Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN HIPERTYROID

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 3:

1. MABRUROH (B832012003)
2. NUR AZIZEH (B832012005)

PRODI S1 KEPERAWATAN (NON REGULER)


STIKES NAZHATUT THULLAB SAMPANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah yang Maha Esa, berkat rahmat dan karunia Nya kami
dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Keperawatan Medical Bedah 2 yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Hipertyroid” dengan tepat waktu.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah membantu
kami, sehingga kami merasa lebih mudah dalam menyusun makalah ini.

Kami menyadari bahwa teknik penyusunan dan materi yang kami sajikan masih kurang
sempurna.Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang mendukung dengan tujuan
untuk menyempurnakan makalah ini.

Penyusun

Kelompok 3
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...................................................................................................................


Daftar isi .............................................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ...............................................................................................................
1.2 .Rumusan Masalah ........................................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan ...........................................................................................................
1.4 Manfaat .........................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1.Definisi .........................................................................................................................
2.2.Anatomi Fisiologi..........................................................................................................
2.3.Etiologi ..........................................................................................................................
2.4.Manifestasi klinis ..........................................................................................................
2.5.Klasifikasi .....................................................................................................................
2.6.Patofisiologi ..................................................................................................................
2.7.Pemeriksaan penunjang .................................................................................................
2.8.Penatalaksanaan ............................................................................................................
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
1.Asuhan keperawatan ........................................................................................................
2.Pengkajian ........................................................................................................................
3.Diagnosa ...........................................................................................................................
4.Intervensi ..........................................................................................................................
5.Evaluasi ............................................................................................................................
6.Discharge planning...........................................................................................................
BAB IV PENUTUP
1.Kesimpulan ......................................................................................................................
2.Saran .................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan masyarakat perkotaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya


lingkungan, perilaku, akses pelayanan kesehatan dan kependudukan gaya hidup masyarakat
perkotaan saat ini, yang sering mengkonsumsi pola makan yang kurang sehat dan kurangnya
olahraga. Dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat perkotaan itu sendiri. Keadaan ini
memicu berbagai jenis penyakit yang diderita oleh masyarakat perkotaan. Salah satunya adalah
pembengkakan pada leher atau biasa disebut struma nodusa atau gondok. Penyebab struma
nodusa antara lain terpaparnya oleh goitrogen, pencemaran lingkungan, gangguan hormonal
dan riwayat radiasi pada area kepala dan leher. Goiter pembesaran kelenjar tiroid atau gondok
adalah salah satu cara mekanisme kompensasi tubuh terhadap kurangnya unsur yodium dalam
makanan dan minuman. Keadaan ini, dapat menghambat pembentukan hormon tiroid oleh
kelenjar tiroid. Goiter endemik, sering terdapat di daerah-daerah yang air minumya kurang
mengandung yodium. Di Indonesia, banyak terdapat di daerah pegunungan, namun ada juga
yang ditemukan di dataran rendah ditepi pantai, seperti Minangkabau, Dairi, Jawa, Bali dan
Sulawesi (Anies, 2008).

Kelenjar tiroid adalah salah satu dari kelenjar endokrin terbesar pada tubuh manusia.
Kelenjar ini dapat ditemui dibagian depan leher, sedikit dibawah laring Kelenjar ini, berfungsi
untuk mengatur kecepatan tubuh membakar energi, membuat protein dan mengatur sensivitas
tubuh terhadap hormon lainnya.Kelenjar tiroid mensekresi tiroksin (T4) dan triiodotironin
(T3). Kedua hormon ini, sangat meningkatkan kecepatan metabolisme tubuh. Kekurangan
total sekresi tiroid, biasanya menyebabkan penurunan metabolisme basal kira – kira 40 -50
persen dibawah normal. Bila kelebihan sekresi tiroid sangat hebat, dapat meningkatkan
kecepatan metabolisme sampai setinggi 60-100 persen diatas normal. Karena pentingnya
fungsi tiroid ini, kelainan pada kelenjar tiroid akan berpengaruh besar pada proses fisiologis
tubuh (Muttaqin, 2008).

Hipertiroid di Indonesia masih banyak dijumpai, karena hipertiroid dapat disebabkan


beberapa penyebab antara lain : penyakit Graves (75%) Hipertiroid dapat terjadi di daerah
endemik maupun cukup yodium, sehingga masyarakat yang mengalami hipertiroid ini
memerlukan perawatan dan pengobatan yang baik. Hipertiroid lebih banyak pada wanita
dibandingkan pria dengan rasio 1:5, dan banyak terjadi di usia pertengahan. Beberapa
kepustakaan luar negeri menyebutkan insidensinya masa anak diperkirakan 1/100.000 anak
per tahun. Mulai 0,1/100.000 anak per tahun untuk anak usia 0-4 tahun meningkat sampai
dengan 3/100.000 anak per tahun pada usia remaja . Hipertiroid menyebabkan kelainan pada
banyak organ salah satunya pada sistem kardiovaskular. Beberapa studi dan penelitian
mengemukakan bahwa terjadi atrial fibrilasi 33 dari 47% pasien dengan umur lebih dari 60
tahun. Serta kurang dari 1% kasus serangan baru atrial fibrilasi disebabkan hipertiroid. Dan
penelitian yang dilakukan oleh Nakazawa melaporkan 11.345 pasien dengan hipertiroid 288
kasus disertai atrial fibrilasi, 6 kasus mengalami emboli sistemik, diantaranya mengalami
gagal jantung

