DENGAN HIPERTYROID
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 3:
1. MABRUROH (B832012003)
2. NUR AZIZEH (B832012005)
Puji syukur atas kehadirat Allah yang Maha Esa, berkat rahmat dan karunia Nya kami
dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Keperawatan Medical Bedah 2 yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Hipertyroid” dengan tepat waktu.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah membantu
kami, sehingga kami merasa lebih mudah dalam menyusun makalah ini.
Kami menyadari bahwa teknik penyusunan dan materi yang kami sajikan masih kurang
sempurna.Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang mendukung dengan tujuan
untuk menyempurnakan makalah ini.
Penyusun
Kelompok 3
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelenjar tiroid adalah salah satu dari kelenjar endokrin terbesar pada tubuh manusia.
Kelenjar ini dapat ditemui dibagian depan leher, sedikit dibawah laring Kelenjar ini, berfungsi
untuk mengatur kecepatan tubuh membakar energi, membuat protein dan mengatur sensivitas
tubuh terhadap hormon lainnya.Kelenjar tiroid mensekresi tiroksin (T4) dan triiodotironin
(T3). Kedua hormon ini, sangat meningkatkan kecepatan metabolisme tubuh. Kekurangan
total sekresi tiroid, biasanya menyebabkan penurunan metabolisme basal kira – kira 40 -50
persen dibawah normal. Bila kelebihan sekresi tiroid sangat hebat, dapat meningkatkan
kecepatan metabolisme sampai setinggi 60-100 persen diatas normal. Karena pentingnya
fungsi tiroid ini, kelainan pada kelenjar tiroid akan berpengaruh besar pada proses fisiologis
tubuh (Muttaqin, 2008).
Lokasi anatomik kelenjar tiroid sangat unik, berada di superfisial maka, nodul tiroid,
dengan mudah dapat dideteksi baik melalui pemeriksaan fisik maupun dengan menggunakan
berbagai diagnostik. Pada pemeriksaan penunjang tiroid, teraba nodul satu atau lebih maka ini
disebut struma nodusa. Struma nodusa tampa disertai tanda - tanda hipertiroidisme disebut
struma non toksik. Struma nodusa, dapat diklasifikasikan berdasarka beberapa hal yaitu
berdasarkan jumlah nodul, bila jumlah nodul hanya satu disebut struma nodusa soliter
(unidosa) dan bila lebih dari satu, disebut multinudosa. Kelainan ini sangat sering dijumpai
bahkan dapat dikatakan bahwa dari semua kelainan tiroid struma paling tidak sering ditemukan
(Sodikin,2009).
Penyakit akibat gangguan kelenjar tiroid umum terjadi, namun untungnya dapat
didiagnosa dengan cepat dan diobati dengan hasil yang sangat baik. Penyakit tiroid timbul
sebagai gangguan fungsi (hipofungsi atau hiperfungsi) atau sebagai lesi massa (pembesaran
neoplasma atau nonneoplastik, yang dikenal sebagai goiter).
B. Rumusan Masalah
1. Bagiamana Konsep penyakit tentang Hipertiroidisme/
2. Bagaimana Asuhan Keperawatan tentang Hipertiroidisme ?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk memahami tentang gangguan
hipertiroidisme pada klien.
2. Tujuan Khusus
• Untuk memahami tentang konsep penyakit hipertiroidisme
• Untuk memahami tentang konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan Hipertiroidisme.
D. Manfaat
Dengan adanya penyusunan makalah ini mampu mempermudah penyusun dan
pembaca guna memahami materi tentang sistem endokrin dengan gangguan hipertiroidsme.
Kemudian penyusunan makalah ini menambah pengalaman dan kemampuan penulis dalam
membuat sebuah makalah dan menerapkan asuhan keperawatan yang tepat kepada pasien
dengan gangguan hipertiroidisme.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian/Definisi
Hipertiroidisme (Tiroktosikosis) merupakan suatu keadaan di mana
didapatkan kelebihan hormon tiroid karena ini berhubungan dengan suatu kompleks
fisiologis dan biokimiawi yang ditemukan bila suatu jaringan memberikan hormon
tiroid berlebihan.
