Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN BACAAN

TEORI DAN PRAKTEK BIMBINGAN KONSELING KELOMPOK

Disusun Oleh :

1. Dita Fitria Ningsih ( 20110034 )


2. Edithya Putri ( 20110023 )
3. Yuhani Widanti ( 20110015 )

Materi :

METODE DAN TEKNIK KONSELING KELOMPOK

PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
( STKIP-PGRI BANDAR LAMPUNG )
2021
A. LAPORAN BUKU I

Judul : MEMAHAMI DASAR-DASAR KONSELING

Penulis : DR. Namora Lumongga Lubis, M.Sc.

Penerbit : Kencana ( Prenda Media Group )

Tahun Terbit : Jakarta, 2011

ISBN : 978-602-8730-68-6

KONSELING KELOMPOK

Pada awalnya pelaksanaan konseling hanya dilakukan secara peorangan atau


individu dimana seorang konselor hanya berhadapan dengan seorang klien. Namun,
Perkembangan dari konsep konseling akhirnya melahirkan metode-metode yang lebih
efektif, salah satunya konseling kelompok. Berdasarkan dari kata “kelompok” dalam
konseling kelompok beberapa klien yang ditangani oleh konselor dalam waktu yang
bersamaan. Dalam konseling kelompok klien sangat menentukan keberhasilan tujuan dari
sebuah proses konseling. Berikut adalah beberapa karakteristik klien konseling kelompok
menurut Shertzer dan Stone ( dikutip dari Lubis, 2009 ) :

1. Klien yang merasa bahwa mereka perlu berbagi sesuatu dengan orang lain tentang
masalahnya dan kebimbangannya.
2. Klien yang merasa memerlukan dukungan dari teman senasib
3. Klien yang membutuhkan pengalaman dari orang lain.

Selain kaerakteristik tersebut, keefektifan layanan konseling kelompok juga


dipengaruhi oleh peranan anggota kelompok dalam menciptakan situasi yang saling
mendukung, saling membangun, dan harmonis.
PERAN KONSELOR DALAM KONSELING KELOMPOK

Menurut Capuzzi dan Gross ( dikutip dari Latipuan, 2001 ), peran atau tugas
konselor adalah sebagai berikut : hubungan baik dangan klien, harus dapat

1. Pemeliharaan ( providing )
Konselor bertanggung jawab memelihara hubungan baik dengan klien, harus dapat
menumbuhkan dan memelihara suasana konseling yang kondusif. Oleh karena itu
seorang konselor harus bisa memberikan dukungan, semangat, perlindungan,
kehangatan, penerimaan, ketulusan, dan perhatian
2. Pemerosesan ( processing )
Konselor berperan memberikan penjelasan mengenai hal-hal yang terdapat dlam
proses konseling yang meliputi eksplantasi, klasifikasi, interpretasi, dan memberikan
keangka kerja dan gagasan pada kelompok.
3. Penyaluran ( catalyzing )
Kopnselor berperan mendorong terbentuknya interaksi positif dengan semua anggota
kelompok melalui pengalaman terstruktur agar dapat menyalurkan perasaannya dalam
menggali perasaan klien.
4. Pengarahan ( direting )
Konselor mengarahkan proses konseling seperti hal membuat topic, mengarahkan
peran anggota kelompok, mengarahkan norma dan tujuan, mengarahkan langkah
pelaksanaan dan menghentikan proses konseling.