Lokasi anatomik kelenjar tiroid sangat unik, berada di superfisial maka, nodul tiroid,
dengan mudah dapat dideteksi baik melalui pemeriksaan fisik maupun dengan menggunakan
berbagai diagnostik. Pada pemeriksaan penunjang tiroid, teraba nodul satu atau lebih maka ini
disebut struma nodusa. Struma nodusa tampa disertai tanda - tanda hipertiroidisme disebut
struma non toksik. Struma nodusa, dapat diklasifikasikan berdasarka beberapa hal yaitu
berdasarkan jumlah nodul, bila jumlah nodul hanya satu disebut struma nodusa soliter
(unidosa) dan bila lebih dari satu, disebut multinudosa. Kelainan ini sangat sering dijumpai
bahkan dapat dikatakan bahwa dari semua kelainan tiroid struma paling tidak sering ditemukan
(Sodikin,2009).

Penyakit akibat gangguan kelenjar tiroid umum terjadi, namun untungnya dapat
didiagnosa dengan cepat dan diobati dengan hasil yang sangat baik. Penyakit tiroid timbul
sebagai gangguan fungsi (hipofungsi atau hiperfungsi) atau sebagai lesi massa (pembesaran
neoplasma atau nonneoplastik, yang dikenal sebagai goiter).
B. Rumusan Masalah
1. Bagiamana Konsep penyakit tentang Hipertiroidisme/
2. Bagaimana Asuhan Keperawatan tentang Hipertiroidisme ?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk memahami tentang gangguan
hipertiroidisme pada klien.
2. Tujuan Khusus
• Untuk memahami tentang konsep penyakit hipertiroidisme
• Untuk memahami tentang konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan Hipertiroidisme.

D. Manfaat
Dengan adanya penyusunan makalah ini mampu mempermudah penyusun dan
pembaca guna memahami materi tentang sistem endokrin dengan gangguan hipertiroidsme.
Kemudian penyusunan makalah ini menambah pengalaman dan kemampuan penulis dalam
membuat sebuah makalah dan menerapkan asuhan keperawatan yang tepat kepada pasien
dengan gangguan hipertiroidisme.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian/Definisi
Hipertiroidisme (Tiroktosikosis) merupakan suatu keadaan di mana
didapatkan kelebihan hormon tiroid karena ini berhubungan dengan suatu kompleks
fisiologis dan biokimiawi yang ditemukan bila suatu jaringan memberikan hormon
tiroid berlebihan.
Hipertiroid adalah suatu ketidakseimbangan metabolik yang merupakan
akibat dari produksi hormon tiroid yang berlebihan. (Dongoes E, Marilynn , 2000 hal
708)
Hipertiroid atau Hipertiroidisme adalah suatu keadaan atau gambaran klinis
akibat produksi hormon tiroid yang berlebihan oleh kelenjar tiroid yang terlalu aktif.
Karena tiroid memproduksi hormon tiroksin dari lodium, maka lodium radiaktif dalam
dosis kecil dapat digunakan untuk mengobatinya (mengurangi intensitas fungsinya).
B. Anatomi Fisiologi
1. Anatomi
Kelenjar tiroid merupakan kelenjar berwarna merah kecoklatan dan
sangat vascular. Terletak di anterior cartilago thyroidea di bawah laring setinggi
vertebra cervicalis 5 sampai vertebra thorakalis 1. Kelenjar ini terselubungi lapisan
pretracheal dari fascia cervicalis dan terdiri atas 2 lobus, lobus dextra dan sinistra,
yang dihubungkan oleh isthmus. Beratnya kira2 25 gr tetapi bervariasi pada tiap
individu. Kelenjar tiroid sedikit lebih berat pada wanita terutama saat menstruasi
dan hamil. Lobus kelenjar tiroid seperti kerucut. Ujung apikalnya menyimpang ke
lateral ke garis oblique pada lamina cartilago thyroidea dan basisnya setinggi
cartilago trachea 4-5. Setiap lobus berukutan 5x3x2 cm. Isthmus menghubungkan
bagian bawah kedua lobus, walaupun terkadang pada beberapa orang tidak ada.
Panjang dan lebarnya kira2 1,25 cm dan biasanya anterior dari cartilgo trachea
walaupun terkadang lebih tinggi atau rendah karena kedudukan dan ukurannya
berubah.
Kelenjar ini tersusun dari bentukan bentukan bulat dengan ukuran yang
bervariasi yang disebut thyroid follicle. Setiap thyroid follicle terdiri dari sel-sel
selapis kubis pada tepinya yang disebut SEL FOLIKEL dan mengelilingi koloid di
dalamnya. Folikel ini dikelilingi jaringan ikat tipis yang kaya dengan pembuluh
darah. Sel folikel yang mengelilingi thyroid folikel ini dapat berubah sesuai dengan
aktivitas kelenjar thyroid tersebut. Ada kelenjar thyroid yang hipoaktif, sel foikel
menjadi kubis rendah, bahkan dapat menjadi pipih. Tetapi bila aktivitas kelenjar
ini tinggi, sel folikel dapat berubah menjadi silindris, dengan warna koloid yang
dapat berbeda pada setiap thyroid folikel dan sering kali terdapat Vacuola Resorbsi
pada koloid tersebut.
2. Fisiologi
Hormon tiroid dihasilkan oleh kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid memiliki dua
buah lobus, dihubungkan oleh isthmus, terletak di kartilago krokoidea di leher pada
cincin trakea ke dua dan tiga. Kelenjar tiroid berfungsi untuk pertumbuhan dan
mempercepat metabolisme. Kelenjar tiroid menghasilkan dua hormon yang
penting yaitu tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3).
Karakteristik triioditironin adalah berjumlah lebih sedikit dalam serum
karena reseptornya lebih sedikit dalam protein pengikat plasma di serum tetapi ia
lebih kuat karena memiliki banyak resptor pada jaringan. Tiroksin memiliki banyak
reseptor pada protein pengikat plasma di serum yang mengakibatkan banyaknya
jumlah hormon ini di serum, tetapi ia kurang kuat berikatan pada jaringan karena
jumlah reseptornya sedikit.

