Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH KONSEP DASAR KEPERAWATAN

“ Konsep Dinamika Kelompok”


Dosen: Ns. Dwi Kartika P, S. Kep

DISUSUN OLEH:
‘KELOMPOK IV’
WINARSIH
ERATINOBELIS
SISKA OLIZA
SYAMSUL BAHRI
ZAMRONI
PITRIA
APRIYATIN
TIFANA RIZKA
ROPIKAWATI
NYIMAS MULYANI
OKDI SALMAN
NETTY SURYANI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAITURAHIM


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
KONSEP DINAMIKA KELOMPOK

A. Definisi Dinamika Kelompok

Santosa (2004) mengemukakan bahwa Dinamika Kelompok merupakan interaksi


dan interdependensi antar anggota kelompok yang satu dengan yang lain secara timbal
balik dan antara anggota dengan kelompok secara keseluruhan.

Namun menurut Muchlas (2005), Dinamika kelompok merupakan seperangkat


teknik seperti permainan peran, brainstorming kelompok tanpa pemimpin, terapi
kelompok, latihan sensitifitas, pembentukan tim dan analisis transaksional.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa Dinamika Kelompok berarti suatu kelompok


yang terdiri dari dua atau lebih individu yang mempunyai hubungan psikologis antara
anggota kelompok yang berlangsung dalam situasi yang dialami secara bersama-sama,
dimana dinamika kelompok ini dapat dibentuk dan ditingkatkan efektifitasnya melalui
seperangkat teknik permainan atau terapi.

B. Fungsi Dinamika Kelompok

Fungsi Dinamika Kelompok itu antara lain:

1. Membuat kelompok kerjasama saling menguntungkan dalam hal mengatasi


persoalan keperawatan
2. Memudahkan pekerjaan
3. Memecahkan masalah pekerjaan yang membutuhkan solusi masalah serta
mengurangi beban pekerjaan yang terlampau besar hingga selesai lebih cepat,
efisien, dan efektif. Salah satunya dengan membagi pekerjaan yang besar
menyesuaikan bagian kelompoknya pada masing-masing (sesuai keahlian).
C. Jenis-Jenis Dinamika Kelompok

1. Kelompok Primer
Kelompok social yang didalamnya ada interaksi social yang anggotanya saling
mengenal satu sama lain secara dekat, dan berhubungan erat dalam kehidupan.
Sedangkan menurut George Homans kelompok primer adalah sejumlah orang
yang beberapa orang sering berkomunikasi dengan yang lain, sehingga tiap-tiap
orang bisa berkomunikasi secara langsung (bertatap muka) tanpa melewati
perantara. Contohnya: keluarga, kawan sepermainan, kelompok perawat, dll.
2. Kelompok Sekunder
Interaksi social terjadi secara tidak langsung, berjauhan, serta sifatnya kurang
kekeluargaan. Hubungan yang terjadi umumnya bersifat objektif. Contohnya:
perhimpunan serikat kerja
3. Kelompok Formal
Pada kelompok ini ditandai dengan adanya anggaran dasar atau peraturan yang
anggotanya diangkat oleh organisasi
4. Kelompok Informal
Kelompok yang tumbuh dari proses interaksi, kebutuhan seseorang, daya tarik.
Keanggotaan kelompok umumnya tidak teratur serta keanggotaannya ditentukan
oleh daya tarik bersama dari individu serta kelompok. Terjadi pembagian tugas
yang jelas namun bersifat informal dan hanya berdasarkan kekeluargaan serta
simpati.

D. Ciri-Ciri Dinamika Kelompok


1. Mempunyai motif yang sama antara individu satu dengan lainnya, menyebabkan
interaksi/kerjasama sebagai pencapaian tujuan yang sama.
2. Ada akibat-akibat interaksi yang berlainan antara individu satu dengan yang lain,
akibat yang ditimbulkan tergantung rasa serta kecakapan individu yang
terlambat.
3. Adanya pembentukkan struktur atau organisasi kelompok dan penugasan yang
jelas dan terdiri dari peran serta kedudukan pada masing-masing.
4. Adanya peneguhan norma pedoman tingkah lau anggota kelompok yang
mengatur interaksi pada suatu kegiatan anggota kelompok untuk mencapai
tujuan bersama.
E. Tahapan Dalam Perkembangan Dinamika Kelompok
1. Forming (pembentukan ) diawali dg adanya perasaan & persepsi yg sama
Adanya Motivasi dan penentuan tujuan Timbul interaksi pembentukan kelompok.
2. Storming (Badai) Perbedaan persepsi Konflik antar anggota kelompok Terjadi
tahap penyesuaian
3. Norming ( pembentukan Norma) Adanya kesepakatan didalam kelompok
Pembentukan Peraturan dalam kelompok
4. Performing (tahapan menjalankan fungsi) Penyesuaian demi kepentingan
bersama Anggota kelompok menjalankan fungsinya.

Perkembangan Kelompok Dibagi Tiga Tahap:


 Tahap pra afiliasi=Tahap permulaan diawali perkenalan (sifat dan nilai
masing-
masing anggota)
 Tahap fungsional=Ditandai adanya perasaan senang antara satu dengan yang
lain, tercipta homogenitas, kecocokan dan kekompakkan dalam kelompok.
 Tahap disolusi=Terjadi apabila keanggotaan kelompok sudah mempunyai
rasa tidak membutuhkan lagi dalam kelompok, tidak tercipta kekompakkan
karena perbedaan pola sehingga percampuran yang harmonis tidak terwujud
bubar. Keunggulan dan kekompakan dalam kelompok Menghambat Waktu
penugasan Tempat atau jarak anggota yang berjauhan dapat mempengaruhi
kualitas/kuantitas pertemuan. Memperlancar Keterbukaan antar anggota
Kemauan untuk mengutamakan kepentingan kelompok Kemampuan scra
emosional dlm mengungkapkan pengalaman, pengetahuan dan kemauan
tanpa meninggalkan kaidah dan norma yang disepakati.

F. Indikator Untuk Mengukur Tingkat perkembangan kelompok


1. Adaptasi -Setiap individu terbuka untuk memberi dan menerima informasi yang
baru. -Setiap kelompok tetap selalu terbuka untuk menerima peran baru sesuai
dengan hasil dinamika kelompok. -Proses adaptasi berjalan baik ditandai dengan
kelenturan setiap anggota untuk menerima ide, pandangan, norma dan
kepercayaan anggota kelompok lain tanpa merasa integritasnya terganggu.
2. Pencapaian tujuan -Setiap anggota kelompok mampu menunda kepuasan dan
melepaskan ikatan dalam rangka mencapai tujuan bersama, mampu membina
dan memperluas pola, serta individu mampu terlibat secara emosional untuk
mengungkapkan pengalaman, pengetahuan dan kemampuannya.
3. Komunikasi dalam kelompok.
Komunikasi sangat efektif dalam kelompok karena dapat ditemui kecepatan,
penampilan, keakuratan , kepuasan kerja, kelenturan dan keaktifan komunikasi
setiap anggota kelompok. Kekuatan dalam Kelompok Suatu aspek yang
memegang peranan penting dalam proses perkembangan kelompok adalah
kekuasaan/power yang merupakan kemampuan untuk melakukan tindakan yang
menyangkut hubungan dengan orang lain. Power ini dapat berupa unsur
senioritas, kepintaran, kekayaan,kepangkatan,kekuatan, dan lain-lain.
Kekuasaan dalam kelompok dapat berbentuk :
1. Kekuasaan secara menyeluruh
2. Kekuasaan kelompok kelompok kecil dalam satu tim
3. Kekuasaan individu dalam kelompok Upaya pengembangan kelompok Dalam
mengembangkan suatu kelompok maka anggota kelp perlu: -Menyadari
adanya kekuatan, mengerti dan mau menerima serta siap menggunakannya. -
Mengetahui dimana kekuatan itu berada, siapa yang memiliki,bagaimana ia

