Anda di halaman 1dari 15

KEPERAWATAN GADAR ENDOKRIN DIGESTIF DAN UROGENITAL

ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTYROID

Oleh : KELOMPOK 1.3

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES KALTIM

SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

TAHUN 2023

KEPERAWATAN GADAR ENDOKRIN DIGESTIF DAN UROGENITAL

ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTYROID


Oleh :

Nur Sajida P07220219


Pitra Shasa Anggita P07220219108
Zulfauzan Zafarillah P07220219

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES KALTIM

SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan Hipertyroid”.
Adapun maksud dan tujuan dari makalah ini adalah untuk menyelesaikan
tugas kelompok pada mata kuliah Keperawatan Gadar Endokrin Digestif dan
Urogenital. Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak menemui berbagai
kendala dan hambatan, namun berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak
maka hambatan tersebut dapat diatasi dan pada akhirnya makalah ini dapat
diselesaikan tepat waktu.
Makalah ini penulis akui masih banyak menyimpan kekurangan karena
pengalaman yang belum sepenuhnya mendukung. Oleh karena itu, penulis
harapkan kepada para pembaca untuk dapat memberikan masukan yang bersifat
membangun untuk perbaikan makalah penulis.

Samarinda, Februari 2023

Penulis
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan Striktur Uretra”.
Adapun maksud dan tujuan dari makalah ini adalah untuk menyelesaikan
tugas kelompok pada mata kuliah Keperawatan Gadar Endokrin Digestif dan
Urogenital. Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak menemui berbagai
kendala dan hambatan, namun berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak
maka hambatan tersebut dapat diatasi dan pada akhirnya makalah ini dapat
diselesaikan tepat waktu.
Makalah ini penulis akui masih banyak menyimpan kekurangan karena
pengalaman yang belum sepenuhnya mendukung. Oleh karena itu, penulis
harapkan kepada para pembaca untuk dapat memberikan masukan yang bersifat
membangun untuk perbaikan makalah penulis.

Samarinda, Januari 2023

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertiroid adalah respon jaringan tubuh terhadap pengaruh metabolik hormon


tiroid yang berlebihan. Hipertiroid ditemukan pada 0,8 – 1,3% pada populasi di seluruh
dunia. Di Indonesia, prevalensi hipertiroid mencapai 6,9%.

Hipertiroid bisa disebabkan oleh stimulasi reseptor Thyroid-Stimulating Hormone


(TSH) yang berlebihan, sekresi otonom hormon tiroid, kerusakan folikel tiroid dengan
pelepasan hormon tiroid, dan sekresi hormon tiroid dari sumber ekstratiroidal. Hipertiroid
paling banyak disebabkan oleh penyakit Graves yang merangsang aktivitas berlebihan
kelenjar tiroid melalui reseptornya.Sebagian besar pasien dengan hipertiroid ditandai
dengan adanya pembesaran kelenjar tiroid, atau juga bisa disebut dengan struma.

Pada penyakit Graves, struma diikuti oleh adanya kelainan pada mata
(oftalmopati) dan kulit (dermopati). Ketiga hal tersebut disebut dengan trias Graves.

Dasar penatalaksanaan hipertiroid adalah membatasi sekresi hormon tiroid, baik


dengan cara pemberian terapi yang menghambat sintesis atau pelepasan hormon tiroid,
maupun dengan menurunkan jumlah jaringan kelenjar tiroid. Terdapat tiga pilihan terapi
yang efektif untuk hipertiroid, yaitu pengobatan antitiroid, iodin radioaktif, dan
pembedahan. Eropa dan Jepang lebih menganjurkan pemberian pengobatan antitiroid
sebagai pilihan pertama pasien dengan hipertiroid, sementara Amerika Serikat lebih
menganjurkan iodin radioaktif. Namun, semua pilihan terapi pengobatan tersebut
memiliki risiko dan risiko kegagalan terapi.