Proses pembentukan hormon tiroid adalah:


1. Proses penjeratan ion iodida dengan mekanisme pompa iodida. Pompa ini dapat
memekatkan iodida kira-kira 30 kali konsentrasinya di dalam darah
2. Proses pembentukan tiroglobulin. Tiroglobulin adalah glikoprotein besar yang
nantinya akan mensekresi hormon tiroid;
3. Proses pengoksidasian ion iodida menjadi iodium. Proses ini dibantu oleh
enzim peroksidase dan hidrogen peroksidase.
4. Proses iodinasi asam amino tirosin. Pada proses ini iodium (I) akan
menggantikan hidrogen (H) pada cincin benzena tirosin. Hal ini dapat terjadi
karena afinitas iodium terhadap oksigen (O) pada cincin benzena lebih besar
daripada hidrogen. Proses ini dibantu oleh enzim iodinase agar lebih cepat.
5. Proses organifikasi tiroid. Pada proses ini tirosin yang sudah teriodinasi (jika
teriodinasi oleh satu unsur I dinamakan monoiodotirosin dan jika dua unsur I
menjadi diiodotirosin)
6. Proses coupling (penggandengan tirosin yang sudah teriodinasi). Jika
monoiodotirosin bergabung dengan diiodotirosin maka akan menjadi
triiodotironin. Jika dua diiodotirosin bergabung akan menjadi tetraiodotironin
atau yang lebih sering disebut tiroksin. Hormon tiroid tidak larut dalam air jadi
untuk diedarkan dalam darah harus dibungkus oleh senyawa lain, dalam hal ini
tiroglobulin. Tiroglobulin ini juga sering disebut protein pengikat plasma.
Ikatan protein pengikat plasma dengan hormon tiroid terutama tiroksin sangat
kuat jadi tiroksin lama keluar dari protein ini. Sedangkan triiodotironin lebih
mudah dilepas karena ikatannya lebih lemah.
C. Etiologi
• Beberapa penyakit yang menyebabkan Hipertiroid yaitu :
1. Penyakit Graves
Penyakit ini disebabkan oleh kelenjar tiroid yang oberaktif dan merupakan
penyebab hipertiroid yang paling sering dijumpai. Penyakit ini biasanya turunan.
Wanita 5 kali lebih sering daripada pria. Di duga penyebabnya adalah penyakit
autonoium, dimana antibodi yang ditemukan dalam peredaran darah yaitu tyroid
stimulating.
Immunogirobulin (TSI antibodies), Thyroid peroksidase antibodies (TPO)
dan TSH receptor antibodies (TRAB). Pencetus kelainan ini adalah stres, merokok,
radiasi, kelainan mata dan kulit, penglihatan kabur, sensitif terhadap sinar, terasa
seperti ada pasir di mata, mata dapat menonjol keluar hingga double
vision.Penyakit mata ini sering berjalan sendiri dan tidak tergantung pada tinggi
rendahnya hormon tiroid. Gangguan kulit menyebabkan kulit jadi merah,
kehilangan rasa sakit, serta berkeringat banyak.
2. Toxic Nodular Goiter
Benjolan leher akibat pembesaran tiroid yang berbentuk biji padat, bisa
satu atau banyak. Kata toxic berarti hipertiroid, sedangkan nodule atau biji itu tidak
terkontrol oleh TSH sehingga memproduksi hormon tiroid yang berlebihan.
3. Minum obat Hormon Tiroid berlebihan
Keadaan demikian tidak jarang terjadi, karena periksa laboratorium dan
kontrol ke dokter yang tidak teratur. Sehingga pasien terus minum obat tiroid, ada
pula orang yang minum hormon tiroid dengan tujuan menurunkan badan hingga
timbul efek samping
4. Produksi TSH yang Abnormal
Produksi TSH kelenjar hipofisis dapat memproduksi TSH berlebihan,
sehingga merangsang tiroid mengeluarkan T3 dan T4 yang banyak.
5. Tiroiditis (Radang kelenjar Tiroid)
Tiroiditis sering terjadi pada ibu setelah melahirkan, disebut tiroiditis
pasca persalinan, dimana pada fase awal timbul keluhan hipertiorid, 2-3 bulan
kemudian keluar gejala hpotiroid
6. Konsumsi Yoidum Berlebihan
Bila konsumsi berlebihan bisa menimbulkan hipertiroid, kelainan ini
biasanya timbul apabila sebelumnya si pasien memang sudah ada kelainan kelenjar
tiroid.
• Penyebab Utama
• Penyakit Grave
• Toxic multinodular goitre
• Solitary toxic adenoma
• Penyebab Lain

