Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH KOMUNIKASI KEPERAWATAN I

HAMBATAN DALAM KOMUNIKASI

Dosen Pembimbing: Rully Andika, S.Kep., Ns.Sp.Kep.An

Nama Kelompok :

Widia Ningrum (108120037)


Fina Ariyanti (108120042)
Fadilah Eka R (108120045)
Aditya (108120046)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STIKES AL-IRSYAD
AL-ISLAMIYYAH CILACAP
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Atas izin dan karunia-Nya,
kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa kurang suatu apa pun. Tujuan
penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari pak Rully Andika, S.Kep.,
Ns.Sp.Kep.An pada mata kuliah Komunikasi Dalam Keperawatan 1 di STIKES Al- Irsyad
Al-Islamiyyah Cilacap. Selain itu, makalah ini juga untuk menambah wawasan bagi para
pembaca tentang hambatan dalam komunikasi

Dalam penyusunan makalah di uraikan tentang habatan dalam komunikasi. Oleh


karena itu, penulis berterima kasih kepada semua pihak atas dukungannya. Penulis menyadari
bahwa makalah ini belum sempurna. Besar harapan penulis agar pembaca berkenan
memberikan umpan balik berupa kritik dan saran. Semoga makalah ini bisa memberikan
manfaat bagi kita semua.

Cilacap, 5 Juni 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan.............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3
A. Pengertian Komunikasi...................................................................................................3
B. Konflik Komunikasi dan Keterampilan Negosiasi.........................................................4
C. Variable Komunikasi......................................................................................................5
D. Komunikasi Dalam Konteks Sosial, Budaya (cultural diversity) serta keyakinan.........6
E. Hambatan dalam Komunikasi.........................................................................................7
F. Upaya Mengatasi Hambatan Komunikasi.......................................................................9
G. Konflik Komunikasi, Penyebab, Contoh, dan Cara Mengatasinya.................................9
BAB III PENUTUP..................................................................................................................13
A. Kesimpulan...................................................................................................................13
B. Saran..............................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Komunikasi pada dasarnya adalah suatu proses untuk menyampaikan (ide, pesan, gagasan)
dari satu pihak ke pihak lain agar saling mempengaruhi di antara keduanya, komunikasi dapat
dilakukan secara lisan atau ferbal yang dapat dimengerti oleh kedua pihak. Komunikasi dapat
di katakan terdiri dari suatu rangkaian yang saling berhubungan dengan tujuan akhir yang
mempengarui perilaku, sikap dan kepercayaan. Kegagalan dalan berkomunikasi sering timbul
karena hambatan dalam proses komunikasi. Dalam proses komunikasi antar komunitas, maka
fungsi komunikasi yang dilakukan antara dua komunitas yang berbeda itu merupakan
jembatan atas perbedaan di antara mereka. Fungsi menjembatani itu dapat terkontrol melalui
pesan-pesan yang mereka pertukarkan, keduanya saling menjelaskan perbedaan tafsir atas
sebuah pesan sehingga menghasilkan makna yang sama (Alo Liliweri, 2003:42).
Dengan adanya komunikasi yang baik suatu organisasi dapat berjalan dengan lancar dan
berhasil dan begitu pula sebaliknya, kurang atau tidak adanya komunikasi organisasi dapat
macet atau tidak berjalan secara efektif. Komunikasi yang efektif adalah penting bagi semua
organisasi. Oleh karena itu, seorang pemimpin dalam suatu oganisasi perlu memahami dan
meningkatkan kemampuan komunikasinya. Karena komunitas underground memang lekat
dengan citra keras dan tidak mau tahu dengan keadaan sekitar. Dengan demikian komukasi
efektif sangat penting pada setiap tingkat di dalam setiap organisasi dan berfungsi untuk 2
mencapai sasaran secara efektif. Dengan adanya komunikasi yang baik suatu organisasi dapat
berjalan lancar dan berhasil dan begitu pula sebaliknya, kurangnya atau tidak adanya
komunikasi dalam organisasi maupun komunitas dapat macet atau tidak berjalan organisasi
tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian komunikasi?
2. Apa saja konflik komunikasi dan keterampilan negosiasi?
3. Apa saja variable dalam komunikasi?
4. Bagaimana komunikasi dalam konteks sosial dan latar belakang budaya (cultural diversity)
serta keyakinan?

1
5. Apa saja hambatan dalam komunikasi?
6. Apa upaya untuk mengatasi hambatan dalam komunikasi?
7. Apa saja konflik komunikasi, penyebab konflik komunikasi, contoh, dan cara mengatasi nya?

C. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui pengertian dari komunikasi dan hambatan dalam komunikasi serta cara
mengatasinya.
2. Tujuan khusus
Untuk menganalisis konsep komunikasi yang efektif sehingga dapat membina hubungan
interperson atau antar manusia.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Komunikasi
Istilah komunikasi berasal dari kata Latin Communicare atau Communis yang berarti sama a
tau menjadikan milik bersama. Kalau kita berkomunikasi dengan orang lain, berarti kita berus
aha agar apa yang disampaikan kepada orang lain tersebut menjadi miliknya. Komunikasi jug
a dapat dimaknai sebagai jalannya proses dimana seseorang maupun sekelompok orang menc
iptakan serta menggunakan sejumlah informasi agar saling terhubung dengan lingkungan seki
tar.

Secara umum komunikasi dapat dilakukan secara verbal serta dapat dipahami oleh kedua bel
ah pihak berkaitan.

Beberapa definisi komunikasi menurut para ahli diantaranya:


1. Komunikasi adalah kegiatan pengoperan lambang yang mengandung arti/makna yang per
lu dipahami bersama olehpihak yang terlibat dalam kegiatan komunikasi(Astrid).
2. Komunikasi adalah kegiatan perilaku atau kegiatan penyampaian pesan atau informasi ten
tang pikiran atau perasaan (Roben.J.G).
3. Komunikasi adalah sebagai pemindahan informasi dan pengertian dari satu orang ke oran
g lain (Davis, 1981).
4. Menurut Anwar Arifin, komunikasi adalah jenis proses sosial yang erat kaitannya dengan
aktivitas manusia serta sarat akan pesan maupun perilaku.

Adapun tujuan komunikasi secara umum adalah untuk menciptakan kesepahaman di antara k
edua belah pihak. Namun, masih ada sejumlah tujuan dari komunikasi yang perlu Anda ketah
ui.

1. Agar hal yang disampaikan bisa dimengerti dengan cukup baik. Dengan adanya defini
si komunikasi diatas maka akan menghindarkan diri dari kesalah pahaman.
2. Agar mampu memahami maksud perkataan orang lain.
3. Agar ide, gagasan maupun pemikiran pribadi dapat diterima orang lain terutama dala
m gelaran rapat tertentu.

3
4. Penggerak orang lain untuk mengerjakan sesuatu. Misalnya, kegiatan kerja bakti, sosi
alisasi dan sebagainya.

Selain tujuan, fungsi komunikasi juga dapat memberikan manfaat yang baik. Adapun fungsi k
omunikasi di antaranya:

1. Untuk menyampaikan informasi


2. Sebagai penyampai pendapat agar dapat diterima oleh masyarakat luas atau yang berk
aitan.
3. Sebagai bentuk interaksi dengan orang lain.
4. Untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan akan sesuatu hal. Jadi, melalui kom
unkasi nantinya akan terjadi transfer ilmu antara pihak satu dengan pihak lainnya.
5. Pengisi waktu luang. Misalnya, dengan berbicara via telepon, chatting, sosial media, v
ideo call dan sebagainya.

B. Konflik Komunikasi dan Keterampilan Negosiasi


Pengertian konflik menurut Rue dan Byar disebutkan bahwa konflik adalah suatu kondisi
perilaku yang tidak tersembunyi atau tidak disembunyikan dimana satu pihak ingin
memenangkan kepentingannya sendiri diatas kepentingan pihak lain (Basalamah 2004, 275).
Konflik merupakan sebuah situasi dimana dua orang atau lebih menginginkan tujuan-tujuan
yang menurut persepsi mereka dapat dicapai oleh salah seorang diantara mereka, tetapi hal itu
tidak mungkin dicapai oleh kedua belah pihak.
Negosiasi adalah suatu bentuk pertemuan antara dua belah pihak, yaitu pihak kita dan pihak
lawan. Kedua belah pihak Bersama-sama mencari hasil yang baik, demi kepentingan kedua
belah pihak. Dalam setiap proses negosiasi, selalu ada dua belah pihak yang berlawanan atau
berbeda sudut pandangnya. Agar dapat menemukan titik temu atau kesepakatan, kedua belah
pihak bernegosiasi (Fatikhin, 2014:7)
Kata negosiasi diambil dari Bahasa Latin negotiari yang berarti “berdagang atau berbisnis”.
Kata kerjanya diambil dari kata lain, negare, yang berarti “meniadakan” dan satu kata benda,
otium, berarti “waktu luang”. Jadi, pebisnis Romawi Kuno akan “meniadakan waktu luang”
hingga kesepakatan tercapai (Curry dalam buku negosiasi, mediasi : 4). Dawson (2004)
menjelaskan negosiasi adalah proses tawar-menawar dengan jalan berunding untuk memberi
dan menerima guna mencapai kesepakatan Bersama yang saling menguntungkan.
Dengan demikian, secara sederhana disimpulkan negosiasi adalah suatu cara bagi dua atau
lebih pihak yang berbeda kepentingan baik itu berupa pendapat, pendirian, maksud, atau
4
tujuan dalam mencari kesepahaman dengan cara mempertemukan penawaran dan
perminataan dari masing-masing pihak sehingga tercapai suatu kesepakatan atau
kesepahaman kepentingan itu berupa pendapat, pendirian, maksud, tujuan.

