Anda di halaman 1dari 21

Makalah Tabligh

“Teori Dakwah dan Komunikasi II”

DOSEN PEMBIMBING:
Muslih, M.Ag

DISUSUN OLEH:
Miftahul Jannah (11190340000004)
Alima Syifa Rahmadiani (11190340000018)

FAKULTAS USHULUDDIN
ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
2019/2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Kami panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan nikmat Iman
dan Islam serta melimpahkan rahmat kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah tentang Teori Dakwah dan Komunikasi II yang Insya Allah bermanfaat bagi
mahasiswa maupun khalayak umum.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan proses analisis dan diskusi yang
maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak serta beberapa sumber terpercaya
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kekurangan baik dari segi susunan kalimat, tata bahasanya serta isi dari makalah. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ilmiah ini sehingga mendekati kesempurnaan.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang Teori Dakwah dan
Komunikasi II ini Insya Allah bermanfaat terhadap pembaca.

Ciputat, 15 Maret 2020

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................1
DAFTAR ISI.......................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................3
1.1 Latar Belakang...................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................5
2 Pengertian komunikasi antar pribadi.....................................................................5
2 Tinjauan teori-teori komunikasi antar pribadi......................................................6
2 Kekurangan dan kelebihan komunikasi antar pribadi..........................................8
2 Pengertian komunikasi organisasi........................................................................9
2 Iklim komunikasi organisasi...............................................................................10
2 Bentuk komunikasi dalam organisasi.................................................................11
2 Pengertian komunikasi kelompok......................................................................12
2 Faktor-faktor komunikasi kelompok..................................................................13
2 Dinamika komunikasi kelompok........................................................................14
2 Pengertian komunikasi massa.............................................................................15
2 Fungsi komunikasi massa...................................................................................16
2 Efek-efek media massa dimensi.........................................................................17
2 Tanggapan masyarakat secara umum terhadap media massa.............................17
BAB III PENUTUP ........................................................................................................19

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Islam sebagai agama yang berorientasi pada amal saleh yaitu tingkah laku yang
selaras dengan pedoman-pedoman dasar islam yang berupa Al-Qur’an dan as-Sunnah yang
sekaligus berkedudukan sebagai akhlak yang mulia. Dari sini dapat di presepsikan bahwa
tujuan Dakwah secara luas adalah menegakkan ajaran islam kepada setiap insani sehingga
ajaran tersebut mampu mendorong perbuatan yang sesuai dengan ajaran islam. Sedangkan
secara sederhana, tujuan komunikasi dakwah secara umum adalah mengubah perilaku
sasaran dakwah agar mau menerima ajaran islam dan mengamalkannya dalam tataran
pribadi, kehidupan sehari-hari baik yang berkaitan dengan masalah pribadi, keluraga
maupun sosial kemasyarakatan agar terdapat kehidupan yang penuh keberkahan samawi
dan keberkahan Ardli.
Manusia sebagai pelaku komunikasi terbesar di dunia ini. Berubah sesuai
perkembangan zaman atau lebih popular dengan istilah ke-kontemporer-an. Perubahan-
perubahan akan menuntut kita untuk mempelajari lebih intens mengenai perubahan itu. Hal
tersebut dilakukan adalah agar kita lebih memahami mengenai hidup ini. Sama halnya
dengan perubahan yang terjadi dalam komunikasi.
Sebagai insan komunikasi, penting kiranya kita mempelajari mengenai fenomena
yang terjadi proses perubahan komunikasi dari dulu hingga saat ini. Tujuannya adalah agar
terwujudnya komunikasi efektif. Maka dari itu adanya beberapa penyampaian komunikasi
yaitu komunikasi antar pribadi, komunikasi dalam organisasi, komunikasi antar kelompok,
dan komunikasi massa yang sangat penting untuk dibahas dalam makalah yang kami susun
karena dengan terciptanya komunikasi maka akan terciptanya hubungan yang akrab antara
komunikator dengan komunikan sehingga tujuan yang ingin dicapai bersama akan terwujud.

1.2  Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan komunikasi antar pribadi?
2. Bagaimana tinjauan teori-teori komunikasi antar pribadi?
3. Apa saja kekurangan dan kelebihan komunikasi antar pribadi dengan komunikasi yang
lainnya?
4. Apa yang dimaksud dengan komunikasi organisasi?
5. Bagaimana iklim komunikasi organisasi?
6. Bagaimana bentuk komunikasi dalam organisasi?
7. Apa yang dimaksud dengan komunikasi kelompok?
8. Apa saja faktor-faktor komunikasi kelompok?
9. Bagaimana dinamika komunikasi kelompok?
10. Apa yang dimaksud dengan komunikasi massa?
11. Apa saja fungsi komunikasi massa?
12. Apa saja efek-efek media massa dimensi?
13. Bagaimana tanggapan masyarakat secara umum terhadap media massa?

3
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan komunikasi antar pribadi.
2. Untuk mengetahui bagaimana tinjauan teori-teori komunikasi antar pribadi.
3. Untuk mengetahui apa saja kekurangan dan kelebihan komunikasi antar pribadi dengan
komunikasi yang lainnya.
4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan komunikasi organisasi.
5. Untuk mengetahui bagaimana iklim komunikasi organisasi.
6. Untuk mengetahui bagaimana bentuk komunikasi dalam organisasi
7. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan komunikasi kelompok.
8. Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor komunikasi kelompok.
9. Untuk mengetahui bagaimana dinamika komunikasi kelompok.
10. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan komunikasi massa.
11. Untuk mengetahui apa saja fungsi komunikasi massa.
12. Untuk mengetahui apa saja efek-efek media massa dimensi.
13.Untuk mengetahui bagaimana tanggapan masyarakat secara umum terhadap media massa.