• Penyakit troboblastis
• Ambilan hormone tiroid secara berlebihan
• Pemakaian yodium yang berlebihan
• Kanker pituitari
• Obat-obatan seperti Amiodarone
D. Manifestasi Klinis
1. Peningkatan frekuensi denyut jantung
2. Peningkatan tonus otot, tremor, iritabilitas, peningkatan kepekaan terhadap
katekolamin
3. Peningkatan laju metabolisme basal, peningkatan pembentukan panas, intoleran
terhadap panas, keringat berlebihan
4. Penurunan berat badan, peningkatan rasa lapar (nafsu makan baik)
5. Peningkatan frekuensi buang air besar
6. Gondok (biasanya), yaitu peningkatan ukuran kelenjar tiroid
7. Gangguan reproduksi
8. Tidak tahan panas
9. Cepat letih
10. Tanda bruit
11. Haid sedikit dan tidak tetap
12. Pembesaran kelenjar tiroid
13. Mata melotot (exoptalmus)
E. Klasifikasi
Secara klinis pemeriksaan klinis struma nodosa dapat dibedakan menjadi
(Tonacchera, dkk, 2009):
a. Struma nodosa toxic
Struma nodosa toxic dapat dibedakan atas dua yaitu struma nodosa diffusa toxic
dan struma nodosa nodusa toxic. Istilah diffusa dan nodusa lebih mengarah kepada
perubahan bentuk anatomi dimana struma nodosa diffusa toxic akan menyebar luas
ke jaringan lain. Jika tidak diberikan tindakan medis sementara nodusa akan
memperlihatkan benjolan yang secara klinik teraba satu atau lebih benjolan
(struma nodosa multinodular toxic). Struma nodosa diffusa toxic (tiroktosikosis)
merupakan hipermetabolisme karena jaringan tubuh dipengaruhi oleh hormon
tiroid yang berlebihan dalam darah.
Penyebab tersering adalah penyakit Grave (gondok eksoftalmik/exophtalmic
struma nodosa), bentuk tiroktosikosis yang paling banyak ditemukan diantara
hipertiroidisme lainnya. Perjalanan penyakitnya tidak disadari oleh pasien
meskipun telah diiidap selama berbulan-bulan. Antibodi yang berbentuk reseptor
TSH beredar dalam sirkulasi darah, mengaktifkan reseptor tersebut dan
menyebabkan kelenjar tiroid hiperaktif.
b. Struma nodosa non toxic
Struma nodosa non toxic sama halnya dengan struma nodosa toxic yang dibagi
menjadi struma nodosa diffusa non toxic dan struma nodosa nodusa non toxic.
Struma nodosa non toxic disebabkan oleh kekurangan yodium yang kronik. Struma
nodosa ini disebut se bagai simpel struma nodosa, struma nodosa endemik, atau
struma nodosa koloid yang sering ditemukan di daerah yang air minumya kurang
sekali mengandung yodium dan goitrogen yang menghambat sintesa hormon oleh
zat kimiaStruma nodosa dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa hal yaitu
(Roy, 2011):
1) Berdasarkan jumlah nodul: bila jumlah nodul hanya satu disebut struma nodosa
soliter (uninodosa) dan bila lebih dari satu disebut struma multinodosa.
2) Berdasarkan kemampuan menyerap yodium radioaktif, ada tiga bentuk nodul
tiroid yaitu nodul dingin, hangat, dan panas. Nodul dingin apabila penangkapan
yodium tidak ada atau kurang dibandingkan dengan bagian tiroid sekitarnya.
Hal ini menunjukkan aktivitas yang rendah. Nodul hangat apabila
penangkapan yodium sama dengan sekitarnya. Ini berarti fungsi nodul sama
dengan bagian tiroid lainnya. Dan nodul panas bila penangkapan yodium lebih
banyak dari sekitarnya. Keadaan ini memperlihatkan aktivitas yang berlebih.
3) Berdasarkan konsistensinya lunak, kistik, keras dan sangat keras.
F. Patofisiologi
Penyebab hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves, goiter toksika. Pada
kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar dua sampai tiga kali
dari ukuran normalnya, disertai dengan banyak hiperplasia dan lipatan-lipatan sel-sel
folikel ke dalam folikel, sehingga jumlah sel-sel ini lebih meningkat beberapa kali
dibandingkan dengan pembesaran kelenjar. Juga, setiap sel meningkatkan kecepatan
sekresinya beberapa kali lipat dengan kecepatan 5-15 kali lebih besar daripada normal.
Pada hipertiroidisme, kosentrasi TSH plasma menurun, karena ada sesuatu yang
“menyerupai” TSH, Biasanya bahan – bahan ini adalah antibodi immunoglobulin yang
disebut TSI (Thyroid Stimulating Immunoglobulin), yang berikatan dengan reseptor
membran yang sama dengan reseptor yang mengikat TSH. Bahan – bahan tersebut
merangsang aktivasi cAMP dalam sel, dengan hasil akhirnya adalah hipertiroidisme.
Karena itu pada pasien hipertiroidisme kosentrasi TSH menurun, sedangkan
konsentrasi TSI meningkat. Bahan ini mempunyai efek perangsangan yang panjang
pada kelenjar tiroid, yakni selama 12 jam, berbeda dengan efek TSH yang hanya
berlangsung satu jam. Tingginya sekresi hormon tiroid yang disebabkan oleh TSI
selanjutnya juga menekan pembentukan TSH oleh kelenjar hipofisis anterior.
Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid “dipaksa” mensekresikan hormon hingga diluar
batas, sehingga untuk memenuhi pesanan tersebut, sel-sel sekretori kelenjar tiroid
membesar. Gejala klinis pasien yang sering berkeringat dan suka hawa dingin
termasuk akibat dari sifat hormon tiroid yang kalorigenik, akibat peningkatan laju
metabolisme tubuh yang diatas normal. Bahkan akibat proses metabolisme yang
menyimpang ini, terkadang penderita hipertiroidisme mengalami kesulitan tidur. Efek
pada kepekaan sinaps saraf yang mengandung tonus otot sebagai akibat dari
hipertiroidisme ini menyebabkan terjadinya tremor otot yang halus dengan frekuensi
10-15 kali perdetik, sehingga penderita mengalami gemetar tangan yang abnormal.
Nadi yang takikardi atau diatas normal juga merupakan salah satu efek hormon tiroid
pada sistem kardiovaskuler. Eksopthalmus yang terjadi merupakan reaksi inflamasi
autoimun yang mengenai daerah jaringan periorbital dan otot-otot ekstraokuler,
akibatnya bola mata terdesak keluar.
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan diantaranya yaitu (Norman, 2011) :
a. Thyroid-stimulating hormone (TSH) yang dihasilkan oleh hipofisis akan menurun
pada hipertiroidisme. Dengan demikian, diagnosis hipertiroidisme hampir selalu
dikaitkan dengan kadar TSH yang rendah. Jika kadar TSH tidak rendah, maka tes
lain harus dijalankan.
b. Hormon tiroid sendiri (T3, T4) akan meningkat. Bagi pasien dengan hipertiroidisme,
mereka harus memiliki tingkat hormon tiroid yang tinggi. Terkadang semua hormon
tiroid yang berbeda tidak tinggi dan hanya satu atau dua pengukuran hormon tiroid
yang berbeda dan tinggi. Hal ini tidak terlalu umum, kebanyakan orang dengan
hipertiroid akan memiliki semua pengukuran hormon tiroid tinggi (kecuali TSH).
c. Yodium tiroid scan akan menunjukkan jika penyebabnya adalah nodul tunggal atau
seluruh kelenjar.