Proses Dalam Negosiasi


1. Pihak-pihak yang mempunyai program atau pihak pertama melakukan penyampaian
dengan memakai kalimat yang santun, jelas, dan terinci.
2. Pihak dari mitra bicara menyanggah mitra bicara dengan tetap menghargai maksud
pihak pertama.
3. Pemilik kegitan (program) mengemukakan argumentasi dengan memakai kalimat
yang santun dan meyakinkan mitra bicara dengan disertai alasan yang logis.
4. Terjadi pembahasan dan kesepakatan untuk terlaksananya program negosiasi.

Kemampuan Dasar Bernegosiasi


Hal yang sangat berpengaruh dalam kegiatan negosiasi adalah filosofi yang
menginformasikan bahwa dari masing-masing pihak yang terlibat. Proses ini adalah
kesepakatan dasar kita bahwa “semua orang menang”, filsafat ini menjadi dasar setiap
melakukan negosiasi. Kunci untuk mengembangkan filsafat supaya “semua orang senang”
ialah dengan memperhitungkan semua aspek negosiasi dari semua sudut pandang (pihak lain
dan pihak negosiator).
Berikut ini, adalah keterampilan -keterampilan dasar dalam bernegosiasi :
1. Ketajaman pikiran / kelihaian
2. Sabar
3. Kemampuan beradaptasi
4. Daya tahan
5. Kemampuan bersosialisasi
6. Konsentrasi
7. Kemampuan berartikulasi
8. Memiliki selera humor

Tahanpan Dalam Beregosiasi


 Persiapan dan perencanaan

5
Diharapkan pada tahap ini dapat memutuskan apa yang dimau dan kanapa.
Proses mengumpulkan data sangat diperlukan agar dapat mendukung posisi kita.
Dengan menyampaikan argumen dalam proses mendukung posisi kita harus dengan
bijaksana. Selain itu juga kita harus tahu keinginan pihak lain, apa dan kenapa.

 Definisi peraturan
Pada proses ini kita harus menentukan garis besar dan aturan-aturan untuk
melakukan proses negosiasi, siapa yang akan menjadi bagian dari negosiasi dan
masalaj apa yang akan kita negosiasikan.

 Penjelasan dan pembenaran


Dalam masing-masing pihak harus/dapat mengutarakan apa yang diinginkan. Kita
dapat memberikan dokumentasu yang diperlukan untuk mendukung posisi kita.

 Tawar menawar dan penyelesaian masalah


Pada proses ini kita melakukan penmencarian solusi. Dari kedua belah pihak
diharapkan saling fokus pada masalah dan kepentingan bukan pada orang atau posisi.
Untuk mendapatkan titik temu.

 Penutupan dan implementasi


Pada tahap yang ini atau tahap terakhir dari proses negosiasi. Segala sesuatu yang
diputuskan bersama hendaknya difrmalkan. Hal yang perlu diperhatikan adalah:
1. Dokumen yang sudah disepakati
2. Meneliti kembali pon-poin utama untuk menghindari salah pengertian
3. Uraikan dengan jelas semua ketetapan dari persetujuan
4. Buatlah secara tertulis
Kedua pihak harus membaca dan menandatangani untuk memperoleh kesepakatan
atas apa yang dirundingkan.

Tips menjadi negosiator handal

Untuk menjadi negosiator yang baik, harus memiliki strategi khusus dan sikap-sikap tertentu
untuk mencapai kesepakatan dalam bernegosiasi, yaitu:

6
1. Tidak gampang menyerah
Tidak jarang aktivitas negosiasi akan memakan waktu yang panjang dan cukup menguras
pikiran. Seorang negosiator haruslah kuat mental dan psikis. Selain itu, ia harus pintar dalam
mengatur waktu yang tepat untuk memberikan kesempatan bicara kepada masing-masing
pihak sehingga proses negosiasi bisa berjalan lancar dan cepat.

2. Mempunyai skill komunikasi yang baik


Dalam proses negosiasi memiliki potensi untuk terjadinya konflik mulai awal hingga
akhir pembicaraan. Sehingga dibutuhkan sikap komunikatif dari seorang negosiator. Tanpa
memiliki communication skills atau keterampilan komunikasi yang baik, seorang negosiator
tidak pernah mendapat keberhasilan dan kesuksesan.

Keterampilan komunikasi tersebut mencakup mulai dari mendengar, meneliti,


mengilustrasikan, mempersuasi kedua belah pihak untuk menjadi satu kesatuan hingga
menghasilkan sebuah kesepakatan dalam negosiasi.
Teknik komunikasi yang perlu diperhatikan dalam melakukan negosiasi adalah memulai
pembicaraan dengan tepat, menyesuaikan antara pembahasan dengan lawan bicara, jika
terjadi perbedaan pendapat tidak langsung ditentang namun dilakukan dengan suatu
persetujuan yang diikuti dengan kata "tapi", dan disampaikan dengan cara yang bijaksana dan
elegan.