Pengobatan antitiroid terdiri dari obat-obatan dari kelas tionamid, yaitu


propylthiouracil (PTU), metimazol, dan karbimazol. Pemilihan pengobatan antitiroid
didasarkan pada pengalaman masing-masing klinisi. Namun, PTU memiliki keunggulan
dalam hal menghambat konversi tiroksin (T4) menjadi triiodotironin (T3) dalam jaringan
tiroid dan perifer. PTU masih menjadi salah satu pilihan utama pengobatan antitiroid,
terutama pada pasien hamil dan pasien dengan krisis tiroid. Selain itu, Decroli (2014)
menyatakan bahwa PTU juga memiliki efek imunologis sehingga dijadikan salah satu
modalitas terapi yang penting pada penyakit Graves.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis merumuskan masalah yaitu
“Bagaimana asuhan keperawatan hipertyroid?”

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk menjelaskan asuhan keperawatan striktur uretra.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu menjelaskan konsep dasar striktur uretra.
b. Mampu menjelaskan konsep asuhan keperawatan striktur uretra.
D. Manfaat
Diharapkan makalah yang telah disusun oleh penulis mampu memberikan manfaat
sebagai bahan masukan dan informasi bagi mahasiswa mengenai bagaimana asuhan
keperawatan striktur uretra dan penerapan asuhan keperawatan mulai dari melakukan
pengkajian, menentukan diagnosa dan intervensi keperawatan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. Teoritis

A. Pengertian

Hipertiroidisme (hipersekresi hormon tiroid) adalah peningkatan


produksi dan sekresi hormon tiroid oleh kelenjar tiroid. (Marry:2009).

Hipertiroidisme adalah keadaan dimana terjadi peningkatan hormon


tiroid lebih dari yang dibutuhkan tubuh. Tirotoksikrosis merupakan istilah
yang digunakan dalam manifestasi klinkis yang terjadi ketika jaringan tubuh
distimulasi oleh peningkatan hormone tiroid (Tarwoto,dkk.2012).
Hipertiroidisme adalah Suatu sindrom yang disebabkan oleh peninggian
produsi hormon tiroid yang disebabkan antara lain karena autoimun pada
penyakit graves, hiperplasia, genetik, neoplastik atau karena penyakit sistemik
akut. Faktor pencetusnya adalah keadaan yang menegangkan seperti operasi,
infeksi, trauma, penyakit akut kardiovaskuler ( P.K Sint Carolus:1995).

Hipertiroidisme (Tiroktosikosis) merupakan suatu keadaan di mana


didapatkan kelebihan hormon tiroid karena ini berhubungan dengan suatu
kompleks fisiologis dan biokimiawi yang ditemukan bila suatu jaringan
memberikan hormon tiroid berlebihan. Hipertiroidisme dapat didefinisikan
sebagai respon jaringan-jaringan terhadap pengaruh metabolik terhadap
hormon tiroid yang berlebihan (Price & Wilson: 337)

Hipertiroidisme (Hyperthyrodism) adalah keadaan disebabkan oleh


kelenjar tiroid bekerja secara berlebihan sehingga menghasilkan hormon tiroid
yang berlebihan di dalam darah. Hipertiroidisme adalah kadar TH yang
bersirkulasi berlebihan. Gangguan ini dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar
tiroid, hipofisis, atau hipotalamus. (Elizabeth J. Corwin: 296).
B. Etiologi

Hipertiroidisme dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis,


atau hipotalamus. Peningkatan TSH akibat malfungsi kelenjar tiroid akan
disertai penurunan TSH dan TRF karena umpan balik negatif HT terhadap
pelepasan keduanya. Hipertiroidisme akibat malfungsi hipofisis memberikan
gambamn kadar HT dan TSH yang finggi. TRF akan Tendah karena uinpan
balik negatif dari HT dan TSH. Hipertiroidisme akibat malfungsi hipotalamus
akan memperlihatkan HT yang finggi disertai TSH dan TRH yang berlebihan.
Menurut Tarwoto,dkk (2012) penyebab hipertiroid diantaranya adenoma
hipofisis, penyakit graves, modul tiroid, tiroiditis, konsumsi banyak yodium
dan pengobatan hipotiroid.

