indonesian Journal Of Islamization
Studies, Vol.01, No. 01, 25 Agustus 2023, hlm. 28-32.
115
Asosiasi bebas yaitu berusaha membantu konseli
menjernihkan atau mengosongkan pikiran dari
pengalaman dan pemikiran sehari-hari saat ini,
sehingga konseli lebih mudah mengungkapkan
pengalaman masa lalu. Konseli diajak
mengutarakan apa yang ada dalam pikirannya.
Tujuan dari teknik ini adalah agar konseli dapat
mengungkapkan pengalaman masa lalu dan
mengakhiri emosi yang berkaitan dengan
pengalaman traumatis masa lalu.
2. Analisis Mimpi
Konseli diminta untuk mengungkapkan berbagai
peristiwa dalam mimpinya dan konselor mencoba
menganalisisnya. Teknik ini digunakan untuk
memeriksa masalah yang belum terselesaikan.
Proses mewujudkan mimpi disebabkan oleh fakta
bahwa selama tidur pertahanan ego melemah dan
kompleks yang tertekan muncul ke permukaan.
Menurut Freud, mimpi ini dipahami sebagai jalan
yang mengungkapkan keinginan dan kecemasan
yang tidak disadari.
116
3. Interpretasi
Menemukan apa yang tersembunyi di balik apa
yang dikatakan konseli, baik dalam pergaulan
bebas, dalam mimpi, dalam penolakan dan
transferensi konseli. Konselor mengidentifikasi,
menjelaskan, dan bahkan mengajari klien arti
dari perilaku yang diungkapkan dalam mimpi,
asosiasi bebas, resistensi dan transferensi.
4. Analisis Resistensi
Resistensi berarti penolakan, analisis resistensi
bertujuan agar konseli mengetahui alasan
penolakan (resistensi). Konselor menarik
perhatian konseli untuk menjelaskan
penolakannya.
5. Analisis Transferensi
Transfernya memindahkan, bisa dikaitkan
dengan emosi dan harapan masa lalu. Dalam hal
ini konseli mencoba menghidupkan kembali
pengalaman dan konflik masa lalu terkait cinta,
seks, kebencian dan kecemasan yang ia bawa ke
masa kini dan dilontarkan kepada konselor.
117
Biasanya konseli dapat membenci atau menyukai
konselor. Konselor menggunakan ciri-ciri
netralitas, objektivitas, dan pasif untuk mampu
mengungkapkan transferensi tersebut.47

47
Rusdi, dan Ali Wahdi Rizal, KONSEP PENANGANANAN SANTRI
BERMASALAH MELALUI PENDEKATAN PSIKOANALISA, urnal Sosial
dan Dakwah, Vol.01, No.02, 2020, hlm. 12-13.
118
BAB 5
TEORI KEPRIBADIAN MENURUT CARL
GUSTAV JUNG

119
A. Biografi Carl Gustav Jung
Carl Gustav Jung lahir di Kesswil, Swiss pada
tahun 1975. Ayah Carl Gustav Jung adalah seorang
pemuka agama protestan. Jung pada awalnya sangat
tertarik untuk dapat mendalami Arkeologi meskipun
padaakhirnya hal tersebut tidak didukung oleh
kondisi keluarganya. 48
Hal tersebut memperlihatkan bahwasanya Carl
Gustav Jung sangat memiliki minat dengan berbagai
bidang yang terkait dengan mitologi, filsafat, religi,
dan penyelidikan dalam kebudayaan peradaban kuno,
keterterikan itulah yang kemudian memperngaruhi
perkembangan penelitian Carl Gustav Jung. Jung
masuk di Universitas Basel dan mengambil begian
medis dalam spesifikasi psikiatri. Kelulusannya dari
Basel membawanya untuk menjadi seorang asisten
bidang medis di suatu klinik di Burgholzli, Zuurich,
dimana dirinya mengembangkan keahliannya dalam
bidang medis bersama Eugen Bleuler, sekaligus

48
Paulus Budirahajo, “Mengenal Teori Kepribadian Mutakhir”,
(Kanisius: Yogyakarta, 1997), hlm. 40.
120
belajar paruh waktu di Paris di bawah bimbingan
Pierre Janet.49 Dan pada masa itulah Jung
mendapatkan berbagai inspirasi yang merangsang
terlaksananya penelitiannya dalam bidang psikiatri
yang salah satunya adalah tentang teori
ketidaksadaran.
Pada dasarnya penjelasan tentang riwayat Jung
tidak dapat dipisahkan dengan keberadaan Sigmund
Freud. Freud adalah salah satu orang yang memiliki
pengaruh cukup penting dalam perkembangan
pandangan Jung. Kesamaan minat antara Jung dan
Freud tentang dunia alam bawah sadar tersebut
kemudian menyatukan merekadalam kerjasama
pengembangan teori tersebut. Pada tahun 1909,
Freud dan Jung mengadakan perjalanan bersama ke
Universitas Clark di Worchester, Massachusetts,
keduanya diundang untuk menyampaikan
serangkaian ceramah.50
49
G Stephens Spinks, “Psychology and Religion”, (Great Britain:
London, 1963), hlm. 91.
50
Gardner Lindzey, dan Calvin S Hall, “Konsep Arketipe C. G. Jung
dalam Psikoanalisis dan Sastra” (Lembaga Penelitian UI: Jakarta,
1993), hlm. 177.
121
Pengembangan teori psikoanalisis tersebut
kemudian sampai pada pembentukan Asosiasi
Psikoanalistik Internasional pada 1910 dan diketuai
oleh Jung sampai 1914. Berakhirnya jabatan Jung
tersebut dikarenakan terjadinya perpecahan antara
Jung dan Freud didasari oleh perbedaan pandangan
yang sangat prinsipial. Salah satunya adalah
penolakan Jung terhadap teori Freud tentang
pemenuhan keinginan atau seksualitas infantil, serta
berbagai prinsip-prinsip analitis Freud
yangdianggapnya terlalu berat sebelah, dan
personalistis.51 Dandari perpecahan tersebut, Jung
kemudian melakukan perjalanan penelitian di
beberapa belahan dunia dan mengembangkan
prinsip-prinsip psikologi yang berbeda dengan teori
Freudian.
Perkembangan dari psikologi analitik dari Jung
banyak dipengaruhi oleh berbagai filsafat Timur,
yang diantara gagasannya tersebut yang terkenal di

51
Carl Gustav Jung, The Relation Between The Ego and The
Unconscious, Vol. 7, (Priceton Univ.Press: Pricenton, 1987), hlm. 5.
122
dunia psikologi terungkap dalam istilah collective
unconscious, archetypes, extravertion / introvertion.52
Ketertarikan Jung terhadap asal-usul ras, adat
istiadat, dan evolusi kepribadian manusia,
mendorong Jung bersama Emma Rauschenbach (istri
sekaligus kawan kerja Jung) untuk mengunjungi
berbagai suku-suku pedalaman di berbagai belahan
dunia. Jung banyak menimba pengetahuan alam
bawah sadar dengan mengunjungi berbagai suku-
suku primitif di Afrika Utara, Arizona, New Mexico,
dan Kenya, dalam penelitian antar etnis suku tersebut
Jung menemukan kesamaan antara kepercayaan
mistis dan ritual dari suku primitif, agama klasik, dan
pandangannya tentang ketidaksadaran. Jung
mendapati adanya suatu kecenderungan bawaan yang
diturunkan dari leluhur tiap ras yang kemudian
membimbing dalam dunia pengalaman manusia
modern, dan hal tersebut ditemukannya dalam
berbagai masyarakat. Jung juga beberapa kali
52
John S Nimpoeno, “Konsep Arketipe C. G. Jung dalam
Psikoanalisis dan Sastra”, (Lembaga Penelitian UI: Jakarta, 2003),
hlm. 53.
123
melakukan penelitiannya di India, dan membuahkan
gagasan yang berakar pada falsafah yoga dan
meditasi, yang kemudian dalam konsepnya disebut
dengan proses individuasi. Suatu cara yang
mengarahkan pada prosesrealisasi diri dengan
penemuan kembali terhadap spiritual self.
B. Sruktur Kepribadian
Pandangan Jung tentang manusia terfokus pada
keberadaan totalitas kepribadian yang disebut
sebagai psyche, yang terdiri dari sejumlah sistem
yang berbeda tetapi saling memiliki keterkaitan.
Melalui psyche, energi psikis yang bersifat real
mengalir secara kontinu dengan arah yang beragam
dari ketidaksadaran menuju kekesadaran dan kembali
lagi, serta dari dalam ke luar realitas dan kembali
lagi. Dapat dikatakan bahwa psyche adalah suatu
sistem dinamis yang mengatur diri secara spontan,
tanpa adanya pertentangan-pertentangan, tidak akan

124
ada keseimbangan psikis dan tidak ada pula sistem
regulasi ini.53
Keseluruhan dari sistem tersebut secara terus
menerus berlangsung terarah pada satu tujuan yaitu
tercapainya keutuhan kepribadian. Suatu proses
realisasi diri terjadi saat adanya proses saling
menyeimbangkan antara kesadaran dan
ketidaksadaran, antara ego dan shadow, sesuatu yang
negatif tidak ditekan tetapi diterima secarajujur
keberadaannya.54
Proses tersebut menggambarkan terjadinya
keseimbangan antara ketegangan aktif dengan
ketenangan pasif, yang merupakan suatu kerja yang
berjalan terus menerus dan bukan merupakan
kesempurnaan yang bersifat statis. Dalam teori Jung
digambarkan adanya suatu proses yang menuju pada
tujuan tertentu (teleologis). Suatu proses
keseimbangan tersebut terjadi dalam kerjasama dan
53
Carl Gustav Jung, The Relation Between The Ego and The
Unconscious, Vol. 7, (Priceton Univ.Press: Pricenton, 1987), hlm. 26.
54
Paulus Budirahajo, “Mengenal Teori Kepribadian Mutakhir”,
(Kanisius: Yogyakarta, 1997), hlm. 47.

125
relasi timbal balik yang kompleks antara kesadaran
dan ketaksadaran.
Struktur kepribadian diri dalam pandangan Jung
terarah pada sistem yang menyusunnya, antara lain
yang terpenting adalah ego, ketidaksadaran pribadi,
dan ketidaksadaran kolektif. Ego adalah jiwa sadar
yang terdiri dari persepsi, ingatan, pikiran, dan
perasaan sadar.55 Ego membantu menyesuaikan diri
dengan realitas yang khususnya realitas luar. Ego
dapat dikatakan sebagai pusat dari bidang kesadaran,
dan sejauh mencakup kepribadian empiris.
Self unconscious atau ketidaksadaran pribadi
merupakan bagian dari psycheyang berada dibawah
ego. Ketidaksadaran pribadi terdiri dari pengalaman-
pengalaman yang pernah berada dalam kesadaran
tetapi direpresi, disupresikan, dilupakan atau
diabaikan. Pengalaman tak sadar ini merupakan
rangkaian pengalaman dan kesan-kesan yang hadir

55
Gardner Lindzey, dan Calvin S Hall, “Konsep Arketipe C. G. Jung
dalam Psikoanalisis dan Sastra” (Lembaga Penelitian UI: Jakarta,
1993), hlm. 182.

126
dalamkehidupan sehari-hari tetapi terlalu lemah
untuk diterima di alam sadar. Berpengaruh dalam
tingakah laku secara tidak sadar. Sedangkan
Collective unconscious atau ketidaksadaran kolektif
merupakan bagian terpenting dalam struktur
kepribadian dalam pandangan Jung. Isi dari
ketidaksadaran kolektif ini adalah apa yang
dikatakan sebagai arketipe, yang merupakan bentuk
bawaan lahir dari psyche, pola dari psikis yang selalu
ada secara potensial sebagai kemungkinan.
Ketidaksadaran kolektif ini adalah bagian paling
dalam dari kepribadian.
Arketipe adalah salah satu konsep yang cukup
dikenal dalam teori Jung. Arketipe merupakan suatu
bentuk-bentuk tidak langsung dari bagian struktur
insting yang hanya dapat disimpulkan dengan
bayangan visual ataupun dengan bahasa.56 Arketipe
juga merupakan isi dari ketidaksadaran kolektif,
yang merupakan bentuk pembawaan lahir dari
56
John S Nimpoeno, “Konsep Arketipe C. G. Jung dalam
Psikoanalisis dan Sastra”, (Lembaga Penelitian UI: Jakarta, 2003),
hlm. 55.
127
psyche, pola dari kelakuan psikis yang selalu ada
secara potensial sebagai kemungkinan dan apabila
diwujudkan nampak sebagai gambaran spesifik.57
Bentuk arketipe dalam teori Jung mencakup pesona,
shadow, anima, dan animus, self, dan juga ekstovert
dan introvert.
Pesona adalah topeng yang dipakai sang pribadi
sebagai respon terhadap tuntutan kebiasaan tradisi
masyarakat, serta terhadap kebutuhan arketipal
sendiri. Konsepsi Jung tentang pesona, pesona
merupakan topeng yang membantu seseorang
menyesuaikan dirinya dengan orang lain, tetapi
pesona juga dapat memiliki sisi negatif yaitu saat
seseorang terperangkap dalam peran tertentu dan
kehilangan sifat-sifat individualnya yang berkaitan
dengan perasaan yang sebenarnya.
Shadow atau bayang-bayang mencerminkan sisi
binatang pada kodrat manusia yang diwarisi manusia
dalam evolusinya dari bentuk-bentuk kehidupan

57
Carl Gustav Jung, The Relation Between The Ego and The
Unconscious, Vol. 7, (Priceton Univ.Press: Pricenton, 1987), hlm. 7.
128
yang lebih rendah. Dapat dikatakan bahwa arketipe
shadow ini adalah suatu sisi gelap dalam kepribadian
manusia. Dalam hal ini menjelaskan bahwa shadow
mengarahkan pada tindakan-tindakan yang bersifat
emosional karena keberadaan adaptasi yang sangat
lemah. Shadow hadir dalam seluruh kepribadian
manusia dalam berbagai bentuk, seperti perasaan
ingin merusak, menghancurkan, dan berbagai
tindakan tidak menyenangkan yang patut dicela
dalam kesadaran.
Anima dan animus adalah arketipe yang
menggambarkan suatu karakteristik seksual yang
hadir disetiap pria maupun wanita. Arketipe elemen
feminin dalam pria adalah anima, sedangkan animus
yang berkaitan dengan akal, budi dan rasio
merupakan arketipe elemen maskulin pada wanita.
Anima dan animus ini berperan dalam relasi-relasi
yang berada dalam ketaksadaran dalam mengimbangi
kesadaran dari pria maupun wanita. Dapat dikatakan
bahwa terjadinya anima animus ini berlangsung
secara kolektif dan universal, keduanya merupakan
129
personifikasi dari ketaksadaran yang menjadi
perantara terhadap kesadaran diri.
Self atau diri dapat juga dikatakan sebagai
psyche yang merupakan kepribadiansecara
keseluruhan. Tetapi dalam hal ini self yang dimaksud
adalah suatu arketipe yang mencerminkan
perjuangan manusia ke arah kesatuan.58 Hal tersebut
dilambangkan dengan Mandala. Diri ini merupakan
puncak arketipe yang dituju setiap manusi, di
dalamnya terdapat dorongan untuk mendapatkan
kebulatan diri. Diri dikonsepsikan sebagai suatu
cetak biru energy yang memiliki kemampuan
merealisasikan atau yang disebut sebagai individuasi.
C. Dinamika Kepribadian
Pribadi oleh Jung diidentifikasi dengan istilah
Psyche. Kepribadian atau psyche tersusun dari
sejumlah sistem yang beroperasi dalam tiga tingkat
kesadaran. Ego beroperasi pada tingkat sadar,

58
Gardner Lindzey, dan Calvin S Hall, “Konsep Arketipe C. G. Jung
dalam Psikoanalisis dan Sastra” (Lembaga Penelitian UI: Jakarta,
1993).

130
kompleks beroperasi pada tingkat tak sadar pribadi,
dan arketip beroperasi pada tingkat tak sadar
kolektif. Disamping sistem-sistem yang terkait
dengan daerah operasinya masing-masing, terdapat
sikap jiwa (introvert dan ekstravert) dan fungsi jiwa
(pikiran, perasaan, pengidraan, dan intuisi). Jung
menyatakan bahwa kepribadian atau psyche bersifat
dinamis dengan gerak yang terus-menerus. Dinamika
psyche tersebut disebabkan oleh energi psikis yang
oleh Jung disebut libido. Berbagai sistem, sikap, dan
fungsi kepribadian saling berinteraksi dengan tiga
cara, yaitu: saling bertentangan (oppose), saling
mendukung (compensate), dan bergabung mejnadi
kesatuan (synthese).
Menurut Jung, prinsip oposisi paling sering
terjadi karena kepribadian berisi berbagai
kecenderungan konflik. Oposisi juga terjadi antar
tipe kepribadian, ekstraversi lawan introversi, pikiran
lawan perasaan dan penginderaan lawan intuisi.
Prinsip kompensasi berfungsi untuk menjaga agar
kepribadian tidak mengalami gangguan. Ketika
131
individu tidak dapat mencapai apa yang dipilihnya,
dalam tidur sikap tak sadar mengambil alih dan
muncullah ekpresi mimpi. Menurut Jung, prinsip
penggabungan dalam dinamika kepribadian terus-
menerus berusaha menyatukan pertentangan-
pertentangan yang ada agar tercapai kepribadian
yang seimbang dan integral.59
D. Perkembangan Kepribadian
Menurut Jung perkembangan kepribadian adalah
proses dinamis dan berkembang yang terjadi
sepanjang seumur hidup. Jung juga meyakini bahwa
manusia mengalami kemajuan atau kemajuan yang
berkelanjutan, dari tingkat perkembangan yang
kurang sempurna ke tingkat yang lebih sempurna.
Selain itu, manusia sebagai suatu spesies masih
berevolusi pada tingkat diferensiasi yang
lebih tinggi.60 Hal ini terkait dengan proses
individuasi yang bisa seperti jalan unik yang harus
59
Suhermanto Ja’far, “Struktur Kepribadian Manusia Prespektif
Psikologi dan Filsafat”, Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi, Vol. 2,
No.2, (Desember 2015), hlm. 209 - 221
60
Suryabarata, S. Psikologi Kepribadian. (Yogyakarta: Rajawali,
1983).
132
diikuti setiap orang untuk mewujudkan dan
mengembangkan kepribadian aslinya.61
Tujuan perkembangan dapat disimpulkan sebagai
realisasi diri. Realisasi diri berarti diferensiasi
sempurna dan keterkaitan yang harmonis seluruh
aspek kepribadian. Manusia primitif berevolusi
menjadi manusia dengan budaya yang lebih
kompleks dan manusia berbudaya kompleks saat ini
juga mengalami kemajuan.62
Dalam hal ini, perkembangan manusia adalah
suatu proses realisasi diri, terkait dengan proses
perkembangan dari organisme primitif
hingga munculnya manusia modern. Tidak dapat
dipungkiri bahwa keberadaan arketipe
di alam bawah sadar yang diturunkan
dari setiap generasi manusia, mempunyai pengaruh
terhadap perilaku manusia, namun hal ini tidak
menyeluruh. Setiap proses realisasi diri
mengalami ketegangan dari sistem, kepribadian,

61
Carl Gustav Jung. Menjadi Diri Sendiri. (Jakarta: Gramedia, 1987).
62
Suryabrata, S. Psikologi Kepribadian. (Yogyakarta: Rajawali, 1983).
133
anima dan dari alam sadar dan tidak sadar
ketegangan tersebut merupakan suatu proses kerja
yang didasarkan pada prinsip kompensasi. Prinsip
kompensasi ini memastikan semacam keseimbangan
antara elemen yang bertentangan, sehingga
mencegah psyche menjadi tidak seimbang.63
Dalam proses perkembangan kepribadian dapat
terjadi gerak maju (progressei) atau gerak mundur
(regressi). Progressi adalah terjadinya penyesuaian
diri secara memuaskan oleh alam sadar baik terhadap
tuntutan dunia luar maupun kebutuhan-kebutuhan
alam tak sadar. Apabila progressi terganggu oleh
sesuatu sehingga libido terhalangi untuk digunakan
secara progressi maka libido membuat regressi,
Kembali ke fase yang telah dilewati atau masuk ke
alam tak sadar
E. Teori Psikodinamika dalam Kepribadian
Teori psikodinamika dalam kepribadian yang
dikembangkan oleh Carl Gustav Jung adalah

63
Lindzey, Gardner dan Hall, Calvin S. Teori-Teori Psikodinamik
(Klinis). (Yogyakarta: Kanisius, 1993).
134
psikologi analitik. Psikologianalitik merupakan
salah satu teori terkait psikologi yang dikembangkan
oleh Carl Gustav Jung, dimana ia mencoba
menunjukkan bagaimana mengeksplorasi
pengalaman masa
lalu untuk memperbaiki masa kini dan masa depan.
Jung menekankan pentingnya menafsirkan
mimpi berdasarkan fungsinya dalam kehidupan
psikis manusia. Mimpi merupakan salah satu
aktivitas jiwa yang oleh masyarakat dahulu dianggap
mengandung berbagai simbol untuk
menafsirkan gejala kehidupan yang akan datang.64
Jung adalah murid dari Sigmund Freud, yang
terkenal dengan pemahamannya tentang psikologi
analitis. Sistem psikologisnya hampir sama dengan
Freud, tetapi mempunyai jalan yang berbeda.
Secara umum teori Jung membagi kepribadian
seseorang menjadi dua alam, yaitu alam sadar dan
alam ketidaksadaran. Fungsi keduanya adalah

64
Carl Jung. Memperkenalkan Psikologi Analitis. (Jakarta: Gramedia,
1986).
135
penyesuaian yaitu bahwa alam sadar merupakan
penyesuaian terhadap dunia luar sedangkan
ketidaksadaran merupakan penyesuaian terhadap
dunia dalam. Batas antara kedua area ini tidak tetap,
bis berubah, yang mana artinya zona kesadaran dan
ketidaksadaran bisa bertambah atau berkurang.
F. Kausalitas dan Teleologi
Kausalitas meyakini bahwa peristiwa masa
kini bermula dari pengalaman masa lalu
yang menjadi sumber motivasi. Jung mengkritik
pandangan kausal Freud dalam menjelaskan perilaku
orang dewasa berdasarkan pengalaman masa kanak-
kanak mereka.65
Motivasi datang dari masa lali tujuan teleologis.
Kausalitas mengandung keyakinan bahwa peristiwa-
peristiwa yang terjadi saat ini berasal dari
pengalaman-pengalaman sebelumnya. Freud sangat
percaya dan menganut pada kausalitas, tetapi tidak
setuju dengan Freud, karena Jung berpendapat bahwa

65
Jess Feist dan Gregory J. Feist. Theories of Personality. (Jakarta:
Salemba Humanika, 2014). hlm. 135-136.
136
teleologi juga berperan dalam mempengaruhi
kausalitas. Teleologi mengandung keyakinan bahwa
peristiwa masa kini dimotivasi oleh tujuan masa
depan yang saling mengarahkan tujuan masing-
masing.
Jung memiliki pandangan yang sama
tentang mimpi yang datang dari pengalaman masa
lalu. Namun, Jung juga menambahkan bahwa mimpi
dapat membantu orang menentukan masa depannya.
G. Prinsip Sinkronisasi
Jung mengemukakan suatu prinsip yang bukan
kausalitas dan juga bukan teleology. Ia menyebutnya
sebagai prinsip sinkronisitas. Jung menciptakan
istilah sinkronisitas ini untuk menggambarkan apa
yang ia sebut sebagai peristiwa-peristiwa bukan-
sebab-akibat yang kebetulan terjadi bertepatan secara
temporal. Jung menggambarkan sinkronisitas secara
bervariasi sebagai sebuah “prinsip bukan-sebab-
akibat yang menghubungkan (kebersamaan)”,
“peristiwa kebetulan bermakna”, dan “paralelisme
bukan-sebab-akibat”. Prinsip sinkronisitas itu
137
kemudian diterapkan pada peristiwa-peristiwa yang
terjadi pada saat yang sama, tetapi peristiwa yang
satu tidak disebabkan oleh peristiwa yang lain.
Prinsip sinkronisitas bertujuan mempertahankan
bahwa sama seperti halnya peristiwa-peristiwa yang
dapat dihubungkan dengan sebuah garis kausal,
peristiwa-peristiwa tersebut juga dapat dihubungkan
dengan garis makna. Sebuah pengelompokan
peristiwa-peristiwa bermakna tidak perlu memiliki
penjelasan, dalam arti sebab dan akibat yang konkret.
Gejala-gejala sinkronisitas seperti ini menurut Jung
dapat dijelaskan berdasarkan hakikat Archetype-
Archetype. Lebih lanjut, prinsip sinkronisitas kiranya
akan memperbaiki pandangan bahwa pikiran
menyebabkan materialisasi, atau terjadinya sesuatu
sesuai seperti apa yang dipikirkan.66
H. Metode Amplifikasi, Metode Rangkaian Mimpi,
dan Metode Imajinasi aktif

66
Rangga Wirianto Putra, Mantegna Tarochi In Clinical Setting:
Sebuah Studi Literatur Penggunaan Tarot Di Dalam Asesmen
Psikologis, Prosiding PESAT (Psikilogi, Ekonomi, Sastra, Arsiktektur,
& Teknik Sipil), Vol 5(2015), hlm 75.
138
Tujuan dari analisis mimpi bagi Jung
adalah untuk mengungkap yang ada
diketidaksadaran dan ketidaksadaran kolektif
kemudian mengintegrasikannya ke dalam kesadaran
untuk mempermudah proses realisasi diri. Dalam
menginterpretasi mimpi Jung mengunakan tiga
metode analisis mimpi yaitu:
a) Amplifikasi (amplification)
Metode ini dilakukan dengan meminta klien
untuk mengungkapkan mimpinya secara
bebas dan melihat respon klien Ketika
mengungkapkan mimpinya. Metode ini bertujuan
untuk menemukan arsetip dan isi
ketidaksadarannya serta mengungkap makna dari
mimpi tersebut.
b) Rangkaian Mimpi.
Metode ini dilakukan dengan mengkaitkan
elemen-elemen yang ada di beberapa mimpi yang
kemudian mencocokkannya untuk mencari
hubungan antara mimpi yang satu dengan yang
lain.
139
c) Imajinasi Aktif.
Metode ini dilakukan dengan meminta klien
mengambarkan mimpinya yang membuat
terkesan tetapi tidak dapat dimengerti.
Semua ungkapan klien dicatat dan
dihubungkan untuk menghasilkan rangkaian
perjalanan tak sadar yang kemudian dikaitkan
dengan pengalaman sadar klien pada saat terapi.67

67
Carl G. Jung, Psikologi dan Agama, Yogyakarta: IRCISO, 2017, hlm.
122.
140
BAB 6
KEBUTUHAN JIWA
ERICH FROMM

141
A. Biografi Erich Fromm
Erich Fromm, seorang ahli psikologi, filsafat dan
sosiologi lahir pada 23 Maret 1900 di Frankfurt,
Jerman. Ayahnya seorang pengusaha berkebangsaan
Yahudi dan ibunya yg seorang ibu rumah tangga.
Kehidupan keluarga Erich Fromm tidak harmonis,
kepedulian ibunya yang mendalam terhadap nilai-
nilai spiritual berbenturan dengan kesuksesan materi
ayahnya. Ayahnya murung, cemas dan stres
sedangkan ibunya menderita depresi berat sehingga
Erich Fromm menggambarkan situasi keluarganya
sebagai kehidupan yang penuh tekanan.

Pada usia 12 tahun, Erich Fromm menyaksikan


seorang wanita muda, seorang sahabat keluarganya
yang cerdas dan cantik melakukan bunuh diri. Erich
Fromm sangat terguncang dengan peristiwa ini dan
kematiannya dianggap tidak ada akal. Dalam usia 14
tahun ketika terjadi perang dunia pertama, dengan
rasa kebencian, rasa cemas, ia menyaksikan orang-
142
orang Jerman dicambuki, saudara dan teman-
temannya yang lebih tua meninggal dalam parit-parit
perlindungan.68

Dari pengalaman-pengalaman yang


membingungkan, Erich Fromm mengembangkan
perhatiannya yang sangat besar terhadap masalah
fundamental kehidupan dan masyarakat. la mulai
belajar untuk memahami kodrat dan sumber dari
tingkah laku manusia yang irrasional, serta
merasakan pengaruh Perang Dunia I ini terhadap
kehidupan sosial, ekonomi, dan politik serta
memiliki perhatian yang sangat besar terhadap
kepribadian manusia.