4
BAB II
PEMBAHASAN
Komunikasi atau communicaton berasal dari bahasa Latin communis yang berarti
'sama'. Communico, communicatio atau communicare yang berarti membuat sama (make to
common). Secara sederhana komuniikasi dapat terjadi apabila ada kesamaan antara
penyampaian pesan dan orang yang menerima pesan. Oleh sebab itu, komunikasi bergantung
pada kemampuan kita untuk dapat memahami satu dengan yang lainnya (communication
depends on our ability to understand one another).
Komunikasi dapat dipahami sebagai proses penyampaian pesan, ide, atau informasi
kepada orang lain dengan menggunakan sarana tertentu guna mempengaruhi atau mengubah
perilaku penerima pesan. Adapun jenis-jenis komunikasi yaitu komunikasi interpersonal, ,
komunikasi organisasi,dan komunikasi kelompok dan komunikasi massa.
1. Komunikasi antar Pribadi (Interpersonal Communication)
A. Pengertian Komunikasi antar Pribadi
Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) didefenisikan oleh Joseph A.
Devito dalam bukunya “The Interpersonal Communication Book” adalah proses pengiriman
pesan dari seseorang dan diterima orang lain dengan efek umpan balik yang langsung.
Menurut Effendy pada hakikatnya komunikasi antarpribadi merupakan pengiriman pesan
dari seseorang dan diterima oleh orang lain dengan umpan balik yang langsung. 1
Komunikasi antarpribadi adalah sangat penting dikarenakan komunikasi antarpribadi
melibatkan personalnya antara dua orang atau lebih secara langsung yaitu dengan tatap
muka. seperti yang dikatakan oleh R. Wayne Pace dalam Haffied Cangara bahwa
“Interpersona l communication is communication involving two or more people in a face
setting” (Cangara, 2008: 32).
Dari beberapa pendapat di atas dapat diketahui bahwa komunikasi antarpribadi
berlangsung secara tatap muka (face to face) maka terjadilah kontak pribadi (personal
contact), sehingga hasil umpan balik berlangsung seketika, sehingga komunikator dapat
mengetahui apakah komunikasinya ditanggapi positif atau negatif oleh komunikan dan hasil
ini dapat dilihat dari mimik atau ekspresi wajah, jika tanggapan komunikan itu negatif maka
dapat diubah gaya komunikasi tersebut. Namun saat ini dengan perkembangan teknologi
yang semakin maju memberi kemudahan dalam melakukan komunikasi antarpribadi,
terkadang bertatap muka langsung (face to face) itu tidak harus bertemu secara langsung,
karena dengan adanya media komunikasi sehingga dikatakan bahwa dunia itu dalam
genggaman itu terjadi. Media komunikasi yang digunakan seperti telephone, handphone,
teleconference, internet, dan sebagainya. Bahkan untuk handphone saat sekarang ini yang

1
Andini Nur Bahri, “Peran Komunikasi Antar Pribadi Pada Lingkungan Kerja Dalam Perspektif Islam “,Vol.1,
No.1 , Juni Tahun 2018, hlm. 129-130.

5
sudah mempunyai fasilitas 4G, sudah dapat bertatap muka di depan layar secara langsung,
begitu juga dengan internet dan teleconference.
Pendapat lain mengatakan bahwa komunikasi antarpribadi merupakan proses
pengiriman dan penerimaan pesan di antara dua orang atau di antara sekelompok kecil
orang, dengan berbagai efek dan umpan balik (feed back) (Widjaya, 2000: 122).
Dalam hubungan antarpribadi yang berkembang, saling mengungkapkan diri
cenderung bersifat timbal balik dan membuat suasana menjadi lebih akrab dari waktu ke
waktu. Pengungkapan diri biasanya terjadi di antara dua orang (dyads). Pengungkapan diri
terjadi dalam hal sebagai berikut. Pertama, Individu biasanya selektif memilih orang kepada
siapa ia mengungkapkan sesuatu mengenai dirinya. Kedua, sahabat yang kita percaya, yang
kecil kemungkinan untuk berkhianat. Biasanya laki-laki mengungkapkan dirinya kepada
orang yang dia percaya. Perempuan mengungkapkan dirinya kepada orang yang dia merasa
simpatik. Ketiga, dalam berinteraksi antara dua orang dalam pengungkapan diri biasanya
bersifat simetris. Terjadi keseimbangan antara dua partisipan. Tidak mungkin yang satu
bercerita tentang dirinya sedangkan yang lain menampung. Orang biasanya mau
mengungkapkan sesuatu kalau dia merasa aman. Keempat, pengungkapan diri menjadi
konteks hubungan sosial yang positif, jadi tidak mungkin terjadi pada hubungan sosial yang
negatif dimana orang saling mencurigai (Jourard, 1959).2
Sedangkan menurut Arni Muhammad mengatakan bahwa Komunikasi antarpribadi
adalah proses pertukaran informasi di antara seseorang dengan paling kurang seorang
lainnya atau biasanya di antara dua orang yang dapat langsung diketahui balikannya.
Dengan bertambahnya orang yang terlibat dalam komunikasi, menjadi bertambahlah
persepsi orang dalam kejadian komunikasi sehingga bertambahlah komplekslah komunikasi
tersebut. Komunikasi antarpribadi adalah membentuk hubungan dengan orang lain
(Muhammad, 2002: 159).
Fokus pengamatannya adalah bentuk-bentuk dan sifat-sifat hubungan (relationship),
percakapan, interaksi dan karakteristik komunikator. Sedangkan dengan melalui podium
yaitu dengan dakwah fardiyah dengan misi pesan-pesan dakwah kepada mad‘ū untuk
menyeru perbuatan yang makruf dan mencegah perbuatan munkar.
Dari beberapa pendapat di atas, Widjaya menyimpulkan bahwa tujuan komunikasi
antarpribadi mempunyai tujuan sebagai berikut:
1. Mengenal diri sendiri dan orang lain.
2. Mengetahui dunia luar.
3. Menciptakan dan memelihara hubungan.
4. Mengubah sikap dan perilaku.
5. Membantu orang lain (Widjaya, 2000: 123).

B. Tinjauan Teori-Teori Komunikasi Antarpribadi


Dari tinjauan teori-teori komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) di
atas Sendjaja dalam bukunya yang berjudul Teori Komunikasi menyatakan bahwa, Secara
umum komunikasi antarpribadi dapat diartikan sebagai suatu proses pertukaran makna
antara orang-orang yang saling berkomunikasi. Pengertian proses mengacu pada perubahan
2
Meni Handayani, “Peran Komunikasi Antarpribadi Dalam Keluarga Untuk Menumbuhkan Karakter Anak Usia
Dini”, Vol. 11, No. 1, Juni 2016, hlm. 59.