3. Cerdas dan Berwawasan


Kecerdasan dan wawasan akan membantu negosiator untuk mendapatkan solusi atas
masalah dan keputusan terbaik yang harus diambil. Skill ini sangat terkait dengan teknik
problem solving dan kemampuan seorang negosiator dalam menganalisa sebuah
permasalahan.

4. Mempunyai selera humor


Selera humor berfungsi untuk mengurangi ketegangan saat negosiasi, dan menjadikan
suasana akrab dan santai. Namun, seorang negosiator harus tetap menyampaikan gagasannya
dengan bahasa yang lugas dan berbobot. Gagasan yang disampaikan dengan selingan humor
akan mampu mencairkan suasana di dalam perundingan atau negosiasi. Selain itu, akan
membuat partner/klien tidak merasa dipojokkan.

7
5. Mempunyai sikap yang positif
Seorang negosiator tidak akan terlepas dari aktivitas interaksi satu dengan yang lainnya.
Sehingga ia harus memiliki sikap positif sehingga akan mengarahkan hasil negosiasi yang
positif pula.

6. Bersikap perhatian kepada klien


Seorang negosiator harus bersikap perhatian terhadap hal-hal yang terjadi pada klien.
Empati atau sikap perhatian akan membuat klien menjadi merasa didengar, diperhatikan, dan
dirasakan secara mendalam permasalahan yang membelitnya. Sehingga feedback dari klien
pun akan ikut berempati terhadap tujuan yang diinginkan oleh negosiator.

7. Mempunyai sikap sabar


Sikap sabar seorang negosiator akan mampu membaca peluang disaat terjadi hal yang
tidak menyenangkan. Negosiator harus mampu menjaga emosionalnya ketika berhubungan
dengan orang lain. Sikap sabar jika sesuatu hal yang tidak menyenangkan menimpanya harus
tetap dikedepankan. Anggap saja hal itu sebagai hambatan yang harus dilewati dan hal
tersebut terjadi karena dengan suatu sebab tertentu.

8. Bersikap jujur
Kejujuran adalah modal utama yang harus dimiliki oleh seorang negosiator. Hal ini
dikarenakan kebenaran memiliki sifat yang mutlak dimana kebenaran akan selalu terbukti.
Pembuktian kebenaran fakta yang terjadi terhadap klien yang disampaikan oleh negosiator
akan meningkatkan level kepercayaan negosiator yang merupakan kunci keberhasilan
seorang negosiator.

9. Inisiatif, solutif, dan kreatif


Seorang negosiator harus memiliki sikap yang dinamis dalam menghadapi setiap
permasalahan. Mereka dituntut untuk memiliki sikap inisiatif, solutif dan kreatif yang tinggi.
Sikap ini akan membawa negosiator untuk mampu menganilsa setiap permasalahan dan
secara cepat mengambil keputusan. Sikap ini memiliki hubungan dengan kemampuan
seseorang dalam hal problem solving.

10. Sensitif atau Peka

8
Karena pada umumnya aktivitas negosiasi dilakukan dalam tatap muka, menggunakan
bahasa lisan, gerak atau bahasa tubuh maupun ekspresi wajah, maka seorang negosiator
haruslah peka terhadap situasi dan perubahannya terkait perkembangan proses negosiasi. Hal-
hal seperti kebohongan dalam negosiasi akan mudah terdeteksi jika seorang negosiator
memiliki sikap sensitif untuk menilai kondisi negosiasi yang sebenarnya.

Manfaat Negosiasi
1. Untuk mendapatkan atau menciptakan jalinan kerja sama antar badan usaha atau
institusi ataupun perorangan untuk melakukan suatu kegiatan atau usaha bersama atas
dasar saling pengertian.
Dengan terjalinnya kerjasama antar kedua belah pihak inilah maka tercipta sebuah
transaksi bisnis yang saling terkait, sehingga membuat hidup perekonomian. Dengan
kata lain, bahwa suatu proses negosiasi bisnis merupakan bagian dari suatu proses
interaksi guna menghidupkan perekonomian dalam skala yang lebih luas.
2. Dalam sebuah perusahaan, sebuah proses negosiasi akan memberikan manfaat untuk
menjalin hubungan bisnis yang lebih luas dan juga untuk mengembangkan pasar,
yang diharapkan memberikan peningkatan penjualan. Proses negosiasi bisnis juga
akan menghasilkan harga yang lebih baik dan efisiens, yang memberikan keuntungan
yang lebih besar. Dalam jangka panjang hal ini akan memberikan kemajuan dari
sebuah perusahaan.

Tujuan Negosiasi
 Untuk mendapatkan atau mencapai kata sepakat yang mengandung kesamaan
persepsi, saling pengertian dan persetujuan.
 Untuk mendapatkan atau mencapai kondisi penyelesaian atau jalan keluar dari
masalah yang dihadapi bersama.
 Untuk mendapatkan atau mencapai kondisi saling menguntungkan dimana masing-
masing pihak merasa menang (win-win solution).