Di Universitas Heidelberg, Erich Fromm


mempelajari psikologs, filsafat dan sosiologi. Dia
mempelajari karya-karya besar dari Herbert Spencer,
Karl Marx, Max Weber, Darwin dan Freud la
mendapat gelar Ph.D dan mengikuti pendidikan

68
Erich Fromm, Man for Himself, (New York: Holt, Rinehart and
Winston, 1947), hal. 29.
143
psikoanalisis Freud yang ortodoks di Munchen dan
Institut Fur Psycoanalyse di Berlin. Pada tahun 1925
in mulai praktek di bidang psikoanalisis sebagai
pengikut Sigmund Freud yang dinilainya
mengabaikan pengaruh-pengaruh faktor sosial-
ekonomi terhadap fikiran manusia. Pada tahun 1934
dia pergi ke Amerika Serikat dan menetap di sana.
Akan tetapi dia tidak disambut dengan baik oleh
kalangan pengikut psikoanalisis yang masih ortodoks
Erich juga mengembangkan teori tentang
kepribadian dalam bukunya yang sangat terkenal,
yaitu Escape from Freedom. Menurut pandangannya,
pria dan wanita selain memiliki keberadaan sosial
primer yang secara historis telah ditentukan, juga
memiliki kebutuhan manusia yang terbentuk sebelum
prosaes sosialisasi. Dia mengatakan, kita adalah
orang-orang yang harus menjadi sesuai dengan
keperluan-keperluan masyarakat di mana kita
hidup.69

69
Erich Fromm, The Sdane Society, (New York: Holt, Rinehart and
Winston, 1955), h. 148
144
Erich sangat aktif menulis buku, juga menempati
posisi akademik dan psikologi klinis dengan sangat
aktif dan produktif. Pada tahun 1962 ia menjadi
profesor dalam bidang psikiatri pada New York
University di New York City. Setelah pensiun di
Meksiko pada tahun 1965 is mengajar dan memberi
konsultasi di Amerika. Pada tahun 1976, Erich dan
istrinya pindah ke Switzerland dan pada tanggal 18
Maret 1980 Erich meninggal di Muralt,
Switzerland.70

B. 5 Kebutuhan Dasar Manusia Menurut Erich


Fromm

1. Kebutuhan Relasional (Need for Relatedness)


Pemuasan kebutuhan dengan menjalin
hubungan dengan orang lain sangat penting
untuk kesehatan psikologis. Ada berbagai cara
untuk menjalin hubungan dengan orang lain,
yakni ada yang bersifat konstruktif (sehat) dan

70
Erich Fromm, The Art of Loving, (New York: Harper and Row,
1956), hal. 421
145
destruktif (tidak sehat). Dalam relasi destruktif
bentuk simbotik pasif yang disebut masochism
dan simbotik yang aktif disebut sadism.
Masochism cenderung akan merasa aman
ketika dia tunduk kepada perintah orang lain,
dan sadism yakni orang yang mengatasi
masalah dengan mendominasi orang lain.
Adapun cara konstruktif (sehat) yakni
berhubungan dengan orang lain melalui cinta.
Untuk menjadi bagian dari sesuatu manusia
memerlukan makluk lain yang memberikan
perhatian dan mencintainya.71

2. Kebutuhan akan identitas (Need for Identity)


Kebutuhan ini berkaitan dengan
kebutuhan dalam menyadari dirinya sendiri,
manusia menyadari bahwa ia terpisah dengan
orang lain, manusia harus mampu membuat
keputusan dalam mengatasi segala hal dalam
hidupnya. Kebutuhan identitas menjadi

71
Erich Fromm, Man For Himself, IRCiSod, 2020
146
landasan manusia dalam mengontrol nasibya
sendiri.72

3. Kebutuhan akan Transedensi (Trancendence)


Kebutuhan akan transedensi adalah
dorongan untuk mengatasi ciptaan, eksistensi
yang aksidental dan pasif dengan menjadikan
diri sebagai pencipta, manusia menyadari
bahwa betapa menakutkan dan
menyeramkannya alam semesta yang luas ini.
Denagn demikian ia akan mudah dikalahkan
karna ia sendiri sadar akan kelemahannya dan
ketidakberdayaannya. Oleh karna itu manusia
harus mampu mengalahkan ketakutan dan
keragu-raguannya dalam mengahadapi segala
sesuatu yang membuatkan merasa tidak
berdaya.73
72
Heny Sholihah, I’anatus; Subandiyah, “KEPRIBADIAN MARXIAN
TOKOH UTAMA DALAM NOVEL SUNYI DI DADA SUMIRAH KARYA
ARTIE AHMAD ( KAJIAN PSIKOLOGI KEPRIBADIAN MARXIAN ERICH
FROMM ) I ’ Anatus Sholihah Heny Subandiyah Abstrak,” Bapala 9,
no. 6 (2022): 98–112.
73
Theguh Saumantri, “Konsep Manusia Dalam Teori Psikoanalisis
Humanis Dialektik Erich Fromm,” Sanjiwani: Jurnal Filsafat 13, no. 2
147
4. Keberakaran (Rootedness)
Kebutuhan keberakaran adalah kebutuhan
untuk memiliki ikatan-ikatan yang
membuatnya merasa nyaman didunia.
Kebutuhan untuk mengikat diri dengan
kehidupan. Setiap saat orang akan dihadapkan
dengan dunia baru, dimana dia harus tetap aktif
dan kreaktif mengembangkan perasaan
menjadi bagian yang integral dari dunia.
Sehingga dia akan merasa nyaman,aman, tidak
cemas berada didunia yang penuh ancaman.
Seseorang juga mampu membuat fiksasi yang
tidak sehat, yakni mengidentifikasi diri dengan
situasi, dan tidak mau maju untuk membuat
ikatan baru dengan lingkungan baru.74

5. Kesatuan (Unity)

(2022): 123–136.
74
Rifqi Mustopa and Rahimal Khair, “KEBUTUHAN EKSISTENSI
TOKOH UTAMA DALAM CERPEN ABU AR- Rī H KARYA HASAN
IBRAHIM NASHR ( Psikologi,” Lughatuna: Jurnal pendidikan dan
ilmu Bahasa Arab 8, no. 1 (2022): 43–57,
https://doi.org/10.31764/ljpb.v1i1.8130.
148
Kesatuan (Unity) adalah kebutuhan untuk
mengatasi eksistensi keterpisahan antara
hakekat binatang dan non binatang dalam diri
individu. Seseorang dapat mencapai kesatuan
dan memperoleh kepuasan jika hakekat
kemanusiaan dan kebinatangan bisa
didamaikan. Denagn berusaha menjadi
manusia seutuhnya, dengan berbagi cinta dan
kerjasama dengan orang lain.75

C. 5 Kepribadian Sosial Eric Fromm

Sebelum mengulas tentang teori kepribadian


sosial dari Eric Fromm, beberapa pengalaman yang
mempengaruhi pandangan Eric Fromm, yaitu pada
umur 12 tahun ia menyaksikan seorang wanita cantik
dan berbakat, sahabat keluarganya, bunuh diri.
Fromm sangat terguncang karena kejadian itu, tidak
ada seorang pun yang memahami mengapa wanita

75
Nanik Mujiati, Penyiaran Islam, and Sekolah Tinggi Agama, “Pola
Asuh Orang Tua Dalam Membentuk Kepribadian Anak Di Desa
Warugunung Kecamatan Pacet Kabupaten Mojokerto,” Jurnal Studi,
Sosial, dan Ekonomi 4, no. 2 (2023): 156–170.
149
tersebut memilih bunuh diri. Ia juga mengalami
sebagai anak dari orang tua yang neurotis. Ia hidup
dalam satu rumah tangga yang penuh ketegangan.
Ayahnya sering murung, dan khawatir, Ibunya jug
menderita depresi berat. Tampaknya Fromm tidak
dikelilingi oleh orang-orang yang sehat. Masa
kecilnya merupakan laboratorium hidup untuk
mengamati perilaku neurotik.

Peristiwa ketiga adalah pada usia 14 tahun,


Fromm menyaksikan serangan absurd terhadap
negara asalnya, Jerman, tepat ketika Perang Dunia I
pecah. Dia menyaksikan bahwa orang Jerman
terperosok ke dalam suatu fanatisme sempit, histeris
dan tergila-gila. Teman-teman dan kenalan-
kenalannya terpengaruh. Seorang guru yang sangat ia
kagumi menjadi seorang fanatik yang haus darah.
Banyak saudara dan teman-temannya yang
meninggal di parit-parit perlindungan. Ia heran
mengapa orang yang baik dan bijaksana tiba-tiba
menjadi gila. Dari pengalaman-pengalaman yang

150
membingungkan ini, Fromm mengembangkan
keinginan untuk memahami kodrat dan sumber
tingkah laku irasional. Dia menduga hal itu adalah
pengaruh dari kekuatan sosio-ekonomis, politis, dan
historis secara besar-besaran yang mempengaruhi
kodrat kepribadian manusia.76

Pokok dasar pemikiran Eric Fromm dalam


semua tulisannya adalah individu yang merasa
sendirian dan terisolasi karena terpisah dari alam dan
orang lain.77 Dalam bukunya Escape from Freedom,
dikatakan bahwa setiap masyarakat buatan, baik
berupa feodalisme, kapitalisme, fasisme, sosialisme,
dan komunisme, semuanya mewakili upaya manusia
untuk menyelesaikan konflik-konflik mendasar
manusia. Kontradiksi yang disebutkan adalah bahwa

76
Aldy al-Maqassary, "Eric From (Teori Psikologi Sosial)", di akses
pada 17 Oktober 2023
https://www.psychologymania.com/2010/05/erich-fromm-teori-
psikologi-sosial.html?m=1
77
Aldy al-Maqassary, "Eric From (Teori Psikologi Sosial)", di akses
pada 17 Oktober 2023
https://www.psychologymania.com/2010/05/erich-fromm-teori-
psikologi-sosial.html?m=1
151
manusia adalah bagian dari alam namun sekaligus
terpisah dari alam, baik sebagai hewan maupun
manusia. Sebagai hewan, manusia mempunyai
kebutuhan fisik tertentu yang perlu dipenuhi. Sebagai
manusia, manusia mempunyai kesadaran diri,
pemikiran dan imajinasi. Pengalaman khas manusia
meliputi perasaan kelembutan, cinta, kasihan, sikap
peduli, tanggung jawab, identitas, integritas,
kerentanan, transendensi dan kebebasan, serta nilai-
nilai dan standar.

Teori kepribadian sosial Erich Fromm


mengakui hipotesis transmisi budaya dalam
kaitannya dengan pembentukan kepribadian yang
khas atau kepribadian kolektif.78 Namun Fromm juga
mencoba menjelaskan fungsi sosio-historis tipe
kepribadian ini dalam kaitannya dengan budaya khas
dengan budaya objektif yang dihadapi masyarakat.
Untuk membentuk hubungan tersebut secara efektif,
78
Sainte Anastasie, "5 Tipe Kepribadian Menurut Eric Fromm", di
akses pada tanggal 17 Oktober 2023 dari https://id.sainte-
anastasie.org/articles/psicologia/los-5-tipos-de-personalidad-segn-
erich-fromm.html
152
masyarakat harus menerjemahkannya ke dalam unsur
kepribadian (sifat) masing-masing anggotanya agar
bersedia mencapai apa yang perlu dilakukan.

Eric Fromm menyebutkan dan menjelaskan ada


lima tipe karakter sosial yang ditemukan dalam
masyarakat dewasa ini79 , yakni:

1. Tipe Reseptif (mengharapkan dukungan dari


pihak luar)
Tipe reseptif ditandai dengan kebutuhan
terus-menerus untuk menerima persetujuan dan
pengakuan dari orang lain . Ciri yang paling
mencolok dari profil kepribadian ini adalah
dukungan yang mereka terima biasanya tidak
dibalas. Tidak ada masukan ke dalam
kehidupan orang lain, dan mereka juga tidak
berusaha memberikan bantuan dalam bentuk
yang sama. Mereka juga cenderung dicirikan

79
Sainte Anastasie, "5 Tipe Kepribadian Menurut Eric Fromm", di
akses pada tanggal 17 Oktober 2023 dari https://id.sainte-
anastasie.org/articles/psicologia/los-5-tipos-de-personalidad-segn-
erich-fromm.html
153
oleh keterampilan sosial yang buruk, kesulitan
dalam mengambil keputusan, dan terlalu
meremehkan potensi kemanusiaan mereka.

2. Tipe Eksploitasi (memaksa orang lain untuk


mengikuti keinginannya)
Di antara 5 tipe kepribadian, Erich Fromm
yakin tipe kepribadian ini adalah salah satu
yang paling umum. Ini mengacu pada jenis
profil yang menjalin hubungan dan hubungan
dengan orang lain hanya karena kepentingan
egois . Mereka melakukannya demi
keuntungan mereka sendiri dan, seperti yang
dikatakan Fromm, “untuk kepentingan
komersial”. Tipe eksploitatif bersedia
berbohong dan memanipulasi untuk
mendapatkan apa yang mereka butuhkan, dan
mereka berhasil dengan memusatkan perhatian
pada orang-orang yang memiliki harga diri
rendah untuk mengeksploitasi mereka.

3. Tipe Penimbunan (suka mengumpulkan dan


154
menimbun barang suatu materi)
Tipe kepribadian akumulator atau
penimbun mengacu pada orang-orang yang
tujuan satu-satunya adalah menghargai barang-
barang materi. Satu-satunya keinginan mereka,
yang mereka anggap sebagai kebutuhan, adalah
memiliki dan mengumpulkan lebih banyak
barang.

4. Tipe Pemasaran (suka menawarkan dan


menjual barang)
Di antara semua tipe kepribadian ini,
Erich Fromm berpendapat bahwa ini adalah
tipe kepribadian yang paling umum di
lingkungan kerja karena alasan yang jelas.
Mereka adalah orang-orang yang menjalin
hubungan dengan orang lain demi memperoleh
keuntungan finansial. Mereka adalah kontak
berdasarkan tujuan finansial atau komersial
yang jelas. Kontak komersial ini bertujuan
untuk membangun perbedaan status sosial, di

155
mana beberapa orang mencapai prestise dan
kekuasaan, sementara yang lain tunduk pada
hal-hal tersebut.

5. Tipe Produktif (karakter yang kreatif dan selalu


berusaha menggunakannya untuk suatu
kemajuan)
Tipe produktif adalah orang yang menyalurkan
seluruh usaha dan minatnya untuk menjadi
seseorang yang berkomitmen terhadap orang
lain. Pada dasarnya mereka adalah individu
yang mampu membangun hubungan yang
penuh kasih sayang, memuaskan dan bermakna
dengan teman sebayanya. Selain itu, mereka
memiliki pendekatan yang sangat sehat dalam
menghadapi emosi negatif dan tekanan atau
upaya pengendalian yang mungkin dilakukan
orang lain terhadap mereka.

D. Proposisi Hubungan Individu dengan Masyarakat


1. Manusia mempunyai kondrat esensial bawaan

156
2. Sistem masyarakat diciptakan oleh manusia
untuk memenuhi kodrat esennsial ini
3. Tidak satupun bentuk system masyarakat yang
pernah diciptakan berhasil memenuhi kebutuhan-
kebutuhan dasar eksistensi manusia
4. Eksistensi manusia akan sangat mungkin
menciptakan system masyarakat semacam itu.80

Fromm mengemukakan mengenai masyarakat


yang seharusnya yakni dimana manusia mampu
berhubungan satu sama lain dengan penuh cinta,
dimana ia berakar dalam ikatan-ikatan persaudaraan
dan solidaritas. Fromm memberikan suatu nama untuk
masyarakat yang sempurna yaitu Sosialisme
Komunitarian Humanistik. Masyarakat semacam ini,
setiap orang mempunyai kesempatan yang sama
sebagai manusia sepenuhnya.81

E. Rorschach Inkblot Method


80
Dwi Runjani Juwita, “Konsep Maqasid Al-Syariah Dalam Konteks
Game Online Di Masyarakat,” AL-MANHAJ: Jurnal Hukum dan
Pranata Sosial Islam 2, no. 1 (2020): 25–44.
81
Dede Rahmat Hidayat, Teori dan Apilikasi Psikologi Kepribadian
dalam Konseling, (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2015), 122
157
Tes Rorschach Inkblot adalah sebuah
penilaian psikologis proyektif dengan 10 bercak tinta
pada kartu, yang dirancang untuk menyelidiki
pikiran bawah sadar. Peserta tes diminta untuk
memberikan persepsi atau perspektif mereka pada
gambar-gambar bercak tinta yang ambigu yang
disajikan. Respons terhadap tes Rorschach biasanya
diberi skor berdasarkan lokasi benda yang dilihat,
jenis karakteristik stimulus yang ditekankan
(misalnya bentuk atau warna), dan isi persepsi
(misalnya hewan). Dari skor respon, psikolog
berupaya menggambarkan kepribadian subjek,
seringkali dengan membandingkan skor dengan
norma yang telah ditetapkan.82 Tes Rorschach
bukanlah tes yang mengukur seberapa besar
kepribadian seseorang, melainkan sebuah metode

82
Britannica, Editor Ensiklopedia. "Tes Rorschach". Ensiklopedia
Britannica, di publish pada 29 Agustus 2023, di akses pada tanggal
17 Oktober 2023 dari https:
//www.britannica.com/science/Rorschach-Test. Diakses 17 Oktober
2023.
158
untuk menghasilkan data yang menggambarkan
fungsi kepribadian. 83

Tes ini diperkenalkan pada tahun 1921 oleh


psikiater Swiss Hermann Rorschach yang mencapai
puncak popularitasnya pada tahun 1960 an, ketika
digunakan secara luas untuk menilai kognisi dan
kepribadian serta untuk mendiagnosis kondisi
psikologis tertentu.84

Bercak tinta Rorschach berbentuk simetris


dan memiliki sikap pengalaman-persepsi dasar
tertentu, yang menunjukkan aspek-aspek dari cara
subjek memandang dunia. Karya asli Rorschach
hanya menggunakan bentuk, warna, dan gerakan
sebagai penentu. Sistem penilaian Rorschach
umumnya mencakup konsep "faktor penentu", yang
83
Anwesha Mondal et al, Ind Psychiatry J, Rorschach inkblot test
and psychopathology among patients suffering from schizophrenia:
A correlational study, Vol 30, No (1), 2021, h. 127.
84
Britannica, Editor Ensiklopedia. "Tes Rorschach". Ensiklopedia
Britannica, di publish pada 29 Agustus 2023, di akses pada tanggal
17 Oktober 2023 dari https:
//www.britannica.com/science/Rorschach-Test. Diakses 17 Oktober
2023.
159
merupakan faktor-faktor yang berkontribusi dalam
membangun kesamaan antara noda tinta dan respons
konten subjek tentang hal tersebut.

Tes Rorschach unik karena merupakan tes


proyektif, yang berarti bahwa tes ini tidak memiliki
metode standar administrasi dan penilaian seperti
kebanyakan tes kepribadian. Tes Rorschach
dilakukan oleh psikolog profesional pada subjek
yang berusia antara 5 tahun hingga dewasa.85

Singkatnya, Tes Inkblot Rorschach adalah


penilaian psikologis proyektif dengan 10 bercak tinta
pada kartu, yang dirancang untuk menyelidiki
pikiran bawah sadar. Respons yang diberikan
direkam dan dianalisis menggunakan interpretasi
psikologis, yang dapat ditafsirkan dari berbagai
perspektif teoretis yang berbeda. Tes Rorschach unik
karena merupakan tes proyektif dan tidak memiliki

85
Irving B. Weiner, The Rorschach Inkblot Method (RIM) is not a
test: implications for theory and practice, Vol 62, No (3), 1994, hal.
375-378.
160
metode administrasi dan penilaian standar seperti
kebanyakan tes kepribadian.

Tes Tinta Rorschach, atau lebih dikenal


dengan Rorschach Inkblot Test, adalah tes proyektif
yang digunakan oleh psikolog untuk mengevaluasi
respons emosional dan kognitif seseorang terhadap
serangkaian cetakan tinta abstrak. Meskipun detail
spesifik dari gambar-gambar yang digunakan dalam
tes ini biasanya dilindungi oleh hak cipta, ada
beberapa contoh pola yang sering muncul dalam tes
Rorschach. Namun, penting untuk diingat bahwa
hasil tes ini harus dianalisis oleh seorang profesional
yang terlatih. Berikut adalah 10 contoh pola tinta
yang mungkin muncul dalam tes Rorschach86:

1. Gambar Tinta, cetakan besar yang terlihat


seperti dua orang berhadapan. Tes Gambar
Tinta, atau Rorschach Inkblot Test, adalah tes
86
Robert P Archer. Elizabeth M A Wheeler. The Rorschach Inkblot
Method. The Online Books Page. viewed 19 Oktober 2023 by
https://books.google.co.id/books?id=knisCp2P-
2sC&lpg=PA202&dq=info%3AYTfN_Z-PDAIJ%3Ascholar.google.com
%2F&lr&hl=id&pg=PA210#v=twopage&q&f=false
161
proyektif yang digunakan oleh psikolog untuk
mengevaluasi respons emosional dan kognitif
seseorang terhadap serangkaian gambar tinta
abstrak. Tes ini mencakup sejumlah gambar
tinta yang terbentuk secara acak. Partisipan
diminta untuk memberikan interpretasi
terhadap gambar-gambar tersebut, dan psikolog
kemudian menganalisis respons mereka untuk
mendapatkan wawasan tentang pikiran bawah
sadar dan keadaan emosional mereka. Tes
Gambar Tinta biasanya disusun oleh seorang
psikolog yang berkualifikasi, dan hasilnya
harus dianalisis dan diinterpretasikan oleh
profesional yang memiliki pengetahuan yang
mendalam tentang tes ini. Tes ini sebaiknya
tidak diartikan sendiri tanpa bimbingan
profesional yang tepat.
2. Orang Hantu, cetakan yang menyerupai sosok
manusia dengan jubah atau mantel. Tes Orang
Hantu (Ghost Figure Test) tidak merupakan tes
psikologis resmi atau terstandar yang
162
digunakan oleh psikolog atau konselor terlatih.
Namun, kadang-kadang tes semacam ini dapat
ditemukan dalam literatur populer atau buku-
buku kesehatan mental yang ditujukan untuk
hiburan atau eksplorasi diri. Tes Orang Hantu
biasanya melibatkan tugas sederhana di mana
seseorang diminta untuk melihat gambar-
gambar yang abstrak dan menemukan bentuk
manusia atau hantu dalam pola tersebut. Hasil
atau interpretasi dari tes semacam ini bersifat
sangat subjektif dan tidak memiliki validitas
atau reliabilitas ilmiah.
3. Kupu-kupu, cetakan yang simetris yang bisa
terlihat seperti sayap kupu-kupu. Tes Kupu-
kupu (Butterfly Test) adalah salah satu tes
proyektif yang kurang umum yang digunakan
dalam psikologi. Tes ini sering digunakan
sebagai alat proyektif dalam penilaian
psikologis, terutama dalam konteks terapi atau
konseling, untuk mendapatkan wawasan
tentang pikiran bawah sadar dan emosi
163
seseorang. Dalam tes ini, seseorang diminta
untuk menggambar atau menggambarkan
sebuah kupu-kupu. Psikolog kemudian
menganalisis gambar atau deskripsi ini untuk
mendapatkan pemahaman tentang kondisi
emosional atau psikologis individu tersebut.
Interpretasi tes ini dapat sangat bervariasi
tergantung pada pelaksana tesnya dan
bagaimana hasilnya dianalisis.
4. Semut, cetakan dengan garis-garis atau bagian-
bagian yang terlihat seperti semut yang
berjalan. Sama seperti Tes Kupu-kupu, tes
menggambar atau mendeskripsikan semut (Ant
Test) juga dapat digunakan sebagai tes
proyektif dalam penilaian psikologis. Dalam
tes ini, seseorang diminta untuk menggambar
atau mendeskripsikan sebuah semut. Psikolog
kemudian menganalisis gambar atau deskripsi
ini untuk mendapatkan wawasan tentang
kondisi emosional atau psikologis individu
tersebut. Tes semut atau tes proyektif lainnya
164
dapat memberikan pemahaman tambahan
tentang pikiran bawah sadar dan emosi
seseorang, tetapi tidak boleh diandalkan
sebagai satu-satunya metode penilaian. Penting
untuk melibatkan seorang profesional
kesehatan mental yang berkualifikasi untuk
mendapatkan penilaian yang akurat dan
bermanfaat mengenai kesejahteraan psikologis
seseorang.
5. Muka Manusia, cetakan yang terlihat seperti
profil wajah manusia. Tes menggambar atau
mendeskripsikan muka manusia (Face Drawing
Test) sering digunakan sebagai salah satu
bentuk tes proyektif dalam penilaian
psikologis. Dalam tes ini, seseorang diminta
untuk menggambar atau mendeskripsikan
wajah manusia. Psikolog kemudian
menganalisis gambar atau deskripsi tersebut
untuk mendapatkan pemahaman tentang
kondisi emosional atau psikologis individu
tersebut.
165
6. Hewan atau Burung, cetakan yang menyerupai
bentuk hewan atau burung tertentu, seperti
anjing, kucing, atau burung hantu. Tes
menggambar atau mendeskripsikan hewan atau
burung adalah bentuk tes proyektif yang
kadang-kadang digunakan dalam penilaian
psikologis. Dalam tes ini, seseorang diminta
untuk menggambar atau mendeskripsikan
hewan atau burung tertentu. Psikolog
kemudian menganalisis gambar atau deskripsi
tersebut untuk mendapatkan pemahaman
tentang kondisi emosional atau psikologis
individu tersebut.
7. Tangan atau Kaki, cetakan yang terlihat seperti
bentuk tangan atau kaki manusia. Tes
menggambar atau mendeskripsikan tangan atau
kaki adalah salah satu bentuk tes proyektif
yang kadang-kadang digunakan dalam
penilaian psikologis. Dalam tes ini, seseorang
diminta untuk menggambar atau
mendeskripsikan tangan atau kaki manusia.
166
Psikolog kemudian menganalisis gambar atau
deskripsi tersebut untuk mendapatkan
pemahaman tentang kondisi emosional atau
psikologis individu tersebut.
8. Aksesoris atau Pakaian, cetakan yang terlihat
seperti topi, sepatu, atau pakaian. Tes yang
melibatkan menggambar atau mendeskripsikan
aksesoris atau pakaian adalah bentuk tes
proyektif yang bisa memberikan wawasan
tentang pikiran bawah sadar dan preferensi
individu terhadap penampilan dan identitas
diri. Dalam tes ini, seseorang diminta untuk
menggambar atau mendeskripsikan aksesoris
seperti topi, kacamata, sepatu, atau pakaian
seperti baju atau gaun.
9. Lanskap, cetakan yang dapat diinterpretasikan
sebagai pemandangan alam, seperti gunung,
sungai, atau hutan. Tes menggambar atau
mendeskripsikan lanskap adalah bentuk tes
proyektif yang melibatkan instruksi kepada
individu untuk menggambar atau
167
menggambarkan suatu lanskap atau
pemandangan alam. Dalam konteks terapi atau
konseling, tes semacam ini dapat membantu
membuka dialog tentang perasaan,
kekhawatiran, atau konflik yang mungkin sulit
diungkapkan oleh individu secara verbal.
10. Bentuk Geometris, cetakan yang terlihat seperti
bentuk geometris abstrak, seperti segitiga,
lingkaran, atau garis-garis. Tes yang
melibatkan pengenalan atau manipulasi bentuk
geometris adalah bentuk tes kognitif yang
digunakan untuk mengukur kemampuan
kognitif individu dalam memahami dan
memanipulasi bentuk dan ruang. Tes semacam
ini sering digunakan dalam konteks pendidikan
atau penilaian psikologis, terutama dalam
pengukuran kemampuan matematika dan
pemahaman spasial.

168
169
BAB 7
Pemahaman Terhadap Teori Trait dan
Keunikan Individu (Gordon Allport)

170
A. Dasar-dasar teori TTKI
Gordon Allport adalah seorang psikolog yang lahir di
Montezuma, Indiana, pada 11 November 1897.
Ayahnya, John E. Allport, adalah seorang pengusaha
yang kemudian memutuskan menjadi seorang dokter,
dan Ibunya, Nellie Wise Allport, adalah seorang guru.
Gordon Allport adalah orang yang menekankan
tentang keunikan individu. Allport tidak setuju dengan
teori psikoanalitik. Menurutnya, manusia biasa adalah
makhluk rasional yang terutama diatur oleh motif
kesadarannya yang berakar pada masa kini dan masa
depan, bukan pada waktu di masa lalu. Prinsip dasar
perilaku adalah gerak terus menerus. Oleh karena itu,
gagasan pokok sikapnya berkaitan dengan motivasi yang
menggerakkan orang. Alur kerja terdiri dari elemen tetap
(trait) dan elemen yang berubah-ubah.
Kepribadian adalah organisasi dinamik dalam sistem
psikofisik individu yang menentukan penyesuaiannya
yang unik dengan ingkungannya. Definisi kepribadian
ini mempumyai 3 unsur pokok:
1. Dynamic organization
171
Digunakan untuk menggabungkan dua pengertian,
Sifat manusia berkembang dan berubah setiap saat,
dan dalam diri manusia terdapat pusat organisasi
yang menerima segala aspek kepribadian yang
saling berhubungan.
2. Psychophysical systems
Menunjukkan bahwa manusia bukan sekedar
khayalan (oleh pengamatnya) melainkan suatu
fenomena nyata yang mencakup aspek psikologis
dan neurologis, serta saling berhubungan dalam
kesatuan manusia.
3. Determine
Menegaskan bahwa kepribadian adalah sesuatu
dan melakukan sesuatu, bukan sekedar gagasan
yang mendefinisikan perilaku seseorang tetapi
merupakan bagian dari diri seseorang yang
berperan aktif dalam perilaku orang tersebut.

Menurut Allport, struktur kepribadian


manusia tercermin dalam sifat (traits) dan dinamika
kepribadian di dorong juga oleh traits. Oleh karena
itu, struktur dan dinamika kepribadian itu sama.
172
Berdasarkan hal tersebut, banyak orang menyebut
teori Allport sebagai “trait psychology”. Dalam teori
Allport, keadaan trait dapat dibandingkan dengan
keadaan kebutuhan dalam teori Murray, atau libido
dalam teori Freud.

Traits adalah suatu proses mental/neuropsikis


menyeluruh yang dapat mengarahkan rangsangan
yang akan menimbulkan perubahan tingkah laku atau
ekspresi. Penekanannya ada pada individu dan
kesimpulannya tidak hanya pada sejumlah kecil
impuls atau reaksi yang berkaitan dengan keinginan,
namun pada pribadi secara keseluruhan. Istilah
"sistem neuropsikis" menunjukkan jawaban Allport
yang meyakinkan terhadap pertanyaan apakah
"Traits" benar-benar ada dalam individu.

Allport tidak setuju dengan teori psikoanalitik.


Menurutnya, manusia biasa adalah makhluk rasional
yang terutama diatur oleh motif kesadarannya yang
berakar pada masa kini dan masa depan, bukan pada
waktu di masa lalu. Prinsip dasar perilaku adalah

173
gerak terus menerus. Oleh karena itu, gagasan pokok
sikapnya berkaitan dengan motivasi yang
menggerakkan orang. Alur kerja terdiri dari elemen
tetap (trait) dan elemen yang berubah-ubah.
Allport membedakan antara ciri umum dan ciri
individu:
1) Trait umum adalah ciri-ciri yang dimiliki oleh
banyak orang yang digunakan untuk
membandingkan orang- orang dari latar belakang
budaya yang berbeda. Sekelompok orang lebih
terbuka atau sopan dibandingkan kelompok
lainnya. Asumsi yang mendasari ciri ini adalah
kesamaan antara pembangunan dan pengaruh
sosial.
2) Trait individu merupakan manifestasi dari trait
umum pada diri seseorang, sehingga selalu
spesifik pada orang tersebut, struktur neuropsik
yang mengarahkan, membimbing dan mendorong
perilaku adaptif yang khas. Ciri unik ini secara
akurat menggambarkan struktur kepribadian
seseorang.

174
3) Menurut Allport, pentingnya membedakan kedua
jenis karakteristik ini lebih berkaitan dengan
perbedaan kinerja penelitian. Pendekatan
nomotetik mengkaji manifestasi sifat yang sama
pada orang yang berbeda, dan pendekatan
idiografik mengkaji satu orang untuk menentukan
apa yang disebut Allport: "pola unik individual".

