MANAJEMEN KONFLIK
Dosen Pengampu :
Ragil Arwani S.pd.I, M.Pd.
Oleh :
SAMSUL MAARIF
ABDUR ROHMAN
FAKULTAS TARBIYAH
PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
Desember 2022
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan YME atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “komunikasi yang efektif” ini dengan lancar.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang
diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah Manajemen konflik. Makalah ini ditulis
dari hasil penyusunan data-data sekunder yang penulis peroleh dari artikel yang
berkaitan dengan komunikasi yang efektif
tak lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada pengajar Mata kuliah atas
bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini. Juga kepada rekan-rekan
mahasiswa yang telah mendukung sehingga dapat diselesaikannya makalah ini.
Harapan penulis, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita
semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai Manajemen konflik
khususnya bagi penulis. Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka
penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah
yang lebih baik.
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari komunikasi yang efektif ?
2. Apasaja yang menjadi hambatan dalam komunikasi yang efektif?
3. Bagaimana struktur dan jaringan komunikasi yang efektif?
4. Bagaimana cara meningkatkan komunikasi antar individu dan
kelompok?
1
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui definisi komunikasi yang efektif
2. Mengetahui Hambatan yang ada dalam komunikasi yang efektif
3. Mengetahui struktur dan jaringan komunikasi yang efektif
4. mengetahui cara meningkatkan komunikasi antar individu dan
kelompok
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Komunikasi
Istilah komunikasi berasal dari kata Latin Communicare atau
Communis yang berarti sama atau menjadikan milik bersama. Kalau kita
berkomunikasi dengan orang lain, berartikita berusaha agarapa yang
disampaikan kepada orang lain tersebut menjadi miliknya.
3
melalui media tertentu kepada orang lain dan sesudah menerima pesan serta
memahami sejauh kemampuannya, penerima pesan menyampaikan
tanggapan melalui media tertentu pula kepada orang yang menyampaikan
pesan itu kepadanya (Agus M. Hardjana :Komunikasi intrapersonal dan
interpersonal, 2003).
B. Hambatan Komunikasi
1. Hambatan Teknis
Keterbatasan fasilitas dan peralatan komunikasi. Dari sisi teknologi,
semakin berkurang dengan adanya temuan baru dibidang kemajuan
teknologi komunikasi dan informasi, sehingga saluran komunikasi dapat
diandalkan dan efesien sebagai media komunikasi.
2. Hambatan Semantik
Gangguan semantik menjadi hambatan dalam proses penyampaian
pengertian atau secara secara efektif. Definisi semantik sebagai studi
idea atas pengertian, yang diungkapkan lewat bahasa. Kata-kata
membantu proses pertukaran timbal balik arti dan pengertian
(komunikator dan komunikan), tetapi seringkali proses penafsirannya
keliru. Tidak adanya hubungan antara Simbol (kata) dan apa yang
disimbolkan (arti atau penafsiran), dapat mengakibatkan kata yang
dipakai ditafsirkan sangat berbeda dari apa yang dimaksudkan
sebenarnya.
Untuk menghindari mis komunikasi semacam ini, seorang
komunikator harus memilih kata-kata yang tepat sesuai dengan
4
karakteristik komunikannya, dan melihat kemungkinan penafsiran
terhadap kata-kata yang dipakainya.
3. Hambatan Manusiawi
Terjadi karena adanya faktor, emosi dan prasangka pribadi, persepsi,
kecakapan atau ketidakcakapan, kemampuan atau ketidakmampuan
alat-alat pancaindera seseorang, dll.
5
tersebut akan mengembangkan pola komunikasi dengan cara
menggabungkan beberapa stuktur jaringan komunikasi. Selanjutnya yang
kedua, jaringan komunikasi ini dapat dilihat sebagai struktur yang dibentuk
secara formal oleh sebuah organisasi sebagai sarana komunikasi organisasi
tersebut.
Mata rantai tercipta ketika manusia melakukan komunikasi. Mata
rantai disini diartikan sebagai saluran komunikasi dalam lingkungan sosial
atau sebuah organisasi. Dalam suatu organisasi, mata rantai ditentukan oleh
aturan-aturan organisasi itu sendiri. Berbeda dengan mata rantai yang ada
pada lingkungan sosial yaitu ditentukan oleh hubungan interaksi antar
anggota lingkungan sosial tersebut.
Jaringan komunikasi sendiri dapat diartikan sebagai saluran atau
jalan tertentu yang digunakan untuk pertukaran informasi antar individu dan
kelompok. Sebuah jaringan komunikasi identik dengan hubungan antara
dua aktor atau lebih. Studi mengenai jaringan komunikasi memberi
penekanan pada hubungan antara satu aktor dengan aktor yang lain dalam
struktur sosial tertentu.
Dalam jaringan komunikasi terdiri dari seperangkat aktor (node)
yang dapat berupa individu, kelompok, perusahaan, organisasi atau
masyarakat dan hubungan (link) diantara aktor mungkin terjadi diantara
individu dengan individu atau terjadi diantara individu dengan kelompok
tertentu dan seterusnya.
Leavitt (1992) menyatakan bahwa jaringan komunikasi adalah
aspek struktural dari sebuah kelompok, jaringan tersebut menjelaskan
kepada kita bagaimana kelompok tetap bersatu atau terikat satu sama lain
(dalam skripsi milik Cindoswari, 2016)
Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan mengenai definisi
jaringan komunikasi yang terkait dengan penelitian ini adalah susunan atau
rangkaian hubungan diantara sejumlah individu yang muncul dikarenakan
adanya pertukaran pesan atau informasi diantara individu tersebut sehingga
terbentuklah jaringan komunikasi tertentu1
1
https://eprints.umm.ac.id/64897/3/BAB%20II.pdf
6
D. Meningkatkan komunikasi antar individu dan kelompok
7
untuk mendapatkan makna yang menyeluruh tanpa lebih dulu membuat
penilaian atau interpretasi, menuntut konsentrasi yang total.”
Disini orang dituntut untuk diam tetapi aktif. Aktif dalam
mengajukan pertanyaan, menunjukkan persetujuan dengan anggukan
kepala dan ekspresi wajah yang tepat, membuat kontak mata, berempati,
jangan berbicara berlebihan, tidak menyela pembicaraan dan
menghindari tindakan atau gerakan yang mengganggu proses
komunikasi.
Hal- hal tersebutlah dapat terjadi dalam proses bimbingan
kelompok, karena bimbingan kelompok adalah wadah dimana masing-
masing anggota kelompok belajar untuk dapat memanfaatkan semua
informasi, tanggapan/ umpan balik dari anggota kelompok lainnnya
untuk kepentingan dirinya terutama dalam mengembangkan potensi diri
anggota kelompok yang bersangkutan. Hal ini sejalan dengan pendapat
Romlah (2001:17)2
2
http://lib.unnes.ac.id/26553/1/1301411033.pdf
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Beberapa kesimpulan yang dapat disampaikan dalam tulisan ini antara lain
pentingnya seorang pemimpin dan bawahan untuk dapat membuka komunikasi
secara efektif dan efisien sehingga roda organisasi dapat berjalan dengan lancar
dalam mencapai tujuan ( goal ) yang telah ditentukan. Kemudian seluruh individu
yang tergabung dalam sistem organisasi hendaknya menyadari perlunya
ketanggapsegeraan untuk meminimalisir hambatan komunikasi yang terjadi dengan
melakukan beberapa pendekatan / solusi yang ditawarkan yaitu menciptakan
hubungan yang lebih baik. Maka itu dikatakan bahwa inti dari kepemimpinan
adalah adanya komunikasi yang berjalan dengan baik.
9
DAFTAR PUSTAKA
10