Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH BIMBINGAN KONSELING KELOMPOK

Tahap-tahap konseling kelompok

Oleh kelompok 3 :

Rosalia Dalima J. Idar

Angelika C. Banase

Hendrikus S. Doni

Nuraini Saputri Hanasin

Matilde Irmina Kurnia

Teodorina Peni

Frederika A. Lengo

Fransikus K. Wanu

Marsela Tebai

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

TAHUN AKADEMIK 2022/2023

Kata pengantar
Puji syukur tim penulis Panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan
rahmat-Nya sehingga tim penulis dapat menyelesaikan tugas makalah kelompok yang
berjudul “ Prosedur konseling kelompok” tepat pada waktunya. Penyusunan makalah ini
untuk memenuhi tugas kelompok Mata Kuliah Bimbingan konseling kelompok.

Tim penulis menyadari bahwa dalam penyususnan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Susunan makalah ini dibuat dengan bahasa yang sederhana, sistematis dan
terpadu. Oleh karena itu saran dan kritik yang mendukung sangat tim penulis harapkan demi
perbaikan makalah selanjutnya.

Akhirnya tim penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca
terutama untuk mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling kelas A semester IV.

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Layanan konseling kelompok merupakan salah satu layanan bimbingan dan
konseling di sekolah. Layanan konseling kelompok secara terpadu dalam pelaksanaan
layanan bimbingan dan konseling disekolah. Sebagai kegiatan, layanan konseling
kelompok merupakan upaya bantuan untuk dapat memecahkan masalah siswa dengan
memanfaatkan dinamika kelompok.Setiap sekolah harus membuat perencanaan
program yang merupakan acuan dasar untuk pelaksanaan kegiatan satuan layanan
bimbingan dan konseling. Perencanaan tersebut berisi bidang-bidang layanan, jenis
layanan yang dialokasikan menurut waktu, pembagian tugas para pelaksana dan
sarana atau pra sarana untuk mendukung kegiatan pelayanan bimbingan dan
konseling.
Berbagai jenis dan kegiatan perlu dilakukan sebagai wujud penyelenggaraan
B. Rumusan masalah
1. Apa Pengertian konseling kelompok
2. Apa saja bentuk Tahapan dalam konseling kelompok
C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari konseling kelompok
2. Untuk mengetahui apa saja bentuk tahapan dalam konseling kelompok
BAB II