B. Struktur dan dinamika kepribadian


1. Trait
Trait merupakan suatu struktur neurospikik yang
memiliki kemampuan untuk menjadikan banyak
simuli berfungsi ekuivalen, dan memulai serta
membimbing bentuk-bentuk tingkah laku yang
adaptif dan ekspresif. Allport menjelaskan sifat-
sifat traits yabf terpenting sebagai berikut:
a) Real
Trait bukan konsep abstrak akan tetapi objek
yang nyata yakni neuropshic structure yang
nantinya neurofisiologi akan menjelaskan
berlangsungnya proses integrasi,
175
penjembatan dan tahap urutan yang
berhubungan dengan kontrak hipotetik kita
sekarang ini.
b) Render many stimuli fynctionally equivalent
Yang berarti bahwah trait itu menetapkan
seseorang untuk memandang berbagai
stimulus memiliki arti yang sama dan
merespon stimuli itu dengan tingkah laku
yang hampir sama.
c) Dynamic atau determinative in behavior
Traits bukan dorongan asli dari tingkah laku,
suatu stimulus, ekternal atau internal harus
mengawali beroprasinya trait.
Tenaga dorongan trait tidak sama, ada
yang peran dorongannya lebih kuat dari yang
lain. Traits yang kuat memiliki kekuatan
dorongan untuk mengawali tingkah laku,
menuntun orang untuk mencari stimulus
yang sesuai sehingga dapat menampung
ekspresi traitsnya. Traits yang lemah hanya
berperan untuk menuntun tingkah laku yang
176
siap bergerak.
d) Empirical
Traits dapat disimpulkan melalui berbagai
pembuktian empiric yaitu sebagai berikut:
 Pertama, traits disimpulkan dari
terjadinya tingkah laku berulang kali
yang memiliki arti yang sama mengukuti
rentangan stimulus tertentu yang memiliki
arti personal yang sama.
 Kedua, traits disimpulkan berdasarkan
ketetapan tingkah laku seseorang.
 Ketiga, traits disimpulkan dari jawaban
atau memilih suatu kegiatan yang muncul
sebagai stimuli kuesioner.
e) Relatively independet traits
Traits dapat dikenali bukan karena
kemandiriannya yang kukuh akan tetapi dari
kecenderungannya di seputar operasi
pengaruhnya. Tingkah laku dari traits satu
jjuga dipengaruhi dengan traist lainnya,
saling tumpang tindih tanpa batas yang jelas.
177
Misalnya, orang yang memiliki trait
optomistik mungkin juga memiliki traits
ostrichism (kecenderungan menghindari
kesulitan dengan mengabaikan masalah itu).
Hal ini menjadikan susah untuk menentukan
apakah seseorang tetap tersenyum ketika
menghadapi suatu masalah karena dia
optimistik atau karena dia ostrichism yang
lari dari kenyataan.
2. Personal disposition
Personal disposition memiliki tingkat generalita
yang berbeda-beda, ada yang mempengaruhi
tingkah laku seseorang secara umum adapula
yang mempengaruhi tingkah laku tertentu saja.
Ada tiga tingkatan disposisi:
a) Cardinal disposition
Sangan umum sehingga hampir semua tingkah
laku tercemin pada orangbyang memilikinya.
Misalnya seseorang yang suka memanipulasi
orang lain, berkenaan dengan need dan interest
diri yang kuat dan terus-menerus.
178
b) Central dispositions
Kecenderungan yang menjadi ciri khas
seseorang. Biasanya seseotrang akan di cirikan
dengan 5-10 cenrtal disposition. Misalnya
gambaran hamlet dicirikan dengan
instropektif, obsesif, melancoly, depresif,
pendendam, dramatik, dan peragu.
c) Secondary disposition
Semakin tidak umum dan kurang dalam
mengambarkan epribadian seseorang.
Misalnya, orang yang biasanya sabar menjadi
marah meledak-ledak ketika seseorang
menghina kelompok etnik penyabar itu.
3. Hubungan antara traits, habit, attitudes, dan type
Traits, habit, dan attitude semuanya predisposisi,
mereka bisa menjadi unik, mereka semua
merupakan hasil dari faktor genetik dan belajar,
dan masing-masing mungkin mengawali atau
menuntun tingkah laku. Ketiganya saling
berbeda, dan berbeda pula dengan type.
Traits merupakan hasil kombinasi dari dua habit
179
atau lebih. Habit seperti yang menjadi penentu
kecenderungan, namun traits lebih umum, dapat
dipakai dalam lebih banyak situasi dan
memunculkan lebih banyak variasi respon.
Attitude berada diantara traits dan habit,
karena attitude lebih umum dibanding habit
tetapi kurang umum dibanding traits.
Attitude terdiri dari mulai yang sangat spesifik
sampai dengan yang sangat umum, sedangkan
traits selalu umum. Attitude berbeda dengan
habit dan traits dalam hal sifatnya yang lebih
evaluativ.
Type adalah kategori nometik yang memeiliki
konsep lebih luas dibanding dengan ketiga
konsep diatas. Konsep ini bahkan bisa dikatakan
telah merangkumketiga konsep yang lain,
menggambarkan kombinasi traits, habit, dan
attitude yang secara teoritik dapat ditemuimpada
diri seseorang. Namun apabila kita menganalisi
seseorang dalam hal typenya, kita kehilangan
pengamatan mengenai sifat keunikannya.
180
4. Motivation: Functional Autonomy
Yang menjadi pembeda pada teori motivasi yang
dimiliki oleh Allport adalah penolakannya
terhadap masalalu sebagai faktor penting
motivasi dab pendapatnya yang kuat mengenai
pentingnya proses kogtinif seperti tujuan dan
rencana, dalam motivasi dewasa.

Manusia pada mulanya merupakan makhluk yang


sadar dan rasional yang berperilaku berdasarkan
apa yang diharapkan dapat dicapainya, bukan
berdasarkan keinginan sederhana atau
berdasarkan pengalaman traumatik yang terjadi
di masa lalu. Indikator terbaik mengenai apa yang
dilakukan oleh seseorang dimasa sekarang juga
dimasa mendatang merupakan rencana dan tujuan
orang tersebut.

Motif primitif mungkin berlaku pada bayi, namun


ketika sudah dewasa akan terjadi perubahan
karena motif yang menuntun tungkah laku pada
bayi sangat berbeda total dengan motif yang
menuntun tingkah laku orang dewasa. Menurut
181
Allport ada dua tingkat otonom fungsional, yaitu
sebagai berikut:
a. Perseverative functional autonomy
Yaitu suatu perbuatan yang di ulang-ulang,
yang telah menjadi kebiasaan serta rutinitas
sehari-hari dan dilakukan dengan rutin.
b. Propriate functuinal autonomy
Cenderung melakukan sesuatu tergantung
minat yang dipelajari, nilai-nilai, sentimen,
tujuan, motof-motif pokok, disposisi pribadi,
gambaran dini dan gaya hidup. Prinsip kerja
propriate autonomy adalah:

 Mendorong munculnya motif untuk


menggunakan energi yang tersedia agar
tidak digunakan oleh motive distruktif
 Mendorong seseorang untuk menjadi
lebih baik lagi, berprestasi, lebih efisisen,
lebih menguasai, serta lebih berkompeten
 Memilih motif yang alurnya sesuai
dengan self, dalam usaha memperoleh
konsistensi dan integrasi kepribadian.
182
Perkembangan autonomi fungsional bukanlah
suatu hal yang mudah untuk menentukan
bagaimana otonomi fungsional berkembang,
karena pengetahuan mengenai proses neirolog
yang masih terbatas karena tidak terdapat teori
mengenai hakekat manusia yang konsisten.
Allport mengemukakan bahwa otonomi
fungsional berkembang karena hal tersebut
merupakan inti hakekat tujuan manusia.
Manusia selalu hidup dalam proses menjadi
kesatuan. Seseorang tidak pernah mencapai
pada kesatuan tetapi akan berada pada tingkat
kesatuan tertentu.

Fenomena kesatuan mungkin dapat kita lihat


pada tingkah laku seorang bayi yang
merespon ransangan secara umum atau tidak
merespon sama sekali. Sumber kekuatan
tgerpenting untuk mencapai kesatuan adalah
propriate fungction yaitu usaha mencapai
tujuan yang membentuk kepribadian.

c. Proprium atau milik


183
Proprium merupakan aspek kepribadian yang
teoritisi lain memberi nama self atau ego. Arti
proprium dapat dipahami dengan mudah dari
bentukan adjektif propriate yang berasal dari
kata appropriate. Proprium merupakan hakekat
kemanusiaan yaitu kualitas positif, kreatif,
keinginan untuk berkembang dan bergerak
maju. Proprium merupakan self sebagai objek
yaitu kumpulan dari tujuh aspek yang
berkembang sejak lahir sampai dewasa.

Sedangkan self sebagai yang paling tahu


bukan bagian yang terpisah dari kepribadian,
inti atau pusat yang mengatur, mengorganisir,
dan menjalankan sistem kepribadian. Self
bukan kepribadian dalam kepribadian yang
tidak dapat dipelajari tetapi proprium adalah
unsur yang sifatnya menyatukan kepribadian
dan fungsinya menjadikan kepribadian
seserang menjadi unik.

Oleh karena itu Allport memakai kata

184
proprium yang lebih mudah untuk dipahami
sebagai sifat atau fungsi kepribadian secara
umum.
C. Perkembangan kepribadian
Menurut Allport perkembangan kepribadian
manusia akan selalu berubah-ubah seiring
berjalannya waktu. Tiga fase perkembangan Allport
adalah:
1. Masa anak-anak
Masa ini dimulai dari masa nonatus yang menjadi
awal perkembangan dari kepribadian anak. Pada
masa perkembangan ini anak mulai melakukan
gerakan refleks yang belum bisa dibedakan.
Ekspresi emosi anak pada masa ini cenderung
monoton dan akan mengalami perkembangan
sesuai dengan masa yang dilewatinya.
2. Masa Transformasi anak-anak
Pada masa ini, perkembangan kepribadian
seseorang akan terlihat dari: diferensiasi,
integrasi, permatangan, belajar, kesadaran
(sugesti), harga diri, inferioritas ataupun
185
kompensnsi, mekanisme psikoanalitis, otonomi
fungsional, reoritasi mendadak trauma,
objektivitas, insting, humor, pandangan hidup.
3. Masa Dewasa
Merupakan masa terpenting dalam perkembangan
kepribadian sesorang. Masa-masa ini sangat
menentukan bentuk kepribadian seseorang
melalui tingkah laku yang ditujukannya. Menutut
Allport, seseorang dikatakan dewasa jika:
a) Mulai bisa memproyeksikan kebutuhannya
tidak hanya untuk masa sekarang tapi untuk
masa yang akan datang (extension self).
b) Mulai mengenal apa yang diinginkannya dan
yang menjadi kebutuhannya serta mengerti
akan hal-hali yang bisa memberikan
kesenangan pada dirinya (insight & humor).

c) Mengerti arti dan tujuan hidup yang


dijalaninya mulai memiliki pendangan hidup
atau filsafat hidup yang dipertahankan.
Pada masa perkembangan kepribadian unsur
religius menjadi unsur yang sangat penting untuk
186
membentuk kepribadian seseorang.
Menurut Allport, jika seseorang memiliki
proprium yang berkembang dengan baik dan
memiliki disposisi yang adaptif (keunikan
individu dengan individu lainnya), berarti ia telah
mencapai tahap kedewasaan psikologis (orang
yang kesehatan mentalnya terjaga).
Tujuh tanda seseorang yang memiliki
kedewasaan psikologis:
1) Memiliki perluasan diri yang jelas dan
spesifik
2) Memiliki teknik dan cara-cara tertentu agar
pergaulannya dengan orang lain dapat lancar
dan baik (misalnya kepercayaan, empati.
kejujuran, toleransi)
3) Memiliki kestabilan emosional dan
menerima diri sendiri
4) Memiliki pendapat yang realistis
5) Memfokuskan perhatian pada masalah dan
mengembangkan kemampuan untuk
memecahkannya
187
6) Mampu melihat diri sendiri secara objektif
yaitu menilai perilaku sendiri dan mampu
"menertawakan diri sendiri"
7) Memiliki filsafat hidup yang utuh, termasuk
orientasi nilai yang partikular, sentimen
keagamaan yang terdifferensiasi, dan
kesadaran yang terpersonalisasi.

188
BAB 8
Kepribadian dalam Sudut Pandang Teori
Humanisme dan Holisme Abraham Maslow

189
A. Dasar-Dasar Teori Humanisme Holisme
Abraham Maslow memandang manusia dengan
optimis, memiliki kecenderungan alamiah untuk
bergerak menuju aktualisasi diri. Manusia memiliki
kebebasan untuk berkehendak, memiliki kesadaran untuk
memilih serta memiliki harapan meskipun manusia juga
memiliki kemampuan jahat dan merusak. Namun bukan
merupakan esensi dasar dari manusia.
Maslow percaya bahwa kesempurnaan manusia
tidak akan tercapai, tetapi meyakini bahwa manusia
mampu untuk terus tumbuh dan berkembang dengan luar
biasa. Manusia mempunyai potensi untuk menjadi
aktual, tetapi kebanyakan manusia akan berjuang dalam
hidupnya untuk memperoleh makanan, rasa aman,
ataupun cinta.
Maslow pada awalnya merupakan pengikut setia
John Watson, sehingga dapat dimasukkan dalam
kelompok behavioris. Namun, kemudian ia menyadari
bahwa behaviorisme dan psikoanalisis yang
mengembangkan teori berdasarkan penelitian Binatang
dan orang neurotic, tidak behasil mengungkap keajaiban
190
nilai-nilai kemanusiaan. Abraham Maslow akhirnya
menjadi orang pertama yang memproklamirkan aliran
humanistik sebagai kekuatan ketiga setelah psikoanalisis
dan behaviorisme. 87
Humanisme menegaskan adanya keseluruhan
kapasistas martabat dan nilai kemanusiaan untuk
kesadaran diri (self-realization). Humanisme menentang
pesimisme dan keputus-asaan pandangan psikoanalitik
dan konsep hubungan behavioristik. Humanisme yakin
bahwa manusia memiliki potensi untuk berkembang
sehat dan kreatif dalam dirinya.
Pandangan humanisme dalam kepribadian
menekankan hal-hal berikut:88
a. Holisme
Holisme menegaskan bahwa organisme selalu
bertingkah laku sesuai kesatuan yang utuh, bukaj
sebagai rangkaian bagian/ komponen yang berbeda.
Jiwa dan tubuh merupakan dua unsur dalam satu
87
Dede Rahmat Hidayat, Psikologi Kepribadian Dalam Konseling,
(Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2011), hal. 195-196
88
Hamim Rosyidi, Psikologi Kepribadian (Paradigma Traits,
Behavioristik, dan Humanistik), (Surabaya: Jaudar Press, 2015), hal
96-99
191
kesatuan dan tidak terpisah, dan apa yang terjadi di
satu bagian akan mempengaruhi bagian yang lain.
Hukum inilah yang mestinya ditemukan agar dapat
memahami berfungsinya tiap-tiap komponen.
Pandangan holistik dalam kepribadian adalah
kepribadian normal ditandai oleh unitas, integrasi,
konsisitensi, koherensi. Organisasi adalah keadaan
normal, dan disorganisasi berarti patologik.
b. Menolak riset binatang
Psikologi humanistik menekankan perbedaan
antara perilaku manusia dengan perilaku Binatang.
Riset Binatang memandang manusia sebagai mesin
dan mata rantai refleks-kondisioning. Mereka
mengabaikan karakteristik manusia yang unik seperti
ide, nilai-nilai, keberanian, cinta, humor, cemburu,
dosa, ilmu, puisi, dan hasil kerja berfikir lainnya.
c. Manusia pada dasarnya baik, bukan setan
Menurut Maslow, manusia memiliki struktur
psikologi yang analog dengan struktur fisik:
memiliki kebutuhan, kemampuan, dan
kecenderungan yang sifatnya genetic. Beberapa sifat
192
menjadi ciri umum kemanusiaan, dan beberapa sifat
lainnya menjadi ciri individual. Kebutuhan,
kemampuan, dan kecenderungan itu secara esensial
merupakan sesuatu yang baik atau netral dan bukan
sifat setan.
d. Potensi Kreatif.
Kreativitas merupakan ciri universal manusia,
sejak dilahirkan. Kreativitas adalah potensi semua
orang, yang tidak memerlukan bakat dan
kemampuan yang khusus. Namun, sayangnya banyak
orang justru kehialnagn kreativitas ini karena proses
pembudayaan. Termasuk didalamnya pendidikan
formal yang menuntut keseragaman berpikir pada
semua siswanya.
e. Menekankan Kesehatan psikologik
Pendekatan humanistik mengarahkan pusat
perhatiannya kepada manusia sehat, kreatif, dan
mampu mengaktualisasi diri. Teori psikoanalisis
tidak komprehensif karena didasarkan pada tingkah
laku abnormal atau sakit. Maslow berpendapat
bahwa penelitian terhadap orang lumpuh dan
193
neurotik hanya akan menghasilkan psikologi
“lumpuh”. Karena itu dia justru meneliti orang yang
berhasil merealisasikan potensi secara utuh, memiliki
aktualisasi diri dan memakai sepenuhnya bakat,
kapasitas dan potensinya.
B. Motivasi
Maslow menyusun teori motivasi manusia,
dimana variasi kebutuhan manusia diapandang tersusun
dalam bentuk hirarki. Maslow menggunakan piramida
sebagai peraga untuk memvisualisasi gagasannya
mengenai teori hirarki kebutuhan. Teori motivasi
Abraham Maslow merupakan teori hierarki kebutuhan
yang berhasil menjabarkan lima tingkatan kebutuhan,
dimana masing-masing tingkatan akan diperoleh jika
tingkatan sebelumnya telah (relatif) terpenuhi.
Teori Maslow memberi kesimpulan yang dapat
diambil yaitu pemenuhan kebutuhan secara bertahap.
Maslow mengasumsikan bahwa manusia akan mulai
memenuhi tibgkat kebutuhannya dari tingkat terendah
yaitu fisiologis sampai ke tingkat paling atas yaitu
aktualisasi diri. Semakin tinggi tahap yang ingin
194
dilewati, makan akan semakin sulit tantangan yang
dilalui. Apabila kebutuhan seseorang sangat kuat, maka
akan sangat kuat pula motivasi orang tersebut
menggunakan perilaku yang mengarah pada pemuasan
kebutuhannya.
Teori motivasi Maslow ini berguna untuk
memberikan argument yang kuat dalam penggunaan
struktur kebutuhan sebagai penggertak motivasi manusia
secara menyeluruh. Inilah yang menjadi ciri khas
pemikiran Maslow sebelum ada teori filsafat manusia
tentang kebutuhan manusia.89
C. Hirarki Needs
Maslow membagi hierarki kebutuhan membagi
hierarki kebutuhan dalam lima tingkat dasar ytaitu:
a. Kebutuhan fisiologis (physiological needs)
Kebutuhan fisik adalah paling mendasar
dan paling mendominasi kebutuhan manusia.
Umumnya kebutuhan bersifat homeostatik (usaha
menjaga keseimbangan unsur-unsur fisik).

89
Seto Mulyadi, dkk. Psikologi Kepribadian, (Jakarta: Penerbit
Gunadarma, 2016), hal, 85
195
Kebutuhan ini lebih bersifat biologis seperti
oksigen, makanan, air, tempat tinggal, tidur/
istirahat dan sebagainya. Kebutuhan fisiologis ini
sangat kuat, dalam keadaan absolut (kelaparan
dan kehausan), semua kebutuhan akan
ditinggalkan dan manusia akan mencurahkan
semua kemampuannya untuk memenuhi
kebutuhan ini.90
b. Kebutuhan rasa aman (safety needs)
Ketika kebutuhan fisiologis terpenuhi,
maka kebutuhan terhadap rasa aman akan muncul
sebagai dominan berikutnya. Kebutuhan rasa
aman ini seperti stabilitas, proteksi, struktur
hukum, keteraturan, batas, kebebasan dari rasa
takut dan cemas. Kebutuhan fisiologis adalah
pertahan hidup jangka pendek, sedangkan
keamanan adalah pertahanan hidup jangka
panjang.

90
Siti Muazaroh & Zubaidi, “Kebutuhan Mnausia Dalam Pemikiran
Abraham Maslow”, Jurnal al-Mazahib Vol. 7, No. 1, Juni-2019, hal.
23
196
Safety needs muncul sejak bayi, dalam
bentuk menangis dan berteriak karena perlakuan
yang kasar atau dirasa sebagai sumber bahaya.
Anak akan lebih aman berada dalam suasana
keluarga yang teratur, terencana, terorganisir, dan
disiplin. Peristiwa pertengkaran orangtua
(pemukulan, adu mulut), perceraian, dan
kematian membuat lingkungantidak stabil
sehingga anak akan merasa tidak aman.
c. Kebutuhan kepemilikan dan cinta (belongingness
and love needs)
Setelah kebutuhan fisiologis dan rasa
aman relatif terpuaskan, maka kebutuhan
memiliki atau menjadi bagian dari kelompok
sosial dan perasaan cinta menjadi dominan.
Maslow menolak pandangan Freud bahwa cinta
adalah sublimasi dari insting seks. Menurut
Maslow, cinta tidak sinonim dengan seks.
Menurut Abraham Maslow, cinta adalah
hubungan sehat sepasang manusia yang
melibatkan perasaan saling menghargai,
197
menghormati, dan mempercayai. Dicintai dan
diterima adalah sebuah jalan menuju perasaan
yang sehat dan berharga. Begitu pula sebaliknya,
tanpa cinta akan menimbulkan kesia-siaan,
kekosongan, dan kemarahan.
Ada dua jenis cinta (dewasa) yakni
Deficiency (D-Love) dan Being (B-Love). D-
Love kebutuhan karena kekurangan, yaitu
seseorang yang mencintai sesuatu yang tidak
dimilikinya, seperti self-esteem, seks, atau
seseorang yang membuat dirinya menjadi tidak
sendirian. Sedangkan B-Love didasarkan pada
penilaian mengenai orang lain apa adanya, tanpa
keinginan mengubah atau memanfaatkan orang
itu. Cinta yang tidak berniat memiliki, tidak
memengaruhi, dan bertujuan memberi orang lain
perasaan dicintai, gambaran diri positif,
penerimaan diri, dan membuka kesempatan orang
itu untuk berkembang.91
91
Hamim Rosyidi, Psikologi Kepribadian (Paradigma Traits,
Behavioristik, dan Humanistik), (Surabaya: Jaudar Press, 2015), hal.
105-107
198
d. Kebutuhan untuk dihargai (Self-esteem needs)
Ketika kebutuhan dicintai dan mencintai
relative terpuaskan, motivasi harga diri menjadi
dominan. Ada 2 jenis self-esteem:
1. Self-respect: Kebutuhan kekuatan,
kepercayaan diri, prestasi, kemandirian.
Manusia butuh tahu bahwa dirinya berharga
dan mampu menguasai tugas dan tantangan-
tantangan hidup.
2. Respect from others: Kebutuhan prestise,
penghargaan diri dari orang lain, status,
ketenaran, menjadi penting, kehormatan,
apresiasi, dan diterima. Manusia butuh tahu
bahwa dirinya dikenal dan dinilai baik oleh
orang lain.
Kepuasan terhadap kebutuhan ini
menimbulkan perasaan berharga, mampu,
berguna dan penting di dunia ini serta timbulnya
sikap percaya diri. Sebaliknya, frustasi kebutuhan
self-esteem menimbulkan perasaan dan sikap

199
inferior, canggung, lemah, pasif, bergantung,
penakut, dan rendah diri.
e. Kebutuhan aktualisasi diri (Self-actualization)
Setelah semua kebutuhan dasar terpenuhi,
muncullah kebutuhan aktualisasi diri. Kebutuhan
ini menjadi puncak tertinggi pencapaian manusia
setelah seluruh kebutuhan sebelumnya telah
terpuaskan. Pencapaian aktualisasi diri ini
berdampak pada kondisi psikologi yang
meninggi pula seperti perubahan persepsi, dan
motivasi untuk selalu tumbuh dan berkembang.
Kebutuhan untuk menjadi seseorang yang
mampu menggunakan seluruh bakat dan
potensinya secara maksimal.
D. Aktualisasi Diri
Telah disebutkan bahwa sifat-sifat dasar atau
potensi manusia adalah baik. Genetik yang baik juga
memiliki jalur perkembangan yag sehat dan dikehendaki,
yaitu aktualisasi diri dari potensi individu. Maslow
menggambarkan manusia yang sudah
mengaktualisasikan diri sebagai orang yang sudah
200
terpenuhi semua kebutuhannya dan melakukan apapun
yang bisa mereka lakukan. Maslow mendefinisikan
pengalaman puncak (experience peak) sebagai saat-saat
tatkala dunia tampak utuh dan orang itu merasa selaras
dengannya. Pengalaman puncak selalu melekat dalam
diri kita dan mengubah persepsi kita mengenai dunia
agar menjadi lebih baik lagi. Bagi sebagian orang
pengalaman puncak diasosiasikan dengan agama, tetapi
bisa juga tercetus melalui seni, musik dan momen-
momen yang memerlukan pengambilan resiko.

Maslow tidak menyamakan aktualisasi diri


dengan kesempurnaan. Orang-orang yang bisa
mengaktualisasikan diri pada dasarnya hanya memenuhi
potensi dirinya sendiri. Dengan demikian, seorang bisa
saja menjadi tolol, boros, sombong dan tidak sopan
sekaligus, tetapi masih tetap bisa mengaktualisasikan
dirinya. Orang yang mampu mencapai aktualisasi hanya
kurang dari satu persen, sebab tak banyak dari kita yang

201
bisa memenuhi semua kebutuhan yang lebih rendah
dalam hierarki.92
Ciri-ciri individu yang mencapai aktualisasi diri
sebagai berikut:
a. Orientasinya realistik, memandang realita
secara efisien
b. Menerima diri, orang lain, dan alam sekitar
apa adanya
c. Spontan, sederhana, dan alami
d. Lebih problem-centered daripada self-
centered
e. Berpendirian kuat dan membutuhkan privasi
f. Otonomi dan bebas dari kultur dan
lingkungan
g. Memahami orang dan sesuatu secara segar
dan tidak stereotip
h. Memiliki pengalaman mistikal atau spiritual
walaupun tidak harus religius

92
Matt Jarvis, Teori-Teori Psikologi: Pendekatan Modern Untuk
Memahami Perilaku, Perasaan dan Pikiran Manusia (Bandung: Nusa
Media, 2010), 97
202
i. Mengenal harkat kemanusiaan, memiliki
minat sosial
j. Cenderung memiliki hubungan akrab dengan
sedikit orang tercinta alih-alih hubungan
renggang dengan orang banyak
E. Organisme Kepribadian
1. Personality Syndrom
Unit utama dari kepribadian adalah
personality syndrome: Struktur, Organisasi, dan
saling hubungan sejumlah sifat yang muncul
dalam diri seseorang. Personality syndrome
adalah pandangan global mengenai sifat manusia,
yakni suatu sifat akan dapat dirinci menjadi sifat
yang spesifik, dan digeneralisir menjadi bagian
dari sifat yang lebih luas.
Sifat manusia muncul dalam bentuk
tingkah laku, dorongan untuk berbuat, kognisi,
persepsi, dan afeksi yang berbeda-beda. Apabila
sifat itu diteliti maka akan ditemukan sifat umum
dalam berbagai ungkapan semacam persamaan
makna dinamis, persamaan ekspresi, rasa, fungsi,
203
atau tujuannya yang disebut personality
syndrome. Kombinasi dari syndrome-syndrom
inilah yang menghasilkan karakteristik
kepribadian tertentu.
Maslow belum merinci jenis sindrom
kepribadian dan hanya menyebutkan tiga
sindrom, yaitu security syndrome, self-esteem
syndrome, dan intelectual syndrom
2. Deficiency dan Being
Deficiency adalah sebuah bentuk
hubungan dimana seseorang terlihat memuaskan
kebutuhan dasar untuk bertahan hidup.
Contohnya seperti seseorang berusaha
menghindari kekurangan makanan, minuman,
dan istirahat. Being adalah hubungan sesudah
kebutuhan dasar terpenuhi, seperti motivasi
berkembang, aktualisasi diri, dan memperliuas
eksistensi.

204
BAB 9
Struktur Kepribadian dan Konstitusi Fisik
Menurut William Sheldone Kepribadian
dalam Sudut Pandang Teori Humanisme dan
Holisme Abraham Maslow

205
A. Biografi Sheldon
Willian Herbert Sheldon lahir pada tanggal 17
September tahun 1899 di Warwick, Pulau Rhode.
William H. Sheldon dibesarkan dalam keluarga
pertanian, tetapi dalam sejarah dia tercatat dan
memiliki pengaruh besar tentang pandangan-
pandangan terhadap manusia. William H. Sheldon
adalah seorang psikolog dan nusismatis terkemuka
asal Amerika Serikat. Dia adalah penemu teori
Somatip dan psikologi konstitusi yang
mengkorelasikan tubuh dengan tempramen. William
H. Sheldon pernah mengenyam pendidikan
dibeberapa tempat, diantaranya, public school,
Brown University dan mendapat gelar B.A (1919).
Kemudian di Universitas Colorado mendapatkan
gelar M.A serta gelar Ph.D dalam psikologi di
Universitas tersebut.
Pada tahun 1936 dia kembali ke Amerika Serikat
dan diangkat sebagai guru besar psikologi di
Universitas Chicago. Dalam tahun 1938 pindah ke
Harvard sampai pecah perang dunia II. Pada tahun
206
1947 Sheldon diangkat menjadi Direktur
Constitution Laboratory, pada College of Physician
and Surgeons, Universitas Colombia. Tulisan-tulisan
Sheldon menunjukkan ada usaha yang giat untuk
menetukan dan menggambarkan komponen-
komponen struktural dari pada tubuh manusia serta
komponen-komponen pokoknya dan penggunaan
penemuan itu pada bidang kejahatan (kenakalan)
pada anakanak.
Pendidikannya dalam bidang kedokteran serta
pengalaman kecilnya dengan hewan mencerminkan
dalam perhatiannya terhadap faktor-faktor biologis
dan keturunan dalam tingkah laku. Dalam teori
Sheldon dapat dikemukakan, bahwa struktur jasmani
merupakan yang utama berpengaruh terhadap
tingkah laku manusia. Adapun yang menjadi
landasan sikapnya yang mementingkan jasmani
beserta pengukuran-pengukurannya itu ialah
keyakinannya yang kuat bahwa faktor-faktor
keturunan biologis adalah sangat penting dalam
menentukan tingkah laku. William H. Sheldon
207
meninggal pada tanggal 17 September 1977 di
Cambridge, Massachusetts.