H. Penatalaksanaan
1. Konservatif
Tata laksana penyakit Graves
a. Obat Anti-Tiroid. Obat ini menghambat produksi hormon tiroid. Jika dosis
berlebih, pasien mengalami gejala hipotiroidisme.Contoh obat adalah
sebagai berikut :
• Thioamide
• Methimazole dosis awal 20 -30 mg/hari
• Propylthiouracil (PTU) dosis awal 300 – 600 mg/hari, dosis
maksimal 2.000 mg/hari
• Potassium Iodide
• Sodium Ipodate
• Anion Inhibitor
b. Beta-adrenergic reseptor antagonist. Obat ini adalah untuk mengurangi
gejalagejala hipotiroidisme. Contoh: Propanolol Indikasi :
1) Mendapat remisi yang menetap atau memperpanjang remisi pada
pasien muda dengan struma ringan –sedang dan tiroktosikosis
2) Untuk mengendalikan tiroktosikosis pada fase sebelum pengobatan
atau sesudah pengobatan yodium radioaktif
3) Persiapan tiroidektomi
4) Pasien hamil, usia lanjut
5) Krisis tiroid

Penyekat adinergik ß pada awal terapi diberikan, sementara


menunggu pasien menjadi eutiroid setelah 6-12 minggu pemberian anti
tiroid. Propanolol dosis 40-200 mg dalam 4 dosis pada awal pengobatan,
pasien kontrol setelah 4-8 minggu. Setelah eutiroid, pemantauan setiap 3-6
bulan sekali: memantau gejala dan tanda klinis, serta Lab.FT4/T4/T3 dan
TSHs. Setelah tercapai eutiroid, obat anti tiroid dikurangi dosisnya dan
dipertahankan dosis terkecil yang masih memberikan keadaan eutiroid
selama 12-24 bulan. Kemudian pengobatan dihentikan , dan di nilai apakah
tejadi remisi. Dikatakan remisi apabila setelah 1 tahun obat antitiroid di
hentikan, pasien masih dalam keadaan eutiroid, walaupun kemidian hari
dapat tetap eutiroid atau terjadi kolaps.