Contoh Teks Negosiasi


PERGI KE KANTIN
Suatu hari, saat sedang istirahat Ilham mengajak Ridho ke kantin. Saat itu Ridho sedang
asyik menonton film di laptopnya.

9
Ilham : “Dho, ke kantin yuk!”
Ridho :” Nanti dulu. Tunggus sampai filmnya iklan.”
Ilham : “Lah terlalu lama. Lagian mana ada film di laptop yang ada iklannya.”
Ridho : ”Ya sana sendiri kalau ingin cepetan.”
Ilham : “Lah, cepetan, lah.”
Ridho : “Ya sudah dengan yang lain saja!”
Ilham : “Aku hanya ingin dengan dirimu.”
Ridho : “Ih kamu so sweet deh.”
Ilham : “Iya dong. Apa sih yang tidak buat kamu.”
Ridho : “Tapi traktir Cappucino ya.”
Ilham : “Oke deh. Tapi ayo cepat.”
Ridho : “Dengan sate juga ya!”
Ilham : “Lah, terlalu banyak. Nanti uangku habis.”
Ridho : “Ya sudah tapi laptopnya kubawa sekalian ya.”
Ilham : “Astaghfirullah (megang dahi Ridho dengan punggung tangannya). Pantesan
sedang panas.
(lalu tertawa)”
Ridho : “Jadi atau tidak?”
Ilham : “Iya-iya ayo. Kalau di traktir kamu pasti semangat.”
Ridho : “Hehehe. Kan ada uang kau kusayang, tidak ada uang kau kutendang.”
Ilham : “Ya sudah ayo cepetan!”
Lalu mereka tertawa terbahak-bahak karena percakapan mereka dan mereka pun bergegas
pergi ke kantin.

C. Variable Komunikasi
Variabel yang memengaruhi proses komunikasi dalam pelayanan kesehatan antara lain: 
1. Empati
Merupakan variabel yang paling penting dalam setiap komunikasi; tanpa empati,
komunikasi antarmanusia menjadi kurang bermakna. Empati merupakan upaya merasa
yang dialami orang lain, berupaya memahami perasaan orang lain dari sudut pandang
orang tersebut. Empati berbeda dengan konsep simpati, Simpati merupakan perhatian,
kesedihan atau rasa kasihan yang diperlihatkan seseorang kepada orang lain; ekspresi

10
seseorang tentang kesulitan yang dihadapi orang lain. Empati berfokus pada klien
dengan masalahnya, sedangkan simpati fokusnya berubah menjadi pendengar.
2. Control
Merupakan bagian yang terintegrasi dalam setiap peristiwa komunikasi dan merupakan
komponen intrinsik dalam setiap interaksi manusia. Ketika seseorang dipengaruhi atau
memengaruhi orang lain, aspek control ada dalam proses itu. Melalui komunikasi, antar
tenaga kesehatan mau
pun tenaga kesehatan dengan klien membangun hubungan siapa yang berada dalam control,
dan siapa yang paling mampu memengaruhi hubungan dalam situasi yang ada. Jika individu
dalam hubungan tersebut dapat membagi pengertian yang sama dalam relasi controlnya,
maka komunikasi interpersonalnya akan lebih efektif. Control berdasarkan jenisnya ada
personal control dan relational control. Personal control menurut Thompson (1981) membagi
dalam e
mpat area yaitu: Behavioral control, Cognitive control, Informational control,
Retrospective control. Sedangkan relational control terdapat beberapa jenis yaitu:
Complementary, Symmetrical, Parallel.
3. Trust
Yaitu kepercayaan terjadi apabila individu merasakan bahwa individu lain akan berperilaku
yang menguntungkan dalam menjalin hubungan. Trust menjadikan hubungan spesial, unik,
kualitas positif. Adapun faktor-faktor yang membangun kredibilitas dalam terciptanya trust
ini adalah inteligensi dan karakter. Kita akan percaya dengan orang yang melakukan
tindakan-tindakan positif, konsisten, dan cara-cara yang dapat dipercaya. Kita akan percaya
dengan orang yang baik, jujur, menghargai orang lain, penuh pertimbangan, setia. Adanya
trust membuat orang lebih terbuka dan jujur tentang
sikap, perasaan, dan nilai-nilai mereka.
Kategori perilaku komunikasi yang menghasilkan trust dan distrust Defensive Climates
antara lain: Defensive climates (Evaluation, Control, Strategy, Neutrality, Seperiority,
Certainty) dan Supportive Climates (Description, Problem orientation, Spontaneity,
Empathy, Equality, Provisionalism/flexible/ openness).
4. Self Disclosure
Merupakan komunikasi yang intim, atau tindakan membuka informasi pribadi kepada
orang lain. Proses di mana seseorang menyampaikan informasi pribadi, pikiran, dan
perasaannya kepada orang lain. Self disclosure terbentuk atas 5 aspek/dimensi yaitu:

11
- Intention (sengaja): merujuk pada keinginan seseorang untuk terbuka kepada orang
lain.
- Amount (mempunyai nilai/arti yang sama): merujuk pada jumlah informasi yang
disampaikan kepada orang lain; semakin banyak informasi yang disampaikan
menunjukkan bahwa orang tersebut sangat membuka diri. 
- Valence (kemampuan bergabung dengan orang lain): merujuk pada derajat positif
atau negatifnya seseorang dalam membuka diri; jika seseorang cenderung membuka
aspek positif maka nilainya akan positif, sedangkan jika tak disukainya akan
negative.
- Honesty (kejujuran): merujuk pada keakuratan keterbukaan seseorang pada orang
lain; apa yang disampaikan sesuai dengan pikiran dan perasaannya.
- Depth (kedalaman): merujuk pada tingkat kedalaman dari isi yang disampaikan
seseorang kepada orang lain.
5.  Confirmation

Terjadi ketika individu merespon individu lain, ditujukan untuk orang lain yang mereka
mempunyai pengetahuan dan pemahaman. Manfaat Konfimasi dapat dilihat dari tiga
cara antara lain: menurunkan perasaan takut, mengurangi ketakutan untuk disalahkan
atau di tolak, Mengurangi perasaan kesendirian, pengasingan, keadaan terbengkalai.

D. Komunikasi Dalam Konteks Sosial, Budaya (cultural diversity) serta keyakinan


1. Komunikasi dalam konteks sosial
Dalam konteks sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup tanpa manusia lain, kar
ena itu dalam menjalin hubungan dengan manusia lain memerlukan komunikasi. Komuni
kasi yang digunakan terdiri dari visual, audio, dan sebagainya. Seorang perawat dituntut d
apat melakukan komunikasi bukan dengan tim Kesehatan melainkan dengan pasien dan k
eluarganya. Dengan demikian tujuan akan tepat sasaran.

2. Komunikasi dalam konteks budaya


Pesan baik verbal maupun nonverbal sebenarnya terikat dengan budaya. Jika dua orang m
elakukan komunikasi berasal dari satu suku yang sama, Pendidikan yang sama, maka ada
kecenderungan pihak tersebut mempunyai bahan yang sama untuk berkomunikasi. Dalam
keperawatan budaya mempengaruhi cara klien dan perawatn melakukan komunikasi satu

12
sama lain dalam berbagai situasi. Perawat belajar mengatahui makna budaya dalam komu
nikasi. Pengaruh budaya menetapkan batas bagaimana seseorang bertindak dan berkomun
ikasi.
3. Komunikasi dalam konteks keyakinan
Keyakinan agama dan keyakinan spiritual merupakan bagian integral dari keyakinan buda
ya seseorang dan dapat mempengaruhi keyakinan kllien terhadap penyakitnya. Keyakinan
agama dan spiritual merupakan kekuatan dan kenyamanan klien. Perawat professional har
us bisa memahami dan mengantisipasi dan mengambil Tindakan yang tepat untuk klien y
ang berbeda keyakinan terhadap perawat tersebut.

E. Hambatan dalam Komunikasi


Hambatan komunikasi adalah segala sesuatu yang menghalangi atau mengganggu
tercapainya komunikasi yang efektif. Hambatan komunikasi dapat mempersulit dalam
mengirim pesan yang jelas, mempersulit pemahaman terhadap pesan yang dikirimkan,
serta mempersulit dalam memberikan umpan balik yang sesuai.
Secara garis besar, terdapat 4 (empat) jenis hambatan komunikasi yaitu hambatan
personal, hambatan fisik, hambatan kultural atau budaya, serta hambatan lingkungan.
1. Hambatan personal
Hambatan personal merupakan hambatan yang terjadi pada peserta komunikasi, baik
komunikator maupun komunikan/komunikate. Hambatan personal dalam komunikasi
meliputi sikap, emosi, stereotyping, prasangka, bias, dan lain-lain.
2. Hambatan kultural atau budaya
Komunikasi yang kita lakukan dengan orang yang memiliki kebudayaan dan latar bela
kang yang berbeda mengandung arti bahwa kita harus memahami perbedaan dalam ha
l nilai-nilai, kepercayaan, dan sikap yang dipegang oleh orang lain. Hambatan kultural
atau budaya mencakup bahasa, kepercayan dan keyakinan. Hambatan bahasa terjadi k
etika orang yang berkomunikasi tidak menggunakan bahasa yang sama, atau tidak me
miliki tingkat kemampuan berbahasa yang sama.

3. Hambatan fisik
Beberapa gangguan fisik dapat mempengaruhi efektivitas komunikasi. Hambatan fisik
komunikasi mencakup panggilan telepon, jarak antar individu, dan radio. Hambatan fi
sik ini pada umumnya dapat diatasi.
4. Hambatan lingkungan

13
Tidak semua hambatan komunikasi disebabkan oleh manusia sebagai peserta komunik
asi. Terdapat beberapa faktor lingkungan yang turut mempengaruhi proses komunikas
i yang efektif. Pesan yang disampaikan oleh komunikator dapat mengalami rintangan
yang dipicu oleh faktor lingkungan yaitu latar belakang fisik atau situasi dimana kom
unikasi terjadi. Hambatan lingkungan ini mencakup tingkat aktifitas, tingkat kenyama
nan, gangguan, serta waktu.
Menurut Ruslan (2008 : 9-10) Adalah :
1. Hambatan Dalam Proses Penyampaian (SenderBarries)
Hambatan di sini bisa datang dari pihak komunikatornya yang mendapat
kesulitan dalam menyampaikan  pesan – pesannya, tidak menguasai materi pesan dan
belum memiliki kemampuan sebagai komunikator yang handal.
Hambatan ini bisa jugaberasal dari penerima pesan tersebut (receiver barrier) karena
sulitnya komunikan dalam memahami pesan itu dengan baik.Hal ini dapat disebabkan
oleh rendah  nyatingkat penguasaan bahasa, pendidikan, intelektual dan sebagainya
yang terdapat dalam diri komunikan. Kegagalan komunikasi dapat pula terjadi
dikarenakan faktor-faktor : feed backnya bahasa tidak tercapai, medium barrier
(media atau alat yang dipergunaan kurang tepat) dan decoding barrier (hambatan
untuk memahami pesan secara tepat).
2. Hambatan secara Fisik (Phsysical Barries)
Sarana fisik dapat menghambat komunikasi yang efektif, misalnya pendengaran
kurang  tajam dan gangguan pada sistem pengeras suara (sound system) yang sering
terjadi dalam suatu ruangan kuliah/seminar/pertemuan. Hal ini dapat membuat pesan
– pesan  itu tidak efektif sampai dengan tepat kepada komunikasi.
3. Hambatan Semantik (SemantikPers)
Hambatan segi semantik (bahasa dan arti perkataan), yaitu adanya perbedaan
pengertian dan pemahaman antara pemberi pesan dan penerima tentang satu bahasa
atau  lambing. Mungkin saja yang disampaikan terlalu teknis dan formal, sehingga
menyulitkan  pihak  komunikan yang tingkat pengetahuan dan pemahaman bahasa
teknis komunikator yang kurang.
4. Hambatan Sosial (sychossialnoies)
Hambatan adanya perbedaan yang cukup lebar dalam aspek kebudayaan, adat istiadat,
kebiasaan, persepsi, dan nilai – nilai yang dianut sehingga kecenderungan, kebutuhan
serta harapan – harapan kedua belah pihak yang berkomunikasi juga berbeda.

14
F. Upaya Mengatasi Hambatan Komunikasi
Menurut Gitisudarmo dan Sudito 1997, untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam
komunikasi dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : 
1. Meningkatkan umpan balik, untuk mengetahui apakah pesan atau informasinya sudah
diterima, dipahami, dan dilaksanakan atau tidak.
2. Empati, penyampaian pesan disesuaikan dengan keadaan penerima.
3. Pengulangan, untuk menjamin bahwa pesan dapat dimengerti.
4. Menggunakan bahasa yang sederhana, agar setiap orang dapat memahami isi pesan
yang disampaikan.
5. Penentuan waktu yang efektif, pesan disampaikan pada saat penerima siap
mendengarnya.
6. Mendengarkan secara efektif, sehingga komunikasi antara bawahan dan atasan dapat
berlangsung secara baik.
7. Mengatur arus informasi, komunikasi harus diatur mutunya, jumlahnya, dan cara
penyampaiannya.

G. Konflik Komunikasi, Penyebab, Contoh, dan Cara Mengatasinya


Menurut James A.F. Stoner dan Charles Wankel dikenal ada lima jenis konflik yaitu

1. Konflik intrapersonal
Konflik intrapersonal adalah konflik seseorang dengan dirinya sendiri. Konflik terjadi
bila pada waktu yang sama seseorang memiliki dua keinginan yang tidak mungkin
dipenuhi sekaligus. Ada tiga macam bentuk konflik intrapersonal yaitu :
a. Konflik pendekatan-pendekatan, contohnya orang yang dihadapkan pada dua pilihan
yang sama-sama menarik.
b. Konflik pendekatan – penghindaran, contohnya orang yang dihadapkan pada dua pilihan
yang sama menyulitkan.
c. Konflik penghindaran-penghindaran, contohnya orang yang dihadapkan pada satu hal
yang mempunyai nilai positif dan negatif sekaligus.
2. Konflik Interpersonal
Konflik Interpersonal adalah pertentangan antar seseorang dengan orang lain karena
pertentengan kepentingan atau keinginan. Hal ini sering terjadi antara dua orang yang
berbeda status, jabatan, bidang kerja dan lain-lain. Konflik interpersonal ini merupakan
suatu dinamika yang amat penting dalam perilaku organisasi. Karena konflik semacam

15
ini akan melibatkan beberapa peranan dari beberapa anggota organisasi yang tidak bisa
tidak akan mempngaruhi proses pencapaian tujuan organisasi tersebut.
3. Konflik antar individu-individu dan kelompok-kelompok
Hal ini seringkali berhubungan dengan cara individu menghadapi tekanan-tekanan untuk
mencapai konformitas, yang ditekankan kepada mereka oleh kelompok kerja mereka.
Sebagai contoh dapat dikatakan bahwa seseorang individu dapat dihukum oleh kelompok
kerjanya karena ia tidak dapat mencapai norma-norma produktivitas kelompok dimana ia
berada.
4. Konflik antara kelompok dalam organisasi yang sama
Konflik ini merupakan tipe konflik yang banyak terjadi di dalam organisasiorganisasi.
Konflik antar lini dan staf, pekerja dan pekerja – manajemen merupakan dua macam
bidang konflik antar kelompok.
5. Konflik antara organisasi
Contoh seperti di bidang ekonomi dimana Amerika Serikat dan negara-negara lain
dianggap sebagai bentuk konflik, dan konflik ini biasanya disebut dengan
persaingan.Konflik ini berdasarkan pengalaman ternyata telah menyebabkan timbulnya
pengembangan produk-produk baru, teknologi baru dan servis baru, harga lebih rendah
dan pemanfaatan sumber daya secara lebih efisien.

Penyebab konflik komunikasi

1. Perbedaan individu yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.


Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan
perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan
sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial,
sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan
kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman,
tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena
berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.
2. Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang
berbeda.

16
Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian
kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan
menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.
3. Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.
Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda.
Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok
memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal
yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda.
4. Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu
berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya
konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses
industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai lama
pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah
menjadi nilai-nilai masyarakat industri. Nilai-nilai yang berubah itu seperti nilai
kegotongroyongan berganti menjadi nilai kontrak kerja dengan upah yang disesuaikan
menurut jenis pekerjaannya. 

Konflik dalam komunikasi perlu diatasi, maka dari itu yang perlu dilakukan adalah sebagai
berikut:

1. Perlu keterampilan untuk membedakan yang wajar dan sehat serta terampil untuk
mengelolanya.
2. Menetapkan batas secara konstruktif antara yang boleh dibahas dengan yang tidak.
3. Memulai percakapan yang bermanfaat dan dapat diterima setiap pihak.
4. Mengarahkan pada batas-batas yang disepakati
5. Terampil menyatakan ketidaksetujuan tanpa ada kesan menolak gagasan pihak lain.
6. Sebaliknya, ia mampu menerima ketidaksetujuan pihak lain tanpa merasa ditolak.
7. Melihat konflik dari sudut pandang orang lain.
8. Mengarahkan keputusan pada kepuasan bersama (win-win solution)

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan aktifitas
manusia yang sangat penting. Kita semua berinteraksi dengan sesama dengan cara
melakukan komunikasi. Komunikasi dapat dilakukan dengan cara yang sederhana
sampai yang kompleks, dan teknologi kini telah merubah cara manusia berkomunikasi
secara drastis. Maka akan timbulah suatu hambatan-hambatan dalam penyampaian
pesan ini. yang mana hambatan-hambatan itu sangat mempengaruhi seorang
penyampai pesan. Manakalah hambatan itu ada akan menyebabkan proses dalam
komunikasi tidak efektif. Hambatan-hambatan tersebut dapat diatasi. Salah satunya
dengan cara meningkatkan umpan balik, untuk mengetahui apakah pesan atau
informasinya sudah diterima, dipahami, dan dilaksanakan atau tidak.

18
B. Saran
Penulis berharap dengan adanya makalah ini dapat dijadikan panutan kita
semua untuk menyampaikan pesan. mudah-mudahan dengan adanya pengetahuan dari
makalah ini akan membantu kita untuk memebrikan informasi secara jelas dan dapat
diterima oleh komunikan khususnya. Penulis juga mengucapkan rasa maaf sebesar-
besarnya jika ada penulisan yang tidak tepat serta penjelasan yang belum rinci.

19
DAFTAR PUSTAKA

http://makalahterkini09.blogspot.com/2016/12/makalah-variabel-variabel-komunikasi.html

https://pakarkomunikasi.com/hambatan-hambatan-komunikasi

https://text-id.123dok.com/document/9yn762w0z-upaya-dalam-mengatasi-hambatan-
komunikasi.html

VARIABEL-VARIABEL KOMUNIKASI DALAM PELAYANAN KESEHATAN. Disusun


Oleh: IDA YUSTINA - PDF Free Download (docplayer.info)

http://fik.um-surabaya.ac.id/sites/default/files/bahan_kuliah/VARIABEL%20COM.pptx

https://lutfifauzan.wordpress.com/2009/11/11/konflik-dalam-komunikasi/

20

Anda mungkin juga menyukai