B. Pokok-pokok Teori Sheldon


Dalam pandangan Sheldon ada struktur biologis
hipotetis, yaitu morphogenotipe yang menjadi dasar
jasmani yang nampak (phenotipe), dan yang
memainkan peranan penting tidak saja dalam
menentukan perkembangan jasmani, tetapi juga
dalam pembentukan tingkah laku. Somatotipe
merupakan suatu usaha untuk mengukur
morphogenotipe itu, walaupun harus bekerja dengan
cara tidak langsung dan terutama bersandar kepada
pengukuran jasmaniah (phenotipe).93
Teori kepribadian Sheldon, menyatakan bahwa
kepribadian tidak hanya ditentukan oleh bentuk fisik
tubuh seseorang, tetapi juga dipengaruhi oleh proses
belajar dan di lingkungan sosial. Teori ini dikenal
sebagai “teori konstitusi-karakter” atau “teori

93
Abdullah, Psikologi Kepribadian (Surabaya: JDS Digital Print,
2022).
208
kontitusikonvensional”. Menurut Sheldon, terdapat
tiga komponen utama dalam kepribadian seseorang:
1. Endomorph: Merujuk pada individu dengan
bentuk tubuh bulat, lembut, dan cenderung
memiliki lebih banyak jaringan lemak.
Individu dengan endomorph cenderung
memiliki kepribadian yang santai, mudah
bergaul, dan bersifat sosial.
2. Mesomorph: Merujuk pada individu dengan
bentuk tubuh atletis, berotot, dan
proporsional. Sheldon percaya bahwa
individu dengan mesomorph cenderung
memiliki kepribadian yang berani, energik,
dominan, dan agresif.
3. Ectomorph: Merujuk pada individu dengan
bentuk tubuh kurus, tinggi, dan kurang
berotot. Sheldon mengklaim bahwa individu
dengan ectomorph cenderung memiliki

209
kepribadian yang pemalu, introvert, dan
intelektual.94

C. Analisis Tingkah Laku


Para ahli psikologi konstitusional tidak cukup
untuk menilai aspek jasmaniah dari manusia,
melainkan harus membuat atau metode lain untuk
menilai tingkah laku apabila benar-benar menyelidiki
hubungan antara jasmani dan tingkah laku atau
kepribadian. Sheldon menyusun suatu cara untuk
mengatur komponen-komponen dasar dengan
pendapat-pendapat yang telah ada dan
disempurnakan dengan penegtahuan klinisnya serta
pengalaman-pengalamannya.
 Cara kerja Sheldon

Pertama, Sheldon mengumpulkan sifat-sifat yang


ynag telah terdapat di dala kepustakaan mengenai
kepribadian. Dalam penelitiannya dia
94
Nur Hasanah Harahap et al., “Teori Kepribadian Sheldon di Era
Modern,” Journal on Education 6, no. 1 (June 3, 2023): 1822–1825.
210
mendapatkan sejumlah 650 macam sifat.
Kemudian sifat-sifat ini mempunyai overlapping
dan menghilangkan yang tidak significant.
Akhirnya Sheldon dengan pembantunya
mendapatkan 50 sifat yang merupakan
representasi dari pada sifat-sifat tersebut.

Kedua, dicari kelompok sifat (cluster of traits)


dengan pedoman: untuk masuk dalam satu
kelompok harus punya angka korelasi serendah-
rendahnya 0,60 dan untuuk masuk dalam
kelompok yang berbeda harus punya korelasi
setinggi-tingginya 0,30. Dengan cara tersebut
maka didapatkan tiga kelompok komponen
primer temperamen.

Ketiga, komponen itu mula-mula dinamakan


faktor I.II.III., kemudian dinamakan komponen-
komponen I.II.III., dan pada akhirnya dinamakan
viscerotania, somatotonia, dan cerebrotania.

211
1. Viscerotania: orang yang visceretonis itu
mempunyai alat pencernaan yang relatif besar
dan panjang, dengan hati besar. Sifat-sifat
temperamen pada individu visceretonis
cenderung sikapnya tidak tegang (relaxed),
suka hiburan, gemar makan-makan, tidurnya
nyenyak, dan bila menghadapi kesukaran
membutuhkan orang lain.
2. Somatonia: orang yang somatotonis aktivitas
otot-otot yang dominan. Orang termasuk
golongan ini gemar mengerjakan sesuatu
yang berhubungan dengan otot, suka
mendapat pengalaman fisik. Memiliki sikapp
yang gagah, perkasa (energetic), suka
berterus terang, suara lantang, bila
menghadapi kesukaran butuh melakukan
gerakan-gerakan.
3. Cerebotania: individu dengan cerebotania
cenederung memiliki sikap yang kurang
gagah ragu-ragu, reaksinya cepat, kurang
berani berani bergaul dengan orang banyak
212
(sociophobia), tidur kurang nyenyak, dan bila
menghadapi kesukaran butuh mengasingkan
diri.95
D. Hubungan antara Fisik dan Tingkah Laku
Bagaimanakah hubungan antara komponen
jasmani dan komponen temperamen tersebut? Hasil
penyelidikan Sheldon selama lima tahun mengenai
200 mahasiswa laki-laki dikemukakannya dalam
“The varieties of temperament”. Hubungan antara
komponenkomponen jasmani dan tingkah laku dapat
dijelaskan dengan beberapa cara, yaitu:
1. Sukses yang menyertai suatu cara bertingkah laku
tidak hanya dipengaruhi oleh lingkungan saja, tetapi
juga tipe jasmaninya. Misal: Orang yang
octamorphis tentu kurang berhasil bertindak kasar
dan agresif, sedangkan orang yang mesomorphis
akan lebih berhasil.
2. Kemungkinan lain adalah bahwa hubungan antara
jasmani dan temperamen di hubungkan oleh

95
Sumadi Suryabrata, Psikologi Kepribadian (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2002).
213
anggapan yang stereotipis dalam kebudayaan
(tuntutan peran social) mengenai macammacam
tingkah laku yang seharusnya dilakukan oleh orang
yang berbeda-beda tipe jasmaninya itu.
3. Kemungkinan lain adalah pengalaman atau pengaruh
lingkungan menghasilkan tipe tubuh tertentu,
selanjutnya menimbulkan kecenderungan tingkah
laku tertentu. Contohnya orang yang berlatih atletik
mempunyai bentuk tubuh tertentu sehingga
cenderung menghasilkan perilaku tertentu pula.
4. Kemungkinan terakhir adalah hubungan antara
bentuk fisik dan perilaku manusia dipengaruhi oleh
faktor genetis.96

96
Nadia Nadhirah, “Teori Kepribadian William H. Sheldon,”
Wordpress.Com, 2017.
214
BAB 10
KERPIBADIAN BERDASARKAN
STRUKTUR DALAM KELUARGA
(ALFERD ALDER)

215
A. Sukses dan superior (Striving for superiority)
Adler menyakini bahwa individu memulai hidup
dengan kelemahan fisik yang mengaktifkan perasaan
inferior, perasaan yang menggerakkan orang untuk
berjuang menjadi superiorita atau menjadi sukses.
Menurut Adler, moment yang kita alami mendorong
kita berjuang memperoleh superioritas. Superioritas
bukan berarti unggul daripada orang lain, tetapi
pergerakan dari posisi yang dirasa rendah kepada
posisi yang dirasa lebih tinggi, dari perasaan minus
kepada perasaan plus.97
Pada awal pengembangan teorinya, Adler
menunjuk agresi sebagai kekuatan dinamik yang
melatar belakangi semua motivasi, kemudian diganti
97
Alwisol, Psikologi Kepribadian, (Malang:UMMPress, 2006), hal.
65.
216
menjadi konsep perjuangan menjadi superiorita" bagi
orang neurotic yang mengalahkan istilah perjuangan
menjadi sukses", bagi orang sehat yang berjuang
untuk mencapai kesempurnaan bagi semua orang
perjuangan dimotivasi oleh minat social yang
berkembang. Selanjutnya, Adler menyebut kekuatan
tunggal itu sebagai berjuang untuk meraih
superioritas. Namun untuk meraih superioritas
pribadi di atas orang lain dan memperkenalkan
istilah berjuang untuk meraih keberhasilan yang
menggambarkan manusia yang termotivasi oleh
minat dann sosial yang sangat tinggi.98 Dengan
motivasi yang berbeda tetapi tetap menuju tujuan
final (final goal).
 Tujuan final yang semu (Fictional Final goal)
Meskipun Adler mungakui huhan masa lalu
adalah penting. namun ia mengganggap bahwa yang
terpenting adalah masa depan. Yang terpenting
bukan apa yang telah individu lakukan, melainkan

98
Alferd Adler, Psikologi Individu Alfred Adler. Ansbacher, HL dan
Ansbacher, RR, Eds, Buku Obor Harper, New York, 1956.
217
apa yang akan individu lakukan dengan dir
kreatifnya itu pada saat tertentu. Dikatakannya,
tujuan akhir manusia akan dapat menerangkan
perilaku manusia itu sendiri. Konsep Adler ini
dipengaruhi oleh Filsafat "as if" (terjemahan dalam
bahasa Inggris, 1925) diterbitkan pada tahun 1911.
yaknii: bahwa manusia hidup dengan berbagai
macam fikiran dan cita-cita yang semata-mata
bersifat fiktif, tidak ada dalam kenyataan. Misalnya
pernyataan "semua manusia diciptakan sama" jelas
tidak benar, namun dapat membimbing tingikah laku
orang untuk berjuang membuat pernyataan itu
menjadi "benar". Dalam dinamika kepribadian
keyakinan fiktif semacam itu memungkinkan
manusia dapat menghadapi realitas dengan lebih
baik.99

Misalkan, seorang mahasiswa yang akan masuk


perguruan tinggi bukanlah didukung oleh prestasinya

99
Boeree, George,Personality Theories: Alfred Adler. Shippensburg
University: Psychology Department, hal. 6 (Original E-Text-Site:
http://www.ship.edu/%7Ecgboeree/perscontents.html
218
kenka Sekolah Dasar atau Sekolah Menengah,
melainkan juannya mencapai gelar tersebut, usaha
mengikuti setiap tingkat pendidikan adalah bentuk
tujuan monya, schob kedua hal tidak menunjukkan
sesuatu yang nyata, melainkan hanya peringkat semu
yang menyajikan tujuan yang lebih besar dari tujuan-
tujuan yang lebih jauh pada masa datang.

B. Persepsi subyektif
Kepribadian manusia dibangun bukan oleh
kenyataan akan tetapi oleh keyakinan subyektif
orang itu mengenai masa depan yang ada
didepannya. Pandangan subyektif yang penting
adalah tujuan menjadi keunggulan atau tujuan
menjadi sukses, tujuan yang diciptakan pada awal
kehidupan. Persepsi subjektif seseorang membentuk
perilaku dan kepribadian mereka. Manusia berjuang
untuk meraih keunggulan atau keberasilan untuk
mengganti perasaan inferior. Akan tetapi, sikap juang
mereka tidak ditentukan oleh kenyataan,namun oleh

219
persepsi subjektif mereka akan kenyataan, yaitu oleh
fiksi mereka, atau harapan masa depan.100

a. Fiksionalisme
Fiksi yang paling penting adalah tujuan meraih
superioritas atau keberhasilan, tujuan yang kita
ciptakan di awal kehidupan dan mungkin tidak
dipahami dengan jelas. Tujuan akhir yang fiksional
dan subjektif ini menuntun gaya hidup kita dan
menyatukan kepribadian kita. Gagasan Adler akan
fiksionalisme berasal dari buku Hans Vaihinger
yang berjudul The Phylosophy of "As If"
(1911/1925).101 Vaihinger percaya bahwa fiksi
adalah gagasan yang tidak mempunyai bentuk
nyata, namun mempengaruhi manusia sehingga
seakan-akan gagasan tersebut adalah nyata.102
100
Fest dan Fest, 7th Edition, Theories of Personality, New York,
NY: McGraw Hill, 2009, hal. 85.

101
Fest dan Fest, 7th Edition, Theories of Personality, New York,
NY: McGraw Hill, 2009, hal. 73.
102
Vaihinger, The Philosophy of “As If:” A System of the
Theoretical, Practical and Religious Fictions of Mankind, (New
York: Harcourt, Brace and Company, 1925): passim, quoted in
220
Fiksionalisme atau pandangan teleologis
merupakan perilaku dalam pengertian tujuan atau
sasaran akhirnya. Ini berlawanan dengan kausalitas,
yang melihat perilaku sebagai hal yang tumbuh dari
sebab spesifik. Telelogi biasanya memperhatikan
tujuan masa depan. sedangkan kausalitas
berhubungan dengan pengalaman masa lalu yang
menghasilkan pengaruh di masa sekarang.103
Salah satu contoh sebuah fiksi adalah "pria lebih
superior dibanding wanita". Walaupun hal ini fiksi
namun banyak orang baik pria maupun wanita
bertidak seolah-olah hal ini nyata. Lalu kepercayaan
kepada Tuhan yang memberikan imbalan
kepadayang berbuat baik serta memberikan
hukuman kepada mereka yang berbinat jahat.
Kepercayaan seperti itu menuntun kehidupan
sehari-hari jutaan manusia dan membantu
Ansbacher and Stone, Mark H., and Karen A. Drescher, ed. Adler
Speaks: The Lectures of Alfred Adler. New York: iUniverse, Inc.,
2004
103
Fest dan Fest, 7th Edition, Theories of Personality, New York,
NY: McGraw Hill, 2009, hal. 86.

221
pembentukan tindakan- tindakan mereka. Entah itu
benar atau tidak fiksi berpengaruh kuat terhadap
kehidupan manusia.
a. Kelemahan Fisik
Adler bersikeras bahwa setiap manusia di
karuniai "kelemahan" anggota tubuh. la menekankan
bahwa kelemahan fisik memberikan motivasi pada
saat ini untuk meraih tujuan masa depan.104
Contohnya Beethoven dan Napoleon yang
mengatasi kelemahannya dan memberikan kontribusi
penting dalam masyarakat.

C. Unity
Adler memilih nama Psikologi individual dengan
harapan dapat menekankan keyakinan bahwa setiap
orang itu unik dan tidak dapat dipecah- pecah.
Menurut Adler tiap orang adalah suatu konfigurasi
motif-motif. sifat- sifat, serta nilai-nilai khas tiap
tindakan yang dilakukan oleh seseorang

104
Fest dan Fest, 7th Edition, Theories of Personality, New York,
NY: McGraw Hill, 2009, hal. 86.
222
membawakan corak khas gaya kehidupannya yang
bersifat individual.105
a) Logat Organ (Organ Dialect)
Unity kepribadian bukan hanya kesatuan aspek-
aspek kejiwaan seperti motivasi, perasaan, dan
pikiran, tetapi unity juga meliputi keseluruhan
organ tubuh. Gejala-gejala fisik, misalnya
kelemahan organ tertentu bukan suatu peristiwa
yang terpisah, tetapi mungkin kelemahan itu
berbicara tentang tujuan individu, yang oleh
Adler dinamakan logat organ (organ dialect) atau
bahasa organ (organ jargon). Melalui bahasa
organ, organ-organ tubuh "berbicara sebuah
bahasa yang biasanya lebih ekspresif dan
mengungkapkan pikiran seseorang dengan lebih
jelas daripada yang bisa diungkapkan oleh kata-
kata".106 Contoh seorang remaja yang patuh
kepada orang tuanya, ngompol pada suatu

105
Sumadi Suryabrata, Psikologi Kepribadian, Raja Grafindo
Persada, hal. 185
106
Alferd Adler, Psikologi Individu Alfred Adler. Ansbacher, HL dan
Ansbacher, RR, Eds, Buku Obor Harper, New York, 1956, hal. 223.
223
malam. Itu adalah pesan bahwa dia tidak ingin
mengikuti keinginan orang tuanya. Adler
menyimpulkan bahwa organ tubuh dapat
mengatakan secara lebih jelas disbanding dengan
kalimat yang diucapkan.
b) Kesadaran dan Tak Sadar
Adler memandang unitas (kesatuan)
kepribadian juga terjadi antara kesadaran dan
ketidak sadaran107 Menurut Adler, tingkah laku
tak sadar adalah bagian tujuan final yang belum
diformulasi dan difahami secara jelas. Pikiran
sadar adalah apa saja yang difahami dan diterima
individu dapat membantu perjuangan menjadi
sukses. Apa saja yang dianggap tidak membantu
akan ditekan ke tak sadar adler memakai ilusi
mahkota pohon dan akar, keduanya berkembang
kearah yang berbeda untuk mencapai tujuan
kehidupan yang sama.

D. Kepribadian life style


107
Alwisol, Psikologi Kepribadian, (Malang: Universitas
Muhammadiyah. Malang Pers, 2005), hal. 92
224
Gaya hidup yang diikuti individu adalah
kombinasi dari dua hal, yakni dorongan dari dalam
diri (the inner self drives) yang mengutur aurah
perilaku, dan dorongan dari lingkungim yang
mungkin dapat menambah, atau menghambat arah
dorongan dari lalon tadi. Dari dua dengan itu, yang
serpenting adalah dorongan dalam diri (inner self)
itu.Gaya hidup manusia tidak ada yang identik sama,
sekalipun pada orang kembar, Sekumng-kurangnya
ada du kekuatan yang ditunta untuk menunjukkan
gaya hidup seseorang yang unik, yakni kekuatan dari
dalam diri yang dibawa sejak lahir dan kekuatan
yang datang dari lingkungan yang dimastic individa
tersebut.108

Gaya hidup adalah cara yang unik dari setiap


orang dalam berjuang mencapai tujuan khusus yang
ditentukan orang itu dalam kehidupan tertentu

108
Alfread Adler, Understanding Life: An Introduction to the
Psychology of Alferd Alder, Englend: Oxford University, 1997, hal.
46.
225
dimana dia berada.109 Tujuan utama dari hidup adalah
mencapai superioritas, untuk mencapainya dilakukan
melalui cara yang berbeda-beda dengan
mengembangkan pola perilaku, kebiasaan dan
karaketristik yang unik, oleh Adler hal ini disebut
dengan gaya hidup. Untuk memahami bagaimana
suatu gaya hidup dikembangkan, kita harus
melihatnya kembali konsep perasaan inferior dan
kompensasi. Setiap anak yang mengalami perasaan
inferior akan memotivasi dirinya untuk
mengkompensasi ketidakberdayaan dan
ketergantungannya. Dalam melakukan kompensasi
anak memerlukan seperangkat perlaku. misalnya
anak yang sakit-sakitan akan berjuang untuk
meningkatkan kemampuan fisiknya dengan olah
raga. Perilaku tersebut merupakan bagian dari gaya
hidup, seperangkat perlaku untuk dirancang untuk
mengkompensasi keadaan inferioritas.

109
Alwisol, Psikologi Kepribadian, (Malang:UMMPress, 2006), hal.
90.
226
Apapun yang kita lakukan dibentuk dan dibatasi
oleh gaya hidup yang unik. Hal ini menentuk aspek
lingkungan yang kita perhatikan atau kita abaikan.
Gaya hidup dipelajari dari interaksi sosial dan
berlangsung selama awal-awal tahun kehidupan.
Adler menyatakan bahwa gaya hidup terkristal kuat
pada usia 4 atau 5 tahun dan setelah itu sulit untuk
berubah. Jadi gaya hidup itu tetap atau konstan
dalam diri manusia.
Gaya hidup menjadi panduan pola kerja seluruh
perilaku meskipun tergantung kepada interaksi
sosial, terutama pada urutan kelahiran dalam
keluarga dan hubungan antara orang tua-anak.
Ingatan terhadap kondisi tersebut akan menyebabkan
kompleks inferioritas dapat diabaikan. Anak yang
diabaikan akan merasa inferior dalam kebutuhannya
hidupnya, karenanya mereka akan menjadi tidak
mempercayai dan memiliki sikap bermusuhan
dengan orang lain. Sehingga gaya hidup mereka akan
berkaitan dengan balas dendam, kebencian terhadap

227
orang lain dan apapun perasaan yang menurut
mereka menjadi sesuatu yang seharusnya.

E. Kreatifitas diri
Diri yang kreatif adalah faktor yang sangat
penting dalam kepribadian individu, sebab ini
dipandang sebagai penggerak utama, sebab pertama
bagi semua tingkah laku. Dengan prinsip ini Adler
ingin menjelaskan bahwa manusia adalah seniman
bagi diraya la lebih dari sekedar produk lingkungan
atau mahluk yang memiliki pembawaan khusus. lu
adalah yang menafsirkan kehidupannya Individu
monciptakan struktur pembawaan, menafsirkan
kosan yang diterima dari lingkungan kehidupannya,
mencari pengalaman yang baru untuk memenuhi
keinginan untuk superior, don mam semua itu
sehinggu tercipta diri yang berbeda dari orang lain,
yang mempunyai gaya hidup sendiri, naman diri
kreatif ini adalah tahapan di luar gaya hidup. Gaya
hidup adalah bersifat mekanis dan kreatif, sedangkan
diri kreatif febih dari itu la aals, membuat sesuatu

228
yang baru yang berbeda dari sebelumnya, yakni
kepribadian yang haru. Individu mencipta dirinya.110
Self kreatif merupakan puncak prestasi Adler
sebagai teoris kepribadian.111 Menurut Adler, self
kreatif atau kekuatan kreatif adalah kekuatan ketiga
yang paling menentukan tingkah laku (kekutatan
pertama dan kedua adalah hereditas dan
lingkungan).112

Self kreatif, menurut Adler, bersifat padu,


konsisten, dan berdaulat dalam struktur
kepribadian.113Keturunan memberi kemampuan
tertentu, lingkungan memberi imresi atau kesan
110
Gusman Lesmana, Teori Dan Pendekatan Konseling,
(Medan:UMSU Press, 2021), hal. 20-21.
111
Alwisol, Psikologi Kepribadian, (Malang: Universitas
Muhammadiyah. Malang Pers, 2005), hal. 98.
112
Watts R. E and K. A. Phillips, “Adlerian Psychology and
Psychotherapy: A Relational Constructivist Approach,” in Studies
in Meaning 2: Bridging the Personal and Social in Constructivist
Psychology, ed. J. D. Raskin and S. K. Bridges (New York: Pace
University Press, 2004.
113
Alferd Adler, The Science of Living, London: George Allen &
Unwin Ltd., Crandall, James E. “A Scale for Social Interest.” The
Journal of Individual Psychology 47, no. 1 (1991): 106-114.
229
tertentu. Self kreatif adalah sarana yang mengolah
fakta-fakta dunia dan menstranformasikan fakta-
fakta itu menjadi kepribadian yang bersifat subjektif,
dinamis, menyatu, personal dan unik.114 Self kreatif
memberi arti kepada kehidupan, menciptakan tujuan
maupun sarana untuk mencapainya.

F. Perkembangan kepribadian abnormal


Adler merupakan tokoh yang menaruh perhatian
pada perkembangan abnormal individu. Gagasan-
gagasan Adler115 tentang perkembangan abnormal
adalah sebagai sebagai berikut.
Menurut Adler satu faktor yang mendasari jenis
ketidakmampuan untuk menyesuaikan diri adalah
minat sosial yang tidak berkembang. Selain
kurangnya minat sosial, orang-orang neurotik
cenderung untuk:
114
Alferd Adler, The Practice and Theory of Individual Psychology,
Translated by P. Radin. London: Ansbacher (New York: W. W.
Norton & Company, 1979), 24. (italics in the original) Kegan Paul,
Trench, Trubner & Co., Ltd., 1925. Reprint, Mansfield Centre, CT:
Martino Publishing, 2011.
115
Alwisol, Psikologi Kepribadian, (Malang: Universitas
Muhammadiyah. Malang Pers, 2005), hal. 99-100.
230
a. Menetapkantujuan yang terlalu tinggi
b. Hidup dalam dunianya sendiri
c. Mempunyai gaya hidup yang kaku dan
dogmatis.116
Ketiga karakteristik ini terjadi karena kurangnya
minat sosial. Manusia mengalami kegagalan dalam
hidupnyakarena mereka terlalu memperhatikan
dirinya sendiri dan kurang memperhatikan orang
lain.Tiga ciri ini mengiringi minat sosial yang buruk.
Pengidap neurosis memasang tujuan yang tinggi
sebagai kompensasi perasaan inferioritas yang
berlebihan.
Adler menidentifikasi bahwa ada tiga faktor yang
membuat individu menjadi salah suai, yaitu cacat
fisik yang parah, gaya hidup yang manja, dan gaya
hidup diabaikan.
a. Cacat fisik yang parah
Cacat fisik yang parah, apakah dibawa sejak lahir
atau akibat kecelakaan, dan penyakit, tidak cukup

116
Jess Feist& Gregory J. Feist,Teori Kepribadian,Terj.Handriatno,
(Jakarta: Salemba Humanika, 2010), hal.94.
231
untuk membuat salah suai. Bila cacat tersebut
diikuti dengan perasaan inferior yang berlebihan
maka terjadilah gejala salah suai
b. Gaya hidup manja
Gaya hidup manja menjadi sumber utama
penyebab sebagian neurosis. Anak yang dimanja
mempunyai minat sosial yang kecil dan tingkat
aktivitas yang rendah. Ia menikmati pemanjaan
dan berusaha agar tetap dimanja, dan
mengembangkan hubungan parasit dengan
ibunya ke orang lain. la berharap orang lain
memperhatikan dirinya, melindunginya, dan
memuaskan semua keinginannya yang
mementingkan diri sendiri. Gaya hidup manja
seseorang mudah dikenali dengan ciri-ciri sangat
mudah putus asa, selalu ragu, sangat sensitif,
tidak sabaran, dan emosional.
c. Gaya hidup diabaikan
Anak yang merasa tidak dicintai dan tidak
dikehendai, akan mengembangkan gaya hidup
diabaikan. Diabaikan, menurut Adler, merupakan
232
konsep yang relatif tidak ada orang yang merasa
mutlak diabaikan. Ciri-ciri anak yang diabaikan
mempunyai banyak persamaan dengan anak
yang dimanjakan, tetapi pada umumnya anak
yang diabaikan lebih dicurigai dan berbahaya
bagi orang lain.

233
BAB 11
MELIHAT SUDUT PANDANG INDIVIDU
MELALUI FENOMENOLOGI
EKSISTENSIAL MANUSIA

234
A. Dasar-dasar Teori
1. Teori Carl Rogers
Thorne menjelaskan, Carl Rogers adalah
seorang ahli psikologi yang mendapat pendidikan
dalam psikodinamika dan teori perilaku, merasa
tidak sepenuhnya nyaman dengan kedua aliran
tersebut. Seperti Freud dan Winnicott, teori-teori
Rogers berasal dari pengalaman klinis, yaitu
berdasarkan informasi yang diperoleh dari apa
yang diungkapkan pasien selama sesi terapi.
Namun, pendekatan Rogers terhadap pasien
sangat berbeda. Beberapa meyakini bahwa
pandangan-pandangan Rogers terinspirasi oleh
pengalaman dengan seorang pasien di Rochester
Society for the Prevention of Cruelty to Children,
sebuah organisasi yang berfokus pada
pencegahan kekejaman terhadap anak-anak.

Rogers mengunjungi seorang ibu di


organisasi tersebut, yang anaknya terlibat dalam
kejahatan. Selama sesi terapi, Rogers mencoba
235
menerapkan tafsiran perilaku wanita tersebut
berdasarkan teori psikodinamika, namun wanita
itu selalu menolak tafsiran tersebut. Akhirnya,
wanita itu bertanya apakah Rogers juga
menerima konseling untuk orang dewasa. Setelah
Rogers menyetujui, wanita itu untuk pertama
kalinya dengan jujur menceritakan masalahnya.
Pengalaman ini meyakinkan Rogers bahwa
tujuan terapi seharusnya memungkinkan pasien
(atau klien, sebagaimana disebut oleh ahli
psikologi humanistik) berbicara secara bebas
tanpa gangguan. Dari pengalaman klinis tersebut,
Rogers mengembangkan beberapa pemikiran
penting yang membentuk pendekatannya.
Diantaranya yaitu:
a. Kecenderungan untuk mengaktualisasi
Dalam konsep ini Rogers meyakini
bahwa manusia memiliki motif dasar, yaitu
kecenderungan untuk mengaktualisasi diri.
Kecenderungan ini mencerminkan keinginan
untuk mencapai potensi tertinggi dan
236
mencapai tingkat "human-beingness" yang
paling optimal. Analoginya, seperti bunga
yang akan tumbuh sepenuh potensinya dalam
kondisi yang tepat, manusia juga akan
berkembang dan mencapai potensinya jika
lingkungan mereka mendukung. Namun,
berbeda dengan bunga, setiap individu
manusia memiliki potensi yang unik.
Manusia ditakdirkan untuk tumbuh dan
berkembang secara unik sesuai dengan
kepribadian masing-masing.
Proses penilaian bawah sadar,
menurut Rogers, menjadi panduan dalam
menentukan perilaku yang akan membantu
individu mencapai potensi mereka. Namun,
proses penilaian ini dapat terganggu oleh
aturan sosial yang terlalu ketat dan konsep
diri yang negatif. Rogers meyakini bahwa
manusia pada dasarnya baik dan kreatif,
namun, mereka dapat menjadi destruktif jika
terhambat oleh konsep diri yang negatif atau
237
oleh hambatan eksternal yang menghalangi
proses penilaian.
b. Pengembangan konsep diri
Dalam proses terapi, Rogers
menekankan pentingnya klien merujuk pada
diri sendiri, seperti ungkapan "aku bukanlah
diriku yang sebenarnya" atau "aku ingin tahu
siapa diriku sebenarnya." Rogers memulai
penekanannya pada penggunaan kata "Aku
(I)." Meskipun Freud juga menggunakan
istilah "Aku (I)" atau ego, fokusnya lebih
pada aspek-aspek lain dalam diri manusia.
Rogers, di sisi lain, tertarik pada bagaimana
manusia menyatakan pandangannya tentang
diri sendiri secara sadar.
Menurut Rogers (1961), aspek paling
penting dalam konsep diri adalah harga diri
(self-esteem). Harga diri dapat diartikan
sebagai seberapa besar kita menyukai diri
sendiri. Rogers meyakini bahwa individu
memiliki citra diri saat ini dan citra diri ideal
238
yang diinginkan. Jika kedua citra tersebut
kongruen, individu akan mengembangkan
harga diri yang baik. Kongruensi ini
tergantung pada penghargaan positif tak
bersyarat dari orang lain, seperti penerimaan,
cinta, dan kasih sayang. Tanpa penghargaan
positif tak bersyarat, seseorang tidak dapat
mencapai aktualisasi diri. Anak-anak yang
kurang mendapatkan penghargaan positif tak
bersyarat karena pola pengasuhan yang keras
atau cinta bersyarat mungkin mengalami
rendahnya harga diri saat dewasa,
meningkatkan risiko gangguan mental seperti
depresi. Studi klasik Coopersmith (1967)
menunjukkan pentingnya harga diri dalam
pengembangan individu.117
Sebagaimana dikatakan Rogers:
“Then no conditions of worth would develop,
self-regard would be unconditional, the need
for positive regard and self-regard would

117
Matt Jarvis, Psikologi Humanistik (NUSAMEDIA, 2021).
239
never be at variance with organismic
evaluation, and the individual would
continue to is be psychologycally adjusted,
and would be fully functioning. This chain of
events hypothetically possible, and hence
important theoritically, though it does not
appear to accur in actuality”.
Sebagaimana jika diartikan, "Maka
tidak akan ada syarat nilai yang berkembang,
penghargaan terhadap diri akan bersifat tanpa
syarat, kebutuhan akan penghargaan positif
dan penghargaan terhadap diri tidak akan
bertentangan dengan evaluasi organisme, dan
individu akan terus menjadi teradjusted
secara psikologis, dan akan berfungsi
sepenuhnya. Rangkaian peristiwa ini secara
hipotetis mungkin, dan oleh karena itu,
penting secara teoritis, meskipun tampaknya
tidak terjadi dalam kenyataan”.118

118
Lia Amalia, ‘MENJELAJAHI DIRI DENGAN TEORI KEPRIBADIAN
CARL R. ROGERS’, Muaddib, 3.1 (2014), 87–99.
240
2. Teori Victor Frankl
Sedangkan, Pada teori yang di kemukakan
oleh Victor Frankl yaitu mengenai logoterapi.
Kata "logos" berasal dari bahasa Yunani yang
mengandung arti "makna," dan dalam aliran
psikoterapi ketiga di Wina ini, terdapat fokus
pada makna keberadaan manusia dan upaya
manusia untuk menemukan makna tersebut. Oleh
karena itu, logoterapi menekankan pada
keinginan individu untuk mencari makna, yang
berbeda dengan keinginan untuk mencapai
kesenangan seperti yang dijelaskan oleh Freud
(yang melibatkan dorongan untuk memuaskan
hasrat id dan prinsip kesenangan) atau keinginan
untuk mencapai kekuasaan seperti yang diusung
oleh Adler (melibatkan dorongan untuk
mengatasi inferioritas dan mencapai keunggulan,
diambil dari gagasan Nietzsche).
Menurut Frankl, keinginan untuk memiliki
makna merupakan sumber motivasi utama dalam
241
hidup seseorang. Ini bukanlah hasil rasionalisasi
sekunder dari dorongan instingtual, dan bagi
Frankl, makna dan nilai bukanlah sekadar
mekanisme pertahanan. Frankl menegaskan:
"Sedangkan bagi saya sendiri, saya tidak akan
rela hidup hanya demi 'mekanisme pertahanan'
saya, dan saya juga tidak akan siap mati hanya
demi 'formasi reaksi' saya. Namun, manusia
mampu hidup dan bahkan mati demi cita-cita dan
nilai-nilainya!".
Namun, pencarian makna seseorang dapat
mengalami kegagalan, dan frustrasi eksistensial
ini dapat mengarah pada apa yang Frankl
identifikasi sebagai neurosis noogenik, yaitu
neurosis (kecemasan) yang berhubungan dengan
pikiran atau dimensi khusus manusia. Frankl
menyatakan bahwa ketika neurosis muncul
karena ketidakmampuan seseorang menemukan
makna dalam hidupnya, solusinya adalah
logoterapi, bukan psikoterapi. Secara khusus,
individu memerlukan bantuan untuk menemukan
242
makna dalam hidup mereka, sebuah alasan untuk
mewujudkannya.

