Disusun oleh:
B. ETIOLOGI
Berdasarkan (Herdman,2010) menyatakan beberapa etiologi dari gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit diantaranya sebagai berikut :
a. Risiko ketidakseimbangan cairan dan elektrolit disebabkan oleh diare,
disfungsi endokrin, ketidakseimbangan cairan misalnya dehidrasi,
intoksikasi air, adanya gangguan mekanisme regulasi misalnya diabetes
insisipidus, disfungsi ginjal, efek samping terkait pengobatan, muntah,
luka bakar, obstruksi intestinal, sepsis, cedera traumatic missal fraktur.
b. Kelebihan cairan yang disebabkan oleh kelebihan asupan cairan dan
kelebihan asupan natrium.
C. MANIFESTASI KLINIS
D. PATOFISIOLOGI
Secara umum gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit terbagi menjadi
dua yaitu ketika seseorang mengalami kekurangan cairan dan elektrolit dan ketika
seseorang dalam kondisi kelebihan cairan dan elektrolit. Patofisiologi gangguan
keseimbangan cairan danelektrolit sebagai berikut
a. Kekurangan volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan
elektrolit ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional (isotonic). Kondisi
seperti ini disebut juga hipovolemia.. Umumnya, gangguan ini diawali
dengan kehilangan cairan intravaskuler, lalu diikuti dengan perpindahan
cairan interseluler menuju intravaskuler sehingga menyebabkan penurunan
cairan ekstraseluler. Untuk mengkompensasi kondisi ini, tubuh melakukan
pemindahan cairan intraseluler. Mekanisme kompensasi pada hipovolumik
adalah peningkatan rangsangan saraf simpatis (peningkatan frekuensi
jantung, dan tekanan vaskuler), rasa haus, pelepasan hormon ADH dan
aldosteron. Hipovolumik yang berlangsung lama dapat menimbulkan gagal
ginjal akut. Defisit volume cairan disebabkan oleh beberapa hal,yaitu
kehilangan cairan abnormal melalui kulit, penurunan asupan cairan,
perdarahan dan pergerakan cairan ke lokasi ketiga (lokasi tempat cairan
berpindah dan tidak mudah untuk mengembalikanya ke lokasi semula
dalam kondisi cairan ekstraseluler istirahat). Cairan dapat berpindah dari
lokasi intravaskuler menuju lokasi potensial seperti pleura, peritonium,
perikardium, atau rongga sendi. Selain itu, kondisi tertentu, seperti
terperangkapnya cairan dalam saluran pencernaan, dapat terjadi akibat
obstruksi saluran pencernaan (Tamsuri, 2009).
b. Kondisi kelebihan volume cairan ekstraseluler disebabkan oleh adanya
stimulasi kronis ginjal untuk menahan natrium dan air, fungsi ginjal
abnormal dengan penurunan ekskresi natrium dan air, kelebihan
pemberian cairan, perpindahan cairan interstisial ke plasma. Adanya
perubahan pada membran glumerolus menyebabkan peningkatan
permeabilitas, yang memungkinkan protein (terutama albumin) keluar
melalui urin (albuminuria). Perpindahan protein keluar sistem vaskular
menyebabkan cairan plasma pindah ke ruang interstitisel, yang
menghasilkan edemadan hipovolemia. Penurunan volume vaskuler
menstimulasi sistem renin angiotensin, yang memungkinkan sekresi
aldosterondan hormon antidiuretik (ADH). Aldosteron merangsang
peningkatan reabsorbsi tubulus distal terhadap natrium dan air, yang
menyebabkan bertambahnya edema. Hiperlipidemia dapat terjadi karena
lipoprotein memiliki molekul yang lebih beratdibandingkan albumin
sehingga tidak akan hilang dalam urin (Perry & Poeter, 2005)
DAFTAR PUSTAKA
Agustin, D. A. (2018) ‘Penerapan Model Konservasi Levine’, Ijonhs, 3(1), pp. 19–24.
Nurlina (2018) ‘Penerapan Asuhan Keperawatan pada Pasien Ny.Y dengan Gagal Ginjal
Kronik dalam Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit di Ruang Hemodialisa RSUD
Labuang Baji Makassar’, Jurnal Medika Keperawatan, 9(02), pp. 151–159.
Pengaruh PMA, PMDN, TK, dan I. (2020) ‘No Title’, 2507(February), pp. 1–9.