G. Permasalahan Dalam Dinamika Kelompok


Dalam dinamika kelompok sering dihadapkan dalam berbagai permasalahan yang
dapat menghambat komunikasi antar anggota kelompok sehingga secara tidak
langsung dapat menghambat produktifitas kerja kelompok, diantaranya yaitu :
Disampaikan pada Pelatihan Clinical Instructur, tanggal 19 Nop.’08.21
1. Kohesivitas
Persoalan kohesiv dapat dilihat dalam tingkah laku anggota kelompok seperti
proses pengelompokkan, intensitas anggota, arah pilihan, nilai kelompok dan
lain-lain.
2. Motif
Berkisar pada interes anggota terhadap kehidupan kelompok, seperti kesatuan
berkelompok, tujuan bersama, orientasi diri terhadap kelompoknya, dan lain-lain.
3. Struktur
Bentuk pengelompokkan, bentuk hubungan, perbedaan kedudukan antar
anggota, pembagian tugas, dan lain-lain.
4. Pimpinan
Bentuk-bentuk kepemimpinan, tugas pimpinan, sistem kepemimpinan, dan lain-
lain. 5. Perkembangan Kelompok Perubahan dalam kelompok, senangnya
anggota kelompok tetap berada dalam kelompok, perpecahan kelompok, dan
lain-lain.
G. Upaya Dalam Menyelesaikan Permasalahan Dalam Dinamika Kelompok

Ada beberapa hal yang dapat membantu agar langkah awal ini menjadi lebih
efektif, yaitu :

1. Pilihlah waktu yang tepat untuk memulai negosiasi


 ungkapkan permasalahan secara objektif, jangan menyinggung pribadi
secara psikologis
 pahami pandangan lawan secara objektif.
2. Kejelasan/ketegasan permasalahan secara bersama-sama. Kejelasan akan
permasalahan yang menyebabkan timbulnya konflik sebaiknya dibicarakan
secara bersama-sama. Hal ini penting untuk menyamakan persepsi tentang
permasalahan tersebut. Beberapa hal yang penting diperhatikan disini adalah:
 Jangan menghina atau mencela pribadi, tapi ungkapkanlah tindakan yang
dilakukan secara objektif dan jelas.
 Perlu ditekankan bahwa permasalahan yang timbul akibat terjadinya konflik
tersebut merupakan masalah bersama yang perlu dipecahkan bersama demi
perbaikan mutu kerja.
 Perlu ketegasan tentang pokok permasalahan Langkah
3. Kejelasan posisi dan perasaan. Selama proses negosiasi, penempatan isu yang
dibicarakan serta perasaan terhadap isu tersebut mungkin saja berubah. Oleh
karena itu agar negosiasi dapat berhasil puan untuk mengungkapkan
permasalahan secara benar dan kemampuan mendengar sangat dibutuhkan.
Konflik akan sulit diatasi bila negosiator tidak mengalami duduk persoalan yang
menjadi isu dalam konflik tersebut. Hanya dengan mengetahui dan memahami
apa yang menjadi perbedaan-perbedaan antara kedua pihak sehingga timbul
konflik maka penyelesaian yang konstruktif dapat dicapai. Oleh karena itu
penting diketahui bagaimana persepsi atau tanggapan pihak terhadap isu yang
menimbulkan konflik tersebut.
4. Mencari tema bersama. Berbagai studi menunjukkan bahwa konflik dapat
diselesaikan dalam waktu yang relatif singkat bila dalam upaya penyelesaian
konflik tersebut lebih ditekankan pada pencarian tujuan-tujuan yang bersifat
koperatif yang menyangkut kedua belah pihak. Disamping itu, upaya ini
mengurangi kemungkinan reaksi defensif dari pihak lawan, meningkatkan
pengertian terhadap kedua belah pihak dan mengurangi perasaan kalah-menang
dalam negosiasi.
5. Belajar empati
Negosiasi sukar untuk berhasil bila kita hanya melihat permasalahan dari
perspektif sepihak saja. Pengetahuan tentang bagaimana pihak lawan melihat
permasalahan dan bagaimana persepsi lawan terhadap isu yang timbul sangat
dibutuhkan agar penyelesaian konflik dapat dilakukan secara efektif dan
konstruktif. Belajar melihat permasalahan dari kacamata dan belajar berdiri pada
sepatu orang lain merupakan hal yang penting dalam menentukan keberhasilan
negosiasi.
6. Koordinasi motivasi untuk penyelesaian permasalahan. Keinginan untuk
menyelesaikan konflik seringkali berbeda diantara kedua belah pihak yang
berselisih. Walaupun satu pihak ingin berdamai, belum tentu pihak lain
mempunyai keinginan yang sama pula. Disinilah letak kemampuan negosiator
untuk dapat mengkoordinasikan motivasi dan keinginan kedua belah pihak
sehingga masing-masing pihak merasakan akan pentingnya penyelesaian konflik
ini demi kebaikan semua pihak. Agar motivasi untuk berdamai ini timbul, penting
sekali diungkapkan kepada kedua belah pihak kerugian-kerugiaan yang
ditimbulkan akibat terjadinya perselisihan ini.
7. Pencapaian kesepakatan. Konflik sudah dapat dikatakan "selesai" bila sudah ada
kesepakatan dari kedua belah pihak. Pada tahap ini kedua belah pihak telah
menerima apa yang telah diputuskan secara bersama sebagai suatu
penyelesaian dan secara terbuka telah menyatakan keikatan mereka untuk
melaksanakannya. Secara singkat, dapat dikatakan dalam upaya penyelesaian
konflik secara konstruktif dibutuhkan keterbukaan, kejujuran dan keobjektifan
dalam melihat permasalahan. Selain itu perlu dipahami bagaimana persepsi dan
perasaan masingmasing pihak dalam melihat permasalahan tersebut
Menggerakkan kelompok pada dasarnya merupakan suatu tugas yang cukup
kompleks. Banyak kita lihat kelompok-kelompok masyarakat yang partisipasinya
cukup tinggi pada awalnya, tetapi lama kelamaan menjadi menurun pada
akhirnya hilang sama sekali.

I. Pembentukan Efektivitas Dalam Dinamika Kelompok


Interaksi antar anggota kelompok akan menjadi efektif jika setiap anggota
kelompoknya memiliki ketertarikan untuk menjadi bagian dari kelompok. Oleh karena
Disampaikan pada Pelatihan Clinical Instructur, tanggal 19 Nop.’08 3 itu ada beberapa
faktor yang dapat dikembangkan dalam upaya meningkatkan efektifitas dalam
kelompok, yaitu :
1. Mempunyai motif yang sama antara individu satu dengan lainnya, menyebabkan
interaksi/kerjasama sebagai pencapaian tujuan yang sama. Ada akibat-
Keamanan dan Perlindungan Perubahan-perubahan yang terjadi dalam
kelompok dapat menimbulkan kecemasan bagi anggotanya sehingga
memerlukan adanya rasa aman & merasa terlindungi dalam upaya menurunkan
rasa cemas.
2. Afiliasi Setiap orang mempunyai kebutuhan dukungan afiliasi dan emosional
yang dapat secara langsung memberikan kepuasan bagi anggota
kelompoknya. Menerima orang lain merupakan kebutuhan sosial yang penting
dan meningkatkan perasaan oranglain dengan merasa dirinya berharga.
3. Penghargaan dan Identitas Mendapatkan kesempatan untuk menerima pujian
dan pengakuan terhadap hasil kerjanya sehingga merasa mendapatkan
pengakuan dan penghargaan yang merupakan kebutuhan setiap orang.
4. Pemenuhan tugas Alasan utama seseorang bergabung dengan suatu kelompok
adalah bahwa kelompok memfasilitasi dalam pemenuhan tugas dan tujuan ini
dapat dicapai melalui kelompok kerja yang kooperatif. Disampaikan pada
Pelatihan Clinical Instructur, tanggal 19 Nop.’08____________________ 4
Menurut Festinger (1959, dalam Indrawijaya, 2002) mengatakan bahwa
bertambah kuatnya keeratan hubungan akan mendorong meningkatkan
frekuensi interaksi antara anggota kelompok. Makin bertambahnya keeeratan
itu, makin besar pula perubahan perilaku individu yang dapat ditimbulkan para
anggota kelompoknya. Sehingga jika anggota kelompok merasa lebih erat
hubungannya dalam kelompok maka akan lebih cenderung tertarik pada
kegiatan kelompok dan peduli atas hasil kelompok.

K. Indikator Untuk Mengukur Tingkat perkembangan kelompok


1. Adaptasi
Setiap individu terbuka untuk memberi dan menerima informasi yang baru.
Setiap kelompok tetap selalu terbuka untuk menerima peran baru sesuai
dengan hasil dinamika kelompok. Proses adaptasi berjalan baik ditandai
dengan kelenturan setiap anggota untuk menerima ide, pandangan, norma dan
kepercayaan anggota kelompok lain tanpa merasa integritasnya terganggu.
2. Pencapaian tujuan
Setiap anggota kelompok mampu menunda kepuasan dan melepaskan ikatan
dalam rangka mencapai tujuan bersama, mampu membina dan memperluas
pola, serta individu mampu terlibat secara emosional untuk mengungkapkan
pengalaman, pengetahuan dan kemampuannya.
3. Komunikasi dalam kelompok.
Komunikasi sangat efektif dalam kelompok karena dapat ditemui kecepatan,
penampilan, keakuratan , kepuasan kerja, kelenturan dan keaktifan komunikasi
setiap anggota kelompok. Kekuatan dalam Kelompok Suatu aspek yang
memegang peranan penting dalam proses perkembangan kelompok adalah
kekuasaan/power yang merupakan kemampuan untuk melakukan tindakan
yang menyangkut hubungan dengan orang lain. Power ini dapat berupa unsur
senioritas, kepintaran, kekayaan,kepangkatan,kekuatan dll.

Kekuasaan dalam kelompok dapat berbentuk :


1. Kekuasaan secara menyeluruh.
2. Kekuasaan kelompok kelompok kecil dalam satu tim.
3. Kekuasaan individu dalam kelompok Upaya pengembangan kelompok Dalam
mengembangkan suatu kelompok maka anggota kelompok perlu:
 Menyadari adanya kekuatan, mengerti dan mau menerima serta siap
menggunakannya.
 Mengetahui dimana kekuatan itu berada, siapa yang memiliki,bagaimana ia
menggunakannya.
 Menilai penggunaan kekuatan dihubungkan dengan tugas tugas kelompok,
apakah memberikan pengaruh positif or negative terhadap pencapaian
tujuan.
 Mengetahui cara mengubahnya, kalau ternyata power itu merusak atau
konstruktif Cara-cara mengidentifikasi kelompok:
 Berdasarkan persepsi.
 Berdasarkan motivasi.
 Berdasarkan Tujuan.
 Berdasarkan organisasi.
 Berdasarkan interdependensi.
 Berdasarkan interaksi Pertumbuhan kelompok untuk anggota kelompok
secara individual:
1. Adaptasi
2. Pencapaian tujuan
3. Integrasi
4. Membina dan memperluas pola Karakteristik Kelompok yang efektif:
 Suasana (atmosfer)
 Rasa aman (the ruduction)
 Kepemimpinan yang bergilir (distribusi leadership),Perumusan tujuan
(goal Formulation)
 Fleksibiliti (Fleksibilitas)
 Mufakat Kesadaran berkelompok
 Evaluasi yang kontinu Kriteria tim yang efektif (Mc.GREGOR)
o Understanding
o Komunikasi terbuka
o Saling percaya
o Saling membantu
o Menengahi perbedaan perbedaan
o Menggunakan tim secara selektif
o Keterampilan kelompok yang teapat
o Kepemimpinan Menghidupkan kegiatan kelompok Kerjasama,
saling percaya,dan rasa saling memiliki,keadilan dan saling
hormat menghormati adalah kunci kegiatan kelompok.

L. Hal hal yang perlu diperhatikan dalam menghidupkan kelompok


1. Pemahaman yang jelas mengenai latar belakang tujuan pembentukan
kelompok.
2. Pemahaman yang jelas tentang sifat kegiatan kelompok.
3. Memiliki perfektif yang luas tentang kedudukan kelompok serta dukungan &
bimbingan dari pihak terkait Keterampilan untuk membina kelompok
Keterampilan untuk membina kelompok agar dapat berfungsi dan efektif dapat
dilakukan dengan cara :
 Mendengar (Listening)
 Mengatakan dan menanggapi perasaan
 Menghormati norma norma kelompok yang telah dibina sejak kelompok
terbentuk
 Memberi dukungan
 Membangun ide ide orang lain
 Memberikan dorongan pada anggota kelompok
 Meninjau proses Pentingnya dinamika kelompok dalam Keperawatan:
 Profesi perawat merupakan bagian dari profesi kesehatan yg anggotanya
terdiri dari perawat dimana terjadi satu ikatan profesi yg mempunyai tujuan
untuk kepentingan yg sama dalam bidang keperawatan.
 Profesi perawat terbentuk dari adanya suatu kelompok-kelompok perawat
yg mempunyai tradisi, norma, prosedur dan terjadi aktifitas yg sama dalam
menjalankan tugas sebagaimana seorang perawat.
 Terbentuknya kelompok karena adanya partisipasi dari anggota yang
mempunyai motivasi dan tujuan dari masing-masing anggota. 4. Setiap
anggota saling tergantung satu dg yang lain karena saling memerlukan
bantuan.
KESIMPULAN

Keperawatan sebagai suatu organisasi terdiri dari sekumpulan orang-orang yang


membentuk suatu kelompok yang berupaya untuk meningkatkan produktifitasnya dalam
upaya meningkatkan kualitas asuhan keperawatan. Dalam suatu kelompok akan terjadi
dinamika kelompok terutama dalam kaitannya dengan hubungan antar anggota
kelompok sehingga perlu adanya upaya yang terus menerus dalam meningkatkan
efektifitasnya. Dan melalui permainan dinamika kelompok sebagai kegiatan informal
diharapkan dapat mencairkan permasalahanpermasalahan yang dapat menghambat
hubungan antar anggota kelompok sehingga produktifitas kelompok akan meningkat.
Disampaikan pada Pelatihan Clinical Instructur.
DAFTAR PUSTAKA

Gibson,J.L., Ivancevich, J.M., Donelly J.H. (1997). Organisasi dan Manajemen


Perilaku Struktur dan Proses (Edisi Kedelapan) Terjemahan, Jakarta: Penerbit Erlangga
Gillies, D.A (1994).

Nursing Management. A System Approach. Third Edition. Philadelphia : W B Saunders


Muchlas, M. (2005). Perilaku Organisasi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Robbins, S.P. Coulter M. (2004). Manajemen, (Edisi ketujuh) Terjemahan, Jakarta: PT


IndekGroup Gramedia. Santosa, S. (2004).

Dinamika Kelompok. Jakarta : Bumi Aksara Swanburg, R.C., Swanburg, R. J. (1999).


Introductory Management and Leadership for Nurses (2nd Ed.) Canada: Jhoes and
Bartlett Publishers.

Tappen, R.M. et.al. (1995). Nursing Leadership and Management: Concepts and
Practice (3rd Ed). Philadelphia: F.A. Paris Company. Vecchio, R.P. (1995).
Organizational Behavior. Third Edition. USA : The Druden Press Harcourt Brace
College Publisher.

Anda mungkin juga menyukai