1. Adenoma hipofisis Penyakit ini merupakan tumor jinak kelenjar hipofisis


dan jarang terjadi
2. Penyakit graves Penyakit graves atau toksi goiter diffuse merupakan
penyakit yang disebabkan karena autoimun, yaitu dengan terbentuknya
antibody yang disebut thyroid-stimulatin immunoglobulin (TSI) yang
melekati sel-sel tiroid. TSI merinu tindakan TSH dan merangasang tiroid
untuk membuat hormon tiroid terlalu banyak. Penyakit ini dicirikan
adanya hipertiroidisme, pembesaran kelenjar tiroid atau (goiter) dan
eksoftalmus (mata yang melotot).
3. Tiroditis Tiroditis merupakan inflamasi kelenjar tiroid yang biasanya
disebabkan oleh bakteri seperti streptococcus pyogenes, staphycoccus
aureus dan pnemucoccus pneumonia. Reaksi peradangan ini menimbulkan
pembesaran pada kelenjar tiroid, kerusakan sel dan peningkatan jumlah
hormon tiroid. Tiroditis dikelompokan menjadi tiroiditis subakut, tiroiditis
posetpartum, dan tiroiditis tersembunyi. Pada tiroiditis subakut terjadi
pembesaran kelenjar tiroid dan biasanya hilang dengan sendirinya setelah
beberapa bulan. Tiroiditis pesetpartum terjadi sekitar 8% wanita setelah
beberapa bulan melahirkan. Penyebabnya diyakini karena autoimun.
Seperti halnya dengan tiroiditis subakut, tiroiditis wanita dengan
posetpartum sering mengalami hipotiroidisme sebelum kelenjar tiroid
benar-benar sembuh. Tiroiditis tersembunyi juga disebabkan juga karna
autoimun dan pasien tidak mengeluh nyeri, tetapi mungkin juga terjadi
pembesaran kelenjar. Tiroiditis tersembunyi juga dapat mengakibatkan
tiroiditis permanen.
4. Konsumsi yodium yang berlebihan, yang mengakibatkan peningkatan
sistesis hormon tiroid.
5. Terapi hipertiroid, pemberian obat obatan hipotiroid untuk menstimulasi
sekresi hormon tiroid. Penggunaan yang tidak tepat menimbulkan
kelebihan jumlah hormon tiroid.

C. Tanda dan Gejala


1. Peningkatan frekuensi denyut jantung.
2. Peningkatan tonus otot, tremor, iritabilitas, peningkatan kepekaan
terhadap Katekolamin. Peningkatan laju metabolisme basal,
peningkatan pembentukan panas, intoleran terhadap panas, keringat
berlebihan.
3. Penurunan berat badan, tetapi peningkatan rasa lapar (nafsu makan
baik)
4. Peningkatan frekuensi buang air besar
5. Gondok (biasanya), yaitu peningkatan ukuran kelenjar tiroid
6. Gangguan reproduksi
7. Tidak taahan panas
8. Cepat lelah Pembesaran kelenjar tiroid
9. Mata melotot (exoptalmus). Hal ini terjadi sebagai akibat penimbunan
xat dalam orbit mata.
D. Patofisiologi