TUJUAN KONSELING KELOMPOK


Menurut Wiener ( dikutip dari Latipuan, 2001 ), tujuan kelompok adalah sebagai
media terapiutik bagi klien, karena meningkatkan pemahaman diri dan berguna untuk
perubahan tingkah laku secara individual. Oleh sebab itu di dalam prakteknya ada
faktor-faktor yang mempengaruhi koseling kelompok. Berikut adalah faktor-faktor yang
mempengaruhi konseling kelompok menurut Yalom ( Latipuan, 2001 ) :
1. Membina harapan, melalui harapan klien akan belajar memahami dan
mengembangkan kemampuan dan potensi yang dimilikinya. Harapan akan
menimbulkan perasaan optimis pada klien.
2. Universalitas, faktor ini akan mengurangi pada tingkat kecemasan klien karena
mengetahui bahwa tidak hanya dirinya yang memiliki masalah.
3. Pemberian informasi, faktor ini meliputi pengalaman dari anggota kelompok dan
pemecahan masalah yang ditawarkan oleh konselor.
4. Altruism, faktor ini mengacu pada proses memberi dan menerima. Yaitu klien
merasa bahwa kelompoknya telah memberikan banyak masukan dan kebaikan
sehingga klien akan melakukan hal yang sama terhadap anggota kelompoknya.
5. Pengulangan korektif keluarga primer, faktor ini dimaksudkan untuk menjalin
kedekatan emosional antar anggota kelompok da konslor.
6. Pengembangan teknik sosialisasi, faktor ini berhubungan dengan cara setiap anggota
kelompok dalam menjalin hubungan interpersonal.
7. Peniruan tingkah laku, faktor ini siperoleh dari pengalaman atau hasil identifikasi
anggota kelompok yang dirasakan layak untuk ditiru.
8. Belajar menjalin hubungan intrapersonal, faktor ini berkaitan agar klien mampu
mengekspresikan dirinya di hadapan kelompok dan konselor, serta klien dapat
merespons apa yang disampaikan oleh anggota kelompok dan konselor.
9. Kohesivitas kelompok, faktor ini adalah bentuk penerimaan yang hangat dari
masing-masing anggota kelompok sehingga akan timbul keinginnan untuk terus
menjalin hubungan intrapersonal yang akrab.
10. Katarsis, faktor ini adalah ekspresi perasaan yang dimiliki klien yang diungkapkan
secara positif atau negative, biasanya perasaan berupa cinta, marah, sedih, kecewa,
atau kesulitan lain yang yang tidak bisa diungkapkan.
11. Faktor eksistensial, yaitu faktor yang perlu dibicarakan dan menjadi bahan diskusi
anggota, karena faktor ini memeberikan pemahaman pada kelompok bahwa banyak
hal yang harus dimengerti dan dicapai dalam hidup.
STRUKTUR KONSELING KELOMPOK

Menurut Corey, Gazda, Ohlsen dan Yalom ( Latipuan 2001 ) ada empat struktur
dari konseling kelompok sebagai berikut :

1. Jumlah anggota kelompok, jumlah anggota konseling kelompok biasanya terdiri dari
empat sampai dua belas orang.
2. Homogentias kelompok, struktur ini dilihat berdasarkan jenis kelamin klien yang
sama, jenis masalah yang sama, atau dari kelompok usia yang sama.
3. Sifat kelompok, ada dua macam dari struktur ini yaitu, pertama sifat terbuka dimana
kelompok dapat menerima anggota baru setiap saat sampai batas yang telah
ditetapkan. Kedua adalah sifat tertutup yaitu konselor tidak memungkinkan
masuknya klien baru untuk tergabung dalam kelompok yang telah terbentuk.
4. Waktu pelaksanaan, batas akhir dari pelaksanaan konseling kelompok sangat
ditentukan dari seberapa besar permasalahan yang dihadapi kelompok.