Hipertiroid adalah suatu ketidakseimbangan metabolik yang merupakan
akibat dari produksi hormon tiroid yang berlebihan. (Dongoes E, Marilynn , 2000 hal
708)
Hipertiroid atau Hipertiroidisme adalah suatu keadaan atau gambaran klinis
akibat produksi hormon tiroid yang berlebihan oleh kelenjar tiroid yang terlalu aktif.
Karena tiroid memproduksi hormon tiroksin dari lodium, maka lodium radiaktif dalam
dosis kecil dapat digunakan untuk mengobatinya (mengurangi intensitas fungsinya).
B. Anatomi Fisiologi
1. Anatomi
Kelenjar tiroid merupakan kelenjar berwarna merah kecoklatan dan
sangat vascular. Terletak di anterior cartilago thyroidea di bawah laring setinggi
vertebra cervicalis 5 sampai vertebra thorakalis 1. Kelenjar ini terselubungi lapisan
pretracheal dari fascia cervicalis dan terdiri atas 2 lobus, lobus dextra dan sinistra,
yang dihubungkan oleh isthmus. Beratnya kira2 25 gr tetapi bervariasi pada tiap
individu. Kelenjar tiroid sedikit lebih berat pada wanita terutama saat menstruasi
dan hamil. Lobus kelenjar tiroid seperti kerucut. Ujung apikalnya menyimpang ke
lateral ke garis oblique pada lamina cartilago thyroidea dan basisnya setinggi
cartilago trachea 4-5. Setiap lobus berukutan 5x3x2 cm. Isthmus menghubungkan
bagian bawah kedua lobus, walaupun terkadang pada beberapa orang tidak ada.
Panjang dan lebarnya kira2 1,25 cm dan biasanya anterior dari cartilgo trachea
walaupun terkadang lebih tinggi atau rendah karena kedudukan dan ukurannya
berubah.
Kelenjar ini tersusun dari bentukan bentukan bulat dengan ukuran yang
bervariasi yang disebut thyroid follicle. Setiap thyroid follicle terdiri dari sel-sel
selapis kubis pada tepinya yang disebut SEL FOLIKEL dan mengelilingi koloid di
dalamnya. Folikel ini dikelilingi jaringan ikat tipis yang kaya dengan pembuluh
darah. Sel folikel yang mengelilingi thyroid folikel ini dapat berubah sesuai dengan
aktivitas kelenjar thyroid tersebut. Ada kelenjar thyroid yang hipoaktif, sel foikel
menjadi kubis rendah, bahkan dapat menjadi pipih. Tetapi bila aktivitas kelenjar
ini tinggi, sel folikel dapat berubah menjadi silindris, dengan warna koloid yang
dapat berbeda pada setiap thyroid folikel dan sering kali terdapat Vacuola Resorbsi
pada koloid tersebut.
2. Fisiologi
Hormon tiroid dihasilkan oleh kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid memiliki dua
buah lobus, dihubungkan oleh isthmus, terletak di kartilago krokoidea di leher pada
cincin trakea ke dua dan tiga. Kelenjar tiroid berfungsi untuk pertumbuhan dan
mempercepat metabolisme. Kelenjar tiroid menghasilkan dua hormon yang
penting yaitu tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3).
Karakteristik triioditironin adalah berjumlah lebih sedikit dalam serum
karena reseptornya lebih sedikit dalam protein pengikat plasma di serum tetapi ia
lebih kuat karena memiliki banyak resptor pada jaringan. Tiroksin memiliki banyak
reseptor pada protein pengikat plasma di serum yang mengakibatkan banyaknya
jumlah hormon ini di serum, tetapi ia kurang kuat berikatan pada jaringan karena
jumlah reseptornya sedikit.