Penyebab hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves, goiter


toksika, dan tiroiditis. Pada kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar
tiroid membesar dua sampai tiga kali dari ukuran normalnya, disertai dengan
banyak hiperplasia dan lipatan-lipatan sel-sel folikel ke dalam folikel,
sehingga jumlah sel-sel ini lebih meningkat beberapa kali dibandingkan
dengan pembesaran kelenjar. Juga, setiap sel meningkatkan kecepatan
sekresinya beberapa kali lipat dengan kecepatan 5-15 kali lebih besar daripada
normal Pada hipertiroidisme, kosentrasi TSH plasma menurun, karena ada
sesuatu yang “menyerupai” TSH, Biasanya bahan – bahan ini adalah antibodi
immunoglobulin yang disebut TSI (Thyroid Stimulating Immunoglobulin),
yang berikatan dengan reseptor membran yang sama dengan reseptor yang
mengikat TSH. Bahan – bahan tersebut merangsang aktivasi cAMP dalam sel,
dengan hasil akhirnya adalah hipertiroidisme. Karena itu pada pasien
hipertiroidisme kosentrasi TSH menurun, sedangkan konsentrasi TSI
meningkat. Bahan ini mempunyai efek perangsangan yang panjang pada
kelenjar tiroid, yakni selama 12 jam, berbeda dengan efek TSH yang hanya
berlangsung satu jam. Tingginya sekresi hormon tiroid yang disebabkan oleh
TSI selanjutnya juga menekan pembentukan TSH oleh kelenjar hipofisis
anterior. Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid “dipaksa” mensekresikan
hormon hingga diluar batas, sehingga untuk memenuhi pesanan tersebut, sel-
sel sekretori kelenjar tiroid membesar. Gejala klinis pasien yang sering
berkeringat dan suka hawa dingin termasuk akibat dari sifat hormon tiroid
yang kalorigenik, akibat peningkatan laju metabolisme tubuh yang diatas
normal. Bahkan akibat proses metabolisme yang menyimpang ini, terkadang
penderita hipertiroidisme mengalami kesulitan tidur. Efek pada kepekaan
sinaps saraf yang mengandung tonus otot sebagai akibat dari hipertiroidisme
ini menyebabkan terjadinya tremor otot yang halus dengan frekuensi 10-15
kali perdetik, sehingga penderita mengalami gemetar tangan yang abnormal.
Nadi yang takikardi atau diatas normal juga merupakan salah satu efek
hormon tiroid pada sistem kardiovaskuler. Eksopthalmus yang terjadi
merupakan reaksi inflamasi autoimun yang mengenai daerah jaringan
periorbital dan otot-otot ekstraokuler, akibatnya bola mata terdesak keluar.

E. Komplikasi

Menurut Tarwoto,dkk (2012)

1. Eksoftalmus, keadaan dimana bola mata pasien menonjol benjol


keluar, hal ini disebabkan karena penumpukkan cairan pada rongga
orbita bagian belakang bola mata. Biasanya terjadi pasien dengan
penyakit graves.
2. Penyakit Jantung, terutama kardioditis dan gagal jantung.
3. Stromatiroid (tirotoksikosis), pada periode akut pasien mengalami
demam tinggi, takikardia berat, derilium, dehidrasi, dan iritabilitas
ekstrim. Keadaan ini merupakan keadaan emergency sehingga
penganganan lebih khusus. Faktor presipitasi yang berhubungan
dengan tiroksikosis adalah hipertiroidisme yang tidak terdiagnosis dan
tidak tertangani, infeksi, ablasitiroid, pembedahan, trauma, miokardiak
infark, overdosis obat. Penanganan pasien dengan stromatiroid adalah
dengan menghambat produksi hormon tiroid, menghambat konfersi T4
menjadi T3 dan menghambat efek hormon terhadap jaringan tubuh.
Obat-obatan yang diberikan untuk menghambat kerja hormon tersebut
diantaranya sodium ioded intravena, glococorticoid, dexamethasone,
dan propylthiouracil oral. Beta-blockers diberikan untuk menurunkan
efek stimulasi saraf simpatik dan takikardia. dexamethasone, dan
propylthiouracil oral. Beta-blockers diberikan untuk menurunkan efek
stimulasi saraf simpatik dan takikardia.
F. Pencegahan

Berikut pencegahan terjadinya hipertiroid :

