Anda di halaman 1dari 7

Tugas 3

KONSEP DASAR BIMBINGAN KELOMPOK


Tugas ini diajukan untuk memenuhi tugas individu matakuliah Bimbingan dan
Konseling Kelompok

Dosen : Amal Hayati, M. Pd


Nama : Indah Yani
NIM : 0303213116
Kelas/Sem : BKPI-2/ III

BIMBINGAN DAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
TA. 2022/2023
A. Pengertian Konseling Kelompok
Pérusse, Goodnough, & Lee (2009) menjelaskan bahwa dalam literatur profesional,
konseling kelompok menunjukkan keefektifan dan kebermanfaatan bagi peserta didik.
Pertama, konseling kelompok adalah intervensi yang efisien jika dibandingkan dengan
konseling individu, karena guru bimbingan dan konseling dapat melihat banyak peserta
didik secara bersamaan. Kedua, dari sudut pandang perkembangan dan pendidikan,
peserta didik sering belajar dari peserta didik-peserta didik yang terbaik. Konseling
kelompok menyediakan forum yang sangat baik untuk mempromosikan pembelajaran
peserta didik ke peserta didik dan sering dialami oleh peserta didik sebagai aspek
sekolah yang menyenangkan dan bermakna. Terkait dengan ini, kekuatan kelompok
dapat dikumpulkan untuk pertumbuhan dan perkembangan positif. Akhirnya, kelompok
adalah mikrokosmos masyarakat dan dengan demikian menyediakan pengaturan
kehidupan nyata di mana peserta didik dapat menyelesaikan masalah dan masalah
sehingga konseling kelompok membutuhkan keterampilan yang sangat terspesialisasi.
Konseling kelompok merupakan suatu bantuan pada individu dalam situasi
kelompok yang bersifat pencegahan dan penyembuhan, serta dia rahkan pada pemberian
kemudahan dalam perkembangan dan pertum buhannya (Nurihsan dalam Kurnanto,
2013). Latipun (dalam Lumongga: 2016) mengatakan konseling kelompok adalah
bentuk konseling yang membantu beberapa individu yang diarahkannya mencapai
fungsi kesa daran secara efektif untuk jangka waktu pendek dan menengah. Adhiput ra
(2014) mendefinisikan konseling kelompok merupakan upaya bantuan kepada individu
dalam suasana kelompok yang bersifat pencegahan dan pengembangan, dan diarahkan
kepada pemberian kemudahan dalam rangka pengembangan dan pertumbuhannya.
Konseling kelompok me rupakan suatu sistem layanan bantuan yang amat baik untuk
membantu pengembangan kemampuan pribadi, pencegahan, dan mengenai kon flik-
konflik antar pribadi atau pemecahan masalah (Gazda, 1984 dalam Lumongga, 2016).
Dalam defenisi yang lebih luas, konseling kelompok memiliki banyak pengertian
dan rumusan yang berbeda pada setiap teori menurut para tokohnya. Hal ini lumrah
terjadi, karena setiap tokoh berasal dari latar belakang kehidupan dan pendidikan yang
berbeda. Shertzer dan Stone (1974) yang dikutip dari tulisan Mappiare (2002)
mengungkapkan bahwa kebutuhan akan adanya konseling pada dasarnya timbul dari
dalam dan luar diri individu yang memunculkan pertanyaan mengenai: apa yang
seharusnya dilakukan individu. Disinilah konseling mengambil peran nya agar individu
dapat menjawab sebanyak mungkin pertanyaan yang mengganggu pikiran dan tingkah
lakunya sehingga individu dapat me mecahkan permasalahannya sendiri.

