Anda di halaman 1dari 8

Makalah BK Kelompok

Konsep Dasar Kelompok

Dosen Pengampu : Muhammad Rozikan, M.Pd

Oleh:

Alfina Damaiyanti (23080210060)

Yuni Wulandari (23080210067)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SALATIGA

2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, senantiasa kita ucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat ini masih
memberikan kita nikmat iman dan kesehatan, sehingga penulis diberi untuk menyelesaikan makalah
tentang konsep dasar bimbingan kelompok. Makalah ini ditulis untuk memenuhi syarat nilai mata kuliah
bimbingan konseling kelompok.

Tak lupa penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada setiap pihak yang
telah mendukung serta membantu penulisi selama proses penyelesaian tugas hingga selesainya makalah
ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan pada Bpk Muhammad Rozikan,M.Pd.

Salatiga , 7 Oktober 2022


DAFTAR ISI
BAB I

PEMBAHASAN

A. Latar Belakang

Mulanya manusia berkelompok dimulai zaman manusia purba, dari sejak Pithecanthropus hingga homo
sapiens dari wajak, yaitu pada masa berburu dan mengumpulkan makanan yang sangat bergantung
pada kondisi alam. Area yang menyediakan persediaan makanan dan air menjadi daerah tempat tinggal
untuk bertahan hidup. Awalnya mereka hidup sendiri-sendiri, namun untuk menghadapi keadaan alam
yang berat serta makhluk buas, mereka membentuk kelompok. Mereka melakukan pembagian tugas,
kaum laki-laki membentuk kelompok berburu sedangkan kaum perempuan mengumpulkan makanan
dari tumbuhan dan hewan-hewan kecil. Manusia mulai menyadari pentingnya hidup berkelompok.

Manusia adalah makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial manusia membutuhkan interaksi dengan
sesamanya. Dalam proses interaksi yang dilakukan antar individu, akan terciptalah kelompok atau
komunitas tertentu. Ada kebiasaan bahwa orang berkumpul dalam suatu kelompok karena mempunyai
tujuan dan kepentingan yang sama. Melalui kelompok, individu mencapai tujuannya dan berhubungan
dengan yang lainnya dengan cara yang inovatif dan produktif. Orang tidak hidup seorang diri dan
berkembang dengan sendirinya tanpa terlibat dalam kelompok. Memperhatikan kenyataan tersebut
dapat dipahami bahwa berkelompok adalah suatu kebutuhan yang mesti dipenuhi dan harus mampu
dirasakan oleh setiap individu.

Kebutuhan tersebut dapat diwujudkan oleh individu menggunakan keterampilannya. Akan tetapi, setiap
individu memiliki perbedaan dalam keterampilan sehingga untuk membentuk kelompok dapat
menguntungkan dalam memenuhi berbagai kebutuhan tersebut. Berkelompok membuat individu
menilai masing-masing kelebihan dan kekurangan yang selanjutnya dapat dibentuk perubahan pribadi
individu serta saling memberikan dukungan dan motivasi sehingga dapat mengembangkan diri.

Perkembangan global abad ke-21 menitikberatkan pada perkembangan penduduk yang selaras dengan
perkembangan berbagai dimensi kehidupan dengan masalah yang kompleks. Semakin kompleks
menuntut setiap individu memilih kelompok sebagai layanan konseling baginya. Maka sudah selayaknya
layanan konseling berada pada garis terdepan sebagai layanan dengan intervensi yang professional.
Layanan konseling diharapkan dapat membantu individu dalam pemecahan masalah melalui setting
kelompok.

Dalam dunia konseling, berkelompok adalah dapat menjadi suatu sarana untuk membantu manusia
dalam mencapai perkembangan serta menjadi terapi untuk mengatasi persoalan psikologis manusia,
yaitu yang dikenal dengan istilah konseling kelompok.