2. Surgical
• Radioaktif iodine. Tindakan ini adalah untuk memusnahkan kelenjar tiroid
yang hiperaktif
• Thyroidectomy, yaitu Tindakan pembedahan untuk mengangkat kelenjar
tyroid yang membesar.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Identitas pasien : nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, alamat.
b. Keluhan utama : biasanya px mengeluh seperti BB turun meskipun nafsu makan
meningkat, diare, tidak tahan terhadap panas, berkeringat banyak, palpitasi, nyeri
dada.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Menanyakan proses terjadinya penyakit tersebut seperti, mulai kapan merasakan
sakitnya, apakah pasien mempunyai riwayat mudah marah atau tersinggung, serta
apakah pernah memperoleh pengobatan sebelumnya dan apa saja terapi yang
sudah diberikan.
d. Riwayat kesehatan dahulu Biasanya pasien pernah memperoleh pengobatan
dengan hormon tiroid yang berlebihan.
e. Riwayat kesehatan keluarga Tanyakan apakah keluarga px pernah mengalami
penyakit yang sama, atau penyakit lainnya seperti DM, HT, dll.
f. Riwayat psikososial
Psikologi px sangat gelisah, emosilabil, nervous/gugup.
g. Pola-pola fungsi kesehatan
• Pola nutrisi : biasanya terjadi perubahan nutrisi seperti nafsu makan
meningkat. Dan BB menurun.
• Pola tidur dan istirahat: biasanya pasien mengalami gangguan tidur.
• Pola aktivitas Pasien biasanya mengeluh cepat lelah bila melakukan
aktifitas.
h. Pemeriksaan:
• Keadaan umum : lemah
TD : tekanan darah biasanya meningkat
BB : pada pasien hipertiriodisme biasanya terjadi BB yang turun N : meningkat
• Pemeriksaan fisik
a. Status mental seperti perhatian pendek, emosi labil, tremor, gelisah,
gugup/nervous.

b. Perubahan Sistem kardiovaskuler seperti palpitasi, nyeri dada, sistolik


meningkat, tekanan nadi meningkat, takikardi, dan disritmia.

c. Perubahan sistem integumen seperti hangat, kemerahan, dan basah,


perubahan pada rambut ; halus dan menipis

d. Perubahan pada mata seperti Lid lag, glove lag, diplopia, dan
penglihatan kabur.

e. Perubahan muskuloskeletal seperti otot lemah, tonus otot kurang, dan


sulit berdiri dari posisi duduk.

f. Sistem pernapasan seperti Dispnea, frekuensi pernapasan meningkat .

2. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung b/d penurunan waktu pengisian diastol akibat
peningkatan frekuensi jantung.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d efek hiperkatabolisme.

3. Perubahan persepsi sensori (penglihatan) b/d gangguan perpindahan


impuls sensoris akibat oftalmopati.

4. Intoleransi aktifitas b/d keletihan akibat metabolisme yang meningkat.

5. Gangguan pola tidur b/d peningkatan suhu tubuh akibat peningkatan


metabolisme

6. Gangguan proses berfikir b/d emosi yang tidak stabil dan perhatian yang
menyempit.

3. Intervensi Keperawatan
1. Dx : Penurunan curah jantung b/d penurunan waktu pengisian diastol akibat
peningkatan frekuensi jantung.

Tujuan : Fungsi kardiovaskuler kembali normal.

Intervensi Keperawatan:

a. Observasi setiap ± 4 jam tekanan darah, nadi dan suhu tubuh.


R/ : Hipotensi umum atau ortostatik dapat terjadi sebagai akibat dari vasodilatasi
perifer yang berlebihan dan penurunan volume sirkulasi.

b. Anjurkan klien dan keluarga melapor jika mengalami nyeri dada,dispnea.

R/ : Merupakan tanda adanya peningkatan kebutuhan oksigen oleh otot jantung


atau iskemia

c. Upayakan klien dapat istirahat,tempatkan klien di ruang yang tenang dan jauh
dari stimulus.

R/ : dengan istirahat dapat memulihkan keadaan px.

d. Kolaborasi dalam pemberian obat dan kalau perlu tindakan pembedahan.

R/ : dengan pemberian terapi dapat mempercepat penyembuhan pasien, serta


pada tindakan pembedahan dilakukan bila perawatan dan pengobatan yang
diberikan tidak memberikan respon yang baik.

2. Dx : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d efek hiperkatabolisme.

Tujuan : setelah perawatan di rumah sakit, klien akan mempertahankan status


nutrisi yang optimal.

Intervensi Keperawatan :

a. Berikan makanan sedikit tapi sering

R/ : memenuhi kebutuhan nutrisi pasien.

b. Timbang BB secara teratur setiap 2 hari sekali R/ : untuk mengetahui


perkembangan pasien.

c. Kolaborasi dengan gizi.

R/ : dengan terapi dapat mempercepat penyembuhan pasien.

3. Dx : Perubahan persepsi sensori (penglihatan) b/d gangguan perpindahan impuls


sensoris.

Tujuan : Klien tidak mengalami penurunan visus yang lebih buruk dan tidak terjadi
trauma / cedera pada mata.

Intervensi Keperawatan :
a. Anjurkan pada klien bila tidur dengan posisi elevasi kepala.

b. Basahi mata dengan borwater steril.

c. Jika ada photopobia, anjurkan klien menggunakan kacamata rayben.

d. Jika klien tidak dapat menutup mata rapat pada saat tidur, gunakan plester non
alergi.

e. Berikan obat-obat steroid sesuai program. Pada kasus-kasus yang berat, biasanya
dokter memberikan obat-obat untuk mengurangi edema seperti steroid dan
diuretik.