B. Fungsi Konseling Kelompok


Dalam kelangsungan perkembangan dan kehidupan manusia, berbagai
pelayanan diciptkan dan di selenggarakan. Masing – masing pelayanan itu berguna
dan memberikan manfaat untuk kelancaran dan memberikan dampak positif
terhadap kelangsungan perkembangan dan kehiduoan itu, khususnya dalam bidang
tertentu yang menjadi focus pelayanan yang dimaksud. Fungsi suatu pelayanan
dapat diketahui dengan melihat kegunaan,manfaat,ataupun keuntungan yang dapat
diberikan oleh pelayanan yang dimaksud. Suatu pelayanan dapat dikatakan tidak
berfungsi apabila ia tidak memperlihatkan kegunaan ataupun tidak memberikan
manfaat atau keuntungan tertentu.
Dengan memperhatikan defenisi konseling kelompok sebagaimana telah
disebutkan diatas, maka kita dapatvmengatakan bahwa konseling kelompok
mempunyai dua fungsi, yaitu fungsi layanan kuratif, yaitu layanan yang diarahkan
untuk mengatasi persoalan yang dialami individu ,serta fungsi layanan preventif
yaitu layanan konseling yang diarahkan untuk mencegah terjadinya persoalan pada
diri individu. Juntika Nurihsan mengatakan bahwa konseling kelompok berfsifat
pencegahan dan penhyembuhan. Konselling kelompok bersifat pencegahan, dalam
arti bahwa individu yang di bantu mempunyai kemampuan normal atau fungsi
secara wajar dimasyarakat, tetapi memiliki beberapa kelemahan dalam
kehidupannya sehingga menggangu kelancaran berkomunikasi dengan orang lain.
Sedangkan,konseling kelompok bersifat penyembuhan dalam pengertian membantu
individu untuk dapat keluar dari persoalan yang dialaminya dengan cara
memberikan kesempatan dorongan, juga pengarahan kepada individu untuk
mengubah sikap dan perilakunya agar selaras dengan lingkungannya. Ini artinya,
bahwa penyembuhan yang dimaksud disini adalah penyembuhan bukan persepsi
pada individu yang sakit, karena pada prinsipnya, objek konseling adalah individu
yang normal, bukan invidu yang sakit secra psikologis.

C. Tujuan Layanan Konseling Kelompok


Dikatakan oleh Jacob, at all (2012) bahwa ketika seorang pemimpin kelompok
belum jelas tentang tujuan kelompok yang dipimpinnya, maka membingungkan,
membosankan, atau tidak produktif atau pemimpin tidak mengikuti tujuan yang
dinyatakan. Selain itu, tujuan kelompok dapat berubah sebagaimana perkembangan
yang terjadi pada kelompok. Jika konselor menguasai proses klarifikasi tujuan,
berikutnya
Yang penting dari aspek kepemimpinan kelompok yang efektif adalah
perencanaan. Sementara itu menurut Winkel (1997) konseling kelompok dilakukan
dengan beberapa tujuan, yaitu:
a. Masing-masing anggota kelompok memahami dirinya dengan baik dan
menemukan dirinya sendiri. Berdasarkan pemahaman diri itu dia lebih rela
menerima dirinya sendiri dan lebih terbuka terhadap aspek-aspek positif dalam
kepribadiannya.
b. Para anggota kelompok mengembangkan kemampuan berkomunikasi satu sama
lain sehingga mereka dapat saling memberikan panutan dalam menyelesaikan
tugas-tugas perkembangan yang khas pada fase perkembangan mereka.
c. Para anggota kelompok memperoleh kemampuan pengatur dirinya sendiri dan
mengarahkan hidupnya sendiri, mula-mula dalam kontra antar pribadi didalam
kelompok dan kemudian juga dalam kehidupan sehari-hari di luar kehidupan
kelompoknya.
d. Para anggota kelompok menjadi lebih peka terhadap kebutuhan orang lain dan
lebih mampu menghayati perasaan orang lain. Kepekaan dan penghayatan ini
akan lebih membuat mereka lebih sensitif juga terhadap Kebutuhan-kebutuhan
dan perasaan-terhadap perasaan sendiri.
e. Masing-masing anggota kelompok menetapkan suatu sasaran yang ingin mereka
capai, yang diwujudkan dalam sikap dan perilaku yang lebih konstruktif.
f. Para anggota kelompok lebih berani melangkah maju dan menerima resiko yang
wajar dalam bertindak, dari pada tinggal diam dan tidak berbuat apa-apa.
g. Para anggota kelompok lebih menyadari dan menghayati makna dan kehidupan
manusia sebagai kehidupan bersama, yang mengandung tuntutan menerima
orang lain dan harapan akan diterima orang lain.
h. Masing-masing anggota kelompok bahwa hal-hal yang memprihatinkan bagi
dirinya sendiri kerap juga menimbulkan-kan rasa prihatin dalam hati orang lain.
Dengan demikian dia tidak merasa terisolir, atau seolah-olah hanya mengalami
Ini dan itu.
i. Para anggota kelompok belajar berkomunikasi dengan anggota-anggota yang
lain secara terbuka dengan saling menghargai dan menaruh perhatian.