6
dan tindakan (action) yang berlangsung terus-menerus. Komunikasi antarpribadi juga
merupakan suatu pertukaran, yaitu tindakan menyampaikan dan menerima pesan secara
timbal balik. Sedangkan makna, yaitu sesuatu yang dipertukarkan dalam proses tersebut,
adalah kesamaan pemahaman di antara orang-orang yang berkomunikasi terhadap pesan-
pesan yang digunakan dalam proses komunikasi (Sendjaya, 1994: 41).
Dari definisi komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) yang telah
diuraikan di atas komunikasi antarpribadi merupakan suatu proses yang sangat unik. Artinya
kegiatan yang terjadi dalam komunikasi antarpribadi tidak seperti kegiatan lainnya, seperti
menyelesaikan soal matematika, mengikuti perlombaan, menulis suatu artikel, atau
merancang kampanye periklanan. Komunikasi antarpribadi melibatkan paling sedikit 2
orang yang mempunyai sifat, pendapat, pikiran dan prilaku yang khas dan berbeda-beda.
Selain itu, komunikasi antarpribadi melibatkan di antara pelaku dalam komunikasi. Dengan
kata lain para pelaku komunikasi saling bertukar informasi, pikiran, gagasan, dan
sebagainya. Dengan adanya pertukaran ini komunikasi disebut sebagai komunikasi
transaksional. Bila kita mengatakan bahwa komunikasi antarpribadi adalah proses
transaksional, berarti:
Pertama, komunikasi antarpribadi merupakan proses.
Kedua, komponen-komponennya saling tergantung (interpendensi) pelaku
komunikasi bertindak sekaligus bereaksi.
Dari beberapa pengertian yang telah disebutkan di atas oleh Judi C. Pearson (1983)
menyebutkan bahwa ada 6 (enam) karakteristik yang menentukan kegiatan dapat disebut
sebagai komunikasi antarpribadi yaitu:
1. Komunikasi pribadi dimulai dari diri sendiri (self). Maksudnya, berbagai persepsi
komunikasi yang menyangkut pengamatan dan pemahaman berangkat dari dalam diri kita,
artinya dibatasi oleh siapa diri kita dan bagaimana pengalaman kita.
2. Komunikasi antarpribadi bersifat transaksional. Anggapan ini mengacu pada
tindakan pihak-pihak yang berkomunikasi secara serempak menyampaikan dan menerima
pesan.
3. Komunikasi antarpribadi mencakup aspek-aspek isi pesan dan hubungan
antarpribadi. Maksudnya komunikasi antarpribadi tidak hanya berkenaan dengan isi pesan
yang dipertukarkan, tetapi juga melibatkan siapa patner komunikasi kita dan bagaimana
hubungan kita dengan partner tersebut.
4. Komunikasi antarpribadi mensyaratkan adanya kedekatan fisik antara pihak-pihak
yang berkomunikasi.
5. Komunikasi antarpribadi melibatkan pihak-pihak yang saling tergantung satu
dengan lainnya (interdependen) dalam proses komunikasi.
6. Komunikasi antarpribadi tidak dapat diubah maupun diulang. Jika kita salah
mengucapkan sesuatu kepada partner komunikasi kita, mungkin kita dapat meminta maaf
dan diberi maaf, tetapi itu tidak berarti menghapus apa yang pernah kita ucapkan.
Demikian pula kita tidak dapat mengulang suatu pernyataan dengan harapan untuk
mendapatkan hasil yang sama, karena dalam proses komunikasi antar manusia, hal ini akan
sangat tergantung dari respons partner komunikasi kita (Sendjaya, 1994: 41).

7
C. Kelebihan dan Kekurangan Komunikasi Antarpribadi dengan Komunikasi Lainnya

1. Tatap Muka Langsung

a. Kelebihannya:

 Langsung menerima feedback dari komunikannya saat proses interaksi berlangsung.

 Isi atau kedalaman sebuah pesan dapat tersampaikan dengan jelas dan juga dipertegas
dengan komunikasi non-verbal dari lawan bicara yang dapat dilihat langsung.

 Komunikasi tatap muka dapat dengan mudah membujuk lawan bicaranya karena adanya
pengaruh komunikasi lain dan pengaruh lingkungannya.

b. Kekurangannya:

 Komunikasi antarpribadi mensyaratkan adanya kedekatan fisik antara pihak-pihak yang


berkomunikasi.
 Komunikator dan komunikan harus mengorbankan waktu yang dimiliki untuk
berkomunikasi.
 Jangkauannya yang sempit, maksudnya ialah individu-individu yang terlibat terbatas
antara dua orang atau beberapa orang saja.
 Komunikasi antarpribadi tidak dapat diubah maupun diulang. Jika kita salah mengucapkan
sesuatu kepada partner komunikasi kita, mungkin kita dapat meminta maaf dan diberi maaf,
tetapi itu tidak berarti menghapus apa yang pernah kita ucapkan. Demikian pula kita tidak
dapat mengulang suatu pernyataan dengan harapan untuk mendapatkan hasil yang sama,
karena dalam proses komunikasi antar manusia, hal ini akan sangat tergantung dari respons
partner komunikasi kita.
 Komunikasi antarpribadi melibatkan pihak-pihak yang saling tergantung satu dengan
lainnya (interdependen) dalam proses komunikasi.
 Komunikasi antarpribadi bersifat transaksional. Anggapan ini mengacu pada tindakan
pihak-pihak yang berkomunikasi secara serempak menyampaikan dan menerima pesan.

2. Melalui Media

a. Kelebihannya:

 Efektif karena menghemat waktu dan bisa dilakukan dimana saja, dan kapan saja kita
inginkan.

b. Kelemahannya:

 Kelemahannya dari segi biaya yang harus ditanggung ketika berkomunikasi lewat internet,
teleconference, Hp, telephone dan sebagainya.

 Tidak dapat digunakan untuk mempersuasi seseorang karena komunikasi yang dilakukan
bersifat virtual.

8
 Adanya faktor kecepatan dan keluasan jaringan dalam pengaksesan informasi sehingga
tidak terbatas untuk kita melakukan komunikasi dengan beberapa orang atau banyak orang.3

2. Komunikasi dalam Organisasi (Organizational Comunication)

Banyak definisi komunikasi organisasi menurut para ahli, salah satunya Wayne Pace dan
Don F Faules, menurut mereka Komunikasi organisasi dapat didefinisikan sebagai
pertunjukan dan penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian
dari suatu organisasi tertentu (Wayne, Pace dan Faules Don F, 2002 : hal 31). Suatu
organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi dalam hubungan-hubungan hirarkis antara yang
satu dengan yang lainnya. Komunikasi organisasi terjadi kapan pun setidak-tidaknya satu
orang yang menduduki suatu jabatan dalam suatu organisasi menafsirkan suatu pertunjukan.
Fokus komunikasi organisasi adalah anggota-anggota dalam organisasi. Proses penciptaan
makna atas interaksi yang menciptakan, memelihara dan mengubah organisasi. Komunikasi
lebih dari sekedar alat, ia adalah cara berpikir.
Tujuan komunikasi dalam proses organisasi tidak lain dalam rangka membentuk saling
pengertian (mutual understanding). Pendek kata agar terjadi penyetaraan dalam kerangka
referesi (frame of references) maupun bidang pengalaman (field of experiences). Dikatakan
oleh Redi Panuju (hal 2) meskipun nyaris mustahil menyamakan ranah kognitif
individuindividu dalam organisasi, tetapi melalui kegiatan komunikasi yang terencana dan
subtansi isinya terdesain, minimal terjadi proses penyebarluasan (difusi) dimensidimensi
organisasi pada setiap orang. Barry Cushway dan Dereck Lodge dalam Redi Panuju (Panuju,
1999: 2) menggambarkan bahwa fungsi komunikasi dalam organisasi sebagai pembentuk
Organization Climate, yaitu iklim organisasi yang menggambarkan suasana kerja organisasi
atau sejumlah keseluruhan perasaan dan sikap orang-orang yang bekerja di dalam organisasi.
Menurut Redding dan Sanborn: “Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan
penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks. Yang termasuk dalam bidang ini
adalah komunikasi internal, hubungan manusia, hubungan persatuan pengelola, komunikasi
downward/komunikasi dari atasan kebawahan, komunikasi upward/komunikasi dari bawahan
ke atasan, komunikasi horizontal atau komunikasi dari orang-orang yang sama
level/tingkatnya, mendengarkan, menulis, dan komunikasi evaluasi program” (Masmuh, 2008
: 5).4
Pengertian-pengertian komunikasi organisasi itu menunjukkan bahwa dalam organisasi ada :
a. komunikasi internal dan eksternal, di mana komunikasi internal menunjuk pada
komunikasi yang terjadi dalam organisasi itu sendiri dan komunikasi eksternal yang
menunjuk pada komunikasi antara organisasi dengan lingkungan luarnya
b. dalam komunikasi organisasi itu ada aliran pesan yang mengarah pada tujuan organisasi itu
dengan media yang digunakan dalam penyampaian pesan tersebut

3
Azhar, “Komunikasi Antarpribadi: Suatu Kajian dalam Perspektif Komunikasi Islam”,Vol. IX, No.14 Jan s/d
Juni 2017, hlm. 81-84.
4
Krisna Mulawarman, M.Sn Yeni Rosilawati, MM, “Komunikasi Organisasi Pada Dinas Perijinan Kota
Yogyakarta Untuk Meningkatkan Pelayanan”, Vol. 5 No. 1, 2014, hlm.32.

