Anda di halaman 1dari 18

BAB 2

PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA


ORDE PERTAMA DERAJAT PERTAMA

A. Persamaan Diferensial Eksak


Persamaan diferensial (PD) orde pertama dan derajat satu dapat ditulis dalam bentuk
M(x,y) dx + N(x,y) dy = 0 2.1
Contoh.
dy y + x
1. + = 0, dapat ditulis
dx y−x

(y + x ) dx + (y – x ) dy = 0, di mana M(x,y) = y + x dan N(x,y) = y – x

dy
2. = 1 + x2y, dapat ditulis dalam bentuk
dx
(1 + x2y) dx – dy = 0, di mana M(x,y) = 1 + x2y dan N(x,y) = -1

Jika ruas kiri (2.1) merupakan turunan total dari suatu fungsi A(x,y) yaitu jika
M(x,y) dx + N(x,y) dy = d A(x,y), maka persamaan diferensial (2.1) disebut PD
eksak dan A (x,y) = c adalah selesaian umum/primitive dari PD (2.1).

Contoh 3.
3x2y2dx + 2x3ydy = 0 adalah suatu PD eksak, karena

3x2y2dx + 2x3ydy = d (x3y2), sehingga selesainnya adalah x3y2 = c

Jika 2.1. tidak eksak, tetapi B(x,y)[ M(x,y) dx + N(x,y) dy] = d A(x,y), maka
B(x,y) disebut faktor pengintegral (integrating factor) dari (2.1) dan A (x,y)=c
adalah selesaiannya.

Contoh 4.
3y dx + 2x dy = 0, merupakan PD tidak eksak, dan jika B(x,y) = x2y , maka
x2y [ 3y dx + 2x dy] = 0 merupakan PD eksak dan solusinya adalah x 3y2=c.
di sini faktor pengintegralnya adalah B(x,y) = x2y

Jika (2.1) tidak eksak dan tidak ada faktor pengintegral yang didapat dengan segera,
maka dapat digunakan transformasi variable sehingga mengubah bentuk PD yang
ada yang faktor pengintegralnya dapat ditentukan.
Contoh 5.
Persamaan diferensial (x+y+1) dx + (2x + 2y + 3) dy = 0 (2.2)
Dengan transformasi : x = t – y , dx = dt – dy ( dalam hal ini t = x + y ), maka PD
2.2. menjadi:
(t + 1) (dt – dy) + (2t + 3 ) dy = 0, atau
1
(t + 1 ) dt + (t + 2) dy = 0, Dan dengan faktor pengintegral , persamaannya
t+2
menjadi
t+1
dt + dy = 0. Dengan mengambil ( t+1 = ((t+2)-1) maka PD menjadi
t+2
1
dt - dt + dy = 0, sehingga selesainnya adalah
t+2
t – ln(t+2) + y = c.

Dengan menggunakan transformasi t = x + y maka selesainnya adalah


x + 2y – ln (x + y + 2) = c
Transformasi lain yang dapat digunakan antara lain:
X + y + 1 = t , 2x + 2y + 3 = 2s (coba kerjakan sebagai latihan)

B. Persamaan Diferensial Variabel Terpisah


Bentuk Umum Persamaan diferensial Variabel Terpisah:
f(x) dx + g(y) dy = 0 (2.3)
Selesaian umumnya berbentuk:
∫ f ( x ) dx + ∫ g ( y ) dy = c, dengan c konstanta sebarang.
Dan PD berbentuk:
f1(x).g2(y) dx + f2(x).g1(y) dy = 0 (2.4)
dapat direduksi menjadi PD variable terpisah dengan faktor pengintegral
1
f 2 . g 2 . Dengan mengalikan faktor integral ke (2.4) maka menjadi
(x) ( y)

f1 (x) g1
( y)

dx +
dy = 0. Selanjutnya dengan mengintegralkan ke dua ruas diperoleh
f2 (x) g2 ( y)

selesainnya, yaitu
f g
∫ f 1 dx + ∫ g1 dy = c.
( x) ( y)