D. Komponen Konseling Kelompok


a. Pemimpin Kelompok
Pemimpin kelompok adalah konselor yang terlatih dan berwenang
menyelenggarakan praktik konseling profesional. Dalam layanan bimbingan
kelompok tugas Pemimpin kelompok adalah memimpin kelompok yang
bernuansa layanan konseling melalui “bahasa” Konseling untuk mencapai
tujuan-tujuan konseling. Secara khusus, pemimpin kelompok diwajibkan
menghidupkan dinamika kelompok di antara semua peserta seintensif mungkin
yang mengarah kepada pencapaian tujuan-tujuan umum dan khusus tersebut di
atas.
Dalam mengarahkan suasana kelompok melalui dinamika kelompok, pemimpin
kelompok berperan dalam pembentukan kelompok dari sekumpulan peserta
(terdiri atas 8-10 orang), sehingga terpenuhi syarat-syarat kelompok yang
mampu secara aktif mengembangkan dinamika kelompok, yaitu:
1. Terjadi hubungan antar-anggota kelompok,
2. tumbuhnya tujuan bersama di antara anggota kelompok,
3. Berkembangnya itikad dan tujuan bersama untuk mencapai tujuan
kelompok,
4. Terbinanya kemadirian pada diri setiap anggota kelompok, dan
5. Terbinanya kemandirian kelompok.
b. Anggota Kelompok
Tanpa anggota tidaklah mungkin ada kelompok. Kegiatan ataupun kehidupan
kelompok itu sebagian besar didasarkan atas peranan para anggotanya. Peranan
kelompok tidak akan terwujud tanpa keikutsertaan secara aktif para anggota
kelompok. Peranan anggota kelompok agar dinamika kelompok dapat terwujud
yaitu: (Prayitno, 1995: 32)
1. Membantu terbinanya suasana lebih akrab dalam hubungan antar anggota
kelompok,
2. Mencurahkan segenap perasaan dalam melibatkan diri dalam kegiatan
kelompok,
3. Berusaha agar apa yang dilakukannya itu membantu tercapainya tujuan
bersama.
4. Membantu tersusunnya aturan kelompok dan berusaha mematuhinya
dengan baik,
5. Benar-benar berusaha secara aktif ikut serta dalam seluruh kegiatan
kelompok,
6. Mampu berkomunikasi secara terbuka,
7. Berusaha membantu anggota lain.
8. Memberi kesempatan kepada anggota lainnya juga untuk menjalankan
peranannya, dan
9. Menyadari pentingnya kegiatan kelompok itu.

c. Dinamika Kelompok
Dinamika kelompok merupakan suatu kelompok yang teratur dari dua individu
atau lebih yang mempunyai hubungan psikologis secara jelas antara anggota
yang satu dengan yang lain. Dengan kata lain, antar anggota kelompok
mempunyai hubungan psikologis yang berlangsung dalam situasi yang dialami
secara bersama-sama. Kesimpulan pengertian dinamika kelompok merupakan
suatu kelompok yang terdiri dari dua individu atau lebih yang teratur dan
memiliki hubungan yang jelas secara psikologis yang berlangsung dalam situasi
bersama (Santosa, 2004: 05).