Pembahasan

A. Pengertian konseling kelompok


Konseling kelompok merupakan suatu bantuan pada individu dalam situasi
kelompok yang bersifat pencegahan dan penyembuhan, serta diarahkan pada
pemberian kemudahan dalam perkembangan dan pertumbuhanya ( Nurihsan
dalam Kurnanto,2013).
Menurut Gajda, 1984 dalam Adhiputra, 2014, konseling kelompok merupakan
suatu sistem layanan bantuan yang amat baik untuk membantu pengembangan
kemampuan pribadi, pencegahan, dan mengenai konflik-konflik antara pribadi
atau pemecahan masalah. Dalam defenisi yang lebih ,uas, konseling kelompok
memiliki banyak pengertian dan rumusan yang berbeda pada setiap teori menurut
para tokohnya. Hal ini lumrah terjadi, karena setiap tokoh berasal dari latar
belakang kehidupan dan pendidikan yang berbeda.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa konseling
kelompok merupakan upaya bantuan yang bersifat pencegahan dan
pengembangan kemampuan pribadi sebagai pemecahan masalah secara kelompok
atau bersama-sama dari seorang konselor kepada konseli.
B. Bentuk tahapan dalam konseling kelompok
Ada beberapa tahapan dalam konseling kelompok yaitu :
1. Tahap pembentukan
Dalam konseling kelompok, tahap pembentukan yaitu tahap awal yang sangat
berpengaruh dalam proses selanjutnya. Tahap ini ditandai dengan dibentuknya
struktur kelompok. Adapun manfaat dari dibentuknya struktur kelompok ini adalah
agar anggota kelompok dapat memahami aturan yang ada dalam kelompok untuk
bertanggung jawab pada tujuan dan proses kelompok.
a. Pengenalan dan Pengungkapan Tujuan
Konselor dapat kembali menegaskan tujuan yang harus dicapai dalam
konseling. Hal ini dimaksudkan untuk menyadarkan klien pada makna
kehadirannya terlibat dalam kelompok.Selain itu, klien diarahkan untuk
memperkenalkan diri mereka masing-masing yang dipimpin oleh ketua
kelompok (konselor). Pada saat inilah klien menjelaskan tentang dirinya dan
tujuan yang ingin dicapainya dalam proses konseling. Biasanya klien hanya
akan menceritakan hal-hal umum yang ada dalam dirinya dan belum
mengungkapkan permasalahannya.
Black (dikutip dari Latipun, 2001) menguraikan secara sistematis langkah
yang dijalani pada tahap pembentukan adalah perkenalan, pengungkapan
tujuan yang ingin dicapai, penjelasan aturan dan penggalian ide dan perasaan.
Adapun tujuan yang ingin dicapai pada tahap ini adalah anggota kelompok
dapat saling percaya satu sama lain serta menjaga hubungan yang berpusat
pada kelompok melalui saling memberi umpan balik, memberi dukungan,
saling toleransi terhadap perbedaan dan saling memberi penguatan positif. Dan
disini pemimpin kelompok menampilkan tingkah laku dan komunikasi yang
mengandung unsur-unsur penghormatan kepada orang lain (dalam hal ini
anggota kelompok), ketulusan hati, kehangatan dan empati.
b. Terbangunnya Kebersamaan
Dalam hal ini, pemimpin kelompok harus mampu menumbuhkan sikap
kebersamaan dan perasaan sekelompok. Jika pada awalnya sebagian besar
anggota kelompok tidak berkehendak untuk mengambil peranan dan tanggung
jawab dalam, maka tugas pemimpin kelompok membalikkan keadaan itu,
yaitu merangsang dan menggairahkan seluruh anggota kelompok untuk
mampu ikut serta secara bertanggung jawab dalam kegiatan kelompok.
c. Keaktifan Pemimpin Kelompok
Peranan pemimpin kelompok dalam tahap pembentukan adalah benar-benar
aktif. Pemimpin kelompok perlu memusatkan usahanya pada:
 penjelasan tentang tujuan kegiatan,
 penumbuhan rasa saling mengenal antar anggota,
 penumbuhan sikap saling mempercayai dan saling menerima,
 dimulainya pembahasan tentang tingkah laku dan suasana perasaan
dalam kelompok.
 Beberapa Teknik, ada beberapa teknik yang dapat digunakan oleh
pemimpin kelompok dalam tahap ini, jika rasa keterbukaan dan
keikutsertaan kelompok kurang mantap, diantaranya adalah
teknik“Pertanyaan dan Jawaban”, teknik “Perasaan dan Tanggapan”,
dan teknik “Permainan Kelompok”.
2. Tahap Peralihan
Hal umum yang sering muncul pada tahap ini adalah terjadinya suasana
ketidakseimbangan dalam diri masing-masing anggota kelompok. Konselor
diharapkan membuka permasalahan masing-masing anggota sehingga masalah
tersebut dapat bersama-sama dirumuskan dan dapat diketahui penyebabnya.
Walaupun anggota kelompok mulai terbuka satu sama lain, tetapi dapat pula terjadi
kecemasan, resistensi, konflik, dan keengganan anggota kelompok membuka diri.
Oleh karena itu, konselor selaku pemimpin kelompok harus dapat mengontrol dan
mengarahkan anggotanya untuk merasa nyaman dan menjadikan anggota kelompok
sebagai keluarganya sendiri. Untuk ini perlu diselenggarakannya.
a. Suasana Kegiatan
Pada tahap ini pemimpin kelompok menjelaskan peranan para anggota
kelompok dalam “kelompok bebas” (jika kelompok tersebut “kelompok
bebas”), atau “kelompok tugas” (jika kelompok tersebut “kelompok tugas”).
Kemudian pemimpin kelompok menawarkan apakah para anggota sudah siap
memulai kegiatan lebih lanjut itu.
b. Suasana Ketidak Imbangan
Suasana ketidakimbangan secara khusus dapat mewarnai tahap peralihan ini.
Sering kali terjadi konflik atau bahkan konfrontasi antara anggota kelompok
dan pemimpin kelompok. Dalam hal ini pemimpin kelompok tidak menjadi
kehilangan keseimbangan. Pendekatan langsung dan cara-cara main perintah