• Penyakit troboblastis
• Ambilan hormone tiroid secara berlebihan
• Pemakaian yodium yang berlebihan
• Kanker pituitari
• Obat-obatan seperti Amiodarone
D. Manifestasi Klinis
1. Peningkatan frekuensi denyut jantung
2. Peningkatan tonus otot, tremor, iritabilitas, peningkatan kepekaan terhadap
katekolamin
3. Peningkatan laju metabolisme basal, peningkatan pembentukan panas, intoleran
terhadap panas, keringat berlebihan
4. Penurunan berat badan, peningkatan rasa lapar (nafsu makan baik)
5. Peningkatan frekuensi buang air besar
6. Gondok (biasanya), yaitu peningkatan ukuran kelenjar tiroid
7. Gangguan reproduksi
8. Tidak tahan panas
9. Cepat letih
10. Tanda bruit
11. Haid sedikit dan tidak tetap
12. Pembesaran kelenjar tiroid
13. Mata melotot (exoptalmus)
E. Klasifikasi
Secara klinis pemeriksaan klinis struma nodosa dapat dibedakan menjadi
(Tonacchera, dkk, 2009):
a. Struma nodosa toxic
Struma nodosa toxic dapat dibedakan atas dua yaitu struma nodosa diffusa toxic
dan struma nodosa nodusa toxic. Istilah diffusa dan nodusa lebih mengarah kepada
perubahan bentuk anatomi dimana struma nodosa diffusa toxic akan menyebar luas
ke jaringan lain. Jika tidak diberikan tindakan medis sementara nodusa akan
memperlihatkan benjolan yang secara klinik teraba satu atau lebih benjolan
(struma nodosa multinodular toxic). Struma nodosa diffusa toxic (tiroktosikosis)
merupakan hipermetabolisme karena jaringan tubuh dipengaruhi oleh hormon
tiroid yang berlebihan dalam darah.
Penyebab tersering adalah penyakit Grave (gondok eksoftalmik/exophtalmic
struma nodosa), bentuk tiroktosikosis yang paling banyak ditemukan diantara
hipertiroidisme lainnya. Perjalanan penyakitnya tidak disadari oleh pasien
meskipun telah diiidap selama berbulan-bulan. Antibodi yang berbentuk reseptor
TSH beredar dalam sirkulasi darah, mengaktifkan reseptor tersebut dan
menyebabkan kelenjar tiroid hiperaktif.
b. Struma nodosa non toxic
Struma nodosa non toxic sama halnya dengan struma nodosa toxic yang dibagi
menjadi struma nodosa diffusa non toxic dan struma nodosa nodusa non toxic.
Struma nodosa non toxic disebabkan oleh kekurangan yodium yang kronik. Struma
nodosa ini disebut se bagai simpel struma nodosa, struma nodosa endemik, atau
struma nodosa koloid yang sering ditemukan di daerah yang air minumya kurang
sekali mengandung yodium dan goitrogen yang menghambat sintesa hormon oleh
zat kimiaStruma nodosa dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa hal yaitu
(Roy, 2011):
1) Berdasarkan jumlah nodul: bila jumlah nodul hanya satu disebut struma nodosa
soliter (uninodosa) dan bila lebih dari satu disebut struma multinodosa.
2) Berdasarkan kemampuan menyerap yodium radioaktif, ada tiga bentuk nodul
tiroid yaitu nodul dingin, hangat, dan panas. Nodul dingin apabila penangkapan
yodium tidak ada atau kurang dibandingkan dengan bagian tiroid sekitarnya.
Hal ini menunjukkan aktivitas yang rendah. Nodul hangat apabila
penangkapan yodium sama dengan sekitarnya. Ini berarti fungsi nodul sama
dengan bagian tiroid lainnya. Dan nodul panas bila penangkapan yodium lebih
banyak dari sekitarnya. Keadaan ini memperlihatkan aktivitas yang berlebih.
3) Berdasarkan konsistensinya lunak, kistik, keras dan sangat keras.
F. Patofisiologi
Penyebab hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves, goiter toksika. Pada
kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar dua sampai tiga kali
dari ukuran normalnya, disertai dengan banyak hiperplasia dan lipatan-lipatan sel-sel
folikel ke dalam folikel, sehingga jumlah sel-sel ini lebih meningkat beberapa kali
dibandingkan dengan pembesaran kelenjar. Juga, setiap sel meningkatkan kecepatan
sekresinya beberapa kali lipat dengan kecepatan 5-15 kali lebih besar daripada normal.
Pada hipertiroidisme, kosentrasi TSH plasma menurun, karena ada sesuatu yang
“menyerupai” TSH, Biasanya bahan – bahan ini adalah antibodi immunoglobulin yang
disebut TSI (Thyroid Stimulating Immunoglobulin), yang berikatan dengan reseptor
membran yang sama dengan reseptor yang mengikat TSH. Bahan – bahan tersebut
merangsang aktivasi cAMP dalam sel, dengan hasil akhirnya adalah hipertiroidisme.
Karena itu pada pasien hipertiroidisme kosentrasi TSH menurun, sedangkan
konsentrasi TSI meningkat. Bahan ini mempunyai efek perangsangan yang panjang
pada kelenjar tiroid, yakni selama 12 jam, berbeda dengan efek TSH yang hanya
berlangsung satu jam. Tingginya sekresi hormon tiroid yang disebabkan oleh TSI
selanjutnya juga menekan pembentukan TSH oleh kelenjar hipofisis anterior.
Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid “dipaksa” mensekresikan hormon hingga diluar
batas, sehingga untuk memenuhi pesanan tersebut, sel-sel sekretori kelenjar tiroid
membesar. Gejala klinis pasien yang sering berkeringat dan suka hawa dingin
termasuk akibat dari sifat hormon tiroid yang kalorigenik, akibat peningkatan laju
metabolisme tubuh yang diatas normal. Bahkan akibat proses metabolisme yang
menyimpang ini, terkadang penderita hipertiroidisme mengalami kesulitan tidur. Efek
pada kepekaan sinaps saraf yang mengandung tonus otot sebagai akibat dari
hipertiroidisme ini menyebabkan terjadinya tremor otot yang halus dengan frekuensi
10-15 kali perdetik, sehingga penderita mengalami gemetar tangan yang abnormal.
Nadi yang takikardi atau diatas normal juga merupakan salah satu efek hormon tiroid
pada sistem kardiovaskuler. Eksopthalmus yang terjadi merupakan reaksi inflamasi
autoimun yang mengenai daerah jaringan periorbital dan otot-otot ekstraokuler,
akibatnya bola mata terdesak keluar.
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan diantaranya yaitu (Norman, 2011) :
a. Thyroid-stimulating hormone (TSH) yang dihasilkan oleh hipofisis akan menurun
pada hipertiroidisme. Dengan demikian, diagnosis hipertiroidisme hampir selalu
dikaitkan dengan kadar TSH yang rendah. Jika kadar TSH tidak rendah, maka tes
lain harus dijalankan.
b. Hormon tiroid sendiri (T3, T4) akan meningkat. Bagi pasien dengan hipertiroidisme,
mereka harus memiliki tingkat hormon tiroid yang tinggi. Terkadang semua hormon
tiroid yang berbeda tidak tinggi dan hanya satu atau dua pengukuran hormon tiroid
yang berbeda dan tinggi. Hal ini tidak terlalu umum, kebanyakan orang dengan
hipertiroid akan memiliki semua pengukuran hormon tiroid tinggi (kecuali TSH).
c. Yodium tiroid scan akan menunjukkan jika penyebabnya adalah nodul tunggal atau
seluruh kelenjar.
H. Penatalaksanaan
1. Konservatif
Tata laksana penyakit Graves
a. Obat Anti-Tiroid. Obat ini menghambat produksi hormon tiroid. Jika dosis
berlebih, pasien mengalami gejala hipotiroidisme.Contoh obat adalah
sebagai berikut :
• Thioamide
• Methimazole dosis awal 20 -30 mg/hari
• Propylthiouracil (PTU) dosis awal 300 – 600 mg/hari, dosis
maksimal 2.000 mg/hari
• Potassium Iodide
• Sodium Ipodate
• Anion Inhibitor
b. Beta-adrenergic reseptor antagonist. Obat ini adalah untuk mengurangi
gejalagejala hipotiroidisme. Contoh: Propanolol Indikasi :
1) Mendapat remisi yang menetap atau memperpanjang remisi pada
pasien muda dengan struma ringan –sedang dan tiroktosikosis
2) Untuk mengendalikan tiroktosikosis pada fase sebelum pengobatan
atau sesudah pengobatan yodium radioaktif
3) Persiapan tiroidektomi
4) Pasien hamil, usia lanjut
5) Krisis tiroid
2. Surgical
• Radioaktif iodine. Tindakan ini adalah untuk memusnahkan kelenjar tiroid
yang hiperaktif
• Thyroidectomy, yaitu Tindakan pembedahan untuk mengangkat kelenjar
tyroid yang membesar.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas pasien : nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, alamat.