( x) ( y)
2 2
Persamaan diferensial (2.4) disebut PD variabel yang dapat dipisahkan (variables
separable).
Contoh 6.
Persamaan diferensial
(3x2y – xy) dx + (2x3y2 + x3y4) dy = 0 dapat diuraikan dalam bentuk
y (3x2 – x) dx + x3 (2y2 + y4) dy = 0 , bentuk PD variabel yang dapat dipisahkan.
1
Ambil faktor pengintegral 3 dan dikalikan ke PD sebelumnya sehingga diperoleh PD
x y

variable terpisah sebagai berikut:


(
3 1
)
− dx + (2y + y3) dy = 0
x x2
Dan selesainnya
1 y4
3 ln(x) + + y2 + =c
x 4

Latihan 2.1
Selesaiakn PD berikut:
1. x3 dx + (y + 1)2 dy = 0
2. x2 (y+1) dx + y2(x-1) dy = 0
3. (1 +2y) dy + (4 – x2) dx = 0
4. 4x dy – y dx = x2 dy
5. Cari selesian khusus dari (1 + x3) dy – x2ydx = 0 dengan syarat awal y(1) = 2

C. Persamaan Diferensial Homogen


Suatu fungsi f(x,y) disebut homogen derajat n jika f(λx, λy) = λn f(x,y)
Contoh :
1. F(x,y) = x4 – x3y, homogen berderajat 4 karena,
f(λx, λy) = (λx)4 – (λx)3. λy
= λ4 . f(x,y)
2. f(x,y) = x2 + sin x cos y, tidak homogen. Bisa dicek sendiri.

Persamaan diferensial M(x,y) dx + N(x,y) dy = 0, disebut homogen jika M(x,y) dan


N(x,y) adalah homogen dan berderajat sama
Contoh :
3. X ln (y/x) dx + (y2/x) arc sin (y/x) dy = 0, adalah PD homogen berderajat 1.
Dicek sebagai latihan.

Langkah-langkah menentukan penyelesaian umum PD homogen:


1. Gunakan transformasi y = ux, dy= x du + u dx atau x = uy, dx= y du + u dy untuk
mereduksi PD homogen ke PD variable terpisah
2. Gunakan aturan dalam PD variable terpisah untuk mendapatkan solusi umum PD
dalam variable (u,x) atau (u, y)
3. Gantilah u = y/x jika menggunakan transformasi y = ux dan u = x/y , jika
menggunakan transformasi x = uy untuk mendapatkan kembali variable semula

Contoh 4:
Selelsaikan PD berikut dengan terlebih dahulu mencek apakah homoge atau tidak.
(x3 + y3) dx + 3xy2 dy = 0
Jawab :
PD tersebut merupaka PD homogen berderajat 3. Dicek sendiri
Gunakan transformasi: y = ux, maka dy = u dx + x du
PD berubah menjadi:
(x3 + u3x3) dx + (3x(u2x2) ( u dx + x du) = 0
(x3 + u3x3 + 3 u3x3) dx + (3u2x4) du = 0
X3 ( 1 + 4u3) dx + x4 (3u2) du = 0
1
Dengan faktor integral : 4 , PD tereduksi menjadi:
x (4 u3+ 1)

1 3u 2
dx + 3 du = 0
x 4 u +1

Solusi umum PD diperoleh dengan mengintegralkan ke dua ruas,

ln(x) + ¼ ln (4u3 + 1 ) = k
ln (x4) (4u3 + 1 ) = ln C , dengan C = e4k
x4(4u3 + 1 ) = C
solusi PD homogenya diperoleh dengan menggantikan u = y/x
x4(4. y3/x3 + 1) = C
4xy3 + x4 = C

Contoh 5.
Carilah selesaian dari PD : (2x + 3y ) dx + (y-x)dy = 0
Jawab:
PD tersebut adalah PD homogen berderajat 1 ( dicek sendiri)
Gunakan transformasi: y = ux dan dy = u dx + x du, PD menjadi