1. Berhenti merokok Hal ini terjadi karena rokok mengandung zat kimia
berbahaya yang bisa menghambat kinerja organ dan jaringan,
termasuk kelenjar tiroid. Zat kimia rokok dapat menganggu
penyerapan yodium yang pada akhirnya meningkatkan risiko
terjadinya orbitopathy graves atau dikenal dengan kelainan mata
menonjol akibat hipertiroid.
2. Berhenti mengkonsumsi alkohol
3. Konsumsi makanan yang menyehatkan tiroid Untuk menjaga
kesehatan kelenjar tiroid, kacang kedelai menjadi salah satu makanan
yang direkomendasi yang berupa tempe, tahu, atau susu kedelai. Selain
itu mengkomsumsi asupan selenium seperti udang, salmon, kepiting,
ayam, telur, bayam, jamur shitake, dan beras merah.
4. Cek kesehatan tiroid Untuk mencegah terjadinya hipertiroid adalah
melakukan pemeriksaan kelenjar tiroid secara berkala, tes ini
dilakukan dengan mendeteksi adanya benjolan atau pembengkakan
sekitar leher. Apabila tidak ada benjolan tetapi ada gejal-gejala tiroid,
seperti mudah berkeringat, lebih sensitif dengan panas, siklus
menstruasi dan nafsu makan berubah, segera periksakan diri ke dokter.

G. Penatalaksanaan Medis

Menurut Tarwoto,dkk (2012) tujuan pengobatan adalah untuk


membawa tingkat hormon tiroid keadaan normal, sehingga mencegah
komplikasi jangka panjang, dan mengurangi gejala tidak nyaman. Tiga pilihan
pemberian obat-obatan, terapi radioiod, dan pembedahan.
1. Obat-obatan antitiroid
a) Propylthiouracil (PTU), merupakan obat antihipertiroid pilihan, tetapi
mempunyai efek samping agranulocitosis sehingga sebelum di berikan
harus dicek sel darah putihnya. PTU tersedia dalam bentuk tablet 50
dan 100 mg.
b) Methimozole (Tapazole), bekerja dengan cara memblok reaksi hormon
tiroid dalam tubuh. Obat ini mempunyai efek samping agranulositosis,
nyeri kepala, mual muntah, diare, jaundisce, ultikaria. Obat ini tersedia
dalam bentuk tablet 3 dan 20 mg.
c) Adrenargik bloker, seperti propanolol dapat diberikan untuk
mengkontrol aktifitas saraf simpatetik. Pada pasien graves yang
pertama kali diberikan OAT dosis tinggi PTU 300-600mg/hari atau
methimazole 40-45mg/hari.
2. Radioiod Terapi Radio aktif iodin-131, iodium radio aktif secara bertahap
akan melakukan sel-sel yang membentuk kelenjar tiroid namun tidak akan
menghentikan produksi hormon tiroid.
3. Bedah Tiroid
Pembedahan dan pengangkatan total atau parsial (tiroidektomy). Operasi
efektif dilakukan pada pasien dengan penyakit graves. Efek samping yang
mungkin terjadi pada pembedahan adalah gangguan suara dan
kelumpuhan saraf kelenjar tiroid.

H. Pemeriksaan Penunjang

Diagnosa bergantung kepada beberapa hormon berikut ini:

1. Pemeriksaan darah yang mengukur kadar HT (T3 dan T4), TSH, dan
TRH akan memastikan diagnosis keadaan dan lokalisasi masalah di
tingkat susunan saraf pusat atau kelenjar tiroid.
2. TSH (Tiroid Stimulating Hormone)
3. Bebas T4 (tiroksin)
4. Bebas T3 (triiodotironin)
5. menggunakan ultrasound untuk memastikan pembesaran kelenjar
tiroid
6. Hipertiroidisme dapat disertai penurunan kadar lemak serum
7. Penurunan kepekaan terhadap insulin, yang dapat menyebabkan
hiperglikemia.
8. CT Scan tiroid Mengetahui posisi,ukuran dan fungsi kelenjar tiroid.
Iodine radioaktif (RAI) diberikan secara oral kemudian diukur
pengambilan iodine oleh kelenjar tiroid.normalnya tiroid akan
mengambil iodine 5-35% dari dosis yang diberikan setelah 24 jam,
pada pasien Hipertiroid akan meningkat.
9. USG, untuk mengetahui ukuran dan komposisi dari kelenjar tiroid
apakah massa atau nodule.
10. ECG untuk menilai kerja jantung, mengetahui adanya takhikardia,
atrial fibrilasi dan perubahan gelombang P dan T (Tarwoto,dkk.2012).
II. ASUHAN KEPERAWATAN

Anda mungkin juga menyukai