E. Kelebihan dan Kelemahan Konseling Kelompok


Menurut Prayitno kelebihan bimbingan konseling kelompok adalah sebagai
berikut :
a. Efisien/ekonomis
b. Interaksi sosial yang intensif dan dinamis
c. Menghadirkan keadaan yang nyata
d. Mengasah ketrampilan dalam berkomunikasi
Sedangkan menurut Latipun kelebihan bimbingan dan konseling kelompok adalah
sebagai berikut47:
a. Efisien, konselor dapat memberikan layanan bimbingan kepada
beberapa klien secara sekaligus.
b. Konseling kelompok mengadakan hubungan inidividu dan
mengusahakan pemecahan masalah pribadi.
c. Klien mempunyai kesempatan berlatih tingkah laku yang baru.
d. Memungkinkan klien untuk mengajukan pandangan tentang
masalah yang diketahui, bagaimana mereka menanggapi masalah
yang sama dan yang berbeda.
e. Klien membentuk dukungan untuk masing masing anggota
kelompok.
f. Klien dapat memahami dirinya melalui kecakapan
berkomunikasi.
g. Klien memberikan kesempatan pada anggota kelompok selama
pertolongan diberikan dengan baik.

Selain faktor-faktor keunggulan di atas, bimbingan konseling kelompok juga


memiliki beberapa keterbatasan diantaranya:
a. Setiap klien perlu berpengalaman konseling individual, baru bersedia memasuki
konseling kelompok. Klien tidak akan kesulitan untuk langsung masuk
kelompok tanpa diawali dengan tahapan-tahapan sebelumnya. Pengalaman pada
konseling individual diperlukan bagi klien.
b. Konselor akan menghadapi masalah lebih kompleks pada konseling kelompok
dan konselor secara spontan harus dapat memberi perhatian kepada setiap klien.
Kemampuan secara spontan memberi perhatian untuk banyak klien dan
mengamati satu persatu tingkah lakunya sepanjang hubungan konseling adalah
keharusan dan hal ini tidak mudah dilakukan oleh seorang konselor. C.
Kelompok dapat berhenti karena masalah “proses kelompok”. Waktu yang
tersedia tidak mencukupi dan membutuhkan waktu yang lebih lama dan ini
dapat menghambat perhatian terhadap klien.
c. Kekurangan informasi individu yang mana lebih baik ditangani dengan
konseling kelompok dan yang mana sebaiknya ditangani dengan konseling
individual.
d. Seseorang sulit percaya kepada anggota kelompok, akhirnya perasaan, sikap,
nilai dan tingkah laku tidak dapat di “bawa” ke situasi kelompok. Jika hal ini
terjadi hasil yang optimal dari konseling kelompok tidak dapat tercapai. Dengan
melihat kelebihan dan keterbatasan konseling kelompok disini dapat
disimpulkan bahwa konseling kelompok dilihat dari kebutuhan dan tujuan yang
ingin dicapai.
DAFTAR PUSTAKA
Kumanto, E. 2011. Konseling Kelompok. Alfabeta. Bandung.

Kemp, C.E. 1970.Foundation of Group Counseling.New York: Mc Grawhill


Book Company.
Latipun. 2006. Psikolog: Konseling. Malang: UMM Press.
Natawidjaja, R. 2009. Konseling Kelompok Konsep Dasar dan Pendekatan,
Bandung Rizqi
Prayitno, 1995. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok ( Dasar dan
Profil). Jakarta: Ghalia Imdonesia.

Anda mungkin juga menyukai