9
c. komunikasi organisasi akan mempengaruhi perilaku anggota-anggotanya.
Oleh karena itu setiap organisasi tidak dapat meninggalkan komunikasi organisasi, dengan
komunikasi organisasi semua elemen dalam organisasi terintegrasi ke dalam di mana
integrasi ini akan memperkuat organisasi untuk menjaga keberlangsungan dalam mencapai
tujuan. Komunikasi organisasi bukan hanya sekadar alat untuk mencapai tujuan, tetapi lebih
dari itu, komunikasi organisasi merupakan suatu proses yang memunculkan adanya suatu
makna yang dipahami secara bersama dan menjadi pola pikir dan pola perilaku yang sama
dari anggota organisasi tersebut. Tanpa adanya pemaknaan akan tujuan organisasi, maka
tujuan organisasi hanya merupakan slogan yang tidak berarti sama sekali.5
B. Iklim Komunikasi Organisasi
Berdasarkan tatanan komunikasi maka bentuk komunikasi yang efektif dalam rangka
hubungan kerja diantara orang-orang dalam suatu organisasi adalah komunikasi organisasi
yang dilakukan antara atasan (pimpinan) dan bawahan (staf).
Komunikasi digunakan sebagai sarana mendukung,memudahkan, melaksanakan, dan
menjalankan kegiatan organisasi (koordinasi) melalui penyampaian informasi (tugas) kepada
semua pelaku suatu organisasi. Sehingga dapat dikatakan, komunikasi dalam organisasi
merupakan sumber kehidupan, yang mana organisasi terdiri dari orang-orang (kelompok)
yang selalu mebutuhkan komunikasi dengan sesamanya.
Adanya komunikasi yang baik suatu organisasi dapat berjalan dengan lancar dan berhasil,
sebaliknya komunikasi yang tidak sehat dapat menyebabkan suatu organisasi macet dan
tujuan yang ingin dicapai tidak optimal.
Iklim komunikasi organisasi merupakan fungsi kegiatan yang terdapat dalam organisasi
untuk menunjukan kepada anggota organisasi bahwa organisasi tersebut mempercayai
mereka dan memberikan mereka kebebasan dalam mengambil resiko, mendorong mereka dan
memberi mereka tanggung jawab dalam mengerjakan tugas-tugas mereka, menyertakan
informasi yang terbuka dan cukup tentang organisasi, mendengarkan dengan perhatian serta
memperoleh informasi yang dapat dipercayai dan tersu terang dari anggota organisasi, secara
aktif memberi penyuluhan kepada anggota organisasi sehimgga mereka dapat melihat bahwa
keterlibatan mereka penting bagi keputusan-keputusan dalam organisasi, dan menaruh
perhatian pada pekerjaan yang bermutu tinggi dan member tantangan.( R. Wayne Pace &
Don F. Faules, 1998:148).
Iklim komunikasi organisasi tidak selalu pada pemberian perintah antara atasan dan
bawahan atau balikan bawahan ke atasan, tetapi juga berhubungan dengan kepuasan
karyawan dalam melaksanakam kerjanya. Bahkan iklim komunikasi oragnisasi lebih penting
dari pada keterampilan atau teknik berkomunikasi dalam menciptakan suatu organisasi yang
efektif.
Hasil penelitian Navy O’Relly dan Robert mendukung dengan kuat bahwa ada hubungan
kualitas dan kuantitas komunikasi dengan kinerja organisasi. Dennis, Richetto dan Wieman
juga mendukung efektivitas organisasi yang diamatinya. De Wine dan Barone menemukan
bahwa kepuasan organisasi bertambah positif secara umum.

5
TA Gutama,“Peran Komunikasi Dalam Organisasi”,Vol 25 No. 2 Tahun 2010, hlm.108.

10
Osmo Wiio mengemukakan bahwa pertambahan arus pesan atas keterbukaan dari
komunikasi mungkin mempunyai pengaruh yang negative keapada beberapa organisasi
karena kelebihan beban atau bertambahnya harapan. Pada studi permulaan dan akhir dia
menemukan bahwa ketidakpuasan akan pekerjaan dan organisasi, sesungguhnya bertambah
sebagai suatu fungsi dari lebih terbukanya iklim komunikasi. Dia mengemukakan alasan
bahwa pertambahan keterbukaan komunikasi menambah harapan karyawan berpartisipasi
dalam proses pembuatan keputusasn. Bila harapan ini tidak menjadi kenyataan maka makin
besar rasa ketidakpuasan ( Arni Muhammad, 1991: 90-91 ).
Dalam iklim komunikasi organisasi di asumsikan apabila semakin baik, semakin disiplin
karyawan dalam bekerja.Berarti ada hubungan yang positif antara ketepatan komunikasi yang
berkenan dengan tugas, komunikasi kemanusiaan, komunikasi pembaruan dengan kepuasan
kerja dan hasil yang dicapai oleh pekerja. Sangat beralasan apabila iklim komunikasi
organisasi yang baik akan membuat hasil kerja karyawan baik juga dan diikuti juga dengan
membaiknya disiplin-disiplin kerja dan terhadap tugas dan tanggung jawab.6
C. Bentuk Komunikasi Dalam Organisasi
1. Management Information System
Misalnya: dengan menggunakan computer, data, informasi.
2. Telecomunication
Komunikasi dengan peralatan yang mana komunikator dan komunikan tidak berhadapan
langsung. Misalnya: telepon, TV, e-mail, voice messaging, electronic bulletin board.
3. Non verbal communication
Pralinguistic, proxemics, kinesics, chronemics, olfaksi, tactile, artifactual.
4. Interpersonal communication Komunikasi yang terjadi antar individu.
5. The organizational communication process
- instruksi atau komando
- laporan, pertanyaan, permintaan
- subsgroup dengan subsgroups
- staff
Adapun bentuk komunikasi berdasarkan struktur organisasi
1. Superior - subordinate communication
Disebut juga downward communication yaitu komunikatornya adalah atasan dan
komunikasinya adalah bawahannya. Katz & Kahn menyebutkan 5 bentuk komunikasi
downward, yaitu:
a. Memberi tugas rinci - job instruction
b. Memberi informasi tentang prosedur organisasi dan latihan-latihan.
6
Jirre Victori Manopo,” Peran Komunikasi Organisasi Dalam Membentuk Efektivitas Kerja Karyawan
CV.Magnum Sign And Print Advertising Samarinda”, Volume 2, Nomor 3, 2014, hlm.360-361.