TAHAPAN KONSELING KELOMPOK

Menurut Corey dan Yalom ( Latipuan 2001 ), ada enam tahapan dalam konseling
kelompok yaitu sebagai berikut :

1. Parkonseling, tahapan ini adalah tahapan persiapan pembentukan kelompok. Para


klien yang telah diseleksi akan dimasukan dalam keanggotaan yang sama menurut
pertimbangan homogenitas. Kemudian konselor akan menawarkan progam yang
dapat dijalankan untuk mencapai tujuan.
2. Permulaan, tahap ini ditandai dengan dibentuknya struktur kelompok, agar setiap
anggota memahami aturan yang ada dalam kelompok karena aturan-aturan tersebut
yang akan menuntut anggota kelompok untuk bertanggung jawab pada tujuan yang
harus dicapai dalam konseling. Pad tahap ini klien diarahkan untuk memperkenalkan
diri mereka, menjelaskan tentang diri merka dan tujuan yang ingin dicapai.
3. Transisi, tahap ini adalah tahap peralihan. Konselor diharapkan dapat membuka
permasalahan msing-masing anggota sehingga masalah tersebut dapat bersama-sama
dirumuskan dan diketahui penyebabnya dan penyelesaiannya.
4. Kerja, tahap ini adalah tahap kegiatan yang dilakukan setelah konselor mengetahui
masalah setiap anggota kelompok kemudian konselor menyusun langkah rencana
tindakan. Kegiatan pada tahapan ini dipengaruhi pada tahapan sebelumnya, apabila
tahapan sebelumnya berjalan efektif maka tahapan ini juga akan berjalan efektif.
5. Akhir, tahap ini adalah tahap dimana anggota kelompok mulai mencoba perilaku
baru yang telah mereka pelajari dan dapatkan dari kolompok konseling. Karena tahap
ini adalaha tahap melatih diri klien untuk melakukan perubahan.
6. Pasca-konseling, tahap ini adalah athap evaluasi sebagai bentuk tindak lanjut dari
konseling kelompok. Tahap ini penting karena jika ada hambatan dan kendala yang
terjadi dalam pelaksanaan kegiatan dan perubahan perilaku anggota setelah proses
konseling. Konselor dapat menyusun rencana yang baru atau memperbaiki yang
telah ada sebelumnya.

INTERAKSI DALAM KONSELING KELOMPOK

Dalam konseling kelompok interaksi dapat berjalan positif apabila terjadi


kohesivitas, saling memberikan umpan balik, dan terjalin kedekatan emosional antar
anggota kelompok dan konselor. Sebaliknya jika interaksi berjalan negative maka akan
menimbulkan hal-hal seperti konflik, kecemasan, transferensi, dan dominasi yang akan
menyebabkan proses konseling kelompok menjadi kacau dan bahkan tidak berhasil atau
gagal.
B. LAPORAN BUKU II

Judul : BIMBINGAN DAN KONSELING KELOMPOK (Setting Masyarakat)

Penulis : Dr. LIlis Satriah, M.Pd.

Penerbit : FOKUSMEDIA (anggota IKAPI)

Tahun Terbit : Bandung, 2017

ISBN : 978-602-6795-20-5

METODE DAN TEKNIK BIMBINGAN KELOMPOK

Bimbingan dan konseling beragam ada yang bersifat informative ada juga yang
bersifat teurapeutik. Adapun dalam praktiknya dapat dilakukan melalui berbagai teknik
yaitu latihan, permainan, diskusi, dan sosiodrama.

1. Latihan
Latihan dalam bimbingan kelompok merupakan metode atau teknik yang melibatkan
aktivitas-aktivitas yang terstruktur, terencana, dan terukur, baik dalam hal durasi,
materi dan resikonya. Menurut Nandang (2009 : 17) ada beberapa alasan mengapa
teknik latihan digunakan dalam bimbingan kelompok, yaitu:
 Mengembangkan diskusi dan partisipasi
 Memfokuskan kelompok
 Mengangkat suatu focus
 Memberi kesempatan untuk pembelajaran eksperensial
 Memberi konselor informasi yang berguna
 Memberi kesenangan dan relaksasi
 Meningkatkan level kenyamanan.
Teknik latihan dapat digunakan saat memulai kelompok di awal sesi, pada akhir sesi
atau selama pertengahan sesi. Adapun jenis-jenis latihan menurut Yakub (dalam Nandang
2009 : 25) adalah sebagai berikut:

 Menulis (written), latihan menulis dapat berupa aktivitas tulis-menulis, seperti


mengisi daftar isian, membuat pertanyaan, menulis essai, melengkapi kalimat,
buku harian dan lainnya.
 Gerak (movement), latihan gerak mensyaratkan pesertauntuk melakukan suatu hal
yang bersifat fisik, seperti berdiri, peregangan, trust lift, break in, dan lainnya.
 Lingkaran (rounds), latihan ini dapat membantu mengumpulkan informasi yang
dibutuhkan oleh konselor, karena konselor memiliki akses terhadap kelompok.
 Dyad dan Triod, Dyad merupakan aktivitas di mana anggotanya dipasangkan satu
sama lain untuk mendiskusikan persoalan atau untuk menyelesaikan tugas,
sedangkan triad merupakan aktivitas di mana anggotanya dikelompokkan ke
dalam kelompok-kelompok keil beranggotakan tiga orang. Dyad dan triad sangat
berguna dalam memberi kesempatan kepada para nggotanya untuk memiliki
kontak yang lebih personal dengan satu sama lain, mengemukakan ide dan
memvariasikan format kelompok.
 Creative Props, latihan ini menggunakan berbagai macam peralatan secara kreatif,
misalnya: pita, karet, gelas, streofoam, kursi kecil, botol, kaset, tape, kartu remi,
perisai dan lainnya.
 Art and Crafts (seni dan kerajinan tangan), latihan ini mengharuskan peserta untuk
menggambar, memotong, mengecat, mewarnai, dengan tujuan untuk menciptakan
sesuatu dari berbagai bahan.
 Fantasi, latihan fantasi sering digunan untuk pengembangan dan terapi kelompok,
fantasi membantu anggota agar menjadi lebih sadar akan perasaan, harpan,
keraguan dan ketakutan mereka.
 Bacaan umum (common reading), latihan ini mensyaratkan peserta untuk
membaca cerita pendek, puisi atau dongeng.
 Umpan balik, latihan ini memungkinkan peserta dan konselor untuk berbagi
perasaan dan pemikiran mereka tentang satu sama lain, misalnya dengan
mengemukakan kesan pertama, menceklis daftar cek sikap, membicarakan
anggota lain.
 Kepercayaan (trust), latihan inidigunakan untuk memfokuskan perhatian
mempercayai orang lain. Latihan dapat berupa: lingkaran kepercayaan, trust lift,
trust fall, blind trust walk.
 Eksperiential, latihan ini melibatkan pengalaman kelompok ataupun individual
yang aktif dan menantang, aktivitas ini juga cocok untuk pembentukan team
building. Contohnya; ropers coure, egg retrieval, zip line dll.
 Dilema moral, merupakan sebuah latihan dimana sebuah cerita dibacakan untuk
peserta lain dan tiap orang bagaimana ia akan menangani situasi.
 Keputusan kelompok, latihan ini mensyaratkan para anggota kelompok untuk
bekerjasama dalam menangani suatu masalah. Contohnya: winter survival
 Sentuhan (touching), merupakan latihan yang melibatkan berbagai bentuk
sentuhan, seperti hand squeeze, karya wisata, homeroom program dan sosiodrama.