(2x + 3ux) dx + ❑ ( ux – x)( u dx + x du) = 0
X ( 2 + 3u) dx + x (u – 1) )( u dx + x du) = 0
Kalikan dengan 1/x, PD menjadi
( 2 + 3u) dx + (u – 1) )( u dx + x du) = 0
( 2 + 3u) dx + (u2 – u) dx + x ( u – 1 ) du = 0
(u2 + 2u + 2) dx + x ( u – 1 ) du = 0
1
Dengan mengambil faktor integral : 2
x(u + 2u+2)
dx u−1
+ 2 du=0
x (u +2 u+2)

dx 1 (2 u+2) 2 du
+ . 2 du− =0 ((u-1 = (u +1) - 2 u+1 = ½ ( 2u + 2)))
x 2 (u +2 u+2) ( u+1 )2 +1

ln (x) + ½ ln (u2 + 2u + 2 ) – 2 arctg ( u + 1 ) = C


ln x2 (u2 + 2u + 2 ) – 4 arctg ( u + 1) = C
Substitusi y = ux atau u = y/x diperoleh
ln x2 (y2/x2 + 2y/x + 2 ) – 4 arctg (y/x + 1) = C
x+ y
ln (y2 + 2xy + 2x2) – 4 arcxtg ( ¿= C.
x

Latihan 2.2. SelesaikanPD berikut:


1. 2x dy – 2y dx = √ x 2+ 4 y 2 dx
2. (y2 – x2) dx + xy dy = 0
3. (x + 2y ) dx + ( 2x + 3y ) dy = 0
x x x
4. ( 1 + 2 e y ) dx + 2e y ( 1 - ) dy = 0
y

D. PD Eksak dan Redkusi ke PD Eksak


Jika PD dinyatakan dalam bentuk
M(x,y) dx + N (x,y) dy = 0 , dikatakan PD ekasak jika dan hanya jika

∂M ∂N
= (2.6)
∂ y ∂x

Contoh :
PD : (x2 – y ) dx + ( y2 – x ) dy = 0, merupakan PD eksak karena
∂M ∂N
= -1 = , dengan M = x2-y dan N = y2 - x
∂y ∂x
Selesaian umum dari suatu PD eksak berbentuk :

f (x,y) = C. (2.7)
Langkah-langkah menentukan atau menemukan suatu fungsi f(x,y) sebagai berikut:
1. Perhatikan bahwa :
∂f ∂f
=M (x , y ) dan =N ( x , y )
∂x ∂y
2. Integralkan M (x,y) terhadap x dengan y tetap
∂f
dx=M ( x , y ) dx
dx
x
f ( x , y )=∫ M ( x , y ) dx + A( y)

Di mana fungsi A(y) adalah sebarang fungsi dalam y saja

3. Fungsi f (x,y) dalam langkah ke 2 didiferensialkan parsial terhadap y diperoleh:


∂f ∂
=¿ ¿
∂y ∂y
x
∂f dA ∂
∂y ∫
4. Karena =N ( x , y ) ,maka = N (x,y) - ¿ M ( x , y ) dx ¿ ¿, dan dari sini
dy dy ❑
diperoleh A (y)
5. A(y) yang baru saja diperleh, disubstitusikan ke f(x,y) dalam langkah ke 2. Dengan
demikian diperoleh f(x,y) = C yang merupakan selesaian yang dicari.

Contoh 6:
Selesaikan PD berikut: (2x3 + 3y ) dx + ( 3x + y – 1 ) dy = 0
Penyelesaian:
∂M ∂N
=3= , maka PD di atas adalah PD eksak
∂y ∂x

x
f(x,y) = ∫ M ( x , y ) dx+ A ( y )

x
= ∫ (2 x 3 ¿ +3 y )dx + A( y) ¿

4
x
= +3 xy + A( y) …………………………#
2
∂f
=N ( x , y )
∂y
3 x+ A ' ( y )=3 x + y−1
Sehingga
A’(y) = y – 1
y2
A (y) = − y
2
x4 y2
Sehingga f(x,y) = +3 xy + − y
2 2
Dan selesainnya adalah f (x,y) = C
4 2
x y
+3 xy + − y=C
2 2