11
c. Memberi informasi tentang rastionale of the job yaitu alasan mengapa tugas tersebut
harus dilakukan
d. Memberi tahu tentang kinerja anak buah
e. Memberi informasi tentang ideologi organisasi (visi, misi) untuk memudahkan dalam
mencapai tujuan organisasi. Media yang digunakan adalah media tulis, media lesan,
interaktif.
2. Subordinate - initiated communication
Disebut juga dengan upward communication yaitu komunikasi yang terjadi dari bawahan
ke atasannya. Adapun bentuknya adalah:
a. Informasi pribadi tentang gagasan, sikap, peampilan kerja.
b. Informasi feedback tentang performance teknis, beberapa informasi penting lainnya.
3. Interactive communication
Komunikasi yang terjadi pada karyawan yang selevel. Bentuknya adalah
a. Task coordination
b. Problem solving
c. Information sharing
d. Conflict Resolution
Beberapa faktor pada struktur organisasi yang berpengaruh pada pola komunikasi antara lain
a. ukuran
b. sentralisasi - desentralisasi
c. degrees of uncertainity7

3. Komunikasi antar Kelompok (Group Comunication)


A. Pengertian Komunikasi antar Kelompok
Komunikasi kelompok (group communication) berarti komunikasi yang berlangsung
antar seorang komunikator dengan sekelompok orang yang jumlahnya lebih dari dua orang.
Apabila jumlah orang yang ada dalam kelompok itu sedikit berarti kelompok itu merupakan
kelompok kecil, komunikasi yang berlangsung disebut komunikasi kelompok kecil (small
group communication); jika jumlahnya banyak, berarti kelompoknya besar dan dinamakan
komunikasi kelompok besar (large group communication). Secara teoritis dalam komunikasi
untuk membedakan komunikasi kelompok kecil dari komunikasi kelompok besar tidak
didasarkan pada jumlah komunikan dalam hitungan matematik, melainkan pada kualitas
proses komunikasi (Effendi, 2003, p. 75-76).8

7
Musfialdy,” Organisasi dan Komunikasi Organisasi”, Vol.15, No.1, 2012, hlm.92-93.
8
Felicia Wonodihadrjo, “Komunikasi Kelompok Yang Mempengaruhi Konsep Diri Dalam Komunitas Cosplay
“COSURA” Surabaya”, Vol.2. No.3 Tahun 2014, hl. 3.

12
Tidak semua himpunan orang dapat disebut kelompok. Menurut Baron dan Byrne
(1979), dalam buku Jajaluddin Rakhmat, (2008, p. 142), kelompok mempunyai dua tanda
psikologi, yaitu pertama, anggota-anggota kelompok merasa terikat dengan kelompok – ada
sense of belonging – yang tidak dimiliki oleh angota yang bukan kelompok, serta mereka
merasa saling bergantung sehingga hasil setiap orang terkait dalam cara tertentu dengan hasil
yang lain.
Komunikasi kelompok adalah suatu studi tentang segala sesuatu yang terjadi pada
saat individu-individu berinteraksi dalam kelompok kecil, dan bukan deskripsi mengenai
bagaimana seharusnya komunikasi terjadi, serta bukan pula sejumlah nasehat tentang cara-
cara bagaimana harus ditempuh (Goldberg&Larson, 2006, p. 8).
Menurut Goldberg dan Larson (1985:6) seringkali pengertian komunikasi kelompok
disama artikan dengan komunikasi organisasi, namun antara komunikasi kelompok dan
komunikasi organisasi memiliki perbedaan definisi didalamnya. Komunikasi kelompok
bersifat langsung dan tatap muka, komunikasi organisasional tidak perlu langsung dan sering
kali memang tidak. Faktor komunikasi dalam kelompok sangatlah penting, hal ini berkaitan
dengan kelangsungan penyampaian pesan, ide ataupun gagasan terhadap anggota kelompok
lain. Namun seringkali dalam proses penyampaian pesan seringkali terjadi hambatan, seperti
cara penyampaian simbol-simbol dan pengolahan simbol seta penggunaan media yang kurang
tepat.
B. Faktor-faktor Komunikasi Kelompok
Faktor yang mempengaruhi dalam komunikasi kelompok diantaranya :
1. Interaksi Sosial
Menurut H. Bonner dalam (Gerungan 2004:62) interaksi sosial adalah suatu hubungan
antara dua atau lebih individu manusia, dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi,
merubah atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya. Didalam adanya
interaksi sosial dalam kelompok terdapat proses penyesuaian diri. Penyesuaian diri dilakukan
agar mempermudah proses interaksi yang terjadi didalam kelompok.
2. Tingkah Laku
Tingkah laku dalam kelompok dapat mencerminkan karakteristik dalam kelompok
tersebut. Tingkah laku bisa dibentuk dengan adanya norma-norma yang berlaku dan
disepakati oleh kelompok.
3. Struktur Sosial
Shaw menjelaskan dalam (Huraerah&Purwanto 2006:59) bahwa struktur kelompok
adalah pola-pola hubungan di antara berbagai poisis dalam suatu 44 susunan kelompok.
Dalam menganalisa struktur kelompok terdapat unsur penting yang perlu dijelaskan yaitu
posisi, status dan peranan. Posisi mengacu kepada tempat seseorang dalam kelompok,
peranan mengacu pada hal-hal yang perlu dilakukan serta status mengacu kepada kedudukan
seseorang didalam suatu kelompok.
Menurut Cartwright dan Zander dalam (Huraerah&Purwanto 2006:59) faktor-faktor
yang menentukan struktur suatu kelompok dapat diklasifikasikan dalam tiga kelompok besar
yaitu: a. Keperluan-keperluan untuk efisiensi pekerjaan kelompok. b. Kemampuan-

13
kemampuan dan motivasi para anggota kelompok. c. Lingkungan sosial dan fisik suatu
kelompok. Ketiga klasifikasi diatas dapat memberikan iklim, bentuk aturan atau fungsi,
peran, posisi atau status anggota di dalam kelompok.
Adapun menurut Homans dalam Goldberg dan Larson (2006: 56) ada 3 (tiga) unsur
dalam struktur komunikasi kelompok kecil yaitu: kegiatan, interaksi, dan perasaan. Kegiatan
yaitu tindakan-tindakan yang berhubungan dengan tugas kelompok. Interaksi terjadi ketika
anggota kelompok melakukan tindakan-tindakan itu dimana mereka saling terlibat dan saling
menanggapi. Perasaan merupakan kosep rasa suka dan tidak suka, negatif dan positif yang
dirasakan anggota kelompok terhadap anggota kelompok lain. Perasaan merupakan ciri khas
kelompok kecil.9
4. Fungsi Individu Dalam Kelompok
Fungsi individu dalam kelompok dapat membantu jalanya dan proses interaksi
kelompok. Dengan adanya fungsi individu yang ada pada kelompok akan membuat anggota
melakukan tugas yang sesuai dengan apa yang telah diberikan, sehingga akan mempermudah
jalanya suatu interaksi dalam kelompok.

C. Dinamika Kelompok
Dinamika kelompok menurut KBBI yaitu gerakan atau kekuatan yang dimiliki
sekumpulan orang dalam masyarakat yang dapat menimbulkan perubahan dalam tata hidup
masyarakat yang bersangkutan. Adapun 6 yang terdapat pada dinamika kelompok :
1. Komunikasi kelompok
2. Konflik didalam kelompok
3. Kekuatan didalam kelompok
4. Kohesi kelompok
5. Pengambilan keputusan
6. Pemecahan masalah10
Dalam media komunitas terdapat peranan dari orang lain yang mempengaruhi pola
pikir kita, dan itu berada di dalam kelompok dimana kita juga menjadi anggotanya, besar atau
kecil, formal atau informal. Kelompok orang ini bisa mempunyai dampak yang besar pada
cara kita menerima pesan. Keanggotaan kelompok dapat menciptakan sikap prasangka yang
sulit diubah. Berikut ini adalah jenis-jenis kelompok yang paling penting. Kelompok Primer
(primary group) adalah sebuah kelompok (dua orang atau lebih) yang melibatkan
perkumpulan yang anggotanya bertemu langsung dengan akrab selama jangka waktu yang
lama. Kelompok Acuan (refference group) adalah sebuah kelompok yang dikenali dan
digunakan sebagai standar acuan namun tidak mesti dimiliki. Kelompok Kasual (casual
group) adalah sekelompok orang yang terbentuk satu kali saja dan anggota kelompok tersebut

9
Atika Budhi Utami,”Analisis Jaringan Komunikasi Kelompok”, Vol. 1, 2018, hlm.11.
Hana Meidi Louisita, “Pola Komunikasi Kelompok di Kalangan Lansia pada Perkumpulan Ismoyo di Desa
10

Gogor Kecamatan Wiyung Kelurahan Jajar Tunggal Surabaya”, Vol 1, No 1 Juni 2017, hlm. 43-44.

14
tidak saling mengenali satu sama lainya sebelum mereka berkumpul. (Severin, 1990: 219-
220).11

4. Komunikasi Massa (Mass Comunication)


A. Pengertian Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa (communicating with media),
atau komunikasi kepada banyak orang (massa) dengan menggunakan sarana media. Media
massa sendiri ringkasan dari media atau sarana komunikasi massa. Media massa terdiri dari
media cetak dan media non cetak. Media cetak seperti surat kabar, majalah sedangkan media
non cetak adalah radio, TV, internet, film. Massa sendiri artinya “orang banyak” atau
“sekumpulan orang” kelompok, kerumunan, publik.12
Komunikasi dalam konteks massa, atau lazim dikenal dengan komunikasi massa, telah
banyak didefinisikan akademisi. Diantaranya dikemukakan Bittner, bahwa komunikasi massa
yaitu pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (Mass
communication is messages communicated through a mass medium to a large number of
people) (dalam Rakhmat 1985, 176). Definisi ini menyiratkan makna bahwa komunikasi
massa pada hakikatnya adalah sebuah proses komunikasi yang dilakukan oleh suatu
organisasi media massa kepada khalayak luas yang anonim. Littlejohn menyebut proses
komunikasi yang demikian dengan konsep media encoding, yaitu proses di mana organisasi
media memediakan pesannya kepada khalayak.
Terdapat sejumlah tujuan organisasi media dalam proses penyelenggaraan komunikasi
massa tadi. Dalam kaitan media massa cetak misalnya, maka tujuan itu, berdasarkan
identifikasi Cooley (1909) terhadap media massa pada bentuk-bentuk awal seperti suratkabar,
majalah dan buku (dalam, De Fleur & Rokeach 1982, 9), secara umum yaitu berupa usaha
pengikisan hambatan isolasi di antara penduduk di dunia dan menghasilkan perubahan
penting dalam organisasi dan fungsi masyarakat. Jadi, ini mengindikasikan bahwa ada dua
tujuan organisasi media dalam berkomunikasi dengan khalayaknya, pertama dalam rangka
membuka isolasi komunikasi antar penduduk dunia dan kedua untuk perubahan penting
dalam organisasi dan fungsi masyarakat. Perubahan dimaksud, sebagai mana dikatakan
Cooley (dalam De Fleur & Rokeach 1982, 9) terkait dengan kehidupan dalam
bidang,“...commerce, in politics, in education, even in mere sociability and gossip ..”.
Di sisi lain, pernyataan Cooley itu menegaskan, bahwa meskipun pada saat itu media
massa masih terbatas pada media cetak, namun proses komunikasi massa melalui media
tersebut sudah menunjukkan implikasi sosialnya yang begitu luas dalam kehidupan
masyarakat. Dalam konteks yang sama, ini berarti dapat pula diasumsikan, bahwa ragam
media yang tercipta berkat kemajuan teknologi komunikasi dan informasi saat ini, pada
hakikatnya keragaman itu hanya berfungsi sebagai perluasan fasilitasi saja bagi munculnya
implikasi-implikasi sebagaimana dimiliki media cetak pada awal kemunculannya tadi.

11
Aditya Oktendy Saputra, “Memahami Pola Komunikasi Kelompok Antar Anggota Komunitas Punk Di Kota
Semarang”,Vol.IV, No.1, Edisi Januari 2012, hlm.47.
12
Dini Valdiani,”Saluran Komunikasi Massa Sebagai Penyampai Pesan Pembangunan Bagi Masyarakat”, Vol.
1, No. 10, Ganjil, Tahun Akademik 2015/2016.