Bekerja dalam kelompok adalah aktivitas konseling yang sering kali efektif, untuk membantu individu
menyelesaikan masalah pribadi dan antarpribadi. Kelompok yang terorganisir memanfaatkan
kecenderungan alami manusia, untuk berkumpul dan saling berbagi pikiran dan perasaan selain bekerja
dan bermain bersama. “Kelompok berharga, karena membuat para anggotanya mempunyai perasaan
memiliki, untuk berbagi masalah-masalah umum, mengamati tingkah laku dan dampak tingkah laku
pada orang lain, serta menemukan dukungan selama masa eksplorasi diri dan perubahan

B. Rumusan masalah

C. Tujuan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Bimbingan dan Konseling

a. Pengertian Bimbingan
Secara etimologis kata bimbingan merupakan terjemahan dari kata “Guidance” berasal dari kata
“guide” yang arinya menunjukkan, memandu, mengelola dan menyetir.
Menurut Natawidjaja (2009), bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu yang
dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memaami dirinya, sehingga
dapat dan sanggup mengarahkan dirinya, dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan
tuntutan dan keadaan lingkungan madrasah, keluarga, mesyarajat, dan kehidupan pada
umumnya.
Sedangkan menurut Moh. Surya, bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus
menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian
dalam pemahaman diri dan perwujudan diri, dalam mencapai tingkat perkembangan yang
optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungannya.
b. Pengertian Konseling
Secara etimologis, istilah konseling berasal dari bahasa Latin, yaitu “conselium” yang berarti
“dengan” atau “bersama” yang dirangkai dengan “menerima” atau “memahami”. Sedangkan
dalam bahasa Anglo-Saxon, istilah konseling berasal dari “sellan” yang berarti “menyerahkan”
atau “ menyampaikan”.
konseling adalah kegiatan dimana semua fakta dikumpulkan dan semua pengalaman siswa
difokuskan pada masalah tertentu untuk diatasi sendiri oleh yang bersangkutan, dimana ia
diberi bantuan pribadi dan langsung dalam pemecahan masalah itu. Konselor tidak
memecahkan masalah untuk klien.Konseling harus ditujukan pada perkembangan yang progresif
dari individu untuk memecahkan masalah-masalahnya sendiri tanpa bantuan. (Jones : 1951,
dalam Bimo Walgito).
Dari rumusan Jones tersebut dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1. konseling terdiri atas kegiatan pengungkapan fakta atau data tentang siswa, serta pengarahan
kepada siswa untuk dapat mengatasi sendiri masalah-masalah yang dihadapinya.
2. Bantuan diberikan secara langsung kepada siswa
3. Tujuan konseling adalah agar siswa mencapai perkembangan yang semakin baik.

suatu proses yang terjadi dalam hubungan tatap muka antara seorang individu yang terganggu oleh
karena masalah-masalah yang tidak dapat diatasinya sendiri dengan seorang pekerja yang professional,
yaitu orang yang telah terlatih dan berpengalaman membantu orang lain mencapai pemecahan-
pemecahan terhadap berbagai jenis kesulitan pribadi. (Maclean dalam Sherzer dan Stone, 1974).

Konseling adalah hubungan pribadi yang dapat dilakukan secara tatap muka antara dua orang dalam
mana konselor melalui hubungan itu, dengan kemampuan-kemampuan khusus yang dimilikinya,
menyediakan situasi belajar. Dalam hal ini konseli dibantu untuk memahami diri sendiri, keadaannya
sekarang, dan kemungkinan keadaannya masa depan yang dapat ia ciptakan dengan menggunakan
potensi yang dimilikinya, demi untuk kesejahteraan pribadi maupun masyarakat. Lebih lanjut konseli
dapat belajar bagaimana memecahkan masalah-masalah dan menemukan kebutuhan-kebutuhan yang
akan datang.