Contoh 7:
Selesaiakan PD : ( x + y cos x) dx + sin x dy = 0
Penyelesaian:
M (x,y) = x + y cos x, dan N(x,y) = sin x
PD tersebut di atas adalah PD eksak ( dicek sendiri)
Solusi umum f(x,y) =C
x
f(x,y) = ∫ M ( x , y ) dx+ A ( y )

x
= ∫¿¿

= ½ x2 + y sin x + A (y)
∂f
=N ( x , y )
∂y
sin x + A ' ( y ) =sin x
Maka A’(y) = 0 sehingga A(y) = K
f(x,y)= ½ x2 + y sin x + K
Sehingga selesaian umumnya adalah : f(x,y) = C
½ x2 + y sin x + K = C
½ x2 + y sin x = C

Catatan :
Dari langkah ke 2, dapat diintegralkan N(x,y) terhadap y. Langkah selanjutnya adalah
sama, hanya peranan x diganti y ( atau sebaliknya).
Kerjakan contoh 6 dan 7 dengan mengintegralkan N(x,y) terhadap y sebagai latihan soal.

y
f(x,y) = ∫ N ( x , y ) dy + B( x)

∂f
=M (x , y )
∂x
dapatkan B ( x )

Reduksi ke PD Eksak

Jika M(x,y) dx + N(x,y) dy = 0 adalah PD tidak eksak dan dapat ditemukan suatu fungsi
yang jika dikalikan dengan M(x,y) dx + N(x,y) dy = 0 sehingga mebuat PD tersebut
menjadi PD eksak maka fungsi tersebut dikenal sebagai faktor pengintegral.

Ada beberapa jenis faktor pengintgeral antara lain:

∂ M ∂N

1. Jika ∂ y ∂ y = f(x) , suatu fungsi dalam x saja, maka faktor penginegralnya adalah
N

e∫
f ( x ) dx
∂ M ∂N

2. Jika ∂ y ∂ y = - g(y), suatu fungsi dalam y saja, maka faktor pengintegralnya
M
adalah

e∫
g ( y ) dy

3. Jika M(x,y) dx + N(x,y) dy = 0 PD homogeny dan xM(x,y) dx + yN(x,y) dy ≠0, maka


faktor pengintegralnya adalah:

1
xM + yN

Contoh 8.
Tentukan solusi PD (x2 + y2 + x) dx + xy dy = 0
Penyelesaian:
PD tersebut tidak eksak ( dicek sendiri)
∂ M ∂N
− 1 1
tetapi ∂ y ∂ y 2 y − y = = f(x), maka faktor pengintegralnya adalah e∫ x dx = eln x = x
= x
N xy
sehingga dengan mengalikan x dengan PD di atas mengubah PD menjadi PD eksak yaitu
x [(x2 + y2 + x) dx + xy dy] = 0
(x3 + xy2 + x2) dx + x2y dy = 0 ( PD eksak, bisa di cek sendiri)
x3 dx + x2 dx + (xy2 dx + x2y dy ) = 0
1
x3 dx + x2 dx + d( x2y2) = 0
2
1 4 1 3 1 2 2
x + x + xy =C
4 3 2
3x4 + 4x3 + 6x2y2 = C
Solusi PD ini bisa juga diperoleh dengan cara mengintegralkan M(x,y) dx atau N(x,y) dy
Setelah PD sudah menjadi PD eksak. ( dilakukan sendiri sebagai latihan).

