Disusun Oleh :
Materi :
ISBN : 978-602-8730-68-6
KONSELING KELOMPOK
1. Klien yang merasa bahwa mereka perlu berbagi sesuatu dengan orang lain tentang
masalahnya dan kebimbangannya.
2. Klien yang merasa memerlukan dukungan dari teman senasib
3. Klien yang membutuhkan pengalaman dari orang lain.
Menurut Capuzzi dan Gross ( dikutip dari Latipuan, 2001 ), peran atau tugas
konselor adalah sebagai berikut : hubungan baik dangan klien, harus dapat
1. Pemeliharaan ( providing )
Konselor bertanggung jawab memelihara hubungan baik dengan klien, harus dapat
menumbuhkan dan memelihara suasana konseling yang kondusif. Oleh karena itu
seorang konselor harus bisa memberikan dukungan, semangat, perlindungan,
kehangatan, penerimaan, ketulusan, dan perhatian
2. Pemerosesan ( processing )
Konselor berperan memberikan penjelasan mengenai hal-hal yang terdapat dlam
proses konseling yang meliputi eksplantasi, klasifikasi, interpretasi, dan memberikan
keangka kerja dan gagasan pada kelompok.
3. Penyaluran ( catalyzing )
Kopnselor berperan mendorong terbentuknya interaksi positif dengan semua anggota
kelompok melalui pengalaman terstruktur agar dapat menyalurkan perasaannya dalam
menggali perasaan klien.
4. Pengarahan ( direting )
Konselor mengarahkan proses konseling seperti hal membuat topic, mengarahkan
peran anggota kelompok, mengarahkan norma dan tujuan, mengarahkan langkah
pelaksanaan dan menghentikan proses konseling.
Menurut Corey, Gazda, Ohlsen dan Yalom ( Latipuan 2001 ) ada empat struktur
dari konseling kelompok sebagai berikut :
1. Jumlah anggota kelompok, jumlah anggota konseling kelompok biasanya terdiri dari
empat sampai dua belas orang.
2. Homogentias kelompok, struktur ini dilihat berdasarkan jenis kelamin klien yang
sama, jenis masalah yang sama, atau dari kelompok usia yang sama.
3. Sifat kelompok, ada dua macam dari struktur ini yaitu, pertama sifat terbuka dimana
kelompok dapat menerima anggota baru setiap saat sampai batas yang telah
ditetapkan. Kedua adalah sifat tertutup yaitu konselor tidak memungkinkan
masuknya klien baru untuk tergabung dalam kelompok yang telah terbentuk.
4. Waktu pelaksanaan, batas akhir dari pelaksanaan konseling kelompok sangat
ditentukan dari seberapa besar permasalahan yang dihadapi kelompok.
Menurut Corey dan Yalom ( Latipuan 2001 ), ada enam tahapan dalam konseling
kelompok yaitu sebagai berikut :
ISBN : 978-602-6795-20-5
Bimbingan dan konseling beragam ada yang bersifat informative ada juga yang
bersifat teurapeutik. Adapun dalam praktiknya dapat dilakukan melalui berbagai teknik
yaitu latihan, permainan, diskusi, dan sosiodrama.
1. Latihan
Latihan dalam bimbingan kelompok merupakan metode atau teknik yang melibatkan
aktivitas-aktivitas yang terstruktur, terencana, dan terukur, baik dalam hal durasi,
materi dan resikonya. Menurut Nandang (2009 : 17) ada beberapa alasan mengapa
teknik latihan digunakan dalam bimbingan kelompok, yaitu:
Mengembangkan diskusi dan partisipasi
Memfokuskan kelompok
Mengangkat suatu focus
Memberi kesempatan untuk pembelajaran eksperensial
Memberi konselor informasi yang berguna
Memberi kesenangan dan relaksasi
Meningkatkan level kenyamanan.
Teknik latihan dapat digunakan saat memulai kelompok di awal sesi, pada akhir sesi
atau selama pertengahan sesi. Adapun jenis-jenis latihan menurut Yakub (dalam Nandang
2009 : 25) adalah sebagai berikut:
2. Permainan / Games
Games pada awalnya merupakan instrumental dalam memberikan kesempatan kepada
anggota masyarakat untuk mempraktikan menguasain kepedulian kultural dan
kebutuhan psikologis yang umum. Belakangan diketahui bahwa permainan diciptakan
oleh manusia untu memberikan keluaran-keluaran (outlets) kemarahan dan
permusuhan yang dapat diterima yang merupakan jiplakan dari respon bertempur atau
berkelahi. Dilihat dari jenis-jenisnya permaini terdiri dari:
Games keterampilan fisik
Games ini terbagi dua yaitu games otot kasar dan games otot halus, games otot
halus mencakup tag, games bola sederhana, dan relayraces. Games yang
melibatkan sejumlah pergerakan otot kasar dapat membantu mengembankan
control diri.
Games otot halus mencakup tiddlywinks, pic-up, perfection, darts, penny hokey
dll. Games ini sangat kopetitif dan memilik aturan yang mudah dijelaskan,
bermanfaat untuk menilai control impuls anak dan integrasi kepribadian.(Bow
dalam Nandang 2009).