2. Permainan / Games
Games pada awalnya merupakan instrumental dalam memberikan kesempatan kepada
anggota masyarakat untuk mempraktikan menguasain kepedulian kultural dan
kebutuhan psikologis yang umum. Belakangan diketahui bahwa permainan diciptakan
oleh manusia untu memberikan keluaran-keluaran (outlets) kemarahan dan
permusuhan yang dapat diterima yang merupakan jiplakan dari respon bertempur atau
berkelahi. Dilihat dari jenis-jenisnya permaini terdiri dari:
 Games keterampilan fisik
Games ini terbagi dua yaitu games otot kasar dan games otot halus, games otot
halus mencakup tag, games bola sederhana, dan relayraces. Games yang
melibatkan sejumlah pergerakan otot kasar dapat membantu mengembankan
control diri.
Games otot halus mencakup tiddlywinks, pic-up, perfection, darts, penny hokey
dll. Games ini sangat kopetitif dan memilik aturan yang mudah dijelaskan,
bermanfaat untuk menilai control impuls anak dan integrasi kepribadian.(Bow
dalam Nandang 2009).
 Games strategi
Games strategi pada dasarya tergantung kepada kemampuan kognitif peserta,
keuntungan-keuntungannya adalah dapat dimainkan oleh dua orang, memberi
kesempatan untuk memahami kekuatan dan kelemahan intelektual, dapat
mengekspresikan agresi secara simbolik. Contoh games ini antara lain: catur,
halma dll.
 Games Untung-Untungan
Games untung-untungan merupakan games permainan anak yang didasarkan pada
untung-untungan games ini biasanya digunakan untuk pemanasan. Bennett dalam
Tatiek Romlah (2001:99) mengemukakan tentang permainan peran, yaitu suatu
alat belajar yang menggambarkan keterampilan-keterampilan dan pengertian-
pengertian mengenai hubungan antar manusia dengan jalan memerankan situasi-
situasi parallel dengan yang terjadi dalam kehidupan yang sebenarnya.
 Sosiodrama
Sosiodrama merupakan suatu teknik dalam konseling kelompok yang
menggunakan latihan dengan berbagai bentuk sentuhan dimana beberapa orang
mengisi peran tertentu dan memainkan suatu adegan yang mengandung persoalan
yang harus diselesaikan.

Tujuan penggunaan sosiodrama antara lain:

 Agar ibu dapat menghayati dan menghargai perasaan anak


 Dapat belajar bagaimana membagi tanggung jawab
 Dapat belajar bagaimana mengambil keputusan dalam situasi kelompok, secara
spontan
 Dapat merangsang kelompok untuk berpikir dan memecahkan masalah.
 Langkah-langkah dalam sosiodrama menurut Wingkel (2005 : 314) adalah
sebagai berikut:
 Menetapkan terlebih dahulu masalah-masalah yang menarik perhatian
 Ceritakan kepada kelompok mengenai isi masalah dalam konteks cerita
tersebut
 Tetapkan siapa yang akan menjadi sukarelawan memainkan perannya didepan
kelompok.
 Jelaskan kepada kelompok mengenai peran anggota kelompok pada waktu
sosiodrama berlangsung
 Beri kesempatan kepada para pemain untuk berunding sebelum memainkan
perannya
 Akhiri sosiodrama jika situasi pembicaraan mencapai ketegangan
 Akhiri sosiodrama dengan diskusi untuk memecahkan masalah yang ada pada
sosiodrama
 Lakukan evaluasi untuk melihat perubahan tingkah laku.

C. LAPORAN BUKU III


Judul : TEORI DAN PRAKTEK BK KELOMPOK ( Modul Perkuliahan )
Penulis : Noviana Deswantika, S.Pd., M.Pd.

METODE BIMBINGAN KELOMPOK

Bimbingan dan konseling adalah upaya yang dilakukan seorang ahli konselor
untuk membantu dalam menyelasaikan masalah-masalah yang sedang dihadapi klien.
Yang membedakan keduanya adalah pada orientasi penyelesaian maslah dimana
bimbingan lebih mengarahkan klien kepada apa yang diharapakan dalam mengebangkan
dirinya dan sarana yang ada sesuai dengan norma-norma yang berlaku, sedangkan
konseling lebih berorientasi pada bantuan yang diberikan kepada klien yang mengalami
suatu masalah sehingga masalah tersebut dapat teratasi.