Dalam konteks ini, Frankl menyarankan agar


individu tidak menanyakan apa yang individu
harapkan dari kehidupan, tetapi individu
seharusnya memahami bahwa kehidupan
memiliki harapan terhadap kita. Sebagai contoh,
Frankl merinci percakapannya dengan seorang
kolega yang sedang berduka:
"Seorang kolega, seorang dokter umum lanjut
usia, berpaling kepada saya karena dia tidak
dapat menerima kehilangan istrinya, yang telah
meninggal dua tahun sebelumnya. Pernikahannya
sangat bahagia, dan dia sekarang sangat tertekan.
Saya bertanya kepadanya dengan sederhana:
“Ceritakan kepada saya apa yang akan terjadi jika
Anda meninggal terlebih dahulu dan istri Anda
selamat?” “Itu akan sangat buruk,” katanya.
“Betapa penderitaan istri saya?” “Begini,”
jawabku, “istrimu telah terhindar dari hal itu, dan
243
kamulah yang menyelamatkannya, meskipun
tentu saja kamu sekarang harus membayarnya
dengan bertahan hidup dan berduka atas dia.”
Pada saat itu dukacitanya telah diberi makna –
makna sebuah pengorbanan."
Frankl kembali pada diskusi tentang
bagaimana seseorang dapat menemukan makna
dalam hidup, termasuk melalui penciptaan karya
atau tindakan, pengalaman atau pertemuan
dengan orang lain, terutama jika melibatkan
cinta, atau dengan memilih sikap terhadap
penderitaan yang tidak dapat dihindari. Dia
menunjukkan bahwa dalam situasi yang sulit dan
tragis, manusia masih memiliki kemampuan
untuk memilih sikap mereka terhadap keadaan
tersebut, yang pada gilirannya dapat memberikan
makna pada kehidupan mereka.
Maka dari itu logoterapi sebagai metode
terapeutik yang berakar pada situasi sederhana
yang umumnya dihadapi oleh individu neurotik.
Ketika seseorang menghadapi atau memikirkan
244
situasi yang memicu gejala neurotik, seperti rasa
takut, mereka mengalami kecemasan antisipatif.
Kecemasan ini memperkuat gejala mereka,
menciptakan suatu siklus yang sulit diputuskan.
Untuk membantu individu keluar dari pola
negatif ini, Frankl menyarankan agar mereka
fokus pada pemicu gejala mereka, bahkan dengan
sengaja menunjukkan gejala yang lebih parah.
Akibatnya, pasien dapat memisahkan diri dari
neurosis mereka sendiri, menyebabkan
melemahnya potensi neurosis tersebut. Dalam
beberapa aspek, pendekatan ini menyerupai
terapi paparan masa kini untuk trauma dan
kecemasan, di mana klien secara bertahap
terpapar pada hal-hal yang menimbulkan
ketakutan atau kecemasan antisipatif, dan secara
berangsur-angsur mengalami desensitisasi
terhadap hal-hal yang mereka takuti atau
hindari.119

119
Chris Allen, ‘The Balance of Personality’, The Balance of
Personality, 2020 <https://doi.org/10.15760/pdxopen-25>.
245
B. Struktur Kepribadian
1. Struktur Kepribadian Carl Rogers
Teori kepribadian yang diajukan oleh Carl
Rogers menekankan pada perubahan dan
perkembangan proses kepribadian daripada fokus
pada struktur kepribadian. Rogers meyakini
bahwa struktur kepribadian terdiri dari tiga
elemen penting, yaitu self, organisme, dan medan
fenomena.
a. Self : Bagi Rogers, aspek penting dalam
struktur kepribadian adalah Self atau konsep
diri. Kemampuan seseorang untuk membuat
penilaian positif terhadap diri sendiri dan
menghargai keberadaannya akan
berkontribusi pada perkembangan aktualisasi
diri yang lebih optimal.
b. Organisme: Organisme merujuk pada tempat
atau fokus dari segala pengalaman. Dalam
kerangka teori kepribadian Rogers,
organisme bekerjasama dengan lingkungan
246
fenomenalnya untuk memfasilitasi adaptasi
dan pertumbuhan individu dalam konteks
lingkungan yang ditempati.
c. Fenomena: Lingkungan fenomena melibatkan
sejumlah aspek kehidupan seseorang,
termasuk keinginan, emosi, dan penafsiran
terhadap lingkungan.120

Teori kepribadian Carl Rogers juga


menekankan signifikansi dari penghargaan positif
tanpa syarat dalam memengaruhi perilaku dan
kemampuan seseorang untuk mempertahankan
penyesuaian diri yang sehat. Rogers juga
menyatakan bahwa hubungan sosial dapat
menjadi positif dan risiko konflik sosial dapat
diminimalkan melalui pemberian penghargaan
positif tanpa syarat.121

2. Struktur Kepribadian Victor Frankl

120
‘Struktur Kepribadian Menurut CARL ROGERS’, Jaringan Psikologi
Indonesia, 2013.
121
ANNAS FITRIA SA, ‘Konsep Diri Dalam Gaya Hidup Konsumtif
Perspektif Teori Kepribadian Carl R. Rogers’, 6 (2015), 64–71.
247
Menurut teori kepribadian Victor Frankl,
kepribadian yang sehat mencakup tingkat
tegangan yang seimbang antara pencapaian yang
telah diraih dan tujuan yang harus dicapai.
Individu yang sehat selalu berusaha mencapai
tujuan yang memberikan makna pada hidup
mereka. Frankl juga mengembangkan konsep
logoterapi, yang bertujuan untuk menemukan
makna atau tujuan eksistensi manusia. Selain itu,
Frankl meyakini bahwa hakikat eksistensi
manusia terdiri dari tiga elemen utama, yaitu
kebebasan berkeinginan, keinginan akan makna,
dan makna hidup. Frankl juga menyoroti
pentingnya personal choice atau pilihan pribadi,
yang merupakan pandangannya terhadap individu
yang mampu mengatasi diri mereka sendiri.
Namun, tidak ada informasi yang menyediakan
detail tentang struktur kepribadian menurut
Victor Frankl.122

122
‘Teori Kepribadian Victor Frankl’, Psikosun, 2013.
248
C. Dinamika Kepribadian
1. Dinamika Kepribadian Carl Rogers
Menurut pandangan Carl Rogers, dinamika
kepribadian mencakup tiga aspek utama, yakni
dorongan untuk mengejar perkembangan diri,
mewujudkan potensi sejati, dan menjaga
integritas diri. Aspek-aspek ini melibatkan proses
fisiologis dan psikologis yang memengaruhi
pertumbuhan individu.123 Dalam konteks
dinamika kepribadian menurut Carl Rogers,
beberapa poin penting dapat diidentifikasi
sebagai berikut:
1. Penerimaan positif merujuk pada kebutuhan
dasar manusia akan diterima oleh
lingkungannya, termasuk pengakuan, kasih
sayang, kehangatan, persahabatan,
pengagungan, dan penghargaan. Aspek
penerimaan positif ini dapat dibagi menjadi
dua bagian.

123
Dinar Sari Ekadewi, ‘Kajian Carl R. Rogers Tentang “A Way of
Being”’, Psycho Idea, 2006.
249
a. Penerimaan Positif Bersyarat mengacu
pada situasi di mana seseorang hanya
akan diterima dengan positif jika perilaku
atau sikapnya sesuai dengan harapan dan
keinginan orang lain.
b. Aktualisasi Diri, atau yang dikenal
sebagai Self-Actualization, merujuk pada
dorongan internal untuk mengembangkan
potensi penuh individu. Ini merupakan
dinamika kepribadian yang ada sejak
lahir, mendorong seseorang untuk
mencapai perkembangan optimal dan
mengasah kemampuan unik seperti
inovasi dan kreativitas.
2. Struktur Kepribadian: Menurut pandangan
Carl Rogers, struktur kepribadian terdiri dari
tiga elemen utama, yakni organisme, medan
fenomena, dan self. Organisme merujuk pada
makhluk hidup yang dilengkapi dengan fungsi
fisik dan psikologis, memiliki realitas
subyektif yang memberikan tanggapan
250
terhadap pengalaman hidupnya, serta
memperhatikan holisme atau kesatuan sistem.
Medan fenomena melibatkan berbagai aspek
kehidupan seseorang, termasuk keinginan,
perasaan, dan penafsiran terhadap lingkungan
sekitarnya. Self, pada gilirannya, adalah
konsep yang menjelaskan cara individu
melihat dirinya sendiri, terbagi menjadi dua
bagian, yakni Real Self (keadaan individu saat
ini) dan Ideal Self (keadaan yang diinginkan
dan dikejar oleh individu).124
3. Perkembangan Kepribadian: Carl Rogers
menggambarkan perkembangan kepribadian
sebagai serangkaian tahapan menuju kesehatan
psikologis. Proses ini terkait dengan
penerimaan positif dan aktualisasi diri, dan
melibatkan faktor-faktor seperti kondisi sosial,
lingkungan fisik, dan ketersediaan sumber
daya.

124
Khanza Savitra, ‘Teori Kepribadian Carl Rogers (Penjelasan
Lengkap)’, DosenPsikologi.Com.
251
2. Dinamika Kepribadian Victor Frankl
Menurut Victor Frankl, yang dikenal sebagai
pencipta teori Logoterapi, karakteristik kepribadian
manusia dapat dipahami melalui tiga asumsi dasar
yang saling terkait: kebebasan berperilaku dan
berkehendak, keinginan akan makna, dan makna
kehidupan. Beberapa konsep utama dalam teori
kepribadian Victor Frankl meliputi:
a. Kebebasan: Victor Frankl mengemukakan
bahwa setiap individu memiliki kebebasan
untuk menentukan makna hidup mereka dan
cara mereka menghadapi situasi kehidupan.
b. Keinginan akan makna: Individu cenderung
memiliki keinginan untuk mencari makna
dalam hidup, yang dapat membantu mereka
mengatasi tantangan dan menambah
ketegangan positif.
c. Makna kehidupan: Victor Frankl meyakini
bahwa makna kehidupan melibatkan kesadaran
akan adanya peluang atau kemungkinan yang
didasari oleh faktor realitas, serta kesadaran
252
terhadap potensi yang dapat diaktualisasikan
dalam situasi tertentu.
d. Logoterapi: Victor Frankl mengembangkan
suatu pendekatan psikoterapi yang berguna
untuk membantu individu mencapai aktualisasi
diri melalui pencarian makna di luar diri
mereka.
e. Kondisi noogenic neurosis: Victor Frankl
mengartikan kurangnya makna dalam hidup
sebagai kondisi noogenic neurosis, suatu
keadaan yang ditandai oleh kekosongan
makna, tanpa tujuan, dan tanpa arti.
f. Eksistensialisme: Victor Frankl menyebut
kehidupan sebagai penderitaan, dan
menemukan makna dalam penderitaan
dianggap sebagai tugas yang memerlukan
keterampilan dan dedikasi individu.

Dalam menjelaskan dinamika kepribadian,


Frankl menyoroti signifikansi individu untuk
mengatasi diri mereka sendiri dan mencari makna

253
dalam hidup, sambil mengembangkan model
psikoterapi yang membantu individu mencapai
aktualisasi diri melalui penemuan makna di luar
diri mereka.125

D. Perkembangan Kepribadian
1. Perkembangan Kepribadian
Carl Rogers tidak memasukkan teori
perkembangan dan pertumbuhan dalam
pandangannya. Namun, Rogers meyakini bahwa
setiap individu memiliki kekuatan besar yang
tumbuh di dalam dirinya sendiri, mendorong
proses perkembangan organisme menuju
kompleksitas, kemandirian, ekspansi, keterlibatan
sosial, dan pencapaian aktualisasi diri yang
semakin meningkat. Struktur self terpisah dari
Medan Fenomena dan menjadi lebih kompleks.
Self berkembang secara menyeluruh,
mempertahankan keutuhan, dan meresap ke
seluruh aspek yang terlihat. Proses

125
‘Teori Kepribadian Victor Frankl’, Psikosun.Blogspot.Com, 2013.
254
perkembangan self menjadi penting seiring
dengan kebutuhan penerimaan diri secara positif,
dengan menyaring setiap perilaku melalui
kesadaran untuk mencapai kongruensi yang
berkelanjutan.126

2. Perkembangan Kepribadian Victor Frankl


Begitupun dengan Victor Frankl yang tidak
membagikan mengenai teori perkembangan.
Namun, Victor Frankl membagikan gagasannya
mengenai teori logoterapi yang memiliki tiga
landasan filosofis yaitu, kebebasan
berkeinginan (the freedom of will). Dalam
konteks ini setiap manusia bebas menentukan
pilihan dan nasibnya sendiri. Keinginan akan
makna (the will to meaning), yaitu manusia
memiliki hasrat untuk memiliki makna hidup.
Dan yang ketiga yaitu mengenai makna hidup

126
Riswan Mangihut Pangaribuan, ‘Mengatasi Kemarahan Remaja
Kepada Orang Tua Dengan Konseling Pastoral Pendekatan Carl
Rogers’, Jurnal EFATA: Jurnal Teologi Dan Pelayanan, 7.1 (2021), 56–
71 <https://doi.org/10.47543/efata.v7i1.33>.
255
yang jika diartikan adalah sebuah kesadaran
untuk mengetahui apa yang dilakukan saat itu
hingga menghasilkan kebahagiaan.127

127
Rohmah Akhirul Mukharom and Jarman Arroisi, ‘MAKNA HIDUP
PERSPEKTIF VICTOR FRANKL: KAJIAN DIMENSI SPIRITUAL DALAM
LOGOTERAPI’, TAJDID: Jurnal Ilmu Ushuluddin, 20.1 (2021), 91–115
<https://doi.org/10.30631/tjd.v20i1.139>.
256
BAB 12
MENGENAL KEPRIBADIAN DALAM
PERSPEKTIF ISLAM

257
Kepribadian adalah dinamika organisasi psikofisik
fungsional manusia yang menjelma dalam pola-pola
tingkah laku spesifik dalam menghadapi medan
hidupnya.128 Banyak psikolog telah mengajukan teori
tentang topik ini karakter Mereka berpendapat bahwa
kepribadian merupakan unsur kesatuan yang berlapis-
lapis. Sedangkan di kalangan intelektual muslim,
permasalahan psikologi banyak dibicarakan oleh para
ahli antara lain Al-Farabi, Ibnu Sina, Ikhwan Ash Shafa,
Al- Ghazali, Ibnu Rusyd, Ibnu Taymiyah, dan Ibnu
Qayyim Al Juzi.
Psikologi Islam juga membahas tentang
syakhsiyah atau kepribadian. antara lain Al-Ghazali
membahas tentang keajaiban hati, sedangkan Ibnu
Maskawaih membahas tentang akhlak, artinya mirip
dengan syakhiyah. Bedanya, syakhsiyah dalam psikologi
berkaitan dengan perilaku yang direndahkan, sedangkan
akhlak adalah perilaku yang dihargai. Oleh karena itu,
kepribadian seorang muslim tidak hanya

128
Herlan Suherlan & Yono Buhiono, Psikologi Pelayanan, Media
Perubahan, Bandung, 2013, hal. 28.
258
menggambarkan tingkah laku seseorang juga menilai
baik dan buruk.129
Kepribadian Islam dalam pandangan Fathi yakan
adalah suatu kepribadian yang terbentuk dari aspek
intelektual dan spiritual Islam. Yang dimaksud
intelektual Islam adalah aktifitas berfikir, dan
memutuskan sesuatu berdasarkan landasan teori yang
integral dan komprehensif tentang alam-raya, manusia,
dan kehidupan. Dengan kata lain, kepribadian Islam
adalah aktifitas berfikir yang lahir berdasarkan Islam
dalam segenap urusan, baik dalam urusan akidah,
syariat, akhlak, perilaku khusus, maupun perilaku umum,
atau aktifitas berfikir dengan melakukan interpretasi
terhadap segala peristiwa, menganalisis, dan
memutuskannya berdasarkan pandangan Islam.130
Kepribadian Islami merupakan suatu kepribadian
yang terbentuk dari dua aspek, yaitu aspek intelektual
Islam dan aspek spiritual Islam. Maksud dari intelektual

129
Abdul Mujib & Jusuf Mudzakir, Nuansa-nuansa Psikologi Islam,
PT Raja Grafindo, Bandung, 2002, hal. 37.
130
thi Yakan, Problematik Dakwah dan Para Da’I, PT Era Adicitra
Intermedia, Solo, 2005, hal. 174.
259
Islam adalah aktivitas Islam, serta berdasarkan landasan
teori yang integral tentang alam, manusia dan kehidupan.
Intelektual Islam ini berpijak pada keimanan terhadap
adanya Allah swt. Segala hal gaib lainnya. Kemudian,
yang dimaksud dengan spiritual Islam adalah kualitas
spiritual yang bisa mengendalikan serta mengarahkan
naluri manusia sesuai dengan hukum Allah swt.131

A. Konsep Fitrah dalam Islam


Kata fitrah secara etimologis adalah sifat, asal,
kesucian bakat, pembawaan.132 Pengertian fitrah berarti “
terbukanya sesuatu dan melahirkannya.” Seperti orang
yang berbuka puasa. Dari makna dasar tersebut maka
berkembang menjadi dua makna pokok; pertama, fitrah
berarti al-insyiqāq atau al-syaqq yang berarti al-inkisār
(pecah atau belah); kedua, fitrah berarti al-khilqah, al-
ījād, atau al-ibdā’ (penciptaan).133 Makna pecah atau
terbelah merupakan penjelasan mengenai makna
131
Ibid, hal. 175.
132
Hasan Alwi, dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2005), hal. 318.
133
Baharuddin, Paradigma Psikologi Islami, (Yogyakarta : Pustaka
Pelajar, 2007), hal. 148.
260
manusia sebagai mikrokosmos atau alam yang sangat
kecil dengan aspek kejiwaan yang sangat kompleks,
sedangkan makna penciptaan adalah unsur manusia itu
sendiri ditinjau dari segi jasmani dan rohani. Menurut M.
Quraish Shihab, secara bahasa kata fitrah diambil dari
kata dasar al-fathr yang artinya perpisahan. Arti lain
berasal dari arti ini, termasuk "penciptaan" atau
"peristiwa".134
Namun jika dilihat secara terminologis, menurut
M. Quraish Shihab, fitrah manusia adalah sesuatu yang
menampakkan diri sejak awal atau bawaan sejak lahir. 135
Istilah fitrah dapat dilihat dari dua sisi yaitu dari sisi
kebahasaan, arti fitrah adalah kecenderungan atau sifat
manusia Dan dari sudut pandang agama, kata fitrah
berarti keyakinan agama, yaitu bahwa manusia sejak
lahir memiliki sifat tauhid, mengesakan Tuhan. Dari
perbedaan pemahaman tersebut, pada hakikatnya Allah
SWT menciptakan awal mula peristiwa manusia dalam
keadaan yang paling baik dibandingkan dengan makhluk
134
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, (Bandung ; Mizan,
1998), hal. 283.
135
Ibid, hal. 284.
261
lainnya. Namun dalam perjalanannya terjadi
penyimpangan aturan Allah, bahwa mereka berangkat
dari keadaan alami mereka.
Oleh karena itu, untuk dapat kembali kepada
hakikat yang sebenarnya, manusia dahulu dan masa-
masa selanjutnya memerlukan ilmu dan bimbingan Allah
yang diturunkan kepada para rasulnya. Citra unik
sifatnya ini sudah ada sejak awal penciptaannya. 136
Dalam pengertian ini dapat dijelaskan bahwa citra unik
manusia mengandung beberapa aspek, yaitu pertama,
seseorang diciptakan dalam citra yang baik, mempunyai
kemungkinan membawa kesucian, menjaga rasa percaya
diri dan mempunyai aspek fisik yang lebih sempurna.
Selain itu juga memiliki sisi mental dan psikofisik
manusia yaitu konsentrasi jantung, bukan hanya otak
atau tubuh.

B. Dimensi- dimensi Fitrah dalam Islam

136
Abdul Mujib & Jusuf Mudzakir,… hal. 84-85.
262
Dimensi-dimensi fitrah manusia meliputi tiga
aspek yaitu aspek Jismiyyah, nafsiyyah, dan ruhiyyah.
Masing-masing dimensi akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Aspek Jismiyyah atau Fitrah Jasmani
Jismiyyah, aspek jasmani atau jasadiyyah,
merujuk pada organ fisik dan biologis seseorang
dengan segala perlengkapannya. Organ fisik-
biologis manusia merupakan organ fisik yang
paling sempurna di antara seluruh makhluk.137 Hal
ini dijelaskan oleh Q.S Al-Tīn:4. Artinya: “
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia
dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” Jismiyyah ini
mempunyai beberapa ciri, seperti bentuk,
penampakan, jumlah, isi, gerak, keheningan,
pertumbuhan, perkembangan, dan tubuh yang
tersusun dari beberapa organ dan bahan yang
substansinya benar-benar mati, dan sebagainya.138
Karena fitrah manusia, jasadiyah ini termasuk
dalam aturan Allah, termasuk menjaga struktur

137
Baharuddin.., hal. 160.
138
Ibid, hal. 160
263
makanan dan minuman halālan thayyiban, yaitu
makanan yang halal dan mempunyai nilai gizi
yang cukup untuk pertumbuhan tubuh manusia.
2. Aspek Nafsiyyah atau Fitrah Nafsani
Yang dimaksud dengan aspek nafsiyyah adalah
keseluruhan kualitas khas kemanusiaan berupa
pikiran, perasaan, kemauan dan kebebasan. Aspek
ini merupakan persentuhan antara aspek jismiyyah
dengan aspek rūhiyyah. Aspek yang mewadahi
kedua aspek yang saling berbeda atau mungin
berlawanan.139 Aspek nafsiyyah ini memiliki tiga
dimensi utama lagi yaitu al-nafs, al-aql, dan al-
qalb yang menjadikan aspek nafsiyyah ini
mewujudkan peran dan fungsinya.
Dimensi al-nafs adalah dimensi yang memiliki
sifat-sifat kebinatangan dalam sistem psikis
manusia.140 Sedangkan dalam Al-Qur’an kata nafs
menunjukkan sesuatu di dalam diri manusia yang
menghasilkan tingkah laku seperti yang tertera

139
Ibid, hal. 163
140
Ibid, hal. 164
264
dalam Q.S. Al-Ra’d:11: Artinya: “Bagi manusia
ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya
bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka
menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya
Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum
sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada
diri mereka sendiri. dan apabila Allah
menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum,
Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-
kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.”
a.) Nafsu
Al-nafs merupakan kekuatan batin yang
mempunyai dua kekuatan yaitu al-
ghadlabiyyah atau alsyahwaniyah. Al-ghadlab
adalah kekuatan yang bisa dihindari dirinya
dari segala bahaya. Dalam terminologi
psikoanalitik, Ghadlab disebut dengan
pertahanan, yaitu perilaku yang berusaha
melindungi atau melindungi ego dari
kesalahan, kecemasan dan rasa malu; tindakan
untuk melindungi diri sendiri; menggunakan
265
dan merasionalisasi aktivitas mereka. Al-
syahwat adalah kekuatan yang mempunyai
kemampuan memperoleh diri dari segala hal
yang menyenangkan. Dalam terminologi
psikologi, al-syahwa disebut dengan nafsu
makan, yaitu hasrat (nafsu, keinginan), motif
atau dorongan yang didasarkan pada perubahan
keadaan fisiologis.141Secara psikologis, bahwa
Nafs terletak di dalam perut dan alat kelamin
bagian dalam. berupa syahwah (menyebabkan
hal-hal yang menyenangkan) dan ghadlab
(menjauhi hal-hal yang merugikan),
mempunyai kekuatan konasi emosi, mengikuti
fitrah tubuh, potensinya bersifat sensual,
kedudukannya pada alam bawah atau prasadar
manusia.
b.) Akal
Secara etimologis akal mempunyai arti al-
imsāk (menahan), al-ribāth (mengikat), al-hajr
(menahan), al-nahy (melarang), dan al-man'

141
Abdul Mujib & Jusuf Mudzakir,…hal. 56
266
(mencegah). Berdasarkan arti bahasa tersebut
Orang yang disebut berakal (al-'āqil) adalah
orang yang mampu membatasi dan mengikat
keinginannya untuk hidup.142 Menurut
Baharuddin, pikiran dapat mempunyai dua
pengertian, yaitu pikiran jasmani, yaitu organ
tubuh yang terletak di kepala. Pikiran ini
menggunakan kekuatan kognitif (al-mudrikah)
yang ada di otak (al-dimāgh) dalam proses
berpikir. Objek pikiran adalah hal-hal yang
bersifat sensual dan empiris. Kedua, pikiran
spiritual, yaitu pikiran abstrak yang mampu
mengetahui pengetahuan abstrak atau metafisik,
seperti memahami proses penciptaan langit dan
bumi.143
c.) Hati atau Qalbu
Aspek nafsiyyah yang ketiga adalah al-qalb,
atau hati, yang merupakan materi organik
dengan sistem kognitif yang ditingkatkan secara

142
Ibid, hal 52
143
Baharuddin,..hal.167
267
emosional. Al-Ghazali dengan jelas melihat hati
dari dua sudut pandang, yakni hati jasmani dan
hati ruhani. Jantung fisik berupa daging bagian
dalam berbentuk bunga pisang yang terletak di
dada sebelah kiri. Hati ini biasa disebut dengan
hati. Sedangkan hati rohani adalah sesuatu
yang halus (lathīf), rabbanī dan spiritual yang
berhubungan dengan hati jasmani. Bagian inilah
yang menjadi fitrah manusia.144 Kata Qalb
diambil dari kata dasar yang berarti berputar,
karena sering berjalan maju mundur; sangat
senang kadang sulit, kadang setuju dan kadang
menolak. Hati bisa jadi tidak konsisten.145
Beberapa hal dari hati terletak di dalam hati,
afektif atau perasaan, mengikuti sifat
ketuhanan jiwa. Potensinya yang anggun dan
intuitif serta bersemayam dalam alam
kesadaran manusia, apabila menguasai jiwa
maka akan tercipta kepribadian yang tenang (al-

144
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir,…hal. 48
145
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an,hal.288
268
nafs al-muthmainnah). Ada beberapa ayat Al-
Qur'an yang mengomentari keberadaan hati ini,
salah satunya Q.S. Qaf:37: Artinya: “Dalam
hal ini sesungguhnya ada peringatan bagi
orang-orang yang berakal atau yang
mempergunakan pendengarannya ketika Dia
memberikan kesaksian mengenai hal itu.”
Dari ayat-ayat di atas terlihat bahwa kalbu
adalah wadah dari pengajaran, kasih sayang,
takut dan keimanan. Secara analisa psikologi,
kalbu ini memiliki 3 fungsi yaitu fungsi kognisi
yang menimbulkan daya cipta berupa berfikir,
memahami, mengetahui, memperhatikan dan
lainya; fungsi emosi atau daya rasa seperti
tenang, sayang, santun, tunduk, bergetar, kasar,
dengki, sombong, panas, kesal; dan fungsi
konasi atau daya karsa seperti kemauan
berusaha, semangat, dan sebagainya. Dalam
aktualisasinya, kalbu tidak selalu menghasilkan
kebaikan namun juga keburukan atau yang
biasa disebut terkena penyakit hati sehingga
269
rasa yang negatif mendominasi dalam diri
manusia. Dalam taraf fatal, kalbu bisa
menimbulkan kekafiran dan keingkaran. Oleh
sebab itu qalb yang kotor, sebab ia menerima
kebenaran tetapi kadang-kadang menolaknya,
kotoran dan penyakitnya masih dapat
dibersihkan dengan cara taubat.
3. Aspek Ruhiyah atau Fitrah Ruhani
Aspek ruhiyyah mengacu pada aspek
psikis seseorang yang bersifat spiritual dan
transenden.146 Sementara itu, definisi lain dari
ruh adalah zat yang mempunyai hakikat
tersendiri. Menurut Ibnu Sina, ruh merupakan
kesempurnaan primordial dari jism kodrat
manusia yang lebih tinggi, yang mempunyai
daya hidup.147 Ruh mempunyai nilai
multidimensi karena tidak dibatasi oleh ruang
dan waktu untuk masuk dan keluar dari tubuh
manusia. . Kematian tubuh bukanlah kematian