15
Terkait khusus dengan komunikasi massa melalui media cetak suratkabar, terutama dalam
hubungannya dengan tujuan seperti terlihat dari implikasi yang digambarkan Cooley
sebelumnya, berdasarkan aplikasinya, maka tujuan komunikasi massa itu berindikasi lebih
banyak difokuskan pada soal-soal implikasi komersial, politik, pendidikan dan termasuk
menyangkut gosip. Namun demikian, dalam operasionalisasinya, bagaimana kualifikasi
organisasi media berkomunikasi dengan khalayak dalam konteks penciptaan sejumlah
implikasi tadi, maka menurut teori normatif (lihat, Mc Quail, 1994) itu berkaitan dengan
iklim politik di mana pers itu beroperasi. Jika beroperasi dalam sistem pers libertarian maka
penciptaan implikasi-implikasi tadi secara relatif cenderung sepenuhnya tergantung pada
masing-masing organisasi media. Sementara, bila beroperasi dalam sistem pers autoritarian
maka implikasi-implikasi tersebut cenderung tergantung pada penguasa.13
Adapun media massa televisi keterbatasan dalam penyelengaraan siaranya, karena
televisi mempunyai keterkaitan erat dengan kebijaksanaan pemerintah. Hal ini bertujuan
untuk mengontrol media yang menghubungkan tujuan nasional dengan aspirasi masyarakat
Indonesia. Dalam rangka pembangunan bidang politik upaya yang dilakukan pemerintah
dalam perspektif software-nya, yaitu peningkatan kesadaran berpolitik dari warga negara, di
antaranya; meningkatkan kesadaran politik rakyat akan kehidupan demokrasi yang
bertanggung jawab dan kesadaran hidup bernegara secara teratur berdasarkan konstitusi,
mengembangkan komunikasi timbal balik yang jujur antara masyarakat, antara masyarakat
dengan pemerintah dan lembaga-lembaga perwakilan rakyat, pembinaan generasi muda
dalam rangka perampungan proses regenerasi.14
B. Fungsi Komunikasi Massa
Fungsi media massa pada hakikatnya sejalan dengan fungsi komunikasi massa karena
media massa adalah bagian dari komunikasi massa. Fungsi komunikasi massa secara umum
adalah fungsi informasi, fungsi pendidikan dan fungsi mempengaruhi (Effendy, 2005).
Secara khusus DeVito (1996) menyebutkan salah satu fungsi komunikasi massa adalah fungsi
untuk meyankinkan (to persuade), fungsi tersebut bisa datang dalam bentuk;
(a) Mengukuhkan atau memperkuat sikap, kepercayaan, atau nilai seseorang,
(b) Mengubah sikap, kepercayaan, atau nilai seseorang,
(c) Menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu, dan
(d) Memperkenalkan etika atau menawarkan sistem nilai tertentu.15
C. Efek-Efek Media Massa Dimensi
Efek komunikasi massa terdiri dari tiga yaitu kognitif, afektif dan konatif. Efek
kognitif meliputi peningkatan kesadaran, belajar, dan tambahan pengetahuan. Efek afektif
berhubungan dengan emosi, perasaan dan attitude (sikap). Sedangkan efek konatif
berhubungan dengan perilaku dan niat untuk melakukan sesuatu menurut cara tertentu.

13
Hasyim Ali Imran,”Media Massa, Khalayak Media, The Audience Theory, Efek Isi Media Dan Fenomena
Diskursif (Sebuah Tinjauan dengan Kasus pada Surat kabar Rakyat Merdeka)”, Vol. 16 No. 1 (Januari – Juni
2012), hlm. 47-48.
14
Manap Solihat,”Komunikasi Massa dan Sosialisasi”, Vol.9, No.1, Juni 2008, hlm.106.
15
Gumgum Gumilar, Ipit Zulfan,”Penggunaan Media Massa Dan Internet Sebagai Sarana Penyampaian
Informasi Dan Promosi Oleh Pengelola Industri Kecil Dan Menengah Di Bandung”, Vol. 2, No. 1, Juni 2014,
hlm.86.

16
Meskipun dimensi efek-efek ini berhubungan satu sama lain, ketiganya juga independen satu
sama lain. Perubahan dalam satu dimensi tidak perlu diikuti oleh perubahan dalam dimensii
lainnya. Sebagai contoh meningkatnya pengetahuan tentang suatu isu tidak selalu diikuti oleh
perubahan attitude (Bem,1970; Carter 1965;La Piere,1934 dalam Jahi 1988).
Terdapat tiga jenis efek yang mungkin terjadi dari keterdedahan terhadap pesan media
massa,
1. Dapat mengubah atau menambah informasi seseorang. Hal ini berkaitan dengan
perubahan kognitif (pengetahuan).
2. Dapat mengubah sikap orang, kepercayaan, opini, termasuk bagaimana orang
berfikir mengenai dirinya sendiri. Hal ini berkaitan dengan perubahan afektif (sikap).
3. Dapat membawa kepada perubahan perilaku (behaviourisme). Inilah tujuan yang
hendak dicapai oleh para agen pembaharuan. Efek bisa dalam bentuk kombinasi (kognitif dan
afektif), dengan perubahan perilaku yang menjadi tujuan akhir. Strategi komunikasi sering
direncanakan untuk membawa perubahan tersebut. Efek dapat berupa jangka pendek maupun
jangka panjang. Kemungkinan perubahan yang direncanakan oleh agen perubahan adalah
jangka pendek dengan tujuan merubah kognitif, afektif dan perilaku. Tetapi perubahan lain
biasanya bisa lebih kompleks, terkadang perubahan itu direncanakan dan kadang juga tidak
direncanakan.
D. Tanggapan masyarakat secara umum terhadap media massa
1. Sukarela
Pada komunikasi massa merespon saluran media massa merupakan hal yang sukarela.
Bahkan ketika mereka menyaksikan pertunjukan boneka atau mendengarkan para
pendongeng yang sedang bercerita, mereka memiliki pilihan, apakah mereka akan terus
mendengarkan atau melihat, walaupun begitu mereka tidak memiliki kuasa penuh untuk
menghentikan pertunjukan. Untuk saluran komunikasi massa yang baru (elektronik)
pilihannya lebih sederhana lagi, yaitu merubah saluran radio, internet dan televisinya atau
bahkan matikan.
2. Sebagai individu Kita juga merespon secara individu.
Masing-masing diantara kita mendapatkan perilaku yang meningkatkan kita untuk
merespon apapun yang telah kita alami. Misalnya ketika seseorang yang anti/pro kulit hitam
atau yang anti/ pro kulit putih mungkin akan terpengaruh untuk mematikan program acara,
jika mereka tidak setuju dengan pesan yang disampaikan. Atau meskipun mereka meneruskan
untuk menyimak program tersebut tak lain hanya akan menambah pengetahuan dan meyakini
sesuatu yang telah mereka yakinisebelumnya. Perilaku dihasilkan dari proses pembelajaran.
Tidak ada manusia yang terlahir dengan perilaku yang telah terbentuk. Kumpulan perilaku
akan meningkatkan kita untuk bereaksi satu arah atau lebih untuk menunjuk kepada suatu
kondisi mengenai bagaimana caranya kita membentuk opini. Perilaku yang sudah terbentuk
akan meningkatkan kita dalam berbagai cara yang menuju kepada suatu kecenderungan.
Beberapa kecenderungan diperdalam lebih erat dibandingkan dengan yang lainnya. Secara
kolektif itu akan memberikan efek yang besar terhadap respon kita kepada media. Hal ini
akan menyebabkan kita secara aktif menghindari pemberitaan atas pesan-pesan tertentu dan
akan mencari berita lainnya. Seiring dengan kemajuan media massa, khalayak lebih bisa