4. Contoh Kasus
Ny “A” usia 31 th datang ke RS Sehat Medika dengan keluhan dada terasa
berdebar-debar, badan gemetar, napas terasa sesak sejak 1 minggu yang lalu. Pasien
mengeluh timbulnya benjolan di area leher. Nafsu makan meningkat disertai diare kurang
lebih 1 minggu yang lalu. Penglihatan mata kabur, sulit menutup mata sehingga pasien sulit
tidur yang mengakibatkan badannya terasa lelah dan lemah.

Setelah dilakukan pemeriksaan TD : 140/90 mmHg, S: 37,9° C, N: 115 x/mnt, RR :


26 x/mnt. BB sebelum sakit 53 kg, namun selama sakit BB menjadi 45 kg. Test kadar serum
T3 : 0,5 mg/dl, T4 : 17 mg/dl. Mata tampak melotot (eksoftalmus) serta kulit pasien terasa
lembab (diaphoresis).

1. Pengkajian

A. Biodata

Nama : Ny “A”

Usia : 31 th

Agama : Islam

Pendidikan: SMA

Pekerjaan : IRT

Alamat: Gayaman – Mojokerto

Dx Medis : Hipertiroid

B. Keluhan Utama
Jantung berdebar-debar, badan gemetar, napas terasa sesak sejak 1 minggu yang lalu..
C. Riwayat Kesehatan sekarang

Pasien datang ke RS Sehat Medika dengan keluhan jantung berdebar-debar, badan


gemetar, napas terasa sesak sejak 1 minggu yang lalu. Pasien mengeluh timbulnya
benjolan di area leher. Nafsu makan meningkat disertai diare kurang lebih 1 minggu yang
lalu. Penglihatan mata kabur, sulit menutup mata sehingga pasien sulit tidur yang
mengakibatkan badannya terasa lelah dan lemah. klien mengatakan sulit tidur beberapa
minggu ini, badan terasa lemah dan lelah, jantung berdebar ² debar,

D. Riwayat Penyakit dahulu pasien sebelumnya belum pernah menderita


penyakit seperti ini.

E. Riwayat penyakit keluarga keluarga pasien mengatakan tidak ada yg


mengalami penyakit yang sama.

F. Pola-pola kesehatan

- Pola Nutrisi : pasien mengalami gangguan nutrisi seperti nafsu makan meningkat, BB
menurun, diare.

- Pola Istirahat/tidur : pasien mengalami gangguan tidur: sulit tidur.

- Pola Aktifitas : pasien mengatakan cepat lelah saat aktifitas, badan terasa lemah.

G. Pemeriksaan Fisik B1 (Breath):

Inspeksi : RR : 26x/mnt, dispnea, otot bantu napas (+).

Palpasi : Vokal fremitus kanan/kiri sama, nyeri dada. Perkusi: Sonor, Auskultasi :
Suara napas vesikuler.

• B2 (Blood):

Inspeksi : Hemoptu (-)

Palpasi : Jantung berdebar-debar (palpitasi), N : 115x/mnt

Perkusi : -

Auskultasi : TD : 140/90 mmHg.

• B3 (Brain) :

Inspeksi : GCS : 4-5-6


Mata Inspeksi : Eksoftalmus

Palpasi : Kornea tembus cahaya, sklera putih, Penglihatan mata kabur

Leher Inspeksi : Terdapat benjolan pada leher.

Palpasi : Pembesaran kelenjar tiroid.

• B4 (Bladder):

Inspeksi : warna kuning jernih, bau khas, peningkatan pola berkemih.

• B5 (Bowel) :

Inspeksi : Diare (+), nafsu makan meningkat. BB menurun.

Palpasi : Pembesaran Hepar (-).

Auskultasi : Bising Usus meningkat.

• B6 (Bone):

Palpasi : Akral hangat, kulit lembab (diaphoresis).

KO : 3 3

Data Etiologi Problem


Ds : Pasien mengatakan nafsu Produksi Hormon tiroid Perubahan nutrisi
makan meningkat tetapi meningkat kurang dari kebutuhan
tubuhnya tambah kurus,kebutuhan diare. Hipermetabolisme

Do : pasien tampak lemah, Proses katabolisme


BB menurun. meningkat
Kulit pasien terlihat lembab.
TD : 140/90 mmHg Suplay nutrisi yg tidak
S : 37,9° C adekuat
BMR : meningkat sekitar ±
>+50 % Perubahan nutrisi kurang
dari kebutuhan

2. Diagnosa keperawatan
- Dx : Penurunan curah jantung b/d penurunan waktu pengisian diastol
akibat peningkatan frekuensi jantung.
- Dx : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d efek hiperkatabolisme.
3. Intervensi
1. Dx : Penurunan curah jantung b/d penurunan waktu pengisian diastol akibat
peningkatan frekuensi jantung.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam Fungsi kardiovaskuler
kembali normal.
Kriteria hasil :- pasien mengungkapkan rasa berdebar-debar
berkurang. - Rasa sesak dan kelelahan berkurang.