b. Keluhan utama : biasanya px mengeluh seperti BB turun meskipun nafsu makan
meningkat, diare, tidak tahan terhadap panas, berkeringat banyak, palpitasi, nyeri
dada.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Menanyakan proses terjadinya penyakit tersebut seperti, mulai kapan merasakan
sakitnya, apakah pasien mempunyai riwayat mudah marah atau tersinggung, serta
apakah pernah memperoleh pengobatan sebelumnya dan apa saja terapi yang
sudah diberikan.
d. Riwayat kesehatan dahulu Biasanya pasien pernah memperoleh pengobatan
dengan hormon tiroid yang berlebihan.
e. Riwayat kesehatan keluarga Tanyakan apakah keluarga px pernah mengalami
penyakit yang sama, atau penyakit lainnya seperti DM, HT, dll.
f. Riwayat psikososial
Psikologi px sangat gelisah, emosilabil, nervous/gugup.
g. Pola-pola fungsi kesehatan
• Pola nutrisi : biasanya terjadi perubahan nutrisi seperti nafsu makan
meningkat. Dan BB menurun.
• Pola tidur dan istirahat: biasanya pasien mengalami gangguan tidur.
• Pola aktivitas Pasien biasanya mengeluh cepat lelah bila melakukan
aktifitas.
h. Pemeriksaan:
• Keadaan umum : lemah
TD : tekanan darah biasanya meningkat
BB : pada pasien hipertiriodisme biasanya terjadi BB yang turun N : meningkat
• Pemeriksaan fisik
a. Status mental seperti perhatian pendek, emosi labil, tremor, gelisah,
gugup/nervous.
d. Perubahan pada mata seperti Lid lag, glove lag, diplopia, dan
penglihatan kabur.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung b/d penurunan waktu pengisian diastol akibat
peningkatan frekuensi jantung.
6. Gangguan proses berfikir b/d emosi yang tidak stabil dan perhatian yang
menyempit.
3. Intervensi Keperawatan
1. Dx : Penurunan curah jantung b/d penurunan waktu pengisian diastol akibat
peningkatan frekuensi jantung.
Intervensi Keperawatan:
c. Upayakan klien dapat istirahat,tempatkan klien di ruang yang tenang dan jauh
dari stimulus.
Intervensi Keperawatan :
Tujuan : Klien tidak mengalami penurunan visus yang lebih buruk dan tidak terjadi
trauma / cedera pada mata.
Intervensi Keperawatan :
a. Anjurkan pada klien bila tidur dengan posisi elevasi kepala.
d. Jika klien tidak dapat menutup mata rapat pada saat tidur, gunakan plester non
alergi.
e. Berikan obat-obat steroid sesuai program. Pada kasus-kasus yang berat, biasanya
dokter memberikan obat-obat untuk mengurangi edema seperti steroid dan
diuretik.
4. Contoh Kasus
Ny “A” usia 31 th datang ke RS Sehat Medika dengan keluhan dada terasa
berdebar-debar, badan gemetar, napas terasa sesak sejak 1 minggu yang lalu. Pasien
mengeluh timbulnya benjolan di area leher. Nafsu makan meningkat disertai diare kurang
lebih 1 minggu yang lalu. Penglihatan mata kabur, sulit menutup mata sehingga pasien sulit
tidur yang mengakibatkan badannya terasa lelah dan lemah.
1. Pengkajian
A. Biodata
Nama : Ny “A”
Usia : 31 th
Agama : Islam
Pendidikan: SMA
Pekerjaan : IRT
Dx Medis : Hipertiroid
B. Keluhan Utama
Jantung berdebar-debar, badan gemetar, napas terasa sesak sejak 1 minggu yang lalu..