c. Pengertian Bimbingan KelompokKelompok


Wibowo (2005: 17) menyatakan bahwa bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan
kelompok dimana pimpinan kelompok menyediakan informasi-informasi dan mengarahkan
diskusi agar anggota kelompok menjadi lebih sosial atau untuk membantu anggota-anggota
kelompok untuk mencapai tujuan-tujuan bersama.
Sementara Romlah (2001: 3) mendefinisikan bahwa bimbingan kelompok merupakan salah
satu teknik bimbingan yang berusaha membantu individu agar dapat mencapai
perkembangannya secara optimal sesuai dengan kemampuan, bakat, minat, serta nilai-nilai
yang dianutnya dan dilaksanakan dalam situasi kelompok. Bimbingan kelompok ditujukan
untuk mencagah timbulnya masalah pada siswa dan mengembangkan potensi siswa.
d. Pengertian Konseling Kelompok
1. Menurut Dewa Ketut Sukardi, konseling kelompok merupakan konseling yang di
selenggarakan dalam kelompok, dengan memanfaatkan dinamika kelompok yang terjdi
di dalam kelompok itu. Masalah-masalah yang dibahas merupakan masalah perorangan
yang muncul di dalam kelompok itu, yang meliputi berbagai masalah dalam segenap
bidang bimbingan (bidang bimbingan pribadi, sosial, belajar dan karir).
2. Menurut Heru Mugiarso konseling kelompok merupakan layanan konseling yang
diselenggarakan dalam suasana kelompok. Materi umum layanan konseling kelompok
diselenggarakan dalam kelompok yang memanfaatkan dinamika kelompok yang
meliputi segenap bidang bimbingan.Masalah tersebut dilayani melalui pembahasan
yang intensif oleh seluruh anggota kelompok.
3. Menurut Prayitno, layanan konseling kelompok pada dasarnya adalah layanan konseling
perorangan yang dilaksanakan didalam suasana kelompok. Disana ada konselor dan ada
klien, yaitu para anggota kelompok (yang jumlahnya minimal dua orang). Disana terjadi
hubungan konseling dalam suasana yang diusahakan sama seperti dalam konseling
perorangan yaitu hangat, permisif, terbuka dan penuh keakraban. Dimana ada juga
pengungkapan dan pemahaman masalah klien, penelusuran sebab-sebab timbulnya
masalah, upaya pemecahan masalah (jika perlu dengan menerapkan metode-metode
khusus), kegiatan evaluasi dan tindak lanjut.
4. Menurut Winkel konseling kelompok adalah suatu proses antarpribadi yang dinamis,
yang terpusat pada pemikiran dan perilaku yang disadari.
5. Menurut Tatik Romlah konseling kelompok adalah upaya untuk membantu individu
agar dapat menjalani perkembangannya dengan lebih lancar, upaya itu bersifat
pencegahan serta perbaikan agar individu yang bersangkutan dapat menjalani
perkembangannya dengan lebih mudah.
6. Menurut Gazda (1989) dalam Tatik Romlah, konseling kelompok adalah suatu proses
antar pribadi yang dinamis yang memusatkan diri pada pikiran dan perilaku yang sadar
dan melibatkan fungsi-fungsi seperti sikap permisif, orientasi pada kenyataan, katarsis,
saling pengertian, saling menerima dan membantu.

B. Fungsi Layanan BK

Fungsi dari layanan bimbingan kelompok diantara adalah sebagai berikut :

1. Memberi kesempatan yang luas untuk berpendapat dan memberikan tanggapan tentang
berbagai hal yang terjadi dilingkungan sekitar.
2. Mempunyai pemahaman yang efektif, objektif, tepat, dan cukup luas tentang berbagai hal
tentang apa yang mereka bicarakan.
3. Menimbulkan sikap yang positif terhadap keadaan sendiri dan lingkungan mereka yang
berhubungan dengan hal-hal yang mereka bicarakan dalam kelompok.
4. Menyusun progam-progam kegiatan untuk mewujudkan penolakan terhadap sesuatu hal yang
buruk dan memberikan dukungan terhadap sesuatu hal baik.
5. Melaksanakan kegiatan-kegiatan yang nyata dan langsung untuk membuahkan hasil
sebagaimana apa yang mereka progamkan semula.

Anda mungkin juga menyukai