Intervensi Keperawatan:
1. Berikan posisi nyaman kepada pasien. R/ memberikan rasa nyaman kepada
pasien.
2. Berikan O2 sesuai dengan kebutuhan.
R/ : memberikan kebutuhan oksigen pasien/ mencegah hipoksia.
3. Observasi setiap ± 4 jam tekanan darah, nadi dan suhu tubuh.
R/ : Hipotensi umum atau ortostatik dapat terjadi sebagai akibat dari vasodilatasi
perifer yang berlebihan dan penurunan volume sirkulasi.
4. Anjurkan pasien beristirahat dan mengurangi aktifitas pasien serta
tempatkan klien di ruang yang tenang.
R/ : Istirahat dapat memulihkan kondisi pasien, mencegah kelelahan.

5. Anjurkan klien dan keluarga melapor jika mengalami nyeri dada,dispnea. R/


: Merupakan tanda adanya peningkatan kebutuhan oksigen oleh otot jantung atau
iskemia.
6. Kolaborasi dalam pemberian obat dan kalau perlu tindakan pembedahan.
R/ : dengan pemberian terapi dapat mempercepat penyembuhan pasien, serta pada
tindakan pembedahan dilakukan bila perawatan dan pengobatan yang diberikan
tidak memberikan respon yang baik.

2. Dx : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d efek hiperkatabolisme.


Tujuan :Setelah perawatan di rumah sakit, klien akan mempertahankan status
nutrisi yang optimal, BB normal.

Intervensi Keperawatan :
1. Berikan makanan TKTP dan makanan kecil diantara waktu
makan.
R/ : memenuhi kebutuhan nutrisi pasien yg adekuat.

2. Pantau masukan makanan setiap hari, serta Timbang BB secara


teratur 2 hari sekali.
R/ :Penurunan berat badan terus menerus dalam keadaan masukan kalori yang
cukup merupakan indikasi kegagalan terhadap terapi antitiroid.
3. Hindari makanan atau minuman yg dapat meningkatkan
peristaltik usus (seperti teh, kopi dll).
R/ : peningkatan peristaltik usus dapat menyebabkan diare.
4. Konsultasi dengan ahli gizi untuk pemberian makanan TKTP serta
vitamin. R/ : untuk menjamin pemasukan zat-zat makanan yang adekuat dan
mengidentifikasi makanan pengganti yang sesuai.

4. Implementasi

1. Memberikan Posisi nyaman bagi pasien.


2. Memberikan oksigen 4 Lpm.
3. Mengobservasi TD, Nadi, Suhu
TD : 130/90 mmHg S : 37,5°C
N : 102 x/mnt RR: 22x/mnt
4. Menyarankan pasien untuk beistirahat dan menjaga ketenangan di
dalamruangan.
5. Nyeri dada pada pasien tidak ada
6. Kolaborasi dalam pemberian obat seperti digitalis untuk
meningkatkankontraksi jantung, serta obat anti tiroid, dll.
7. Memberikan makanan TKTP pada pasien seperti (nasi, sayur, dan lauk
serta susu) serta makanan kecil.
8. memantau masukan pasien, dan menganjurkan pasien menghindari
kopi, teh dll.
9. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet yang sesuai dan
vitamin sertamakanan yang cocok.

5. Evaluasi
1. Pasien mengungkapkan ada peningkatan tenaga, dapat
melakukan aktifitas tanpa rasa lelah walau sedikit-sedikit.
2. Pasien mengungkapkan rasa sesak berkurang
3. Peningkatan nadi berkurang.
4. Kecemasan berkurang.
5. Melaporkan asupan diet yang adekuat dan berkurangnya rasa lapar.
6. Berat badan pasien mulai bertambah.
7. Informasi kesehatan terpenuhi
BAB IV
PENUTUP

A Kesimpulan
Hipertiroidsm adalah suatu gangguan akibat kelebihan hormon tiroid.
Hipertiroidsm ditandai oleh kegelisahan, penurunan berat badan, hiperfagia,
intoleransi panas, penngkatan tekanan nadi, tremor halus bila jari diluruskan, kulit
hangat dan lembut, dan berkeringat. Penyakit ini memiliki banyak penyebab,
namun penyebab tersering adalah penyakit graves ( hipertiroidsm graves ) yang
membentuk 60 – 80 % kasus. Penyakit ini adalah penyakit otoimun yang
mengakibatkan terbentuknua otoantibodi terhadap reseptor TSH yang
merangsang reseptor tersebut. Hal ini menyebabkan peningkatan sekresi T3 dan
T4 dan membesarnya kelenjar tiroid. Namun akibat umpan balik T3 dan T4, TSH
tetap rendah, tidak tinggi.

B Saran
Setelah memperoleh kesimpulan tentang konsep penyakit pada gangguan
hipertiroidsm dan konsep asuhan keperawatannya, maka penyusun dapat
mengemukakan saran sebagai berikut :
1. Bagi Pembaca

Diharapkan penyusunan ini memberi masukan dan dapat diaplikasikan di


kehidupan

2. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan pnyusunan ini dapat digunakan sebagai data dasar untuk


melakukan pembuatan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth.2001.Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:EGC

Baradero, M, Dkk. 2009. Klien dengan gangguan endokrin. Jakarta : EGC

Doenges, E.Marylinn dan MF. Moorhouse.2001. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi


3.Jakarta:EGC

Mansjoer, Arif.2000.Kapita Selekta Kedokteran Jilid.Jakarta:FKUI

Mardiati, Ratna. 2000. Faal Endokrin. Jakarta : SAGUNG SETO

Rumahorbo, Hotma. 1999. Asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem endokrin.
Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai