PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna jika dibandingkan dengan
makhluk ciptaan lainnya, karena manusia terdiri dari unsur jasmani dan unsur rohani,
yang keduanya merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan, keduanya saling
menunjang dalam kehidupan. Di sisi lain, manusia adalah makhluk individu dan juga
sebagai makhluk social. Menurut Shertzer dan Stone (dalam W.S. Winkel & M.M. Sri
Hastuti, 2007: 590) konseling kelompok adalah suatu proses antar pribadi yang dinamis,
yang terpusat pada pemikiran dan perilaku yang disadari. Menurut Rochman Natawidjaja
(dalam Mungin Eddy Wibowo, 2005: 32) yang mengemukakan bahwa konseling
kelompok merupakan upaya bantuan kepada individu dalam suasana kelompok yang
bersifat pencegahan dan penyembuhan, dan diarahkan kepada pemberian kemudahan
dalam rangka perkembangan dan pertumbuhannya. Setiap orang memiliki kenyamanan
tersendiri dalam mengikuti proses konseling, beberapa orang menyukai konseling
individu, namun beberapa lagi tidak bisa seperti itu. Maka dari itu akan dibahas mengenai
konseling kelompok.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian konseling kelompok?
2. Bagaimana klien dalam konseling kelompok?
3. Bagaimana konselor dalam konseling kelompok?
4. Bagaimana kelebihan dan kekurangan dalam konseling kelompok?
5. Bagaimana struktur konseling kelompok?
6. Bagaimana tahapan konseling kelompok?
C. Tujuan Makalah
Tujuan pembahasan dari makalah ini adalah agar dapat memberikan penjelasan dan
wawasan mengenai materi teori-teori umum yang terdapat dalam ilmu psikologi
konseling kepada masyarakat umum dan mahasiswa, khususnya mahasiswa psikologi.
Kemudian, diharapkan makalah ini dapat memberikan kontribusi terhadap kemajuan
pendidikan di Indonesia melalui bidang Psikologi. Lebih lanjut, makalah ini juga dapat
menjadi rujukan bagi peneliti ataupun bagi para penuntut ilmu, memperkaya literatur
dunia, serta berguna bagi bangsa dan negara.
BAB II
PEMBAHASAN
2. Homogenitas Kelompok
Sebagian konseling kelompok dibuat homogen dari segi jenis kelamin, jenis masalah
dan gangguan, kelompok usia, dan sebagainya. Penentuan homogenitas keanggotaan
ini disesuaikan dengan keperluan dan kemampuan konselor dalam mengelola
konseling kelompok (Kaplan dan Sadock, 1971).
3. Sifat Kelompok
Sifat kelompok dapat terbuka dan tertutup. Terbuka jika pada suatu saat dapat
menerima anggota baru, dan dikatakan tertutup jika keanggotaanya tidak
memungkinkan adanya anggota baru. Pertimbangan penggunaan keanggotaan terbuka
dan tertutup bergantung kepada keperluan.
Kelompok terbuka maupun tertutup terdapat keuntungan dan kerugiannya. Sifat
kelompok adalah terbuka maka setiap saat kelompok dapat menerima anggota baru
sampai batas yang dianggap cukup. Namun demikian adanya anggota baru dalam
kelompok akan menyulitkan pembentukan kohesivitas anggota kelompok.
Konseling kelompok yang menerapkan anggota tetap dapat lebih mudah membentuk
dan memelihara kohensivitasnya. Tetapi jika terdapat anggota kelompok yang keluar,
dengan sistem keanggotaan demikian tidak dapat ditambahkan lagi dan harus
menjalankan konseling berapa pun jumlah anggotanya.
4. Waktu Pelaksanaan
Lama waktu penyelenggaraan konseling kelompok sangat bergantung kepada
kompleksitas permasalahan yang dihadapi kelompok. Secara umum konseling
kelompok yang bersifat jangka pendek (short term group counseling) membutuhkan
waktu pertemuan antara 8 samapi 20 pertemuan, dengan frekuensi pertemuan antara
satu sampai tiga kali dalam seminggunya, dan durasinya antara 60 sampai 90 menit
setiap pertemuan.
Durasi pertemuan konseling kelompok pada prinsipnya sangat ditentukan oleh situasi
dan kondisi anggota kelompok. Konseling tidak dapat disesesaikan dengan
memperpanjang durasi pertemuan, tetapi pada proses pembelajaran selama proses
konseling.
Konseling kelompok umumnya diselenggarakan satu hingga dua kali dalam
seminggu. Penyelenggaraanya dengan interval yang lebih sering akan mengurangi
penyerapan dari informasi dan umpan balik yang didapatkan selama proses konseling.
Jika terlalu jarang, misalnya satu dalam dua minggu, banyak informasi dan umpan
balik yang dapat dilupakan.
1. Tahap orientasi
2. Tahap transisi
3. Tahap kerja
4. Tahap konsolidasi
Menurut Jacobs, Harvill & Masson mengelompokkan tahapan proses konseling
kelompok menjadi 3 tahap yaitu:
1. Tahap permulaan
2. Tahap identifikasi
3. Tahap produktivitas
4. Tahap realisasi
5. Tahap terminasi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konseling kelompok adalah salah satu bentuk teknik bimbingan. Kemampuan
yang perlu dimiliki dan diterapkan oleh seorang konselor adalah kemampuan memberi
layanan konseling dalam kegiatan kelompok. Konseling kelompok penting bagi konseli
terutama individu yang memperoleh kesulitan membutuhkan suasana kelompok untuk
memecahkan kesulitannya. Kadang konseli kesulitan mengemukakan masalahnya secara
individu atau membutuhkan orang lain. Kadang seorang konseli tidak berani bertatap
muka dengan seorang konselor. Konselor dan konseli memiliki tugas nya masing-masing
dalam kelancaran proses konseling. Kelebihan dalam konseling kelompok dapat
membantu klien menempatkan masalah dalam perspektif dan untuk memahami bahwa ia
sama sekaligus berbeda dengan orang lain, sedangakan kelemahan layanan konseling
kelompok yaitu suasana dalam konseling kelompok boleh jadi dirasakan satu dua anggota
konseling kelompok sebagai pelaksanaan moral untuk membuka isi hatinya seperti
banyak teman lain.
DAFTAR PUSTAKA
Bimbingan dan Konseling. (2013). Konseling Kelompok. Diakses pada 26 April 2021 pukul
22:03
Sanyata, Sigit. (2010). Teknik dan Srategi Konseling Kelompok. Paradigma, 5(9)
Slamet dan Risnah. (2016). Layanan Konseling Kelompok Dalam Meningkatkan Rasa Percaya
Sulistiani, Neti. (2012). Konseling Kelompok. Diakses pada 26 April 2021 pukul 22:28 WIB dari
https://netisulistiani.wordpress.com/konseling/konseling-kelompok/