Games strategi
Games strategi pada dasarya tergantung kepada kemampuan kognitif peserta,
keuntungan-keuntungannya adalah dapat dimainkan oleh dua orang, memberi
kesempatan untuk memahami kekuatan dan kelemahan intelektual, dapat
mengekspresikan agresi secara simbolik. Contoh games ini antara lain: catur,
halma dll.
Games Untung-Untungan
Games untung-untungan merupakan games permainan anak yang didasarkan pada
untung-untungan games ini biasanya digunakan untuk pemanasan. Bennett dalam
Tatiek Romlah (2001:99) mengemukakan tentang permainan peran, yaitu suatu
alat belajar yang menggambarkan keterampilan-keterampilan dan pengertian-
pengertian mengenai hubungan antar manusia dengan jalan memerankan situasi-
situasi parallel dengan yang terjadi dalam kehidupan yang sebenarnya.
Sosiodrama
Sosiodrama merupakan suatu teknik dalam konseling kelompok yang
menggunakan latihan dengan berbagai bentuk sentuhan dimana beberapa orang
mengisi peran tertentu dan memainkan suatu adegan yang mengandung persoalan
yang harus diselesaikan.
Bimbingan dan konseling adalah upaya yang dilakukan seorang ahli konselor
untuk membantu dalam menyelasaikan masalah-masalah yang sedang dihadapi klien.
Yang membedakan keduanya adalah pada orientasi penyelesaian maslah dimana
bimbingan lebih mengarahkan klien kepada apa yang diharapakan dalam mengebangkan
dirinya dan sarana yang ada sesuai dengan norma-norma yang berlaku, sedangkan
konseling lebih berorientasi pada bantuan yang diberikan kepada klien yang mengalami
suatu masalah sehingga masalah tersebut dapat teratasi.
Bimbingan dan konseling adalah upaya yang dilakukan seorang ahli konselor
untuk membantu dalam menyelasaikan masalah-masalah yang sedang dihadapi klien.
Yang membedakan keduanya adalah pada orientasi penyelesaian maslah dimana
bimbingan lebih mengarahkan klien kepada apa yang diharapakan dalam mengebangkan
dirinya dan sarana yang ada sesuai dengan norma-norma yang berlaku, sedangkan
konseling lebih berorientasi pada bantuan yang diberikan kepada klien yang mengalami
suatu masalah sehingga masalah tersebut dapat teratasi.
E. LAPORAN BUKU V
Judul : KONSELING KELOMPOK
Penulis : M. Edi Kurnanto
Penerbit : Alfabeta, cv
Tahun Terbit : Bandung, 2013
ISBN : 978-602-7825-80-2
1. Perencanaan kegiatan
Perencanaan kegiatan konseling kelompok meliputi penetapan:
Materi Layanan
Tujuan yang ingin dicapai
Waktu dan tempat
Sasaran kegiatan
Bahan dan sumber bahan untuk konseling kelompok
Rencana penilaian
2. Pelaksanaan kegiatan
Pelaksanaan kegiatan konseling kelompok meliputi berikut:
Persiapan
Pelaksanaan tahap-tahap kegiatan
Evaluasi kegiatan
PERAN KONSELOR
Empati yaitu kemampuan konselor untuk merasakan apa yang dirasakan konseli.
Refleksi yaitu keterampilan konselor untuk memantulkan kembali pada konseli
tentang perasaan, pikiran, dan pengalaman konseli.
Eksplorasi yaitu keterampilan konselor untuk menggali, pengalaman dan pikiran
konseli.
Menangkap pesan utama (paraphrasing) yaitu mngatakan kembali esensi atau inti
ungkapan konseli.
Membuka percakapan (open question)
Bertanya tertutup (close question)
Dorongan minimal, melibatkan konseli dalam pembicaraan dan bimbingan
terbuka.
Interpretasi, mengulas pemikiran, perasaan dan perilaku atau pengalaman konseli
Mengarahkan (directing) mengajak konseli berpartisipasi secara penuh didalam
proses konseling.
Menyimpulkan sementara (summarizing).
Memimpin (leading), memimpin arah pembicaraan sehingga nantinya mencapai
tujuan.
Fokus, memusatkan perhatian pada pokok pembicaraan.
Konfrontasi, menantang klien untuk melihat adanya inkonsistensi antara perkataan
dengan bahasa badan.
Menjernihkan, menjernihkan ucapan-ucapan klien yang samr-samar, kurang jelas,
atau meragukan.
Memudahkan, membuka komunikasi agar klien dengan mudah berbicara dengan
konselor.
Diam, melalui perilaku nonverbal
Mengambil inisiatif, memberi nasihat dan memberi informasi.
Teknik behavioristic
Dalam konseling ini banyak menggunakan teknik behavioral dalam memodifikasi
perilaku. Teknik yang dimaksud adalah reinforcement dan social-modelling.
Teknik-teknik emotif-eksperiensial/evokatif
Teknik ini dipakai untuk mengurangi atau menghilangkan gangguan emosional atau
perasaan yang merusak diri sendiri (self-defeating) yaitu dengan teknik asertif,
sosiodrama, imitasi dan simulasi.
Teknik-teknik kognitif
Teknik ini digunakan untuk mengcounter sistem keyakinan (anggapan) yang irasional
serta perilaku negatif. Dengan teknik ini, konseli didorong untuk memodifikasi aspek
kognitif agar dapat berpikir secara rasional dan logis. Yang termasuk teknik ini adalah
homework assignment, biblioterapy dan diskusi.