C. Riwayat Kesehatan sekarang
F. Pola-pola kesehatan
- Pola Nutrisi : pasien mengalami gangguan nutrisi seperti nafsu makan meningkat, BB
menurun, diare.
- Pola Aktifitas : pasien mengatakan cepat lelah saat aktifitas, badan terasa lemah.
Palpasi : Vokal fremitus kanan/kiri sama, nyeri dada. Perkusi: Sonor, Auskultasi :
Suara napas vesikuler.
• B2 (Blood):
Perkusi : -
• B3 (Brain) :
• B4 (Bladder):
• B5 (Bowel) :
• B6 (Bone):
KO : 3 3
2. Diagnosa keperawatan
- Dx : Penurunan curah jantung b/d penurunan waktu pengisian diastol
akibat peningkatan frekuensi jantung.
- Dx : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d efek hiperkatabolisme.
3. Intervensi
1. Dx : Penurunan curah jantung b/d penurunan waktu pengisian diastol akibat
peningkatan frekuensi jantung.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam Fungsi kardiovaskuler
kembali normal.
Kriteria hasil :- pasien mengungkapkan rasa berdebar-debar
berkurang. - Rasa sesak dan kelelahan berkurang.
Intervensi Keperawatan:
1. Berikan posisi nyaman kepada pasien. R/ memberikan rasa nyaman kepada
pasien.
2. Berikan O2 sesuai dengan kebutuhan.
R/ : memberikan kebutuhan oksigen pasien/ mencegah hipoksia.
3. Observasi setiap ± 4 jam tekanan darah, nadi dan suhu tubuh.
R/ : Hipotensi umum atau ortostatik dapat terjadi sebagai akibat dari vasodilatasi
perifer yang berlebihan dan penurunan volume sirkulasi.
4. Anjurkan pasien beristirahat dan mengurangi aktifitas pasien serta
tempatkan klien di ruang yang tenang.
R/ : Istirahat dapat memulihkan kondisi pasien, mencegah kelelahan.
Intervensi Keperawatan :
1. Berikan makanan TKTP dan makanan kecil diantara waktu
makan.
R/ : memenuhi kebutuhan nutrisi pasien yg adekuat.
4. Implementasi
5. Evaluasi
1. Pasien mengungkapkan ada peningkatan tenaga, dapat
melakukan aktifitas tanpa rasa lelah walau sedikit-sedikit.
2. Pasien mengungkapkan rasa sesak berkurang
3. Peningkatan nadi berkurang.
4. Kecemasan berkurang.
5. Melaporkan asupan diet yang adekuat dan berkurangnya rasa lapar.
6. Berat badan pasien mulai bertambah.
7. Informasi kesehatan terpenuhi
BAB IV
PENUTUP
A Kesimpulan
Hipertiroidsm adalah suatu gangguan akibat kelebihan hormon tiroid.
Hipertiroidsm ditandai oleh kegelisahan, penurunan berat badan, hiperfagia,
intoleransi panas, penngkatan tekanan nadi, tremor halus bila jari diluruskan, kulit
hangat dan lembut, dan berkeringat. Penyakit ini memiliki banyak penyebab,
namun penyebab tersering adalah penyakit graves ( hipertiroidsm graves ) yang
membentuk 60 – 80 % kasus. Penyakit ini adalah penyakit otoimun yang
mengakibatkan terbentuknua otoantibodi terhadap reseptor TSH yang
merangsang reseptor tersebut. Hal ini menyebabkan peningkatan sekresi T3 dan
T4 dan membesarnya kelenjar tiroid. Namun akibat umpan balik T3 dan T4, TSH
tetap rendah, tidak tinggi.
B Saran
Setelah memperoleh kesimpulan tentang konsep penyakit pada gangguan
hipertiroidsm dan konsep asuhan keperawatannya, maka penyusun dapat
mengemukakan saran sebagai berikut :
1. Bagi Pembaca
Rumahorbo, Hotma. 1999. Asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem endokrin.
Jakarta: EGC.