146
Baharuddin,… hal 170.
147
Abdul Mujib & Jusuf Mudzakir
270
jiwa. roh memasuki tubuh ketika tubuh siap
menerimanya. Mengenai ruh tersebut
dijelaskan dalam Q.S.Al-A'raf: 172: Artinya:
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu melahirkan
anak cucu kaum Adam dari rahim mereka, dan
Allah memberi kesaksian terhadap jiwa mereka
(sambil berkata): “Bukankah Aku Tuhanmu?”
mereka menjawab: “Benar. (Anda). adalah
Tubain kami), kami adalah saksinya." (Hal ini
kami lakukan) agar kamu tidak berkata pada
hari kiamat: “Kami (anak Adam) adalah
orang-orang yang tidak mempedulikannya
(Keesaan Tuhan).” Dalam hal ini ruh terbagi
menjadi dua, yaitu pertama, ruh yang berkaitan
dengan substansinya (al-munazallah), yaitu
merujuk pada hakikat asli ruh yang ditularkan
langsung kepada manusia beserta hakikatnya.
tidak berubah, karena bila berubah maka
eksistensi manusia pun ikut berubah. Yang
kedua berkaitan dengan roh badan atau jasmani
(al-gharizah). Dalam Hadits Nabi disebutkan
271
bahwa ruh masuk ke dalam tubuh manusia
ketika seseorang berada di usia 4 bulan dalam
kandungan. Dimensi-dimensi fitrah manusia
tergambar jelas sehingga kita mempunyai
gambaran bahwa struktur jiwa (nafsan) manusia
bermula dari peran akal dan raga dalam
berbagai aspek kodrat. Kepribadian seseorang
sangat bergantung pada substansi yang lebih
dominan sesuai dengan nafsu, pikiran atau
hatinya. Konteks keselarasan dimensi-dimensi
tersebut dijelaskan secara jelas dalam Al-Quran.
C. Dasar Dinamika Kepribadian
Kepribadian berasal dari kata “pribadi” yang berarti
diri sendiri, atau perseorangan. Sedangkan dalam bahasa
inggris digunakan istilah personality, yang berarti
kumpulan kualitas jasmani, rohani, dan susila yang
membedakan seseorang dengan orang lain.
Dari bahasa Latin, kepribadian disebut persona,
artinya topeng. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
kepribadian diartikan sebagai keseluruhan sikap,
ekspresi, perasaan, temperamen, ciri khas dan juga
272
perilaku seseorang. Sikapperasaan ekspresi dan
temperamen tersebut akan terwujud dalam tindakan
seseorang kalau di hadapkan kepada situasi tertentu.
Hamka menyatakan bahwa kepribadian adalah;
Pertama, kumpulan sifat dan kelebihan diri yang
menunjukkan kelebihan seseorang daripada orang lain,
sehingga ada manusia besar dan manusia kecil. Ada
Manusia yang sangat berarti hidupnya dan ada yang
tidak berarti sama sekali,kedatangannya tidak
menggenapkan dan kepergiannya tidak mengganjilkan.
Kedua,Kumpulan sifat akal budi, kemauan cita-cita
dan bentuk tubuh. Hal itu menyebabkan harga
kemanusiaan manusia berbeda dari yang lain. Menurut
Fillmor H. Sandrof sebagaimana dirujuk Nur
Syarifuddin,kepribadian adalah susunan yang unik dari
sifat-sifat seseorang yang berlangsung lama. Sifat-sifat
tersebut yang menggejala dalam tingkah laku seseorang
yang memiliki kepribadian tertentu menggambarkan
aspirasi dan arah tujuan tertentu, sehingga dalam jangka
panjang kita dapat melihat bahwa seseorang telah
memiliki pandangan hidup.
273
Para psikolog memandang kepribadian sebagai
struktur dan proses psikologisyang tetap, yang menyusun
pengalaman-pengalaman individu serta membentuk
berbagai tindakan dan respons individu terhadap
lingkungan tempat hidup. Dalam Masa pertumbuhannya,
kepribadian bersifat dinamis, berubah-ubah dikarenakan
pengaruh lingkungan, pengalaman hidup, ataupun
pendidikan. Dengan demikian,kepribadian tidak terjadi
secara serta merta, tetapi terbentuk melalui proses
kehidupan yang panjang. Dengan demikian, apakah
kepribadian seseorang itu baik atau buruk,kuat atau
lemah, beradab atau biadab sepenuhnya ditentukan oleh
faktor-faktor yang mempengaruhi dalam perjalanan
kehidupan seseorang tersebut.
Pada dasarnya kepribadian bukan terjadi secara
serta merta akan tetapi terbentuk melalui proses
kehidupan yang panjang. Oleh karena itu banyak faktor
yang ikut ambil bagian dalam membentuk kepribadian
manusia tersebut. Dengan demikian apakah kepribadian
seseorang itu baik, buruk, kuat, lemah, beradap atau
biadab sepenuhnya ditentukan oleh faktor yang
274
mempengaruhi dalam pengalaman hidup seseorang
tersebut.Secara umum kepribadian pada diri manusia itu
ditentukan dari bagian/komponen mana yang paling
mendominasi pada diri manusia. Berdasarkan Fungsi
masing-masing komponen pembentuk kepribadian maka
apabila yang mendominasi dalam diri manusia adalah
fungsi kalbunya maka dalam diri manusia itu akan
terbentuk kepribadian yang tenang, sedangkan apabila
yang mendominasi adalah akalnya maka akan terbentuk
kepribadian yang labil, sementara apabila yang
menguasai/mendominasi adalah nafsunya maka akan
terbentuk sebuah kepribadian yang jahat/buruk, lebih
buruk dari iblis dan binatang. Sementara dinamika
kepribadiannya merupakan konsepsi yang menyinggung
hal-hal yang menimbulkan perubahan atau sistem-sistem
yang menekankan penyebab tingkah laku yang tidak
disadari. Dalam proses penentuan corak kepribadian
seseorang, terdapat beberapa unsur penting, yaitu nilai-
nilai yang diambil dari lingkungan, terutama lingkungan
keluarga. Nilai-nilai yang dimaksud adalah nilai agama,
moral, dan sosial. Di antara ketiga nilai-nilai tersebut,
275
nilai agama merupakan nilai yang bersifat positif dan
tetap serta tidak berubah-ubah. Sedangkan nilai sosial
dan moral yang tidak dilandaskan pada agama akan
sering mengalami perubahan sesuai dengan
perkembangan masyarakat itu sendiri. Oleh sebab itu,
mental (kepribadian) yang hanya terbina dari nilai-nilai
sosial dan moral akan besar kemungkinan terjadinya
perubahan dan guncangan tersebut akan membawa
kepada keguncangan jiwa, apabila terjadi perubahan.
Dengan demikian, seseorang yang mengalami
keguncangan jiwa akan cenderung memiliki peluang
lebih besar untuk mengalami gangguan Kesehatan
kepribadian.

D. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan &


perkembangan kepribadian Islam
Dalam islam, faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan meliputi faktor hereditas (penurunan sifat
genetik dari orangtua kepada anak), faktor lingkungan
dan faktor ketentuan Allah. Selain itu, manusia sebagai

276
khalifah Allah di muka bumi, juga dianugerahkan
kebebasan berkehendak yang terbatas jika dibandingkan
dengan kekuasaan Allah. Allah adalah Maha Pencipta
segala sesuatu dan mengatur segala sesuatu. Dalam
berbagai ayat Al-quran, Dia menyebutkan fakta
mendasar yang menunjukkan bahwa segala sesuatu yang
terjadi adalah atas persetujuan dan kehendak-Nya.
Dengan kata lain, Dia adalah penyebab utama dan
mutlak dari segala yang terjadi.
1. Pengaruh Hereditas dalam Perkembangan
Ibn al-Qayyim menjelaskan dalam sebuah hadis:
“Pada saat konsepsi (pembuahan) ada dua hal yang
terjadi. Dua hal itu adalah dominasi dan keunggulan.
Dua hal itu dapat terjadi secara berurutan dan juga
dapat terjadi berbeda. Dalam hal ini, jika sperma
laki-laki dominan dan mengungguli ovum
perempuan, hasilnya akan menjadi laki-laki dan
menyerupai ayahnya. Tapi jika yang terjadi
sebaliknya, hasilnya akan menjadi perempuan dan
menyerupai ibunya. Namun, jika yang satu dominan
tetapi yang lainnya mengunggulinya, hasilnya akan
277
menyerupai yang mendominasinya dan jenis
kelaminnya akan menjadi sama dengan yang
mengunggulinya, baik laki-laki maupun
perempuan.”Meskipun demikian Ibn al-Qayyim,
memperingatkan bahwa penentuan jenis kelamin
tidak dapat dipahami sebagai hal yang semata-mata
ditentukan oleh alam. Karena hal tersebut
merupakan urusan yang sepenuhnya t antung pada
kehendak Allah.
Bukti tekstual menghapuskan keraguan bahwa
faktor herediter memiliki pengaruh. Namun,
keputusan atas segalanya tergantung pada Allah.
Dengan demikian, herediter dapat mempengaruhi
perkembangan intelektual seseorang dalam batasan
tertentu.
2. Pengaruh Lingkungan dalam Perkembangan
Bukti yang terkenal berkaitan dengan hal ini adalah
hadis dimana Rasulullah SAW. Mengatakan
bagaimana orang tua mempengaruhi agama, moral,
dan psikologi umum dari sosialisasi dan
perkembangan anak-anak mereka. Hadis ini
278
merupakan bukti tekstual yang paling terkenal dari
pengaruh lingkungan terhadap seseorang. Hadis ini
berbunyi:“Tiap bayi lahir dalam keadaan fitraj (suci
membawa disposisi islam). Orang tuanyalah yang
membuat ia Yahudi (jika mereka Yahudi), Nasrani
(jika mereka Nasrani), atau Majusi (jika mereka
Majusi). Seperti binatang yang lahir sempurna,
adakah engkau melihat mereka terluka pada saat
lahir?” (HR. Bukhori).
Dalam bentuk metaforik, Nabi Muhammad SAW
mengingatkan kita bagaimana persahabatan yang
baik dapat mempengaruhi karakter seseorang
menjadi baik dan bagaimana teman yang jahat dapat
membuat orang melakukan hal yang buruk. Dengan
demikian, lingkungan dapat mempengaruhi
keseluruhan perkembangan psikologi seseorang,
termasuk tentunya perkembangan kognitif.
3. Pengaruh Ketentuan Allah dalam Perkembangan
Terdapat bukti yang substansial (bersifat inti) yang
memperlihatkan bahwa herediter dan lingkungan
semata-mata tidak dengan sendirinya menentukan
279
pola perkembangan individu: ada hal yang paling
utama dalam persoalan tersebut, yaitu segalanya
tergantung kehendak Allah. Contoh yang paling
mencolok adalah riwayat Nabi Isa as Ibn Maryam.
Allah membuatnya dapat berbicara dalam
buaiannya. Sebagaimana kita ketahui,
perkembangan bahasa merupakan bagian integral
dari perkembangan kognitif. Dalam stuasi normal,
anak mulai berbicara pada usia dua tahun sepatah
dua patah kata, dan sejalan dengan itu mereka mulai
mengembangkan perbendaharaan bahasa. Kenyataan
bahwa Nabi Isa as dapat berbicara pada masa buaian
menunjukkan kekuatan Allah. Hal ini bukan faktor
hereditas, juga bukan produk stimulasi intelektual
dari lingkungan. Hal tersebut lebih merupakan
manifestasi dari kebijaksanaan Tuhan, kekuatan-Nya
yang tidak terbatas, kehendak-Nya, dan
kemampuan-Nya untuk melakukan segala sesuatu.
Peran kehendak Allah dalam menentukan
perkembangan individual seperti yang dinyatakan
dalam pendekatan islam akan membantu memahami
280
proses perkembangan yang lebih baik dari
pendekatan psikologi Barat dalam berbagai cara.
Perlu disadari, bahwa tidak semua konstruk dan
kecenderungan psikologi dapat secara ketat
dipengaruhi oleh semata-mata pengaruh herediter
dan lingkungan. Karena bagaimanapun individu
kadang-kadang menunjukkan kecenderungan
tertentu yang secara jelas menyimpang dari
penjelasan pengaruh herediter dan lingkungan.

E. Abnormal dalam Islam


Menurut pemahaman Islam, psikologi abnormal
sering disebut dengan psikopatologi. Psikopatologi
Islam dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu
yang bersifat ukhrawi (berhubungan dengan akhirat)
dan duniawi (berhubungan dengan kehidupan dunia).
Psikopatologi sekuler mengacu pada gejala atau
penyakit yang merupakan kondisi yang tidak dipahami
sepenuhnya, sedangkan psikopatologi sekuler mengacu
pada penyakit yang diakibatkan oleh penyimpangan
terhadap norma spiritual dan agama. Dalam psikologi
281
Islam, penyimpangan sering dikaitkan dengan
ketidakseimbangan antara pikiran dan tubuh serta
akhlak yang buruk. Perilaku abnormal dalam Islam
dapat diobati dengan psikoterapi Islami, yang
melibatkan penanganan masalah kesehatan mental
dengan praktik Islami seperti shalat, puasa, dan dzikir.
Selain itu, tazkiyat al-nafs yaitu penyucian jiwa juga
merupakan cara Islam untuk mengatasi perilaku
abnormal. Psikoterapi Islami adalah bentuk psikoterapi
yang subyektif dan teosentris, yang kualitasnya
bervariasi sesuai dengan pengetahuan, pengalaman,
dan praktik individu.148
Melalui usaha-usaha yang panjang, psikolog terus
berjuang untukmenemukan defenisi yang tepat tentang
perilaku abnormal. "melalui itu, psikolog
mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan.
 Abnormalitas sebagai pergeseran rata-rata.
Melalui pendekatan statistikyang kita gunakan,
dengan mudah kita dapat mengobservasi apa saja

148
Raidah Hanifah, Tiara Tualeka, Abnormalitas dalam Islam,
https://www.academia.edu/26068602/Abnormalitas_dalam_Islam
282
perilaku yang langka atau jarang terjadi dalam
lingkungan masyarakat tertentu atau budaya dan
memberi label penyimpangan tersebut dari normal-
normal. Namun, kesulitannya beberapa perilaku
secara statistik jarang terjadi jelas sehingga tidak
termasuk dalam klasifikasi abnormal. Disimpulkan
bahwa defenisi abnormalitas yang mengacu pada
pergeseran rata-rata ini adalah tidak memadai
sehingga suatu perilaku dapat dikatakan abnormal.
 Abnormalitas sebagai pergeseran dari ideal.
Melalui pendekatan ini dianggap suatu perilaku
abnormal jika cukup menyimpang dari beberapa
standar ideal atau standar budaya. Dalam hal ini,
standar itu akan terusberubah setiap waktu dan
ber6ariasi pada seluruh kebudayaan yangdisetujui
secara universal.
 Abnormalitas sebagai rasa ketidaknyamanan
personal.
Dalam pendekatanini, perilaku dianggap abnormal
apabila menghasilkan perasaan tertekan,gelisah,
atau merasa bersalah kepada seorang individu dan
283
merugikanseseorang dalam beberapa hal.
 Abnormalitas sebagai ketidakmampuan untuk
berfungsi efektif.
Berdasarkan pandangan ini, seseorang dikatakan
abnormal apabila ia tidak mampu berfungsi secara
efektif dan beradaptasi dengan permintaan
Masyarakat.
Manusia merupakan makhluk biologis,
makhluk individu, makhluk sosial, makhluk etis, dst,
sehingga perilaku manusia dapat dijelaskan dari
dimensi-dimensi tersebut. Begitu juga bila berbicara
mengenai abnormalitas jiwa.149

149
Maramis,WF, Ilmu Kedoktera Jiwa, (Surabaya : Airlangga
University, 2005), hal.94-100
284
BAB 13
Pola Kepribadian Menurut Perspektif Islam

285
A. Kepribadian Menurut Perpektif Islam
Kepribadian merupakan keniscayaan, suatu
bagian dalam diri manusia yang masih perlu digali
dan ditemukan agar sampai kepada keyakinan
siapakah diri manusia yang sesungguhnya. Dalam
Al-Qur'an Allah telah menerangkan pola kepribadian
manusia yang memiliki keistimewaan dibandingka
dengan pola kepribadian makhluk lainnya. Al-
Qur'an menggambarkan pola kepribadian manusia,
yakni kepribadian Muttaqin, mu'min, muslim,
Muhsin, kafir, musyrik, munafiq ,dholim, fasik dan
murtad.
a. Muttaqin
Secara etimologis, takwa dan yang
seakarnya terdapat dan terulang sebanyak 258
kali dalam al-Qur’an. Kata takwa berasal dari
akar kata waqā- yaqī - wiqāyah yang berarti
memelihara, menjaga, melindungi, hati-hati,
menjauhi sesuatu dan takut azab150.Sedangkan

150
M. A. Shaleh, “Takwa (Makna dan Hikmahnya dalam Al-
Quran)”, Jakarta: Erlangga, 2008, hal.1
286
term Muttaqīn (‫ ) المتقين‬terdapat di 43 ayat. Ayat-
ayat tersebut menjelaskan tentang makna,
karakter, dan pahala bagi orang yang bertakwa.
Pada penelitian ini, peneliti hanya memfokuskan
pada term Muttaqīn yang menjelaskan makna dan
karakter dari Muttaqīn saja. Setelah dianalisis,
ayat yang berkaitan dengan makna dan karakter
Muttaqīn, jumlahnya sebanyak 19 ayat.
Sebarannya adalah sebagai berikut:
alBaqarah (2:2-4), al-Baqarah (2:66), Ali `Imrān
(3:76), Ali `Imrān (3:133-135), alMā’idah (5:46),
al-`Arāf (7:128), al-Taubah (9:4), al-Taubah
(9:7), al-Taubah (9:44), Hūd (11:49), al-Anbiyā
(21:48), al-Nūr (24:34), al-Qashash (28:83), Shād
(38:28), al-Zukhruf (43:35). Sedangkan untuk
term Muttaqūn (‫)المتقون‬terdiri atas 6 ayat. Untuk
term ini, hanya ada dua ayat yang menunjukkan
keterkaitan dengan makna dan karakter orang
yang bertakwa, yaitu al-Baqarah (2:177) dan al-
Zumar (39:33).Ditemukan ayat yang memiliki
hubungan dan secara keseluruhan mewakili
287
untuk menjawab makna dan karakter orang yang
bertakwa (Muttaqīn ), yaitu al-Baqarah (2:66),
alBaqarah (2:177), Ali `Imrān (3:133-135), al-
Araf (7:128), al-Taubah (9:44), alQashash
(28:83).
Berdasarkan analisis terhadap ayat ayat
yang terdapat term (‫ المتقين‬al-Muttaqīn) dan
‫ )المتق__ون‬al-Muttaqūn) dalam al-Qur’an, takwa
dapat didefinisikan sebagai berikut:
1. Takut untuk melakukan maksiat kepada
Allah SWT.
2. Taat kepada Allah SWT. dengan
melaksanakan setiap perintah dan
menjauhi larangannya
3. Tidak melampaui batas.
4. Merasa diawasi oleh Allah SWT.
Orang yang bertakwa adalah mukmin
yang takut jika melakukan maksiat kepada Allah
SWT., hal ini berdasarkan pendapat Imam al-
Ṭabari bahwa makna takwa ini sesuai dengan QS.
al-A`raf ayat 128.Hal ini serupa dengan
288
penjelasan al-Thabari terhadap QS. al-Taubah
ayat 44 yang berbunyi: “Dan Allah mengetahui
orangorang yang bertakwa”, yaitu Allah SWT.
Maha mengetahui siapa yang benar-benar takut
dan bertakwa kepada-Nya dengan menjalankan
kewajiban-kewajiban serta menjauhi perbuatan
maksiat kepada-Nya.
Terkait definisi kedua, taat kepada Allah
SWT. dengan melaksanakan setiap perintah dan
menjauhi larangannya. Melihat penafsiran al-
Ṭabari yang memaknai QS al-Baqarah ayat 66, di
mana orang yang bertakwa adalah orangorang
yang menunaikan kewajiban-kewajibannya dan
meninggalkan laranganlarangan-Nya. Begitu juga
merujuk pada pendapat Ibn Kaśīr yang
menyatakan “Orang yang benar imanya adalah
yang memiliki sifat-sifat tersebut (yaitu sifat
terpuji). Orang yang bertakwa adalah mereka
yang telah menjauhi perkara-perkara haram dan
mengerjakan ketaatan-ketaatan”

289
Kemudian, ketiga, orang yang bertaqwa
adalah orang yang tidak melampaui batas. Orang
yang melampaui batas adalah yang tidak beriman
kepada risalah yang dibawa oleh Nabi
Muhammad SAW. Mendustakannya, dan mereka
berbuat semena-mena. Allah tidak mencintai
orang yang melampaui batas, sebagaimana
firmann-Nya dalam QS. al-Mā’idah [5] :87.
Imam al-Maragi memaknai QS. al-Baqarah ayat
66, mengenai makna orang yang bertakwa, yaitu
orang-orang yang amat takut melanggar batasan-
batasan yang telah ditetapkan oleh Allah.
Keempat, peneliti memahami bahwa
muttaqīn (orang yang bertakwa) adalah mukmin
yang senantiasa merasa dirinya berada dalam
pengawasan Allah SWT. Hal ini sebagaimana
pendapat para mufassir, di antaranya al-Ṭabari
ketika menafsirkan “Dan Kesudahan yang baik
adalah bagi orang-orang yang bertakwa”
maksudnya adalah, Nabi Musa berkata,
“Kesudahan yang terpuji itu bagi orang-orang
290
yang bertakwa dan senantiasa merasa diawasi
oleh Allah. Takut kepada Allah dengan menjauhi
segala perbuatan maksiat dan melaksanakan
semua kewajiban”
Memperhatikan penjelasan makna
Muttaqīn berdasarkan pendapat para mufassir,
maka disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
Muttaqīn (orang yang bertakwa) adalah mukmin
yang merasakan bahwa dirinya senantiasa berada
dalam pengawasan Allah, sehingga ia takut untuk
berbuat maksiat. Seorang Muttaqīn itu memiliki
benteng atau ketahanan diri dari hal-hal yang
tidak Allah ridai, sehingga ia senantiasa
melaksanakan perintah Allah dan menjauhi
larangannya.
Hal ini sebagaimana tercantum dalam QS.
alBaqarah [2]:177, bahwa orang yang bertakwa
adalah yang melakukan kebajikan, “dan di antara
kebajikan itu adalah orang yang beriman kepada
Allah”. Orang yang berbakti adalah yang
beriman kepada Allah.Beriman kepada Allah,
291
yaitu bahwa tidak ada Tuhan yang berhak
disembah kecuali Dia, mempercayai keberadaan
Malaikat mereka sebagai penghubung Allah dan
Rasul-Nya .151
Karakter lain orang yang bertakwa adalah
beriman kepada Malaikat, KitabKitab, Nabi-Nabi
Utusan Allah SWT., Hari Akhir, mendirikan
salat, menunaikan zakat, dan menafkahkan
sebagian harta (sedekah), seperti yang tertera
salah satunya dalam QS. al-Baqarah [2]:177.
Kemudian, karakter lain orang yang bertakwa
adalah suka memer-dekakan budak. Menghapus
kepemilikan terhadap seseorang dan
membebaskannya dari perbudakan sebagai
bentuk ibadah atau pendekatan diri (taqarrub)
kepada Allah SWT. Anjuran dan dorongan untuk
memerdekakan budak telah tercantum dalam QS.
al-Baqarah [2]:177 dan menjadi salah satu
karakter orang yang bertakwa.

151
Syakir, S. A. (2015). Tafsir Ibnu Katsir (Vol. 1). (A. Ma'mun, &
dkk, Penerj.) Jakarta: Darus Sunnah.Hal.470-476
292
Selain itu, karakter orang yang bertakwa
adalah menahan amarah, bersabar, dan
memaafkan kesalahan orang lain, seperti
dijelaskan dalam QS. Ali `Imrān [3]:134. Orang
yang bertakwa juga memiliki karakter mampu
mengambil ibrah (pelajaran) dari setiap kejadian.
Salah satu ayat al-Qur’an yang menjelaskan
karaker orang bertakwa ini, tertera dalam QS.
alBaqarah [2]: 66, “Serta menjadi pelajaran bagi
orang-orang yang bertakwa.” Orangorang yang
bertakwa diperingatkan untuk berhati-hati
terhadap perbuatan mereka (melanggar
keharaman-keharaman Allah dan tipu muslihat
yang mereka lakukan) supaya tidak mendapatkan
sesuatu sebagaimana yang mereka dapatkan
(kesengsaraan dan adzab).152
Seorang yang bertakwa juga harus
menepati janji dan tidak menyombongkan diri.
Perintah menunaikan janji salah satunya tertera
dalam QS. al-An`am [6]: 152. Sementara

152
Ibid,225
293
larangan menyom-bongkan diri terdapat dalam
QS. al-Nisa [4]: 36. Tobat, senantiasa memohon
pertolongan Allah, berjihad di jalan Allah SWT.
merupakan karakter orang yang bertakwa,
sebagaimana firman Allah secara berturut-turut
dalam QS. Ali `Imrān [3]: 135, QS. al-A`raf [7]:
128, dan QS. alTaubah [9]: 44.
Terakhir, karakter orang yang bertakwa
adalah tidak berbuat kerusakan/bermaksiat
kepada Allah di muka bumi. Mukmin yang
bertakwa tidak akan terjerumus pada maksiat
atau berbuat kerusakan lainnya di muka bumi,
karena tahu akan ilmu berbuat manfaat dan
berhatihati terhadap siksa Allah. Firman Allah
tentang karakter orang bertakwa ini adalah
terdapat dalam QS. al-Qashash [28]: 83.
Karakteristik takwa yang disebutkan di
atas, setelah dianalisis, dapat digolongkan
menjadi lima aspek sikap, yaitu aspek keimanan,
sosial, ritual, emosional, dan lingkungan. Aspek
keimanan merupakan aspek yang berkaitan
294
dengan kepercayaan dan agama. Aspek sosial
berkenaan dengan interaksi terhadap masyarakat,
aspek ritual berkenaan dengan tata cara
beribadah, emosional berhubungan dengan
perasaan dan aspek lingkungan berkaitan dengan
tingkah laku seseorang terhadap alam.
Kemudian, kelima aspek tersebut
membentuk empat ketaatan atau kesadaran yang
menggambarkan ketakwaan seseorang, yaitu:

1. Ketaatan /Kesadaran Ibadah, di antaranya


beriman kepada Allah SWT, beriman
kepada Malaikat, melaksanakan salat dan
lain-lain.

2. Ketaatan /Kesadaran sosial, di antaranya


menahan amarah, bersabar, dan memaafkan
kesalahan orang lain.

3. Ketaatan /Kesadaran berkepribadian baik,


di antaranya menepati janji, dan berjihad di
jalan Allah SWT.;

295
4. Ketaatan/Kesadaran terhadap lingkungan,
yaitu menjaga kelestarian lingkungan, tidak
berbuat kerusakan.153
b. Mu’min
Kepribadian seorang mukmin adalah
tingkah laku atau akhlak yang mencerminkan
rukun iman dalam kehidupan sehari-hari.
Pembinaan agama Islam dilaksanakan di upaya
pengendalian perilaku yang tidak sesuai dengan
ketentuan dan aturan agama, serta memberikan
pencerahan dalam hidup sehingga dapat
mencapai kedamaian dan ketenangan dalam
hidup berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah.
Kepribadian Mukmin diambil dari dua
kata yaitu kepribadian dan mukmin. Dalam
kehidupan sehari-hari kata kepribadian sering
dikaitkan dengan watak, sifat, karakter, tingkah
laku maupun bentuk fisik seseorang. Kepribadian
(personality) diambil dari Bahasa latin persona
153
T. Asmarani , A. Abdussalam & C. Surahman , “Konsep
Muttaqīn dalam al-Qur’an dan Implikasinya Terhadap Tujuan
Pendidikan Islam”,2019.
296
yang berarti topeng atau kedok yang dipakai oleh
aktor drama atau sandiwara dengan maksud
untuk menggambarkan perilaku, watak atau
pribadi seseorang. Secara istilah, kepribadian
adalah ciri, karakter, gaya atau sifat khas dari
seseorang yang bersumber dari bentukan-
bentukan yang diterima dari lingkungannya
seperti keluarga dan bawaan seseorang sejak
lahir154.
Ciri-ciri orang mukmin adalah:
1. Berkaitan dengan keimanan: keimanan
kepada Allah SWT, Rasul, Kitab, Malaikat,
hari kiamat, hari kiamat, hisab, surga,
neraka, alam gaib dan takdir
2. Berkaitan dengan ibadah: beribadah kepada
Allah, menunaikan berbagai kewajiban,
bertaqwa kepada Allah, selalu berdzikir,
istighfar, bertawakal, dan membaca Al-
Quran
154
Sjarkawi, “Pembentukan Kepribadian Anak, Peran Moral,
Intelektual, Emosional dan Sosial sebagai Wujud Integritas
Membangun”, (Jati Diri. Jakarta: PT. Bumi Aksara. 2008), hlm, 11
297
3. Berkaitan dengan hubungan sosial: rukun
dengan orang lain, dermawan dan berbuat
baik, bekerja sama, setia dan mau bekerja
sama, mendorong perbuatan baik dan
menjauhi keburukan, pemaaf,
memperhatikan kepentingan orang lain dan
menjauhi perbuatan sia-sia.
4. Mengenai hubungan keluarga: selalu
bersikap baik kepada orang tua dan kerabat
dekat, rukun antara suami dan istri, menjaga
keluarga dan menafkahinya.
5. Berkaitan dengan Akhlak: sabar, santun,
jujur, adil, amanah, menepati janji, menjaga
harga diri. tawadlu, teguh pada kebenaran
dan jalan Allah, mempunyai harga diri,
kemauan yang kuat, mengendalikan syahwat
dan syahwat
6. Berkaitan dengan emosi dan perasaan:
mencintai Allah, takut akan azab Allah,
mengharap rahmat Allah, mencintai orang
lain, menahan amarah, mengendalikan emosi
298
marah, tidak berbuat zalim, tidak tergesa-
gesa, tidak gegabah, rasa kasihan dan
penyesalan jika berbuat dosa.
7. Berkaitan dengan pemikiran: memikirkan
alam semesta dan ciptaan Tuhan, mencari
ilmu, tidak mengikuti prasangka dan
mengabaikan kebenaran, mempelajari
kebenaran, kebebasan berpikir dan
berkeyakinan
8. Berkaitan dengan profesi: ikhlas dalam
bekerja dan menyelesaikan pekerjaan,
berusaha tekun dan bersungguh-sungguh
dalam mencari rezeki; dan Terkait secara
fisik: kuat, sehat, bersih dan higienis.155
c. Muslim
Kepribadian secara utuh hanya mungkin
dibentuk melalui pengaruh lingkungan,
khususnya pendidikan.156Adapun sasaran yang

155
Abdullah dan onik z, “Psikologi kepribadian”, (Surabaya:JDS
digital print.2022), hlm.67-68
156
Zuhairini et,al. “Filsafat Pendiidkan Islam”, ( Jakarta: Bumi
Aksara, 1992), hal. 186
299
dituju dalam pembentukan kepribadian ini adalah
kepribadian yang dimiliki akhlak yang mulia.
Tingkat kemuliaan akhlak erat kaitannya dengan
tingkat keimanan. Sebab Nabi mengemukakan
“Orang mukmin yang paling sempurna imannya
adalah orang mukmin yang paling baik
akhlaknya”.
Seseorang yang islam disebut muslim.
Muslim adalah orang atau seseorang yang
menyerahkan dirinya secara sungguh – sungguh
kepada Allah. Jadi, dapat dijelaskan bahwa
“wujud pribadi muslim” itu adalah manusia yang
mengabdikan dirinya kepada Allah, tunduk dan
patuh serta ikhlas dalam amal perbuatannya,
karena iman kepada-Nya. Pola sesorang yang
beriman kepada Tuhan, selain berbuat kebajikan
yang diperintahkan adalah membentuk
keselarasan dan keterpaduan antara faktor iman,
islam dan ikhsan.
Orang yang dapat dengan benar
melaksanakan aktivitas hidupnya seperti
300
mendirikan shalat, menunaikan zakat, orang –
orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji,
dan orang – orang yang sabar dalam kesempitan
penderitaan dan peperangan maka mereka disebut
sebagai muslim yang takwa, dan dinyatakan
sebagai orang yang benar. Hal ini merupakan
pola takwa sebagai gambaran dari kepribadian
yang hendak diwujudkan pada manusia islam.
Apakah pola ini dapat “mewujud” atau
“mempribadi” dalam diri seseorang, sehingga
Nampak perbedaannya dengan orang lain, karena
takwanya, maka; orang itu adalah orang yang
dikatakan sebagain seseorang yang mempunyai
“Kepribadian Muslim”.

1. Kepribadian Muslim Sebagai Individu

Secara individu kepribadian Muslim


mencerminkan cirri khas yang berbeda. Ciri khas
tersebut diperolah berdasarkan potensi bawaan.
Dengan demikian secara potensi (pembawaan) akan
dijumpai adnya perbedaan kepribadian antara
301
seorang muslim dengan muslim lainnya. Namun
perbedaan itu terbatas pada seluruh potensi yang
mereka miliki, berdasarkan factor pembawaan
masingmasing meliputi aspek jasmani dan rohani.
Pada aspek jasmani seperti perbedaan bentuk fisik,
warna kulit, dan cirri-ciri fisik lainnya. Sedangkan
pada aspek rohaniah seperti sikap mental, bakat,
tingkat kecerdasan, maupun sikap emosi. Sebaliknya
dari aspek roh, ciri-ciri itu menyatu dalam kesatuan
fitrah untuk mengabdi kepada penciptannya. Latar
belakang penciptaan manusia menunjukkan bahwa
secara fitrah manusia memiliki roh sebagai bahan
baku yang sama.

Dalam hal ini Islam juga mengajarkan bahwa


factor genetika (keturunan) ikut berfungsi dalam
pembentukan kepribadian Muslim. Oleh karena itu,
filsafat pendidikan Islam memberikan pedoman
dalam pendidikan Prenatal (sebelum lahir),
Pembuahan suami atau istri sebaiknya
memperhatikan latarbelakang keturunan masing-

302
masing pilihan (tempat yang sesuai) karena
keturunan akan membekas (akhlak bapak akan
menurun pada anak).

Kemudian dalam proses berikutnya, secara


bertahap sejalan dengan tahapperkembangan
usianya, pedoman mengenai pendidikan anak juga
telah digariskan oleh filsafat pendidikan Islam.
Kalimat tauhid mulai diperdengarkan azan
ketelingan anak yang baru lahir. Kenyataan
menunjukkan dari hasil penelitian ilmu jiwa bahwa
bayi sudah dapat menerimarangsangan bunyi semasa
masih dalam kandungan. Atas dasar kepentingan itu,
maka menggemakan azan ketelingan bayi, pada
hakikatnya bertujuan memperdengarkan kalimat
tauhid diawak kehidupannya didalam dunia.

Pada usia selanjutnya, yaitu usia tujuh tahun


anak-anak dibiasakan mengerjakan shalat, dan
perintah itu mulai diintensifkan menjelang usia
sepuluh tahun. Pendidikan akhlak dalam
pembentukan pembiasaan kepada hal-hal yang baik
303
dan terpuji dimulai sejak dini. Pendidikan usia dini
akan cepat tertanam pada diri anak. Tuntunan yang
telah diberikan berdasarkan nilai-nilai
keislamanditujukkan untuk membina kepribadian
akan menjadi muslim. Dengan adanya latihan dan
pembiasaan sejak masa bayi, diharapkan agar anak
dapat menyesuaikan sikap hidup dengan kondisi
yang bakal mereka hadapi kelak.

Kemampuan untuk menyesuikan diri dengan


lingkungan tanpa harus mengorbankan diri yang
memiliki ciri khas sebagai Muslim, setidaknya
merupakan hal yang berat. Dengan demikian
pembentukan kepribadian muslim pada dasarnya
merupakan suatu pembentukan kebiasaan yang baik
dan serasi dengan nilai-nilai akhlak al-karimah.
Untuk itu setiap Muslim diajurkan untuk belajar
seumur hidup, sejak lahir (dibesarkan dengan yang
baik) hingga diakhir hayat. Pembentukan
kepribadian Muslim secara menyeluruh adalah
pembentukan yang meliputi berbagai aspek, yaitu:

304
1. Aspek idiil (dasar), dari landasan pemikiran yang
bersumber dari ajaran wahyu.
2. Aspek materiil (bahan), berupa pedoman dan
materi ajaran yang terangkum dalam materi bagi
pembentukan akhlak al-karimah.
3. Aspek sosial, menitik beratkan pada hubungan
yang baik antara sesama makhluk, khususnya
sesama manusia.
4. Aspek teologi, pembentukan kepribadian muslim
ditujukan pada pembentukan nilai-nilai tauhid
sebagai upaya untuk menjadikan kemam puan diri
sebagai pengabdi Allah yang setia.
5. Aspek teologis (tujuan), pembentukan
kepribadian Muslim mempunyai tujuan yang jelas.
6. Aspek duratife (waktu), pembentukan
kepribadian Muslim dilakukan sejak lahir hingga
meninggal dunia.
7. Aspek dimensional, pembentukan kepribadian
Muslim yang didasarkan atas penghargaan terhadap
factor-faktor bawaan yang berbeda (perbedaan
individu).
305
8. Aspek fitrah manusia, yaitu pembentukan
kepribadian Muslim meliputi bimbingan terhadap
peningkatan dan pengembangan kemampuan
jasmani, rohani dan ruh.
Pembentukan kepribadian muslim merupakan
pembentukan kepribadian yang utuh, menyeluruh,
terarah dan berimbang. Konsep ini cenderung
dijadikan alasan untuk memberi peluang bagi
tuduhan bahwa filsafat pendidikan Islambersifat
apologis (memihak dan membenarkan diri).
Penyebabnya antara lain adalah ruang lingkupnya
terlalu luas, tujuan yang akan dicapai terlampau
jauh, hingga dinilai sulit untuk diterapakn dalam
suatu sistem pendidikan.

2. Kepribadian Muslim Sebagai Ummah.

Pembentukan kepribadian Muslim sebagai


individu, adalah pembentukan kepribadian yang
diarahkan kepada peningkatan dan pengembangan
factor dasar (bawaan) dan factor ajar (lingkungan),
dengan berpedoman kepada nilai-nilai keislaman.
306
factor dasar pengembangan dan ditingkatkan
kemampuannya melalui bimbingan dan pembiasaan
berfikir, bersikap dan bertingkah laku menurut
norma-norma Islam. Sedangkan factor ajar
dilakukan dengan cara mempengaruhi individu
melalui proses dan usaha membentuk kondisi yang
mencerminkan pola kehidupan yang sejalan dengan
norma-norma Islam seperti contoh, teladan, nasihat,
anjuran, ganjaran, pembiasaan, hukuman, dan
pembentukan lingkungan serasi. Komunitas Muslim
(kelompok seakidah) ini disebut ummah.

menempatkan rasa cinta kepada-Nya dan


kepada Rasul-Nya. Dengan menerapkan
kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya diatas
segalanya, diharapkan kepribadian Muslim
sebagai individu maupun sebagai ummah akan
membuahkan sikap untuk lebih mendahulukan
kepentingan melaksanakan perintah khalikNya
dari kepentingan lain. Pembentukan kepibadian
Muslim sebagai individu, keluarga, masyarakat,

307
maupun ummah pada hakikatnya berjalan seiring
dan menuju ketujuan yang sama.

Tujuan utamanya adalah guna


merealisasikan diri, baik secara pribadi (individu)
maupun secara komunitas (ummah) untuk
menjadi pengabdi Allah yang setia. Pada tingkat
ini terlihat bahwa filsafat pendidikan Islam
memiliki sifat yang mendasar (sejalan dengan
fitrah), universal (umum) dan terarah pada tujuan
yang didasarkan atas konsep yang jelas dan benar
adanya.

3. Kepribadian Muslim Sebagai Khalifah Allah

sebagai pencipta memberi pernyataan,


bahawa ia mampu untuk menadikan manusia umat
yang sama. Dalam hal ini ternyata Al-Qur’an telah
memeberi jalan keluar untuk menggalang persatuan
dan kesatuan manusia, yang memilikilatar belakang
perbedaan suku, bangsa dan ras. Mengacu pada
pengertian tersebut, setidak-tidaknya dijumpai

308
empat aspek yang tercakup dalam pengertian
ukhuwah, yaitu:

a. Ukhuwah fi al-ubudiyyat, yang mengadung arti


persamaan dalam ciptaan dan ketundukan kepada
Allah sebagai pencipta. Pesamaan seperti ini
mencakup persamaan antara sesama makhluk
ciptaan Allah.(QS. 6;38).
b. Ukhuwah fi al-insaniyyat, merujuk kepada
pengertian bahwa manusia memiliki persamaan
dalam asal keturunan (QS. 49:13).
c. Ukhuwah fi al-wathaniyyat wa al nasab, yang
meletakkan dasar persamaan pada unsur bangsa
dan hubungan pertalian darah.(QS. 4:22-23).
d. Ukhuwah fi din al-Islam, yang mengacu pada
persamaan keyakinan (agama) yang dianut, yaitu
Islam.
Dasar ini menempatkan kaum muslimin
sebagai saudara, karena memiliki akidah yang
sama.Mengacu pada pokok permasalahan diatas,
terlihat bahwa kekhalifahan manusia bukan sekedar

309
jabatan yang biasa. Dengan jabatan tersebut manusia
dituntut untuk bertanggung jawab terhadap
kehidupan dan pemeliharaan ciptaan Tuhan di muka
bumi. Untuk itu manusia manusia dapat mengemban
amanat Allah baerupa kreasi yang didasarkan atas
norma-norma ilahiyat. Sebagai khalifah manusia
dituntut untuk memiliki rasa kasih sayang, yang
sekaligus menjadi identitasnya.

Sifat kasih sayang adalah cerminan dari


kecenderungan manusia untuk meneladani sifat
Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Sebagai khalifaeh juaga manusia diserahkan amanta
untuk mengatur kehidupan di bumi, manusia tak
terlepas dari keterikatannya dengan sang Pencipta.
Dalam hal ini manusia dituntut untuk bersyukur
terhadap keberadaannya dan lingkungan hidupnya.
Kepribadian khalifah tergabung dalam empat sisi
yang saling berkaitan, keempat sisi itu adalah:

1) mematuhi tugas yang diberikan Allah,


2) menerima tugas tersebut dan meleksanakannya
310
dalam kehidupan perorangan maupun kelompok,
3) memelihara serta mengelola lingkungan hidup
untuk kemanfaatan bersama, Menjadikan tugas-
tugas khalifah sebagai pedoman pelaksanaannya.
Gambaran dari kepribadian Muslim
terangkum dalam sosokindividu yang segala
aktivitasnya senantiasa didasarkan kepeda atas
Nama Allah, sekaligus dalam ridho Allah.
Kesadaran dan keterikatan dengan nilai-nilai ilahiyat
ini merupakan acuan dasar bagi setiap aktivitas yang
dilakukannya.157

D.Muhsin

Muhsin berarti orang yang berbuat ihsan. Kata


“ihsan” berasal dari “hasunaa” yang berarti baik atau
bagus. Jadi, yang di maksud dengan Kepribadian
muhsin adalah kepribadian dapat memperbaiki dan
mempercantik individu, baik berhubungan dengan diri
sendiri, sesamanya, alam semesta dan Tuhan yang
157
R. N. Khulaisie, “Hakikat Kepribadian Muslim, Seri Pemahaman
Jiwa Terhadap Konsep Insan Kamil”, Reflektika, 11(1), 2016, hal
39-57.
311
diniatkan hanya untuk mencari ridha-Nya. Dan juga,
Muhsin Artinya kegemaran pada amal shaleh,
Rausanfikr (muslim tercerah kan) harus tercipta dalam
diri kita masing masing. 158Kita tidak boleh masa bodoh
atau tidak peduli (cuek) dengan persoalan di sekitar
kita. Kepedulian pada persoalan ummat akan
mendorong kita menuju sebuah keshalehan sosial yang
sangat diteka nkan oleh Islam. Islam tidak saja
mengajarkan keshalehan individu (taat pada per intah
ibadah mahdhah). Kepribadian muhsin dapat dibentuk
dengan dua pola:159

Pertama, Pola umum, yaitu segala perilaku baik,


yang dapat mempercantik diri manu sia yang objeknya
tidak terbatas pada subjek tertentu. Pola umum ini
antara peri laku syukur, sabar, tawakal, pemaaf, iffah,
dan sebagainya. Perilaku syukur misa lnya dapat
ditujukan kepada Tuhan dengan memuji karunia-Nya.
Syukur juga dapat dialamatkan kepada sesama manusia

158
Abdul Mujib, “Kepribadian dalam Psikologi Islam”, hal. 305
159
Jalaludin, “Teologi Pendidikan”, hal. 140
312
dengan ucapan terimakasih dan menerima pemberian
itu dengan senang.

Kedua, Pola khusus, yaitu segala perilaku baik,


yang dapat mempercantik diri manusia yang objeknya
ditujukan pada subjek tertentu. Misalnya, perilaku baik
khusus kepada Allah SWT; perilaku hormat anak
kepada orang tua; perilaku sayang orang tua kepada
yang lebih muda; perilaku taat istri kepada suami dan
sebaliknya; perilaku santun guru kepada muridnya;
perilaku baik majikan kepada pembantu; ber buat baik
kepada tetangga; berbuat baik kepada sesama manusia,
sesama agama, sesama hamba Allah (flora dan fauna),
dan seterusnya.160

E.Kafir

160
I. Chasanah , M. Mubarak, & Y. Hairina, “ Kepribadian Muhsin
dan Tingkat Stres Mahasiswa Psikologi Islam UIN Antasari dalam
Menghadapi Covid-19”, Jurnal Al-Husna,Vol. 2 NO.1 ,2016, Hal.
1-13.
313
Kafir secara bahasa (epistimologi) kafir berarti
menutupi, tidak mensyukuri, cuci tangan atau bersih
juga bisa berarti menghapus dosanya. Selain itu kafir
juga bisa diartikan tanah lapang, kampung, dan
desa161.Malam bisa disebut kafir karena malam
menutupi sinar matahari (untuk menjadi siang) atau ia
menutupi bendabenda dengan kegelapannya. Awan
juga disebut kafir karena ia menutupi sinar matahari.
Demikian pula petani yang terkadang disebut kafir
karena ia menutupi benih dengan tanah. Seorang yang
berbohong dianggap kafir karena ia menutupi sebuah
kebenaran. Serta orang yang melakukan pengakuan
dosa (menurut orang kristen katolik) disebut kafir
karena telah melakukan penebusan atau bersih dari
dosanya. Menurut istilah (umat kristiani) kafir adalah
orang yang tidak memeluk agama apapun, penilaian
mereka tanpa melihat agama apa yang dipeluk serta
tidak memandang keshalehan dalam beribadah. 162
161
Ahmad Warson Munawir, Kamus al-Munawwir, (Jakarta: Pustaka
progresif, 2002), hal. 1217
162
I. Z. Z. A. T. U. N. Nada, “Karakteristik Kafir menurut
Harifuddin Cawidu dalam Buku “Konsep Kufr dalam al-
Qur’an”. UIN Walisongo Semarang, 2020
314
Secara istilah (terminologi Islam), kafir berarti
lawan dari iman. Para ulama tidak sepakat dalam
menetapkan batasan kafir sebagaimana mereka berbeda
pendapat dalam hal menetapkan batasan iman. Kalau
iman diartikan dengan pembenaran (at-tasdīq) terhadap
ajaran yang dibawa Rasulullah Muhammad SAW,
maka kafir diartikan dengan pendustaan (at-takhdzīb)
terhadap Rasulullah Muhammad SAW beserta ajaran-
ajaran yang dibawa oleh beliau. Inilah batasan yang
paling umum dan yang paling sering dipakai dalam
buku-buku akidah, khususnya yang beraliran
Ahlussunnah wal Jama’ah, dan yang lebih khusus lagi
mereka yang beraliran Asy’ariyyah.163

Sementara itu, ciri-ciri orang kafir yang diungkapkan


dalam Al-Qur’an antara lain164:

1. suka putus asa


2. tidak menikmati kedamaian dan ketenteraman dalam
163
Harifuddin Cawidu, “Konsep Kufr dalam Al-Qur’an”, (Jakarta:
Bulan Bintang, 1991), hal. 7
164
A. Hidayat, “PSIKOLOGI DAN KEPRIBADIAN MANUSIA:
Perspektif Al-Qur’an Dan Pendidikan Islam”, Jurnal
Penelitian, Volume 11 No. 2, 2018
315
kehidupannya
3. tidak percaya pada rukun iman yang selama ini
menjadi pedoman keyakinan umat Islam
4. mereka tidak mau mendengar dan berpikir tentang
kebenaran yang diyakini kaum Muslim (e) mereka
sering tidak setia pada janji, bersikap sombong, suka
dengki, cenderung memusuhi orang-orang beriman
5. mereka suka kehidupan hedonis, kehidupan yang
serba berlandaskan halhal yang bersifat material;
tujuan hidup mereka hanya kesuksesan duniawi,
sehingga sering kali berakibat ketidakseimbangan
pada kepribadian
6. mereka pun tertutup pada pengetahuan ketauhidan,
dan lain-lain.165
Ciri-ciri orang kafir sebagaimana yang tergambar
dalam AlQur’an tersebut menyebabkan mereka
kehilangan keseimbangan kepribadian, yang akibatnya
mereka mengalami penyimpangan ke arah pemuasan
syahwat serta kesenangan lahiriah dan duniawi. Hal ini

165
Rani Anggraeni Dewi, “Kepribadian (Psikologi Al-Qur’an)”,
www.p - sakahati.com, diakses pada 28 Juni 2017.
316
membuat mereka kehilangan satu tujuan tertentu dalam
kehidupan, yaitu beribadah kepada Allah dan
mengharap ridaNya untuk mengharap magfirah serta
pahala-Nya di dunia dan akhirat.166

Ciri-ciri dari orang kafir yang diterangkan dalam al-


Quran adalah:

1. Berkaitan dengan akidah: tidak beriman kepada


Allah, Rasul-rasulNya, serta kebangkitan dan hisab.
2. Berkaitan dengan ibadah: beribadah kepada selain
Allah
3. Berkaitan dengan hubungan sosial: zalim tak
bersahabat terhadap orang mukmin, mencemoohkan
orang-orang mukmin, selalu menyuruh
kemungkarandan menghalangi-halangi kebaikan.
4. Berkaitan dengan keluarga: senang memutuskan tali
silaturrahmi
5. Berkaitan dengan akhlak: suka melanggar janji,
durhaka, memperturutkan hawa nafsu dan syahwat,

166
Muhammad Utsman Najati, “Psikologi dalam Al-Qur’an”, Hal.
387-389
317
menipu,dan takabur.
6. Berkaitan dengan emosi dan perasaan: tidak senang
kepada orang-orang mukmin, dan hasud atas segala
yang dikaruniakan Allah kepada orang mukmin dan
Berkaitan dengan pemikiran: berpikir jumud, lemah
dalam pemahaman dan pemikiran, hati mereka
tertutup dan terkunci, taklid buta atas keyakinan-
keyakinan dan tradisi-tradisi leluhur dan
menipu diri sendiri.167

F. Musyrik
Musyrik adalah orang yang mempersekutukan
Allah, mengaku adanya Tuhan selain Allah atau
menyamakan sesuatu dengan Allah. Dengan demikian
orang musyrik disamping menyembah Allah
mengabdikan kepada Allah, juga mengabdikan dirinya
kepada yang selainAllah. Jadi orang musyrik itu ialah
mereka yg mempersekutukan Allah baik dalam bentuk
I’tikad (kepercayaan), ucapan maupun dalam bentuk
amal perbuatan. Karena itu, barang siapa menyembah
167
Abdullah dan onik z, “Psikologi kepribadian” (Surabaya:JDS
digital print.2022), hal.68-69
318
selain Allah berarti ia meletakkan ibadah tidak pada
tempatnya dan memberikan kepada yang tidak berhak,
dan itu adalah kezaliman yang paling besar.

Adapun Jenis- jenis musyrik yaitu :

1. Musyrik Murni.
Musyrik murni ialah orang yang perbuatan dan
cara-cara ibadahnya dilakukan tidak sesuai dengan
akidah agama Islam. Mereka menafikan agama, dan
lebih suka mengikuti perbuatan tidak sesuai akidah
yang dilakukan oleh nenek moyangnya. “Dari kalangan
mereka biasanya terdapat orang yang dituakan, sebagai
pemimpin spiritual untuk seluruh rakyat di suatu
kampung atau desa,” katanya.
2. Musyrik Perbuatan.
Musyrik Perbuatan ialah orang-orang yang
mengaku Islam, namun dalam amal ibadah tidak
mencerminkan seorang mukmin. Ia bersyahadat, puasa,
sholat, zakat dan naik haji. Namun meski demikian ia
juga masih mempercayai hal-hal lain seperti masih
percaya kepada benda-benda bertuah, keris, tombak,
319
tosan aji, atau benda-benda lainnya yang dianggap
memiliki kekuatan gaib. Ia juga suka pergi kepada
dukun atau orang-orang pintar.
3. Musyrik Pemujaan.
Musyrik pemujaan ialah orang-orang Islam
awam, yang masih pergi ke tempat-tempat keramat,
seperti diantaranya kuburan para wali, bukan untuk
melakukan ziarah melainkan hanya ingin mendapatkan
berkah. Mereka juga kebanyakan kurang paham
mengenai akidah Islam sehingga di samping percaya
kepada Tuhan, mereka juga percaya kepada gua-gua,
pohon, atau tempat-tempat lain yang dianggap keramat.
Mereka juga membuat perjanjian denga n penunggu
tempat keramat, tersebut seperti gunung yang mereka
anggap dapat memberikan kekayaan.168

G. Munafik
Munafik secara bahasa berasal dari kata nafiqa
yaitu salah satu lobang tempat keluarnya yarbu (hewan
168
Andi Nur Shabaa, Zhahiirah Dian Revalina, Muhammad Arsyam,
“KONSEP DASAR TENTANG MUKMIN, KAFIR, MUNAFIK, DAN
MUSYRIK”
320
jenis tikus) dari sarangnya, dimanajika ia dicari dari
lobang yang satu maka akan keluar dari lobang yang
lain.Dikatakan pula, ia berasal dari kata nafaq yaitu
lobang tempat tersembunyi. Nifak menurut syara’ yaitu
menampakkan islam dan kebaikan tetapi
menyembunyikan kefukuran dan kejahatan. Munafik
adalah segolongan orang yang berkepribadian sangat
lemah dan bimbang. Adapun di antara sifat atau watak
orang munafik yang tergambar dalam Al-Qur'an antara
lain:

1. mereka "lupa" dan menuhankan sesuatu atau


seseorang selain Allah swt.
2. dalam berbicara mereka suka berdusta.
3. mereka menutup pendengaran, penglihatan, dan
perasaannya dari kebenaran
4. orang-orang munafik ialah kelompok manusia
dengan kepribadian yang lemah, peragu, dan tidak
mempunyai sikap yang tegas dalam masalah
keimanan
5. mereka bersifat hipokrit, yakni sombong, angkuh,

321
dan cepat berputus asa.
Ciri kepribadian orang munafik yang paling
mendasar adalah kebimbangannya antara keimanan dan
kekafiran serta ketidakmampuannya membuat sikap
yang tegas dan jelas berkaitan dengan keyakinan
bertauhid. Dengan demikian, umat Islam sangat
beruntung mendapatkan rujukan yang paling benar
tentang kepribadian dibanding teori-teori lainnya,
terutama diyakini rujukan tersebut adalah wahyu dari
Allah swt. yang disampaikan kepada Nabi Muhammad
saw, manusia teladan kekasih Allah.

Oleh karena itu pula, Nabi Muhammad saw.


diutus oleh Allah swt. ke muka bumi untuk memainkan
peran sebagai model insan kamil bagi umat manusia.
Kepribadian dalam kehidupan sehari-hari mengandung
sifat-sifat manusiawi kita, alam pikiran, emosi, bagian
interior kita yang berkembang melalui interaksi indra-
indra fisik dengan lingkungan. Namun lebih dalam lagi,
kepribadian sesungguhnya merupakan produk kondisi
jiwa (nafs) kita yang saling berhubungan. Atau, dapat

322
dikatakan pula bahwa kepribadian seseorang
berbanding lurus dengan kondisi jiwanya (nafs).169

Macam-macam munafik yakni:

1. Nifak asghar adalah nifak pada amal perbuatan


yaitu seseorang yang menampakkan amal shalih
dihadapan banyak orang tapi menyalahi hal itu
secara diam-diam. Ibnu Rajab berkata,
“kesimpulannya, kemunafikan asghar adalah
semuanya kembali kepada berbedanya seseorang
ketika ia sedang sendiri denganketika ia sedang
bersama orang lain sebagaimana dikatakan oleh
Imam Hasan al-Bishri dalam kitab Jami’ul ulum
wal ahkam.
2. Munafik akbar atau biasa disebut nifak I’tiqad
yaitu jika seseorang menampakkan iman kepada
Allah, Malaikat, kitab-kitab, para Rasul,dan hari
akhir, tetapi menyembunyikan perkara yang

169
Aat Hidayat, “PSIKOLOGI DAN KEPRIBADIAN MANUSIA:
Perspektif Al-Qur'an Dan Pendidikan Islam”, Jurnal Penelitian, Vol.
11, No. 2, Agustus (2017) ,hal. 479-480
323
menyalahi hal itu baik secara keseluruhan atau
sebagianya.

H. Dholim
Secara etimologi al-zhulm berasal dari kata ‫ظلم يظلم‬
‫ ظلما‬- yang terdiri dari huruf dza, lam, dan mim(‫ م‬- ‫) ظل‬
mempunyai dua arti, yang pertama, yaitu lawan kata
dari pelita atau cahaya dengan kata lain gelap.kedua,
menempatkan sesuatu yang bukan pada
tempatnya.Secara terminologi al-zhulm diartikan
sebagai tindakan melampaui batas. kebenaran dan
cenderung kepada kebatilan. wujud al-Zhulm dalam al-
Qur'an pada hakikatnya ada tiga yaitu:

pertama, zhulm kepada Allah, dalam artian kufur


dan juga dalam bentuk Syirik sebagaimana firman
Allah swt Q.S. al- An'am (6): 21.

Kedua, Zhulm terhadap sesama manusia, Zhulm


yang dimaksud disini adalah bentuk penganiayaan atas
kehormatan, fisik, dan hartanya. Sebagaimana firman
Allah SWT Q.S. al-Baqarah(2): 188.
324
Ketiga, Zhulm terhadap diri sendiri, hal ini
dilakukan dengan cara mengotori dirinya dengan
berbagai macam dosa, kejahatan, dan keburukan,
berupa perbuatan maksiat kepada Allah dan Rasul-Nya.
Sebagaimana firman Allah swt Q.S. al-'Araf (7): 160.170

I. Fasik
Fasiq (‫ )الفسق‬berasal dari akar kata ‫ فسق‬Secara - ‫َيْفُس ُق‬
‫ َفُس ْو ًقا‬- ‫ ِفْس ًقا‬atau - ‫ َيْفِس يُق‬etimologis (bahasa) dalam
ungkapan orang Arab fasig (‫ )الفس__ق‬maknanya adalah
keluar dari sesuatu ( ‫) الخ__روج عن الش__يء‬atau keluar.
Menyimpang dari perintah ( ‫)الخروج عن األمر‬. Dikatakan
pula misalnya( ‫) فس__ق فالن "مال__ه‬si fulan mengeluarkan
hartanya jika ia menghabiskan atau
membelanjakannya". Sehingga secara etimologis
(bahasa), fasiq (‫)الفسق‬maknanya adalah keluar ‫ الخروج‬.

Fasik didefinisikan sebagai orang yung banyak


berbuat maksiat, meninggalkan perintah Allah Swt,
170
Irfan , "konsep Dholim" , JURNAL ilmu Al-Qur'an dan tafsir , Vol. 2
No. 1 (2019), hal 303-304
325
keluar dari jalan benar dan agama. Fasik juga
didefinisikan dengan orang yang melakukan dosa besar
atau sering melakukan dosa kecil. Sementara itu, secara
terminologis (istilah), menurut al- Jurjani, orang fasik
adalah orang yang menyaksikan, tetapi tidak meyakini
dan melaksanakan. Sedangkan Al-Manzhur lebih lanjut
menjelaskan bahwa fasik (‫)الفس__ق‬bermakna maksiat,
meninggalkan perintah Allah Swt, dan menyimpang
dari jalan yang benar. Fasik juga berarti menyimpang
dari agama dan cendrungpada kemaksiatan.

Seseorang yang berbuat fasik adalah orang-orang


yang terus menerus melakukan dosa besar,
menganggap dosa besar adalah hal yang biasa, dan
menolak untuk meninggalkan dosa besar, maka mereka
dapat tertutup serta mati hatinya sehingga bisa menjadi
munafik dan kafir.

Kefasikan terbagi menjadi dua macam, yaitu:

326
Pertama, kefasikan yang membuat seseorang
keluar dari agamanya, yakni kufur, kerena itu orang
kafir juga disebut orang fasik.

Kedua, kefasikan yang tidak membuat seseorang


keluar dari agamanya sehingga oang-orang fasik dari
kaum muslimin disebut al-'ashi (pelaku maksiat).

Karakter orang munafik dalam perpspekfif Al Qur'an


bahwa Sebenarnya perumpamaan itu dibuat untuk
menyatakan sesuatu yang tersembunyi dengan
menggambarkannya dalam bentuk yang nyata,
sehingga mudah. untuk dipahami. Namun orang-orang
jahil, jika mendengar ayat Allah Swt selalu bersikap
angkuh, keras kepala dan bereaksi menentangnya.
Inilah yang membuatnya menjadi sesat.

Sebaliknya, orang-orang yang mengambil ayat-ayat


Allah sebagai petunjuk, akan menjadi insaf. Apabila
mendengar pembacaan ayat-ayat Allah Swt, selalu
diperhatikan dan dipikirkan maknanya dengan pikiran
yang jernih. Perumpamaan ini hanyalah menyesatkan

327
orang-orang yang tidak memahami sunnah Allah Swt
(hukum alam dan hukum objektif) yang telah
diciptakan sebagai pelajaran.

Maksud "menyesatkan" di sini adalah membiarkan


sesat. Orang yang dibiarkan. sesat adalah mereka yang
merusak janji Allah Swt yang sudah dikukuhkan
(ditetapkan) yaitu, orang yang tidak menggunakan
karunia Allah seperti akal dan pancaindera untuk
berpikir dan meneliti. Dengan demikian mereka.
sepertinya tidak memiliki akal dan indera .

Perjanjian yang mereka rusak adalah perjanjian


fitrah, yaitu hukum alam. Selain perjanjian fitrah, ada
satu perjanjian lagi yaitu perjanjian yang bersifat
agama. Allah Swt mengukuhkan perjanjian pertama
dengan menjadikan akal sanggup memahami sunnah-
sunnah Allah Swt yang berlaku dalam kehidupan alam.

Perjanjian kedua dikukuhkan dengan mukjizat yang


diberikan kepada para nabi. Karena itu, siapa pun yang
mengingkari kebangkitan Rasul dan tidak mengikuti

328
petunjuk-petunjuknya, berarti telah merusak janji, dan
dinyatakan telah keluar dari ketentuan Allah dan
penciptaan kekuatan manusia ke batas kesempurnaan.
yang memungkinkan baginya. Orang- orang yang
dibiarkan sesat adalah mereka yang memutuskan
hubungan persaudaraan. (silaturrahim) dan tidak mau
memberikan. bantuan. Padahal Allah
Swtmemerintahkan supaya tali hubungan persaudaraan
diperkukuh dengan saling membantu.171

J. Murtad
Secara etimologis, murtad dimaknai para ahli fikih
sebagai abrujú an al-klim (berbalik dari Islam).
Sedangkan secara terminologi, murtad diartikan 'Abd
al-Rahman al-Juzayri dalam al-Figh alà al-Madbähib
al-Arba'ah sebagai orang Islam yang memilih menjadi
kafir setelah sebelumnya mengucapkan dua kalimat
syahadat dan menjalankan syariat Islam. Kemurtadan
itu diungkapkan secara jelas Garih), misalnya, usbrikú
bi Allah (saya menyekutukan Allah).
171
Hafizzullah, Tri Yuliana Wijayanti, Rosiska Juliarti , “RESPON AL-
QURAN TERHADAP KARAKTER ORANG FASIK”
329
Untuk memudahkan,ulama fikih
mengategorisasikan riddah ke dalam empat kategori."

Pertama, murtad sebab keyakinan (itiqadi) yang


bertentangan dengan pokok akidah Islam. Shata al-
Dimyati memerinci beberapa hal yang termasuk murtad
irigādi ini, yaitu: meragukan Allah (al-shakk fi Allah),
meragukan ke- rasulan seorang rasul, meragukan satu
bagian dari Alquran, tidak memercayai hari akhir, tidak
memercayai surga dan neraka, tidak memercayai
konsep pahala dan dosa, tidak memercayai satu sifat
dari sifat-sifat Allah, meyakini kehalalan sesuatu yang
diharamkan," mengingkari hal-hal yang telah
disepakati hukumnya dan telah diketahui publik secara
luas seperti salat lima waktu."

Kedua, murtad sebab perbuatan . Shata al- Dimyati


menyebut, termasuk murtad bi al-fi'l adalah bersujud
pada pating, matahari, atau yang lain (al- sujüd li
sanam aw li shams aw makbling åkhar).

330
Ketiga, murtad sebab perkataan (gasel). Shata al-
Dimyati mencontohkan beberapa perkataan yang me-
nyebabkan kemurtadan seseorang: memanggil orang
Islam lain dengan panggilan "wahaikafir"; perkataan
"jikaAllah menyiksaku karena tidak mengerjakan salat
padahal aku sakit, maka Allah zalim kepadaku";
perkataan, "salat tidak cocok buat aku", "saya tidak
menemukan kebaikan sepanjang aku salat"; mencaci
seseorang yang bemama sama dengan nama Nabi
Muhammad dengan maksud mencaci Nabi,
meremehkan farwa ulama dengan maksud meremehkan
syariat; menyerupakan wajah orang saleh dengan babi,
perkataan seseorang, "saya menginginkan sejumlah
harta, baik yang halal maupun yang haram: tidak
merespon azan dan tidak mendengarkan ketika Alquran
dibacakan; mencaci para Sahabat Nabi."

Keempat, murtad karena meninggalkan ajaran (zark


Bıraq) dengan maksud menentang dan mengingkari
syariat Islam (al-tark yadull ala al-'inad wa al-
mu'aradab li al-shar'i istikbarın aw juhidan), seperti

331
meninggalkan salat, puasa, dan zakat dengan maksud
menentang wajibnya ibadah-ibadah tersebut.172

172
Abd. Moqsith, ”TAFSIR ATAS HUKUM MURTAD DALAM ISLAM”,
Ahkam: Vol. XIII, No. 2( 2013), hal 290-291
332
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah dan Onik. Z. Psikologi kepribadian. (2022).


psikologi kepribadian. (Surabaya: DJS Digital
Print).
Adler, A. (1929). The Science of Living. London:
George Allen & Unwin Ltd., Crandall, James E.
“A Scale for Social Interest.” The Journal of
Individual Psychology 47, no. 1 (1991): 106-
114.
Adler, A. (1956) Psikologi Individu Alfred Adler.
Ansbacher, HL dan Ansbacher, RR, Eds. Buku
Obor Harper, New York.
Adler, A. (2011). The Practice and Theory of Individual
Psychology. Translated by P. Radin. London:
Ansbacher (New York: W. W. Norton &
Company, 1979), 24. (italics in the original)
Kegan Paul, Trench, Trubner & Co., Ltd., 1925.
Reprint, Mansfield Centre, CT: Martino
Publishing.

333
Adler, Alfread. (1997). Understanding Life: An
Introduction to the Psychology of Alfred Adler.
England: Oxford University.
Agus Kusmayadi, Muhammad Agus. (2011). Profil
Kepribadian Siswa Berprestasi Unggul dan
Asor Berdasarkan Program Studi Sekolah
Menengah Atas. (Studi Deskriptif Terhadap
Hasil Tes EPPS Siswa Berprestasi Unggul dan
Asor Kelas XI SMA Negeri di Kabupaten
Sumedang Tahun Ajaran 2010/2011). Skripsi
jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan
UPI Bandung.
Aldy al-Maqassary. (2023, 27 Mei) "Eric From (Teori
Psikologi Sosial)", di akses pada 17 Oktober
2023
https://www.psychologymania.com/2010/05/eri
ch-fromm-teori-psikologi-sosial.html?m=1
Allen, Chris, ‘The Balance of Personality’, The Balance
of Personality, 2020
https://doi.org/10.15760/pdxopen-25

334
Alwisol. (2005). Psikologi Kepribadian. Malang:
Universitas Muhammadiyah. Malang.
Alwisol. (2006). Psikologi Kepribadian.
Malang:UMMPress.
Alwisol. (2015). Psikologi Kepribadian. Malang: UMM
Press.
Alwisol. (2018). Psikologi kepribadian. Malang: UMM
Press.
Alwisol. (2020). Psikologi Kepribadian. Malang: UMM
Press
Alwisol. 2004. Psikologi Kepribadian Edisi Revisi.
Malang: UMM Press.
Alwisol. 2009. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM
Press.
Amalia, Lia, ‘MENJELAJAHI DIRI DENGAN TEORI
KEPRIBADIAN CARL R. ROGERS’, Muaddib,
3.1 (2014), 87–99
Anggraeni Dewi, Rani. “Kepribadian (Psikologi Al-
Qur’an)”. www.p - sakahati.com, diakses pada 28
Juni 2017.

335
Ansori, Aan. 2020. “Kepribadian dan Emosi”. Jurnal
Literasi Pendidikan Nusantara, 1 (1).
Apriyanti, D., Syarif, H., Ramadhan, S., Zaim, M., &
Agustina, A. 2019. Technology-based Google
classroom in English business writing class.
Seventh International Conference on Languages
and Arts (ICLA 2018), 689–694.
Arifin, Syamsir. 1991. Kamus Sastra Indonesia: Angkasa
Raya.
Aritonang, I. (2020). Keunikan Individu Menurut
Gordon Allport.
Asmarani, T., Abdussalam, A., & Surahman, C. (2019).
Konsep Muttaqīn dalam al-Qur’an dan
Implikasinya Terhadap Tujuan Pendidikan Islam.
Baharuddin, 2007, Paradigma Psikologi Islami,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar)
Barlow, D. H. 2002. Anxiety and its disorders: The
nature and treatment of anxiety and panic.
Guilford press.

336
Berger, K. S. (2001). The developing person: Through
childhood and adolescence. New York: Worth
Publishers.
Boeree, George. (2006). Personality Theories: Alfred
Adler. Shippensburg University: Psychology
Department (Original E-Text-Site:
http://www.ship.edu/%7Ecgboeree/perscontents.
html
Britannica. Editor Ensiklopedia. (2023, 29 Agustus).
"Tes Rorschach". Ensiklopedia Britannica.
Diakses pada tanggal 17 Oktober 2023 dari
https://www.britannica.com/science/Rorschach-
Test.
Budiraharjo, Paulus. 1997. Mengenal Teori Kepribadian
Mutakhir. Kanisius: Yogyakarta
Calviin S. Hall. 2000. Libido Kekuasaan Sigmund
Freud, Terj. Tasrif. Jogyakarta: Tarawang Press.
Cawidu, Harifuddin. (1991). “Konsep Kufr dalam Al-
Qur’an”, (Jakarta: Bulan Bintang).
Chasanah, I., Mubarak, M., & Hairina, Y. (2022).
Kepribadian Muhsin dan Tingkat Stres
337
Mahasiswa Psikologi Islam UIN Antasari dalam
Menghadapi Covid-19. Jurnal Al-Husna, 2(1).
Costa, P. T., & Mc Crae, R. R. 1992. Revised NEO
Personality Inventory (NEO-PI-R) and NEO
Five-Factor Inventory (NEO-FFI) professional
manual. Psychological Assessment Resources.
Digman, J. M. 1990. Personality structure: Emergence
of the five-factor model. Annual review of
psychology, 41 (1).
Drs. Ujam Jaenuddin M.Si. (2015) “Teori-teori
Kepribadian” Bandung: Pustaka setia
Echols dan Hasan Shadily. 2000. Kamus Inggris-
Indonesia. Jakarta: Gramedia.
Ekadewi, Dinar Sari, ‘Kajian Carl R. Rogers Tentang “A
Way of Being”’, Psycho Idea, 2006
Eny Setyowati (2020) Pembentukan Kepribadian Islami
Pada Anak Usia Dini, Ngawi: Al-Mabsut
Eysenck, H. J. 1967. The biological basis of personality.
Charles C Thomas Publisher.
Fathi Yakan, 2005, Problematik Dakwah dan Para
Da’I, PT Era Adicitra Intermedia, Solo.
338
Feist, J. & Feist, G. J. (2008). Theories of personality
(7th ed.). New York: McGraw-Hill.
Feist, J. and Feist, G. (2009). 7th Edition. Theories of
Personality. New York, NY: McGraw Hill.
Feist, Jess dan Gregory J. Feist. 2014. Theories of
Personality. Jakarta : Salemba Humanika.
Fromm, E. (2020). Man for himself. IRCiSoD.
Fromm, E. Man for Himself. New York: Holt, Rinehart
and Winston, 1947.
Fromm, E. The Art of Loving. New York: Harper and
Row, 195
Fromm, E. The Sdane Society. New York: Holt,
Rinehart and Winston, 1955.
Hafizzullah, Yuliana Wijayanti, Tri. Juliarti ., Rosiska.
“RESPON AL-QURAN TERHADAP
KARAKTER ORANG FASIK”.
Hall, C. S dan Lindzey, G. (1993). Psikologi
Kepribadian I Teori-teori Psikodinamik (klinis).
Yogyakarta: Kanisius.
Harahap, Nur Hasanah, Agung Pebrianto, Dania Riski
Rahayu, and Asmawati Asmawati. “Teori
339
Kepribadian Sheldon di Era Modern.” Journal
on Education 6, no. 1 (June 3, 2023): 1822–
1825.
Hasan Alwi, 2005, dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka)
Hasanah, Aan. 2009. Pendidikan Berbasis Karakter.
Jakarta Barat: Media Indonesia.
Herlan Suherlan & Yono Buhiono, 2013, Psikologi
Pelayanan, Media Perubahan, Bandung.
Hidayat, A. (2018). PSIKOLOGI DAN KEPRIBADIAN
MANUSIA: Perspektif Al-Qur’an Dan
Pendidikan Islam. Jurnal Penelitian, 11(2).
Hidayat, D.R. (2015). Teori dan Apilikasi Psikologi
Kepribadian dalam Konseling. Bogor: Penerbit
Ghalia Indonesia.
Hidayat, Dede Rahmat. 2011, Psikologi Kepribadian
Dalam Konseling, Bogor: Penerbit Ghalia
Indonesia.
Irfan. (2019). "konsep Dholim". JURNAL ilmu Al-
Qur'an dan tafsir . 2( 1 ).

340
Ja’far, Suhermanto. 2015. “Struktur Kepribadian
Manusia Prespektif Psikologi dan Filsafat”,
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi, Vol.2, No.2
Jalaludin. “Teologi Pendidikan”.
Jarvis, Matt, Psikologi Humanistik (NUSAMEDIA,
2021)
Jarvis, Matt. 2010. Teori-Teori Psikologi: Pendekatan
Modern Untuk Memahami Perilaku, Perasaan
dan Pikiran Manusia, Bandung: Nusa Media.
Jess Feist& Gregory J. Feist. (2010). Teori
Kepribadian,Terj.Handriatno, (Jakarta: Salemba
Humanika.
John, O. P., & Srivastava, S. 1992. The Big Five trait
taxonomy: History, measurement, and
theoretical perspectives. Handbook of
personality: Theory and research. 2.
Jung, Carl G. 2017. Psikologi dan Agama. Yogyakarta:
IRCISO.
Jung, Carl Gustav. 1945. The Relation Between The Ego
and The Unconscious. Vol.7. Priceton
Univ.Press: Pricenton
341
Jung, Carl Gustav. 1987. Menjadi Diri Sendiri.
Gramedia: Jakarta Lindzey, Gardner dan Hall,
Calvin S. 1993. Teori-Teori Psikodinamik
(Klinis). Kanisius: Yogyakarta
Jung, Carl. 1986. Memperkenalkan Psikologi Analitis.
Jakarta: Gramedia.
Juwita, D. R. (2020). Konsep Maqasid al-Syariah dalam
Konteks Game Online di Masyarakat. AL-
MANHAJ: Jurnal Hukum dan Pranata Sosial
Islam, 2(1), 25-44.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). 1990. Jakarta:
Balai Pustaka.
Karim, Bisyri Abdul. 2020. “Teori Kepribadian dan
Perbedaan Individu”, Education and Learning
Journal, 1 (1).
Kementerian Pendidikan Nasional, Badan Penelitian Dan
Pengembangan Pusat Kurikulum. 2010.
Pengembangan Pendidikan Budaya dan
Karakter Bangsa. Jakarta: Pedoman Sekolah.

342
Khulaisie, R. N. (2016). Hakikat Kepribadian Muslim,
Seri Pemahaman Jiwa Terhadap Konsep Insan
Kamil. Reflektika, 11(1).
Koswara. 1991. Teori-teori Kepribadian. Bandung:
Eresco.
Koswara. 2005. Teori Kepribadian Edisi II. Bandung:
PT. Eresco.
Lindsey., C. S. (1993). Psikologi Kepribadian 2: Teori-
teori Holistik (Organismik – Fenomenologis).
Yogyakarta: Kanisius.
Lindzey, Gardner dan Hall, Calvin S. 1993. Teori-Teori
Psikodinamik (Klinis). Kanisius: Yogyakarta
M. Hidayat Ginanjar (2013), Urgensi Lingkungan
Pendidikan Sebagai Mediasi Pembentukan
Karakter Peserta Didik, Edukasi Islami Jurnal
Pendidikan Islam.
M. Quraish Shihab, 1998, Wawasan Al-Qur’an,
(Bandung: Mizan)
Majid, Abdul dan Dian Andayai. 2012. Pendidikan
Karakter Perspektif Islam. Bandung: PT Remaja
Rosda Karya.
343
Maramis,WF, 2005, Ilmu Kedoktera Jiwa, (Surabaya:
Airlangga University)
McAdams, D. P. (2009). The person: A new introduction
to personality psychology. Danvers, MA: Wiley-
Blackwell.
McLeod, S. A. (2014). Personality. Retrieved from
https://www.simplypsychology.org/personality.ht
ml
McLeod, S. A. (2018). Convergence Theory. Retrieved
from
https://www.simplypsychology.org/convergence-
theory.html
Mendes, E., Wohlin, C., Felizardo, K., & Kalinowski,
M. 2020. When to update systematic literature
reviews in software engineering. Journal of
Systems and Software, 167.
Mondal A, Kumar M. Rorschach inkblot test and
psychopathology among patients suffering from
schizophrenia: A correlational study. Ind
Psychiatry J. 2021 Jan-Jun;30(1):74-83..

344
Moqsith, Abd. (2013).”TAFSIR ATAS HUKUM
MURTAD DALAM ISLAM”, Ahkam: 13(2).
Muazaroh, Siti & Zubaidi, 2019, “Kebutuhan Mnausia
Dalam Pemikiran Abraham Maslow”, Jurnal al-
Mazahib Vol. 7, No. 1.
Muhimmatul Hasanah (2018), Dinamika Kepribadian
Menurut Psikologi Islami, Jurnal Ummul Qura’
Mujahidin, Endin. 2012. Seminar Pendidikan Karakter
Dalam Perspektif Pendidikan Islam. Bogor: STAI
Al Hidayah Bogor.
Mujiati, N. (2023). Pola Asuh Orang Tua Dalam
Membentuk Kepribadian Anak Di Desa
Warugunung Kecamatan Pacet Kabupaten
Mojokerto. Al-Muttaqin: Jurnal Studi, Sosial,
dan Ekonomi, 4(2), 156-170.
Mujib, Abdul. “Kepribadian dalam Psikologi Islam”.
Mukharom, Rohmah Akhirul, and Jarman Arroisi,
‘MAKNA HIDUP PERSPEKTIF VICTOR
FRANKL: KAJIAN DIMENSI SPIRITUAL
DALAM LOGOTERAPI’, TAJDID: Jurnal Ilmu

345
Ushuluddin, 20.1 (2021), 91–115
https://doi.org/10.30631/tjd.v20i1.139
Mulyadi, Seto, dkk. 2016, Psikologi Kepribadian,
Jakarta: Penerbit Gunadarma.
Munandar, S.C. 1992. Mengembangkan bakat dan
kreativitas anak sekolah (Petunjuk Bagi Para
Guru dan Orang Tua). Jakarta: Gramedia
Widiasarana Indonesia.
Munaza, A. (2016). Teori Kepribadian Gordon Allport.
BK4C UPS.
Murdiansyah, Bayu Nugraha. 2015. “Perbedaan
Kepribadian Antara Atlet Individual dan Atlet
Berkelompok”. Jurnal Dewantara, 2 (2). 136-
137.
Mustofa, Muhammad, Aryandi Batu Bara, Fakhri
Khusaini, Asmawati Ashari, Lesi Hertati, Adele
B L Mailangkay, and others, METODE
PENELITIAN KEPUSTAKAAN (LIBRARY
RESEARCH) (G Press Indonesia, 2023)
Mustopa, R., & Khair, R. (2022). Kebutuhan Eksistensi
Tokoh Utama dalam Cerpen Abu Ar-Rīh Karya
346
Hasan Ibrahim Nashr (Psikologi Kepribadian
Erich Fromm). LUGATUNA: Jurnal Prodi
PBA, 1(1).
Musya'adah, Umi. tth. Bakat Anak Dalam Perspektik
Psikologi. Jurnal Keislaman, 4 (2), 216-217.
Muthmainnah, L., Mustansyir, R., & Tjahyadi, S. (2020).
Meninjau Ulang Sustainable Development:
Kajian Filosofis Atas Dilema Pengelolaan
Lingkungan Hidup di Era Post Modern. Jurnal
Filsafat, 30(1), 23..
Nada, I. Z. Z. A. T. U. N. (2020). Karakteristik Kafir
menurut Harifuddin Cawidu dalam Buku
“Konsep Kufr dalam al-Qur’an.”. UIN
Walisongo Semarang.
Nadhirah, Nadia. “Teori Kepribadian William H.
Sheldon.” Wordpress.Com, 2017.
Namawi, Rifat Syauqy (Ed). 2000. Metodologi Psikologi
Islami. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Nerizka, Dea. tth. Faktor Hereditas Dan Lingkungan
Dalam Membentuk Karakter. Jurnal Pendidikan
Karakter, 1 (1).
347
Nimpoeno, John S. 2003. Konsep Arketipe C. G. Jung
dalam Psikoanalisis dan Sastra. Lembaga
Penelitian UI: Jakarta.
Nunzairina, 2018, “Sejarah Pemikiran Psikologi Islam
Zakiah Daradjat”, Juspi: Jurnal Sejarah
Peradaban Islam, vol. 2.
Nur Shabaa, Andi, Dian Revalina, Zhahiirah, Arsyam.
Muhammad. “KONSEP DASAR TENTANG
MUKMIN, KAFIR, MUNAFIK, DAN
MUSYRIK”.
Pangaribuan, Riswan Mangihut, ‘Mengatasi Kemarahan
Remaja Kepada Orang Tua Dengan Konseling
Pastoral Pendekatan Carl Rogers’, Jurnal
EFATA: Jurnal Teologi Dan Pelayanan, 7.1
(2021), 56–71
https://doi.org/10.47543/efata.v7i1.33
Psikologi, U. (2018). Teori Psikologi Kepribadian
Menurut Gordon Allport.
Psikosun. (2013). “Teori Kepribadian Victor Frankl”.
Psikosun.Blogspot.Com, 2013.

348
Raidah Hanifah, Tiara Tualeka, Abnormalitas dalam
Islam,
https://www.academia.edu/26068602/Abnormalit
as_dalam_Islam
Rath, Tom. 2007. Now Discover your Strength. Strength
Finder 2.0. New York: Gallup Press.
Robbin, Stephen P. 2003, Perilaku Organisasi, Jakarta:
PT. Indeks Kelompok Gramedia.
Robert P Archer. Elizabeth M A Wheeler. The
Rorschach Inkblot Method. The Online Books
Page. viewed 19 Oktober 2023 by
https://books.google.co.id/books?id=knisCp2P-
2sC&lpg=PA202&dq=info%3AYTfN_Z-PDAIJ
%3Ascholar.google.com
%2F&lr&hl=id&pg=PA210#v=twopage&q&f=f
alse
Robert P Archer. Elizabeth M A Wheeler. The
Rorschach Inkblot Method. The Online Books
Page. viewed 19 Oktober 2023 by
https://books.google.co.id/books?id=knisCp2P-
2sC&lpg=PA202&dq=info%3AYTfN_Z-PDAIJ
349
%3Ascholar.google.com
%2F&lr&hl=id&pg=PA210#v=twopage&q&f=f
alse
Rosyidi, H. (2015). Psikologi Kepribadian (Paradigma
Traits, Kognitif, Behavioristik, dan Humanistik).
Surabaya: Jaudar Press.
SA, ANNAS FITRIA, ‘Konsep Diri Dalam Gaya Hidup
Konsumtif Perspektif Teori Kepribadian Carl R.
Rogers’, 6 (2015), 64–71
Saifuddin Anwar, 2001, Metode Penelitian, Pustaka
Pelajar Offset, Yogyakarta, cet.III.
Sainte Anastasie. (2023 5 Agustus). "5 Tipe Kepribadian
Menurut Eric Fromm", di akses pada tanggal 17
Oktober 2023 dari https://id.sainte-
anastasie.org/articles/psicologia/los-5-tipos-de-
personalidad-segn-erich-fromm.html
Sainte Anastasie. (2023 5 Agustus). "5 Tipe Kepribadian
Menurut Eric Fromm", di akses pada tanggal 17
Oktober 2023 dari https://id.sainte-
anastasie.org/articles/psicologia/los-5-tipos-de-
personalidad-segn-erich-fromm.html
350
Saumantri, T. (2022). Konsep Manusia dalam Teori
Psikoanalisis Humanis Dialektik Erich
Fromm. Sanjiwani: Jurnal Filsafat, 13(2), 123-
136.
Saumantri, T. (2022). Konsep Manusia dalam Teori
Psikoanalisis Humanis Dialektik Erich Fromm.
Sanjiwani: Jurnal Filsafat, 13(2), 123-136.
Savitra, Khanza, ‘Teori Kepribadian Carl Rogers
(Penjelasan Lengkap)’, DosenPsikologi.Com.
Shaleh, M. A. (2008). Takwa (Makna dan Hikmahnya
dalam Al-Quran). Jakarta: Erlangga.
Sholihah, R. N., & Indarti, T. (2021). Kepribadian
Marxian Tokoh Utama dalam Novel Mata dan
Manusia Laut Karya Okky Madasari (Kajian
Psikologi Kepribadian Marxian Erich Fromm).
BAPALA, 8 (6).
Sjarkawi. Pembentukan Kepribadian Anak, Peran Moral,
Intelektual, Emosional dan Sosial sebagai Wujud
Integritas Membangun (Jati Diri. Jakarta: PT.
Bumi Aksara).

351
Sobur, A. (2003). Psikologi Umum. Bandung: Pustaka
Setia.
Spinks, G Stephens. 1963. Psychology and Religion.
Great Britain: London.
‘Struktur Kepribadian Menurut CARL ROGERS’,
Jaringan Psikologi Indonesia, 2013
Sujanto, Agus. 2014. Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT
Bumi Aksara.
Suryabrata, S. (2007). Psikologi Pendidikan. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
Suryabrata, S. (2012). Psikologi Kepribadian. Jakarta:
Rajawali.
Suryabrata, S. (2016) Psikologi Kepribadian. Jakarta:
Rajawali Pers.
Suryabrata, S. 1983. Psikologi Kepribadian. Yogyakarta:
Rajawali.
Suryabrata, Sumadi. 1995. Psikologi Kepribadian.
Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Suryabrata, Sumadi. Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2002.

352
Surybrata, Sumadi. 1990. Psikologi Kepribadian.
Jakarta: Rajawali.
Susanti Vera, R. Yuli A. Hambali (2021), Aliran
Rasionalisme dan Empirisme dalam Kerangka
Ilmu Pengetahuan, Bandung: Jurnal Penelitian
Ilmu Ushuluddin.
Syakir, S. A. (2015). Tafsir Ibnu Katsir (Vol. 1). (A.
Ma'mun, & dkk, Penerj.) Jakarta: Darus Sunnah.
Thomas, J.Bernard. “Britannica.Com,” n.d.
Utsman Najati, Muhammad. “Psikologi dalam Al-
Qur’an”.
Vaihinger, H. (1925). The Philosophy of “As If:” A
System of the Theoretical, Practical and
Religious Fictions of Mankind, (New York:
Harcourt, Brace and Company, 1925): passim,
quoted in Ansbacher and Stone, Mark H., and
Karen A. Drescher, ed. Adler Speaks: The
Lectures of Alfred Adler. New York: iUniverse,
Inc., 2004

353
Wardani, Novita Ika. (2022). Psikologi Dasar dan
Perkembangan Kepribadian. Padang:
PT.Global Eksekutif Teknologi.
Warson Munawir, Ahmad. (2002). Kamus al-Munawwir,
(Jakarta: Pustaka progresif).
Watts R. E and K. A. Phillips. (2004). “Adlerian
Psychology and Psychotherapy: A Relational
Constructivist Approach,” in Studies in
Meaning 2: Bridging the Personal and Social in
Constructivist Psychology, ed. J. D. Raskin and
S. K. Bridges (New York: Pace University
Press.
Weiner IB. The Rorschach Inkblot Method (RIM) is not
a test: implications for theory and practice. J
Pers Assess. 1994 Jun;62(3):498-504.
Weiner IB. The Rorschach Inkblot Method (RIM) is not
a test: implications for theory and practice. J
Pers Assess. 1994 Jun;62(3):498-504.
Wilcox, L. (2018). Psikologi Kepribadian Menyelami
Misteri Kepribadian Manusia. Yogyakarta:
IRCiSoD.
354
Yusuf, Syamsu dan Nurihsan A. J. (2006). Landasan
Bimbingan dan Konseling. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Zaim, Elmubarok. 2008. Membumikan Pendidikan Nilai.
Bandung: Alfabeta.Aldy al-Maqassary. (2023, 27
Mei) "Eric From (Teori Psikologi Sosial)", di
akses pada 17 Oktober 2023
https://www.psychologymania.com/2010/05/eric
h-fromm-teori-psikologi-sosial.html?m=1
Zuhairini et,al. (1992). “Filsafat Pendiidkan Islam”,
(Jakarta: Bumi Aksara).

355

Anda mungkin juga menyukai