Contoh 9.
Dapatkan solusi PD: 3x2y2 dx + (4x3y – 12) dy = 0
Penyelesaian:
PD tersebut tidak eksak ( dicek sendiri).
∂ M ∂N 2 2
− 6 x y−12 x y 2−4 2
Perhatikan: ∂ y ∂ y = = = - = - g(y).
2 2
3x y y y
M
2 2
sehingga faktor pengintegral = e∫ y dy = e ln y = y2
2
Di sini g(y) =
y
Sehingga PD tereduksi menjadi :
y2 [3x2y2 dx + (4x3y – 12) dy] = 0
3x2y4 dx + (4x3y3 – 12y2) dy = 0 .
PD ini merupakan PD eksak ( dicek sendiri), sehingga selesaian umumnya adalah
f(x,y) = C dengan
x
f(x,y) = ∫ M ( x , y ) dx+ A ( y )

= ∫ 3 x y dx + A(y)
2 4

= x3y4 + A(y)

∂f
=N ( x , y )
∂y

4x3y3 + A’(y) = 4x3y3 – 12y2


A’(y) = – 12y2
A(y) = - 4y3 + K
Sehingga f(x,y) = x3y4 - 4y3 + K = C
Dan solusinya adalah x3y4 - 4y3 = C
Solusi ini adalah solusi dari PD yang telah menjadi PD eksak dan sekaligus menjadi solusi
Umum PD semula.
Sehingga Solusi umum nya adalah x3y4 - 4y3 = C

E. Persamaan Diferensial Orde Pertama


Sebuah persamaan diferensial biasa orde satu disebut persamaam linear dalam variabel
terikat y dan variabel bebas x jika persamaan ini dapat ditulis dalam bentuk
dy
+P( x ) y=Q( x )
dx (2.8)
Sebagai contoh, persamaan
dy
x +( x+1) y=x 3
dx
adalah persamaan diferensial linear orde satu,untuk itu dapat ditulis sebagai
dy
dx ( ) 1
+ 1+ y=x 2
x
1
P( x )=1+ 2
x dan Q( x )=x .
yang merupakan bentuk dari persamaan (2.8) dengan

Persamaan diferensial linear


dy
+P( x ) y=Q( x )
dx (2.8)

mempunyai faktor integral yang berbentuk

∫ P(x)dx
e . (2.9)

Sebuah parameter tunggal keluarga solusi ini adalah

∫ P(x)dx ∫ P (x)dx
ye =∫ e Q( x)dx+c;
(2.10)

Atau

y=e
−∫ P(x)dx
[∫ e∫ P( x)dx
Q(x )dx+c ]
(2.11)

Bukti :

Sekarang persamaan (2.8) ditulis dalam bentuk

[ P( x ) y −Q( x )] dx+dy=0 (2.12)

dimana persamaan ini merupakan bentuk dari

Mdx+Ndy=0

dengan

M (x , y )=P (x ) y −Q( x ) dan N ( x, y)=1

sehingga

∂ M ( x, y) ∂ N ( x, y )
=P( x) =0 ,
∂y dan ∂x
Persamaan (2.12) tidak eksak kecuali kalau P(x) = 0, yang mana di dalam kasus (2.12)
didegrasi menjadi sebuah persamaan variabel terpisah yang sederhana. Persamaan (2.12)
mempunyai sebuah faktor integral yang hanya terikat pada x dan mudah untuk dicari.

Untuk mencarinya, persamaan (2.12) dikalikan dengan μ( x) diperoleh

[ μ( x)P( x ) y−μ( x)Q( x) ]= ∂ [ μ(x )]


∂x (2.13)

Kondisi ini direduksi menjadi

d
μ( x )P (x )= [ μ( x)] .
dx (2.14)

Dalam (2.14) P adalah sebuah fungsi yang diketahui dengan variabel bebas x , tetapi μ
adalah sebuah fungsi dalam x yang tak diketahui yang akan dicari. Kemudian persamaan
(2.14) ditulis sebagai persamaan diferensial


μP( x )=
dx

dengan variabel terikat μ dan variabel bebas x , dimana P adalah sebuah fungsi dalam x
yang diketahui. Persamaan diferensial ini adalah persamaan terpisah; pemisahan variabel
diperoleh

∂μ
=P( x)dx
μ

Diintegrasi,kita peroleh sebuah solusi khusus

ln|μ=∫ P(x )dx|

atau

∫ P (x)dx
μ=e (2.15)
dengan μ>0 . Dengan demikian, persamaan linear (2.8) memiliki sebuah faktor integral
dalam bentuk (2.15). Dengan mengalikan persamaan (2.11) dengan persamaan (2.15)
memberikan

P( x) dx dy
e∫ +e∫ P( x) y=Q( x )e∫
P ( x ) dx P ( x ) dx
dx

Yang secara tepat

dx
[
d ∫ P( x) dx
e y ] =Q( x)e∫
P ( x) dx
,

(2.16)

Dengan mengintegrasi ini maka kita dapatkan solusi dai persamaan (2.8) yang berbentuk

∫ P(x)dx ∫ P(x)dx
e y=∫ e Q( x)dx+c

Di mana c adalah konstanta sebarang.

Contoh 1.

dy 2 x +1
dx
+
x (y=e−2 x ) (2.17)

Di mana

2 x +1
P( x )=
x

sehingga faktor integralnya adalah

∫ P( x ) dx ∫ ( x )
2 x +1
dx
( 2 x+ln|x|)
e =e =e = xe2x e2x.eln x = e2x.x = xe2x

Kemudian persamaan (2.17) dikalikan dengan factor integral, kita peroleh

dy 2 x
xe 2 x + e ( 2 x+1 ) y =x
dx atau
d 2x
( xe y ) =x .
dx

Integrasi, kita dapatkan sebuah solusi

2
x
xe 2 x y= +c
2

Atau

1 c
y= xe−2 x + e−2 x
2 x

Di mana c adalah sebarang konstanta.

Contoh 2.

dy
+2 xy=4 x
Selesaikan dx .

Penyelesaian

∫ P( x) dx ∫ 2 xdx x 2
P(x) = 2x dan Q(x) = 4x, sehingga faktor integralnya adalah e =e =e .
2 2

Maka ye =∫ 4 xe dx=2e +c atau y=2+ce


2 2
x x x −x
yang merupakan solusi umum
dari persamaan diferensial linear di atas.

Contoh 3.

dy
x = y + x 3 +3 x 2 −2 x
Selesaikan dx

Penyelesaian

dy
x = y +x 3 +3 x 2 −2 x
Persamaan diferensial dx dapat ditulis dalam bentuk
dy 1 1
− y=x 2 + 3 x −2 P( x )=− 2
dx x . Sehingga diperoleh x dan Q( x )=x +3 x−2 . Maka
1
∫− x dx 1
e =e−ln x=
x adalah faktor pengintegral. Dengan demikian, solusi umum dari
persamaan diferensial di atas adalah e-ln x = eln 1/x = 1/x

1 dy 1 1 2
− y =x+ 3−
x dx x x x

d y
dx x ()
=x+3-
2
x

y 1 2
= x +3 x−2 ln x+ c
x 2

1 3 2
y= x +3 x −2 x ln x +cx
2

F. Persamaan Diferensial Bernoulli


Sebuah persamaan yang berbentuk
dy
+P( x ) y=Q( x ) y n
dx (2.18)
disebut persamaan diferensial Bernoulli.
Kita observasi, jika n=0 atau 1, kemudian persamaan Bernoulli (2.18) adalah sebuah
persamaan linear yang nyata dan siap untuk dipecahkan. Kadang - kadang, dalam kasus
dimana n≠0 atau 1, ini adaah situasi sederhana yang tidak dapat ditangani dan kita
harus berusaha dengan menggunakan cara yag berbeda. Untuk itu perhatikan teorema
berikut :

1−n
Misalkan , n≠0 atau 1. Kemudian dengan transformasi v= y mereduksi persamaan
Bernoulli
dy
+P( x ) y=Q( x ) y n
dx (2.18)
menjadi persamaan linear.
Bukti :
−n
Langkah pertama adalah mengalikan persamaan (2.18) dengan y ,dengan cara
demikian akan diperoleh suatu bentuk persamaan yang ekuivalen
dy
y−n +P (x ) y 1−n=Q( x )
dx (2.19)
1−n
Jika kita ambil v= y , maka
dv dy
= (1−n ) y−n
dx dx
dan persamaan (2.19) ditransformasikan menjadi
1 dv
+P ( x )v=Q( x )
1−n dx
atau ekuivalen dengan