17
untuk memilih dan menetapkan pemberitaan apa yang mereka butuhkan, inilah yang disebut
dengan selective exposure. Pemilihan dengan keterbukaan akan lebih mudah dilakukan jika
saluran yang tersedia cukup banyak dan menampilkan program-program yang berbeda pada
setiap saat.
Cara yang kedua dimana kecenderungan khalayak mempengaruhi dampak dari
saluran media, dengan cara mereka mengarahkan kita untuk memilih apa aja yang akan kita
perhatikan dari pesan yang diterima dan bagaimana cara untuk menyatukan semuanya. Hal
ini kita sebut dengan persepsi selektif (selective perception). Persepsi selektif muncul karena
orang-orang memiliki pilihan untuk memperhatikan bagianbagian tertentu dari pesan,
mengabaikan bagian lainnya dan menyatukan bagian-bagian tersebut dengan cara mereka
sendiri. Cara yang ketiga bahwa kecenderungan khalayak mempengaruhi dampak pesan yang
kita kenal dengan respon selektif (selective response). Hal ini memperlihatkan bagaimana
orang-orang sebenarnya merespon pesan-pesan yang mereka terima.
3. Sebagai sebuah kategori dari masyarakat
Orang-orang tidak hanya merespon media massa sebagai individu, mereka juga
melakukannya sebagai bagian dari kelompok sosial dan kategori dalam masyarakat. Masing-
masing individu memiliki kategori tertentu, contoh laki-laki atau wanita, dewasa atau remaja,
kulit putih atau kulit hitam dll. Walaupun individu tersebut berbeda satu sama lain, namun
masih ada kemungkinan mereka merespon pesan sesuai kategori mereka dalam masyarakat /
kelompok sosial.
4. Sebagai anggota kelompok sosial
Kita juga merespon media massa sebagai anggota kelompok dimana kita berada.
Kemungkinan besar kondisi para anggota grup, yang membedakan tata cara penerimaan dan
cara merespon terhadap pesan media massa. Seperti pada kelompok-kelompok utama dimana
kita berada, yaitu keluarga dan persahabatan. Kedua kelompok terdiri dari orang-orang yang
memiliki pemikiran yang sama, jadi mereka akan merespon pesan dengan interpretasi yang
sama.

18
BAB III
KESIMPULAN
1. Komunikasi antar pribadi (interpersonal communication) adalah komunikasi yang terjadi
antara dua orang atau lebih, yang biasanya tidak diatur secara formal. Dalam komunikasi
interpersonal, setiap partisipan menggunakan semua elemen dari proses komunikasi.
Misalnya, masing-masing pihak akan membicarakan latar belakang dan pengalaman masing-
masing dalam percakapan tersebut.
2. Komunikasi Organisasi (organizational communication) merupakan bentuk pertukaran
pesan antara unit-unit komunikasi yang berada dalam organisasi tertentu. Organisasi sendiri
terdiri dari unit-unit komunikasi dalam hubungan-hubungan hirarkis antara yang satu dengan
yang lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan. Komunikasi organisasi melibatkan
manusia sebagai subyek yang terlibat dalam proses menerima, menafsirkan, dan bertindak
atas informasi.
3. Komunikasi kelompok (group communication) adalah komunikasi yang berlangsung
antara beberapa orang dalam suatu kelompok “kecil” seperti dalam rapat, pertemuan,
konperensi dan sebagainya. Michael Burgoon (dalam Wiryanto, 2005)
mendefinisikan komunikasi kelompok sebagai interaksi secara tatap muka antara tiga orang
atau lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri,
pemecahan masalah, yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat
karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat.
4. Komunikasi massa (mass communication) adalah proses di mana organisasi media
membuat dan menyebarkan pesan kepada khalayak banyak. Organisasi-organisasi media ini
menyebarluaskan pesan-pesan yang akan memengaruhi dan mencerminkan kebudayaan suatu
masyarakat, lalu informasi ini akan mereka hadirkan serentak pada khalayak luas yang
beragam. Hal ini membuat media menjadi bagian dari salah satu institusi yang kuat di
masyarakat. Dalam komunikasi massa, media massa menjadi otoritas tunggal yang
menyeleksi, memproduksi pesan, dan menyampaikannya pada khalayak.

19
DAFTAR PUSTAKA

Andini Nur Bahri, “Peran Komunikasi Antar Pribadi Pada Lingkungan Kerja Dalam Perspektif
Islam “,Vol.1, No.1 , Juni Tahun 2018.

Meni Handayani, “Peran Komunikasi Antarpribadi Dalam Keluarga Untuk Menumbuhkan Karakter
Anak Usia Dini”, Vol. 11, No. 1, Juni 2016.

Azhar, “Komunikasi Antarpribadi: Suatu Kajian dalam Perspektif Komunikasi Islam”,Vol. IX, No.14
Jan s/d Juni 2017.

Krisna Mulawarman, M.Sn Yeni Rosilawati, MM, “Komunikasi Organisasi Pada Dinas Perijinan
Kota Yogyakarta Untuk Meningkatkan Pelayanan”, Vol. 5, No. 1, 2014.

TA Gutama,“Peran Komunikasi Dalam Organisasi”,Vol 25, No. 2,Tahun 2010.

Jirre Victori Manopo,” Peran Komunikasi Organisasi Dalam Membentuk Efektivitas Kerja Karyawan
CV.Magnum Sign And Print Advertising Samarinda”, Volume 2, Nomor 3, 2014.

Musfialdy,” Organisasi dan Komunikasi Organisasi”,Vol.15, No.1, 2012.

Felicia Wonodihadrjo, “Komunikasi Kelompok Yang Mempengaruhi Konsep Diri Dalam Komunitas
Cosplay “COSURA” Surabaya”, Vol.2. No.3 Tahun 2014.

Atika Budhi Utami, ”Analisis Jaringan Komunikasi Kelompok”, Vol. 1, 2018.

Hana Meidi Louisita, “Pola Komunikasi Kelompok di Kalangan Lansia pada Perkumpulan Ismoyo di
Desa Gogor Kecamatan Wiyung Kelurahan Jajar Tunggal Surabaya”, Vol 1, No 1 Juni 2017.

Aditya Oktendy Saputra, “Memahami Pola Komunikasi Kelompok Antar Anggota Komunitas Punk
Di Kota Semarang”,Vol.IV, No.1, Edisi Januari 2012.

Dini Valdiani,”Saluran Komunikasi Massa Sebagai Penyampai Pesan Pembangunan Bagi


Masyarakat”, Vol. 1, No. 10, Ganjil, Tahun Akademik 2015/2016.

Hasyim Ali Imran,”Media Massa, Khalayak Media, The Audience Theory, Efek Isi Media Dan
Fenomena Diskursif (Sebuah Tinjauan dengan Kasus pada Surat kabar Rakyat Merdeka)”, Vol. 16
No. 1 (Januari – Juni 2012).

Manap Solihat,”Komunikasi Massa dan Sosialisasi”, Vol.9, No.1, Juni 2008

Gumgum Gumilar, Ipit Zulfan,”Penggunaan Media Massa Dan Internet Sebagai Sarana
Penyampaian Informasi Dan Promosi Oleh Pengelola Industri Kecil Dan Menengah Di Bandung”,
Vol. 2, No. 1, Juni 2014

20

Anda mungkin juga menyukai