Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN DASAR MANUSIA


CAIRAN ELEKTROLIT

Disusun untuk tugas mata kuliah Keperawatan Dasar


Dosen pengampu:

Disusun oleh:

Sri Faidah (108120054)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN 2B


UNIVERSITAS AL-IRSYAD CILACAP
2021/2022
A. PENGERTIAN
Seseorang harus mampu mempertahankan kesehatan. Mempertahankan
kesehatan salah satunya dilakukan dengan menjaga keseimbangan cairan, elektrolit
dan asam basa di dalam tubuh. Keseimbangan ini dipertahankan melalui asupan,
distribusi haluaran air dan elektrolit, serta pengaturan komponen-komponen tersebut
oleh system renal dan paru-paru
Cairan dan elektrolit sangat penting untuk mempertahankan keseimbangan
atau homeostasis tubuh. Anak sakit dapat mengalami gamgguan ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit yang dapat mempengaruhi fungsi fisiologis tubuh. Gangguan
keseimbangan cairan tubuh terbagi dua yakni edema/hipervolemik dan dehidrasi
/hipovolemik (Potts & Mandleco, 2012).
Dehidrasi adalah peningkatan kehilangan cairan dalam tubuh yang dapat
mengakibatkan kekurangan cairan dan elektrolit (James, Nelson, & Ashwill).
Kehilangan cairan pada anak dapat disebabkan oleh diare, muntah, demam, dan
pendarahan. Kehilangan cairan pada bayi dan anak-anak tetap menjadi prioritas yang
harus ditangani segera, hal ini diakibatkan karena bayi dan anak-anak memiliki luas
permukaan tubuh yang relatif besar daripada orang dewasa, memiliki tingkat
metabolisme basal (BMR) lebih tinggi dari orang dewasa (Potts & Mandleco, 2012).
Bayi kurang mampu dalam mengasamkan dan mengkonsentrasikan urin dibandingkan
orang dewasa dengan demikian ginjal bayi tidak mampu merespon dengan cepat bila
terjadi hipovolemia, dehidrasi, atau penurunan cardiak output (Potts & Mandleco,
2012). Tingkat keparahan dehidrasi yang ditimbulkan dapat diidentifikasi
menggunakan skala dehidrasi. Perawat anak harus mampu mengidentifikasi tingkat
keparahan dehidrasi untuk mencegah komplikasi lebih lanjut yaitu syok hopovolemik,
gagal organ dan kematian pada anak (Ludmir, 2012).
Menurut Gary dan Ludwig (2010) Gorelick mengembangkan tool pengkajian
dehidrasi terdiri Penerapan Model Konservasi Levine pada Pemenuhan Kebutuhan
Cairan dan Elektrolit Anak yang Dirawat IJONHS Volume 3 Nomor 1, Maret 2018 20
dari 10 poin yang digunakan untuk anak usia diatas 5 tahun yaitu penampilan umum,
nadi, repirasi, mata, air mata, mukosa bibir, kualitas nadi, waktu pengisian kapiler,
elastisitas kulit, urin output. Sedangkan untuk usia 1 bulan sampai 5 tahun
menggunakan penilaian dehidrasi dengan 4 poin yaitu penampilan umum, membran
mukosa, air mata, waktu pengisian kapiler (capillary refill time/CRT).(Agustin, 2018)
Cairan dan elektrolit merupakan komponen terbesar dalam tubuh manusia.
Dimana dalam tubuh terdiri dari dua jenis cairan yaitu cairan intra seluler dan cairan
ekstra seluler. Cairan intra seluler merupakan cairan yang berada dalam sel,
sedangkan cairan ekstra seluler adalah cairan yang berada di luar sel. Sekitar 60%
berat tubuh total terdiri atas air. Dari jumlah ini dua pertiga (66%) adalah cairan intra
sel. Cairan berperan penting dalam pembentukan energi, pemeliharaan tekanan
osmotik, dan transport zat-zat tubuh dan menembus membrane sel, dan satu pertiga
(33%) adalah cairan ekstra sel. Sedangkan organ utama mengatur keseimbangan
cairan tubuh adalah ginjal. Jika keseimbangan cairan tidak baik, ginjal akan
mengalami masalah. (Corwin, 2009)(Nurlina, 2018)
Pentingnya pencegahan kelebihan cairan karena jika asupan terlalu bebas
dapat menyebabkan kelebihan beban sirkulasi, edema, dan intoksikasi cairan.
Kekurangan cairan juga dapat menyebabkan dehidrasi, hipotensi dan memburuknya
fungsi ginjal. Aturan untuk asupan cairan adalah keluaran urin dalam 24 jam
ditambah 500 ml mencerminkan keluaran cairan yang tidak disadari. (Haryanti, Nisa,
2015) Mengontrol asupan cairan merupakan salah satu masalah bagi pasien yang
mendapatkan terapi dialisis, karena dalam kondisi normal manusia tidak dapat
bertahan lebih lama tanpa asupan cairan dibandingkan dengan makanan. Namun bagi
penderita penyakit gagal ginjal kronik harus melakukan pembatasan asupan cairan
untuk meningkatkan kualitas hidupnya. (Pengaruh PMA, PMDN, TK, 2020)
Cairan didalam tubuh dibagi dalam dua kompartemen utama yaitu cairan
intrasel dan ekstrasel. Volume cairan intrasel sebesar 60% dari cairan tubuh total atau
sebesar 36% dari berat badabn (BB) pada orang dewasa. Volume cairan ektrasel
sebesar 40% dari cairan tubuh total atau sebesar 24% dari BB orang dewasa.

B. ETIOLOGI
Berdasarkan (Herdman,2010) menyatakan beberapa etiologi dari gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit diantaranya sebagai berikut :
a. Risiko ketidakseimbangan cairan dan elektrolit disebabkan oleh diare,
disfungsi endokrin, ketidakseimbangan cairan misalnya dehidrasi,
intoksikasi air, adanya gangguan mekanisme regulasi misalnya diabetes
insisipidus, disfungsi ginjal, efek samping terkait pengobatan, muntah,
luka bakar, obstruksi intestinal, sepsis, cedera traumatic missal fraktur.
b. Kelebihan cairan yang disebabkan oleh kelebihan asupan cairan dan
kelebihan asupan natrium.
C. MANIFESTASI KLINIS
D. PATOFISIOLOGI
Secara umum gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit terbagi menjadi
dua yaitu ketika seseorang mengalami kekurangan cairan dan elektrolit dan ketika
seseorang dalam kondisi kelebihan cairan dan elektrolit. Patofisiologi gangguan
keseimbangan cairan danelektrolit sebagai berikut
a. Kekurangan volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan
elektrolit ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional (isotonic). Kondisi
seperti ini disebut juga hipovolemia.. Umumnya, gangguan ini diawali
dengan kehilangan cairan intravaskuler, lalu diikuti dengan perpindahan
cairan interseluler menuju intravaskuler sehingga menyebabkan penurunan
cairan ekstraseluler. Untuk mengkompensasi kondisi ini, tubuh melakukan
pemindahan cairan intraseluler. Mekanisme kompensasi pada hipovolumik
adalah peningkatan rangsangan saraf simpatis (peningkatan frekuensi
jantung, dan tekanan vaskuler), rasa haus, pelepasan hormon ADH dan
aldosteron. Hipovolumik yang berlangsung lama dapat menimbulkan gagal
ginjal akut. Defisit volume cairan disebabkan oleh beberapa hal,yaitu
kehilangan cairan abnormal melalui kulit, penurunan asupan cairan,
perdarahan dan pergerakan cairan ke lokasi ketiga (lokasi tempat cairan
berpindah dan tidak mudah untuk mengembalikanya ke lokasi semula
dalam kondisi cairan ekstraseluler istirahat). Cairan dapat berpindah dari
lokasi intravaskuler menuju lokasi potensial seperti pleura, peritonium,
perikardium, atau rongga sendi. Selain itu, kondisi tertentu, seperti
terperangkapnya cairan dalam saluran pencernaan, dapat terjadi akibat
obstruksi saluran pencernaan (Tamsuri, 2009).
b. Kondisi kelebihan volume cairan ekstraseluler disebabkan oleh adanya
stimulasi kronis ginjal untuk menahan natrium dan air, fungsi ginjal
abnormal dengan penurunan ekskresi natrium dan air, kelebihan
pemberian cairan, perpindahan cairan interstisial ke plasma. Adanya
perubahan pada membran glumerolus menyebabkan peningkatan
permeabilitas, yang memungkinkan protein (terutama albumin) keluar
melalui urin (albuminuria). Perpindahan protein keluar sistem vaskular
menyebabkan cairan plasma pindah ke ruang interstitisel, yang
menghasilkan edemadan hipovolemia. Penurunan volume vaskuler
menstimulasi sistem renin angiotensin, yang memungkinkan sekresi
aldosterondan hormon antidiuretik (ADH). Aldosteron merangsang
peningkatan reabsorbsi tubulus distal terhadap natrium dan air, yang
menyebabkan bertambahnya edema. Hiperlipidemia dapat terjadi karena
lipoprotein memiliki molekul yang lebih beratdibandingkan albumin
sehingga tidak akan hilang dalam urin (Perry & Poeter, 2005)
DAFTAR PUSTAKA
Agustin, D. A. (2018) ‘Penerapan Model Konservasi Levine’, Ijonhs, 3(1), pp. 19–24.
Nurlina (2018) ‘Penerapan Asuhan Keperawatan pada Pasien Ny.Y dengan Gagal Ginjal
Kronik dalam Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit di Ruang Hemodialisa RSUD
Labuang Baji Makassar’, Jurnal Medika Keperawatan, 9(02), pp. 151–159.
Pengaruh PMA, PMDN, TK, dan I. (2020) ‘No Title’, 2507(February), pp. 1–9.

Anda mungkin juga menyukai