dv
+ ( 1−n ) P ( x ) v=( 1−n ) Q( x),
dx
merupakan PD Linear.
Sekarang, ambil
P1 ( x )=(1−n )P (x )
dan
Q1( x )=(1−n )Q(x )
Ini dapat ditulis
dv
+P ( x )v=Q1 ( x ),
dx 1
yang linear dalam v .
Contoh 1.
dy
+ y =xy 3
dx
Ini adalah sebuah persamaan diferensial Bernoulli dimana n=3 . Langkah pertama
−3
adalah kita harus mengalikan persamaan diatas dengan y , dengan cara demikian bentuk
tersebut menjadi
dy −2
y−3 + y =x
dx
dv dy
1−n −2 =−2 y −3
Jika kita ambil v= y = y , maka dx dx dan persamaan diferensial tadi
ditransformasi menjadi persamaan linear
1 dv
− + v=x
2 dx
Penulisan dalam bentuk standar yaitu
dv
−2 v=−2 x
dx (2.20)

=e ∫ =e−2 x
P (x )dx − 2 dx
Kita lihat bahwa factor integral untuk persamaan ini adalah e
−2 x
Persamaan (2.20) dikalikan dengan e , kita peroleh
dv
e−2 x −2 e−2 x v=−2 xe−2 x
dx
Atau
d −2 x
( e v ) =−2 xe− 2 x
dx
Integrasikan, didapatkan
1
e−2 x v= e−2 x ( 2 x+1 )+c,
2
1
v =x+ +ce 2 x .
2

G.

Dan karena v = y-2 , maka solusinya adalah:


y-2 = x + ½ + ce2x

Sedangkan, untuk persamaan yangberbentuk


df ( y) dy
+P (x )f ( y )=Q( x ),
dy dx (2.21)

Di mana f adalah sebuah fungsi yang diketahui dalam y. Ambil v =f ( y ), maka


dv dv dy df ( y ) dy
= = ,
dx dy dx dy dx
dan persamaan (2.21) menjadi
dv
+P( x)v =Q( x ),
dx
yang linear terhadap v. Kita observasi bahwa persamaan diferensial Bernoulli (2.18)
adalah sebuah kasus khusus dari persamaan (2.21). Penulisan (2.18) dalam bentuk
dy
y−n +P (x ) y 1−n=Q( x )
dx
Dan kemudian perkalian dengan (1−n) , kita dapatkan
dy
(1−n ) y −n +P( x ) y 1−n =Q( x )
dx

Di mana P1 ( x )=(1−n )P (x ) dan Q1 ( x )=(1−n )Q(x ). ini adalah bentuk dari (2.21), di
dv
1−n 1−n +P ( x )v=Q1 ( x),
mana f ( y )= y ; ambil v= y , ini menjadi dx 1 yang linear dalam v.
Contoh 2.
' dy
f (y) +P( x )f ( y )=Q (x )
Persamaan berbentuk dx adalah persamaan linear tingkat satu
dv
+vP( x )=Q( x )
dx dalam variabel baru v = f(y).
dy
+1=4 e− y sin x
Selesaikan dx .
Penyelesaian
dy dy
+1=4 e− y sin x e y +e y=4 sin x
Persamaan dx dapat ditulis sebagai dx . Dalam variabel
dv
y + v=4 sin x x
baru v =f ( y )=e , persamaan ini menjadi dx untuk mana e adalah faktor
pengintegralnya. Maka

ve x=4 ∫ e x sin xdx=2 e x (sin x−cos x )+C


v = 2 (sin x – cos x ) + C e-x
ey = 2 (sin x – cos x ) + C e-x adalah solusi umum.
Soal latihan:
1. y’ + y = 2 + 2x
2. x dy – 2y dx = ( x-2) ex
3. y’ + 2xy = 3
4. 2y’ + y = 3x
5. y’ + ½ y = 3/2
6. y’ + y = xe-x + 1
7. y’ + 2xy + xy4= 0
8. y’ – Ay = -By2 , A,B: konstanta positif.

Anda mungkin juga menyukai