TEKNIK DALAM KONSELING KELOMPOK

1. Teknik pemberian informasi


Teknik pemberian informasi tidak asing lagi bagi kita karena sering juga disebut
dengan metode ceramah, yaitu pemberian penjelasan oleh seseorang pembicara
kepada sekelompok pendenggar. Bisa juga diberikan secara tertulis misal pada papan
bimbingan, majalah sekolah, rekaman, selebaran,vedeo, dan film.
Pelaksanaan teknik pemberian informasi mencakup tiga hal:
 Perencanaan
 Pelaksanaan
 Penilaian
2. Teknik diskusi kelompok
Diskusi kelompok adalah percakapan yang sudah direncanakan antara tiga orang atau
lebih dengan tujuan untuk memecahkan masalah atau untuk memperjelas suatu
persoalan, dibawah pimpinan seorang pemimpin.
3. Teknik pemecahan masalah
Teknik pemecahan masalah mengajarkan pada individu bagaimana memecahkan
masalah secara sistematis.
4. Teknik permainan peran dan simulasi
5. Teknik Penciptaan Suasana Kekeluargaan
6. Teknik karyawisata
Karyawisata adalah kegiatan yang diprogramkan oleh sekolah untuk mengunjungi
obyek-objek yang ada kaitannya dengan bidang studi yang dipelajari siswa, dan
dilaksanakan untuk tujuan belajar secara khusus
D. LAPORAN BUKU IV
Judul : KONSELING KELOMPOK ( Konsep Dasar dan Pendekatan )
Penulis : Natawidjaja
Penerbit : Rizqi Press
Tahun Terbit : Bandung, 2009
ISBN : -

METODE BIMBINGAN KELOMPOK

Bimbingan dan konseling adalah upaya yang dilakukan seorang ahli konselor
untuk membantu dalam menyelasaikan masalah-masalah yang sedang dihadapi klien.
Yang membedakan keduanya adalah pada orientasi penyelesaian maslah dimana
bimbingan lebih mengarahkan klien kepada apa yang diharapakan dalam mengebangkan
dirinya dan sarana yang ada sesuai dengan norma-norma yang berlaku, sedangkan
konseling lebih berorientasi pada bantuan yang diberikan kepada klien yang mengalami
suatu masalah sehingga masalah tersebut dapat teratasi.

Romlah (2006) menjelaskan bahwa bimbingan kelompok sebagai bantuan


terhadap siswa yang dilaksanakan dalam situasi kelompok dan bertujuan untuk mencegah
timbulnya masalah dan mengembangkan potensi yang ada pada siswa. Bimbingan
kelompok dapat berupa penyampaian informasi ataupun aktifitas kelompok yang
membahas masalah-masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi dan sosial.

Surya dan Natawidjaja (dalam Rusmana, 2009) mengemukakan beberapa


keuntungan dari layanan bimbingan kelompok, diantaranya:

 bimbingan kelompok lebih bersifat efektif dan efisien,


 bimbingan kelompok dapat memanfaatkan pengaruh-pengaruh seseorang atau
beberapa orang individu terhadap kelompok lainnya,
 dalam bimbingan kelompok terjadi saling tukar pengalaman (sharing experience) di
antara para anggotanya sehingga dapat berpengaruh terhadap perubahan tingkah laku
individu,
 bimbingan kelompok dapat merupakan awal dari konseling individual,
 bimbingan kelompok dapat menjadi pelengkap dari teknik konseling individual,
 bimbingan kelompok dapat digunakan sebagai substitusi, yaitu dilaksanakan karena
kasus tidak dapat ditangani dengan teknik lain, dan
 dalam bimbingan kelompok terdapat kesempatan untuk menyegarkan watak para
anggotanya.

E. LAPORAN BUKU V
Judul : KONSELING KELOMPOK
Penulis : M. Edi Kurnanto
Penerbit : Alfabeta, cv
Tahun Terbit : Bandung, 2013
ISBN : 978-602-7825-80-2

METODE BIMBINGAN KELOMPOK

Penyelenggaraan konseling kelompok memerlukan persiapan dan praktik


pelaksanaan yang memadai dari awal sampai dengan evaluasi dan tindak lanjutnya.
Berikut adalah tahapan penyelenggaraan perencanaan kegiatan :

1. Perencanaan kegiatan
Perencanaan kegiatan konseling kelompok meliputi penetapan:
 Materi Layanan
 Tujuan yang ingin dicapai
 Waktu dan tempat
 Sasaran kegiatan
 Bahan dan sumber bahan untuk konseling kelompok
 Rencana penilaian

2. Pelaksanaan kegiatan
Pelaksanaan kegiatan konseling kelompok meliputi berikut:
 Persiapan
 Pelaksanaan tahap-tahap kegiatan
 Evaluasi kegiatan

3. Analisis dan tindak lanjut


Hasil penilaian kegiatan konseling kelompok perlu dianalisis untuk mengetahui lebih
lanjut kemajuan para peserta dan penyelenggaraan bimbingan kelompok.

PERAN KONSELOR

Peranan konselor dalam konseling kelompok adalah dengan perilaku attending


yaitu perilaku yang menghampiri konselor yang mencakup komponen kontak mata,
bahasa badan, dan bahasa lisan. Berikut adalah bentuk perilaku attending dari seorang
konselor :

 Empati yaitu kemampuan konselor untuk merasakan apa yang dirasakan konseli.
 Refleksi yaitu keterampilan konselor untuk memantulkan kembali pada konseli
tentang perasaan, pikiran, dan pengalaman konseli.
 Eksplorasi yaitu keterampilan konselor untuk menggali, pengalaman dan pikiran
konseli.
 Menangkap pesan utama (paraphrasing) yaitu mngatakan kembali esensi atau inti
ungkapan konseli.
 Membuka percakapan (open question)
 Bertanya tertutup (close question)
 Dorongan minimal, melibatkan konseli dalam pembicaraan dan bimbingan
terbuka.
 Interpretasi, mengulas pemikiran, perasaan dan perilaku atau pengalaman konseli
 Mengarahkan (directing) mengajak konseli berpartisipasi secara penuh didalam
proses konseling.
 Menyimpulkan sementara (summarizing).
 Memimpin (leading), memimpin arah pembicaraan sehingga nantinya mencapai
tujuan.
 Fokus, memusatkan perhatian pada pokok pembicaraan.
 Konfrontasi, menantang klien untuk melihat adanya inkonsistensi antara perkataan
dengan bahasa badan.
 Menjernihkan, menjernihkan ucapan-ucapan klien yang samr-samar, kurang jelas,
atau meragukan.
 Memudahkan, membuka komunikasi agar klien dengan mudah berbicara dengan
konselor.
 Diam, melalui perilaku nonverbal
 Mengambil inisiatif, memberi nasihat dan memberi informasi.

TEKNIK-TEKNIK DALAM KONSELING KELOMPOK

 Teknik behavioristic
Dalam konseling ini banyak menggunakan teknik behavioral dalam memodifikasi
perilaku. Teknik yang dimaksud adalah reinforcement dan social-modelling.
 Teknik-teknik emotif-eksperiensial/evokatif
Teknik ini dipakai untuk mengurangi atau menghilangkan gangguan emosional atau
perasaan yang merusak diri sendiri (self-defeating) yaitu dengan teknik asertif,
sosiodrama, imitasi dan simulasi.
 Teknik-teknik kognitif
Teknik ini digunakan untuk mengcounter sistem keyakinan (anggapan) yang irasional
serta perilaku negatif. Dengan teknik ini, konseli didorong untuk memodifikasi aspek
kognitif agar dapat berpikir secara rasional dan logis. Yang termasuk teknik ini adalah
homework assignment, biblioterapy dan diskusi.

Anda mungkin juga menyukai