saja, perlu dihindari. Tugas pemimpin kelompok dalam hal ini ialah membantu
para anggota untuk menghadapi halangan, keengganan, sikap
mempertahankan diri, dan ketidaksadaran yang timbul itu, agar diperoleh
suasana kebersamaan dan semangat bagi dicapainya tujuan kelompok. Untuk
itu, pemimpin kelompok perlu memiliki kemampuan tinggi dalam
penghayatan Indera maupun penghayatan rasa. Suasana keterbukaan yang
bebas dan mengizinkan dikemukakannya apa saja yang dirasakan oleh para
anggota kelompok perlu dipertahankan dan dikembangkan terus. Sebagai
contoh bagi para anggota, sekali lagi pemimpin kelompok perlu membuka diri
secara wajar dan tepat.
3. Tahap Kegiatan
Tahap ini dilakukan setelah permasalahan anggota kelompok diketahui
penyebabnya sehingga konselor dapat melakukan langkah selanjutnya yaitu
menyusun rencana tindakan. Pada tahap ini anggota kelompok diharapkan telah dapat
membuka dirinya lebih jauh dan menghilangkan defensifnya, adanya perilaku
modeling yang diperoleh dari mempelajari tingkah laku baru serta belajar untuk
bertanggung jawab pada tindakan dan tingkah lakunya. Akan tetapi, pada tahap ini
juga dapat saja terjadi konfrontasi antara anggota dan transferensi. Dan peran konselor
dalam hal ini adalah berupa jaga keterlibatan dan kebersamaan anggota kelompok
secara aktif.
Kegiatan kelompok pada tahap ini dipengaruhi pada tahapan sebelumnya. Jadi
apabila pada tahap sebelumnya berlangsung dengan efektif maka tahap ini juga dapat
dilalui dengan baik. Begitu pun sebaliknya, apabila tahap ini berjalan dengan baik,
biasanya anggota kelompok dapat melakukan kegiatan tanpa mengharapkan ikut
campur tangan pemimpin kelompok lebih jauh.Karena Tahap Ketiga merupakan inti
kegiatan kelompok, maka aspek-aspek yang menjadi isi dan pengiringnya cukup
banyak, dan masing-masing aspek tersebut perlu mendapat perhatian yang sesama
dari pemimpin kelompok. Kegiatan pada Tahap Ketiga itu mendapatkan alokasi
waktu yang terbesar dalam keseluruhan kegiatan kelompok.
 Tahap III sebagai Kelanjutan dari Tahap I dan Tahap II.
Tahap ini merupakan kehidupan yang sebenarnya dari kelompok. Namun
kelangsungan kegiatan kelompok pada tahap ini amat tergantung pada hasil
dari dua tahap sebelumnya. Jika tahap sebelumnya berhasil dengan baik, maka
tahap ketiga itu akan berlangsung dengan baik. Di sini prinsip Tut Wuri
Handayani dapat diterapkan.
Dalam tahap ketiga ini saling hubungan antar anggota kelompok tumbuh
dengan baik. Saling tukar pengalaman dalam bidang suasana perasaan yang
terjadi, pengutaraan, penyajian dan pembukaan diri berlangsung dengan bebas.
Dalam suasana seperti ini kelompok membahas hal-hal yang bersifat nyata
yang benar-benar sedang mereka alami. Mereka membahas hal-hal yang
bersifat “sekarang/kekinian dan disini”.
 Dinamika Kegiatan Kelompok.
Sekarang kelompok benar-benar sedang mengarah kepada pencapaian tujuan.
Kelompok itu sedang berusaha menghasilkan sesuatu yang berguna bagi para
anggotanya. Peranan pemimpin kelompok tetap Tut WuriHandayani, terus-
menerus memperhatikan dan mendengar secara aktif, khususnya
memperhatikan hal-hal atau masalah khusus yang di sana-sini timbul yang
kalau dibiarkan membesar dapat merusak suasana kelompok yang baik.
Pemimpin kelompok harus dapat melihat dengan baik dan dapat menentukan
dengan tepat arah yang dituju dari setiap pembicaraan.
4. Tahap Akhir
Tahap ini adalah tahapan dimana anggota kelompok mulai mencoba perilaku
baru yang telah mereka pelajari dan dapatkan dari kelompok. Umpan balik adalah hal
penting yang sebaiknya dilakukan oleh masing-masing anggota kelompok. Hal ini
dilakukan untuk menilai dan memperbaiki perilaku kelompok apabila belum sesuai.
Oleh karena itu, tahap akhir ini dianggap sebagai tahap melatih diri klien untuk
melakukan perubahan.Sehubungan dengan pengakhiran kegiatan, Prayitno
mengatakan bahwa kegiatan kelompok harus ditujukan pada pencapaian tujuan yang
ingin dicapai dalam kelompok. Kegiatan kelompok ini biasanya diperoleh dari
pengalaman sesama anggota. Apabila pada tahap ini terdapat anggota yang memiliki
masalah belum dapat terselesaikan pada fase sebelumnya, maka pada tahap ini
masalah tersebut harus diselesaikan.
Konselor dapat memastikan waktu yang tepat untuk mengakhiri proses
konseling. Apabila anggota kelompok merasakan bahwa tujuan telah tercapai dan
telah terjadi perubahan perilaku maka proses konseling dapat segera diakhiri.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
konseling kelompok merupakan upaya bantuan yang bersifat pencegahan dan
pengembangan kemampuan pribadi sebagai pemecahan masalah secara kelompok
atau bersama-sama dari seorang konselor kepada konseli. Ada beberapa prosedur
dalam konseling kelompok yakni tahap pembentukan, tahap peraliha, tahap
kegiatan, dan tahap akhir.
B. Saran
Sebaiknya sebagai konselor yang profesional harus bisa menerapkan prosedur
dalam pelaksanaan konseling kelompok.
DAFTAR PUSTAKA
Hasnida, Namora.(2016). konseling kelompok.Jakarta Kencana 2016
Lubis Namora Lumongga, 2011. Memhami dasar-dasar konseling dalam teori dan
praktik.Jakarta PT Kharisma Putra Utama
Pratyno, 2001. Layanan bimbingan konseling kelompok. Jakarta : GHALIA, Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai